commit to user
i
LAPORAN KHUSUS
SISTEM PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN MINYAK
PELUMAS BEKAS SEBAGAI LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
DI PT. INKA (PERSERO)
MADIUN, JAWA TIMUR
Rosana Angga Kusuma R.0008067
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
commit to user
commit to user
ABSTRAK
SISTEM PENGUMPULAN DAN PENYIMPANAN MINYAK PELUMAS BEKAS SEBAGAI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
DI PT. INKA (Persero) MADIUN
Rosana Angga Kusuma1 , Ipop Sjarifah2, dan Lusi Ismayenti3
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang sistem pengumpulan dan
penyimpanan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT, INKA (Persero) dan apakah sudah sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang “Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif, yaitu gambaran
secara jelas tentang cara pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas sebagai limbah B3 dengan cara mengadakan observasi langsung ke lapangan, wawancara dan studi pustaka di PT. INKA (Persero). Data yang diperoleh kemudian dibahas dengan membandingkan dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang “Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
Hasil : Hasil penelitian yang diperoleh di PT. INKA (Persero) adalah sumber
minyakpelumas bekas, lama penyimpanan minyakpelumas bekas, izin penyimpanan minyak pelumas bekas, tata cara penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas dan pemenuhan baku mutu air limbah.
Simpulan: Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem penyimpanan dan
pengumpulan minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero) belum sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang “Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
Kata Kunci : Minyak Pelumas Bekas, Penyimpanan B3
1.
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3.
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul “Sistem Penyimpanan dan Pengumpulan
Minyak Pelumas Bekas Sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA(PERSERO) Madiun Jawa Timur”.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Disamping itumagang ini dilaksanakan untuk menambah wawasan dan pengalaman guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta problematika dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di dunia kerja yang sesungguhnya.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S.Pd-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Ipop Syarifah Dra. M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak Ir. Roos Diatmoko, selaku Direktur Utama PT. INKA (Persero).
6. Bapak Herlambang Eko Adi, selaku Manajer Personalia dan Umum yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di PT. INKA (Persero).
7. Bapak Drs. Suharyoko, selaku Manager Pemeliharaan dan K3LH. 8. Bapak Syafril Syafar, selaku Assisten Manager Rendal dan K3LH.
9. Ibu Ana Retnowati selaku staf dan pembimbing yang berkenan hati untuk memberikan pengarahan dan banyak membantu penulis dalam penyusunan laporan.
10. Bapak Sugeng Budi dan Bapak Suyanto, selaku Tim K3LH di PT. INKA (Persero) yang banyak membantu dalam pengambilan data yang dibutuhkan dalam penulisan.
11. Ibu Yuli Whirdawati, selaku tim Rendal yang banyak membantu dalam pengerjaan tulisan ini.
12. Seluruh personil di Unit K3LH yang banyak membantu dalam pengerjaan tulisan ini.
13. Bapak Hariyadi dan Ibu Sri Hartini yang selama ini memberikan doa yang tidak pernah putus dan dukungan bagi penulis. “I Love my Parents”
14. Kedua kakakku Rika Puspitasari, dan Resky Adhista Dian Pratiwi, kakak iparku Hariyanes Robiyantoro dan keponakanku Izzar Rayhan Raditya Pratama yang selama ini memberikan doa dan dukungan bagi penulis.
commit to user
15. Mas Hafidh Indra Permana yang selama ini memberi doa, dukungan dan pinjaman printer bagi penulis.
16. Sahabatku Ambar Dwi Hardiyanti yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam penyusunan laporan ini.
17. Teman seperjuanganku magang di PT. INKA (Persero) Lia, Ella, Ocha yang selama ini memberikan masukan dan dukungan penulis.
18. Teman seTIM Lia, Ella, Ocha, Dian, Dinar dan May, terimakasih untuk persahabatan, kebersamaan kita.
19. Teman-teman seperjuangan Nisa, Septia, Endah, Riska, Roy, Dian Ratna, Hadi, dan Maylani, terimakasih untuk kebersamaan ini disaat kita berjuang bersama. 20. Teman-teman Kostku Mbak. Mita, Mbak. Kiki, Rosi, Riri, Citra dan Tika yang
selalu memberi dukungan untuk penyelesaian laporan ini.
21. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008, terimakasih untuk tiga tahun yang indah, nasihat, dan doa dari kalian semua.
Penulis menyadari tidak akan bisa membalas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak dan semoga Allah SWT membalas semua budi baik dan bantuan yang telah diberikan, AMIN. Akhir kata penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya laporan ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat dikemudian hari.
Surakarta, 14 Juni 2011 Penulis,
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Kerangka Pemikiran ... 23
BAB III. METODE PENELITIAN... 24
A. Metode Penelitian... 24
commit to user
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 24
D. Sumber Data ... 25
E. Teknik Pengumpulan Data ... 25
F. Pelaksanaan ... 26
G. Analisa Data ... 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Hasil Penelitian ... 29
B. Pembahasan ... 36
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 44
A. Simpulan ... 44
B. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Minyak Pelumas termasuk daftar limbah bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber yang tidak spesifik.……… 12
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pola Penyimpanan Kemasan Drum……… 18 Gambar 2. Kemasan Untuk Menyimpan Limbah Cair …………..……….. 19 Gambar 4. Simbol Limbah B3 Klasifikasi Mudah Terbakar.……… 20 Gambar 5. Kerangka Pemikiran Sistem Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Ijin Magang. Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Magang. Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Magang.
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan tentang Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas Lampiran 5. Label yang di pasang di drum minyak pelumas bekas.
Lampiran 6. Bagan Penanganan Limbah. Lampiran 7. Laporan Hasil Pengujian
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sektor Industri dewasa ini telah tumbuh dan berkembang dengan pesat, sehingga keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor industri merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam setiap proses operasional suatu perusahaan. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan di sektor industri ini tentunya akan membawa dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat. Salah satu dampak negatifnya adalah pencemaran yang disebabkan oleh limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (Suma’mur, 2009).
