MENINGKATKAN EKONOMI MIKRO
PADA KAWASAN PUSAT BATIK DI
KAMPUNG PALBATU TEBET JAKARTA
Ricky Rahmadyansah Husni, Albertus Galih Prawata,
Nofriyon Nasir
Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, telp/fax (62-21) 5345830/5300244, rickyrahmadyansah@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this research is to develop a micro-economy in a batik industry
located in palbatu batik village so it can be a solution to a new livelihood. Methods that used
in this paper is using qualitative research methods to search primary data which obtained by
observation. However, the secondary data is obtained with literature studies of the
electronic media, books, etc. For analysis, the data is anlyzed with an analysis in terms of
human, environment and buildings. This analysis covers the environment and other areas
bordering. Result achieve in this research, is development of central batik area as a
container for the batik industry in order to economicaly develop. The conclusion obtained
are a central batik area that are in accordance with the needs of the batik craftsmen and
surrounding community and also be an area that can improve the economy and other
aspects of public welfare and to create a better environment.(RRH)
Keywords : Micro Economic, Batik Village, Central Batik Area
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi mikro pada sebuah industri
batik yang terdapat di kampung batik palbatu sehingga dapat menjadi sebuah solusi mata
pencaharian baru. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan
mencari data-data primer yang didapatkan dengan observasi. Namun untuk data sekunder
didapatkan dengan studi literatur dari media elektronik, buku, dan sebagainya. Analisis
yang digunakan adalah analisis dari segi manusia, lingkungan dan bangunan. Analisis ini
mencakup lingkungan sekitar dan wilayah-wilayah lain yang berbatasan. Hasil yang
dicapai, ialah pengembangan kawasan pusat batik sebagai wadah untuk industri batik agar
lebih berkembang. Simpulan yang didapatkan adalah kawasan pusat batik yang sesuai
dengan kebutuhan pengrajin batik dan juga masyarakat sekitar sehingga menjadi sebuah
kawasan yang dapat meningkatkan ekonomi dan juga aspek-aspek lainnya agar tercipta
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan yang lebih baik.(RRH)
Kata Kunci : Ekonomi Mikro, Kampung Batik, Kawasan Pusat Batik
PENDAHULUAN
Dalam UN Documents : The Habitat Agenda: Chapter IV: C. Sustainable human settlements
development in an urbanizing world (1996) menjelaskan mengenai Improving Urban Economic yang
dalam bahasa indonesia berarti meningkatkan ekonomi perkotaan atau dikenal dengan istilah urban
economy adalah integrasi antara proses transformasi ekonomi dengan pembangunan. Urban Economy
sebuah syarat bagi pembentukan basis ekonomi terdiversifikasi yang mampu menghasilkan kesempatan kerja. Banyak lapangan pekerjaan baru yang harus dibuat di daerah perkotaan.
Kemudian Vicka Tamaya (2012) menjelaskan bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah perlu diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi masyarakat yang mempunyai kedudukan, peran dan potensi strategis dalam rangka untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang,berkembang dan berkeadilan.
Salah satu usaha mikro kecil menengah yang dimiliki Kota Jakarta Selatan yang juga merupakan industri kreatif adalah industri batik rumahan yang terdapat pada Kampung Palbatu yang terdapat di daerah Tebet tepatnya di jalan Palbatu. Industri batik merupakan industri yang dapat dikategorikan ke dalam industri pengolahan tekstil dan berkaitan dengan sub-sektor industri kreatif, yaitu pasar barang seni, kerajinan dan fesyen.
Kampung Palbatu adalah satu-satunya wilayah di Jakarta yang memiliki rumah warga dan jalanan yang dicat dengan motif batik. Kemudian Tenni Purwanti dalam artikel Kompas (2012) menulis bahwa Kampung ini memiliki sedikitnya 27 pengrajin batik dari Sumatra hingga Jawa. Kampung Palbatu juga telah telah dua kali menyelenggarakan Jakarta Batik Carnival.
