• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kombinasi Media Tanam Dengan Fertigasi Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kepel (Stelechocarpus Burahol (Bl.) Hook. F. & Th.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kombinasi Media Tanam Dengan Fertigasi Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kepel (Stelechocarpus Burahol (Bl.) Hook. F. & Th."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMBINASI MEDIA TANAM DENGAN

FERTIGASI PUPUK ORGANIK TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KEPEL

(

Stelechocarpus burahol

(BL.) Hook. F. & TH.)

BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN

A24080126

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN. Pengaruh Kombinasi Media Tanam dengan Fertigasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.) (Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ)

Kepel (Stelechocarpus burahol) dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan kosmetik alami. Kepel sebagai kosmetik alami digunakan untuk deodoran alami oleh putri keraton Jawa. Banyak penelitian S. burahol mengenai fitofarmakologi, tetapi penelitian mengenai budidaya belum dilakukan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 hingga April 2012 di Gunung Batu, Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi komposisi media tanam dengan fertigasi pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman S. burahol.

(3)

dengan fertigasi kotoran kambing. Konsentrasi yang digunakan untuk fertigasi yaitu 4 kg pupuk organik dilarutkan dalam 20 l air dan diaplikasikan setiap dua minggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi media tanam campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam + kotoran ayam (1:1:1) v/v dengan fertigasi kotoran ayam menghasilkan penampilan tanaman lebih baik dibandingkan perlakuan lain dengan nilai skoring tertinggi untuk bibit. Analisis kualitatif fitokimia menunjukkan daun S. burahol

(4)

PENGARUH KOMBINASI MEDIA TANAM DENGAN

FERTIGASI PUPUK ORGANIK TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KEPEL

(

Stelechocarpus burahol

(BL.) Hook. F. & TH.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN

A24080126

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul

:

PENGARUH KOMBINASI MEDIA TANAM

DENGAN

FERTIGASI

PUPUK ORGANIK

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT

TANAMAN KEPEL (

Stelechocarpus burahol

(BL.)

Hook. F. & TH.)

Nama

: BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN

NIM

: A24080126

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. NIP. 19591026 198503 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pamekasan, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 23 Maret 1991. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bambang Suhandri, S.P. dan Yuniati, S.Pd., M.Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi Galis Pamekasan pada tahun 1996, kemudian tahun 2002 penulis lulus dari SDN Ponteh II Pamekasan, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri I Galis Pamekasan. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pamekasan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB melalui jalur USMI.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian Pengaruh Kombinasi Media Tanam dengan Fertigasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.), dijadikan sebagai tugas akhir penulis dalam menyelesaikan Program Strata 1 (S1).

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, bimbingan, dan pengarahan selama kegiatan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada dosen penguji, yaitu Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S. dan Dr. Ani Kurniawati, S.P., M.Si. atas saran dan masukan yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Mohamad. Syukur, S.P., M.Si selaku pembimbing akademik selama berkuliah di IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman (INDIGENOUS 45, GASISMA) dan semua pihak yang memberikan bantuan dalam penelitian ini. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Penulis berharap kegiatan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua kalangan dan berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, 5 juni 2012

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Percobaan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Kepel ... 3

Media Tanam ... 4

Pupuk Organik ... 5

BAHAN DAN METODE ... 7

Tempat dan Waktu ... 7

Bahan dan Alat ... 7

Metode Percobaan ... 7

Pelaksaaana Percobaan ... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

Hasil ... 12

Pembahasan ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Skor Rekomendasi Komponen Pertumbuhan Kepel di Pembibitan ... 11

2. Hasil Analisis Hara Media dan Pupuk ... 14

3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman ... 15

4. Tinggi Tanaman ... 16

5. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Diameter Batang ... 17

6. Diameter Batang ... 18

7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Cabang ... 19

8. Jumlah cabang ... 20

9. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun ... 21

10. Jumlah Daun ... 22

11. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Luas Daun per Tanaman ... 23

12. Luas Daun Per Tanaman ... 23

13. Matriks Korelasi antar Parameter... 24

14. Hasil Analisis Hara Daun pada Akhir Penelitian ... 24

15. Serapan Hara yang terdapat pada Daun ... 26

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Iklim ... 36

2. Kapasitas Lapang Komposisi Media ... 36

3. Hasil Analisis Tanah ... 37

4. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah ... 38

5. Keragaan Tanaman Kepel di Akhir Pengamatan ... 39

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut dapat memberikan kontribusi positif pada aspek kehidupan, salah satunya adalah potensi tanaman obat (herbal) untuk kesehatan manusia. Menurut Kusuma (2005) dari 960 jenis tumbuhan yang berkhasiat obat, 283 jenis merupakan tumbuhan penting bagi industri obat tradisional. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat adalah kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.).

Tanaman kepel banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dan kosmetika (Kusmiyati et al.,

2005). Buah kepel biasanya digunakan secara tradisional sebagai pencegah bau badan oleh para putri keraton pada zaman dahulu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Warningsih (1995) buah kepel mengandung senyawa alkaloid dan polifenol serta memiliki fungsi sebagai antiimplantasi. Menurut Sunarni et al. (2007) daun tanaman kepel juga mengandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan penangkap radikal bebas. Hidayat et al. (2011) menambahkan ekstrak dari daun kepel mengandung senyawa flavonoid meliputi auron, flavanon dan flavanol yang dapat digunakan untuk antibakteri. Sunardi et al. (2003) menyatakan kulit dari tanaman kepel memiliki aktivitas antiagregasi platelet.

Di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta tumbuhan kepel ini banyak ditemukan hanya di sekitar lingkungan keraton. Hal ini disebabkan oleh adanya kepercayaan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta yang menyatakan tumbuhan ini hanya boleh ditanam di sekitar keraton. Di Jawa Barat tumbuhan ini jarang ditanam karena daging buahnya hanya sedikit sehingga dianggap kurang menguntungkan dan tidak menarik untuk dibudidayakan. Oleh karenanya, lambat laun pohon kepel menjadi langka seperti sekarang ini (Alamendah, 2010).

(13)

Peranan media tanam menentukan kualitas tanaman. Dengan media perakaran yang baik, dapat diwujudkan bibit tanaman yang juga baik. Purwanto (2006) menambahkan media tanam yang baik yaitu media yang mampu mengikat serta menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit, dan cukup porous sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Selain media, kualitas tanaman juga dipengaruhi oleh ketersediaan hara. Ketersediaan hara pada media dapat diperoleh dengan pemupukan. Hardjowigeno (2010), menyatakan pemberian pupuk kandang sebagai pupuk organik memiliki keistimewaan dapat memperbaiki kesuburan tanah dan memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti porositas tanah, stuktur tanah, dan daya menahan air.

Pemilihan bibit tanaman kepel penting diperhatikan diawal pembudidayaan. Untuk mendapatkan tanaman kepel yang baik, perlu penanganan yang baik dari awal pertanaman. Pertumbuhan bibit yang baik, diharapkan menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan yang lebih baik ketika ditanam di lapangan dan bisa dimanfaatkan dengan optimal dalam penggunaannya.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit tanaman kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.).

Hipotesis

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Kepel

Kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.) merupakan tumbuhan pohon dengan tinggi sampai 21 m dan diameter batang sampai 40 cm. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Pulau Jawa, terutama di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta tumbuhan ini ditanam di sekitar keraton, sedangkan di Jawa Barat tumbuhan ini tumbuh secara liar (Heyne, 1987).

Menurut Balitbangkes (1994), pohon kepel (Stelechocarpus burahol) dikenal juga sebagai kepel (jawa), dan burahol (sunda). Dalam bahasa Inggris tumbuhan langka ini dikenal sebagai Keppel Apple. Dalam klasisfikasi (ilmiah) dikemukakan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyte

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Magnoliales

Suku : Annonaceae

Marga : Stelechocarpus

Jenis : Stelechocarpusburahol (BL.) Hook. F. & TH.