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diharuskan dengan penanganan khusus sebelum dibuang ke lingkungan, karena limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) memiliki karakteriatik dan sifat yang berbeda dengan limbah umumnya. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bersifat reaktif, eksplosif,
flammable atau sifat toksisnya Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar
setiap kegiatan industri dapat menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang seminimal mungkin dan mencegah masuknya limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ke lingkungan kerja (PP 85 tahun 1999).
Menurut Apri (2008) Salah satu limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang perlu mendapatkan penanganan khusus karena dihasilkan dalam jumlah yang tinggi adalah minyak pelumas bekas. Minyak pelumas bekas termasuk dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mudah terbakar sehingga bila
commit to user
2
tidak ditangani pengelolaan dan pembuangannya akan membahayakan kesehatan mausia dan lingkungan. Pengelolaan minyak pelumas bekas ini berupaya agar minyak pelumas bekas yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan dan sifat minyak pelumas bekas menjadi lebih tidak berbahaya. Selain itu, pengelolaan minyak pelumas bekas bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat.
Menurut Apri (2008) Penyimpanan limbah minyak pelumas sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus dilakukan jika limbah tersebut belum dapat diolah dengan segera. Penyimpanan limbah minyak pelumas sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dimaksudkan untuk mencegah pembuangan limbah minyak pelumas tersebut ke lingkungan, sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan .
PT. INKA (Persero) merupakan industri manufaktur yang bergerak dalam bidang industri perkretaapian, dimana proses produksinya menggunakan bahan pendukung berupa minyak pelumas untuk kelancaran mesin produksinya. PT. INKA (Persero) menghasilkan minyak pelumas bekas kurang lebih sebanyak 22 drum atau 4400 liter per tahun. Limbah minyak pelumas tersebut disimpan dahulu sebelum dijual kepihak ketiga. Tempat penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut belum memiliki izin dari walikota kota Madiun, lokasi bangunan tempat penyimpanan minyak pelumas tersebut mudah diakses oleh orang yang tidak berkepentingan karena letaknya dekat dengan jangkauan manusia, tempat penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut juga belum mencukupi untuk menyimpan seluruh minyak pelumas bekas yang dihasilkan dari proses produksi,
dan pada tempat penyimpanan minyak pelumas tersebut belum memiliki bak penampung untuk menampung ceceran minyak pelumas bekas, hal ini dapat mengakibatkan terlepasnya minyak pelumas bekas ke lingkungan sehingga dapat menimbulkan bahaya pencemaran pada lingkungan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlunya dilakukan penelitian terhadap sistem pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero). Dalam hal ini peraturan yang dijadikan rujukan peneliti adalah Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. 225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana Sistem Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas Sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero)?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian di PT. INKA (Persero) adalah “Untuk mengetahui tentang bagaimana sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero)”.
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian tentang penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero), peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan peraturan yang berlaku dalam hal ini peraturan yang dijadikan acuan adalah Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar dan memberikan sumbangan wacana terkait materi informasi mengenai sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero) dan diharapkan berguna bagi pengembangan materi perkuliahan tentang limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero). Serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di perkuliahan ke lapangan.
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
a. Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001).
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/ atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/ atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/ atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/ atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No : 02 Tahun 2008).
b. Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menurut sumbernya (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 7), sebagai berikut :
1) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber tidak spesifik Limbah yang berasal dari sumber tidak spesifik adalah berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan (inhibitor) korosi, pelarut kerak, pengemasan dan kegiatan lain seperti; pelarut terhalogenisasi (metilen klorida, klorobenzene, karbatetraklorida), pelarut tidak terhalogenisasi (methanol, toluen), asam atau basa (HCl, H2SO4, HNO3), lainnya (pelumas bekas, fiber asbes, scrab Pb)
2) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber spesifik
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber spesifik adalah limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kegiatan ilmiah yaitu; jenis industri A (electroplating, pertambangan, pestisida, dan sebagainya) dan jenis kegiatan B (Iindustri Penanganan Air Limbah (IPAL) industri, pengoperasian, incinerator limbah, chemical
cleaning, dan sebagainya),
3) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi, karena tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali maka suatu produk
commit to user
8
berlaku juga untuk sisa kemasan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa.
c. Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Karakteristik limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 7 adalah sebagai berikut: 1) Mudah meledak (explosive)
Bahan yang pada suhu dan tekanan standar (250ºC, 1 atm) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan yang tinggi dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitar.
2) Mudah menyala (flammable)
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mempunyai sifat–sifat sebagai berikut:
a) Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24 % volume dan atau pada titik nyala lebih dari 600ºC, akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 1 atm.
b) Limbah bukan berupa cairan yang temperatur dan tekanan standar (250ºC, 1 atm), dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran secara terus menerus; merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar; dan merupakan limbah pengoksidasi.
3) Menyebabkan infeksi (toxic)
Limbah yang menyebabkan adanya infeksi, berasal dari bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya dan mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan dan masyarakat disekitar lokasi pembuangan limbah.
4) Beracun (poison)
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mengandung pencemar bersifat racun yang membahayakan manusia dan lingkungan, yang menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit dan mulut.
5) Korosif (corrosive)
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut; menyebabkan iritasi atau terbakar pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 550C, serta mempunyai pH ≤ 2 untuk limbah bersifat asam dan ≥12,5 untuk basa.
6) Bersifat iritasi (irritant)
commit to user
10
tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat terjadi peradangan.
7) Karsinogenik (carsinogenic)
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni terjadinya deferensiasi sel dalam tubuh manusia sehingga menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. 8) Mutagenik (mutagenic)
Sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang dapat merubah selsel genetik dalam tubuh.
