• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. ANALISIS DAN SINTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. ANALISIS DAN SINTESIS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

V. ANALISIS DAN SINTESIS

5.1. Aspek Biofisik 5.1.1. Topografi

Kemiringan lahan memiliki pengaruh yang cukup kuat di dalam proses perencanaan tapak sehingga menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengembangan tapak secara umum. Menurut Booth (1983) lereng diklasifikasikan menjadi 4 bagian sebagai berikut.

1. Datar (1-5%)

Kondisi lereng seperti ini cocok digunakan untuk berbagai ruang dan fungsi eksterior. Lereng ini memiliki fleksibilitas maksimum untuk pengembangan serta dapat menampung berbagai elemen tapak yang masif seperti bangunan, lahan parkir, dan lapangan olah raga tanpa menimbulkan permasalahan lereng. 2. Berlereng (5-10%)

Kondisi lereng seperti ini cocok digunakan untuk berbagai fungsi lahan walaupun kewaspadaan perlu dilakukan dalam penempatan elemen yang harus disesuaikan dengan arah dan orientasi lereng. Drainase pada umumnya baik, tetapi drainase yang tidak terkontrol dapat menimbulkan erosi. Lereng ini cocok untuk jalur jalan.

3. Bergelombang (10-15%)

Kondisi lereng ini agak curam untuk berbagai penggunaan dan fungsi lahan. Kelandaian perlu dijaga untuk mencegah erosi. Semua elemen bangunan harus ditempatkan paralel terhadap kontur guna meminimalkan cut dan fill serta penyesuaian visual terhadap topografi.

4. Curam (>15%)

Lereng di atas 15% terlalu curam untuk berbagai penggunaan dan fungsi lahan. Namun, adaptasi yang tepat dan sensitif terhadap lereng ini dapat menciptakan solusi arsitektural dan pemandangan yang menarik.

Kondisi topografi pada tapak termasuk dalam kategori datar (1-5%), sehingga dapat dipastikan bahwa tapak ini memang cocok digunakan untuk berbagai ruang dan fungsi eksterior (dalam hal ini kaitannya dengan perancangan lanskap ruang terbuka).

(2)

5.1.2. Sistem Drainase dan Pengelolaan Sampah

Tapak ini telah memiliki sistem drainase yang terletak di sekitar Jalan Kecubung dan Jalan Pakuan Indah. Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa saluran air yang lancar hanya di sekitar 35% rumah penduduk.

Sistem pengelolaan sampah pada tapak dilakukan oleh petugas kebersihan dari Pemkot Bogor dengan menggunakan truk sampah yang biasa datang sekali dalam seminggu (Tabel 1). Akan tetapi, jumlah tempat sampah di tapak ini amat minim dan biasanya hanya terdapat di depan rumah yang berada dalam kompleks perumahan saja. Sementara, warga yang bertempat tinggal di luar kompleks perumahan umumnya menggunakan kantong plastik sebagai pengganti tempat sampah baru kemudian dibuang ke tempat sampah di daerah kompleks perumahan dosen IPB agar ikut dibersihkan oleh petugas kebersihan Pemkot Bogor (Tabel 2).

Tabel 1. Periode Pengambilan Sampah

Tabel 2. Tempat Pembuangan Sampah Warga RT 01/08

Tempat Sampah Responden

Jumlah %

1. Di dalam rumah 4 20

2. Di pekarangan 6 30

3. Di luar pekarangan 4 20

4. Tidak ada tempat sampah 6 30

Total 20 100

5.1.3. Tanah

Jenis tanah pada tapak ini adalah Latosol Cokelat Kemerahan yang dapat dibuktikan dengan melihat Peta Tanah Semi Detil Daerah Parung-Depok-Bogor-Ciawi (Lampiran 8). Pada peta tersebut terdapat data yang menyebutkan bahwa daerah tapak memiliki tanah dengan nomor kode 22 yang berarti jenis tanahnya

Periode Pengambilan Sampah Responden

Jumlah %

1. Seminggu sekali 17 85

2. Dua minggu sekali 1 5

3. Tidak ada 1 5

4. Tidak tahu 1 5

(3)

adalah Latosol Cokelat Kemerahan. Tanah yang berbahan induk tuf andesit ini bereaksi sedang hingga sangat masam, di samping memiliki drainase sedang dan tekstur yang halus, tanah ini juga miskin akan basa-basa yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan kelas kesesuaian wilayah, tanah jenis ini sangat sesuai untuk ditanami dengan tanaman semusim, tanaman tahunan, dan padi sawah (Lembaga Penelitian Tanah, 1979).