Daun kepel berupa daun tunggal berbentuk lonjong dengan panjang 8-20 cm dan lebar 4-6 cm, ujung dan pangkal meruncing, halus, pertulangan bawah menonjol, mengkilat, dan berwarna hijau. Bunga tanaman kepel berupa bunga majemuk, bentuk tandan, tersebar di batang dan cabang, tangkai silindris, panjang + 4 cm, benang sari dan putik halus, mahkota lonjong, kuning. Buah kepel seperti buni, bulat, kulit kasar, diameter + 5 cm, coklat dan biji bentuk ginjal, halus, hitam mengkilat.

Tanaman kepel banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dan kosmetika (Kusmiyati et al.,

(15)

polifenol serta memiliki fungsi sebagai antiimplantasi. Menurut Sunarni et al. (2007) daun tanaman kepel juga mengandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan penangkap radikal bebas. Hidayat et al. (2011) menambahkan ekstrak dari daun kepel mengandung senyawa flavonoid meliputi auron, flavanon dan flavanol yang dapat digunakan untuk antibakteri. Sunardi et al. (2003) menambahkan kulit dari tanaman kepel memiliki aktivitas antiagregasi platelet.

Media Tanam

Media tanam berfungsi sebagai tempat melekatnya akar, penyedia air dan unsur hara, penyedia oksigen bagi berlangsungnya proses fisiologi akar serta kehidupan dan aktifitas mikroba tanah (Mardani, 2005). Purwanto (2006) menambahkan ada 5 persyaratan media tanam yang baik yaitu mampu mengikat serta menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit, cukup porous (memiliki banyak rongga) sehingga mampu menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi (pernapasan), dan tahan lama.

Tanah Latosol

Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan keras yang melapuk atau dari bahan yang lebih lunak seperti abu vulkan atau bahan endapan baru. Latosol mempunyai kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan batas-batas horizon yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50%, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horizon kambik (Hardjowigeno, 2010). Latosol merupakan tanah dengan tekstur liat dan berstruktur remah hingga gumpal. Selain itu tanah latosol memiliki kandungan bahan organik yang rendah (Soepraptohardjo, 1961).

Arang Sekam

(16)

toksik atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman serta merupakan sumber kalium bagi tanaman (Purwanto, 2006). Arang sekam merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari sekam padi (kulit gabah) dengan warna hitam. Warna hitam pada arang sekam akibat proses pembakaran tersebut menyebabkan daya serap terhadap panas tinggi sehingga menaikkan suhu dan mempercepat perkecambahan.

Melati et al. (2008) menyatakan bahwa abu sekam diduga mengandung unsur K yang relatif tinggi. Selain itu abu sekam juga diduga mengandung silikat yang berperan sebagai unsur hara mikro yang meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit melalui pengerasan jaringan.

Pupuk Organik

Pemupukan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam teknik budidaya tanaman. Pupuk menambahkan unsur hara untuk dimanfaatkan oleh tanaman. Tanaman memanfaatkan unsur hara untuk hidup, tumbuh, dan berkembang.

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari semua jenis bahan-bahan organik dari tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas. Dalam jangka panjang pupuk organik meningkatkan produktivitas dan mengurangi degradasi lahan (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).

Pupuk organik juga dikenal lebih ramah lingkungan daripada pupuk anorganik. Aminah (2003) menyatakan bahwa pupuk organik mampu menahan erosi, kemampuan tanah untuk mengikat air tinggi, menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba tanah. Kelemahan dari pupuk organik adalah dibutuhkan dalam jumlah yang besar, kandungan unsur hara yang dikandung rendah, dan membutuhkan banyak tenaga dalam pengaplikasiannya (Sanchez

(17)

Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan bahan organik dari kotoran ternak. Soepardi (1983) menyatakan pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran padat, air kencing, amparan dan sisa makanan, karena itu susunan kimia dari bahan tersebut berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Hardjowigeno (2010) menyatakan bahwa komposisi kimia pupuk kandang bervariasi bergantung pada jenis dan umur hewan, makanan, amparan dan sistem pengelolaan pupuk kandang. Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P2O5 dan 5

kg K2

Keuntungan pemberian pupuk kandang antara lain: 1) memudahkan penyerapan air hujan; 2) memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air; 3) mengurangi erosi; 4) memberikan lingkungan tumbuh yang baik untuk perkecambahan biji dan akar; 5) merupakan sumber unsur hara tanaman (Setiawan, 1999). Hasil penelitian Saleh (2010) menunjukkan bahwa pemupukan menggunakan larutan pupuk kandang sebanyak 500 g yang dilarutkan dalam 600 ml air menunjukkan

pertumbuhan cabe jawa perdu yang terbaik dibandingkan dengan menggunakan pupuk

NPK 10 g/bulan maupun yang 20 g/2 bulan.

(18)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Gunung Batu. Analisis tanah dan hara daun dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Produksi, Departemen Agronomi dan Hortikultura. Pengamatan destruktif dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan kualitatif kandungan bahan bioaktif dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 – April 2012.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 81 bibit tanaman Kepel (Stelechocarpus burahol) dengan tinggi 66-112 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah, arang sekam, kotoran ayam, dan kotoran kambing. Pupuk organik yang digunakan adalah larutan kotoran sapi, larutan kotoran ayam dan larutan kotoran kambing. Alat-alat dan bahan-bahan lain yang digunakan adalah polybag ukuran 35 cm x 35 cm, ember, label, penggaris, jangka sorong, dan alat tulis.

Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan sembilan perlakuan yaitu kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik yang digunakan. Perlakuan yang digunakan, seperti berikut :

1. K1= tanah + fertigasi kotoran ayam

(19)

5. K5=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran kambing (v/v) + fertigasi kotoran sapi 6. K6=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran kambing (v/v) + fertigasi kotoran ayam 7. K7=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran sapi 8. K8=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran ayam 9. K9=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran kambing

Setiap perIakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan, dimana setiap satuan percobaan terdiri dari tiga tanaman, sehingga jumlah tanaman seluruhnya adalah 81 tanaman.

Model statistika untuk rancangan yang diajukan adalah: Yij= µ + βi + Mj + ∑ij

Yij = Pertumbuhan tanaman dari komposisi media tanam dengan fertigasi pupuk organik ke-j

µ = Nilai rataan umum hasil pengamatan

βi = Pengaruh aditif dari ulangan ke-i (i = 1, 2, 3)

Mj = Pengaruh media tanam dengan fertigasi pupuk organik pada faktor pertumbuhan ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)

∑ij = Galat percobaan

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan sidik ragam (uji F). Jika hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT taraf kesalahan 5%.

Pelaksanaan Percobaan Penanaman

Media tanam yang digunakan ialah campuran tanah, arang sekam dan kotoran ternak (kambing dan ayam). Bibit dari persemaian polybag sebelumnya dipindahkan ke polybag berukuran 35 cm x 35 cm dengan satu bibit per polybag

yang telah diisi media sesuai dengan perlakuan masing-masing. Setelah itu, seluruh

(20)

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual. Aplikasi pemberian larutan pupuk organik dilakukan dengan fertigasi setiap dua minggu sekali dengan dosis menyesuaikan kondisi kapasitas lapang terbesar diantara perlakuan media tanam yang digunakan. Konsentrasi larutan fertigasi adalah 4 kg kotoran hewan dilarutkan dalam 20 l air (Lestari, 2011). Larutan pupuk kandang diaduk hingga tercampur rata dan langsung diaplikasikan pada tanaman.

Pengamatan

Pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian adalah tinggi tanaman, diameter batang tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, dan luas daun per tanaman. Pengamatan juga dilakukan pada analisis hara media tanam, analisis hara daun, kapasitas lapang media, kandungan bahan bioaktif daun, bobot daun, dan skoring bibit kepel yang berkualitas baik. Pengamatan dimulai pada 1 minggu setelah pindah tanam. Parameter yang diamati antara lain:

1. Analisis hara media tanam. Analisis hara media tanam dilakukan sebelum penelitian untuk mengetahui kandungan hara dalam media tanam.

2. Analisis hara daun. Analisis hara daun dilakukan pada akhir pengamatan penelitian untuk mengetahui kandungan hara yang terserap dalam daun pada masing-masing perlakuan.

3. Tinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari permukaan tanah sampai dengan titik tumbuh setiap 2 minggu.

4. Diameter batang. Pengukuran dilakukan sekitar 5 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong setiap 2 minggu.

5. Jumlah daun. Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna setiap 2 minggu.

6. Jumlah cabang. Cabang dihitung berdasarkan jumlah cabang total termasuk cabang utama yang terdapat pada tanaman setiap 2 minggu.

(21)

8. Analisis kandungan bioaktif daun. Analisis kandungan bioaktif dilakukan secara kualitatif untuk menganalisis kandungan alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, flavonoid, dan tanin pada simplisia basah. Analisis menggunakan metode dari Pusat Studi Biofarmaka IPB (2012).

- Persiapan bahan: daun basah dicuci terlebih dahulu kemudian dicincang halus. Selanjutnya, daun dibagi dalam tiga tabung reaksi.

- Pengujian alkaloid: daun dalam tabung reaksi ditambah beberapa tetes 2 M H2SO4

- Pengujian triterpenoid: daun pada tabung reaksi dilarutkan dengan etanol 96% hingga larut kemudian disaring. Ekstrak kemudian dipanaskan hingga kering dan diletakkan pada cawan. Setelah kering, ditambahkan dietil eter, 1 tetes H

dan kloroform 10 ml kemudian dikocok dan disaring. Setelah di saring, larutan dikocok kembali sampai terbentuk lapisan keruh dan bening. Lapisan bening diambil dan dibagi menjadi tiga bagian pada spot plate. Ekstrak pada spot plate ditetesi reagen Dragendorff, Mayer, dan Wagner. Uji alkaloid positif bila salah satu spot menunjukkan adanya endapan warna jingga dengan reagen Dragendorf, warna putih kekuningan dengan reagen Mayer, dan cokelat pada reagen Wagner.

2SO4

- Pengujian saponin, flavonoid dan tanin: daun pada tabung reaksi ditambah dengan aquades secukupnya, kemudian dikocok kuat dan dibagi menjadi dua tabung.

, dan 3 tetes asam asetat glasial lalu diaduk cepat. Uji steroid positif jika pada pinggir cawan timbul warna hijau sedangkan triterpenoid ditandai dengan adanya warna merah atau ungu .

1. Tabung pertama dikocok secara vertikal, dan bila timbul busa yang stabil selama 10 menit menandakan uji saponin positif.

2. Tabung berisi filtrat bekas uji saponin, ditambah dengan logam Mg, beberapa HCl pekat, etanol, dan larutan amil alkohol, kemudian dikocok. Uji flavonoid positif ditunjukkan dengan timbulnya warna jingga hingga kemerahan.

3. Tabung ketiga ditambah dengan FeCl3 1% bila menghasilkan warna

(22)

9. Bobot daun. Bobot daun diukur pada akhir pengamatan penelitian diambil masing-masing 1 sampel tiap tanaman.

10.Kapasitas lapang media. Pengamatan kapasitas lapang media dilakukan sebelum aplikasi pemupukan. Tujuannya untuk mengetahui volume pemberian larutan pupuk organik untuk mengantisipasi terjadinya pemupukan yang berlebihan.

11.Skoring bibit kepel. Penilaian dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan selang nilai tengah pengamatan 1-13 MST. Pengambilan nilai skoring berdasarkan nilai rata-rata masing-masing peubah dari setiap perlakuan. Skor terendah bernilai 1 dan skor tertinggi bernilai 5 (Tabel 1).

Tabel 1. Skor Rekomendasi Komponen Pertumbuhan Kepel di Pembibitan

Skoring Tinggi Diameter Jumlah Jumlah Luas Daun

(cm) (cm) Cabang Daun (cm2)

1 < 96.71 atau >

103.15 < 1.15 < 11.18 < 50.52 < 3895.1

2 96.71 - 98.32 1.15 - 1.20 11.18 - 11.95 50.52 - 53.72 3895.1 - 4142.7 3 98.33 - 99.93 1.21 - 1.25 11.96 - 12.72 53.73 - 56.92 4142.8 - 4390.2 4 99.94 - 101.54 1.26 - 1.30 12.73 - 13.49 56.93 - 60.12 4390.3 - 4637.9

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Keadaan Umum Penelitian

Pengamatan di lapangan berlangsung dari bulan Desember 2011 sampai bulan Maret 2012. Selama pengamatan lapang rata-rata curah hujan sebesar 344.6 mm/bulan dengan temperatur 25.8 0C, kelembaban 84.3%, lama penyinaran 46%, dan intensitas penyinaran matahari sebesar 299.2 cal/cm2

Volume pemberian larutan pupuk organik disesuaikan dengan kapasitas lapang pada kondisi media sebelum pemupukan akan diberikan (Lampiran 2). Pengukuran kapasitas lapang ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya pemupukan yang berlebihan. Zulkarnain (2010) menyatakan bahwa tanaman yang ditanam pada kadar air mendekati kapasitas lapang akan mampu tumbuh dengan cepat bila unsur hara dan faktor lingkungan lainnya berada dalam kondisi optimal.

(Lampiran 1).

Selama waktu penelitian, terdapat tanaman kepel yang terserang hama dan penyakit. Hama yang menyerang adalah Graphium agamemnon (Gambar 1), dan Ulat penggulung daun (Gambar 2). Graphium agamemnon merupakan hama utama family Annonaceae (Chattopadhyay, 2011). Ulat penggulung daun dapat menyebabkan tinggi tanaman berkurang dengan menggulung daun muda pada pucuk tanaman menyebabkan daun kering sehingga pucuk juga mengering.

Gambar 1. Larva G. agamemnon Gambar 2. Ulat penggulung daun

(24)

Kombinasi media tanam campuran tanah dan arang sekam dengan fertigasi kotoran sapi merupakan perlakuan dengan intensitas serangan hama paling tinggi dari awal penelitian sampai 9 MST sehingga diakhir pengamatan menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter jumlah daun, jumlah cabang, dan luas daun pertanaman. Hal ini diduga sama dengan efek pemangkasan bahwa setelah terjadinya serangan hama terjadi peningkatan jumlah daun dan jumlah cabang. Efek pemangkasan ini berpotensi menghambat dominansi apikal sehingga merangsang pertumbuhan tunas-tunas lateral yang akhirnya membentuk cabang sekunder tanaman. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan penambahan jumlah cabang dapat terjadi karena hilangnya dominasi apikal akibat pemangkasan tunas pucuk, yang menyebabkan tunas-tunas lateral tumbuh dan berkembang. Hal ini juga mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah cabang menyebabkan jumlah daun meningkat.

Gulma yang ditemui yaitu gulma dari golongan daun lebar. Spesies gulma yang dijumpai yaitu Ageratum conycoides dan Impatiens balsamina. Selama penelitian berlangsung gulma dikendalikan secara manual.

Hasil analisis tanah

Hasil analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB (lampiran 3) dan kriteria penilaian sifat kimia tanah yang dilakukan berdasarkan ketetapan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi Bogor (Lampiran 4), dapat dilihat pada Tabel 2.

