• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENILAIAN ECO-DEGREE (Studi Kasus: Banten Waterfront City)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL PENILAIAN ECO-DEGREE (Studi Kasus: Banten Waterfront City)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENILAIAN ECO-DEGREE

(Studi Kasus: Banten Waterfront City)

A. PEMILIHAN LOKASI

Lokasi terpilih untuk penilaian eco-degree yaitu Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi penilaian didasarkan pada hasil survey yang telah dilakukan pada tanggal 27 – 31 Maret 2012, bahwa lokasi yang tersebut telah memenuhi beberapa parameter penilaian awal sebagai berikut (modifikasi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2008):

- Kawasan permukiman berada di kawasan perkotaan;

- Merupakan wilayah permukiman yang berada di tepi air (sungai, waduk, laut, dan sebagainya);

- Aktivitas penduduk menimbulkan pencemaran ke badan air; - Fungsi kawasan dominan sebagai wilayah permukiman; - Masyarakat memanfaatkan sungai untuk keperluan domestik;

- Kondisi masyarakat yang kondusif (bukan daerah konflik) dan merupakan masyarakat golongan menengah kebawah;

Selain itu, terdapat calon mitra kerjasama yaitu Pemerintah Provinsi Banten, Ditjen Cipta Karya, dan Banten Creative Community yang telah dan sedang merencanakan Banten Waterfront City pada lokasi yang sama. Oleh karena itu, lokasi perencanaan awal Banten Waterfront City dijadikan sebagai studi kasus dalam penerapan model permukiman berbasis eco-settlements melalui penilaian eco-degree.

B. LINGKUP LOKASI PENILAIAN

Wilayah studi untuk penerapan konsep Banten Waterfront City terletak di Kota Serang khususnya Kecamatan Kasemen mulai dari jalan Toll Jakarta Merak di sebelah Selatan sampai dengan pesisir pantai di sebelah Utara. Akan tetapi untuk pelaksanaan penilaian eco-degree dilakukan pada wilayah perencanaan pada “Studi Awal Rencana Pembangunan Waterfront City – Provinsi Banten” yaitu Kecamatan Kasemen dengan fokus pada kawasan sekitar Banten Lama dengan luas kawasan ±49 km2 dan berfungsi perkotaan. Untuk lebih jelas mengenai lingkup kawasan dapat dilihat pada Gambar 1.

(2)

Gambar 1. Lingkup Lokasi Penilaian (Sumber: Pemprov Banten, 2008)

C. TATA CARA PENILAIAN ECO-DEGREE (E)

Tata cara penilaian didasarkan pada hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman tahun 2011 yaitu kerangka penilaian eco-degree permukiman perdesaan di hulu DAS. Digunakan instrumen tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang telah dihasilkan dapat digunakan untuk permukiman dengan karakteristik kota dan tidak berada di hulu DAS. Walaupun lokasi penilaian berada berdekatan dengan sumber air/tepi air, tapi memiliki karakteristik yang berbeda dengan permukiman perdesaan di hulu DAS.

Tata cara penilaian eco-degree melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a.

Pelaksanaan survei primer dan sekunder berdasarkan kebutuhan data untuk setiap parameter penilaian;

b.

Pembobotan nilai dengan berdasarkan pada skala Likert untuk setiap parameter (lihat Tabel 1 sampai dengan Tabel 4);

Lingkup Banten

Waterfront City

(3)

Tabel 1. Parameter Penilaian Aspek Biofisik

Subkriteria Atribut Parameter Standar dan Rating Acuan Standar

Tata Guna Lahan Tutupan vegetasi IPL: Indeks Penutupan lahan

5 =IPL ≥ 75% baik 3= 30≤IPL<75%

1= IPL < 30%

Peraturan Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai No. P.04/V-SET/2009

Kesesuaian lahan KP: indeks kesesuaian lahan

5= KP 12-15 3= KP 7-11

1= KP 3-7

Permen PU No. 41/PRT/M/2007 mengenai Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya Air