5.1.4. Vegetasi dan Satwa

Keadaan vegetasi pada tapak jika dilihat pada satu sisi (pintu masuk Jalan Kecubung atau pintu masuk Perumahan Dosen IPB “LAMPIRI”), memang cukup tertata dengan baik walaupun masih kurang dalam hal perawatan. Akan tetapi, jika dilihat secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan kawasan (dalam hal ini adalah RT), akan diperoleh banyak hal untuk dikritiki.

Penggunaan tana man Rhoeo discolor, Sansevieira sp., dan Durantha repens di tepi jalan pada Jalan Kecubung sebenarnya cukup bagus, tetapi belum mencerminkan satu kesatuan dengan kompleks Perumahan Dosen IPB “LAMPIRI” sehingga bagi orang awam masih ada kesan bahwa jalan ini terpisah dari kompleks Perumahan Dosen tersebut. Bahkan, pada pintu masuk kompleks Perumahan Dosen tersebut yang terlihat cukup mencolok adalah tanaman palem-paleman.

Jenis tanaman di pekarangan diklasifikasikan menjadi jenis tanaman hias dan nonhias. Contoh jenis tanaman nonhias, antara lain, pohon buah, tanaman sayur, bumbu, obat-obatan, umbi, tanaman industri, dan tanaman lain yang menunjukkan banyak fungsi untuk produksi di pekarangan. Vegetasi yang biasa ditemukan di pekarangan warga RT 01/08, antara lain: pohon buah (jambu, mangga, mengkudu, kedondong cina, mahkota dewa, markisa, kelapa), tanaman hias (euphorbia, sutra bombay, taiwan beauty, pisang hias, melati belanda, bougenville, aglaonema, kamboja), tanaman penutup tanah (lili paris, bawang-bawangan, adam hawa, pandan, lidah mertua, jawer kotok, lidah buaya, Dieven bacchia, keladi, talas), perdu (teh-tehan, pangkas kuning), palem-paleman (palem merah, palem putri), dan kaktus. Data vegetasi ini diambil melalui survei langsung dan untuk lebih lengkapnya dapat dirujuk pada Lampiran 7.

(4)

Dahulu tapak ini didominasi oleh vegetasi karena merupakan daerah persawahan sehingga satwanya pun merupakan satwa yang biasa dijumpai pada kawasan persawahan umumnya. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan fungsi lahan pada tapak sehingga daerah yang tadinya merupakan areal persawahan kini menjadi areal perumahan. Satwa yang biasa dijumpai di persawahan kini pun seakan ikut musnah dan menghilang terdorong oleh roda perubahan. Akan tetapi, pada titik-titik tertentu masih dapat terdengar suara kicauan burung. Berdasarkan frekuensi jenis tanaman pekarangan di tempat penelitian, dapat disimpulkan bahwa jumlah jenis tana man hias terhadap jenis tana man nonhias meningkat akibat adanya urbanisasi. Diasumsikan bahwa perubahan struktur vegetasi ini terjadi karena adanya perbaikan tingkat infrastruktur dan kondisi sosial ekonomi.

5.1.5. Aksesibilitas dan Sirkulasi

Aksesibilitas menuju tapak cukup baik. RT 01/08 Kelurahan Baranangsiang bersinggungan langsung dengan Jalan Pakuan, yaitu jalan raya trayek Angkutan Perkotaan 06 jurusan Ramayana-Ciheuleut. Transportasi di wilayah Bogor, baik di dalam kota maupun antara kota dan kabupaten, dilayani oleh mobil- mobil kecil angkutan kota (disingkat "angkot"). Dengan semakin besarnya jumlah mobil angkutan kota, Bogor sering juga disebut sebagai "kota sejuta angkot" (Wikipedia Indonesia, 2007).