(25)

Tabel 2. Hasil Analisis Hara Media dan Pupuk

Bahan pH C N C/N P K KTK % % ppm me/100g me/100g

Media

Tanah

5.6 2.15 0.22 9.77 28.3 0.78 19.49 agak

masam sedang sedang rendah sedang sedang sedang Tanah +

arang sekam

6.4 2.15 0.25 8.6 46.2 2.18 18.71 agak

masam sedang sedang rendah tinggi tinggi sedang Tanah +

arang sekam + kotoran kambing

6.9 5.79 0.56 10.34 132 3.43 21.82 netral sangat

tinggi tinggi rendah

sangat tinggi

sangat

tinggi sedang Tanah +

arang sekam + kotoran ayam

6.8 5.5 0.49 11.22 232.5 4.86 29.07 netral sangat

tinggi sedang sedang

sangat tinggi

sangat

tinggi sedang

Pupuk

Kotoran sapi

8.4 16.56 1 16.56 100.4 28.04 agak

alkalis

sangat tinggi

sangat

tinggi tinggi

sangat tinggi sangat tinggi Kotoran ayam

6.2 8.22 1.37 6 238.9 8.17 agak

masam

sangat tinggi

sangat

tinggi rendah

sangat tinggi sangat tinggi Kotoran kambing

8.2 13.17 0.68 19.37 133.6 17.59 agak

alkalis

sangat

tinggi tinggi tinggi

sangat tinggi

sangat

tinggi

Tinggi Tanaman

(26)

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman

Karakter Uji F Koefisien Keragaman (%)

Tinggi 1 MST tn 5.51

Tinggi 3 MST tn 5.57

Tinggi 5 MST tn 5.72

Tinggi 7 MST tn 5.63

Tinggi 9 MST tn 5.61

Tinggi 11 MST tn 6.22

Tinggi 13 MST tn 6.50

Pertambahan Tinggi 1-3 MST tn 19.86 Pertambahan Tinggi 1-5 MST

7

* 26.19

Pertambahan Tinggi 1-7 MST

4

tn 38.91 Pertambahan Tinggi 1-9 MST

3

tn 31.29 Pertambahan Tinggi 1-11 MST

1

tn 26.40 Pertambahan Tinggi 1-13 MST

1

tn 23.26 1

Keterangan: (1) hasil transformasi ; (3)hasil transformasi ; (4)hasil transformasi ; ; (7) hasil transformasi ; (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata; (**) berpengaruh sangat nyata

(27)

Tabel 4. Tinggi Tanaman

Perlakuan Tinggi (MST)

Pertambahan Tinggi (MST)

1 13 1-5 1-13

Media tanah dengan fertigasi kotoran

ayam 92.56 101.50 2.06abc 8.94

Media campuran tanah, arang sekam,

dengan fertigasi kotoran sapi 97.39 106.11 1.00bc 8.72

Media campuran tanah, arang sekam,

dengan fertigasi kotoran ayam 95.61 100.67 1.56abc 5.06

Media campuran tanah, arang sekam,

dengan fertigasi kotoran kambing 92.89 99.83 0.00c 6.94

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi

kotoran sapi 90.72 98.45 3.67 7.72

ab

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi

kotoran ayam 92.83 99.61 1.50 6.78

abc

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran

sapi 93.28 101.67 1.22 8.39

bc

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran

ayam 97.89 104.95 2.06 7.06

abc

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing

98.06 107.50 4.78a 9.44

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT taraf kesalahan 5%

Diameter Batang

(28)

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Diameter Batang

Karakter Uji F Koefisien Keragaman (%)

Diameter 1 MST ** 5.91

Diameter 3 MST ** 6.28

Diameter 5 MST ** 5.94

Diameter 7 MST ** 5.51

Diameter 9 MST ** 4.90

Diameter 11 MST ** 4.79 Diameter 13 MST ** 4.62 Pertambahan Diameter 1-3 MST tn 22.33 Pertambahan Diameter 1-5 MST

2

tn 34.85 Pertambahan Diameter 1-7 MST tn 32.13 Pertambahan Diameter 1-9 MST * 26.03 Pertambahan Diameter 1-11 MST * 22.00 Pertambahan Diameter 1-13 MST * 19.22

Keterangan: (2)hasil transformasi ; (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata; (**) berpengaruh sangat nyata

(29)

Tabel 6. Diameter Batang

Perlakuan Diameter (MST) Pertambahan diameter (MST)

1 13 1-9 1-11 1-13

Media tanah dengan fertigasi

kotoran ayam 1.242a 1.376ab 0.112abc 0.126abc 0.133abc

Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran

sapi 1.102 1.227

b cd

0.102abcd 0.117abc 0.124

Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam

bc

1.164ab 1.274bcd 0.090abcd 0.102bc 0.110

Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran kambing

c

1.078b 1.177d 0.079bcd 0.092c 0.099

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran sapi

c

1.093b 1.212d 0.065d 0.096c 0.119

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam

c

1.231a 1.329abc 0.063d 0.081c 0.098

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi

c

1.059b 1.232cd 0.132a 0.154a 0.173

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam

a

1.235a 1.402a 0.119ab 0.142ab 0.168

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing

ab

1.050b 1.165d 0.069cd 0.088c 0.115c

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT taraf kesalahan 5%

Jumlah Cabang

(30)
[image:30.595.108.517.105.330.2]

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Cabang

Karakter Uji F Koefisien Keragaman (%) Jumlah Cabang 1 MST tn 11.48

Jumlah Cabang 3 MST tn 11.42 Jumlah Cabang 5 MST tn 10.72 Jumlah Cabang 7 MST * 9.71 Jumlah Cabang 9 MST * 10.21 Jumlah Cabang 11 MST tn 9.60 Jumlah Cabang 13 MST tn 9.08 Pertambahan Jumlah Cabang 1-3 MST tn 14.22 Pertambahan Jumlah Cabang 1-5 MST

3

tn 21.22 Pertambahan Jumlah Cabang 1-7 MST

4

tn 20.30 Pertambahan Jumlah Cabang 1-9 MST

4

tn 20.71 Pertambahan Jumlah Cabang 1-11 MST

5

tn 29.56 Pertambahan Jumlah Cabang 1-13 MST

3

* 33.85 1

Keterangan: (1) hasil transformasi ; (3)hasil transformasi ; (4)hasil transformasi

; (5) hasil transformasi ; (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata; (**) berpengaruh sangat nyata.

(31)
[image:31.595.98.521.88.536.2]

Tabel 8. Jumlah Cabang

Perlakuan Jumlah Cabang (MST)

Pertambahan Jumlah Cabang

(MST)

1 7 9 13 1-13

Media tanah dengan fertigasi

kotoran ayam 11.67 12.22abc 12.56ab 13.33

1.67a

Media campuran tanah, arang

sekam, dengan fertigasi kotoran sapi 12.00 12.22abc 12.22abc 14.67

2.67

Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam

a

12.22 12.33abc 12.33abc 12.44

0.22

Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran kambing

b

10.22 10.56bc 10.44bc 11.67

1.44

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran sapi

a

11.00 12.67ab 12.67ab 13.11

2.11

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam

a

10.89 11.56abc 11.78abc 13.33

2.44

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi

a

9.67 10.11c 10.11c 12.56

2.89

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam

a

13.11 13.56a 13.11a 14.11

1.00

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing

ab

12.33 13.33a 13.67a 14.56

2.22a

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT

Jumlah Daun

(32)
[image:32.595.103.517.84.823.2]

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun

Karakter Uji F Koefisien Keragaman (%) Jumlah Daun 1 MST tn 17.61

Jumlah Daun 3 MST tn 18.16 Jumlah Daun 5 MST tn 19.55 Jumlah Daun 7 MST tn 19.24 Jumlah Daun 9 MST tn 18.36 Jumlah Daun 11 MST tn 19.59 Jumlah Daun 13 MST tn 20.98 Pertambahan Jumlah Daun 1-3 MST tn 32.48 Pertambahan Jumlah Daun 1-5 MST

4

tn 35.51 Pertambahan Jumlah Daun 1-7 MST

7

tn 37.47 Pertambahan Jumlah Daun 1-9 MST

5

tn 23.88 Pertambahan Jumlah Daun 1-11 MST

8

tn 36.57 Pertambahan Jumlah Daun 1-13 MST

6

tn 32.17 1

Keterangan: (1) hasil transformasi ; (4) hasil transformasi ; (5) hasil transformasi ; (6) hasil transformasi ; (7) hasil transformasi ; (8)hasil transformasi ; (tn) tidak berpengaruh nyata; (**) berpengaruh sangat nyata

(33)
[image:33.595.90.518.110.550.2]

Tabel 10. Jumlah Daun

Perlakuan Jumlah Daun (MST)

Perubahan Jumlah Daun (MST)