9) Reaktif
Limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut: limbah yang dalam keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan; limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air; limbah yang apabila bereaksi dengan air akan menyebabkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dengan jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan; mempunyai limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada kondisi pH antara 2,1 dan 2,5 dapat menghasilkan uap atau gas racun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan; limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar; limbah yang menyebabkna kebakaran karena terlepasnya atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
2. Minyak Pelumas
a. Definisi Minyak Pelumas
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996, Oli bekas atau selanjutnya
disebut Minyak Pelumas Bekas adalah sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi. Minyak pelumas merupakan sejenis cairan kental yang berfungsi sebagai pelicin, pelindung, dan pembersih bagi bagian dalam mesin. Kode pengenal minyak pelumas adalah berupa huruf SAE yang merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers. Selanjutnya angka yang mengikuti dibelakangnya, menunjukkan tingkat kekentalan minyak pelumas tersebut. SAE 40 atau SAE 15W-50, semakin besar angka yang mengikuti Kode minyak pelumas menandakan semakin kentalnya minyak pelumas tersebut (Apri, 2008).
b. Fungsi Minyak Pelumas
Minyak pelumas berfungsi sebagai bahan pelumas agar mesin berjalan mulus dan bebas dari gangguan. Sekaligus minyak pelumas berfungsi sebagai pendingin dan penyekat. Minyak pelumas mengandung lapisan-lapisan halus, berfungsi mencegah terjadinya benturan antar logam dengan logam komponen mesin seminimal mungkin, mencegah goresan atau keausan (Apri, 2008).
c. Jenis Minyak Pelumas
Adapun jenis dari minyak pelumas menurut Apri (2008) adalah 1) Minyak pelumas Sintetis
Minyak pelumas Sintetis biasanya datang dari bagian terbersih dari pemilahan dari minyak pelumas mineral, yakni gas. Senyawa ini kemudian dicampur dengan minyak pelumas mineral. Pada dasarnya, minyak pelumas sintetis didesain untuk menghasilkan kinerja yang lebih
commit to user
12
2) Minyak Pelumas Mineral
Minyak pelumas mineral berbahan bakar minyak pelumas dasar (base
oil) yang diambil dari minyak bumi yang telah diolah dan
disempurnakan.
d. Minyak Pelumas termasuk Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Meski minyak pelumas bekas masih bisa dimanfaatkan, tetapi apabila tidak dikelola dengan baik, minyak pelumas tersebut dapat membahayakan lingkungan, oleh karena itu minyak pelumas bekas termasuk limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3) (Apri, 2008).
Telah disebutkan bahwa minyak pelumas bekas termasuk Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada Lampiran I Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tanggal 7 Oktober 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tabel 1. Daftar limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Sumber Yang Tidak Spesifik.
Tabel 1. Minyak Pelumas termasuk daftar limbah bahan berbahaya dan
Beracun (B3) dari sumber yang tidak spesifik.
KODE LIMBAH
BAHAN PENCEMAR
D1003d Limbah minyak diesel industry
D1005d Pelumas bekas
Sumber : Lampiran I Peraturan Pemerintah no. 85 tahun 1999 tanggal 7 Oktober 1999
e. Karakteristik Minyak Pelumas Bekas
Minyak pelumas bekas seringkali diabaikan penanganannya setelah tidak bisa digunakan kembali. Padahal, jika asal dibuang dapat menambah pencemaran. Jumlah minyak pelumas bekas yang dihasilkan pastinya sangat
besar. Ditinjau dari komposisi kimianya sendiri, minyak pelumas adalah campuran dari hidrokarbon kental ditambah berbagai bahan kimia aditif. Minyak pelumas bekas lebih dari itu, dalam minyak pelumas bekas terkandung sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam dan korosif, deposit, dan logam berat yang bersifat karsinogenik (Laginge, 2007).
f. Bahaya Pembuangan Minyak Pelumas Bekas
Jika kita bicara material minyak pelumas bekas, maka itu tidak hanya berurusan dengan minyak pelumasnya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan minyak pelumas. Ketiganya, bila dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. Bahaya dari pembuangan minyak pelumas bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk daripada efek tumpahan minyak mentah biasa. Minyak pelumas bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Minyak pelumas bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter minyak pelumas bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah (Adhimas Wijaya, 2010).
g. Dampak Minyak Pelumas Bekas
Menurut MSDS minyak pelumas bekas dari PT. TIMAS, Minyak pelumas bekas mempunyai dampak bagi kesehatan dan lingkungan, yaitu : 1) Dampak Bagi Kesehatan
a) Pernapasan
Konsentrasi uap yang tinggi dapat berbahaya jika dihirup. Konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu saluran pernafasan (hidung,
commit to user
14
sakit kepala, pusing, kehilangan koordinasi, rasa, dan gangguan saraf lainnyapaparan dengan konsentrasiakutdapat menyebabkan depresi sistem saraf, pingsan, koma, dan / atau kematian.
b) Mata: menyebabkan iritasi c) Kulit
Dapat menyebabkan dermatitis atau meresap ke dalam kulit dan menimbulkan dampak seperti pada pernapasan.
d) Pencernaan
Dapat berbahaya jika tertelan. Menyebabkan mual, muntah, dan gangguan saraf lainnya. Jika produk terhirup ketika sedang menelan atau muntah, dapat menyebabkan kanker paru-paru ataupun kematian. e) Kondisi medis yang diperparah oleh paparan : gangguan terhadap
jantung, hati, ginjal, saluran pernapasan(hidung, tenggorokan, paru-paru), sistem saraf pusat, mata, kulit, dapat semakin diperparah dengan konsentrasi paparan yang tinggi.