Walaupun disebut kuldesak, pada salah satu sudut di ujung Jalan Kecubung terdapat sebuah jalan setapak yang menjadi sirkulasi utama warga RT 01/08 di kawasan Ciheuleut. Jalan setapak ini telah dilapisi oleh beton berkat salah satu program dari Kelurahan Baranangsiang serta partisipasi warga RT 01/08. Jalan ini tidak terlalu lebar sehingga meskipun kendaraan seperti sepeda dan motor masih dapat masuk, cukup menyulitkan ketika harus melewatinya. Selain itu, pada tepi jalan ini tidak terdapat saluran pembuangan seperti selokan/got. Vegetasi di sepanjang jalan pun amat jarang ditemui kecuali jika pengguna tapak melewati pekarangan rumah warga.

Jarak antara pintu masuk Perumahan Dosen IPB “LAMPIRI” dan pintu masuk Jalan Kecubung sendiri hanya diselingi oleh dua buah rumah. Namun, bila

(5)

kita ingin berpindah dari kawasan yang satu menuju kawasan yang lain harus melalui jalan raya Jalan Pakuan atau memutar lewat jalan setapak di Kampung Ciheuleut.

Jika kita memilih melalui pinggiran jalan raya, kita akan menapaki jalanan berbatu yang amat jarang vegetasinya. Jalan raya di depan pintu masuk Jalan Kecubung dan Perumahan Dosen IPB “LAMPIRI” itu merupakan jalan menurun ke arah utara sehingga jika hujan turun, air akan mengalir deras dari arah selatan menuju utara. Daerah permukiman sendiri terletak di dataran yang lebih tinggi. Walaupun pada daerah yang terdapat bangunan topografinya relatif datar, jalanan aspal di depan rumah warga Jalan Kecubung dan Jalan Pakuan Indah merupakan dataran yang menurun ke barat sehingga jika hujan turun, airnya pun mengalir deras dari timur ke barat dan bergabung menambah derasnya aliran air di jalan raya yang mengalir dari selatan ke utara (Lampiran 9). Oleh karena itu, sebaiknya pada kawasan tepi jalan raya ini ditanami dengan tanaman-tanaman dan dibuatkan saluran air yang tersambung antara Jalan Pakuan dan Jalan Kecubung dan Jalan Pakuan Indah untuk meminimalisirkan laju air hujan di Jalan Pakuan.

Tepi kiri Jalan Pakuan Indah telah ditanami oleh sederetan pohon palem sehingga tampak menarik karena keseragamannya itu. Akan tetapi, pada tepi kanan jalannya tidak terlihat adanya pembatas antara jalan dan tepi jalan, melainkan terlihatnya pembagian jalan yang diaspal dengan tanah dan rerumputan. Kesatuan dan keseimbangan itu amat penting, oleh karenanya tepi kanan Jalan Pakuan Indah pun sebaiknya dirancang dan ditata agar dapat mencapai kesatuan dan keseimbangan yang dimaksud.

Sementara itu, terdapat beberapa rumah yang terletak di sepanjang kanan Jalan Pakuan Indah yang tidak dihubungkan dengan jalur sirkulasi yang jelas dari jalanan aspal menuju ke rumah itu sehingga warga biasanya melintasi rerumputan atau jalanan tanah yang terjadi secara alami karena terlalu sering diinjak. Di tempat tersebut sebaiknya dibuat jalur jalan tersendiri agar jelas sirkulasinya.

5.2. Aspek Pekarangan

Berdasarkan hasil survei, diperoleh data bahwa 60% rumah warga di tapak ini tidak berpekarangan. Walaupun demikian, ada sebagian warga yang

(6)

mengakalinya dengan menaruh pot-pot berisi tanaman di depan rumah atau digantung di teras depan rumah mereka. Selain itu, tidak ada ukuran serta bentuk pekarangan yang sama persis pada tapak ini. Berdasarkan hasil survei, sebanyak 55% warga setempat menyatakan bahwa lanskap yang cocok untuk pekarangan rumah di daerah RT 01/08 adalah yang sederhana (tidak rumit rancangannya, tidak mahal biaya pembuatannya, dan tidak menggunakan tanaman yang unik).

Menurut Cherry dan Don (2007), tidak ada rumus yang baku dalam menata taman sehingga kita tak perlu takut bereksperimen. Bila pilihan dan perpaduan tanaman dianggap kurang cocok, kita dapat menukar posisi penanaman atau sekalian mengganti jenis tanamannya (Lampiran 10). Jika bentuk rumah tinggal tinggi atau bertingkat, pertimbangkan penggunaan tanaman berbatang tunggal dan dapat tumbuh tinggi sehingga tidak menghalangi pandangan tetapi mengisi kekosongan ruang.

