• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel Permasalahan yang dihadapi Komponen Pembangunan PSD Permukiman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tabel Permasalahan yang dihadapi Komponen Pembangunan PSD Permukiman"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Kapuas

BAB IV

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

4.1 RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 4.1.1 Petunjuk Umum

Pengembangan Permukiman adalah rangkaian kegiatan yang bersifat multisektor meliputi kegiatan pengembangan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman lama baik di perkotaan (kecil, sedang, besar dan metropolitan), di perdesaan (termasuk daerah-daerah tertinggal dan terpencil) maupun kawasan-kawasan tertentu (perbatasan, pulau-pulau kecil/terluar).

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) dimaksudkan :

ƒ Sebagai skenario pelaksanaan koordinasi dan keterpaduan rencana sektor terkait bidang perumahan dan permukiman (pertanahan, perumahan, pembiayaan, prasarana/sarana, dll)

ƒ Sebagai payung atau acuan baku bagi seluruh pelaku dan penyelenggara perumahan dan permukiman (pemerintah, swasta, dan masyarakat)

ƒ Sebagai cerminan aspirasi / tuntutan masyarakat terhadap perumahan dan permukiman

Rincian Kegiatan Pembangunan

1. Pengembangan Kawasan Permukiman Baru

ƒ Rincian alokasi lahan (kasiba/lisiba, ijin lokasi developer, dll)

ƒ Rencana pengembangan jaringan prasarana dasar (mis. air bersih, sanitasi, drainase, sampah) meliputi lokasi, konstruksi, fungsi dan kapasitas

ƒ Rencana investasi jaringan prasarana

ƒ Rencana fasilitas umum

2. Peningkatan Kualitas Permukiman (yang sudah ada)

ƒ Rincian lokasi, yg mencakup luas, penduduk, bentuk penanganan (mis. peremajaan, KIP, revitalisasi, dll)

ƒ Rincian Lisiba BS

ƒ Rencana peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana (fungsi, kapasitas, dll)

ƒ Rencana fasilitas umum (jenis, jumlah, waktu, pihak yang membangun)

4.1.2 Profil Pembangunan Permukiman 4.1.2.1 Kondisi Umum

4.1.2.1.1 Gambaran Umum

(2)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

Kawasan Kabupaten Barito Timur merupakan pusat pertumbuhan Aglomerasi Perkotaan. Di kawasan tersebut terdapat beragam pusat aktivitas kota mulai perkantoran, komersial, kebudayaan sampai sebagian fungsi pendidikan. Di sektor perumahan, penyediaan perumahan kampung tradisional secara langsung menjadi pendukung tumbuhnya beragam fungsi ditengah kota.

4.1.2.1.2 Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman

Penyampaian pelayanan sarana prasarana dasar mikro telah mencakup sebagian kawasan permukiman. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan menyebabkan kinerja sarana prasarana tidak berjalan optimal. Rendahnya pengelolaan limbah kota serta pelayanan saluran drainasi menimbulkan ancaman pencemaran bagi lingkungan permukiman juga kualitas sumberdaya air, yang lebih jauh akan berdampak negatip terhadap kualitas kesehatan masyarakat. Kuantitas dan kualitas penyediaan air perpipaan tidak konstan, terkadang keruh. Di lain pihak kualitas pelayanan sumur dangkal kurang terjamin dari pencemaran limbah domestik. Kepadatan kampung kota yang tinggi, disisi lain kualitas penanganan limbah domestik yang tidak memadai cenderung memperburuk lingkungan permukiman. Daya bayar masyarakat terhadap abonemen yang rendah menyebabkan tidak semua rumah tangga mampu mengakses pelayanan komunal kota. Lokasi permukiman yang tidak layak huni di Kabupaten Barito Timur yang sebagian besar ada di tepian sungai. Kriteria tidak layak huni didasarkan pada: a) Kualitas sarana prasarana dasar mikro yang rendah, b) Kerawanan kawasan permukiman terhadap bencana alam maupun sumber pencemaran dan, c) Tidak ada legalitas hak pengelolaan kawasan yang sangat jelas (slum areas).

4.1.2.1.3 Aspek Pendanaan

Pendanaan pembangunan PSD permukiman sebagian besar masih menjadi tanggungan pemerintah pusat dan daerah baik provinsi maupun kota. Pada wilayah perumahan yang dibangun pengembang swasta ditanggung oleh masyarakat. Daya beli masyarakat rendah untuk diperlukan penyediaan rumah sehat yang terjangkau daya beli masyarakat.

4.1.2.1.4 Aspek Kelembagaan

Kelembagaan pembangunan PSD Permukiman saat ini adalah:

1. SNVT Pengembangan Permukiman Ditjen. Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum mengelola pengembangan permukiman yang dibiayai APBN.

2. Kementerian Perumahan Rakyat melalui Dinas PU Kalimantan Tengah.

3. Bidang Cipta Karya Dinas PU Kalimantan Tengah mengelola pengembangan permukiman yang dibiayai APBD Provinsi.

4. Bidang Permukiman Dinas PU Kabupaten Barito Timur mengelola pengembangan permukiman yang dibiayai APBD Kabupaten.

4.1.2.2 Sasaran

(3)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran pembangunan PSD Permukiman baik dari segi teknis, kelembagaan dan keuangan.

Tabel Permasalahan yang dihadapi Komponen Pembangunan PSD Permukiman Kabupaten Barito Timur Tahun 2011

Kondisi Sistem yang Ada

Target Nasional Rencana Strategi Pembangunan Kota layak huni dan terjangkau sebanyak 1,3 juta unit dan dukungan Rusunawa 60 ribu unit dan Rusunami 65 ribu unit dn meningkatkan permukiman di perdesaan di 665 kawasan serta terentaskannya

kemiskinan 6 ribu KK (Renstra PU 2008-2013)

Kondisi rumah di Kabupaten Barito Timur pada tahun 2011 yang layak huni mencapai 90% dari

4.1.3 Permasalahan Pembangunan Permukiman 4.1.3.1 Analisis Permasalahan

Masalah utama dalam bidang perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan adalah kebutuhan fasilitas perumahan di perkotaan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu ketersediaan lahan di wilayah perkotaan menjadi semakin langka. Kelangkaan ini telah menyebabkan semakin mahalnya harga lahan di wilayah perkotaan. Adanya kelebihan permintaan terhadap lahan perumahan di wilayah perkotaan ini telah menyebabkan kenaikan harga lahan perumahan yang luar biasa di wilayah perkotaan. Tingginya harga lahan perumahan di wilayah perkotaan telah mendorong masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah untuk tinggal di kawasan pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya biaya transportasi, waktu tempuh, dan pada akhirnya akan menurunkan mobilitas dan produktivitas masyarakat. Menengah ke bawah tersebut.

(4)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

Hal ini telah menyebabkan kondisi kemasyarakatan di kawasan perkotaan menjadi lebih kompleks berikut permasalahan yang timbul. Terutama dengan bertambahnya jumlah masyarakat kawasan permukiman yang tidak layak huni, kurang sarana – prasarana, dan tidak teratur (kumuh). Permukiman kumuh tersebut cenderung berada pada kawasan yang tidak diperuntukan sebagai kawasan hunian seperti pinggir kali, pinggir rel kereta api, dan areal tidak resmi lainnya. Akibatnya berbagai dampak lingkungan lanjutan seperti banjir, penyakit menular dan keamanan lingkungan menambah tugas pekerjaan rumah bagi pemerintah kota dan pusat.

Permasalahan lainnya adalah ketersediaan rumah terbatas backlog kebutuhan rumah 1.285 Unit. Sedangkan tiap tahun kebutuhan akan rumah layak terus bertambahnya sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Permasalahan backlog kebutuhan rumah akan terus bertambah besar jika tidak pengembangan perumahan tidak dilakukan. Berdasarkan gap analisis berikut akan terlihat kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan rumah akan semakin besar jika tidak melakukan pengembangan perumahan lima tahun ke depan. Gap analisis mengasumsikan pertumbuhan rumah sejalan dengan pertumbuhan KK (0,90%).

4.3.4.1. Alternatif Pemecahan

Keterbatasan kemampuan pemerintah daerah merupakan hambatan utama bagi penyediaan kawasan pemukiman penduduk yang layak di Kota Kabupaten Barito Timur. Karena itu pemerintah daerah harus didorong untuk menjadi motor dalam mengkondisikan penduduk agar dapat memahami pentingnya menjaga lingkungan permukiman mereka secara swadaya.