Kualitas Air Bersih Baku mutu

(warna, kekeruhan, TDS, pH, sulfat, Nitrat sebagai N. E-coli, total bakteri

coliform)

5=terpenuhi 1=tidak terpenuhi

Kep.MenKes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Kualitas Air Limbah Baku mutu

(pH, TSS, BOD, minyak, dan lemak)

5=terpenuhi 1=tidak terpenuhi

Kep. MenLH No. 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

Kuantitas Air Baku Indeks Penggunaan Air (IPA) 5=IPA<0.3 4=0.3≤IPA<0.5 3=0.5≤IPA<0.8 2=0.8≤IPA<1.0 1=IPA≥1.0 Paimin, et al., 2006

Surface Run off Koefisien run off (R) 5= R< 10%

4=10≤R<20 % 3=20≤R<30 % 2=40≤R<50%

1=≥ 50%

The Federal Interagency Stream Restoration Working Group ,

1998

Udara Kualitas Udara Baku mutu

(TSP – debu, PM10, SO2, NO2, Hidrokarbon -HC)

5=terpenuhi 1=tidak terpenuhi

PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

(4)

Subkriteria Atribut Parameter Standar dan Rating Acuan Standar

Tanah Tingkat erodibilitas IE: Indeks Erosi berdasarkan kelas erosi USDA-Soil Conservation Service 5=0≤ K <0.10 4=0.11 ≤ K < 0.20 3=0.21≤ K <.0.32 2=0.33 ≤ K < 0.43 1=K≥ 0.43

USDA – Soil Conservation

service

Jenis Tanah 5=Alluvial, tanah Glei, Planosol,

Hidromorf, laterik 4=Latosol

3=Brown forest soil, non calcic, brown, mediteran

2=Andosol, laterit, grumosol, podsol, podsolik

1=Regosol, litosol, organosol, renzina

Paimin, et al., 2006

Perumahan Sarana prasarana Kuantitas sarana prasana air minum

5=ada 1=tidak ada

SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan dan jastifikasi tim

Kuantitas sarana prasarana sanitasi

5=ada 1=tidak ada Kualitas sarana prasarana air

minum

5=ada 1=tidak ada Kualitas sarana prasarana

sanitasi

5=ada 1=tidak ada Kepadatan bangunan Koefisien Dasar Bangunan

(KDB) 5=KDB ≤ 10 % 4=10< KDB≤25% 3=25< KDB≤50% 2=50< KDB≤75% 1=75< KDB≤100

The Federal Interagency Stream Restoration Working Group,

1998

Pola Permukiman 5=Menyebar

1=Mengelompok

(5)

Tabel 2. Parameter Penilaian Aspek Sosial

Subkriteria Atribut Parameter Standar dan Rating Acuan standar

Perilaku masyarakat Partisipasi masyarakat % kehadiran dalam kegiatan bersama terkait dengan kelestarian lingkungan hulu DAS (P)

5=P> 70% 3=40% ≤P<70%

1=P< 40%

Peraturan Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai No. P.04/V-SET/2009 Kegiatan mandiri

masyarakat yang terkait dengan kelestarian lingkungan hulu DAS

5=ada 1=tidak ada

Kapasitas Masyarakat Tingkat pendidikan Jumlah masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan (>75%)

5=lulus D1 atau lebih tinggi 4=lulus SMA atau sederajat 3=lulus SMP atau sederajat 2=lulus SD atau sederajat

1=tidak lulus SD

Tarigan, 2006

Edukasi Jumlah program pelatihan (informal) bagi masyarakat terkait pemeliharaan kelestarian hulu DAS

5=ada 1=tidak ada

Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, 2000

Mata pencaharian Jumlah mata pencaharian petani dan perkebunan (M)

5=M< 50% 3=50≤M<75 %

1=M≥75%

(6)

Tabel 3. Parameter Penilaian Aspek Ekonomi

Subkriteria Atribut Parameter Standar dan Rating Acuan Standar

Kondisi ekonomi masyarakat

Tingkat pendapatan masyarakat

Pendapatan per kapita/tahun (R)