5.3. Aspek Penghijauan

Berdasarkan hasil survei, diperoleh data bahwa 95% dari total responden yang diambil secara simple random sampling dari warga setempat setuju dengan adanya perancangan lanskap ruang terbuka di RT 01/08. Alasan yang dikemukakan, antara lain, dengan adanya penghijauan lingkungan akan terasa lebih segar, sejuk, bersih, dan tidak membosankan. Sementara 5% lainnya tidak setuju karena khawatir tanaman-tanaman yang ada hanya akan dirusakkan oleh anak-anak saja.

Wilayah permukiman dengan koefisien daerah bangunan (KDB) tinggi dianjurkan untuk ditanami dengan tanaman produktif di halaman-halaman terbatas yang sesuai dengan spesifikasi letaknya. Wilayah permukiman dengan KDB rendah sebaiknya ditanami dengan tanaman produktif atau tanaman lindung. Pada wilayah jalur jalan umum dianjurkan untuk menghijaukan area sekitarnya, yaitu di kanan dan kiri jalan.

5.4. Aspek Kebijakan Pengembangan Tata Ruang Provinsi Jawa Barat

Dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat, terdapat beberapa

(7)

pokok kebijakan yang berpengaruh dan terkait la ngsung dengan Kota Bogor, yaitu sebagai berikut.

1) Kota Bogor diarahkan sebagai Kota Hierarkhi II A dengan kegiatan utamanya adalah permukiman dan perdagangan regional yang merupakan pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya.

2) Kota Bogor termasuk kota yang dilalui oleh pengembangan Jalan Tol Bogor - Sukabumi - Padalarang.

3) Jalur kereta api Bandung – Cianjur – Sukabumi – Bogor – Jakarta harus diaktifkan kembali.

Kebijakan yang ada telah meletakkan Kota Bogor sebagai kota yang mempunyai kedudukan yang penting dan memiliki nilai strategis yang tinggi sehingga dalam pengembangannya sangat perlu diperhatikan batasan, potensi fisik dan lingkungannya, serta sosial budaya masyarakatnya seperti yang tercantum di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor Tahun Anggaran 1999/2000 (BAPPEDA Pemerintah Kota Bogor, 2000).

Visi adalah cara pandang jauh ke depan atau suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan. Visi Kota Bogor seperti tercantum dalam Rencana Strategis Kota Bogor Tahun 2005-2009 adalah “Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan Amanah” (BAPPEDA Pemerintah Kota Bogor, 2004). Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut.

1) Kota Bogor akan diarahkan untuk menjadi suatu kota yang aktivitas masyarakatnya terutama bergerak di sektor jasa. Sebagai kota jasa, Kota Bogor harus menjadi suatu kota yang nyaman (bersih, indah, tertib, dan aman), serta berwawasan lingkungan sehingga di setiap sudut mana pun di Kota Bogor setiap orang dapat merasakan kenyamanan sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi ini ditandai oleh tingkat kebersihan kota yang tinggi dan tingkat pencemaran lingkungan yang rendah, serta tingkat pelanggaran terhadap peraturan yang rendah.

2) Masyarakat madani berarti bahwa masyarakat Kota Bogor harus memiliki derajat kualitas kehidupan yang tinggi baik dari segi keimanan, pendidikan

(8)

dan keterampilan, kesehatan, dan daya beli masyarakat, yang tercermin dari tingginya indeks pembangunan manusia (IPM).

3) Pemerintah yang amanah berarti kepemerintahan yang baik dan senantiasa mengacu pada kepentingan masyarakat.

Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat tercapai dan berhasil dengan baik. Misi Kota Bogor adalah sebagai berikut:

1) mengembangkan perekonomian masyarakat dengan titik berat pada jasa yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada;

2) mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib, dan aman dengan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan;

3) meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan berketerampilan;

4) mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi supremasi hukum.