Hal serupa juga terjadi pada Kampung Batik Palbatu seperti pada penelitian Yulianita dengan judul analisis perkembangan industri batik Semarang (2011) permasalahan yang dihadapi oleh pengrajin batik Semarang antara lain adalah kurangnya permodalan, keterbatasan SDM usaha batik dilihat dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan ketrampilannya, lemahnya jaringan usaha dan kemampuan untuk pemasaran, minimnya ketersediaan bahan baku dan permasalahan yang dihadapi oleh Kampung Batik Semarang yaitu masih sedikitnya pengrajin yang melakukan aktivitas membatik di kampung batik semarang padahal kampung batik di benahi bukan hanya menjadi cagar budaya tetapi mengembalikan kejayaan kampung batik semarang dengan memberdayakan kembali pengrajin-pengrajin batik dan menghasilkan batik yang berkualitas sehingga perlu ditingkatkan kembali kinerja fungsi dekranasda dalam pembinaan terhadap peningkatan dan pengembangan usaha kerajinan.
Gambar 1 Kondisi Kampung Batik Palbatu
Untuk meningkatkan perekonomian pengrajin batik diperlukan strategi-strategi kreatif yang dapat diwujudkan dalam bentuk perancangan bangunan. Adapun strategi kreatif tersebut sebagai berikut:
Tabel 1 Strategi Kreatif untuk Meningkatkan Vitalitas Ekonomi
STRATEGI DESKRIPSI
Promotion of assets Mempromosikan budaya dengan tujuan menarik investasi ekonomi dan pekerja terampil
Development Mempromosikan pengembangan masyarakat melalui kebijakan seni, budaya atau kreatif
Revitalization Mempromosikan revitalisasi pada masyarakat dan lingkungan melalui langkah-langkah seni dan
strategi yang menekankan kreativitas
Economic/job clusters Menciptakan kawasan ekonomi atau pekerjaan sesuai dengan kegiatan kreatif, termasuk
menghubungkan bisnis-bisnis dengan bisnis noncultural.
Education Memberikan pelatihan, pengembangan profesional, atau kegiatan lain untuk seni, budaya, atau pengusaha kreatif
Arts-oriented incubators Menciptakan lapangan bisnis seni yang spesifik atau ruang murah dan layanan untuk mendukung
seni, budaya, atau kreatifitas praktisi
Branding
Mengembangkan elemen visual yang mengkomunikasikan karakter masyarakat, menggunakan pengembangan logo dan desain grafis untuk periklanan, pemasaran, dan mempromosikan
Districs live-work projects
Menciptakan kawasan seni, budaya, hiburan, sejarah atau pelestarian budaya dan memberikan dukungan ekonomi atau kemudahan peraturan untuk ruang hunian yang memiliki fungsi
komersial bagi praktisi kreatif Arts-specific and general
public venue
Memberikan dukungan ekonomi atau kemudahan peraturan untuk pasar, bazaar, pusat-pusat komunitas seni, ruang publik, taman, dan fasilitas penunjang pendidikan berbagai jenis seni
Events Menggunakan perayaan atau festival untuk mengenalkan budaya suatu masyarakat atau
komunitas
Urban design and reuse Menerapkan penggunaan kembali situs atau bangunan yang ada untuk seni dan budaya
Public art Mendukung pameran-pameran seni publik yang bersifat sementara atau permanen
(Sumber: Economy Vitality oleh David J. Murray 2011)
Oleh sebab itu untuk memvitalkan perekonomian pengrajin batik perlu adanya pengembangan ruang khusus bagi para pengrajin batik pada kampung ini yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Kampung Batik Palbatu dengan membangun Pusat Kebudayaan Batik. Lalu untuk meningkatkan citra kawasan sebagai kampung batik, dapat diwujudkan konsep citra- visual. Hal tesebut sangat berpengaruh dalam pembentukan citra kawasan, khususnya pada elemen perancangan kawasan, terlebih lagi pada elemen perancangan yang mengedepankan aspek visual pengamat, yaitu bentuk dan massa bangunan.