2) Dampak terhadap lingkungan
Lapisan atas tanah dan vegetasi alami biasanya akan menyaring banyak dari polutan keluar, tetapi lapisan kedap air yang menutupi sebagian besar permukaan di mana polutan tersebut berasal membawanya tepat ke badan saluran air dan ke sungai, danau, dan laut, yang dapat meracuni biota laut dan ikan yang kita makan-serta ekosistem. Pencemaran oli bekas ini juga menemukan jalan ke dalam akifer bawah tanah menuju pasokan air minum kita, sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia. Minyak pelumas bekas juga dapat
menyebabkan tanah kurus dan kehilangan unsur hara. Sedangkan sifatnya yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan habitat air, selain itu sifatnya mudah terbakar yang merupakan karakteristik dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (Adhimas, 2010).
h. Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
1) Izin Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 30 tahun 2009 menyebutkan bahwa Penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah kegiatan menyimpan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dilakukan oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan maksud menyimpan sementara. Setiap penghasil limbah minyak pelumas wajib memiliki izin penyimpanan dari kepala daerah.
Hal ini telah diatur di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 tahun 2009 pasal 5 ayat (1) b dan ayat 2, menyebutkan bahwa :
(1) Badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara dan/atau pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib mengajukan permohonan izin kepada:
b. Bupati/walikota untuk izin penyimpanan sementara dan izin pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) skala kabupaten/kota.
commit to user
16
pada ayat (1) diajukan oleh pemohon dengan mengisi dan melengkapi formulir permohonan izin serta persyaratan administrasi dan teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2) Lama Penyimpanan Limbah Minyak Pelumas
Penghasil limbah minyak pelumas dapat menyimpan limbah minyak pelumas yang dihasilkannya paling lama 90 hari sebelum menyerahkan kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (PP No. 85 tahun 1999).
Bila limbah minyak pelumas yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per hari, penghasil limbah minyak pelumas dapat menyimpan limbah minyak pelumas yang dihasilkannya lebih dari 90 (sembilan puluh) hari sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah minyak pelumas, dengan persetujuan instansi yang bertanggung jawab (PP No. 85 tahun 1999).
3) Tata Cara Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”, adalah sebagai berikut :
b). Kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas dapat berupa drum atau tangki.
c). Pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan jika terjadi kerusakan dan apabila terjadi kecelakaan dapat segera ditangani.
d). Lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan untuk lalu lintas manusia minimal 60 m, dan kendaraan pengangkut (forklift).
e). Penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Jika berupa drum (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi dengan palet dan bila tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat dan plastik, maka harus dipergunakan rak.
f). Lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul disekelilingnva dan dilengkapi dengan saluran pembuangan meriuju bak penampungan yang kedap air . Bak penampungan dibuat mampu menampung 110 % dari kapasitas volume drum atau tangki yang ada di dalam ruang penyimpanan, serta tangtki harus diatur sedemikian sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain.
commit to user
18
Gambar 1. Pola penyimpanan kemasan drum.
Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No : Kep- 01 /BAPEDAL/09/1995 tentang Tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan Dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
4) Persyaratan Pengemasan Limbah Minyak Pelumas
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No : Kep- 01 /BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun maka kemasan (drum, tong atau bak kontainer) yang digunakan untuk menyimpan minyak pelumas bekas adalah sebagai berikut:
a). Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak.
b). Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan disimpan.
c). Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya.
d). Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan.
Gambar 2. Kemasan untuk Menyimpan Limbah Cair
Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No : Kep- 01 /BAPEDAL/09/1995 tentang Tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan Dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
5) Simbol Limbah Minyak Pelumas
Simbol limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib ada pada Setiap kemasan atau tempat/ wadah untuk kegiatan penyimpanan/ pengumpulan minyak pelumas bekas dan kegiatan pengangkutan limbah minyak pelumas bekas. Simbol ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik minyak pelumas bekas.
Gambar 3. Simbol Limbah B3 Klasifikasi Mudah Terbakar
commit to user
20
6) Persyaratan Bangunanan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas, maka Pengumpul minyak pelumas bekas wajib memenuhi persyaratan :
a). Memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kebakaran, dan peralatan komunikasi.
b). Konstruksi bahan bangunan disesuaikan dengan karakteristik pelumas bekas.
c). Lokasi tempat pengumpulan bebas banjir.
Dan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas, maka Persyaratan bangunan pengumpulan minyak pelumas bekas harus memperhatikan :
a). Lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak.
b). Konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1 %.
c). Rancang bangun untuk penyimpanan/ pengumpulan dibuat beratap yang dapat mencegah terjadinya tampias air hujan ke dalam tempat penyimpanan atau pengumpulan.
d). Bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan minyak pelumas bekas.
e). Bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding, dan apabila bangunan diberi dinding bahan bangunan dinding dibuat dari bahan yang mudah didobrak.
7) Dokumen
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No: Kep- 02 /Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun menyatakan bahwa setiap badan usaha yang melakukan pengolahan dan badan usaha yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan untuk mendapatkan nomor registrasi terlebih dahulu sebelum dokumen limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dipergunakan, dengan melampirkan izin pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) digunakan pada setiap pengangkutan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
8) Pelaporan
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996, setiap badan usaha yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib melaporkan kegiatan yang dilakukannya kepada Badan
commit to user
22
Bupati/Walikotamadya Daerah Tingkat II dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan, sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan.
9) Pihak Ketiga
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No: Kep- 01 /Bapedal/09/1995, Pihak ketiga adalah pihak yang mengadakan kegiatan pengangkutan limbah B3 dari penghasil atau dari pengumpul atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3 dan wajib memiliki izin dari Bapedal.
B. Kerangka Pemikiran Proses Produksi Minyak Pelumas Bekas Bahan Baku Tambahan (Minyak Pelumas) Penyimpanan Sementara Sesuai dengan KepBapedal No 255 Tahun 1996
Tidak Sesuai dengan KepBapedal No 255 Tahun 1996 Bahaya Terkendali Lingkungan Bersih Bahaya Tidak Terkendali Lingkungan Tercemar
commit to user
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode diskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu individu, keadaan dan gejala kelompok tertentu. Untuk kemudian dari data yang diperoleh, akan digunakan sebagai bahan penulisan laporan. Maksud dari tujuan penelitian ini yaitu dimana peneliti berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah di PT. INKA (Persero), yang terletak di Madiun, Jawa Timur.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dari penulisan laporan ini adalah pemeriksaan tempat pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero). Ruang lingkup penelitian hanya disekitar workshop dan di tempat penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) DI PT. INKA (Persero).
D. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti didalam melakukan penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data primer ini diperoleh dari observasi tempat penyimpanan minyak pelumas bekas, wawancara dengan tenaga kerja di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas, serta diskusi dengan pembimbing perusahaan tentang penyimpanan minyak pelumas bekas.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari dokumen record perusahan dan referensi pendukung sumber terkait yang masih ada relevansinya terhadap sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penyusunan penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dan ikut serta dalam kegiatan penyimpanan minyak pelumas bekas.
commit to user
26
3. Studi Kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan- laporan penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan dengan obyek permasalahan yang diteliti, yaitu tentang tata cara dan persyaratan penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas.
Adapun studi kepustakaan dalam penelitian ini meliputi:
a. Dokumen Perusahaan, berupa data tentang Berita Acara Pengawasan Penataan Lingkungan Hidup.
b. Buku referensi dan literatur sumber kepustakaan yang berisi materi tentang tata cara penyimpanan minyak pelumas bekas.
c. Kumpulan jurnal publik, artikel, maupun informasi dari media elektronik tentang tata cara penyimpanan minyak pelumas bekas.
F. Pelaksanaan
Program penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2011 sampai dengan tanggal 18 April 2011, adapun kegiatan peneliti selama melakukan penelitian adalah sebagai berikut:
1 Konsultasi
Pada kegiatan ini mahasiswa melakukan konsultasi dengan pembimbing perusahaan dari bagian staf K3LH dan tenaga kerja di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas untuk mendapatkan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan kegiatan penelitian tentang tata cara penyimpanan minyak pelumas bekas.
2. Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian yang dilakukan di PT. INKA (Persero) adalah sebagai berikut :
a. Observasi secara umum mengenai profil perusahaan dan proses produksi yang berjalan di perusahaan.
b. Observasi secara umum mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT.INKA (Persero).
c. Pelaksanaan magang yang dimulai observasi pendahuluan berdasarkan wawancara dengan pembimbing tentang Pengumpulan dan Penyimpnan limbah minyak pelumas bekas.
d. Pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data tentang Pengumpulan dan Penyimpanan limbah minyak pelumas bekas sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero).
e. Pencarian data pelengkap yang menunjang topik penelitian tentang Pengumpulan dan Penyimpnan limbah minyak pelumas bekas melalui arsip-arsip perusahaan, buku-buku referensi yang terkait dan materi-materi yang ada di internet.
G. Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif dengan pedoman-pedoman dan standar yang ada mengenai pikiran logis dalam pemecahan masalah yang ada, sehingga mampu memberikan gambaran dengan jelas
commit to user
28
sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
commit to user
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Sumber Minyak Pelumas Bekas
Sumber minyak pelumas bekas berasal dari area produksi di PT. INKA (Persero), minyak pelumas digunakan sebagai bahan pendukung pada proses industri yaitu untuk melumasi mesin produksi supaya mesin dapat berjalan dengan mulus dan bebas dari gangguan. Penggunaan minyak pelumas pada mesin produksi menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berupa minyak pelumas bekas. Minyak pelumas bekas berasal dari beberapa jenis minyak pelumas yang digunakan untuk kegiatan proses produksi di PT. INKA (Persero). Adapun jenis-jenis minyak pelumas yang digunakan di PT. INKA (Persero) adalah sebagai berikut :
a Idematsu 68 b Idematsu 32 c Turalic 68 d Meditran SAE 40 e Shell Tell Us 37 f Tonna 220 g Omala 150
Dalam satu hari area produksi dapat menghasilkan kira-kira 10-12 liter minyak pelumas bekas, dan dalam satu bulan menghasilkan minyak pelumas
commit to user
30
bekas kira-kira 400 liter atau 2 drum dan dalam satu tahun PT. INKA (Persero) menghasilkan kira-kira 4400 liter atau 22 drum. Setiap hari minyak pelumas bekas yang dihasilkan dikumpulkan dalam jrigen yang nantinya akan diambil oleh petugas yang berasal dari bagian logistik untuk dikumpulkan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas. Dalam satu jrigen terdapat bermacam-macam jenis minyak pelumas bekas, karena pada pengumpulannya minyak pelumas bekas langsung dicampur.
2. Lama Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Minyak pelumas bekas yang telah ditampung di drum kemudian disimpan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas. Minyak pelumas bekas yang telah disimpan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas sudah lebih dari enam bulan. Di PT. INKA (Persero) penyimpanan minyak pelumas bekas paling lama disimpan selama satu tahun.
3. Izin Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
PT. INKA (Persero) sebagai penghasil minyak pelumas bekas, telah melaksanakan kegiatan pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut. Kegiatan pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas tersebut berskala kota, karena minyak pelumas bekas yang dikumpulkan berasal dari lingkungan produksi yang berada di PT. INKA (Persero), maka wajib memiliki izin dari walikota untuk kegiatan penyimpanan minyak pelumas bekas. PT. INKA (Persero) telah mengajukan izin ke walikota kota Madiun, tetapi izin tersebut belum dikeluarkan karena belum adanya Peraturan Daerah (Perda) kota Madiun yang mengatur tentang izin penyimpanan minyak pelumas bekas.
4. Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas di PT. INKA (Persero)
a. Pengemasan Minyak Pelumas Bekas
Minyak pelumas bekas yang dikumpulkan berasal dari semua
workshop. Awalnya pada setiap workshop dikumpulkan di jrigen, kemudian
dikumpulkan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas dan dijadikan satu ke dalam drum. Di PT. INKA (Persero) penyimpanan minyak pelumas bekas menggunakan drum. Drum sebagai tempat penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut terbuat dari besi, dan drum tersebut berkapasitas isi 200 liter.
b. Simbol dan Label Minyak Pelumas Bekas
Terhadap kemasan yang telah berisi limbah minyak pelumas bekas harus diberi tanda sesuai dengan ketentuan yang berlaku hal ini dimaksudkan untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan.