Misi yang kedua bertujuan meningkatkan kua ntitas dan kualitas sarana/prasarana transportasi, meningkatkan ketertiban, kelancaran, dan keselamatan lalu lintas sekaligus angkutan jalan, meningkatkan kebersihan kota, meningkatkan penataan ruang dan pertanahan, meningkatkan pengendalian pemanfaatan sumber daya air, meningkatkan kualitas lingkungan dan keindahan kota, meningkatkan kualitas sarana/prasarana lingkungan permukiman, meningkatkan perlindungan masyarakat dari bencana, serta meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat. Sasaran misi tersebut adalah tersedianya jaringan jalan yang memadai, menurunnya pelanggaran, kemacetan, dan kecelakaan lalu lintas sekaligus angkutan jalan, tercipta dan terpeliharanya kebersihan kota, terciptanya tata ruang yang sesuai dengan peruntukannya dan meningkatnya kepastian hukum atas kepemilikan tanah masyarakat, meningkatnya pengendalian sumber daya air dan irigasi, tercegahnya perusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup, tertatanya taman dan kawasan hijau terbuka, meningkatnya penerangan kota, meningkatnya kualitas lingkungan permukiman, tercegah dan tertanggulanginya bencana, menurunnya jumlah

(9)

pelanggaran keamanan/ketertiban umum, serta tertatanya pedagang kaki lima (PKL).

Kebijakan yang dikeluarkan sehubungan dengan misi kedua itu adalah meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana/prasarana transportasi, meningkatkan kinerja pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan, meningkatkan kebersihan kota, memberdayakan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, menerapkan rencana tata ruang secara utuh, menjaga kelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup dan keindahan kota, meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang memenuhi syarat kesehatan, meningkatkan pemulihan masyarakat yang terkena bencana, serta menciptakan rasa tertib, aman dan nyaman di masyarakat.

Program strategis dari misi kedua itu adalah pengembangan sarana dan prasarana transportasi, penataan lalu lintas dan angkutan jalan, peningkatan kebersihan, penataan pedagang kaki lima, dan peningkatan sarana dan prasarana lingkungan permukiman. Program dasarnya adalah penataan ruang dan pertanahan, pengelolaan sumber daya air dan irigasi, pengelolaan dan pengendalian pencemaran sumber daya alam dan lingkungan hidup, penataan taman dan penghijauan kota, peningkatan penerangan kota, penanggulangan bencana, dan peningkatan dan pemeliharaan keamanan dan ketertiban.

Rencana perancangan lanskap ruang terbuka ini diharapkan dapat menunjang visi Kota Bogor, misi Kota Bogor (terutama misi kedua), visi Kelurahan Baranangsiang, dan visi RT 01/08 secara umum dengan salah satu pedomannya berupa kebijakan Pemerintah Kota Bogor. Kebijakan di dalam merencanakan dan merancang yang ditempuh harus berorientasi

1) menyerasikan pengembangan kegiatan pelayanan tapak yang dapat mengakomodasi dan ma mpu melayani penduduk yang tinggal di tapak tersebut dan wilayah sekitarnya;

2) meningkatkan pengelolaan sumber daya alam untuk perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup;

3) meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan dengan pelibatan masyarakat secara efektif dalam setiap kegiatan pengembangan;

Referensi

Dokumen terkait

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa merupakan salah satu fasilitas penunjang yang di sediakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) balai pengembangan dan pembinaan penangkapan

keputusan mahasiswa dalam memilih rumah kost (Hajar, Susilawati, & Kusmawati, 2012, hlm. Faktor pertama adalah faktor lingkungan kost, faktor kedua adalah faktor harga

Seluruh santri/wati baru yang sudah melakukan daftar ulang agar datang ke Pondok Pesantren MANBA’UL ‘ULUM tepat waktu untuk mengikuti kegiatan Penyerahan Santri oleh Wali

Profil Kesehatan juga dimanfaatkan sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja dari penyelenggaraan

Hal ini sejalan dengan pendapat Komalasari dan Saripudin (2017:57) bahwa proses pembentukan karakter peserta didik dalam kegiatan keseharian melalui budaya

Karena jumlah anggota yang cukup banyak, kegiatan pengabsenan atau yang biasa mereka sebut “check in” bisa berlangsung dalam dua jam.. Hal inilah yang biasa dilakukan guna

Berikut ini beberapa inisiatif yang berhubungan dengan pengelolaan sistem Human Capital di perusahaan yang SEDANG dilakukan di tahun 2012, dan jika ada yang SUDAH selesai

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sukamara sebelah barat dan utara merupakan daerah daratan dengan ketinggian antara 7 - 100 meter dari atas permukaan laut, sedangkan wilayah