Pusat Kebudayaan Batik memiliki peran sebagai wadah masyarakat Kampung Batik Palbatu untuk mengembangkan industri batik dan berinteraksi dengan konsumen ataupun wisatawan dari berbagai daerah dan kalangan. Sehingga diharapkan dengan perancangan kawasan baru tersebut perekonomian masyarakat di Kampung Palbatu dan sekitarnya dapat meningkat. Tidak hanya itu kawasan pusat batik ini merupakan langkah awal untuk memberikan stimulus kepada masyarakat agar menaikkan taraf hidup mereka ketingkat yang lebih lanjut.
METODE PENELITIAN
Pendekatan metode penelitian yang dipergunakan adalah pendekatan secara kualitatif. Secara lebih khususnya, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif ini akan bertujuan untuk membuat suatu hasil deskripsi secara sistematis dan seakurat mungkin mengenai fakta yang terjadi pada lokasi tersebut.
Hasil deskripsi tersebut akan dijadian sebagai acuan dari pengembangan desain yang akan dilakukan. Dalam menganalisa data, digunakan metode observasi yaitu peneliti turun langsung ke lapangan untuk mengamati 3 (tiga) aspek yang ditekankan dalam analisa (aspek manusia, lingkungan dan bangunan). Selain mengamati secara langsung, peneliti juga menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan data lebih spesisfik mengenai keadaan Kampung Palbatu, persetujuan warga akan pembangunan pusat kebudayaan batik, mengetahui kebutuhan ruang yang perlu disediakan nantinya. Hasil analisis kemudian akan menghasilkan sebuah skematik desain, peneliti akan lebih terarah dalam proses mendesain karena adanya standard ruang yang harus terpenuhi. Beberapa data penelitian berupa diagram sebagai berikut :
Gambar 3 Aktifitas Pengrajin batik dan Pengunjung
Diagram tersebut membantu peneliti dalam mengelola tapak, sehingga desain yang dihasilkan peneliti dapat memenuhi kebutuhan warga Kampung Palbatu.
HASIL DAN BAHASAN
Peneliti menggunakan dua (2) teori dalam menganalisa data dan menghasilkan desain, yaitu: Geoffrey Broadbent dalam buku “Design in Architecture” (1973), mengemukakan suatu pemahaman, bahwa: untuk perwujudan arsitektur, terdapat 3 (tiga) aspek atau sistim yang perlu ditinjau, yaitu: lingkungan, bangunan dan manusia. Arts and Culture Briefing Paper oleh American Planning
Association (2011), menjelaskan deskripsi mengenai bangunan seni dan budaya, strategi-strategi
kreatif dalam memvitalkan ekonomi dan juga penyelarasan sebuah wadah seni dan budaya dengan masyarakat sekitar.
Melihat kondisi yang terjadi di Kampung Palbatu, kawasan ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan seni dan budaya yang juga mendukung perekonomian setempat, dengan analisa sebagai berikut:
1. Dimension of Arts and Culture pada Kampung Palbatu
Tabel 2 Dimension of Arts and Culture pada Kampung Palbatu
Degree of profesionalism: Vocational or Informal
Para pengrajin dan penggagas memiliki tujuan utama untuk melestarikan budaya yang menghilang melalui edukasi dan pelatihan
Type Product / Activity : Tangible
Aktivitas yang bersifat tetap adalah Jakarta Batik Carnival, Produk yang dihasilkan adalah Batik Betawi dan Palbatu dan juga Seni yang berhubungan dengan batik
Locations and Spaces : Nonarts Venue
Tempat berjualan batik biasa di dalam Rumah-rumah Warga, Kemudian tempat para pengrajin atau sanggar terdapat di Rumah-rumah Kontrakan
Masyarakat dan pengunjung dapat terlibat langsung dengan Pengrajin Batik dalam pembuatan batik, sehingga terjadi interaksi dimana konsumen juga memberi saran dan dapat ikut terlibat dalam proses produksi
2. Daya Tarik
Kampung Palbatu memiliki beberapa daya tarik yang dapat menarik konsumen dan menjadikan potensi bagi kawasan sebagai berikut :
A. Lokasi kawasan terletak di Jakarta Selatan sehingga sesuai untuk dijadikan pusat kebudayaan dan juga strategis karena berdekatan dengan area komersil dan perkantoran
B. Peruntukkan lahan yang dikelilingi hunian menjadikan kawasan ini mudah dicapai oleh masyarakat sekitar dengan berjalan kaki
C. Dilalui oleh kendaraan umum, terletak tidak jauh dari halte bus terdekat dan juga pengembangan jalur MRT
D. Menyelenggarakan acara tahunan yang cukup besar dan menarik banyak pengunjung dalam beberapa pekan