Tanda ini berupa simbol yang disesuaikan dengan karakteristik minyak pelumas bekas yaitu simbol mudah terbakar. Pada drum yang berada di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas sudah di pasang label untuk menunjukkan bahwa drum yang ditempel ini merupakan termasuk limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3), label ini disebut dengan operasi label merah, dan juga pada drum diberi tanda berupa label yang menyatakan bahwa barang ini akan dibuang. Label yang di tempel dapat di lihat di
commit to user
32
c. Bangunan Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Bangunan Penyimpanan digunakan sebagai tempat penyimpanan minyak pelumas bekas. Di PT. INKA (Persero) tempat penyimpanan limbah minyak pelumas bekas berbentuk bangunan tanpa dinding dengan luas bangunan 4m x 5m dan memiliki atap yang terbuat dari seng, bangunan tersebut belum dapat menampung semua limbah minyak pelumas bekas. Pada bangunan tersebut sudah memiliki papan nama dan lantai bangunan tersebut terbuat dari paving, tidak bergelombang dan kuat. Pada bagian luar bangunan, lantai dibuat kemiringan 1% dengan tujuan air hujan dapat mengalir menjauhi bangunan penyimpanan. Pada tempat penyimpanan minyak pelumas ini belum ada kolam penampung untuk menampung ceceran minyak pelumas yang tumpah.
Penerangan pada bangunan penyimpanan minyak pelumas tersebut menggunakan penerangan alami saat siang hari dan saat malam hari menggunakan penerangan buatan berupa lampu. Pada bangunan penyimpanan minyak pelumas bekas tidak menggunakan ventilasi buatan dikarenakan bangunan tersebut berbentuk bangunan terbuka yang tidak memiliki dinding.
d. Pola Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Bagian dalam bangunan tempat penyimpanan minyak pelumas bekas pola penyimpanannya tidak beraturan, sehingga sulit dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan, pemeriksaan digunakan untuk mengetahui keadaan fisik dari drum. Drum minyak pelumas bekas
diletakkan di atas palet, setiap palet berisi 4 drum. Tidak ada jarak antar palet karena palet diletakkan saling berdempetan, dan tempat penyimpanan minyak pelumas bekas dapat diakses oleh tenaga kerja, tetapi tidak dapat diakses untuk lalulintas kendaraan forklift.
e. Lokasi Bangunan Minyak Pelumas Bekas
Lokasi bangunan sebagai tempat penyimpanan minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero) terletak dekat jalur lalu lintas kendaraan produksi misalnya forklift, dan jalur lalu lintas manusia. Lokasi bangunan penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut bebas dari banjir. Lokasi bangunan penyimpanan minyak pelumas bekas ini belum dapat dikatakan aman karena tempat penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut terletak di samping area produksi tepatnya di samping area PRKB, hal ini yang menyebabkan tempat penyimpanan minyak pelumas bekas dapat diakses oleh tenaga kerja yang tidak berkepentingan.
f. Sarana Pendukung di Tempat Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Sarana pendukung memiliki kegunaan sebagai sistem proteksi terjadinya bahaya misal terjadinya bahaya kebakaran. Pada tempat penyimpanan minyak pelumas tersebut memiliki sistem proteksi kebakaran meliputi, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), pemasangan label dan simbol. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang digunakan adalah APAR jenis powder 9kg. Pada tempat penyimpanan tersebut tidak ditemukan sarana pendukung lainnya misalnya kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK), alat komunikasi, pagar pengaman dan alarm pendeteksi
commit to user
34
g. Pengangkutan Minyak Pelumas Bekas
Pengangkutan minyak pelumas bekas bertujuan untuk mengirim minyak pelumas tersebut ke pemanfaat minyak pelumas bekas. Pada kendaraan yang digunakan untuk mengangkut sudah ada simbol tanda bahaya kebakaran tetapi belum dilengkapi dengan dokumen. Dokumen adalah surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) untuk diangkut dari lokasi kegiatan penghasil ke tempat penyimpanan di luar lokasi kegiatan, dan atau pengumpulan dan atau pengangkutan dan atau pengolahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan atau pemanfaatan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta penimbunan hasil pengolahan. Disetiap badan usaha atau industri yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diwajibkan mempunyai nomor registrasi dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) yang digunakan untuk pengisian dokumen limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3).
Saat ini PT. INKA (Persero) belum mengajukan permohonan kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan untuk mendapatkan nomor registrasi karena belum keluarnya izin penyimpanan sementara untuk limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3) berupa minyak pelumas bekas dari walikota kota Madiun, sehingga pengangkutan minyak pelumas bekas kepada pihak ketiga tidak disertai dengan dokumen, dan pengangkutan limbah minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero) belum memiliki izin operasi dari dinas perhubungan.
h. Pihak Ketiga
Pihak ketiga disini adalah pembeli atau pemanfaat yang akan membeli minyak pelumas bekas untuk digunakan kembali. Pembeli ini dapat ditentukan dari lelang atau rekanan lama yang sudah pernah membeli minyak pelumas bekas tersebut. Salah satu perusahaan yang pernah membeli minyak pelumas bekas adalah pabrik pembuatan gamping dan perusahaan perkapalan di Surabaya, minyak pelumas bekas tersebut digunakan kembali untuk bahan bakar boiler. Pada pihak ketiga ini belum memiliki izin Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) untuk pemanfaatan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) khususnya minyak pelumas bekas.
i. Pelaporan
Setiap penghasil limbah minyak pelumas bekas wajib melaporkan kegiatan pengolahan limbah minyak pelumas bekas seperti penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas. PT. INKA (Persero) belum melaporkan kegiatan tersebut kepada walikota maupun kepada dinas BAPEDAL.
5. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah (BMAL)
Pelaksanaan untuk pemenuhan Baku Mutu Air Limbah (BMAL) merupakan salah satu penilaian PROPER yang wajib ada pada setiap industry yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). PT. INKA (Perseo) telah melaksanakan pemantauan air limbah. Pemantauan air limbah
commit to user
36
dan Pemberantasan Penyakit Menular Surabaya. Pemantauan air limbah ini dilaksanakan guna mengetahui apakah air limbah dan air tanah mengandung minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3), karena pada ruang kompresor ditemukan ceceran minyak yang terbawa ke saluran air hujan. Hasil dari pengujian tersebut menyatakan bahwa semua parameter memenuhi Baku Mutu Air Limbah (BMAL). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian di lampiran 7.
B. Pembahasan
1. Lama Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Minyak pelumas bekas yang telah disimpan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas sudah lebih dari enam bulan, paling lama minyak pelumas bekas disimpan selama satu tahun. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 pasal 10 ayat 1 dinyatakan bahwa “Penghasil limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dapat menyimpan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkannya paling lama 90 hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)”.
2. Izin Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
PT. INKA (Persero) telah mengajukan ke walikota Madiun, tetapi izin tersebut belum dikeluarkan karena masih terganjal dengan Peraturan Daerah (Perda) kota Madiun yang belum mengatur tentang izin penyimpanan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Hal ini
tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 tahun 2009 pasal 5 ayat (1) b dan ayat 2, menyebutkan bahwa :
(1) Badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara dan/atau pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib mengajukan permohonan izin kepada:
b. Bupati/walikota untuk izin penyimpanan sementara dan izin pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) skala kabupaten/kota.
3. Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas di PT. INKA (Persero)
a. Pengemasan Minyak Pelumas Bekas
Di PT. INKA (Persero) pengemasan minyak pelumas bekas menggunakan drum. Drum sebagai tempat pengemasan minyak pelumas bekas tersebut terbuat dari besi, dan drum tersebut berkapasitas isi 200 liter. Hal ini sudah sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. 255 tahun 1996 pasal 2 menyatakan bahwa “Kemasan Harus Sesuai dengan Karakteristik Pelumas Bekas dapat Berupa Drum atau Tangki.
b. Simbol dan Label Minyak Pelumas Bekas
Pada drum yang berisi minyak pelumas tersebut sudah di pasang label berupa tanda bahwa ini adalah limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3) dan simbol mudah terbakar sesuai dengan karakteristik limbah minyak pelumas bekas tersebut. Hal ini sudah sesuai dengan Keputusan Kepala
commit to user
38
225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 5 ayat 3 menyebutkan bahwa “Setiap kemasan atau tempat/wadah untuk kegiatan penyimpanan/pengumpulan pelumas bekas wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan karakteristik minyak pelumas bekas.
c. Bangunan Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Di PT. INKA (Persero) tempat penyimpanan limbah minyak pelumas bekas berbentuk bangunan tanpa dinding dan memiliki atap yang terbuat dari seng. Luas bangunan tersebut 4m x 5m, bangunan tersebut belum dapat menampung semua limbah minyak pelumas bekas karena pada bangunan tersebut tidak mempertimbangkan perbandingan anatara volume limbah yang dihasilkan dengan luas bangunan. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”. Pada bangunan tersebut sudah memiliki papan nama dan lantai bangunan tersebut terbuat dari paving, tidak bergelombang dan kuat. Pada bagian luar bangunan, lantai dibuat kemiringan 1% sehingga air hujan dapat mengalir menjauhi bangunan penyimpanan. Pada bangunan penyimpanan minyak pelumas tersebut sistem ventilasi dan penerangan tersebut sudah memadai, pada siang hari penerangan menggunakan penerangan alami dan malam hari menggunakan lampu. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan
dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”. Pada tempat penyimpanan minyak pelumas ini belum ada kolam penampung untuk menampung ceceran minyak pelumas yang tumpah. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 2 f menyebutkan bahwa “Lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul disekelilingnva dan dilengkapi dengan saluran pembuangan menuju bak penampungan yang kedap air . Bak penampungan dibuat mampu menampung 110 % dari kapasitas volume drum atau tangki yang ada di dalam ruang penyimpanan, serta tangtki harus diatur sedemikian sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain”. d. Pola Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Pola penyimpanannya tidak beraturan, sehingga susah dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan. Drum minyak pelumas bekas diletakkan di atas palet, setiap palet berisi 4 drum. Tidak ada jarak antar palet karena palet diletakkan saling berdempetan, tempat penyimpanan minyak pelumas bekas dapat diakses oleh tenaga kerja, tetapi tidak dapat diakses untuk lalulintas kendaraan forklift. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
e. Lokasi Bangunan Minyak Pelumas Bekas
Lokasi bangunan bebas banjir. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No.
KEP-commit to user
40
Tempat Pengumpulan Bebas Banjir. Lokasi bangunan sebagai tempat penyimpanan minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero) belum dapat dikatakan aman dari jangkauan tenaga kerja karena letak tempat penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut dekat dari aktivitas manusia, hal ini tidak sesuai dengan Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No: Kep- 01 /Bapedal/09/1995 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”, yang menyebutkan bahwa “Jarak minimum antara lokasi dengan fasilitas umum adalah 50 meter”.
f. Sarana Pendukung di Tempat Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Sarana pendukung memiliki kegunaan sebagai sistem proteksi terjadinya kebakaran.