Selain itu pemerintah daerah juga harus mengupayakan penyediaan kawasan permukiman beserta fasilitas inftrastruktur yang memadai, terutama di wilayah hinterland di sekitar pusat pertumbuhan di pinggiran wilayah perkotaan. Hal ini diharapkan akan terjadi pemerataan dalam hal ketersediaan area perumahan dan permukiman antar wilayah di Kota Kabupaten Barito Timur, sehingga akan mengurangi ketimpangan kepadatan penduduk antar wilayah di Kota Kabupaten Barito Timur.

Pemerintah daerah juga harus mampu mendorong inovasi teknologi yang dapat diadaptasikan kepada lingkungan perumahan dan permukiman serta melakukan penyebarannya. Hal ini diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman.

(5)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

4.3.4.1. Rekomendasi

Rencana Kebijakan Program dan Rencana Kegiatan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman di Kabupaten Barito Timuryang diusulkan dalam lima tahun mendatang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa fokus program, yaitu:

ƒ Penataan kawasan permukiman kumuh

ƒ Pencegahan penyimpangan penggunaan lahan

ƒ Pembangunan fasilitas infrastruktur perumahan dan permukiman

ƒ Peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman

ƒ Penyediaan lahan-lahan untuk pembangunan perumahan seserhana untuk mengatasi permasalahan backlock perumahan sederhana

ƒ Proses legalitas dan sosialisasi kebijakan pengembangan program perumahan dan pemukiman di Kalimantan Tengah

4.1.4 Usulan Pembangunan Permukiman

4.1.4.1 Usulan dan Prioritas Program Pembangunan PS Permukiman

Usulan program Pembangunan Perumahan dan Pemukiman di Kabupaten Barito Timur adalah Program bidang perumahan dan permukiman yang diusulkan dalam lima tahun mendatang meliputi kegiatan-kegiatan :

1. Pembangunan Kawasan permukiman

2. Penataan dan Peremajaan Kawasan Permukiman perkotaan (Urban Renewal) 3. Pemeliharaan prasarana sarana permukiman

4. Pelestarian kawasan cagar budaya 5. Penataan lingkungan permukiman

6. Penyediaan lahan-lahan untuk permukiman baru

7. Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (PNPM - P2KP) 8. Revitalisasi Kawasan

4.2 RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN 4.2.1 Petunjuk Umum

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain :

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.

(6)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

• Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan

2. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan

• Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.

• Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

• Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan hampir di semua kota, terutama kota Metro dan Besar.

3. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

• Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.

• Komitmen terhadap kesepakatan intemasional MDGs, bahwa pada tahun 2015, 200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua Kabupaten/Kota bebas kumuh

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan dan lingkungan antara lain:

1. Peran dan fungsi Kabupaten/Kota,

2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota (lihat Buku Panduan 2: Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota,

3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya,

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,

5. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Kota,

6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan pengembangan,

7. Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik,

8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia,

9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penataan bangunan dan lingkungan pada kota bersangkutan,

10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan,

11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta,

12. Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan,

13. Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya investasi,

(7)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

15. Safeguard sosial dan lingkungan,

16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.

Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih banyak daerah yang belum menindak lanjutinya sebagaimana mestinya, sebagaimana terlihat dari:

1. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Perda Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran masih belum memiliki Perda Bangunan Gedung;

2. Masih banyak Kabupaten/Kota; terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran yang belum memiliki atau melembagakan institusi/kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan;

3. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum memulai pelaksanaan pendataan bangunan gedung;

4. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menerbitkan Sertifikat Layak Fungsi (SLF) bagi seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan yang baru hasil pembangunan sejak 2003-2006;

5. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menyusun manajemen pencegahan kebakaran Kabupaten/Kota atau belum melakukan pemeriksaan berkala terhadap prasarana dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran agar selaku siap pakai setiap saat;

6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat;

7. Masih banyak Kabupaten/Kota pengembangannya belum berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

8. Masih banyak Kabupaten/Kota yang mempunyai kawasan yang terdegradasi dan belum ditata ulang;

9. Masih banyak daerah yang belum memiliki rencana penanganan kawasan kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang secara kewenangan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Kabupaten/Kota;

10. Masih banyak Kabupaten/Kota belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan.

(8)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

Kabupaten agar mampu melaksanakan amanat UU No 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Untuk tahun anggaran 2008-20012, sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, perlu melanjutkan dan memperbaiki serta mempertajam kegiatannya agar lebih cepat memampukan Kabupaten.

Disamping hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensive, akomodatif dan responsif.

Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs), yakni: mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk miskin tahun 1990 (target 1); dan mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan, maka peningkatan kualitas lingkungan permukiman perlu dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat setempat, kelompk peduli dan dunia usaha secara aktif.Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara komprehensive dengan berbasis konsep tridaya melalui proses pemberdayaan masyarakat sesuai siklus P2KP.

4.2.1.1 Strategi Pendukung

Grand Strategy 1: Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar Tertib, Fungsional, Andal, dan Efisien

Tujuan :

Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Sasaran :

• Tersusunnya Perda bangunan gedung untuk kota/kabupaten di seluruh Kalimantan Tengah tahun 2012.

• Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi pada tahun 2012.

• Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung pada tahun 2012.

• Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis dan wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di seluruh Kabupaten/Kota pada tahun 2012.

• Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya pada tahun 2012.

(9)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

• Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di Kabupaten Barito Timur hingga tahun 2012

Grand Strategy 2: Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman Agar Produktif dan Berjatidiri

Tujuan :

Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan.

Sasaran :

• Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah di kawasan Kabupaten Barito Timur pada tahun 2013.

• Terberbaikinya dan terpenuhinya sarana parsarana kawasan permukiman kumuh dan nelayan di kawasan Kabupaten Barito Timur pada tahun 2015.

• Terlaksananya pengelolaan RTH di Kabupaten Barito Timur tahun 2013.

Grand Strategy 3: Menyelenggarakan Penataan dan Revitalisasi Kawasan Bangunan Agar Dapat Memberi Nilai Tambah Fisik, Sosial, dan Ekonomi

Tujuan:

Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Sasaran :

• Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis pada tahun 2014.

• Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan.

Grand Strategy 4: Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk Mewujudkan Arsitektur Perkotaan dan Pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung yang Dilindungi dan Dilestarikan untuk Menunjang Kearifan Lokal

Tujuan:

Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Sasaran :

Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan di Kabupaten Barito Timur pada tahun 2015.

Grand Strategy 5: Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung untuk Menunjang Regional/Internasional yang Berkelanjutan Tujuan:

(10)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

Sasaran :

Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi dan rekayasa arsitektur melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten pada tahun 2015.

4.2.1.2 Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kota

RPJMD Kabupaten Barito Timur 2008-2013 mengamanatkan Misi yaitu Mewujudkan pembangunan prasarana sarana dan prasarana berkualitas. Kebijakan terkait PBL adalah Meningkatkan penataan kawasan konsisten sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Dengan program Pengembangan Detail Tata Ruang Kawasan dan Rencana Rinci Kawasan.

4.2.2 Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

4.2.2.1 Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Bangunan-bangunan di wilayah Kabupaten Barito Timur secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu perdagangan dan jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan. Dari sisi tata letak kota, bangunan-bangunan memiliki fungsi sebagaimana disebutkan di atas.

Dari sisi usia atau umur bangunan dapat diklasifikasikan menjadi bangunan berumur muda,sedang dan tua. Bangunan berumur muda relatif banyak terdapat pada bangunan perdagangan dan jasa serta pemukiman. Sedangkan bangunan berumur sedang dan tua banyak terdapat pada bangunan perkantoran, pendidikan dan pemukiman. Selain itu bangunan berumur tua juga banyak terdapat pada kawasan-kawasan wisata tradisional.

Bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya rumah sakit, kantor pos, kantor dinas pemadam kebakaran dan lain-lain. Secara umum di Kabupaten Barito Timur bangunan-bangunan fasilitas umum ini seharusnya dijadikan fasilitas pendukung dari fungsi-fungsi bangunan lainnya sehingga lokasi dan keberadaannya tidak berjauhan dari bangunan lainnya terurama kawasan pemukiman. Namun hal ini sering tidak bisa tertata secara baik karena perkembangan pembangunan kota yang kurang terkendali dan cenderung tidak terencana. Dari sisi historis banyak bangunan – bangunan dan kawasan di Kabupaten Barito Timur yang memiliki nilai historis tinggi karena merupakan bangunan dan kawasan peninggalan sejarah baik itu kerajaan maupun perjuangan kemerdekaan. Di Kabupaten Barito Timur Bangunan ini antara lain berada di Kawasan Pusat Kota (Rumah Betang), Kawasan Pasar Jl A. Yani, Kawasan Gereja GKE Tamiang Layang dan lain-lain.

(11)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

ekonomi yang lebih tinggi dari pada yang berda di pedesaan. Begitu pula bangunan fungsi perdaganan biasanya memilki nilai ekonomi yang kebih tinggi dari pada bangunan perkantoran, pendidikan ataupun pemukiman. Bangunan yang memiliki nilai historis sejarah dan berumur tua lebih tinggi nilai ekonominya dari bangunan biasa dan berumur muda. Berkaitan dengan pendapatan atau penerimaan bangunan-bangunan tersebut sangat dipengaruhi oleh fungsi bangunan tersebut serta nilai sejarah/historis bangunan.

4.2.2.2 Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan 1. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan

Secara umum bangunan-bangunan yang berada di semua kabupaten kota di wilayah, Kabupaten Barito Timur disyaratkan untuk mengikuti aturan standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan sekitarnya. Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain. Sedangkan untuk daerah-daerah rawan bencana misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, maka disyaratkan bangunan-banguna tersebut harus tahan dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana tersebut.

2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran

Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana penaggulangan bencana kebakaran. Sarana hidran ini biasanya berbentuk tabung dan selang pemadaman, seharusnya dimilki oleh setiap bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik, gudang, bangunan bertingkat, perkantoran, supermarket/plaza, pusat perbelanjaan dan lain-lain.

Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki sarana hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadan hidran ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana hidran ini dengan membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.

3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan

(12)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

keamanan serta kenyamanan bangunan dan lingkungan tidak bisa terwujud dengan baik.

4.2.3 Permasalahan yang Dihadapi

4.2.3.1 Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Sasaran dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan adalah penegakan aturan tata bangunan gedung dan lingkungan yaitu dengan menyusun peraturan dan legeslasi. Dari sasaran ini maka dibutuhkan kemantapan kelembagaan penataan bangunan gedung dan lingkungan serta peningkatan sarana parasarana pemeliharaan bangunan dan lingkungan. Sasaran selanjutnya adalah ketercapaian indeks kenyamanan lingkungan (IKL) sebesar 10%.

4.2.3.2 Rumusan Masalah

Dari kondisi yang ada dan sasaran yang akan dicapai pada penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten di Wilayah Kota Kabupaten Barito Timur, maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut:

a. Belum tertatanya Bangunan dan Lingkungan

b. Belum adanya penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

c. Tidak adanya program penataan dan pelestarian bangunan tradisonal/bersejarah

d. Belum tersedianya ruang terbuka hijau

e. Tidak ada penataan dan pembangunan sarana prasarana permukiman kumuh f. Belum tertibnya sarana reklame, belum terkelolanya sarana parkir dan Belum

tertatanya perijinan Bangunan Telepon Selular (BTS)

g. Belum adanya penataan yang tepadu terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima.

Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang ada maka dari sektor tata ruang, bangunan dan lingkungan tersebut maka permasalahan yang dihadapi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Bangunan Gedung Pada Bidang Bangunan Gedung dihadapi permasalahan sebagai berikut :

1) Saat ini belum ada penataan terhadap bangunan gedung. Ini berdampak pada tidak tertibnya dan ketidak sesuaian antara fungsi bangunan dan fungsi lahan. 2) Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang

berwenag terhadap penataan bangunan gedung. Ini meyebabkan tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan bangunan gedung misalnya pembanguan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.

(13)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

2. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Penataan Lingkungan Pada bidang penataan lingkungan, dihadapi permasalahan sebagai berikut :

1) Saat ini terdapat banyak bangunan tradisional bersejarah yang tidak terpelihara, rusak bahkan hilang karena pembangunan fasilitas perkotaan yang tidak terencana, tertata dan terkendali. Di samping itu pula bencana gempa bumi yang melanda Kabupaten Barito Timur beberapa tahun yang lalu banyak menghancurkan bangunan-bangunan cagar budaya tersebut dan akhirnya terjadi perubahan fungsi ruang dan bangunan pada masa rekonstruksi.

2) Sarana lingkungan hijau berupa ruang terbuka hijau dan taman jalan belum tersedia dengan baik sehingga belum dilakukan penataan dan pemeliharaan terhadap ruang terbuka hijau dan taman jalan ini. Selain itu pula banyaknya alih fungsi ruang terbuka hijau akibat pemabngauan gedung yang tidak terencana semakin menurunkan kuantitas dan kulaitas sarana lingkungan tersebut.

3) Banyaknya permukiman penduduk yang tergolong kumuh dapat menyebabkan penurunan citra kawasan daerah sebagai kawasan wisata dan budaya. Permukiman kumuh tersebut memiliki keterbatasan sarana parasarana untuk berkembang menjadi permukiman sehat.

4) Belum terkelolanya sarana parkir, reklame dan bus transmisi system (BTS) menjadikan sarana-sarana tersebut memiliki dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan di wilayah perkotaan.

5) Keberadaan Usaha Pedagang Kaki Lima di ruang-ruang publik yang tidak tertib ikut memberikan dampak negatif terhadap citra lingkungan yang serasi dan selaras.

4.2.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

4.2.4.1 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Setelah mengetahui beberapa permasalahan di atas selanjutnya dilakukan analisis permasalahan dengan kerangka fikir analisis yaitu :

1. Mengetahui penyebab permasalahan yang terjadi 2. Mengetahui urgensitas permasalahan

3. Menawarkan solusi alternatif pemecahan masalah (rekomendasi)

Dari tiga aspek permasalahan di atas maka dapat dianalisis penyebab permasalahan sebagai berikut :

1. Permasalahan di Bidang Bangunan Gedung a. Tata Bangunan Gedung

(14)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

mengurangi konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang kota, misalnya penggunaan untuk usaha-usaha informal.

Adapun permasalahan tentang belum adanya penegakan hukum pada tata bangunan gedung disebakan karena hampir seluruh RTBL yang telah disusun belum mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwenang, yaitu Pemerintah Kota dan DPRD setempat sehingga belum dapat dijadikan acuan dan landasan hukum pelaksanaan penataan ruang, bangunan dan lingkungan. Ini juga dapat menyebabkan lemahnya fungsi kontrol pemerintah terhadap persyaratan bangunan dan penataan lingkungan kota. Lamanya proses pengesahan ini diakibatkan panjangnya proses pengkajian dan pembahasan draft RTBL sampai pada tingkat Pemerintah Kota.

b. Proteksi Kebakaran

Permasalahan lain yang dihadapi adalah tidak tertangani bencana kebakaran secara maksimal pada bangunan gedung baik di lingkungan perdagangan, perkantoran dan pemukiman. Ini disebabkan karena semua kabupaten/kota hingga saat ini belum memiliki Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran. Adanya rencana induk ini tentu saja akan mengatur tentang penyediaan kebutuhansarana penaggulangan bencana kebakaran yang harus dimiliki oleh bangunan gedung dan sesuai dengan kepadatan dan variasi bentuk bangunan gedung.

2. Permasalahan di bidang penataan lingkungan a. Permukiman Kumuh

Permukiman kumuh merupakan fenomena yang sering muncul di daerah perkotaan termasuk di Kabupaten Barito Timur. Di daerah perkotaan, kondisi ini tidak lepas dari ketidakseimbangan pendapatan perekonomian masyarakat kota dan desa sehingga memunculkan arus perpindahan penduduk dari desa ke kota. Perpindahan ini tidak diimbangi dengan penataan ruang perkotaan yang baik dan peningkatan sumberdaya manusia yang terampil. Hal ini mendukung munculnya daerah-daerah kumuh perkotaan. Sedangkan di daerah perdesaan, faktor kemiskinan dan ketidakpahaman masyarakat pedesaan terhadap pola hidup sehat memicu munculnya kawasan permukiman kumuh dan tidak layak huni perdesaan. Bila dianalisis maka kemiskinan ini disebabkan beberapa faktor yaitu:

1) kurangnya kebutuhan dasar 2) tidak mempunyai usaha produktif 3) tidak mempunyai keterampilan 4) tidak mempunyai modal

5) daerah tertinggal, ketidakberdayaan dan ketidakmampuan daerah yang kurang produktif.

Selama ini berbagi program penanganan penaggulangan kemiskinan oleh berbagai pihak masih secara parsial dan terkesan kurang komprehensif dan terpadu.

b. Penataan Bangunan Tradisional Bersejarah

(15)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

perjuangan kemerdekaan Indonesiai. Daerah-daerah yang menjadi tujuan wisata antara lain :

1) Kawasan Betang Pasar Panas 2) Rumah Adat Betang Muara Bagok 3) Kawasan Makam Putri Mayang

4) Kawasan Bersejarah Kerajaan Soeta Uno di Telang Siong 5) Kawasan Makam Temanggung Jaya Karti.

Permasalahan yang sering dihadapi di daerah-daerah tersebut adalah menurunnya kualitas dan citra daerah wisata dikarenakan pembangunan bangunan-bangunan baru permanen maupun tidak permanen akibat penataan ruang tidak terkendali. Munculnya bangunan-bangunan perdagangan dan jasa membuat kawasan tersebut menjadi tidak teratur dan cenderung kumuh sehingga menghilankan nuansa budayanya. Di sisi lain penataan ruang parkir menjadi problelm penting mengingat kawasan tersebut banyak dikunjungi oleh wisatawan.

c. Ruang Terbuka Hijau dan Taman Jalan

Saat ini telah terjadi penurunan kuantitas dan kualitas ruang terbuka kota yang diakibatkan perubahan fungsi lahan sehingga membutuhkan penanganan yang cepat terhadap pengadaan dan penataan ruang terbuka kota demi meningkatnya citra kawasan kota. Ini juga disebabkan karena belum adanya sistem pengendalian pemanfaatan ruang terbuka kota , tata bangunan dan lingkungan.

Keberadaan ruang terbuka kota sangat dibutuhkan karena mempunyai fungsi : 1. Media dan sarana sosial, misalnya sebagai ruang berkumpulnya

individu-individu masyarakat untuk kegiatan-kegiatan informal 2. Estetika, yaitu menambah keindahan dan keasrian kota.

3. Lingkungan, yaitu mengurangi dampak polusi kota, pemanasan bumi serta daerah resapan kota.

Selain itu pula kondisi jalan dan lingkungan belum tertata secara baik karena tidak ada perencanaan yang detail terhadap penataan lingkungan jalan khususnya taman jalan. Akibatnya beberapa sarana lingkungan jalan seperti taman sebagai pendukung fungsi jalan tidak terfungsikan secara baik. Dengan adanya pengadaan taman jalan yang terdiri pohon-pohon pelindung dan sarana taman lainnya dapat membantu memberikan fungsi :

1. lingkungan, yaitu menyerap polusi udara jalan dan mengurangi panas bumi 2. estetika, yaitu menciptakan suasana indah dan asri/sejuk ruangdan dapat

meningkatkan citra kawasan

3. kenyamanan pengguna jalan, yaitu peneduhan

Untuk pemeliharaan taman jalan sampai saat belum dimiliki tenaga operasional yang handal di bidang perawatan taman jalan beserta sarana pendukung operasionalnya menyebabkan sarara lingkungan jalan yang telah ada mudah rusak dan tidak terawat.

d. Sarana Parkir, Reklame dan Bangunan Telepon Selular (BTS)

(16)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

publik diperlukan masterplan sarana reklame. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kebutuhan dan lokasi penempatan sarana reklame. Di samping itu dampak adanya aglomerasi perkotaan Kabupaten Barito Timur menuntut keterpaduan dari berbagai aspek, diantaranya adalah sarana reklame. Sering penempatan sarana reklame tidak tertata atau tertib dengan asal menempatkan sesuai dengan keinginan sponsor, akibatnya sarana reklame ini sering mengganggu pengguna jalan dan dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas ruang kota.

Di sisi lain terbatasnya ruang publik untuk lokasi sarana reklame mengurangi tingkat kenyamanan masyarakat untuk memberikan atau mendapatkan informasi yang berkualitas. Selain itu informasi yang diharapkan tidak tersampaikan secara baik kepada masyarakat dikarenakan posisi atau lokasi sarana reklame yang tidak strategis dam mudah terbaca oleh masyarakat. Keterbatasan ruang publik untuk lokasi sarana reklame juga berakibat munculnya sarana reklame ilegal dan menyajikan informasi yang tidak berkualitas. Dengan demikian diperlukan penataan sarana reklame di ruang publik kota.

Selain sarana reklame persoalan parkir juga perlu menjadi perhatian karena selalu menjadi keluhan bagi pengguna jalan dan parkir itu sendiri. Sampai saat ini penempatan parkir yang berada di kawasan perdagangan wilayah Kabupaten Barito Timur masih banyak menggunakan ruang publik yaitu trotoar dan badan jalan. Ini tentu saja berdampak kepada fungsi jalan sebagai sarana sirkulasi yang tidak berjalan baik. Kemacetan lalu lintas, Kecelakaan lalu lintas dan ketidaknyamanan pejalan kaki dalam menggunakan trotoar merupakan dampak negatif dari ketidaktertiban parkir selama ini. Sehingga ini menuntut penyediaan kantong parkir yang kondusif yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan kawasan yang ada. Kawasan perdagangan merupakan kawasan yang sangat ramai dikunjugi oleh masyarakat sehingga tentu saja membutuhkan kantong parkir yang memadai

Tidak adanya manajemen yang baik terhadap sistem pengelolaan parkir bisa berakibat pada munculnya pengelola parkir ilegal yang sering diawali dengan jual beli/sewa lahan parkir yang juga ilegal. Hal ini biasanya disertai dengan penarikan restribusi parkir yang tidak tertib dan tidak seragam.Pengelolaan parkir yang tidak baik juga berdampak pada berkurangya jaminan tingkat keamanan kendaraan pengguna parkir yaitu memicu tindakan kriminalitas dari pihak yang tidak bertanggung jawab.

(17)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

e. Pedagang Kaki Lima (PKL)

Kabupaten Barito Timur merupakan daerah perdagangan dengan jumlah pendatang sangat cukup tinggi. Meningkatnya jumlah PKL sehingga lokasi PKL tidak tertata dan sering menggunakan ruang publik yang memiliki dampak negatif pada pembangunan Oleh karena itu perlu dilakukan penataan PKL dengan terlebih dahulu melakukan studi karakteristik PKL dan dampaknya terhadap pembangunan. Sampai saat ini penataan PKL oleh pemerintah daerah sering dilakukan secara sporadis bahkan represif tanpa didasari dengan perencanaan yang matang dan didasari pedoman penataan yang baku.dan tawaran solusi yang tetap menjaga eksistensi usaha informal. Oleh karena itu dibutuhkan pedoman penataan usaha PKL yang terpadu dan dapat dijadikan landasan bersama baik pemerintah daerah maupun PKL itu sendiri. Di samping itu kondisi bentuk bangunan usaha PKL yang tidak rapi dan cenderung kumuh sering ditinggalkan oleh PKL setelah bekerja. Kondisi bangunan yang tidak fleksibel dan sangat mengganggu/memenuhi ruang publik menyebabkan bangunan usaha PKL tidak dapat ditata dengan baik. PKL membutuhkan bangunan usaha yang lebih fleksibel dan ramah lingkungan. Penggunaan ruang publik oleh PKL ini karena tidak tersedianya lahan-lahan untuk usaha informal seperti PKL dan bentuk bangunan usaha PKL yang tidak fleksibel. Akhirnya PKL cenderung tidak tertib dan mengeksploitasi ruang publik. Sehingga dibutuhkan penertiban PKL pada semua aspek.

Dengan alasan untuk mendekati konsumennya PKL sering menempatkan usahanya di sepanjang Jalan Protokol Kota sehingga menghilangkan citra kawasan dan mengganggu pemandangan ketertiban jalan-jalan tersebut terutama bila ada kunjungan tamu pemerintahan atau wisatawan.dan hal ini melanggar Perda Jalan.

Salah satu kesulitan dalam menata PKL adalah dikarenakan mental PKL yang cenderung tidak mau ditata, mau menguasai secara penuh lahan publik yang ada dan tidak memiliki modal yang memadai untuk usaha, sering menyebabkan PKL mengambil jalan pintas dan ilegal dalam menjalankan usahanya. Perilaku itu tercermin perolehan lahan untuk usaha dengan cara dalam jual beli kapling ilegal, penggunaan sarana listrik dan pembayaran restribusi yang ilegal. Di sisi lain PKL juga sering tidak memahami pentingnya kebersihan dan perawatan lingkungan membuat usaha PKL cenderung kumuh dan tidak ramah lingkungan.

3. Analisis Indeks Kenyaman Lingkungan

(18)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

4.2.4.2 Rekomendasi

a. Penataan Bangunan Gedung

1. Untuk menangani permasalahan penataan bangunan gedung maka diperlukan penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan bagi daerah yang belum memilikinya.

2. Untuk menegakkan hukum pada sektor penataan bangunan gedung perlu dilakukan legalisasi rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah disusun. 3. Perlu ada sosialisasi RTBL yang telah disusun kepada masyarakat secara

umum

4. Perlu ada langkah-langkah penguatan fungsi kelembagaan dalam penegakan hukum di bidang penataan bangunan dan lingkungan.

5. Untuk menanggulangi bencana kebakaran perlu disusun Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

b. Penataan Lingkungan

1. Pelestarian Bangunan Tradisional Bersejarah

Untuk melestarikan dan merevitalisasi kawasan wisata dan bangunan tradisonal bersejarah perlu disusun program penataan dan revitalisasi khusus untuk kawasan wisata dan tradisional bersejarah

2. Permukiman Kumuh

Untuk meningkatkan kualitas pemukiman penduduk di kawasan kumuh perlu dilakukan penataan dan peningkatan sarana prasarana misalnya: perkerasan jalan, pembuatan con block, pembuatan talud dan lain-lain.

3. Ruang Terbuka Hijau dan taman Jalan

a Perlu dilakukan pemetaan dan studi karakter ruang kota sehingga dapat diketahui pola, tingkat kebutuhan dan lokasi pengadaan ruang terbuka kota tiap kabupaten/ kota

b Perlu ada penyusunan masterplan taman jalan dan ruang terbuka hijausebagai acuan pemerintah kabupaten/kota

c Perlu ada pemberdayaan SDM di bidang perawatan taman jalan dan pengadaan ataupun penambahan sarana pendukung perawatan taman jalan. Keberadaan tenaga opersional dibidang perawatan taman jalan harus ditunjang dengan sarana pendukung perawatan, misalnya mobil penyiram tanaman, mesing pemotong rumput dll.

4. Sarana Reklame, Parkir dan BTS

a Untuk menertibkan sarana reklame perlu dibuat master plane penataan sarana reklame di ruang publik

b Untuk menertibkan kawasan parkir perlu dilakukan manajemen dan pengelolan kawasan parkir

(19)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

5. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)

a. Diperlukan relokasi bagi PKL yang menempati Jalan Protokol Kota. Namun demikian relokasi yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan PKL dan tidak semakin membebani usaha PKL

b. Perlu penyediaan bangunan usaha PKL yang baik

c. Diperlukan pembinaan oleh pemerintah daerah setempat melalui jalur kelembagaan PKL misalnya koperasi atau paguyuban yang memberikan berbagai macam pelatihan dan penyuluhan.

4.2.5 Program yang Diusulkan 4.2.5.1 Usulan dan Prioritas Program

Setelah mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dan menganalisis terhadap permasalahan yang ditemui selanjutnya ditentukan alternatif pemecahan masalah, maka usulan prioritas program tata bangunan lingkungan lima tahun ke depan (2011-2015) adalah Program Barito Timur Tertib Lingkungan.

A. Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung

1. Kegiatan Diseminasi Peraturan Perundang-undangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

2. Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) 3. Kegiatan Penyusunan RAPERDA Bangunan Gedung

4.3 RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG AIR LIMBAH 4.3.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah

4.3.1.1 Umum

Sub Bidang Air Limbah pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondidi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiamn (municipal wastetare) yang terdiri dari limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari sisa mandi, cuci dapur, dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah dari industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.

4.3.1.2 Kebijakan, Program Dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Dalam Rencana Kota

Berdasarkan RPJMD Kabupaten Barito Timur (2008-2013) kondisi yang diharapkan pada tahun 2012 pembuangan limbah yang dilayani melalui sambungan rumah (SR) mengalami peningkatan yang didukung dengan pembangunan jaringan primer dan sekunder bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah dan Pusat. Bagi penduduk yang belum terjangkau sambungan rumah akan dilayani melalui IPAL Komunal atau membuat IPAL rumah tangga yang memenuhi persyaratan teknis.

(20)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Sedangkan program yan akan dilaksanakan adalah Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Limbah dengan sasaran program : Meningkatnya cakupan layanan air limbah.

4.3.2 Profil Rinci Pengelolaan Air Limbah

4.3.2.1 Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini

Bagian ini menyajikan gambaran secara umum tentang sistem pengelolaan air limbah permukiman pada saat ini. Pengelolaan air limbah permukiman dilakukan dengan sistem on-site dan sistem off-site serta kombinasi dari kedua sistem

4.3.2.1.1 Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan

Derajat kesehatan di Kabupaten Barito Timur dapat dilihat dari indikator antara lain : angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup, rata-rata usia harapan hidup penduduk dan status gizi.

4.3.2.1.2 Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah

Kurang lebih 10% dari masyarakat Kabupaten Barito Timur telah dilayani dengan sistem air limbah terpusat. Sisanya menggunanan MCK atau langsung dibuang ke sungai. Limbah cair industri (dari industri besar maupun kecil) masih sering dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan. Pelayanan pengurasan tanki septik atau cubluk biasanya dilakukan oleh swasta atau secara manual. Biasanya lumpur dari tanki septik/cubluk baru disedot kalau fasilitasnya sudah buntu (dan sudah lama tidak berfungsi). Lumpur limbah ini harusnya dapat diolah di IPAL, tetapi masih sering langsung dibuang ke lingkungan.

4.3.2.2 Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah 1. Aspek Teknis

A. Fasilitas Sanitasi Individual

Pelayanan sanitasi sistem setempat (individual) untuk limbah tinja berupa pembuangan lumpur tinja dari septick tank ke pengolahan akhir (IPAL).

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Timur belum memiliki truk tinja untuk pelayanan jasa penyedotan tinja dan mobil WC umum yang digunakan untuk acara-acara tertentu, seperti perayaan, acara-acara kesenian dan sebagainya.

(21)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

menghemat biaya, masyarakat sering melibatkan diri dalam pembangunan fasilitas tersebut. Di waktu lalu, ada beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang telah berperanserta dalam program stimulasi sanitasi tersebut.

B. Fasilitas Sanitasi Komunal

Terdapat fasilitas sanitasi komunal yang dibangun oleh Pemerintah Kota yaitu Septik tank komunal sebanyak 3 buah yang digunakan untuk melayani pembuangan limbah rumah tangga dengan rasio pelayanan untuk tiap unit Septik tank komunal sebesar 20 – 40 KK. Septik tank komunal ini oleh DLH lebih dikenal dengan istilah septic tank komunal, walaupun limbah yang diolah tidak hanya limbah tinja saja melainkan buangan dari kamar mandi dan tempat cuci.

C. Cakupan Pelayanan PS Sanitasi

Pelayanan prasarana dan sarana sanitasi didasarkan pada kerangka Rencana Tata Ruang Wilayah pelayanan sanitasi. Kriteria untuk memilih jenis fasilitas sanitasi adalah sebagai berikut:

• penduduk (jumlah KK)

• tingkat cakupan pelayanan

• jumlah KK yang tidak mampu membangun fasilitas sanitasi individual

• jumlah KK yang tinggal di kompleks perumahan

• kepadatan penduduk

• permeabilitas tanah

• ketinggian air tanah.

Dua kondisi penting lainnya dalam kaitannya dengan pemilihan fasilitas sanitasi adalah:

• Semua kompleks perumahan menggunakan sistem air limbah komunal.

• Sekitar 30% kelompok yang berpenghasilan rendah tidak memiliki fasilitas sendiri dan dilayani dengan MCK dan satu MCK melayani 10 KK.

D. Pengumpulan dan Pengolahan Lumpur Tinja

Tangki septik yang sudah terisi perlu dikuras secara rutin untuk menjaga efisiensi pengolahan dari tangki septik tersebut. Pemerintah Kabupaten Barito Timur (BLH) belum memiliki truk penyedot tinja dam belum memiliki instalasi pengolahan lumpur tinja untuk itu perlunya di buat IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) guna menangani lumpur tersebut.

Di bawah ini beberapa kondisi eksisting pelayanan sanitasi di Kota Kabupaten Barito Timur:

- Pembuangan limbah domestik di Kabupaten Barito Timur melalui pipa langsung ke Sungai atau saluran Utama, dibuang melalui septic tank (milik sendiri) dan dibuang melalui septic tank komunal serta melalui Lobang tanah, sungai, dan lain-lain.

(22)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

E. Produksi Lumpur Tinja

Jumlah timbulan lumpur tinja dapat dihitung dengan pendekatan formulasi atau asumsi bahwa lumpur tinja yang dihasilkan adalah 30 liter/jiwa/tahun (0,03 m3/jiwa/tahun).

F. Cakupan Pelayanan Sistem Air Limbah dan Sanitasi

Cakupan Pelayanan Sistem Air Limbah dan sanitasi masih bersifat parsial.

2. Aspek Pendanaan

Pendanaan untuk penyediaan sarana dan prasarana air limbah diarahkan dengan kebijakan sebagai berikut.

• Penyediaan fasilitas sanitasi merupakan inisiatif murni dari masyarakat dan sektor swasta.

• Fungsi pemerintah daerah adalah untuk memberikan kemudahan, mendorong dan mengatur.

• Arahan dan standar yang berlaku akan digunakan sebagai instrumen/alat utama untuk memenuhi peran dan tanggung jawab dari sektor publik.

• Investasi langsung dari sektor publik dalam fasilitas sanitasi akan dipertahankan seminim mungkin. Sedapat mungkin investasi tersebut memberikan pemulihan biaya

3. Aspek Kelembagaan Pelayanan Air Limbah

Organisasi pengelola sektor air limbah (fasilitas sanitasi) di Kabupaten Barito Timur adalah Dinas Pekerjaan Umum. Tugas DPU ini adalah melaksanakan perencanaan, pengawasan, pengendalian, dan pemanfaatan sarana dan prasarana di bidang teknik penyehatan yang meliputi urusan-urusan air bersih, air buangan, kebakaran, kebersihan, pertamanan, dan pemakaman.

4.3.3 Permasalahan Yang Dihadapi

4.3.3.1 Sasaran Pengelolaan Prasarana Dan Sarana (Ps) Air Limbah

Sesuai dengan RPJMD Kota Kabupaten Barito Timur, maka investasi di bidang air limbah diutamakan untuk tujuan Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Limbah dengan sasaran program : Meningkatnya cakupan layanan air limbah.

4.3.3.2 Rumusan Masalah

Bagian ini menguraikan besaran persoalan yang dihadapi atau tantangan yang harus diselesaikan melalui pembangunan sistem prasarana dan sarana air limbah, dengan membandingkan antar kondisi yang ada dan sasaran penyediaan PS air limbah, baik dari aspek teknis, kelembagaan, regulasi maupun keuangan.

Rumusan masalah dapat terangkum sebagai berikut ini:

ƒ Septic Tank tidak memenuhi syarat

ƒ Ketidakteraturan penyedotan tinja

ƒ Instalasi pengelolaan lumur tinja (IPLT) belum tersedia

ƒ Kesadaran masyarakat rendah

ƒ Saluran limbah terbatas

(23)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

4.3.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi 4.3.4.1. Analisis Permasalahan

Analisis diperlukan untuk mencari akar permasalahan berdasarkan kondisi yang ada saat ini dari berbagai aspek teknis maupun non teknis, serta berbagai kendala yang dihadapi dalam rangka mencapai sasaran yang diinginkan. Analisis permasalahan dapat dilakukan dengan gap analisis yaitu suatu metoda yang membandingkan antara kebutuhan dan pengelolaan yang tersedia. Pertumbukan keutuhan penanganan air limbah sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

Masalah air limbah yang dihadapi dapat dianalisis dari lima aspek berikut ini.

A. ASPEK TEKNIS, meningkatkan cakupan pelayanan pengelolaan air limbah baik on-site maupun off-site, didaerah perkotaan dan pedesaan, serta peningkatan kualitas pengelolaan sesuai dengan ketentuan teknis dan memperhatikan lingkungan. Peningkatan akses ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Meningkatkan cakupan pelayanan air limbah yang dikelola oleh BUMD dan dinas.

b. Meningkatkan cakupan pelayanan cakupan air limbah yang dikelola secara langsung oleh masyarakat.

c. Meningkatkan kinerja BUMD dan penyelenggara lainnya dalam pengelolaan air limbah.

B. ASPEK PENDANAAN, peningkatan kapasitas pembiayaan untuk pembangunan prasarana dan sarana air limbah baik sistem on-site maupun off-site serta menjamin pelayanan dengan pemulihan biaya pengelolaan. Dari aspek pendanaan, pemerintah daerah dapat melakukan hal-hal berikut:

a. Mendorong peningkatan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan.

b. mendorong peningkatan prioritas pendanaan pemerintah daerah dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah.

c. Meningkatkan pembiayaan melalui kemitraan pemerintah dan swasta. d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan air limbah.

C. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA, tinjauan aspek ini adalah peningkatan kualitas pelayanan dan peningkatan kemitraan dengan swasta dan masyarakat. Aspek ini perlu dipertimbangkan karena adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Peran serta masyarakat dapat ditingkatkan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembagunan dan pengelolaan air limbah.

c. Meningkatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah.

(24)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

a. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar kegiatan dan antar wilayah dalam pembangunan air limbah.

b. Menyediakan fasilitas peningkatan menajemen pembagunan air limbah di daerah.

c. Menyediakan fasilitas peningkatan pengelolaan air limbah melalui pelatihan dan pendidikan SDM yang kompeten.

E. ASPEK PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN, aspek ini mempelajari perkuatan dan penerapan hukum dan pengelolaan sesuai ketentuan yang berlaku untuk penanganan dan pengelolaan air limbah. Perkuatan, penerapan hukum dan pengelolaan air limbah dapat dilakukan melalui:

a. Revisi peraturan perundang-undangan yang melakukan pengaturan terhadap BUMD yang bergerak dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah.

b. Peningkatan forum nasional peningkatan pengelolaan air limbah dalam mendorong pelaksanaan pengaturan yang lebih baik.

c. Meningkatkan tersedianya NSPM dalam pengembangan sistem pembuangan air limbah.

4.3.4.2 Alternatif Pemecahan Permasalahan

Permasalahan dan kondisi yang berkembang dalam pengelolaan lumpur tinja di Indonesia, memerlukan suatu kebijakan dan strategi yang spesifik untuk dapat memelihara, mengembangkan dan meningkatkan pengelolaan lumpur tinja. Departemen Pekerjaan Umum dalam rangka pengelolaan lumpur tinja 2001/2005 menetapkan suatu kebijakan dalam pengelolaan lumpur tinja di wilayah perkotaan dan perdesaan, yang memerlukan keterlibatan semua stakeholder.

Kebijakan bidang lumpur tinja diperkotaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

ƒ Pengolahan lumpur tinja diprioritaskan pada kawasan yang sangat padat diperkotaan.

ƒ Bantuan Pemerintah Pusat diberikan untuk pemantapan kelembagaan melalui pembinaan teknis di bidang manajemen pengolahan lumpur tinja dan bantuan peralatan berikut fasilitas pendukungnya kepada daerah yang betul-betul membutuhkan dan belum memiliki kemampuan sumber daya maupun manajemennya.

ƒ Untuk kota-kota metropolitan dan kota besar, pembangunan prasarana dan sarana lumpur tinja diusahakan dengan sistem terpusat dan semaksimal mungkin menggunakan prinsip pemulihan biaya, dengan prioritas pelayanan pada kawasan hunian dengan kepadatan bangunan yang tinggi dan dengan permukaan air tanah yang tinggi.

ƒ Penanganan lumpur tinja di kawasan permukimam pada dasarnya adalah tanggung jawab masyarakat sendiri, sedangkan fasilitas penunjangnya dapat dibantu atau disediakan oleh Pemerintah Daerah tanpa atau dengan bantuan Pemerintah Pusat, ataupun kerja sama dengan pihak swasta.

(25)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

tinja secara terintegrasi, sehingga tepat guna (efektif), berdaya guna (efisien) dan terjangkau serta dapat dioperasikan secara berkelanjutan, dengan bertumpu kepada kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Sedangkan kebijaksanaan lumpur tinja di perdesaan adalah:

ƒ Bantuan pemerintah untuk pengelolaan lumpur tinja perdesaan dilaksanakan melalui Inpres (saat ini DAU) dan program sektoral.

ƒ Pengelolaan lumpur tinja pedesaan melalui program sektoral terutama diprioritaskan untuk penyediaan sarana pembuangan lumpur tinja setempat, di desa permukiman transmigrasi, permukiman nelayan, desa-desa pusat pertumbuhan, desa rawan penyakit dan rawan bencana atau desa kritis lainnya, baik secara individual maupun komunal.

Berdasarkan kepada kondisi yang berkembang dan kebijakan pengelolaan lumpur tinja, terdapat 4 (empat) pendekatan strategis dalam pengelolaan lumpur tinja terkait dengan fungsionalisasi IPLT, antara lain:

a. Strategi Teknis

Strategi teknis ini menekankan pilihan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi. Strategi teknis dapat dirinci sebagai berikut:

1. Implementasi proyek Communal System (pengelolaan lumpur tinja sistem komunal) di daerah yang baru dikembangkan dan di daerah yang tak dapat memakai sanitasi setempat, didasarkan pada pendekatan bertahap (stepwise approach). Proyek dibatasi dalam ukuran yang harus sanggup membiayai sendiri, paling sedikit untuk operasi dan pemeliharaannya.

2. Pemantapan teknis operasi dan pemeliharaan yang tepat pada IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) sehingga fasilitas IPLT dapat berfungsi secara efisien.

3. Pengembangan sistem sanitasi setempat yang tepat guna

4. Penyediaan subsidi dan bantuan teknis bagi masyarakat kurang mampu untuk membangun dan merenovasi fasilitas pembuangan tinja individu dan komunal hendaknya dilanjutkan termasuk pengembangan proyek kredit seperti sistem dana berputar.

5. Pembangunan kakus umum/komunal bagi mereka yang tak mampu membangu asalkan masyarakat atau pengguna dapat menggunakan dan melakukan pemeliharaannya dengan patut.

6. Program pendidikan dan penyebaran informasi dapat dilakukan dan diarahkan kepada pengguna untuk menjamin kesinambungan manfaat, operasi dan pemeliharan fasilitas. Dalam hal ini, setiap kota harus memiliki alat penyedot tinja (Vacuum Truck) dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPTL) untuk melayani masyarakat yang menggunakan sistem setempat 7. Komponen program untuk strategi teknis terdiri dari :

- Daerah dengan kapadatan tinggi (> 300 orang/ha) dan daerah

pengembangan baru harus dilayani dengan system terpusat, yang dibiayai developer dengan pengembalian oleh pengguna.

- Daerah kepadatan sedang (>100 – 300 orang/ha) harus dilayani

(26)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

- Daerah kepadatan rendah (50 - 100 orang/ha) dengan lingkungan

berkualitas tinggi harus dilayani dengan interceptor berkaitan dengan program Prokasih (Program Kali Bersih).

- Daerah kepadatan sedang dengan kecepatan perkolasi tinggi (>3 cm /

menit) atau muka air tanah tinggi (<1,5 m) harus dilayani dengan shallow sewer dan tangki septic komunal.

- Daerah kepadatan rendah dengan kecepatan perkolasi rendah rendah

(<3 cm /menit) dan muka air tanah rendah (>1,5 m) harus menggunakan tangki septic dengan desain khusus.

- Seleksi pemilihan metoda pengolahan Lumpur tinja hendaknya

dilakukan mulai dari teknologi yang paling sederhana (operasi dan pemeliharaan), biaya yang rendah (investasi dan operasi), teknologi yang tepat (diterima masyarakat, berguna dan efektif dalam pengolahannya.)

b. Strategi Institusi/Kelembagaan

Strategi institusi ini menekankan pada peningkatan kemampuan institusi yang ada, diuraikan dibawah ini:

1. Pemerintah Kota/Kabupaten harus membentuk dan mengkoordinasikan unit pelaksanaan yang bertanggung jawab atas penanganan lumpur tinja.

2. Pada umumnya, direkomendasikan untuk meningkatkan kemampuan unit pelaksana yang ada dan mengatur kembali unti-unit tersebut untuk melakukan tugas mereka yang baru. Namun demikian pendiriran organisasi baru hanya diperbolehkan ketika sangat diperlukan, dan sangat tergantung dari klasifikasi kota, karakteristik masyarakat, potensi masyarakat, serta peraturan yang berlaku.

3. Untuk mengelola lumpur tinja setempat termasuk pengangkutan dan pengolahan akhir di IPLT dapat diserahan kepada Dinas Pekerjaan Umum atau Dinas Kebersihan.

4. Untuk pengelolaan lumpur tinja sistem komunal pada jangka pendek, bentuk kelembagaannya dapat ditampung di bawah PDAM, yang merupakan Unit Pengelola Unit Teknis Daerah (UPTD) tersendiri yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama PDAM terhadap permasalahan teknis, operasi/pemeliharaan. Hal ini dipertimbangkan mengingat PDAM telah memiliki sumber daya, keahlian teknis dan administrasi. Namun demikian, perlu dilakukan kelayakan finansial dan ekonomi dikaitkan dengan tanggung jawab pemulihan biaya investasi dan biaya operasi/pemeliharaannya (cost recover) agar pengelolaan lumpur tinja ini tidak mengalami kerugian.

5. Untuk jangka menengah, bentuk kelembagaannya dapat ditampung dibawah PDAM, yang merupakan Divisi tersendiri yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama PDAM terhadap permasalahan teknis, operasi, dan pemeliharaan.

(27)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

lebih terkordinir di dalam penanganan lumpur tinja sekaligus memberikan dasar yang lebih mantap secara organisatoris, manajemen, pembiayaan dan hukum.

7. Tanggung jawab pemerintah pusat yaitu memberi petunjuk, pemantauan dan strategi, pengembangan sumber daya manusia, peningkatan kemampuan pmerintah daerah dalam persiapan proyek dan pelaksanaan proyek pilot, dan penyediaan investasi awal untuk pemerintah daerah dalam pembangunan prasarana sanitasi.

8. Program pelatihan bagi staf pemerintah daerah dan penyuluhan sanitasi yang bersifat nasional harus dimulai sebagai bagian dari strategi.

9. Tanggung jawab pemerintah daerah diantaranya adalah membuat rencana kegiatan (Action Plan) di daerah masing-masing dengan penekanan pada pelaksanaan sanitasi setempat, membangun fasilitas kakus komunal, melaksanakan proyek Communal System dengan bantuan dana dari pemerintah pusat jika memungkinkan dan penyedotan lumpur tinja serta mengawasi dan mengendalikan bantuan teknik bagi fasilitas sanitasi setempat.

10. Program Pembangunan Prasarana Kota harus memberikan kontribusinya dalam memperluas wawasan pemerintah daerah dalam menyiapkan rencana pengelolaan lumpur tinja domestik.

11. Proyek sanitasi setempat yang ada harus diperluas dan dikembangkan menjadi suatu program yang berkesinambungan. Setahap demi setahap pemerintah daerah mengambil peran yang dibantu oleh konsultan.

12. Promosi partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan operasi serta pemeliharaan fasilitas sanitasi komunal harus diteruskan. Organisasi non Pemerintah (NGO) dan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) harus dilibatkan untuk mempromosikan partisipasi masyarakat secara aktif.

13. Penerbitan dan pelaksanaan peraturan daerah tentang :

- Izin Mendirikan Bangunan yang mengatur bahwa setiap bangunan

harus memiliki tangki septik yang sesuai dan/atau IPLT yang memenuhi standar efluen.

- mengendalikan proses pengumpulan dan pembuangan lumpur tinja.

c. Strategi Pendanaan

Strategi pendanaan/keuangan untuk menunjang investasi dari masyarakat dan sektor swasta, dan untuk mempromosikan mekanisme pengembalian biaya dan peningkatan pendapatan;

1) Investasi swasta dan masyarakat dalam, pembuangan tinja harus ditunjang dan dipromosikan dengan upaya sebagai berikut:

à Kegiatan promosi.

à Spesifikasi dan peraturan bangunan.

à Pedoman teknis untuk konstruksi dan operasi serta pemeliharaan fasilitas sanitasi.

(28)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

2) Mekanisme pengembalian biaya dan pengumpulan pendapatan perlu dirinci lebih lanjut.

3) Bantuan teknis dan bantuan keuangan bagi fasilitas individual atau komunal dengan sanitasi setempat harus diperpanjang dan dana dialokasikan untuk sistem kredit berbeda tergantung kondisi setempat.

4) Biaya bersama satu kelompok untuk sistem individual, harus juga diperkenalkan bagi fasilitas komunal yang digunakan oleh sejumlah kecil rumah tangga.

d. Strategi Promosi

Strategi Promosi yang ekstensif secara nasional dan regional. Untuk mendidik dan menambah kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang baik, harus dilaksanakan strategi promosi. Promosi ini lebih baih dilaksanakan melalui program “Pemasaran Sosial” yang diharapkan untuk menunjang keinginan masyarakat untuk menggunakan fasilitas pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang baik dan sehat. Secara sistematis pendekatan program pembangunan prasarana dan sarana air limbah dapat diuraikan sebagai berikut:

4.3.4.3 Rekomendasi

Berikut ini adalah rekomendasi yang diberikan dalam bentuk matrik tentang Kebijakan, Strategi dan Rencana Tindak dalam Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Limbah:

Tabel Matriks Kebijakan dan strategi

No Kebijakan Strategi 1 Mengoptimalkan kualitas sistem air limbah untuk mencapai standard pelayanan minimal di perkotaan

2 Peningkatan cakupan layanan air limbah

a. Pengelolaan lumpur tinja dalam rangka perlindungan terhadap lingkungan dan sumber daya air

5 Pengelolaan lumpur tinja dalam rangka perlindungan terhadap lingkungan dan sumber daya air

(29)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

4.3.5 Sistem Prasarana yang Diusulkan 4.3.5.1 Usulan Dan Prioritas Program

Dari hasil analisis masalah keciptakaryaan yang dilakukan, usulan dan prioritas program untuk dipakai dalam pencapaian RPIJM khususnya air limbah adalah Program Kabupaten Barito Timur Bebas Limbah.

4.4 RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG PERSAMPAHAN 4.4.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan

4.4.1.1 Umum

Sub Bidang Persampahan pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah. Tatanan program yang digunakan adalah sama dengan tatanan program pada Renstra Dep. PU (2010-2014), Renstra SKPD, dan RPJMD. Pemograman harus mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Renstra di pusat maupun daerah dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pengembangan daerah.

Sasaran program dan kegiatan pengelolaan persampahan mengacu pada RPJMN 2009-2014 yaitu (1) meningkatkan jumlah sampah terangkut; (2) meningkatkan kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berwawasan lingkungan pada semua kota metropolitan, kota besar dan sedang. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), upaya pencapaian sasaran RPJMN 2009-2014, dapat dilakukan meliputi:

1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.

2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan.

3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan.

Sasaran utama yang hendak dicapai yaitu (1) pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk; (2) pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%; (3) tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill untuk kota metropolitan dan besar serta controlled landfill untuk kota sedang dan kecil serta tidak dioperasikannya TPA secara open dumping.

4.4.1.2 Kebijakan, Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Rencana Kabupaten Kota

Dalam RPJMD Kabupaten Barito Timur 2008-2013 Kebijakan terkait pengelolaan persampahan yang mendukung adalah memperbaiki mutu lingkungan hidup untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Dengan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan. Sasaran program adalah meningkatnya cakupan layanan persampahan seoptimal mungkin.

(30)

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it oTimur

Membangun tanggung jawab bersama dalam pengelolaan sampah dalam hal dana masyarakat melalui retribusi berjenjang.

4.4.2 Profil Persampahan

4.4.2.1 Gambaran Umum Pengelolaan Persampahan Saat Ini

Pengumpulan dan pengangkutan menggunakan pola individual, pengumpulan dari rumah ke rumah langsung dibuang ke TPA dengan “dump truck” pola lain adalah pola individual tidak langsung. Pengumpulan dengan gerobak “pick up”, dipindah ke truck pengangkut ke TPA.

Pola komunal langsung sampah diambil pada lokasi pengumpulan komunal seperti TPS, pengangkutan ke TPS dilakukan oleh penghasil sampah kemudian dibuang ke TPA. Pola komunal tidak langsung. Sampah dikumpulkan dari sumber sampah dengan gerobak dipindah ke TPS dan dari TPS dibawa ke TPA. Dalam pemindahan sampah terjadi kegiatan-kegiatan pemindahan dari TPS atau container ke depo, dan kegiatan pengurangan volume, seperti pengomposan dan pengaisan material yang masih berguna. Pengumpulan sampah tidak langsung dilakukan pada pengumpulan sampah jalan, taman, tempat rekreasi dan wisata serta lapangan olah raga.

4.4.2.2 Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Persampahan yang Ada (Aspek Teknis)

Pelayanan persampahan meliputi 2 kecamatan dan 2 kelurahan. Di Kabupaten Barito Timur sarana kebersihan terdiri dari fasilitas pengangkutan (truk, gerobag dorong, dan TPS). Sarana angkutan terdiri atas “dump truck” 4 unit.

Kerjasama dengan masyarakat dengan melakukan kompetisi kebersihan, kerjasama dengan LSM yang peduli akan sampah, kelompok pengelola sampah mandiri. Pengangkutan sampah dilakukan dari rumah tangga ke TPA.

4.4.2.3 Aspek Pendanaan

Pengelolaan sampah didanai dengan APBD Kabupaten dan dana masyarakat. Retribusi dilakukan secar berjenjang untuk rumah tangga yang kisarannya Rp. 1.500 hingga Rp. 526.000 per bulan.

4.4.2.4 Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan

Unsur pelaksana Pemerintah Daerah dalam bidang kebersihan sampah, pertamanan, air limbah dan pelaksanaan tugas pemantauan di Kabupaten Barito Timur dilakukan oleh Dinas PU, Bidang Cipta Karya, Seksi Pertamanan, Pemakaman dan Kebersihan.

4.4.2.5 Aspek Peraturan Perundangan

Gambar

Tabel Permasalahan yang dihadapi Komponen Pembangunan PSD Permukiman Kabupaten Barito Timur Tahun 2011
Tabel Matriks Kebijakan dan strategi
Tabel Garis Sempadan Sungai

Referensi

Dokumen terkait

M eteorologi mengenal sistem skala dalam melakukan sebuah analisis. Skala global merupakan skala meteorologi yang paling luas. Skala global dapat mempengaruhi fenomena meteorologi

Bila terdapat dokumen Business Requirements List yang terpisah dari dokumen Functional Specification maka tuliskan disini ringkasannya.. Namun apabila tidak ada maka

Tulisan ini mencoba menggunakan model ARCH untuk menjelaskan tentang perilaku kasus Inflasi di Indonesia dan sekaligus menjelaskan bahwa dengan memasukkan unsur

Apabila pada saat operasi terjadi trip, maka catu tegangan dari modul kontrol dan proteksi yang digunakan untuk mengaktifkan magnetic contactor HV akan mati (OFF).

Dalam beberapa hal, tersebab ia mengerjakan sejumlah proyek pembangunan patung monumental, dan elemen estetik yang berkait dengan arsitektur, ia melibatkan murid-murid-nya

Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjut menggunakan pelarut selain etanol 96%, efek antibakteri ekstrak daun leilem terhadap bakteri lain yang dapat

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Penelitian mengenai perubahan tampilan vulva dari berbagai kondisi berahi pada setiap umur hingga saat ini belum diperdalam sebagai penentu puncak berahi, sehingga