Melalui analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengrajin batik di Kampung Palbatu adalah kegiatan yang dikelola oleh masyarakat swadaya tetapi memiliki acara tahunan tetap dan kegiatan edukasi secara turun temurun sehingga menjadi poin utama mengapa dijadikan sebagai Kampung Batik. Kampung Batik ini juga memiliki potensi-potensi untuk dikembangkan sebagai daerah pusat kebudayaan. Untuk mengetahui pertumbuhan pengrajin sebelumnya perlu diketahui bagaimana interaksi di dalam komunitas dan partisipasi masyarakat sehingga tercipta komunitas pengrajin batik atau bisa disebut Community Engagement & Participation di Kampung Palbatu. Pada awalnya para pengrajin batik yang ada di Kampung Palbatu tidak berasal dari dalam kampung itu sendiri, tetapi migrasi para pengrajin di jawa yang kemudian beberapa diantaranya ada yang menetap dan ada yang tidak menetap. Kemudian para pengrajin yang ada melatih warga kampung untuk menjadi pengrajin batik sehingga terlahir para pengrajin asli warga Kampung Palbatu. Untuk itu pertumbuhan penduduk juga menjadi acuan utama untuk menganalisa pertumbuhan pengrajin batik di kawasan ini. Analisa lebih lanjut akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Penduduk
Perhitungan pertumbuhan penduduk Kampung Palbatu selama 10 tahun ke depan dapat dihitung dengan cara: Diketahui: jumlah penduduk Kampung Palbatu pada tahun 2013 sebanyak 428 jiwa. Pertumbuhan penduduk di Jakarta Selatan per tahun diperkirakan 0,51% (BPS 2013). Maka jumlah penduduk pada 10 tahun kedepan sebesar:
428 (1+0,0051)10 = 450 Jiwa
Diperkirakan peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2024 sebesar 32 jiwa.
2. Pertumbuhan Pengrajin Batik
Para pengrajin yang terdapat di Kampung Palbatu saat ini terdapat sebanyak 30 orang pengrajin dibagi dalam 3 sanggar batik dan 12 orang penjual dan asistennya di bagi di dalam 6 gerai batik.
Dari jumlah tersebut dapat disimpulkan dari 428 masyarakat (100%) kampung palbatu terdapat 30 orang pengrajin (14,2%) dan 12 orang penjual (3,5%). Dari data yang diperoleh dari Bapak Harry selaku narasumber dan penggagas Kampung Batik Palbatu setidaknya setiap tahun bertambah sekitar 2 atau 3 orang pengrajin dan masyarakat yang berminat untuk berjualan batik bertambah setidaknya 1 gerai batik setiap tahun. Tetapi usaha batik yang tidak stabil juga menyebabkan gerai yang tutup dan tidak berjualan lagi. Maka di ambil acuan untuk memperhitungkan pertumbuhan 10 tahun kedepan mengacu kepada pertumbuhan yang stabil yaitu 3 orang pengrajin setiap tahun dan untuk gerai batik 5 gerai baru untuk 10 tahun kedepan. Sehingga perhitungannya menjadi :
30 + (10 x 3) = 60 Pengrajin Batik baru 7 + (10 x 0.5) = 12 Gerai Batik
Diperkirakan peningkatan jumlah pengrajin selama 10 tahun adalah 30 pengrajin dan jumlah penjual batik adalah 5 gerai batik baru. Pertumbuhan penduduk dan pengrajin tersebut di jabarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3 Pertumbuhan penduduk dan pengrajin pada Kampung Palbatu
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Kondisi Saat ini Pertumbuhan 10 Tahun ke depan
Jumlah Warga Kampung Palbatu : 428 Jiwa
Jumlah Warga Kampung Palbatu : 450 Jiwa
PERTUMBUHAN PENGRAJIN BATIK
Kondisi Saat ini Pengembangan 10 Tahun ke depan
3 Sanggar Batik :
Setiap sanggar terdiri dari 10 orang pengrajin Total Pengrajin Batik = 30 orang
7 Gerai Batik :
Setiap gerai terdiri dari 1 orang penjual & 1 orang asisten
6 Sanggar Batik :
Setiap sanggar memiliki kapasitas min untuk 10 orang pengrajin
Total Kapasitas = 60 orang
12 Gerai Batik :
Setiap gerai memiliki kapasitas. untuk 1 orang penjual & 1 orang asisten
Total Penjual & Asisten = 14 orang Total Kapasitas = 24 orang
Tabel diatas menjadi acuan utama untuk pengembangan pusat kebudayaan dan area komersil batik. Berikut ini adalah hasil gubahan masa yang diperoleh melalui hasil analisa yang telah dilakukan:
Tabel 4 Pertumbuhan penduduk dan pengrajin pada Kampung Palbatu
HASIL GUBAHAN MASA
Masa bangunan pusat kebudayaan batik dibuat sedemikian mungkin agar terlihat dinamis dan mengutamakan ruang-ruang terbuka bagi para pengrajin dan pengujung untuk berinteraksi sosial.
