PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN RUMAH ADAT KARO SEBAGAI CAGAR BUDAYA
DI DESA LINGGA KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Apni Rosanti Perangin-angin
NIM. 308111013
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
ABSTRAK
Apni Rosanti Perangin-angin, NIM 308111013, Persepsi Masyarakat Terhadap
Pelestarian Rumah Adat Karo Sebagai Cagar Budaya Di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan rumah adat Karo, dan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 198 kepala keluarga maka yang menjadi sampel adalah 20 kepala keluarga.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka alat pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi, angket dan wawancara. Metode penelitian deskriptif kualitatif. Untuk pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis dengan rumus tabel frekuansi.
Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan, berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan bahwa persepsi masyarakat mengenai pelestarian rumah adat Karo sebagai cagar budaya di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo berpikiran positif tetapi dalam partisipasi masyarakat atau perhatian masyarakat dalam pelestarian rumah adat karo ini masih dalam taraf yang sangat rendah.
iv
ABSTRACT
Apni Rosanti Perangin-wind, NIM 308111013, Perceptions of Traditional
House Preservation Society Against Karo As Lingga Heritage Village Four Karo District interchange.
This study aims to determine the potential of Karo traditional houses as cultural heritage, to know the factors that contributed to the lack of attention in preserving the traditional Karo house, and to determine the public perception of the existence of traditional Karo house today. The research was conducted in the village of Lingga Four Karo District interchange. The population of this study were 198 heads of households so that the sample is 20 households. To obtain the necessary data in this study the data collection tool that is used is through observation, questionnaires and interviews. Descriptive qualitative research methods. For processing the data in this study using the technique of analysis by the formula frekuansi table.
So a conclusion can be drawn, based on the results of research by the author that the public perception regarding the preservation of traditional Karo house as a cultural heritage in the village of Lingga Karo District interchange Four positive thinking but in the public participation or public interest in preserving the traditional house is still in its early stages karo very low.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul : Persepsi Masyarakat terhadap
Pelestarian Rumah Adat Karo Seabagai Cagar Budaya di Desa Lingga Kecamatan
Simpang Empat Kabupaten Karo.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada;
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, MSi selaku rektor UNIMED beserta
stafnya.
2. Bapak Drs. H. Restu, MS selaku Dekan FIS UNIMED, Pembantu Dekan
beserta stafnya.
3. Ibu Dra. Yusna Melianti, M.H selaku ketua jurusan PPKn.
4. Bapak Parlaungan G. Siahaan, SH. M.Hum selaku seketaris jurusan PPKn.
5. Ibu Dra. Yusna Melianti, M.H selaku dosen pembimbing skripsi penulis,
yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan,
dan memberikan saran-saran kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.
6. Bapak Drs. Liber Siagian,MSi selaku dosen pembimbing akademik dan
sekaligus dosen penguji penulis yang memberikan masukan demi
7. Bapak Parlaungan G. Siahaan, SH. M.Hum selaku dosen penguji saya yang
memberikan masukan demi penyempurnaan skripsi ini.
8. Bapak Drs. Suady Husin, SH. MS selaku dosen penguji penulis yang
memberikan masukan demi penyempurnaan skripsi ini.
9. Bapak dan ibu dosen jurusan PPKn FIS UNIMED yang telah membantu
dalam perkuliahan dan bapak Sugino selaku staf Tata Usaha di jurusan PPKn.
10.Teristimewa kepada orang tua saya yang banyak membantu dan memberikan
dukungan baik materil maupun moril kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11.Bapak Benyamin Sembiring selaku kepala desa Lingga Kecamatan Simpang
Empat Kabupaten Karo dan seluruh masyarakat Desa Lingga.
12.Adek-adek saya tercinta Andri Fernando Perangin-angin, Anisa Kristiani
Perangin-angin dan Santi Ngalemisa Perangin-angin yang mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Teman-teman penulis yang tercinta Fitsry M.D Siburian, Widya Y
Butar-butar, Ida Sastrayani Saragih, Jusniar Silaban dan seluruh kelas regular-A
PKn dan teman stambuk 2008 di jurusan PKn dan seluruh
teman-teman di jurusan PKn.
kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini. Untuk itu penulis mengucapkan
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada tulisan ini, oleh
karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk memperbaiki tulisan ini di masa yang akan datang.
Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan
bagi pembaca pada umumnya.
Terima kasih.
Medan, Juli 2012
Penulis
Apni Rosanti Perangin-angin
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBINGBING ... i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
B. Kerangka Berpikir ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
A. Lokasi Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel ... 29
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ... 31
E. Teknik Analisis Data ... 32
viii
A. Hasil Penelitian ... 33
B. Pembahasan Hasil penelitian... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1: Komposisi penduduk Desa Lingga berdasarkan jenis
kelamin dan agama ... 34
Tabel 2: Peruntukan dan manfaat lahan ... 34
Tabel 3: Tanggapan masyarakat terhadap pelestarian rumah adat Karo bagi masyarakat Karo ... 39
Tabel 4: Tanggapan masyarakat terhadap rumah adat Karo dijadikan sebagai tempat pariwisata di Lingga ... 40
Tabel 5: Masyarakat Karo (Lingga) yang ikut melestarikan rumah adat Karo ... 42
Tabel 6: Kondisi rumah adat Karo saat ini... 44
Tabel 7: Masyarakat yang mau tinggal di rumah adat Karo ... 45
Tabel 8: Nyaman tinggal dalam rumah adat Karo ... 46
Tabel 9: Keadaan seni budaya masyarakat Karo saat ini ... 48
Tabel 10: Manfaat rumah adat Karo bagi masyarakat Karo ... 49
Tabel 11: Menceritakan keadaan kehidupan masyarakat di rumah adat Karo kepada keturunan ... 51
Tabel 12: Nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat Karo yang tinggal di rumah adat perlu dilestarikan/dikembangkan ... 52
Tabel 13: Masyarakat Karo menyadari akan pentingnya pelestarian rumah adat Karo ... 54
x
Karo ... 56
Tabel 15: Rumah adat Karo masih dapat dibangun sesuai dengan
aslinya ... 57
Tabel 16: Ornamen-ornamen dalam rumah adat Karo baik dijadikan
sebagai seni ... 59
Tabel 17: Mempromosikan rumah adat Karo sebagai tempat tujuan
wisata ... 61
Tabel 18: Pemerintah Kabupaten Karo memperhatikan pelestarian
rumah adat Karo ... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Daerah Kabupaten Karo umumnya didiami oleh suku Karo. Tanah Karo
sebagai hunian orang suku Karo memiliki peninggalan masa lalu yang merupakan
hasil aktivitas kehidupan warganya, beberapa aspek kehidupan masyarakat Karo
pada masa lalu dapat dikenali dari beberapa peninggalan budaya yang berupa
objek arkeologis dan historis.
Masyarakat Karo umumnya hidup dari pertanian dan peternakan. Setelah
menjadi daerah yang lebih terbuka, dilandasi dengan masuknya agama,
transfortasi, serta masuknya wisatawan, maka masyarakat Karo juga
mengembangkan pola mata pencaharian lainnya. Tidak mengherankan jika
masyarakat Karo juga menjadi pengusaha, pekerja, pengrajin, pedagang, dan
sebagainya.
Kabupaten Karo yang ibukotanya Kabanjahe memiliki objek wisata antara
lain: Lingga, Berastagi, Kabanjahe, Barusjahe, Danau Lau Kawar, Air Terjun
Sikulikap, Lau Debuk-debuk, Air Terjun Sipiso-piso, dan Tongging.
Desa Lingga terkenal dengan peninggalan rumah adat karo, melalui rumah
adat ini kita akan mengetahui bagaimana kebudayaan masyarakat Karo. Rumah
adat Karo sangat terkenal akan keindahan seni arsitekturnya yang khas, gagah dan
kokoh dihiasi dengan ornamen - ornamennya yang kaya akan nilai - nilai filosofis.
Bentuk, fungsi dan makna rumah adat Karo menggambarkan hubungan yang erat
2
lingkungannya. Pemilihan bahan untuk membangun rumah adat Karo serta proses
pembangunannya yang tanpa menggunakan paku, besi atau pengikat kawat,
melainkan menggunakan pasak dan tali ijuk semakin menambah keunikan rumah
adat Karo.
Pembangunan rumah adat Karo tidak terlepas dari jiwa masyarakat Karo
yang tak lepas dari sifat kekeluargaan dan gotong-royong. Rumah
adat menggambarkan kebesaran suatu Kuta ( kampung ), karena dalam
pembangunan sebuah rumah adat membutuhkan tenaga yang besar dan memakan
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu pembangunan Rumah Adat dilakukan
secara bertahap dan gotong royong yang tak lepas dari unsur kekeluargaan.
Kegiatan gotong - royong ini terutama digerakkan oleh sangkep sitelu ( sukut,
kalimbubu dan anak beru ) yang dibantu oleh anak Kuta ( masyarakat kampung
setempat ).
Untuk mewujudkan peningkatan pembangunan pariwisata Lingga yang lebih
berdaya guna dan berhasil guna, diperlukan daya dan dana yang besar serta
dibutuhkan perencanaan yang mantap disertai tata kerja yang lebih teratur dan
kesadaran serta disiplin aparat penyelenggaraan dalam melaksanakan tugasnya,
dan dengan didukung partisipasi masyarakat.
Oleh karena itu, peninggalan budaya Karo dijadikan sebagai cagar budaya
demi kelestarian peninggalan sejarah budaya Karo. Menurut UU No 11 Tahun
2010 tentang cagar budaya pasal 1 ayat 2, benda cagar budaya adalah benda alam
dan atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa
3
hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. Cagar
budaya adalah susunan binaan yang terbuat atau benda alam atau benda buatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan atau tidak berdinding
dan bertutup.
Jika kita telusuri, peninggalan sejarah ditanah Karo hampir sulit ditemukan.
Salah satunya rumah adat di tanah Karo hanya tinggal beberapa lagi karena
kurangnya kesadaran dan biaya dalam pelestarian rumah adat ini. Ini dibuktikan di
Desa Lingga kondisi rumah peninggalan nenek moyang Karo tersebut sangat
memprihatinkan. Dulu di Desa Lingga ini terdapat sekitar 28 rumah adat kini
tinggal 2 buah lagi yang layak huni.
Pada masyarakat Karo terdapat beberapa rumah tradisional yang dihuni oleh
beberapa keluarga, yang penempatan jabu-nya didalam rumah tersebut diatur
menurut ketentuan adat dan didalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat, itulah
yang disebut dengan rumah adat Karo. Rumah Adat Karo ini berbeda dengan
rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah adat Karo.
Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai kehidupan dalam
rumah adat itu diatur oleh adat Karo, dan karena itulah disebut rumah adat.
Rumah Adat Karo tidak sekedar menonjolkan efisiensi fungsi ruang tapi juga
tempat menumbuhkan nilai-nilai salah satunya kebersamaan, salah satu nilai yang
kuat yang terpancar di rumah ini karena di dalam rumah adat ini tinggal dua belas,
delapan, enam, dan empat keluarga yang hidup berdampingan dalam keadaan
4
Oleh karena itu, rumah adat Karo harus dilestarikan sebagai cagar budaya
agar masyarakat mengenal budaya Indonesia yang penuh dengan nilai-nilai
kehidupan khususnya masyarakat di Tanah Karo. Jadi berdasarkan uraian diatas
penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Persepsi
Masyarakat terhadap Pelestarian Rumah Adat Karo sebagai Cagar Budaya
di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah dalam penelitian. Tanjung (2010: 25) menyatakan
mengidentifikasikan masalah tidak lain menguraikan lebih jelas tentang masalah
yang telah ditetapkan pada latar belakang penelitian. Di dalamnya berisi
perumusan eksplisit masalah yang terkandung dalam suatu fenomena.
Rumah adat Karo saat ini sangat memprihatinkan keadaannya, dari begitu
banyak rumah adat yang ada di Kabupaten karo pada saat ini hanya tinggal
beberapa 2 buah yang ada di Desa Lingga. Ini membuktikan bahwa rendahnya
perhatian masyarakat dan pemerintah akan peninggalan sejarah khususnya di
Kabupaten Karo.
Berdasarkan uraian di atas penulis mengidentifikasikan masalah antara lain:
1. Potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya.
2. Peranan masyarakat Batak Karo di Desa Lingga dalam melestarikan rumah
adat Karo.
5
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan
rumah adat Karo.
5. Persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini.
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan penelitian di lapangan sangat diperlukan pembatasan
masalah. Sesuai dengan judul penelitian ini Persepsi masyarakat terhadap
pelestarian Rumah Adat Karo sebagai cagar budaya di Desa Lingga
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.
Agar pembahasan mengarah, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini, dengan demikian yang menjadi pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan
rumah adat Karo.
3. Persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini.
D. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah adalah:
1. Potensi apa yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam
melestarikan rumah adat Karo?
3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo saat ini?
E. Tujuan Penelitian
6
1. Untuk mengetahui potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar
budaya.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian
dalam melestarikan rumah adat Karo.
3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap eksistensi rumah adat Karo
saat ini
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat:
1. Agar pemerintah daerah Kabupaten Karo memperhatikan upaya pelestarian
peninggalan budaya.
2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat Karo tentang pentingnya pelestarian
peninggalan budaya.
3. Sebagai bahan masukan bagi penatua adat masyarakat karo tentang
pentingnya pelestarian peninggalan budaya.
4. Menambah wawasan pengetahuan peneliti dan pembaca mengenai rumah
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka pada
bab ini penulis mengemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Potensi yang dimiliki rumah adat Karo sebagai cagar budaya adalah rumah
adat Karo merupakan salah satu peninggalan budaya di Tanah Karo yang
harus dilestariakan. Dan ornamen-ornamen dalam rumah adat Karo baik
untuk dijadikan sebagai seni. Nilai-nilai kehidupan dalam rumah adat Karo
baik dijadikan sebagai pedoman hidup oleh masyarakat Karo saat ini.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dalam melestarikan
rumah adat Karo yaitu ketidakjelasan pemerintah daerah dalam mengelola
rumah adat Karo dan rumah adat Karo dimiliki oleh beberapa orang jadi
masyarakat mengganggap bahwa itu adalah tugas pemilik rumah dalam
memperbaiki rumah adat Karo.
3. Persepsi masyarakat Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten
Karo terhadap pelestarian rumah adat Karo sebagai cagar budaya bersifat
positif bahwa masyarakat menyadari bahwa rumah adat Karo itu baik untuk
dilestarikan, tetapi partisipasi masyarakat rendah dan perhatian pemerintah
Kabupaten Karo juga rendah.
B. Saran
1. Pada kenyataannya alangkah baiknya peninggalan sejarah yang ada di
Indonesia dan di Tanah Karo khususnya dikelola oleh instansi yang
71
berwenang sehingga dapat terawat dengan baik. Dan dimanfaatkan berbagai
kepentingan seperti kepariwisataan sehingga dapat menjadi sumber
pendapatan bagi pemerintah daerah dan penduduk setempat.
2. Pemerintah Karo sebagai pengelola benda cagar budaya diharapkan adanya
pembinaan kepada masyarakat agar dapat berperan serta dalam melestarikan
benda peninggalan sejarah.
3. Kebudayaan adalah warisan dari leluhur yang perlu dilestarikan dari generasi
ke generasi. Begitu juga dengan kehidupan dalam rumah adat Karo harus
dilakukan sampai sekarang jangan sampai nilai-nilai dalam rumah adat Karo
72
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Bangun, Tridah. 2001. Koran Karo-karo Pejuang 1945. Medan: Tani Namura.
Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2000.
Fitriaty Harahap, Rita Margaretha dan Lucas Partanda Koestro. 2008. Peninggalan Budaya Tanah Karo: Pengenalan Bagi Pemanfaatan dan Pemerdayaan dalam Kepariwisataan. Fakultas Sastra USU
Prinst, Darwan. 2008. Adat Karo. Medan: Bina Media Printis
Shadily, Hassan. 2004. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soekanto, Soejono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Sarjani. 2009. Lantera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya. Medan.
Tanjung, Bahdin Nur. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan: Kencana.
Yoeti, Oka A. 2000. Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Undang-undang (peraturan) :
Undang-undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
Internet :
Barus. http://www.karoweb.or.id/rumah-adat-karo/. Fungsi Dan Makna Gerga (Hiasan) Pada Rumah Adat Karo Di Tanah Karo Sumatera Utara. Sabtu, 10 Maret 2012.
73