5=R>UMK 3=R=UMK 1=R< UMK

Peraturan Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai No. P.04/V-SET/2009 Potensi lokal yang

mendukung kelestarian lingkungan Hasil kehutanan/pertanian/perkebu nan 5=Ya 1=Tidak Jastifikasi tim

Tabel 4. Parameter Penilaian Aspek Institusi

Subkriteria Atribut Parameter Standar dan Rating Acuan standar

Sistem kelembagaan Kelembagaan formal Program terpadu dalam upaya pelestarian hulu DAS

5=ada 1=tidak ada

Paimin, et al., 2006 Jumlah program terealisasi

terkait dengan upaya pelestarian hulu DAS (F)

5=90% < F≤ 100% 3=70%< F≤ 90% 1=F≤70%

Jastifikasi tim

Kelembagaan informal Program dari masyarakat dalam upaya pelestarian hulu DAS

5=ada 1=tidak ada

Jastifikasi tim

Jumlah program terealisasi terkait dengan upaya pelestarian hulu DAS (I)

5=90% <I≤ 100% 3=70%< I≤ 90% 1=I≤70% Jastifikasi tim Jumlah lembaga kemasyarakatan terkait upaya pelestarian hulu DAS

5=ada 1=tidak ada

(7)

c.

Perhitungan nilai E

Untuk menghitung nilai E suatu kawasan yang dievaluasi digunakan Persamaan 1.

[ ]

max 1 1, 5 5 = =

N i × ∈ i i i R E S R (1)

dengan E= tingkat ke-eko-an, Ri=rating untuk atribut ke-i yang dinyatakan dalam Skala Likert

1-5, Simax=skor maksimum yang mungkin dicapai untuk atribut i (Tabel 5).

Tabel 5. Ketentuan Penilaian E

Subkriteria Bobot Maksimum Atribut Bobot Maksimum

Tata guna lahan 16,00 Tutupan vegetasi 8,00

Kesesuaian lahan 8,00

Air 13,00 Kualitas Air Minum 5,00

Kualitas Air Limbah 2,00

Kuantitas Air Baku 3,50

Surface Run off 2,50

Tanah 10,00 Erodibilitas 7,50

Jenis Tanah 2,50

Udara 6,50 Kualitas udara 6,50

Perumahan 6,50 Sarana prasarana 3,25

Kepadatan bangunan 3,25

Perilaku masyarakat 16,00 Partisipasi masyarakat 16,00

Kapasitas masyarakat 10,00 Tingkat pendidikan 3,33

Edukasi 3,33

Mata pencaharian 3,33

Kondisi ekonomi masyarakat 14,00 Tingkat pendapatan 7,00

Potensi lokal 7,00

Sistem kelembagaan 8,00 Kelembagaan formal 3,00

Kelembagaan informal 5,00

Total 100 100

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2011

Kategorisasi kawasan permukiman berdasarkan nilai E dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kategorisasi Ke-eko-an Wilayah

Kategori Eco Degree (E)

Eco-settlements 75 < E ≤ 100

Semi Eco-settlements 50 < E ≤ 75 Tidak Eco-settlements 20 ≤ E ≤ 50

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2011

Nilai E yang dihitung mencakup dua kondisi, yaitu:

1. Kondisi awal sebelum diterapkan konsep Banten Waterfront City dan penataan lainnya yang terkait, yang dinyatakan sebagai Ebaseline (Eb

2. Prediksi nilai E (E

).

(8)

D. HASIL PENILAIAN Ebaseline (Eb)

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan informasi terkait kondisi eksisting lokasi penilaian, maka dapat diperoleh data dasar lokasi lokasi studi yang terdapat pada Tabel 7. Data dasar tersebut digunakan sebagai dasar untuk menghitung nilai E. Berdasarkan Persamaan (1) dapat diperoleh nilai Eb seperti yang terlihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Data Dasar Kondisi Lokasi Studi

Atribut Parameter Kondisi Eksisting Rating

Tutupan vegetasi Indeks Penutupan Lahan

(modifikasi dengan luas kawasan hijau)

50% 3

Kesesuaian lahan Indeks Kesesuaian Lahan 7 3

Kualitas Air Minum Warna, kekeruhan, TDS, pH, sulfat, Nitrat sebagai N. E-coli, total bakteri coliform

>baku mutu (untuk nitrat dan

e-coli)

1

Kualitas Air Limbah pH, TSS, BOD, minyak, dan lemak >baku mutu (TSS)

1 Kuantitas Air Baku Indeks Penggunaan Air (IPA) Sulit air tetapi ada

PDAM

2

Surface Run off Koefisien run off (Dilihat dari kepadatan

bangunan)

40% 2

Erodibilitas IE: Indeks Erosi berdasarkan kelas erosi USDA-Soil Conservation Service

Tidak ada data (bukan daerah rawan longsor karena relatif datar)

4

Jenis Tanah Regosol dan

Alluvial

3 Kualitas udara TSP – debu, PM10, SO2, NO2, Hidrokarbon

–HC

Tidak ada data

(tidak ada sumber pencemar berat)

5

Sarana prasarana Kualitas dan kuantitas (air minum dan sanitasi)

Tidak ada 1

Kepadatan bangunan Koefisien Dasar Bangunan 55% 2

Pola Permukiman Mengelompok 1

Partisipasi masyarakat % Kehadiran dlm kegiatan bersama Belum ada partisipasi

1 Kegiatan bersama terkait kelestarian

sungai

Tidak 1

Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan formal (mayoritas) SD dan SMP 2,5

Edukasi Pelaksanaan pelatihan (informal) Tidak 1

Mata pencaharian Mayoritas petani/berkebun >75% (petani lahan basah dan nelayan)

1 Potensi lokal yang

mendukung kelestarian hulu DAS

Ada (perikanan) 5

Kelembagaan formal Jumlah program Ada 5

Realisasi program Tidak 1

Kelembagaan informal Jumlah lembaga kemasyarakatan Tidak 1

Program mandiri masyarakat Tidak 1

(9)

Tabel 8. Hasil Perhitungan Nilai Eb

Atribut Rating Skor Skor

Maksimum

Tutupan vegetasi 3 4,80 8,00

Kesesuaian lahan 3 4,80 8,00

Kualitas Air Minum 1 1,00 5,00

Kualitas Air Limbah 1 0,40 2,00

Kuantitas Air Baku 2 1,40 3,50

Surface Run off 2 1,00 2,50

Erodibilitas 4 6,00 7,50 Jenis Tanah 3 1,50 2,50 Kualitas udara 5 6,50 6,50 Sarana prasarana 1 0,65 3,25 Kepadatan bangunan 1,5 1,00 3,25 Partisipasi masyarakat 1 3,20 16,00 Tingkat pendidikan 2,5 1,67 3,33 Edukasi 1 0,67 3,33 Mata pencaharian 1 0,67 3,33 Tingkat pendapatan 1 1,40 7,00 Potensi lokal 5 7,00 7,00 Kelembagaan formal 3 1,80 3,00 Kelembagaan informal 1 1,00 5,00 Nilai E total 46,46 100,00

Sebagaimana tersaji, nilai E baseline (Eb) adalah 46,46 dari skor maksimum 100. Berdasarkan

kategorisasi ke-eko-an wilayah (Tabel 6) dapat disimpulkan lokasi studi termasuk kawasan yang tidak eco-settlements. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan. Program pemerintah yang terkait dengan penataan di lokasi studi yaitu Banten Waterfront City.

Untuk mengetahui efektifitas dari penerapan program tersebut, maka diperlukan skenario peningkatan nilai E yaitu melalui perhitungan nilai Eprediksi (Ep) dan nilai Ereal (Er). Program

Banten Waterfront City akan dilaksanakan sampai dengan tahun 2025. Oleh karena itu, penentuan nilai Er tidak dapat dilakukan. Sebelum dilakukan penilaian Ep, diperlukan

penjelasan terlebih dahulu mengenai program Banten Waterfront City.

E. PROGRAM BANTEN WATERFRONT CITY

Program Banten Waterfront City akan dipaparkan berdasarkan kriteria yang terdapat dalam penilaian eco-degree. Hal tersebut diperlukan untuk memudahkan dalam penilaian Ep.

1. Program terkait kriteria biofisik

Tata Ruang / Konsepsi Banten Waterfront City merupakan sarana perbaikan lingkungan/ekosistem perairan pesisir yang ada dengan penanaman kembali pohon bakau di pesisir pantai, serta penghijauan lainnya di wilayah darat. Konservasi lingkungan pantai

(10)

dan penghijauan lingkungan berupa hutan bakau atau tanaman lainnya merupakan salah satu fungsi yang direncanakan dalam masterplan Banten Waterfront City agar tejadi keseimbangan antara manusia dan alam.

Selain itu, berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kota Serang tahun 2011 khususnya pada koridor yang sama dengan lokasi Banten Waterfront City direncanakan penataan ruang terbuka hijau, yang terbagi atas RTH pasif dan RTH aktif (Gambar 2). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa komposisi ruang terbuka hijau dalam hal ini diartikan sebagai tutupan vegetasi akan bertambah dibandingkan dengan kondisi eksisting.

Gambar 2. Rencana Penataan RTH di Koridor Karangantu (Sumber: RTBL Kota Serang, 2011)

Terkait dengan pengembangan permukiman, terdapat beberapa arahan pengembangan sebagai berikut:

• Permukiman yang sudah mantap/stabil, dilakukan pemeliharaan terhadap perumahan dan sarana penunjangnya. Sedangkan pada beberapa lokasi yang belum tersedia sarana penunjang yang layak akan dilakukan perbaikan dan penyediaan sarana penunjang. • KDB di lokasi permukiman maksimum 50%

(11)

• Permukiman yang berada di sempadan rel kereta api/sempadan sungai dibatasi oleh greenbelt/RTH.

• Penataan Banten waterfront City harus mampu menjaga baku mutu kualitas serta kebersihan air sungai agar konsepsi Waterfront City dapat mengakomodir unsur estetika, kesehatan lingkungan dan kenyamanan.

2. Program terkait kriteria sosial

Program yang terkait dengan kriteria sosial yaitu peningkatan kapasitas masyarakat ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal ini didasarkan pada tingkat pendidikan masyarakat setempat yang masih rendah (dominan SD – SLTP).

3. Program terkait kriteria ekonomi

Konsepsi Banten Waterfront City mengakomodir pengembangan ekonomi lokal nelayan, dan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang sebagian besar merupakan masyarakat berpenghasilan rendah. Selain pengembangan ekonomi lokal nelayan, juga dikembangkan sawah teknis yang sudah ada, guna meningkatkan pendapatan masyarakat serta menjaga keseimbangan ekosistem.

4. Program terkait kriteria kelembagaan

Dalam penerapan Banten waterfront city diharapkan dapat membentuk jejaring koordinasi antar pemangku kepentingan yang terkait, sehingga dalam perencanaan maupun pelaksanaan serta pengawasan penerapan program dapat direalisasikan dengan baik.

F. HASIL PENILAIAN Eprediksi (Ep)

Berdasarkan program yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat diperoleh perhitungan nilai Ep sebagaimana tersaji pada Tabel 9. Perhitungan tersebut sebagian besar

merupakan jastifikasi dikarenakan dokumen perencanaan tidak mencantumkan secara mendetail tolak ukur keberhasilan dari penerapan program yang telah disusun. Hal tersebut merupakan kesulitan dalam melakukan penilaian.

(12)

Tabel 9. Hasil Perhitungan Nilai E Prediksi (Ep)

Atribut Rating Skor

Baseline Prediksi Baseline Prediksi Skor

Tutupan vegetasi 3 3 4,80 4,80 0,00

Kesesuaian lahan 3 5 4,80 8,00 0,00

Kualitas Air Minum 1 5 1,00 5,00 4,00

Kualitas Air Limbah 1 5 0,40 2,00 1,60

Kuantitas Air Baku 2 2 1,40 1,40 0,00

Surface Run off 2 2 1,00 1,00 0,00

Erodibilitas 4 4 6,00 6,00 0,00 Jenis Tanah 3 3 1,50 1,50 0,00 Kualitas udara 5 5 6,50 6,50 0,00 Sarana prasarana 1 5 0,65 3,25 2,60 Kepadatan bangunan 1,5 2 1,00 1,30 0,30 Partisipasi masyarakat 1 5 3,20 16,00 12,80 Tingkat pendidikan 2,5 3 1,67 2,00 0,33 Edukasi 1 1 0,67 0,67 0,00 Mata pencaharian 1 1 0,67 0,67 0,00 Tingkat pendapatan 1 5 1,40 7,00 5,60 Potensi lokal 5 5 7,00 7,00 0,00 Kelembagaan formal 3 5 1,80 3,00 1,20 Kelembagaan informal 1 1 1,00 1,00 0,00 Nilai E total 46,46 78,09 31,63

Berdasarkan Tabel 9, diprediksi bahwa dengan adanya Banten Waterfront City, maka nilai E akan meningkat sebesar 31,63 menjadi 78,09. Nilai tersebut menyatakan bahwa lokasi penilaian menjadi kawasan eco-settlements. Nilai Ep masih memerlukan konfirmasi kepada

pihak pemerintah daerah dikarenakan tolak ukur program yang disusun tidak mendetail sehingga penentuan prediksi banyak menggunakan asumsi berdasarkan pemaparan program yang disampaikan secara deskriptif dalam dokumen perencanaan.

G. KESIMPULAN

• Lokasi penilaian yang dipilih merupakan kawasan tidak eco-settlements, dengan adanya penerapan Banten Waterfront city diprediksi akan meningkatkan nilai E kawasan sebesar 31,63 menjadi kawasan eco-settlements;

• Dalam melakukan penilaian dengan menggunakan instrumen kerangka penilaian eco-degree, dialami kesulitan dalam hal memperoleh data terkait masyarakat terutama partisipasi dan keberadaan kelembagaan informal. Akan tetapi berdasarkan survey instansional, instrumen tersebut masih memungkinkan untuk digunakan

• Dalam dokumen perencanaan belum mencantumkan tolak ukur yang jelas mengenai tingkat keberhasilan penerapan program, sehingga terjadi kesulitan dalam penentuan nilai Eprediksi.

Gambar

Gambar 1. Lingkup Lokasi Penilaian  (Sumber: Pemprov Banten, 2008)
Tabel 1. Parameter Penilaian Aspek Biofisik
Tabel 2. Parameter Penilaian Aspek Sosial
Tabel 3. Parameter Penilaian Aspek Ekonomi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Oral care during pregnancy: Dentists knowledge, attitude and behaviour in treating pregnant patients at dental clinics of Bengaluru, India.. Journal of Pierre

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bullying terhadap suicidal idetion atau ide bunuh diri pada remaja SMA/Sederajat yang sedang menjadi korban

Tabel menunjukan hasil koefisien jalur pengaruh pengaruh kepuasan kerja dan disiplin Kerja dan komitmen terhadap kinerja karyawan pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Menguji pengaruh moderasian keberadaan komisaris asing dalam dewan komisaris terhadap hubungan pengungkapan corporate governance dengan kinerja perusahaan perbankan

Kepada Guru MI Tarbiyatul Islamiyah Tenggur Rejotangan Tulungagung, diharapkan dapat mempelajari dan memahami agar mampu menerapkan metode pembelajaran Think Pair and

Gambar 2 menunjukkan perubahan konsentrasi MB ketika larutan berkontak dengan katalis baik ketika ada ataupun tanpa peroksida.. A) Perubahan konsentrasi MB dalam larutan selama

Ini disebabkan penggunaan konsentrator mampu meningkatkan intensitas radiasi yang masuk ke kolektor sehingga fluks kalor yang diserap absorber akan meningkat dan

Yang kedua yaitu adanya kewajiban bagi para pihak ( inperson ) untuk menghadiri secara langsung pertemuan mediasi dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum, kecuali