• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komposisi Media dan Fertigasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Komposisi Media dan Fertigasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

   

i

 

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN FERTIGASI PUPUK

ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

KEMUNING (

Murraya paniculata

(L.) Jack) DI PEMBIBITAN

RAY MARCH SYAHADAT

A24080004

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

 

RINGKASAN

RAY MARCH SYAHADAT. Pengaruh Komposisi Media dan Fertigasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) di Pembibitan (Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ). 

Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) dapat digunakan sebagai obat tradisional, tanaman lanskap, dan tanaman hias. Banyak penelitian mengenai fitofarmakologi M. paniculata (L.) Jack tapi tidak pada penelitian mengenai budidaya. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 hingga Maret 2012 di Gunung Batu, Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi komposisi media dan aplikasi fertigasi dengan pupuk organik terhadap pertumbuhan M. paniculata (L.) Jack.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Teracak dengan perlakuan komposisi media tanah latosol Darmaga + arang sekam padi (1:1) v/v tanpa fertigasi; komposisi media tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + pupuk kandang kambing (1:1:1) v/v dan aplikasi fertigasi dengan kotoran kambing; komposisi media dengan tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + pupuk kandang kambing (1:1:1) v/v dan aplikasi fertigasi dengan pupuk kandang kotoran ayam; komposisi media tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran ayam (1:1:1 ) v/v dan aplikasi fertigasi dengan kotoran kambing; komposisi media tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran ayam (1:1:1) v/v dan aplikasi fertigasi dengan pupuk kandang ayam. Konsentrasi yang digunakan untuk fertigasi yaitu 1 kg pupuk organik per 5 liter air, dengan dosis 60 ml per tanaman, dan diaplikasikan setiap dua minggu.

(3)

   

iii

 

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN FERTIGASI PUPUK

ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

KEMUNING (

Murraya paniculata

(L.) Jack) DI PEMBIBITAN 

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RAY MARCH SYAHADAT

A24080004

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

 

Judul :

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN

FERTIGASI PUPUK ORGANIK TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN KEMUNING

(

Murraya paniculata

(L.) Jack) DI

PEMBIBITAN

Nama

: RAY MARCH SYAHADAT

NIM

:

A24080004

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. NIP. 19591026 198503 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

(5)

   

v

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 4 Maret 1990. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Edy Basri, SE. dan Wa Ode Nursil.

Penulis menyelesaikan pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Tahun 1996 penulis menyelesaikan pendidikan di TK Kuncup Pertiwi, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SD Negeri 12 Baruga Kuncup Pertiwi. Tahun 2005 lulus dari SMP Negeri 1 Kendari, kemudian pada tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 1 Kendari. Penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2008 dan kemudian memilih Komunikasi sebagai bidang keahlian pelengkap (minor) dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi diantaranya Center of Entrepreneur Development for Youth (Century) 2009-2010, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian 2010-2011, dan Ikatan Kerukunan Pelajar Mahasiswa dan Rumah Tangga Sulawesi Tenggara (IKPMRT-Sultra) 2008-2012. Prestasi yang pernah diraih selama kuliah antara lain Juara 1 lomba masak IPB

Celebration Day 2008, peraih dana PKM-P Dikti 2010 dengan judul Pengaruh Konsentrasi Chitosan Sebagai Salah Satu Alternatif Teknologi untuk Meningkatkan Periode Simpan Benih Kakao (Theobroma cacao L.), dan Best Presenter dalam acara Communication Day 2011.

Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah pengendalian gulma tahun ajaran 2011/2012, volunteer staff di UPTD Balai Pelatihan Pertanian Cianjur – Jawa Barat pada tahun 2011, dan kini sedang bekerja di Green TV sebagai script writer.

(6)

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian pengaruh komposisi media dan fertigasi pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) di pembibitan yang dilaksanakan terdorong oleh keinginan mengetahui cara pembibitan kemuning yang efektif dan ketertarikan penulis terhadap tanaman obat.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penyusunan skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen penguji, yaitu Dr. Ir. Maya Melati, M.S., M.Sc. dan Prof. Dr. Ir. M. H. Bintoro, M.Agr. atas saran dan masukan yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. M. A. Chozin, M.Agr. selaku pembimbing akademik selama berkuliah di IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman yang memberikan bantuan (Fani Sukma, Gusmen, Bayu, Mela, Mariski, Mitro, Yuyuk, Arief, Endah Pipit, Endah Rahadani, Melisa, Izza, Mia, Eline, Adis, Ami, Silvan, Desi, Pawan, Andri, Rista, Hardian, Ayu Rosa, Ea, Rifa, Sarah, Eiko, Suley, Aline, dan Ryzall). Kepada keluarga yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, 25 April 2012

(7)

   

vii

 

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Percobaan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Kemuning ... 4

Pembibitan ... 5

Media Tanam ... 6

Pemupukan ... 7

Pupuk Organik ... 8

BAHAN DAN METODE ... 10

Tempat dan Waktu ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Percobaan ... 10

Pelaksanaan Percobaan ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

Hasil ... 17

Pembahasan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

Kesimpulan ... 41

Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45

(8)

 

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Skor Rekomendasi Komponen Pertumbuhan Kemuning di Pembibitan ... 15

2. Skor Kandungan Bahan Bioaktif ... 15

3. Bobot Jenis Media ... 17

4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman ... 19

5. Tinggi Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan ... 20

6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun ... 21

7. Jumlah Daun pada Lima Perlakuan Pemupukan ... 21

8. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Anak daun ... 22

9. Jumlah Anak Daun pada Lima Perlakuan Pemupukan ... 23

10. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Bunga ... 23

11. Jumlah Bunga pada Lima Perlakuan Pemupukan ... 24

12. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Buah ... 25

13. Jumlah Buah pada Lima Perlakuan Pemupukan ... 25

14. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Cabang ... 26

15. Jumlah Cabang pada Lima Perlakuan Pemupukan ... 27

16. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Bobot Basah Tanaman ... 28

17. Bobot Basah Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan ... 29

18. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman ... 30

19. Bobot Kering Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan ... 31

20. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Panjang Akar, Luas Daun, Laju Tumbuh Relatif, dan Laju Asimilasi Bersih ... 31

21. Panjang Akar, Luas Daun Laju Tumbuh Relatif, dan Laju Asimilasi Bersih pada Lima Perlakuan ... 32

22. Hasil Skoring Bibit Berkualitas Baik ... 34

23. Matriks Hasil Uji Korelasi antar Perlakuan yang Diamati... 35

24. Hasil Uji Fitokimia Senyawa Bioaktif Daun Tanaman Kemuning ... 36

(9)

   

ix

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Karakterisitik Morfologi yang Diamati ... 13 2. Tanaman Kemuning yang Terserang Diserang BrCA (T. citricida Kirk) ... 18 4. Laju Tumbuh Relatif ... 33 5. Laju Asimilasi Bersih ... 33

(10)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kapasitas Lapang Media ... 46

2. Hasil Analisis Tanah ... 46

3. Data Iklim ... 47

4. Tata Letak Percobaan ... 47

5. Hasil Uji Fitokimia Kandungan Bahan Bioaktif Daun Kemuning ... 48

6. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah ... 49

7. Interprestasi Nilai Unsur Hara Mikro ... 49

8. Keragaan Tanaman Kemuning di Akhir Pengamatan ... 50

9. Skema Lintasan Bioaktif ... 50

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman obat dan ramuan obat tradisional merupakan aset nasional yang perlu terus digali, diteliti, ditingkatkan, dan dioptimalkan pemanfaatannya. Hal ini juga didukung oleh adanya kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat dan gaya hidup back to nature, yang ditunjukkan dengan naiknya kecenderungan minat masyarakat dunia terhadap tanaman obat tradisional (Kartasubrata, 2010). Meskipun sumber bahan baku tanaman obat di Indonesia cukup melimpah, akan tetapi hingga saat ini belum menjamin kemantapan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.

Pengelompokan komoditas hortikultura, tidak melihat dari sisi botani tanaman tersebut tapi melihat dari sisi penggunaannya. Dewasa ini banyak jenis tanaman yang dikembangkan. Terdapat beberapa jenis tanaman yang memiliki fungsi ganda (Zulkarnain, 2010). Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) merupakan salah satunya. Tanaman famili rutaceae ini sering digunakan sebagai tanaman hias pagar karena morfologi tajuknya yang lebar, serta memiliki nilai estetika dari bunga berwarna putih dan beraroma harum (Mattjik, 2010). Tanaman yang biasa dikenal oleh dunia barat dengan nama orange jessamine ini, juga digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat. Bagian yang digunakan untuk pengobatan diperoleh dari daun, ranting, kulit batang, dan akar (Heyne, 1987).

Sulaksana dan Jayusman(2005) menyatakan bahwa daun kemuning memiliki efek farmakologis yang berkhasiat sebagai pemati rasa (anestesia), penenang (sedatif), anti radang, antirematik, antitiroid, penghilang bengkak, pelangsing tubuh, pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit. Dalimarta (1999), Sangat et al.