1 13 1-13

Media tanah dengan fertigasi kotoran

ayam 49.44 57.56 8.11

Media campuran tanah, arang sekam,

dengan fertigasi kotoran sapi 57.89 73.89 16.00

Media campuran tanah, arang sekam,

dengan fertigasi kotoran ayam 56.11 62.78 6.67

Media campuran tanah, arang sekam,

dengan fertigasi kotoran kambing 46.00 51.56 5.56

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi

kotoran sapi 42.89 53.11 10.22

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi

kotoran ayam 43.44 59.67 16.22

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran

sapi 44.44 58.67 14.22

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran

ayam 56.11 63.22 7.11

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing

48.22 63.67 15.45

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT

Luas Daun per Tanaman

(34)
[image:34.595.111.520.107.180.2]

Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Luas Daun Setiap Tanaman

Karakter Uji F Koefisien Keragaman (%)

Luas Daun per Tanaman 9 MST tn 20.4

Luas Daun per Tanaman 11 MST tn 24.3

Luas Daun per Tanaman 13 MST tn 24.5

Keterangan: (tn) tidak berpengaruh nyata

Tabel 12. Luas Daun Per Tanaman

Perlakuan Luas daun (cm

2

)/tanaman (MST)

9 11 13

Media tanah dengan fertigasi kotoran ayam 2984.6 4300.9 4320.0

Media campuran tanah, arang sekam, dengan

fertigasi kotoran sapi 3141.5 4606.6 6143.0

Media campuran tanah, arang sekam, dengan

fertigasi kotoran ayam 2886.8 4808.1 4749.0

Media campuran tanah, arang sekam, dengan

fertigasi kotoran kambing 2542.9 4221.6 4606.0

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

kambing dengan fertigasi kotoran sapi 3336.8 4249.8 4829.0

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

kambing dengan fertigasi kotoran ayam 2621.2 3367.3 4954.0

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

ayam dengan fertigasi kotoran sapi 3000.0 4302.1 4980.0

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

ayam dengan fertigasi kotoran ayam 3992.1 4686.8 5235.0

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

ayam dengan fertigasi kotoran kambing 3079.1 4614.7 5598.0

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT

Korelasi

[image:34.595.105.515.216.568.2]
(35)
[image:35.595.110.522.105.220.2]

Tabel 13. Matriks Korelasi antar Parameter Diameter

Batang

Luas Daun /Tanaman

Jumlah Daun

Jumlah Cabang Tinggi Tanaman 0.715 ** 0.827 ** 0.791 ** 0.845 ** Diameter Batang 1 0.531 ** 0.580 ** 0.628 ** Luas Daun/Tanaman 1 0.911 ** 0.833 **

Jumlah Daun 1 0.833 **

Jumlah Cabang 1

Keterangan: (**) berpengaruh sangat nyata

Analisis hara daun

Analisis hara daun dapat menjadi alat bantu pemantau pasokan atau serapan hara pada tanaman. Jumlah kandungan suatu unsur dalam tanaman merupakan indikator pasokan unsur hara tersebut dan berhubungan langsung dengan jumlah unsur tersebut didalam media tanam.

Tabel 14. Hasil Analisis Hara Daun pada Akhir Penelitian

Perlakuan Kandungan

N P K

………..………..%...

Media tanah dengan fertigasi kotoran ayam 1.46 0.27 1.24

Media campuran tanah, arang sekam, dengan

fertigasi kotoran sapi 1.57 0.27 1.54

Media campuran tanah, arang sekam, dengan

fertigasi kotoran ayam 1.5 0.28 1.24

Media campuran tanah, arang sekam, dengan

fertigasi kotoran kambing 1.64 0.3 1.67

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

kambing dengan fertigasi kotoran sapi 1.57 0.28 1.54

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

kambing dengan fertigasi kotoran ayam 1.6 0.27 1.42

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

ayam dengan fertigasi kotoran sapi 1.74 0.31 1.54

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

ayam dengan fertigasi kotoran ayam 1.88 0.3 1.79

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

ayam dengan fertigasi kotoran kambing 1.85 0.31 1.98

[image:35.595.98.517.397.761.2]
(36)

Analisis hara daun dilakukan untuk melihat seberapa efisien tanaman menyerap hara sesuai dengan perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik yang diberikan. Hasil analisis hara daun menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam memiliki nilai tertinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya untuk kandungan unsur hara N sebesar 1.88% dan unsur hara K sebesar 1.98%. Selanjutnya, nilai paling tinggi untuk kandungan unsur hara P ditunjukkan pada perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi dan perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam sebesar 0.31%. (Tabel 14).

(37)
[image:37.595.102.517.103.445.2]

Tabel 15. Serapan Hara yang terdapat pada Daun

Perlakuan Serapan

N P K

…….…..………..g/tanaman... Media tanah dengan fertigasi kotoran ayam

1.94 0.36 1.65

Media campuran tanah, arang sekam, dengan

fertigasi kotoran sapi 2.68 0.46 2.63

Media campuran tanah, arang sekam, dengan

fertigasi kotoran ayam 2.18 0.41 1.80

Media campuran tanah, arang sekam, dengan

fertigasi kotoran kambing 1.95 0.36 1.99

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

kambing dengan fertigasi kotoran sapi 1.93 0.34 1.89

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

kambing dengan fertigasi kotoran ayam 2.21 0.37 1.96

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

ayam dengan fertigasi kotoran sapi 2.36 0.42 2.09

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

ayam dengan fertigasi kotoran ayam 2.75 0.44 2.61

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran

ayam dengan fertigasi kotoran kambing 2.72 0.46 2.91

Rata-rata 2.30 0.40 2.17

Skoring Bibit Kepel

(38)
[image:38.595.88.523.103.534.2]

Tabel 16. Hasil Skoring Bibit Tanaman Kepel

Perlakuan Tinggi Diameter Jumlah Jumlah Luas Total

Daun Cabang Daun

Media tanah dengan fertigasi

kotoran ayam 1 5 2 3 1 12

Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran

sapi 4 2 5 3 4 18

Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran

ayam 2 3 4 3 3 15

Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran

kambing 1 1 1 1 1 5

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan

fertigasi kotoran sapi 1 1 1 3 2 8

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan

fertigasi kotoran ayam 1 4 1 2 1 9

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan

fertigasi kotoran sapi 1 1 1 1 2 6

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan

fertigasi kotoran ayam 4 5 4 5 5 23

Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing

1 1 3 4 4 13

Uji Fitokimia

(39)

Pembahasan

Pada dasarnya pemupukan secara nyata meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi fotosintesis permukaan daun (Gardner et al., 1991). Aplikasi pemupukan sangat penting untuk pertumbuhan tanaman bergantung pada nutrisi yang diberikan dan karakteristik tanaman itu sendiri. Penyerapan unsur hara dari dalam tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah, dan kemampuan tanaman untuk menyerap hara dari tanah.

Perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam pada akhir pengamatan menunjukkan diameter batang tanaman yang relatif lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lain. Menurut Nakasone dan Paull (1999), kecepatan pertumbuhan diameter batang tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara N, P, pengairan, dan temperatur. Media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam memiliki kandungan unsur P paling tinggi dibandingkan media tanam lain sebesar 232.5 ppm. Larutan kotoran ayam yang diberikan mengandung unsur N (1.37%) dan P (238.9 ppm) paling tinggi diantara larutan kotoran hewan yang lain. Hal ini diduga karena komposisi media tanam dan larutan pupuk organik yang diberikan dapat menyediakan hara bagi tanaman sehingga pertumbuhan diameter tanaman meningkat.

(40)

campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing menyediakan hara bagi tanaman sehingga pertumbuhan jumlah cabang meningkat.

Dari hasil analisis tanah juga menunjukkan bahwa KTK media tanam dengan komposisi tanah, arang sekam, dan kotoran ayam paling tinggi yakni sebesar 29.07 me/100 g. Munawar (2011) menyatakan media dengan KTK tinggi dapat menjamin serapan ion positif seperti kalium lebih efektif dibandingkan dengan media dengan KTK rendah. Dari pernyataan tersebut, diduga dengan KTK pada media tinggi dapat meningkatkan ketersedian hara yang dapat diserap oleh tanaman.