Setelah menganalisa berbagai aspek lingkungan, aspek banguna dan manusia didapatkan beberapa kesimpulan mengenai pengolahan desain bangunan dan berikut akan dijelaskan fungsi- fungsi utama dari bangunan Pusat Kebudayaan Batik yang di rancang berdasarkan teori Creative
Tabel 5 Fungsi Bangunan Pusat Kebudayaan Batik
Facility Centric Method
No Strategi Penerapan
1 Arts-oriented incubator
Menciptakan lapangan bisnis seni yang spesifik atau ruang murah dan layanan untuk mendukung seni, budaya, atau kreatifitas praktisi
Area Komersil
Terdiri dari tenant - tenant untuk gerai batik yang berfungsi sebagai sarana jual-beli barang seni yang berhubungan dengan batik
2 Districs live-work projects
Menciptakan kawasan seni, budaya, hiburan, sejarah atau pelestarian budaya dan memberikan dukungan ekonomi atau kemudahan peraturan untuk ruang hunian yang memiliki fungsi komersial bagi praktisi kreatif
Ruang Komunal
Area dimana dapat terjadi komunikasi dan interaksi sosial antara seniman atau pengrajin dengan masyarakat sekitar dan pengunjung
3 Urban design & Reuse
Menerapkan penggunaan kembali situs atau bangunan yang ada untuk seni dan budaya
Pemilihan Site
Menggunakan lahan kosong yang masih dalam satu lingkup kawasan
People-Oriented Approach
No Strategi Bentuk Aplikasi
1 Promotion of assets
Mempromosikan budaya dengan tujuan menarik investasi ekonomi dan pekerja terampil
Area Galeri Permanen
Sebuah area pameran permanen yang menunjukkan koleksi batik di jakarta dan di palbatu
2 Economic or Job Cluster
Menciptakan kawasan ekonomi atau pekerjaan sesuai dengan kegiatan kreatif, termasuk menghubungkan bisnis-bisnis dengan bisnis noncultural
Area Foodcourt / Restaurant
Tenant-tenant yang menjual makanan khas budaya jakarta yang dapat menarik pengunjung untuk datang
3 Education
Memberikan pelatihan, pengembangan profesional, atau kegiatan lain untuk seni, budaya, atau pengusaha kreatif
Area Edukasi
Terdiri dari ruang-ruang kelas atau sanggar dimana terdapat fasilitas untuk mengajar dan belajar mengenai batik
Program-Based Approach
No Strategi Bentuk Aplikasi
1 Development
Mempromosikan pengembangan masyarakat melalui kebijakan seni, budaya atau kreatif
Area Hunian
Difungsikan sebagai tempat menginap sementara untuk para seniman ataupun wisatawan
2 Events
Menggunakan perayaan atau festival untuk mengenalkan budaya suatu masyarakat atau komunitas
Akses Jalan
Bangunan terdapat dilokasi yang terhubung langsung pada kampung batik sehingga jalan dapat terintegrasi saat ada acara besar
3 Public Art
Mendukung pameran-pameran seni publik yang bersifat sementara atau permanen
Area Galeri Temporer
Sebuah area pameran temporer dan non- temporer sebagai sarana publikasi kepada masyarakat dan pengunjung
4 Branding
Mengembangkan elemen visual yang mengkomunikasikan karakter masyarakat, menggunakan pengembangan logo dan desain grafis untuk periklanan, pemasaran, dan mempromosikan komunitas
Konsep Bangunan
Mengangkat konsep batik betawi sebagai unsur utama dalam konsep fasad bangunan agar dapat menjadi pencitraan kawasan.
Hasil desain yang diciptakan peneliti berupa bangunan Pusat Kebudayaan Batik yang dapat memenuhi kebutuhan warga dan para pengrajin batik untuk berjualan dan menjalani pekerjaan sebagai pengrajin dan bersosialisasi dengan masyarakat baik dalam Kampung Palbatu dan juga diluar. Bangunan ini diharapkan dapat memicu semangat dan pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Batik dan juga membantu pelestarian budaya.
Gambar 4 Siteplan Pusat Kebudayaan Batik
KESIMPULAN
Sesuai dengan analisa lingkungan, keberadaan Kampung Batik Palbatu saat ini kurang diketahui oleh masyarakat luas dan juga sebuah industri batik rumahan yang berada diantara lingkungan bagi kalangan atas membuat industri batik ini semakin tertutupi keberadaannya. Oleh karena itu diperlukan sebuah wadah yang dapat meningkatkan, tidak hanya diketahui oleh masyarakat luas tetapi juga dapat mensejahterakan sang pengrajin batik di lokasi tersebut sehingga perekonomian mikro pada kawasan ini memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk berkembang ke tingkat berikutnya.
Dengan menganalisa aspek manusia, dapat di simpulkan bahwa pihak-pihak yang terlibat tidak hanya pengrajin batik saja, tetapi para penduduk sekitar dan juga masyarakat dari luar tapak yang berdatangan untuk mengunjungi industri batik ini ikut terlibat dalam perancangan kawasan pusat batik. Pada akhirnya setelah menganalisa bangunan kawasan pusat batik ini, dapat dimengerti bahwa diperlukan 3 masa bangunan yaitu masa bangunan bagian sanggar, wisma dan gerai. Masa bangunan ini memiliki tujuan untuk memisahkan kegiatan yang berhubungan dengan edukasi dan pengetahuan seputar batik, dengan kegiatan yang berhubungan dengan nilai komersil pada kawasan ini.
Kesimpulan dari analisa peningkatan ekonomi secara seni dan budaya adalah apabila para pengrajin batik memindahkan pusat kegiatannya ke dalam pusat kebudayaan batik ini akan meningkatkan nilai jual sehingga menyebabkan peningkatan harga jual dan pendapatan yang bisa mempengaruhi taraf hidup ataupun kesejahteraan para pengrajin batik.
REFERENSI
Akatiga dan The Asia Foundation. (2000). Ringkasan Eksekutif. Studi Dinamika dan Dampak Krisis Pada Usaha Kecil Menengah. Jakarta.
Broadbent, Geoffrey. (1973). „Design in Architecture
Juvita, D. (2012) Kolom Aktual Satulingkar. Sejarah Baru Kampung Batik di Jakarta (Online). Diakses 1 Maret 2014 dari satulingkar.com/detail/read/9/805/sejarah-baru-kampung-batik-di-jakarta
Murray, D. J. (2011). Arts and Culture Briefing Papers. Economy Vitality. American Planning Association. Chicago
UN Documents. (1994). The Habitat Agenda: Chapter IV: C. Sustainable human settlements development in an urbanizing world. Diakses 12 Februari 2014 dari un-documents.net/ha-4c.htm
Tamaya, Vicka. (2012). Optimalisasi Kampung Batik dalam Mengembangkan Industri Batik Semarangan di Kota Semarang. Tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro. Semarang.
RIWAYAT PENULIS
Ricky Rahmadyansah Husni lahir di kota Jakarta pada 17 Mei 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada 2014.