(2000), dan Yuniarti (2008) menambahkan daun kemuning juga berkhasiat untuk radang buah zakar, infeksi saluran kencing, kencing nanah, keputihan, haid tidak teratur, nyeri pada tukak (ulkus), sakit gigi, dan batuk sesak. Selain daun, akar dan kulit batang kemuning juga memiliki khasiat. Akar kemuning berkhasiat untuk memar akibat benturan, nyeri rematik, keseleo, digigit serangga, ular berbisa, bisul,

(12)

 

ekzema, koreng, epidemik encephalitis B. Selanjutnya, kulit batang berkhasiat untuk sakit gigi, dan nyeri akibat luka terbuka di kulit atau selaput lendir.

Kandungan kimia yang terdapat pada daun kemuning antara lain L-cadinene, methyl-anthranilate, bisabolene, β-caryophyllene, geraniol, carene, 5-guaiazulene,

osthole, paniculatin, tanin, eugenol, citronellol, coumurrayin, dan coumarin derivatives (Kardono et al., 2003). Sementara itu, Sulaksana dan Jayusman (2003) menyatakan bahwa kulit batang kemuning mengandung mexotionin dan 5-7-dimetoxy-8-2,3-dihydroxyisopenthylcoumarin, pada bunga kemuning mengandung

scopoletin dan buahnya mengandung semi-α-carotene.

Kemuning biasanya dijual dalam bentuk tanaman dalam polybag, daun potong, simplisia, daun basah, dan dalam bentuk kapsul. Selain itu, coumurrayin

dari daun kemuning juga dijual khusus.

Peranan media tanam menentukan kualitas tanaman. Media perakaran yang baik, akan mewujudkan bibit tanaman yang juga baik. Selain media, kualitas tanaman juga dipengaruhi oleh ketersediaan hara. Ketersediaan hara pada media dapat diperoleh dengan pemupukan. Saifudin et al. (2011) menyatakan bahwa efek toksik baik dari luar maupun dalam pada bahan tanaman obat, harus sedapat mungkin dihindari. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan penggunaan pupuk organik dalam budidaya tanaman obat sangat diharapkan karena penggunaan pupuk organik dapat mengurangi resiko efek toksik pada bahan tanaman obat.

Pupuk kandang sebagai pupuk organik memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk lainnya. Selain menyediakan hara bagi tanaman, pupuk kandang juga mampu memperbaiki struktur fisik, kimia, dan biologi tanah, serta ramah lingkungan. Alviana dan Susila (2009) menyatakan bahwa pemupukan dengan menggunakan metode fertigasi lebih efektif pada tanaman sebab tanaman menyerap unsur hara melalui akar dalam bentuk ion dalam larutan.

(13)

 

   

mendapatkan tanaman yang prima. Dengan demikian, kemuning bisa dimanfaatkan dengan optimal dalam penggunaannya.

Tujuan Percobaan

Mempelajari pertumbuhan tanaman kemuning dari biji di pembibitan, mempelajari pengaruh komposisi media dan fertigasi dengan pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman kemuning di pembibitan, dan melihat pengaruh perlakuan terhadap kandungan bahan bioaktif pada daun kemuning di pembibitan.

Hipotesis

(14)

 

TINJAUAN PUSTAKA

Kemuning

Kemuning (Muraya paniculata (L.) Jack) merupakan golongan tanaman semak atau pohon kecil, dengan performa batang yang tegak dan tajuk yang luas (Gillman, 1999). Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dengan jeruk ini berasal dari Asia Tenggara dan Australia (North Coast Weed Read, 2008) tetapi ada pula yang menyatakan bahwa kemuning berasal dari daratan India, Asia Selatan (Sulaksana dan Jayusman, 2005).

Mattjik (2010), Sulaksana dan Jayusman (2005), serta Rohman dan Riyanto (2005) menyatakan dalam keseharian, kemuning umumnya digunakan sebagai tanaman hias dan tanaman obat. Selain itu, Mollah dan Islam (2008) serta Heyne (1987) menyatakan bahwa kemuning juga biasa digunakan sebagai bahan baku produk seni kriya, kosmetik, dan insektisida nabati.

Ayu (2011) dan Mattjik (2010) menyatakan bahwa bunga kemuning merupakan bunga majemuk yang keluar dari ketiak daun atau ujung ranting, berbentuk terompet berwarna putih, jumlahnya sekitar 1-8. Buahnya buni berdaging, bentuknya bulat telur atau bulat memanjang, dengan panjang 8-12 mm, berwarna hijau jika masih muda dan bewarna merah ketika masak yang muncul sepanjang tahun. Selain itu, Mursito dan Prihmantoro (2011) menyatakan bahwa kulit buah kemuning mengandung minyak dan dalam satu buah terdapat 1-2 biji.

Tinggi tanaman kemuning dapat mencapai 3-3.5 m. Warna daun kemuning mengkilap, berbentuk oval, ujung lancip, dan panjangnya 5 cm (Mattjik, 2010). Daun kemuning merupakan daun majemuk, bersirip ganjil, dengan anak daun 3-9, dan letaknya berseling, serta tidak berbau ketika diremas. Helaian anak daun bertangkai, bentuk bulat telur sungsang atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata atau agak beringgit, panjang 2-7 cm, dan lebar 1-3 cm. Kemuning bersifat pedas, pahit, dan hangat (Ayu, 2011).

(15)

 

   

Prihmantoro (2011) menyatakan bahwa diameter batang kemuning dapat mencapai 60 cm.

Lingkungan tumbuh yang diinginkan kemuning yaitu cahaya sedang hingga terang, tetapi toleran terhadap cahaya rendah, kelembaban 60-70%, dan suhu udara sekitar 18-240C (Mattjik, 2010). Kemuning dapat ditemukan hingga ketinggian ± 400 mdpl. Tanah yang cocok untuk budidaya kemuning yaitu tanah masam, tanah alkali, tanah lempung, tanah liat, dan tanah berpasir. Jarak antar tanaman yang digunakan bila dibudidayakan di lahan yakni sekitar 91-152 cm (Gillman, 1999).

Pembibitan

Manajemen pembibitan yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula. Pembibitan dapat dilakukan pada bedengan atau dalam wadah. Tujuannya yaitu untuk mengurangi kerusakan tanaman bila ditanam langsung pada pada lahan budidaya. Selain itu, pembibitan juga bertujuan untuk membantu tanaman dalam menghadapi stres sewaktu dipindahkan ke lapang.

(16)

 

dengan perbandingan 2:1 atau pupuk kandang, sekam, pasir dengan perbandingan 1:1:1. Prosedur ini merupakan rekomendasi dari Departemen Pertanian.

Media Tanam

Media tanam merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting bagi tanaman. Harjadi (1996) menyatakan bahwa media memiliki tiga fungsi yang primer: Pertama untuk menyediakan unsur hara, kedua menyimpan air, dan ketiga sebagai tempat berpegang dan bertumpunya akar sehingga tanaman tetap tegak. Media tanam yang baik menentukan kualitas tanaman. Media perakaran yang baik, dapat mewujudkan bibit tanaman yang juga baik.

Komposisi media tiap tanaman berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan tanaman dan keinginan kita (Dole dan Wilkins, 2005). Misalnya pada tanaman xerofit, membutuhkan komposisi media yang aerasinya baik (porous) karena tidak membutuhkan banyak air. Berbeda dengan tanaman xerofit, tanaman mesofit menginginkan komposisi media yang mampu menyediakan air yang cukup (Istomo, 2008). Komposisi yang sesuai dengan keinginan misalnya pedagang tanaman dalam pot. Pedagang umumnya mengingginkan media dengan bulk density yang ringan (0.1-0.8 g/cc) untuk memudahkan pengangkutan sehingga mengurangi input tenaga kerja dan biaya pengiriman (Dole dan Wilkins, 2005).

(17)

 

   

Tanah

Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan keras yang melapuk atau dari bahan yang lebih lunak seperti abu vulkan atau bahan endapan baru. Bahan-nahan tersebut bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme yang hidup di atas maupun di dalamnya. Selain itu, di dalam tanah terdapat pula udara dan air (Hardjowigeno, 2010).

Arang sekam

Arang sekam merupakan hasil pengolahan limbah padi (sekam padi) dengan cara diasap hingga menjadi arang berwarna hitam. Menurut Wuryaningsih dan Darliah (1994), karakteristik arang sekam sangat ringan, kasar, berpori, dan efektif mengabsorbsi sinar matahari karena warnanya yang hitam. Arang sekam sudah umum digunakan dalam komposisi media tanam. Penggunaan arang sekam saja tanpa media lain tidak dianjurkan karena sifat fisik arang sekam tidak memungkinkan tanaman dapat tegak sempurna.

Pemupukan

Dalam pengertian sehari-hari pupuk didefinisikan sebagai bahan untuk memperbaiki kesuburan tanah agar tanah menjadi lebih subur. Oleh sebab itu pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan unsur hara tanaman ke dalam tanah meskipun dalam arti luas sebenarnya pupuk ialah bahan-bahan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah (Hardjowigeno, 2010).