Bagian tanaman kepel yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat adalah buahnya. Pemanfaatan terhadap buah tidak selalu tersedia karena tanaman kepel tidak berbuah sepanjang tahun. Pemanfaatan terhadap daun bisa dijadikan alternatif pengganti buah karena daun tersedia dalam jumlah banyak. Hasil uji kandungan bioaktif daun kepel secara kualitatif positif mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, steroid, triterpenoid, dan saponin dalam nilai yang sama. Serapan unsur hara dapat mempengaruhi kandungan bioaktif pada daun tanaman. Menurut Salisbury dan Ross (1995), alkaloid merupakan senyawa aromatik bergugus N. Sulistyowati (2010) menambahkan N dan Mg berperan dalam meningkatkan kandungan alkaloid. Mg dalam jumlah tinggi pada pupuk yang mengandung N akan menyebabkan tanaman giat melakukan metabolisme primer sehingga menurunkan kandungan alkaloid.

Flavonoid merupakan senyawa 15-karbon yang umumnya tersebar di seluruh dunia tumbuhan (Harborne, 1987). Mualim et al. (2009) menduga K diperlukan sebagai aktivator enzim dalam proses metabolisme pembentukan flavonoid. Musyarofah et al. (2007) melaporkan pada tanaman pegagan, pembentukan steroid dipengaruhi oleh keberadaan Mg 2+

(41)

Hasil yang sama pada penelitian Syahadat (2012), menunjukkan media tanah latosol Darmaga + arang sekam + kotoran ayam (1:1:1) v/v

dan aplikasi fertigasi dengan pupuk kandang ayam menghasilkan penampilan tanaman kemuning lebih

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam merupakan perlakuan yang menghasilkan bibit tanaman kepel berkualitas paling baik menurut hasil skoring. Tanaman kepel termasuk suku Annonaceae dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hasil uji kandungan bioaktif daun kepel secara kualitatif positif mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, steroid, triterpenoid, dan saponin dalam nilai yang sama.

Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Alamendah. 2010. Buah kepel (Stelechocarpus burahol) kegemaran putri keraton. http://alamendah.wordpress.com. [4 Mei 2011]

Aminah, S., G.B. Soedarsono, dan Y. Sastro. 2003. Teknologi Pengomposan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jakarta. 20 hal.

Balitbangkes. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal.

Chattopadhyay, J. 2011. The structure and defensive efficacy of glandular secretion of the larval osmeterium in Graphium agamemnon Linnaeus, 1758 (Lepidoptera: Papilionidae). Turk J Zool. 35(2): 245-254.

Gardner, F.P., R.B. Pearce., dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. (diterjemahkan dari : Physiology of Crop Plants, penerjemah : H. Susilo). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 428 hal.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia (diterjemahkan dari : Phytochemical Methods, penerjemah: K. Padmawinata dan I Soediro). Penerbit ITB. Bandung. 354 hal.

Harjadi, S.S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hal. Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. CV Akademika Pressindo. Jakarta. 288 hal. Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia II. Diterjemahkan oleh Badan

Penelitian dan Pembangunan Kehutanan. Jakarta. 765 Hal.

Hidayat, A., L. K. Darusman, dan I. Batubara. 2011. Fractination of The Active Compound from Kepel (Stelechocarpus burahol) Leaf Extract as Antibacterial. The 2nd

Kusuma, F.R. dan M.B. Zaky. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Agromedia Pustaka. Jakarta. 289 Hal.

International Symposium on Temulawak. Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB. Bogor. 112-113.

Kusmiyati, E., P. Hastoeti, dan Gusmailina. 2005. Potensi burahol sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu yang terancam punah. Info Hasil Hutan. 11(1) : 9-16.

Lakitan, B. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta. 206 Hal.

(44)

Mardani, D.Y. 2005. Pengaruh Jumlah Ruas dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Stek Nilam. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Yogyakarta. Yogyakarta.

Melati, M., A. Aisyah, dan D. Rianawati. 2008. Aplikasi pupuk organik dan residunya untuk produksi kedelai panen muda. Bul. Agron. 36 (3):204- 213. Mualim, L., S.A. Aziz, dan M. Melati. 2009. Kajian pemupukan NPK dan jarak

tanam pada produksi antosianin daun kolesom. J. Agron Indonesia. 37 (1):55-61.

Munawar, M. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor. 240 hal.

Musyarofah, N., S. Susanto, S.A. Aziz, dan S. Kartosoewarno. 2007. Respon Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Terhadap Pemberian Pupuk Alami di Bawah Naungan.Bul. Agron 35: 217 – 224.

Muzayyinatin. 2006. Pengaruh Komposisi Media dan Jumlah Benih dalam Wadah Persemaian terhadap Pertumbuhan Manggis (Gracinia mangostana L.). Skripsi. Program Studi Pemuliaan dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal.

Nakasone, H.Y. and R.E Paull. 1999. Crop Production Science in Horticulture. CAB International. Wallingford.

Purwanto, A.W. 2006. Aglaonema Pesona kecantikan Sang Ratu Daun. Yogyakarta. Kanisius. 80 hal.

Saleh, I. 2010. Pengaruh Metode Pemupukan dan Kombinasi Komposisi Media Tanam dengan Pengapuran Terhadap Pertumbuhan Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 Hal.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2 (diterjemahkan dari : Plant Physiology, penerjemah : D.R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung. 343 hal.

Setiawan. A.I. 1999. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. 82 hal.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Insitut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.

Soepraptohardjo. 1961. Jenis-Jenis Tanah di Indonesia. Badan Pengendali Bimas dan Lembaga Penelitian Tanah.

(45)

Sunardi, C.S.A., K. Padmawinata, L.B.S. Kardono, dan A.S. Gana. 2003. Isolasi dan Identifikasi Kulit Batang Burahol, Stelechocarpus burahol (Blume) Hook f. & Thomson terhadap Sel Leukemia L1210 [disertasi]. Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung. Bandung [15 maret 2011].

Sunarni, T., S. Pramono, dan R. Asmah. 2007. Flavonoid antioksidan penangkap radikal dari daun Kepel (Stelechocarpus burahol). Majalah farmasi Indonesia 18(3) : 111-116.

Suriadikarta, D.A. dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pendahuluan, p.1-10.

Dalam R.D.M. Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik (Eds). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Syahadat, R. M. 2012. Pengaruh Komposisi Media dan Fertigasi Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) di Pembibitan. Skipsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 Hal.

Warningsih. 1995. Uji fitokimia dan efek antiimplantasi ekstrak etanol bunga

Hibiscus rosa-sinensis Linn., buah Piper nigrum Linn., dan buah

Stelechocarpus burahol Hook.f.& TH., hal 192. Dalam D. Sundari, L. Widowati, B. Wahjoedi, dan M.W. Winarno (Eds.). Penelitian Tanaman Obat di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia X. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Peneilitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Rl. Jakarta.

(46)
(47)

Lampiran 1. Data Iklim

Bulan Curah Hujan Temperatur RH Lama Intensitas Penyinaran Matahari

(mm) (0C) (%) (%) (Cal/Cm2

Desember

)

344.6 26.1 84.0 44.0 344.6 Januari 272.0 25.1 86.0 28.0 224.0 Februari 548.9 25.6 87.0 57.0 318.3 Maret 136.0 26.2 80.0 55.0 310.0 Rata-rata 325.4 25.8 84.3 46.0 299.2

Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

Lampiran 2. Kapasitas Lapang Komposisi Media

Media Tanam

Volume (ml) 3

MST 5 MST

7 MST

9 MST

11 MST

13 MST Tanah 720 380 370 480 490 320 Tanah+arang sekam 710 370 400 480 480 360 Tanah+arang

(48)