Pada tempat penyimpanan minyak pelumas tersebut memiliki sistem proteksi kebakaran meliputi, pemasangan APAR, pemasangan label dan simbol. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No: Kep- 01 /Bapedal/09/1995 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”. Pada tempat penyimpanan tersebut tidak ditemukan sarana pendukung lainnya misalnya kotak PPPK, alat komunikasi, pagar pengaman dan alarm pendeteksi kebakaran. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No: Kep- 01 /Bapedal/09/1995 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”.
g. Pengangkutan Minyak Pelumas Bekas
Pada kendaraan yang digunakan untuk mengangkut sudah ada simbol tanda bahaya kebakaran, hal ini telah sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 5 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Setiap Alat Angkut Minyak Pelumas Bekas Wajib Dilengkapi dengan Simbol dan Label” tetapi belum dilengkapi dengan dokumen hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Setiap penggangkutan minyak pelumas bekas wajib dilengkapi dengan dokumen limbah dan mengajukan nomor regisirasi dokumen pelumas bekas sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”
PT. INKA (Persero) belum mendapatkan nomor registrasi untuk penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Hal ini belum sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No: Kep- 02 /BAPEDAL/09/1995 pasal 3, disini disebutkan bahwa “Setiap Badan Usaha yang Melakukan Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Wajib Mengajukan Permohonan Kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan untuk Mendapatkan Nomor Registrasi Terlebih Dahulu Sebelum Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
commit to user
42
Berbahaya dan Beracun (B3)”. Pengangkutan limbah minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero) belum memiliki izin operasi dari dinas perhubungan. Hal ini tidak sesuai dengan PP No. 85 tahun 1999 yaitu: “Penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab. Pengangkutan limbah B3 wajib memliki izin pengangkutan dari Menteri Perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Instansi yang bertanggung jawab”.
h. Pihak Ketiga
Salah satu perusahaan yang membeli limbah minyak pelumas bekas adalah perusahaan perkapalan di Surabaya untuk bahan bakar boiler dan pabrik pembuatan gamping. Pada pihak ketiga ini belum mempunyai izin dari BAPEDAL untuk pemanfaatan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Pemereintah No. 18 tahun 2009 pasal 3 disebutkan bahwa “Kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 Sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (5) Huruf B Wajib Memiliki Izin dari Menteri”.
i. Pelaporan
PT. INKA (Persero) belum melaporkan kegiatan penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas.tersebut kepada walikota maupun kepada dinas BAPEDAL. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 6 yang menyatakan bahwa “Pengumpul
minyak pelumas bekas wajib melaporkan kegiatan yang dilakukannya kepada Badan Pengendalian Dampak lingkungan dengan tembusan Bupati/Walikotamadya Daerah Tingkat II dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan, sekurang-kurangnya sekali dalam 3(tiga) bulan”.
4. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah (BMAL)
PT. INKA (Perseo) telah melaksanakan pemantauan air limbah. Pemantauan air limbah dilakukan 1 (satu) tahun sekali. Pemantauan air limbah ini dilaksanakan guna mengetahui apakah air limbah dan air tanah mengandung minyak pelumas bekas. Hasil dari pengujian tersebut menyatakan bahwa semua parameter memenuhi Baku Mutu Air Limbah (BMAL).Hal ini sudah sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang “Membuang Air Limbah Kelingkungan Harus Memenuhi Baku Mutu”.
commit to user
44
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Sistem Pengumpulan dan Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero), Madiun, Jawa Timur maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem penyimpanan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero), belum sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. 255/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
2. Sistem pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero), belum sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. 255/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata Cra dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
B. Saran
Berdasarkan yang telah peneliti kemukakan maka saran peneliti dalam sistem pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero) adalah :
1. Sebaiknya PT. INKA (Persero) mempunyai surat izin dari Walikota kota Madiun.
2. Sebaiknya catatan tentang Karakteristik, jenis dan volume minyak pelumas bekas dilaporkan setiap enam bulan sekali kepada Badan Pengendalian Dampak lingkungan (BAPEDAL).
3. Sebaiknya penyimpanan minyak pelumas bekas tidak lebih dari 90 hari.
4. Sebaiknya pada tempat penyimpanan minyak pelumas dibuatkan kolam penampung untuk menampung ceceran minyak pelumas yang tumpah.
5. Sebaiknya bangunan penyimpanan minyak pelumas bekas disesuaikan dengan volume minyak pelumas bekas yang dihasilkan.
6. Sebaiknya lokasi bangunan tempat penyimpanan minyak pelumas bekas jauh dari jangkauan manusia.
7. Sebaiknya ada sarana-sarana pendukung seperti kotak PPPK, alat komunikasi, pagar pengaman dan alarm pendeteksi kebakaran yang diletakkan di area tempat penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
commit to user
46
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2001. Bahan-Bahan Berbahaya dan Dampaknya terhadap Kesehatan Manusia. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.
________, 2009. Oli Bekas Limbah B3 dari Bengkel.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=Limbah+B3+dari+Beng kel+Oli+Bekas&dn=20090504003213. ( 8 Maret 2011)
Adhimas, 2010. Bahan Kimia Berbahaya dan Keselamatan Kesehatan. http://adhimas.wordpress.com (9 Maret 2011)
Apri, 2008. Pengolahan Minyak Pelumas Bekas.
http://Apriphysics.blogspot.com/2008.03.01 (9 Maret 2011)
Bagus Priyambada, Ika, 2006. Studi Evaluasi Sistem Pengumpulan, Pewadahan,
Penyimpanan dan Pengangkutan Limbah Padat B3 (Studi Kasus PT. Phapros tbk semarang). Semarang : UNDIP.
Fitria Sari, Vivin, 2009. Pengelolaan Limbah Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun
(B3) di PT. Tri Polyta Indonesia tbk Cilegon, Banten. Surakarta : UNS.
Kementerian Lingkungan Hidup RI, 2002. Himpunan Peraturan
Perundang-undangan Dibidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pengendalian Dampak Lingkungan Era Otonomi Daerah. Jakarta : Kemlinghup.
Lawai, 2010. Bahaya Oli Bekas. http://jetjezter.blogspot.com/2010/09/oli-bekas-adalah-limbah-yg-mengandung_18.html. ( 8 Maret 2011)
Stisya, Iadha, 2010. Pengelolaan B3 (Tl-3204) Evaluasi Pengelolaan Oli Bekas
Sebagai Limbah B3. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Sugeng Budiono, R.M.S. Jusuf, Adriana Pusparini, 2003. Bunga Rampai Hiperkes
dan KK. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Suma’mur P.K., 2009. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV. Gunung Agung.