Dole dan Wilkins (2005), membedakan aplikasi pupuk menjadi tiga yakni

preplant fertilization, fertigation, dan kombinasi antara preplant fertilization dan

(18)

 

Fertigation atau fertigasi yakni mencampurkan larutan pupuk dan mengaplikasikan bersama irigasi. Keuntungan aplikasi fertigasi yaitu dapat dikontrol bila terjadi perubahan lingkungan. Terdapat pula kerugian dari aplikasi fertigasi yaitu resiko pencucian nutrisi sangat besar dan beberapa sistem membutuhkan biaya yang besar dan keahlian tertentu dalam menjalankannya. Aplikasi ini dibedakan lagi menjadi beberapa jenis berdasarkan aplikasi irigasinya yaitu hand-watering, microtube, in-line drippers, automoted hanging basket systems, sprinkler and boom irrigation, trickle tapes, perimeter nozzles, flood and

trough, dan capilary mat. Aplikasi dengan fertigasi harus memerhatikan konsentrasi pupuk yang dipengaruhi oleh spesies tanaman, kualitas air, media, musim, dan fase pertumbuhan.

Aplikasi kombinasi antara preplant fertilization dan fertigation adalah aplikasi pupuk yang menggabungkan dua jenis aplikasi pemupukan. Keuntungan aplikasi ini yaitu dapat menyediakan secara kontinu kebutuhan hara. Kekurangan dari aplikasi ini berupa adanya resiko keracunan hara sangat besar apabila terjadi kelebihan dosis pupuk yang diberikan akibat tidak sesuainya jumlah hara yang dibutuhkan tanaman dengan banyaknya aplikasi yang diberikan.

Pupuk Organik

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas. Pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi degradasi lahan (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).

(19)

 

   

Pupuk kandang kotoran ayam

Pupuk kandang kotoran ayam berasal dari kotoran ayam. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang kotoran ayam, selalu memberikan respon terbaik bagi pertumbuhan tanaman karena rasio C/N pupuk kotoran ayam lebih rendah serta memiliki kadar hara yang cukup dibanding pupuk kandang lain. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pupuk kandang kotoran ayam yang dilarutkan dalam air, memiliki kadar hara yang cukup tinggi (Hartatik dan Widowati, 2006).

Pupuk kandang kotoran kambing

(20)

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan destruktif dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Uji fitokimia dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 – Maret 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman kemuning yang berasal dari biji, kotoran ayam, kotoran kambing, polybag hitam ukuran 15 cm x 7.5 cm, bahan laboratorium, arang sekam, dan tanah. Alat yang digunakan alat ukur, timbangan, gunting stek, sprayer, alat pertanian, alat laboratorium, paranet dengan naungan 55%, dan alat tulis.

Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu komposisi media dan jenis pupuk organik dengan lima taraf perlakuan:

1. P0 = tanpa pemupukan

(21)

11 

 

   

Tiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 25 tanaman dengan satu tanaman per

polybag, sehingga populasi kemuning seluruhnya adalah 375 tanaman.

Model statistika untuk rancangan dengan data yang menyebar normal pada penelitian ini adalah:

Yij µ βi Pj εij

Yij = Pertumbuhan tanaman dari aplikasi pemupukan ke-j. µ = Nilai rataan umum hasil pengamatan.

βi = Pengaruh aditif dari ulangan ke-i (i = 1, 2, 3).

Pj = Pengaruh aplikasi pemupukan pada faktor pertumbuhan ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5).

εij = Pengaruh acak dari komposisi pemupukan ke-j.

Data analisis mengunakan analisis ragam (uji F) pada taraf kesalahan 5%. Apabila hasilnya berpengaruh signifikan maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk melihat perbandingan nilai tengah tiap parameter yang diamati antar perlakuan (Gomez dan Gomez, 1995).

Pelaksanaan Percobaan

Pembibitan

Bibit yang digunakan adalah bibit hasil persemaian dari biji yang tingginya telah mencapai lebih kurang 5-10 cm. Jumlah bibit yang digunakan sebanyak 375 bibit. Bibit yang digunakan merupakan bibit yang segar, tidak terserang hama dan penyakit, bentuk pertumbuhan normal, dan tidak cacat.

Cara penanamannya, setiap bibit dipindahkan dari polybag persemaian ke

(22)

 

terhadap perubahan lingkungan yang akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pemeliharaan

Pemeliharaan selama penelitian yang dilakukan adalah penyiraman, pemupukan, penyiangan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Aplikasi penyiraman dilakukan setiap hari. Aplikasi fertigasi dilakukan setiap dua minggu sekali dengan dosis 60 ml. Dosis 60 ml dipilih berdasarkan kapasitas lapang terbesar pada komposisi media (Lampiran 1). Pupuk kandang yang digunakan untuk fertigasi, menggunakan konsentrasi yang digunakan oleh Lestari (2011), yakni 1 kg bahan per 5 liter air. Larutan pupuk kandang diaduk hingga tercampur rata dan langsung diaplikasikan ke tanaman.

Pengamatan

Pengamatan yang diamati adalah karakter morfologi tanaman yang terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anak daun, jumlah cabang, luas daun, dan bobot tanaman. Pengamatan juga dilakukan terhadap karakter fisiologi berupa analisis bahan bioaktif daun yang dilakukan secara kualitatif meliputi kandungan alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, triterponoid, dan steroid. Untuk menunjang penelitian juga dilakukan pengamatan bobot jenis media dan kapasitas lapang media. Pengamatan dimulai pada 2 minggu setelah perlakuan (MSP). Parameter yang diamati antara lain:

1. Tinggi tanaman (Gambar 1a)

Tinggi tanaman diukur mulai pangkal batang utama yang menyentuh tanah hingga titik tumbuh batang utama yang diukur seminggu sekali. 2. Jumlah daun (Gambar 1b)

Jumlah daun yang dihitung yaitu daun telah membuka sempurna pada seluruh tanaman yang diukur seminggu sekali.

3. Jumlah anak daun (Gambar 1c)

(23)

13 

 

   

4. Jumlah cabang (Gambar 1d)

Jumlah cabang yang muncul dari batang utama yang diukur seminggu sekali.

5. Jumlah bunga (Gambar 1e)

Jumlah bunga yang telah mekar sempurna yang dihitung seminggu sekali. 6. Jumlah buah (Gambar 1f)

Jumlah buah yang terbentuk yang dihitung seminggu sekali. 7. Panjang akar (Gambar 1g)

Panjang akar diukur sebulan sekali dengan metode destruktif.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f) (g)

Gambar 1. Karakter Morfologi yang Diamati (a) Tinggi tanaman, (b) Jumlah Daun, (c) Jumlah Anak Daun, (d) Jumlah Cabang, (d) Jumlah Bunga, (f) Jumlah Buah, dan (g) Panjang Akar

8. Luas daun per tanaman

Luas daun per tanaman dihitung dengan metode penimbangan, dengan menggunakan rumus:

LD = LD1 x BD BD1 Keterangan:

(24)

 

BD = Bobot daun (g)

BD1 = Bobot daun 1 x 1 cm2 (g) 9. Bobot tanaman

Bobot tanaman dihitung untuk mengetahui pengaruh interaksi media dan pupuk organik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kemuning, yang dilihat melalui laju tumbuh relatif dan laju asimilasi basah yang dihitung sebulan sekali dengan menggunakan rumus:

LTR = ln W2 – ln W1 T2 – T1

LAB = W2 – W1 x ln A2 – ln A1 A2 – A1 T2 – T1 Keterangan:

LTR = Laju Tumbuh Relatif (g/bulan) LAB = Laju Asimilasi Bersih (g/cm2/bulan) T1 = Waktu pengamatan awal (bulan) T2 = Waktu pengamatan akhir (bulan) W1 = Bobot kering total pada waktu T1 (g) W2 = Bobot kering total pada waktu T2 (g)

A1 = Masing-masing luas daun total pada waktu T1 (cm2) A2 = Masing-masing luas daun total pada waktu T2 (cm2) 10.Skoring Bibit Berkualitas Baik

(25)

15 

 

   

Tabel 1. Skor Rekomendasi Komponen Pertumbuhan Kemuning di Pembibitan Skor Tinggi (cm) Jumlah Daun Jumlah Anak Daun Jumlah Bunga Jumlah Cabang Panjang Akar (cm) 1 < 7.78 atau > 8.77 < 9.25 < 11.74 > 0.18 < 1.95 < 15.26 2 7.78 -

8.11 9.25 - 10.10 11.74 - 15.09 0.18 - 0.15 1.95 - 2.34 15.26 - 16.70 3 8.12 -

8.44 10.11 - 10.95 15.01 - 18.43 0.16 - 0.12 2.35 - 2.72 16.71 - 18.13 4 8.44 - 8.77 > 10.95 > 18.45 < 0.12 > 2.72 > 18.13

11.Analisis kandungan bioaktif daun

Analisis kandungan bioaktif daun dilakukan secara kualitatif, untuk menganalisis kandungan alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, flavonoid dan tanin. Analisis data dilakukan pada skor kandungan bioaktif masing-masing jenis dengan menggunkan skor dari Pusat Studi Biofarmaka IPB (Tabel 2).

Tabel 2. Skor Kandungan Bahan Bioaktif

Skor Saponin Flavonoid Tanin Steroid Alkaloid Triterpenoid

+ berbusa jingga cokelat hijau ada endapan merah ++ berbusa tebal jingga tua cokelat tua hijau tua banyak endapan merah tua +++ berbusa sangat tebal jingga pekat/ kemerahan cokelat kehitaman hijau pekat sangat banyak endapan merah pekat

Keterangan: (+) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif rendah; (++) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif sedang; dan (+++) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif kuat.

- Persiapan bahan: daun basah dicuci terlebih dahulu kemudian dicincang halus. Selanjutnya, daun dibagi dalam tiga tabung reaksi.

- Pengujian alkaloid: daun dalam tabung reaksi ditambah beberapa tetes 2 M H2SO4 dan kloroform 10 ml kemudian dikocok dan disaring. Setelah

di saring, larutan dikocok kembali sampai terbentuk lapisan keruh dan bening. Lapisan bening diambil dan dibagi menjadi tiga bagian pada

(26)

 

endapan warna jingga dengan reagen Dragendorf, warna putih kekuningan dengan reagen Mayer, dan cokelat pada reagen Wagner.

- Pengujian triterpenoid: daun pada tabung reaksi dilarutkan dengan etanol 96% hingga larut kemudian disaring. Ekstrak kemudian dipanaskan hingga kering dan diletakkan pada cawan. Setelah kering, ditambahkan dietil eter, 1 tetes H2SO4, dan 3 tetes asam asetat glasial lalu diaduk cepat.

Uji steroid positif jika pada pinggir cawan timbul warna hijau sedangkan triterpenoid ditandai dengan adanya warna merah atau ungu .

- Pengujian saponin, flavonoid dan tanin: daun pada tabung reaksi ditambah dengan aquades secukupnya, kemudian dikocok kuat dan dibagi menjadi dua tabung.

1. Tabung pertama dikocok secara vertikal, dan bila timbul busa yang stabil selama 10 menit menandakan uji saponin positif.

2. Tabung berisi filtrat bekas uji saponin, ditambah dengan logam Mg, beberapa HCl pekat, etanol, dan larutan amil alkohol, kemudian dikocok. Uji flavonoid positif ditunjukkan dengan timbulnya warna jingga hingga kemerahan.

3. Tabung ketiga ditambah dengan FeCl3 1% bila menghasilkan warna

biru, hitam, atau cokelat menandakan uji tanin positif. 12.Bobot jenis media

Bobot jenis media diukur dengan cara menimbang gelas piala terlebih dahulu. Kemudian memasukan media ke dalam gelas piala hingga skala 100 ml dan ditimbang. Hasil penimbangan media dikurangi dengan hasil penimbangan gelas ukur sehingga diperoleh bobot jenis media dengan satuan g/cm3.

13.Kapasistas lapang media

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi Umum Penelitian

Hasil pengamatan bobot jenis media di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura (Tabel 3), menunjukkan pencampuran media berpengaruh sangat signifikan terhadap bobot jenis media. Bobot jenis media tanah + arang sekam sebesar 62.87 g/cm3, tanah + arang sekam + kotoran kambing sebesar 66.06 g/cm3, dan tanah + arang sekam + kotoran ayam sebesar 79.59 g/cm3.

Tabel 3. Bobot Jenis Media

Media Bobot jenis (g/cm3)

Tanah latosol Darmaga 101.60a

Arang sekam 16.47g

Kotoran ayam 75.08c

Kotoran kambing 68.13d

Tanah latosol Darmaga + arang sekam 62.87f

Tanah latosol Darmaga + arang sekam + kotoran kambing 66.06d

Tanah latosol Darmaga + arang sekam + kotoran ayam 79.59b

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT pada taraf kesalahan 1%.

 

Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB, Bogor (Lampiran 2), komposisi media tanam cenderung netral dengan pH H2O tanah arang sekam, tanah arang sekam kotoran

(28)

 

sangat tinggi, N sedang, P sangat tinggi, Ca tinggi, Mg sangat tinggi, K sangat tinggi, Na sangat tinggi, dan KTK tinggi.

Kandungan hara pupuk organik yang diberikan pada percobaan, menunjukkan kotoran kambing mengandung C sangat tinggi, N tinggi, P sangat tinggi, Ca sangat tinggi, Mg sangat tinggi, K sangat tinggi, Na sangat tinggi, dan KTK tinggi. Pada kotoran ayam, kandungan C sangat tinggi, N sangat tinggi, P sangat tinggi, Ca sangat tinggi, Mg sangat tinggi, K sangat tinggi, Na sangat tinggi, dan KTK sedang.

Penanaman bibit kemuning di lapangan dilakukan pada musim penghujan yang dimulai dari bulan November 2011 dan berakhir pada bulan Februari 2012. Saat penanaman curah hujan cukup tinggi yaitu 457.7 mm/bulan dengan temperatur 26.20C, kelembaban 80%, lama penyinaran 56%, dan intensitas penyinaran matahari sebesar 457.7 cal/cm2 (Lampiran 3). Penanaman pada musim penghujan menyebabkan dampak positif bagi bibit tanaman kemuning yang dapat dilihat dari sangat sedikitnya jumlah bibit yang mati saat 1 MSP.

Hama yang menyerang kemuning pada percobaan adalah Toxoptera citricida

Kirk. T. citricida Kirk mulai terlihat pada 6 MSP namun intensitas serangan semakin tinggi pada 7 MSP yang mengakibatkan pengurangan jumlah daun dan anak daun (Gambar 2). Halbert dan Lawrence (1998) menyatakan T. citricida Kirk atau yang lebih dikenal dengan nama brown citrus aphid (BrCA) merupakan hama yang menyerang tanaman famili rutaceae. Hama ini menyerang daun tanaman terutama daun muda dengan menghisap cairan tanaman sehingga daun menggulung, kerdil, terbentuk puru, dan rontok. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif klorpirifos 200 g/l dengan dosis 1.5 ml/l air.

(29)

19 

 

   

Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam terhadap parameter tinggi tanaman (Tabel 4) menunjukkan bahwa perlakuan memberikan respon yang sangat signifikan terhadap tinggi tanaman pada 6 hingga 7 MSP dan pada 8 hingga 13 MSP memberikan respon yang signifikan. Pengaruh yang signifikan juga terlihat pada parameter tinggi 2-13 MSP.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman

No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%)

1 Tinggi 2 MSP tn 7.24

2 Tinggi 3 MSP tn 8.18

3 Tinggi 4 MSP tn 8.05

4 Tinggi 5 MSP tn 6.85

5 Tinggi 6 MSP ** 5.10

6 Tinggi 7 SMP ** 5.19

7 Tinggi 8 MSP * 6.70

8 Tinggi 9 MSP * 7.52

9 Tinggi 10 MSP * 8.10

10 Tinggi 11 MSP * 8.02

11 Tinggi 12 MSP * 8.28

12 Tinggi 13 MSP * 10.52

13 Tinggi 2-13 MSP * 23.68

Keterangan: (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%; (**) berpengaruh sangat signifikan pada taraf kesalahan 1%.

 

(30)

 

[image:30.595.112.514.170.425.2]

campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam dengan nilai tengah sebesar 9.10 cm (Tabel 5).

Tabel 5. Tinggi Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan

No. Tinggi tanaman (MSP) Tanpa pemupukan (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam (cm)

1 2 5.28 6.10 5.67 5.18 5.64

2 6 7.16c 8.36ab 8.76a 7.63bc 8.12ab

3 7 7.35b 8.89a 9.04a 8.32a 8.63a

4 8 7.79b 9.43a 9.64a 9.31a 9.40a

5 9 7.96b 9.77a 10.04a 9.42a 9.64a

6 10 8.26b 10.26a 10.51a 9.78a 10.24a

7 11 8.48b 10.71a 10.86a 10.34a 11.00a

8 12 8.69b 11.44a 11.28a 11.14a 11.70a

9 13 9.36b 12.51a 12.02a 12.39a 12.54a

10 2-13 7.45b 9.90a 9.10a 8.52a 8.96a

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT.

Jumlah Daun

(31)

21 

 

[image:31.595.114.517.106.323.2]

   

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun

No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%)

1 Jumlah Daun 2 MSP tn 12.22

2 Jumlah Daun 3 MSP tn 12.32

3 Jumlah Daun 4 MSP tn 11.60

4 Jumlah Daun 5 MSP tn 14.01

5 Jumlah Daun 6 MSP tn 9.93

6 Jumlah Daun 7 SMP tn 13.82

7 Jumlah Daun 8 MSP tn 15.82

8 Jumlah Daun 9 MSP tn 15.70

9 Jumlah Daun 10 MSP * 16.33

10 Jumlah Daun 11 MSP tn 18.15

11 Jumlah Daun 12 MSP * 13.76

12 Jumlah Daun 13 MSP tn 15.94

13 Jumlah Daun 2-13 MSP ** 36.24

Keterangan: (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%; (**) berpengaruh sangat signifikan pada taraf kesalahan 1%.

Perlakuan menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap jumlah daun pada 10 MSP, 12 MSP, dan 2-13 MSP. Jumlah daun pada 12 MSP menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan pemupukan dengan perlakuan tanpa pemupukan. Perlakuan media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam menunjukkan nilai tengah tertinggi pada 10 MSP, 12 MSP, dan 2-13 MSP (Tabel 7).

Tabel 7. Jumlah Daun pada Lima Perlakuan Pemupukan

No. Jumlah daun (MSP) Tanpa pemupukan (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam (cm)

1 2 6.06 5.30 5.03 5.20 5.30

2 10 8.57c 13.63ab 12.13abc 11.20bc 15.37a 3 12 10.63b 15.83a 15.40a 14.93a 18.57a 4 2-13 8.40c 10.55ab 10.04bc 9.89bc 11.80a

(32)

 

Jumlah Anak Daun

Hasil sidik ragam menujukkan perlakuan mulai memberikan pengaruh yang signifikan pada 10 hingga 13 MSP terhadap parameter jumlah anak daun. Pengaruh yang sangat signifikan terhadap jumlah daun terlihat pada 2-13 MSP (Tabel 8).

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Anak Daun

No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%) 1 Jumlah Anak Daun 2 MSP tn 17.21

2 Jumlah Anak Daun 3 MSP tn 15.41 3 Jumlah Anak Daun 4 MSP tn 12.75 4 Jumlah Anak Daun 5 MSP tn 14.94 5 Jumlah Anak Daun 6 MSP tn 12.48 6 Jumlah Anak Daun 7 SMP tn 16.39 7 Jumlah Anak Daun 8 MSP tn 21.57 8 Jumlah Anak Daun 9 MSP tn 25.91 9 Jumlah Anak Daun 10 MSP * 22.21 10 Jumlah Anak Daun 11 MSP * 24.17 11 Jumlah Anak Daun 12 MSP * 20.22 12 Jumlah Anak Daun 13 MSP * 21.55 13 Jumlah Anak Daun 2-13 MSP ** 24.401

Keterangan: (1) hasil transformasi √ 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%.

 

(33)

23 

 

   

Tabel 9. Jumlah Anak Daun pada Lima Perlakuan Pemupukan

No. Jumlah anak daun (MSP) Tanpa pemupukan (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam (cm)

1 2 10.33 9.33 8.20 8.73 9.00

2 10 18.20b 31.73a 28.90ab 29.33ab 41.47a 3 11 20.33b 33.70ab 31.50ab 36.33ab 46.93a 4 12 22.30b 39.70a 38.53a 41.63a 53.73a 5 13 28.50b 44.20ab 41.57ab 45.17ab 59.10a 6 2-13 16.40c 23.27ab 22.42b 23.84b 29.77a

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT.

Jumlah Bunga

Hasil sidik ragam menujukkan perlakuan memberikan hasil yang signifikan pada taraf kesalahan 5% terhadap parameter jumlah bunga pada 6, 8, dan 11 MSP. Perbedaan yang signifikan juga terlihat pada parameter jumlah bunga 2-13 MSP (Tabel 10).

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Bunga

No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman1 (%)

1 Jumlah Bunga 2 MSP tn 1.28

2 Jumlah Bunga 3 MSP tn 1.38

3 Jumlah Bunga 4 MSP tn 1.22

4 Jumlah Bunga 5 MSP tn 4.64

5 Jumlah Bunga 6 MSP * 2.25

6 Jumlah Bunga 7 SMP tn 4.06

7 Jumlah Bunga 8 MSP * 2.67

8 Jumlah Bunga 9 MSP tn 1.61

9 Jumlah Bunga 10 MSP tn 3.39

10 Jumlah Bunga 11 MSP * 2.88

11 Jumlah Bunga 12 MSP tn 3.66

12 Jumlah Bunga 13 MSP tn 5.43

13 Jumlah Bunga 2-13 MSP * 3.93

Keterangan: (1) hasil transformasi √ 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%.

(34)

 

Perlakuan memberikan perbedaan yang signifikan terhadap parameter jumlah bunga. Jumlah bunga pada perlakuan media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam menunjukkan nilai tengah paling tinggi pada 6 dan 8 MSP. Perlakuan media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam, menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter jumlah bunga 11 MSP (Tabel 11).

Tabel 11. Jumlah Bunga pada Lima Perlakuan Pemupukan

No. Jumlah bunga (MSP) Tanpa pemupukan (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam (cm)

1 2 0.00 0.06 0.00 0.00 0.00

2 6 0.03b 0.13b 0.10b 0.13b 0.33a

3 8 0.20ab 0.03b 0.10b 0.00b 0.33a

4 11 0.00b 0.13ab 0.37a 0.07b 0.23ab

5 2-13 0.05b 0.13ab 0.09b 0.10ab 0.18a

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT.

Jumlah Buah

(35)

25 

 

[image:35.595.115.517.106.323.2]

   

Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Buah

No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman1 (%)

1 Jumlah Buah 2 MSP tn 0.54

2 Jumlah Buah 3 MSP tn 3.06

3 Jumlah Buah 4 MSP tn 1.37

4 Jumlah Buah 5 MSP tn 1.49

5 Jumlah Buah 6 MSP tn 2.76

6 Jumlah Buah 7 SMP tn 4.31

7 Jumlah Buah 8 MSP tn 3.94

8 Jumlah Buah 9 MSP tn 1.08

9 Jumlah Buah 10 MSP tn 5.15

10 Jumlah Buah 11 MSP tn 6.09

11 Jumlah Buah 12 MSP tn 6.64

12 Jumlah Buah 13 MSP tn 4.82

13 Jumlah Buah 2-13 MSP tn 4.39

Keterangan: (1)hasil transformasi √ 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan.  

Jumlah buah terbanyak pada 13 MSP ditunjukkan pada perlakuan media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam dengan nilai tengah 0.37 sedangkan perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan nilai tengah jumlah buah terendah yaitu sebesar 0.23. Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing menunjukkan jumlah buah terbanyak pada 2-13 MSP dengan nilai tengah sebesar 0.21 (Tabel 13).

Tabel 13. Jumlah buah pada Lima Perlakuan Pemupukan

No. Jumlah buah (MSP) Tanpa pemupukan (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam (cm)

1 13 0.23 0.27 0.33 0.30 0.37

2 2-13 0.13 0.14 0.19 0.21 0.20

Jumlah Cabang

(36)

 

[image:36.595.106.519.241.455.2]

Perlakuan mulai memberikan respon yang signifikan terhadap jumlah cabang tanaman pada 6 MSP, kemudian kembali tidak signifikan pada 7 dan 8 MSP. Selanjutnya, perlakuan kembali menunjukkan respon yang signifikan pada 9 MSP hingga pada akhir pengamatan yaitu pada 13 MSP. Perlakuan memberikan respon yang sangat signifikan pada parameter jumlah cabang 2-13 MSP.

Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Cabang 

No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%)

1 Jumlah Cabang 2 MSP tn 0

2 Jumlah Cabang 3 MSP tn 3.12

3 Jumlah Cabang 4 MSP tn 8.81

4 Jumlah Cabang 5 MSP tn 19.64

5 Jumlah Cabang 6 MSP * 30.63

6 Jumlah Cabang 7 SMP tn 38.61

7 Jumlah Cabang 8 MSP tn 36.65

8 Jumlah Cabang 9 MSP * 25.46

9 Jumlah Cabang 10 MSP * 23.39

10 Jumlah Cabang 11 MSP * 21.70

11 Jumlah Cabang 12 MSP * 18.02

12 Jumlah Cabang 13 MSP * 16.70

13 Jumlah Cabang 2-13 MSP ** 14.371

Keterangan: (1) hasil transformasi √ 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%; (**) berpengaruh sangat signifikan pada taraf kesalahan 1%.

(37)

27 

 

[image:37.595.115.520.102.320.2]

   

Tabel 15. Jumlah Cabang pada Lima Perlakuan Pemupukan

No. Jumlah cabang (MSP) Tanpa pemupukan (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing (cm) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam (cm)

1 2 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

2 6 1.30a 1.87a 1.50a 1.80a 2.33a

3 9 1.57b 3.63a 2.80ab 2.70ab 3.97a

4 10 1.53b 4.03a 2.90ab 3.07a 4.20a

5 11 2.07b 4.10a 3.47ab 3.30ab 4.27a

6 12 2.33b 4.28a 3.67a 3.80a 4.40a

7 13 2.50b 4.63a 3.83a 4.07a 4.67a

8 2-13 1.56c 2.69ab 2.28b 2.33b 3.05a

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT.

Bobot Basah Tanaman

(38)
[image:38.595.118.516.105.441.2]

 

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Bobot Basah Tanaman

No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%)

1 Bobot Basah Total 5 MSP tn 31.16 2 Bobot Basah Total 9 MSP tn 37.13 3 Bobot Basah Total 13 MSP tn 29.09 4 Bobot Basah Akar 5 MSP tn 34.61 5 Bobot Basah Akar 9 MSP tn 32.82 6 Bobot Basah Akar 13 MSP tn 7.981 7 Bobot Basah Batang 5 MSP tn 36.02 8 Bobot Basah Batang 9 MSP tn 2.641 9 Bobot Basah Batang 13 MSP * 21.95 10 Bobot Basah Daun 5 MSP tn 32.09 11 Bobot Basah Daun 9 MSP tn 7.371 12 Bobot Basah Daun 13 MSP tn 36.76 13 Bobot Basah Anak Daun 5 MSP tn 31.61 14 Bobot Basah Anak Daun 9 MSP tn 5.981 15 Bobot Basah Anak Daun 13 MSP tn 28.80 16 Bobot Basah Buah 5 MSP tn 0.751 17 Bobot Basah Buah 9 MSP tn 0.181 18 Bobot Basah Buah 13 MSP tn 2.091 19 Bobot Basah Bunga 5 MSP tn 1.391 20 Bobot Basah Bunga 9 MSP tn 24.571 21 Bobot Basah Bunga 13 MSP tn 2.721

Keterangan: (1) hasil transformasi √ 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%.

 

Perbedaan yang signifikan terlihat hanya terlakuan media campuran kotoran ayam dan fertigasi menggunakan kotoran ayam merupakan perlakuan yang menunjukkan nilai tengah tertinggi terhadap parameter bobot basah batang pada 13 MSP. Perlakuan media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam juga menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter bobot basah buah pada 13 MSP. Perlakuan media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing selalu menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter bobot basah total, akar, daun, anak daun, dan bunga (Tabel 17).

(39)

29 

 

   

Tabel 17. Bobot Basah Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan

No. Bobot basah (MSP) Tanpa pemupukan (g) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing (g) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam (g) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing (g) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam (g)

1 Total 13 2.63 3.62 3.60 4.57 4.24

2 Akar 13 1.12 0.74 0.76 0.73 0.75

3 Batang 13 0.39b 0.66ab 0.59ab 0.68a 0.85a

4 Daun 13 1.12 2.07 2.25 2.96 2.39

5 Anak Daun 13 1.00 1.82 2.12 2.37 2.06

6 Bunga 13 0.00 0.09 0.01 0.02 0.15

7 Buah 13 0.00 0.06 0.00 0.01 0.10

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT.

Bobot Kering Tanaman

(40)
[image:40.595.112.516.109.441.2]

 

Tabel 18. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman

No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%)

1 Bobot Kering Total 5 MSP tn 3.261 2 Bobot Kering Total 9 MSP tn 33.59 3 Bobot Kering Total 13 MSP tn 33.39 4 Bobot Kering Akar 5 MSP tn 0.711 5 Bobot Kering Akar 9 MSP tn 26.81 6 Bobot Kering Akar 13 MSP tn 2.701 7 Bobot Kering Batang 5 MSP tn 35.92 8 Bobot Kering Batang 9 MSP tn 39.57 9 Bobot Kering Batang 13 MSP tn 27.71 10 Bobot Kering Daun 5 MSP tn 32.17 11 Bobot Kering Daun 9 MSP tn 38.97 12 Bobot Kering Daun 13 MSP tn 33.10 13 Bobot Kering Anak Daun 5 MSP tn 1.251 14 Bobot Kering Anak Daun 9 MSP tn 38.56 15 Bobot Kering Anak Daun 13 MSP tn 37.21 16 Bobot Kering Buah 5 MSP tn 0.181 17 Bobot Kering Buah 9 MSP tn 0 18 Bobot Kering Buah 13 MSP tn 0.621 19 Bobot Kering Bunga 5 MSP tn 0.271 20 Bobot Kering Bunga 9 MSP tn 0.271 21 Bobot Kering Bunga 13 MSP tn 0.551

Keterangan: (1)hasil transformasi √ 2; (tn) tidak berpengaruh signifikan.

Bobot Kering Tanaman

(41)

31 

 

   

Tabel 19. Bobot Kering Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan 

No. Bobot kering (MSP) Tanpa pemupukan (g) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing (g) Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam (g) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing (g) Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam (g)

1 Total 13 0.99 1.28 1.47 1.79 1.75

2 Akar 13 0.29 0.19 0.19 0.23 0.25

3 Batang 13 0.11 0.17 0.18 0.22 0.20

4 Daun 13 0.32 0.45 0.58 0.71 0.66

5 Anak Daun 13 0.28 0.57 0.51 0.62 0.59

6 Bunga 13 0.00 0.01 0.00 0.01 0.03

7 Buah 13 0.00 0.01 0.00 0.00 0.02

Panjang Akar, Luas Daun, Laju Tumbuh Relatif, dan Laju Asimilasi Bersih

[image:41.595.107.518.496.732.2]

Pengamatan panjang akar, luas daun, laju tumbuh relatif, dan laju asimilasi bersih menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh signifikan setiap bulannya namun perlakuan menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan pada parameter panjang akar 5-13 MSP (Tabel 20).

Tabel 20. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Panjang Akar, Luas Daun, Laju Tumbuh Relatif dan Laju Asimilasi Bersih

No. Parameter Uji F Koefisien Keragaman (%)

1 Panjang Akar 5 MSP tn 20.79

2 Panjang Akar 9 MSP tn 18.47

3 Panjang Akar 13 MSP tn 13.81

4 Panjang Akar 5-13 MSP ** 16.37

5 Luas Daun 5 MSP tn 18.651

6 Luas Daun 9 MSP tn 23.041

7 Luas Daun 13 MSP tn 35.17

8 Luas Daun 5-13 MSP tn 39.92

9 Laju Tumbuh Relatif bulan 1-2 tn 15.821 10 Laju Tumbuh Relatif bulan 2-3 tn 17.311 11 Laju Tumbuh Relatif bulan 1-3 tn 14.871 12 Laju Asimilasi Bersih bulan 1-2 tn 0.351 13 Laju Asimilasi Bersih bulan 2-3 tn 26.08 14 Laju Asimilasi Bersih bulan 1-3 tn 0.191

(42)

 

[image:42.595.112.529.207.436.2]

Perbedaan signifikan hanya terlihat pada parameter panjang akar 5-13 MSP. Perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan akar paling panjang pada 5-13 MSP dengan nilai tengah sebesar 19.56 cm (Tabel 21).

Tabel 21. Panjang Akar, Luas Daun, Laju Tumbuh Relatif, dan Laju Asimilasi bersih pada Lima Perlakuan Pemupukan

No. Parameter Tanpa pemupukan Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam 1 Panjang Akar

13 MSP (cm)

19.63 14.90 17.27 15.33 16.90

2 Panjang Akar 5-13 MSP (cm)

19.56a 15.39b 16.41b 13.83b 15.69b

3 Luas Daun 13 MSP (cm2)

49.83 90.83 106.17 109.39 102.83

4 Laju Tumbuh Relatif bulan 2-3 (g/bulan)

0.11 0.86 0.66 0.25 0.80

5 Laju Asimilasi Bersih bulan 2-3 (g/cm2/bulan)

0.01 0.02 0.01 0.02 0.01

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT.

(43)

33 

 

[image:43.595.99.511.39.812.2]

   

Gambar 3. Laju Tumbuh Relatif

Perlakuan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap laju asimilasi bersih (LAB) namun dari hasil yang diperoleh (Gambar 4), terlihat bahwa respon perlakuan media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam menunjukkan penurunan laju asimilasi bersih pada bulan 2-3, yang berarti terjadi penurunan efisiensi fotosintesis tanaman per satuan luas daun per bulan.

(44)

 

Skoring Bibit Berkualitas Baik

[image:44.595.108.501.212.757.2]

Skoring bibit berkualitas baik dilakukan untuk melihat perlakuan terbaik yang menunjang pertumbuhan bibit tanaman kemuning. Perlakuan komposisi media dengan menggunakan media campuran kotoran ayam dan fertigasi dengan kotoran kambing serta perlakuan komposisi media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam, menunjukkan total nilai yang paling tinggi dengan nilai sebesar 17. Perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan total nilai paling rendah terhadap penilaian kualitatif dengan nilai sebesar dan 14 (Tabel 22).

Tabel 22. Hasil Skoring Bibit Berkualitas Baik

No Perlakuan Tinggi Jumlah Daun Jumlah Anak Daun Jumlah Bunga Jumlah Cabang Panjang Akar Total

1 Tanpa pemupukan

1 1 3 4 1 4 14

2 Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing

1 3 4 3 3 2 16

3 Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam

1 2 4 4 2 2 15

4 Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing

4 2 4 4 2 1 17

5 Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam

1 4 4 2 4 2 17

(45)

35 

 

   

Korelasi

Uji korelasi menunjukkan hampir seluruh parameter penting dalam pertumbuhan tanaman kemuning di pembibitan menunjukkan hasil korelasi yang sangat signifikan kecuali korelasi antara jumlah bunga dengan tinggi tanaman yang menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan (Tabel 23).

Tabel 23. Matriks Hasil Uji Korelasi antar Parameter yang Diamati

Jumlah Daun

Jumlah Anak Daun

Jumlah Cabang

Jumlah Bunga

Tinggi Tanaman 0.699 ** 0.731 ** 0.516 ** 0.080 tn

Jumlah Daun 1 0.942 ** 0.819 ** 0.629 **

Jumlah Anak Daun 1 0.751 ** 0.446 **

Jumlah Cabang 1 0.640 **

Keterangan: (tn) tidak berpengaruh signifikan; (**) berpengaruh sangat signifikan pada taraf kesalahan 1%.

Kandungan Senyawa Bioaktif Daun Tanaman Kemuning

Tabel 24 menunjukkan hasil analisis uji kualitatif kandungan senyawa bioaktif pada daun tanaman kemuning. Hasil menunjukkan daun tanaman kemuning mengandung saponin, tanin, flavonoid, steroid, dan terpenoid sedangkan alkaloid hanya terdapat pada perlakuan tertentu. Perlakuan memberikan pengaruh terhadap jumlah kandungan bahan bioaktif daun tanaman kemuning.

Kandungan saponin tertinggi diperoleh pada perlakuan media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing, perlakuan media campuran kotoran kambing dan fertigasi dengan kotoran ayam, serta media campuran kotoran ayam dan fertigasi dengan kotoran ayam. Saponin juga ditemukan pada perlakuan lainnya namun menujukkan kandungan yang rendah.

(46)

 

Tabel 24. Hasil Uji Fitokimia Senyawa Bioaktif pada Daun Tanaman Kemuning

No Perlakuan Saponin Tanin Flavonoid Alkaloid Steroid Triterpenoid 1 Tanpa

pemupukan

+ + ++ + +++ -

2 Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing

++ + + - ++ -

3 Media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam

++ + + + +++ -

4 Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing

+ ++ + - ++ -

5 Media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam

++ + + - ++ -

Keterangan: (-) menunjukkan tidak ditemukannya senyawa bioaktif; (+) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif rendah; (++) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif sedang; dan (+++) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif kuat.

Pembahasan

Tanaman kemuning merupakan tanaman spesies polikarpik. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa tanaman polikarpik ialah tanaman yang setelah berbunga akan kembali lagi kepada fase vegetatif. Hal tersebut terlihat pada tanaman kemuning yang meskipun telah berbunga, tanaman kemuning masih terus melanjutkan pertumbuhan vegetatifnya yang dapat dilihat pada pertambahan tinggi, jumlah daun, jumlah anak daun, serta jumlah cabang.

Pertumbuhan batang juga disebabkan oleh aktivitas giberelin (Harjadi, 2009). Perlakuan pemupukan menunjukkan tinggi tanaman yang berbeda signifikan dengan perlakuan tanpa pemupukan. Hal ini diduga perlakuan pemupukan meningkatkan aktivitas giberelin yang berdampak pada pemanjangan batang.

(47)

37 

 

   

digunakan, menyuplai hara yang lengkap sehingga pertumbuhan tanaman optimal. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa KTK media dengan komposisi tanah + arang sekam + pupuk kotoran ayam (1:1:1) v/v paling tinggi yakni sebesar 29.07 me/100 g. Munawar (2011) menyatakan bahwa media dengan KTK tinggi dapat menjamin pasokan kalium lebih efektif dibandingkan dengan media dengan KTK rendah.

Hasil analisis tanah menunjukan nisbah kalium unggul pada komposisi media tanah + arang sekam + pupuk kotoran ayam (1:1:1) v/v yakni sebesar 4.86 me/100g. Lakitan (2010) menyatakan bahwa kalium berperan dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam mengatur tekanan turgor sel yang berperan penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata. Selanjutnya, Munawar (2011) menyatakan bahwa kalium juga terlibat dalam dalam pengangkutan hasil-hasil fotosintesis (asimilat) dari daun menuju organ reproduktif dan penyimpanan. Peranan lainnya, pasokan kalium yang cukup dalam sintesis protein akan memacu konversi nitrat ke protein sehingga meningkatkan efisiensi pemupukan nitrogen. Pupuk kandang ayam yang digunakan untuk fertigasi juga menunjukkan unsur nitrogen yang tinggi yakni sebesar 1.37%. Hardjowigeno (2010) menyatakan, unsur nitrogen merupakan unsur yang berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif tanaman.

(48)

 

Laju asimilasi bersih menunjukkan penurunan pada bulan 2-3 pada perlakuan media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam. Hal ini diduga akibat media yang kurang dapat mengikat air. Kapasitas lapang media (Lampiran 1) dengan komposisi media tanah, arang sekam, dan pupuk kandang kambing (1:1:1) v/v menunjukkan kapasitas lapang terkecil yakni sebesar 30 ml. Mualim et al.

(2009) menyatakan bahwa media yang kurang dapat mengikat air, memengaruhi kemampuan daun dalam membentuk asimilat.

Hasil pengamatan laju tumbuh relatif, terlihat bahwa perlakuan tanpa pemupukan dan perlakuan media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam menunjukkan penurunan penumpukan bahan kering. Gardner (1991) menyatakan bahwa penambahan berat kering tanaman terjadi akibat penimbunan hasil asimilasi bersih CO2. Asimilasi CO2 membutuhkan efisiensi penyerapan dan

pemanfaatan radiasi matahari. Data iklim (Lampiran 3) menunjukkan bahwa terjadi penurunan lama penyinaran pada bulan Januari 2012 sebesar 28% dengan intensitas sebesar 224.0 cal/cm2. Selain itu, daun sebagai organ utama yang berperan dalam menyerap radiasi matahari pada perlakuan tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah daun pada perlakuan lainnya. Akibat jumlah daun yang sedikit pada perlakuan tanpa pemupukan dan perlakuan media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing, tanaman diduga tidak efisien dalam menyerap sebagian besar radiasi matahari pada bulan dengan lama penyinaran dan intensitas yang menurun dari bulan sebelumnya.

Penurunan laju tumbuh relatif juga dilaporkan oleh Mualim et al. (2009), pada tanaman kolesom dan Karamang (2010) pada tanaman rumput kebar. Tanaman kolesom dan rumput kebar kurang memerlukan pemupukan dalam pembentukan bahan kering. Tanaman kemuning tetap memerlukan pemupukan untuk peningkatan bahan kering namun kombinasi antara media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing diduga tidak cocok.

(49)

39 

 

   

mencapai laju yang sesuai dengan kemampuan menerima hasil asimilasi oleh daerah pemanfaatan.

Hasil uji kualitatif bahan bioaktif pada tanaman kemuning menujukkan kadar steroid paling menonjol diantara bahan bioaktif lainnya dengan hasil sedang hingga kuat. Perlakuan tanpa pemupukan serta perlakuan media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam menunjukkan kandungan steroid yang sangat kuat. Hal ini bertolak belakang dengan penjelasan dari Karamang (2010) yang menerangkan bahwa kecukupan unsur Mg mengindikasikan pembentukan steroid yang lebih banyak. Perlakuan tanpa pemupukan memiliki kadar Mg yang lebih sedikit dari perlakuan lain (Lampiran 2) namun menunjukkan kadar steroid yang kuat. Ada indikasi bahwa faktor pembatas steroid terletak pada laju asimilasi bersih dengan hubungan semakin rendah efisiensi fotosintesis maka semakin tinggi kandungan steroid pada tanaman. Gambar 4, terlihat bahwa perlakuan tanpa pemupukan dan perlakuan media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam, menunjukkan efisiensi fotosintesis yang rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Selain itu, Mualim et al. (2009) pernah melaporkan bahwa perlakuan tanpa pemupukan dapat meningkatkan steroid.

Flavonoid merupakan senyawa 15-karbon yang umumnya tersebar di seluruh dunia tumbuhan (Harborne, 1987). Perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan kandungan flavonoid tertinggi. Hal ini sejalan dengan Susanti et al. (2008) yang menyatakan bahwa penambahan dosis pemupukan pada tanaman kolesom dapat menurunkan kandungan flavonoid.

Kandungan alkaloid hanya terdapat pada perlakuan tanpa pemupukan serta perlakuan media campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam. Sulistyowati (2010) menyatakan bahwa peranan N bergantung pada Mg dalam meningkatkan kandungan alkaloid. Mg dalam jumlah tinggi pada pupuk yang mengandung N akan menyebabkan tanaman giat melakukan metabolisme primer sehingga menurunkan kandungan alkaloid.

(50)

 

(Harborne, 1987). Uji saponin menunjukkan adanya kandungan saponin pada daun kemuning. Perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan kandungan saponin yang lemah. Wahono (2010) menyatakan bahwa penambahan pupuk menunjukkan aktifitas saponin. Pernyataan tersebut dapat dikatakan sejalan dengan hasil yang diperoleh karena perlakuan tanpa pemupukan memiliki kandungan hara yang tidak tersuplai secara kontinu. Hasil pengujian saponin juga menunjukkan kadar saponin yang lemah pada perlakuan media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing meskipun telah dilakukan penambahan unsur hara. Hal ini diduga, kombinasi tersebut tidak cocok dalam peningkatan kandungan saponin. Indikasi yang mungkin terjadi seperti yang dilaporkan Wahono (2010) yang didukung oleh Harborme (1987), ada kemungkinan kombinasi pemupukan tersebut mengurangi jumlah P di daun yang pada akhirnya menurunkan terpenoid.

Mualim et al. (2009) menyatakan bahwa perlakuan tanpa pemupukan dapat meningkatkan kandungan tanin pada tanaman kolesom sedangkan perlakuan pemupukan dapat menurunkan kandungan tanin. Hasil uji tanin pada tanaman kemuning pada perlakuan media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran kambing, menunjukkan hasil tanin dengan derajat sedang sedangkan perlakuan lain menunjukkan kandungan tanin yang rendah.

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tanaman kemuning merupakan tanaman polikarpik. Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang sangat signifikan terhadap parameter jumlah daun, jumlah anak daun, jumlah buah, jumlah bunga, jumlah cabang, dan tinggi tanaman namun korelasi tidak signifikan antara jumlah bunga dengan tinggi tanaman.

Media tanah latosol Darmaga + arang sekam + pupuk kandang kotoran ayam dengan komposisi 1:1:1 (v/v) dan fertigasi pupuk kandang kotoran ayam dengan konsentrasi 1 kg pupuk organik per 5 liter air dan dosis 60 ml per tanaman menunjukkan hasil tertinggi pada parameter jumlah daun, jumlah anak daun, jumlah bunga, jumlah cabang, dan hasil skoring bibit berkualitas baik.

Daun kemuning mengandung saponin, tanin, flavonoid, steroid, dan alkaloid. Kandungan steroid menunjukkan hasil paling menonjol diantara bahan bioaktif lainnya dengan hasil sedang hingga kuat.

Saran

(52)

42 

 

DAFTAR PUSTAKA

Alviana, V.F. dan A.D. Susila. 2009. Optimasi dosis pemupukan pada budidaya cabai (Capsicum annum L) menggunakan irigasi tetes dan mulsa polyethylene. J. Agron Indonesia 37 (1):28-33.

Ayu, P. 2011. Ragam Bunga Berkhasiat Obat. Cemerlang Publishing. Yogyakarta. 133 hal.

Arief. 2010. Pembibitan jeruk. http://www.epetani.deptan.go.id. [18 Mei 2011]. Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya, Edisi Revisi. UI Press. Jakarta. 485

hal.

Baudendistel, R.F. 1982. Horticulture A Basic Awareness, Second Edition. Reston Publ. Co. Inc. Virginia. 341 p.

Dalimatra, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I. Trubus Agriwidya. Jakarta. 170 hal.

Dole, M.D. and H.F. Wilkins. 2005. Floriculture Principles and Species, 2nd Edition. Pearson Education Inc. New Jersey. 1023 p.

Gardner, F.P., R.B. Pearce., dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. (diterjemahkan dari : Physiology of Crop Plants, penerjemah : H. Susilo). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 428 hal.

Gilman, E.F. 1999. Murraya paniculata. Fact Sheet FPS 416: 1-3.

Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian (diterjemahkan dari : Statistical Procedures for Agricultural Research, penerjemah : E. Sjamsudin dan J.S. Baharsjah). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 698 hal.

Halbert, S.E. and L.G. Brown. 1998. Toxoptera citricida (Kirkaldy), brown citrus aphid – identification, biology, and management strategies. Entomology Circular 374:1-6.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia (diterjemahkan dari : Phytochemical Methods, penerjemah : K. Padmawinata dan I Soediro). Penerbit ITB. Bandung. 354 hal.

Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal.

(53)

43 

 

   

(Eds). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. 631 hal.

Istomo. 2008. Ekologi Jenis Pohon Tropika. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 171 hal.

Karamang, S. 2010. Studi Morfologi, Agrobiofisik dan Produksi Saponin Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) Asal Papua. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 64 hal.

Kardono, L.B.S., N. Artanti., I.D. Dewiyanti., and T. Basuki. 2003. Murraya paniculata (L.) Jack, p.360-375. In T. Basuki, L.B.S. Kardono., K. Padmawinata (Eds). Selected Indonesian Medicinal Plants: Monograph and Descriptions. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Kartasubrta, J. 2010. Sukses Budidaya Tanaman Obat. IPB Press. Bogor. 88 hal. Krisantini dan B.O. Tjia. 2010. Panduan Penggunaan dan Aplikasi Zat Pengatur

Tumbuh pada Tanaman Hias. Forum Florikultura Indonesia. Jakarta. 64 hal. Lakitan, B. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta. 206 hal. Lestari, S.A.D. 2011. Pengaruh Bahan Organik dan Jenis Dekomposer terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glicine max (L.) MERRILL). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikulura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 59 hal.

Mattjik, N.A. 2010. Murraya paniculata, p.245. Dalam A. Purwito (Ed). Tanaman Hias dan Bunga Potong. IPB Press. Bogor.

Mollah, J.U., and W. Islam. 2008. Toxicity of Murraya paniculata (L.) Jack leaf-derived materials against Callosobrucus maculatus (F.) (Coleoptera: bruchidae). Pak. Entomol. 30 (1): 61-64.

Mualim, L., S.A. Aziz, dan M. Melati. 2009. Kajian pemupukan NPK dan jarak tanam pada produksi antosianin daun kolesom. J. Agron Indonesia. 37 (1):55-61.

Munawar, M. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor. 240 hal.

Mursito, B. dan H. Prihmantoro. 2011. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya. Jakarta. 116 hal.

(54)

 

Rohman, A. dan S. Riyanto. 2005. Daya antioksidan ekstrak etanol daun kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) secara in vitro. Majalah Farmasi Indonesia. 16 (3): 136-140.

Sangat, H.M., E.A.M. Zuhud., dan E.K. Damayanti. 2000. Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia (Etnofitomedika I). Pustaka Populer Obor. Jakarta. 210 hal.

Saifudin, A., V. Rahayu, H.Y. dan Teruna. 2011. Standardisasi Bahan Obat Alam. Graha Ilmu. Yogyakarta. 104 hal.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 (diterjemahkan dari : Plant Physiology, penerjemah : D.R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung. 343 hal.

Sulaksana, J. dan D.I. Jayusman. 2005. Kemuning dan Jati Belanda. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.

Sulistyowati, D. 2010. Pengaruh Intensitas Naungan terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bioaktif Daun Dua Aksesi Tanaman Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.). Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 53 hal.

Suriadikarta, D.A. dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pendahuluan, p.1-10. Dalam

R.D.M. Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik (Eds). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Susanti H, S.A. Aziz, dan M. Melati. 2008. Produksi biomassa dan bahan bioaktif kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Wild.) dari berbagai asal bibit dan dosis pupuk kandang. Bul Agron 36:48-45.

Wahono, S. 2010. Pertumbuhan Vegetatif dan Kandungan Senyawa Bioaktif Daun Dua Aksesi Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) Dengan Penambahan Pupuk Organik dan Anorganik. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanbian Bogor. Bogor 60 Hal.

Wuryaningsih, S. dan Darliah. 1994. Pengaruh media sekam padi terhadap pertumbuhan tanaman hias pot Spathiphyllum. Buletin Penelitian Tanaman Hias 2(2): 119-129.

Yuniarti, T. 2008. Kemuning (Murraya paniculata [L.] Jack), p.212-213. Dalam W. Afiyanti (Ed). Ensiklopedia Tanaman O

Gambar

Tabel 5. Tinggi Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun
Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Buah
Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Cabang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Reaktor MSL ( Multi Soil Layering ) sangat efektif untuk mereduksi BOD, COD, TSS, dan minyak/lemak dalam limbah cair industri minyak goreng, dimana dapat memberikan

Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat risiko yang akan ditanggung pemegang saham beserta rate of return yang diharapkan perusahaan yaitu besar kecilnya

Untuk mengetahui apakah perubahan opini audit mempengaruhi reaksi pasar. Untuk mengetahui apakah perubahan laba mempengaruhi

menambah faktor produksi seperti skala pelayanan dan jumlah objek wisata yang dikelola sehingga dalam jangka panjang akan memberikan keuntungan terhadap wilayah tersebut

Manfaat Penulisan Penulis berharap hasil dari penulisan ini memberikan sumbangsih khazanah keilmun dalam Hukum Islam khususnya dalam bidang keluarga terkait peran dan

Proses level 0 (Gambar 2) ini menjelaskan alur keseluruhan proses yang terjadi pada aplikasi untuk sistem Kamus Bahasa Indonesia ke Bahasa Dayak Ngaju dan Bahasa

Layanan bimbingan kelompok teknik self management dapat meningkatkan tanggung jawab kerja pada karyawan CV Erna Collection Kudus, diterima karena telah

DPA- SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah Rekapitulasi Belanja Langsung menurut Program