Lampiran 3. Hasil Analisis Tanah

Sifat Tanah Tanah Tanah +

Arang Sekam Tanah + Arang Sekam + Kotoran Kambing Tanah + Arang Sekam + Kotoran Ayam Kotoran Kambing Kotoran Ayam kotoran sapi

pH H20 5.6 6.4 6.9 6.8 8.2 6.2 8.4

pH KCl 4.9 5.7 6 6 7.2 5.3 7.4

C-org (%) 2.15 2.15 5.79 5.5 13.17 8.22 16.56

N-total (%) 0.22 0.25 0.56 0.49 0.68 1.37 1

Rasio C/N 9.77 8.6 10.34 11.22 19.37 6 16.56

Bray l (ppm) 28.3 46.2 132 232.5 133.6 238.9 100.4

HCl (ppm) 268.7 311 1134 2025 1053 2106 729

Ca (me/100g) 5.91 6.43 16.61 18.86 23.49 21.77 26.38

Mg

(me/100g) 1.86 2.22 7.48 10.15 17.2 17.42 17.18

K (me/100g) 0.78 2.18 3.43 4.86 17.59 8.17 28.04

Na

(me/100g) 0.36 0.68 1.01 1.27 7.51 3.7 10.87

KTK

(me/100g) 19.49 18.71 21.82 29.07 28.59 24.79 32.57

KB (%) 45.72 61.52 100 100 100 100 100

Al (me/100g) tr tr tr tr tr tr tr

H (me/100g) 0.12 0.12 0.08 0.08 0.04 0.12 0.04

Fe (ppm) 10.88 3.72 0.1 0.13 0.58 0.87 0.55

Cu (ppm) 3.07 1.93 0.14 0.08 0.39 0.37 0.23

Zn (ppm) 6.2 10.18 0.06 1.2 0.08 0.38 0.08

Mn (ppm) 16.79 16.31 0.93 14.94 tr 0.12 tr

Pasir (%) 7.86 11.29 15.48 20.64 15.77 41.63 28.79

Debu (%) 24.15 28.74 35.48 22.61 49.6 34.81 55

Liat (%) 67.99 59.97 49.04 56.75 34.63 23.56 16.21

(49)

Lampiran 4. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah

Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

pH H2O <1 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 >5

C (%) <1 1-2 2.01-3 3.01-5 >5

N (%) <0.1 0.1-0.2 0.21-0.5 0.51-0.75 >0.75

C/N <10 5-10 11-15 16-25 >25

P2O5

<10 HCL 25%

10-20 21-40 41-60 >60

(mg/100 g) P2O5

<10 Bray I

(ppm) 10-15 16-25 26-35 >35

K2

<10 O HCl 25%

10-20 21-40 41-60 >60

(mg/100 g)

KTK (me/100 g) <5 5-16 17-24 25-40 >40

Basa-Basa Dapat Ditukar

K (me/100 g) <0.1 0.1-0.2 0.3-0.5 0.6-1 >1

Na (me/100 g) <0.1 0.1-0.3 0.4-0.7 0.8-1 >1

Mg (me/100 g) <0.4 0.4-1 1.1-2 2.1-8 >8

Ca (me/100 g) <2 2-5 6-10 11-20 >20

KB (%) <20 20-35 36-50 51-70 >70

Kejenuhan Al (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60

Reaksi Tanah

Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak

Alkalis Alkalis

<4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 >8.5

(50)

K1 K2

K6 K5

K4 K3

(51)

K9

K8 K7

Keterangan :

K1 = tanah+ fertigasi kotoran ayam

K2 = tanah : arang sekam (1:1) + fertigasi kotoran sapi K3 = tanah : arang sekam (1:1) + fertigasi kotoran ayam K4 = tanah : arang sekam (1:1) + fertigasi kotoran kambing

(52)

Lampiran 6. Hasil Uji Fitokimia Kandungan Bahan Aktif Daun Kepel

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Keterangan :

(a) Uji Saponin, ditunjukkan dengan timbulnya busa

(b) Uji Flavonoid, ditunjukkan dengan timbulnya warna jingga hingga kemerahan (c) Uji Steroid, steroid ditunjukkan pada pinggir cawan timbul warna hijau

(53)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut dapat memberikan kontribusi positif pada aspek kehidupan, salah satunya adalah potensi tanaman obat (herbal) untuk kesehatan manusia. Menurut Kusuma (2005) dari 960 jenis tumbuhan yang berkhasiat obat, 283 jenis merupakan tumbuhan penting bagi industri obat tradisional. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat adalah kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.).

Tanaman kepel banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dan kosmetika (Kusmiyati et al.,

2005). Buah kepel biasanya digunakan secara tradisional sebagai pencegah bau badan oleh para putri keraton pada zaman dahulu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Warningsih (1995) buah kepel mengandung senyawa alkaloid dan polifenol serta memiliki fungsi sebagai antiimplantasi. Menurut Sunarni et al. (2007) daun tanaman kepel juga mengandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan penangkap radikal bebas. Hidayat et al. (2011) menambahkan ekstrak dari daun kepel mengandung senyawa flavonoid meliputi auron, flavanon dan flavanol yang dapat digunakan untuk antibakteri. Sunardi et al. (2003) menyatakan kulit dari tanaman kepel memiliki aktivitas antiagregasi platelet.

Di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta tumbuhan kepel ini banyak ditemukan hanya di sekitar lingkungan keraton. Hal ini disebabkan oleh adanya kepercayaan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta yang menyatakan tumbuhan ini hanya boleh ditanam di sekitar keraton. Di Jawa Barat tumbuhan ini jarang ditanam karena daging buahnya hanya sedikit sehingga dianggap kurang menguntungkan dan tidak menarik untuk dibudidayakan. Oleh karenanya, lambat laun pohon kepel menjadi langka seperti sekarang ini (Alamendah, 2010).

(54)

Peranan media tanam menentukan kualitas tanaman. Dengan media perakaran yang baik, dapat diwujudkan bibit tanaman yang juga baik. Purwanto (2006) menambahkan media tanam yang baik yaitu media yang mampu mengikat serta menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit, dan cukup porous sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Selain media, kualitas tanaman juga dipengaruhi oleh ketersediaan hara. Ketersediaan hara pada media dapat diperoleh dengan pemupukan. Hardjowigeno (2010), menyatakan pemberian pupuk kandang sebagai pupuk organik memiliki keistimewaan dapat memperbaiki kesuburan tanah dan memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti porositas tanah, stuktur tanah, dan daya menahan air.

Pemilihan bibit tanaman kepel penting diperhatikan diawal pembudidayaan. Untuk mendapatkan tanaman kepel yang baik, perlu penanganan yang baik dari awal pertanaman. Pertumbuhan bibit yang baik, diharapkan menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan yang lebih baik ketika ditanam di lapangan dan bisa dimanfaatkan dengan optimal dalam penggunaannya.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit tanaman kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.).

Hipotesis

(55)

TINJAUAN PUSTAKA

Kepel

Kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.) merupakan tumbuhan pohon dengan tinggi sampai 21 m dan diameter batang sampai 40 cm. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Pulau Jawa, terutama di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta tumbuhan ini ditanam di sekitar keraton, sedangkan di Jawa Barat tumbuhan ini tumbuh secara liar (Heyne, 1987).

Menurut Balitbangkes (1994), pohon kepel (Stelechocarpus burahol) dikenal juga sebagai kepel (jawa), dan burahol (sunda). Dalam bahasa Inggris tumbuhan langka ini dikenal sebagai Keppel Apple. Dalam klasisfikasi (ilmiah) dikemukakan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyte

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Magnoliales

Suku : Annonaceae

Marga : Stelechocarpus

Jenis : Stelechocarpusburahol (BL.) Hook. F. & TH.

Daun kepel berupa daun tunggal berbentuk lonjong dengan panjang 8-20 cm dan lebar 4-6 cm, ujung dan pangkal meruncing, halus, pertulangan bawah menonjol, mengkilat, dan berwarna hijau. Bunga tanaman kepel berupa bunga majemuk, bentuk tandan, tersebar di batang dan cabang, tangkai silindris, panjang + 4 cm, benang sari dan putik halus, mahkota lonjong, kuning. Buah kepel seperti buni, bulat, kulit kasar, diameter + 5 cm, coklat dan biji bentuk ginjal, halus, hitam mengkilat.

Tanaman kepel banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dan kosmetika (Kusmiyati et al.,

(56)

polifenol serta memiliki fungsi sebagai antiimplantasi. Menurut Sunarni et al. (2007) daun tanaman kepel juga mengandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan penangkap radikal bebas. Hidayat et al. (2011) menambahkan ekstrak dari daun kepel mengandung senyawa flavonoid meliputi auron, flavanon dan flavanol yang dapat digunakan untuk antibakteri. Sunardi et al. (2003) menambahkan kulit dari tanaman kepel memiliki aktivitas antiagregasi platelet.

Media Tanam

Media tanam berfungsi sebagai tempat melekatnya akar, penyedia air dan unsur hara, penyedia oksigen bagi berlangsungnya proses fisiologi akar serta kehidupan dan aktifitas mikroba tanah (Mardani, 2005). Purwanto (2006) menambahkan ada 5 persyaratan media tanam yang baik yaitu mampu mengikat serta menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit, cukup porous (memiliki banyak rongga) sehingga mampu menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi (pernapasan), dan tahan lama.

Tanah Latosol

Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan keras yang melapuk atau dari bahan yang lebih lunak seperti abu vulkan atau bahan endapan baru. Latosol mempunyai kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan batas-batas horizon yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50%, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horizon kambik (Hardjowigeno, 2010). Latosol merupakan tanah dengan tekstur liat dan berstruktur remah hingga gumpal. Selain itu tanah latosol memiliki kandungan bahan organik yang rendah (Soepraptohardjo, 1961).

Arang Sekam

(57)

toksik atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman serta merupakan sumber kalium bagi tanaman (Purwanto, 2006). Arang sekam merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari sekam padi (kulit gabah) dengan warna hitam. Warna hitam pada arang sekam akibat proses pembakaran tersebut menyebabkan daya serap terhadap panas tinggi sehingga menaikkan suhu dan mempercepat perkecambahan.

Melati et al. (2008) menyatakan bahwa abu sekam diduga mengandung unsur K yang relatif tinggi. Selain itu abu sekam juga diduga mengandung silikat yang berperan sebagai unsur hara mikro yang meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit melalui pengerasan jaringan.

Pupuk Organik

Pemupukan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam teknik budidaya tanaman. Pupuk menambahkan unsur hara untuk dimanfaatkan oleh tanaman. Tanaman memanfaatkan unsur hara untuk hidup, tumbuh, dan berkembang.

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari semua jenis bahan-bahan organik dari tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas. Dalam jangka panjang pupuk organik meningkatkan produktivitas dan mengurangi degradasi lahan (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).

Pupuk organik juga dikenal lebih ramah lingkungan daripada pupuk anorganik. Aminah (2003) menyatakan bahwa pupuk organik mampu menahan erosi, kemampuan tanah untuk mengikat air tinggi, menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba tanah. Kelemahan dari pupuk organik adalah dibutuhkan dalam jumlah yang besar, kandungan unsur hara yang dikandung rendah, dan membutuhkan banyak tenaga dalam pengaplikasiannya (Sanchez

(58)

Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan bahan organik dari kotoran ternak. Soepardi (1983) menyatakan pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran padat, air kencing, amparan dan sisa makanan, karena itu susunan kimia dari bahan tersebut berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Hardjowigeno (2010) menyatakan bahwa komposisi kimia pupuk kandang bervariasi bergantung pada jenis dan umur hewan, makanan, amparan dan sistem pengelolaan pupuk kandang. Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P2O5 dan 5

kg K2

Keuntungan pemberian pupuk kandang antara lain: 1) memudahkan penyerapan air hujan; 2) memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air; 3) mengurangi erosi; 4) memberikan lingkungan tumbuh yang baik untuk perkecambahan biji dan akar; 5) merupakan sumber unsur hara tanaman (Setiawan, 1999). Hasil penelitian Saleh (2010) menunjukkan bahwa pemupukan menggunakan larutan pupuk kandang sebanyak 500 g yang dilarutkan dalam 600 ml air menunjukkan

pertumbuhan cabe jawa perdu yang terbaik dibandingkan dengan menggunakan pupuk

NPK 10 g/bulan maupun yang 20 g/2 bulan.

(59)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Gunung Batu. Analisis tanah dan hara daun dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Produksi, Departemen Agronomi dan Hortikultura. Pengamatan destruktif dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan kualitatif kandungan bahan bioaktif dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 – April 2012.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 81 bibit tanaman Kepel (Stelechocarpus burahol) dengan tinggi 66-112 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah, arang sekam, kotoran ayam, dan kotoran kambing. Pupuk organik yang digunakan adalah larutan kotoran sapi, larutan kotoran ayam dan larutan kotoran kambing. Alat-alat dan bahan-bahan lain yang digunakan adalah polybag ukuran 35 cm x 35 cm, ember, label, penggaris, jangka sorong, dan alat tulis.

Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan sembilan perlakuan yaitu kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik yang digunakan. Perlakuan yang digunakan, seperti berikut :

1. K1= tanah + fertigasi kotoran ayam

(60)

5. K5=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran kambing (v/v) + fertigasi kotoran sapi 6. K6=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran kambing (v/v) + fertigasi kotoran ayam 7. K7=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran sapi 8. K8=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran ayam 9. K9=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran kambing

Setiap perIakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan, dimana setiap satuan percobaan terdiri dari tiga tanaman, sehingga jumlah tanaman seluruhnya adalah 81 tanaman.

Model statistika untuk rancangan yang diajukan adalah: Yij= µ + βi + Mj + ∑ij

Yij = Pertumbuhan tanaman dari komposisi media tanam dengan fertigasi pupuk organik ke-j

µ = Nilai rataan umum hasil pengamatan

βi = Pengaruh aditif dari ulangan ke-i (i = 1, 2, 3)

Mj = Pengaruh media tanam dengan fertigasi pupuk organik pada faktor pertumbuhan ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)

∑ij = Galat percobaan

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan sidik ragam (uji F). Jika hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT taraf kesalahan 5%.

Pelaksanaan Percobaan Penanaman

Media tanam yang digunakan ialah campuran tanah, arang sekam dan kotoran ternak (kambing dan ayam). Bibit dari persemaian polybag sebelumnya dipindahkan ke polybag berukuran 35 cm x 35 cm dengan satu bibit per polybag

yang telah diisi media sesuai dengan perlakuan masing-masing. Setelah itu, seluruh

(61)

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual. Aplikasi pemberian larutan pupuk organik dilakukan dengan fertigasi setiap dua minggu sekali dengan dosis menyesuaikan kondisi kapasitas lapang terbesar diantara perlakuan media tanam yang digunakan. Konsentrasi larutan fertigasi adalah 4 kg kotoran hewan dilarutkan dalam 20 l air (Lestari, 2011). Larutan pupuk kandang diaduk hingga tercampur rata dan langsung diaplikasikan pada tanaman.

Pengamatan

Gambar

Tabel 1. Skor Rekomendasi Komponen Pertumbuhan Kepel di Pembibitan
Tabel 2. Hasil Analisis Hara Media dan Pupuk
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman
Tabel 4. Tinggi Tanaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Reaktor MSL ( Multi Soil Layering ) sangat efektif untuk mereduksi BOD, COD, TSS, dan minyak/lemak dalam limbah cair industri minyak goreng, dimana dapat memberikan

Pembelajaran dengan interaktif multimedia diharapkan akan lebih menarik anak-anak untuk belajar pelajaran bahasa Bali.. 4.2

Proses level 0 (Gambar 2) ini menjelaskan alur keseluruhan proses yang terjadi pada aplikasi untuk sistem Kamus Bahasa Indonesia ke Bahasa Dayak Ngaju dan Bahasa

Secara parsial diperoleh pengaruh dari citra toko terhadap keputusan pembelian sebesar 45,58% lebih besar dari pengaruh kualitas pelayanan terhadap

Analisis tata ruang yang digunakan pada kompleks pabrik pengolahan tembakau Kebonarum yaitu skala mikro, guna mempelajari sebaran dan hubungan lokasional antara bagunan

Potensi tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), Kayu Apu (Pistia stratiotes), Dan Genjer (Limnocharis flava) sebagai fitoremidiasi air limbah domestik dapat di jadikan salah

Layanan bimbingan kelompok teknik self management dapat meningkatkan tanggung jawab kerja pada karyawan CV Erna Collection Kudus, diterima karena telah

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa