• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan informasi perusahaan dan reformasi corporate governance

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan informasi perusahaan dan reformasi corporate governance"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengungkapan informasi perusahaan dan reformasi corporate governance dapat dipandang sebagai kegiatan yang memiliki dua sisi kelebihan dan kekurangan (Hermalin dan Weisbach, 2012). Lebih lanjut mereka menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan maka semakin tinggi kemampuan pemegang saham dan dewan komisaris untuk mengawasi manajer yang menjalankan perusahaan. Penelitian lain menunjukkan bukti bahwa pengungkapan akan mengurangi asimetri informasi yang dapat berpotensi mengurangi biaya modal serta memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menerbitkan sekuritas (Diamond dan Verrecchia, 1991). Namun, hal tersebut hanya berlaku pada perusahaan yang menarik minat analyst following yang rendah (Botosan, 1997). Untuk perusahaan yang berusaha menarik minat analyst following yang tinggi tidak ditemukan adanya hubungan antara level pengungkapan dengan biaya modal.

Perusahaan melakukan pengungkapan secara sukarela untuk beberapa alasan. Alasan mendasar yang memotivasi perusahaan adalah untuk meyakinkan investor bahwa perusahaan dijalankan dengan baik serta meningkatkan citra positif perusahaan terhadap pemangku kepentingan (Graham et al., 2005). Posisi pengungkapan dipengaruhi dan kemungkinan mempengaruhi beberapa faktor internal organisasi seperti sejarah perusahaan, kinerja keuangan, kepribadian dan

(2)

2 preferensi presiden direktur, dan tingkatan kesepakatan dalam perusahaan (Gibbins et al, 1990).

Shleifer dan Vishny (1997) melakukan survei mengenai pelaksanaan corporate governance dengan melakukan analisis konten serta melakukan studi literatur atas bukti-bukti yang telah ada mengenai kepemilikan investor dan masalah keagenan dari beberapa negara di seluruh dunia. Hasil penelitian tersebut memberikan penjelasan yang lebih komprehensif terkait bagaimana sebaiknya perusahaan menerapkan mekanisme corporate governance ke dalam strategi bersaingnya serta memperlakukan pemegang saham perusahaan. La Porta et al. (2000a) menjelaskan bahwa mekanisme corporate governance dan masalah keagenan justru terjadi antara pemegang saham mayoritas dan minoritas di pasar yang sedang berkembang sehingga memungkinkan terjadinya pengambilalihan kekuasaan. Oleh karena itu, corporate governance juga dapat dijadikan sebagai salah satu mekanisme untuk melakukan proteksi terhadap pemegang saham minoritas.

Salah satu implikasi tata kelola yang lemah adalah kurangnya pengawasan dari pemegang saham atau yang mewakili terhadap manajemen yang menjalankan perusahaan sehingga risiko perusahaaan kemungkinan meningkat (Farber, 2005). Mekanisme corporate governance merupakan salah satu cara untuk mengatasai masalah keagenan dan pengendalian risiko perusahaan (Peni dan Vähämaa, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Peni dan Vähämaa (2012) menunjukkan bahwa perusahaan perbankan dengan corporate governance yang lebih kuat memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan perbankan yang

(3)

3 tata kelolanya rendah. Di samping itu, penelitian tersebut juga menyarankan bahwa pengungkapan corporate governance mampu memitigasi pengaruh buruk krisis finansial 2008 terhadap kredibilitas harga saham.

Penelitian mengenai hubungan antara corporate governance dengan kinerja perusahaan juga pernah dilakukan oleh Brown dan Caylor (2006). Pengungkapan corporate governance di Amerika diwajibkan oleh bursa efek yang diwujudkan ke dalam sembilan provisi tata kelola dengan 51 item. Penelitian menggunakan database ISS (Institutional Shareholder Services) diambil untuk menguji hubungan lima provisi corporate governance dengan nilai perusahaan. Hasilnya ditemukan bahwa provisi tersebut memiliki dampak positif terhadap kinerja perusahaan dan memiliki implikasi terhadap kebijakan publik mengenai akuntansi (Brown dan Caylor, 2006).

Tahun 2013, Asian Development Bank menerbitkan laporan ASEAN Corporate Governance Scorecard dari hasil penelitian selama tahun 2012-2013 di lima negara yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Dalam laporan disebutkan bahwa Indonesia memiliki nilai yang rendah dalam hal tata kelola perusahaan dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Meski demikian, hasil penelitian menyatakan bahwa kinerja dan penerapan corporate governance di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2012 (ADB, 2013). Salah satu area yang mendapatkan nilai paling rendah dan diharapkan menjadi perhatian adalah pengungkapan dan perincian hak para pemegang saham, seperti ketepatwaktuan pembayaran dividen. Perusahaan di Indonesia cenderung untuk mengkompensasikan corporate governance yang

(4)

4 lemah dengan cara memberikan dividen tunai yang lebih tinggi (Setiawan dan Phua, 2013).

The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) setiap tahun rutin melakukan riset mengenai pelaksanaan tata kelola perusahaan yang dipublikasikan ke dalam Corporate Governance Perception Index (CGPI). Aspek yang dinilai dalam penilaian CGPI meliputi; self assessment (15%), dokumentasi (20%), makalah (14%), dan observasi (51%). Skor yang diberikan terhadap perusahaan yang melakukan penilaian GCG ini dibedakan menjadi tiga kategori yaitu; sangat terpercaya (85-100), terpercaya (70-84,9), dan cukup terpercaya (55-69,99). Tahun 2012, delapan dari dua belas perusahaan yang mendapatkan skor CGPI tertinggi sekaligus mendapatkan penghargaan sebagai “The Most Trusted Company” merupakan perusahaan perbankan. Hal ini merupakan satu indikasi bahwa perusahaan perbankan mulai menyadari pentingnya menerapkan prinsip corporate governance, terlebih sektor ini merupakan sektor yang memiliki peran sangat penting dalam perekonomian Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Laporan Industri Perbankan Triwulan I tahun 2015, menyebutkan masih terjadi beberapa tindakan kecurangan yang dilakukan oleh personil perbankan. Database Track Record OJK menampilkan setidaknya 42 personil perbankan yang sebagian besar dilakukan oleh non Pejabat Eksekutif (non PE) sebanyak 37 orang dan sisanya 5 orang dilakukan oleh Pejabat Eksekutif (PE). Modus dari fraud yang dilakukan antara lain penyalahgunaan dana nasabah/debitur untuk kepentingan pribadi, pelanggaran prinsip kehati-hatian dan asas pemberian kredit yang sehat, penyalahgunaan wewenang,

(5)

5 pelanggaran ketentuan pemberian fasilitas kredit, pelanggaran sistem dan prosedur pemberian fasilitas stand by financing, serta pelanggaran prosedur pemberian kredit (OJK, 2015). Oleh karena itu, OJK sebagai lembaga yang sejak tahun 2013 menjadi pengawas industri jasa keuangan di Indonesia, selalu berupaya untuk melakukan pengawasan dan evaluasi demi tercapainya good corporate governance.

Hasil penelitian mengenai ketertaitan antara pengungkapan corporate governace dengan kinerja perusahaan masih mengalami inkonsistensi. Perusahaan perbankan dengan kinerja yang lebih tinggi memiliki sedikit kemungkinan untuk melakukan pengungkapan praktik corporate governance (Tang, 2010). Hal ini terjadi karena perusaahan tersebut berusaha untuk menghindari kelebihan informasi yang dapat digunakan oleh perusahaan kompetitor. Hasil berbeda ditunjukkan oleh Rose (2016) yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan berhubungan positif dengan level pengungkapan corporate governance dan tingkat kepatuhan perusahaan yang ada di Denmark. Secara khusus Rose (2016) menjelaskan bahwa kinerja perusahaan akan lebih meningkat saat perusahaan melakukan pengungkapan pada dua kategori yaitu komposisi dewan komisaris dan kebijakan remunerasi.

Masulis dan Mobbs (2011) menjelaskan salah satu elemen penting dalam mekanisme corporate governance dalam sebuah perusahaan yaitu keberadaan dewan komisaris termasuk keberadaan pengawasan oleh komisaris Warga Negara Asing (WNA). Keberadaan WNA dalam struktur dewan komisaris diharapkan mampu meningkatkan fungsi pengawasan kegiatan manajemen yang memiliki

(6)

6 implikasi terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Namun, hasil penelitian mengenai keberadaan dewan komisaris asing dan kinerja perusahaan masih mengalami inkonsistensi dan pertentangan argumen. Keberadaan komisaris asing dalam dewan komisaris tidak terkait dengan kinerja perusahaan, di sisi lain keahlian finansial komisaris asing memiliki dampak paling signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan (Adams dan Jiang, 2016). Penelitian lain menunjukkan bahwa komisaris asing dalam dewan melakukan tindakan akuisisi lintas–batas lebih baik ketika mereka mengejar target perusahaan dari negara asalnya (Masulis et al., 2012). Namun demikian, proporsi WNA tidak memiliki hubungan dengan kinerja perusahaan karena beberapa hal seperti keterbatasan mengikuti rapat komisaris serta pengawasan yang kurang maksimal.

Sejak resmi diberlakukan per tanggal 31 Desember 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga menjadi pendorong dunia bisnis dalam menghilangkan batasan antar negara. Industri perbankan merupakan salah satu industri yang tidak luput dari dampak ini. Bahkan, sebelum MEA resmi berlaku beberapa perusahaan perbankan di Indonesia mulai bergabung dengan perusahaan finansial asal luar negeri. Pada akhir 2015, Bank International Indonesia yang pada tahun 2008 diakusisi oleh Maybank melalui anak perusahaan Maybank Offshore Corporate Services, resmi mengganti namanya menjadi Maybank Indonesia. Perubahan struktur beberapa perbankan swasta yang diakusisi oleh asing, tentunya memberikan perubahan baru terhadap sistem tata kelola perusahaan khususnya pada fungsi pengawasan dimana WNA ikut menjabat sebagai anggota dewan komisaris di Indonesia.

(7)

7 Penelitian-penelitian mengenai mekanisme dan pengungkapan corporate governance yang telah disebutkan hanya berfokus pada kinerja perusahaan (Tang, 2010; Peni dan Vähämaa, 2012; Rose, 2016). Begitu juga dengan penelitian mengenai keberadaan WNA dalam struktur dewan komisaris yang mengaitkan hubungannya dengan kinerja keuangan perusaaan (Masulis et al, 2012; Adams dan Jiang, 2016). Belum ada penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh moderasi pengawasan asing terhadap hubungan pengungkapan corporate governance dengan kinerja perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang di atas, beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara pengungkapan corporate governance dengan kinerja perusahaan perbankan yang ada di Indonesia?

2. Apakah keberadaan komisaris asing dalam dewan komisaris dapat memperkuat hubungan antara pengungkapan corporate governance dengan kinerja perusahaan perbankan yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pengungkapan corporate governance dan kinerja perusahaan perbankan di Indonesia. Perusahaan perbankan merupakan salah satu sub-sektor perusahaan yang berperan penting dalam perekonomian. Masih sedikit penelitian yang menguji hubungan tersebut.

(8)

8 Adanya fenomena mengenai pengungkapan corporate governance di perusahaan perbankan mendorong peneliti untuk melakukan analisis lebih lanjut mengenai hubungannya. Secara spesifik tujuan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Menguji hubungan antara pengungkapan corporate governance dengan kinerja perusahaan perbankan yang ada di Indonesia.

2. Menguji pengaruh moderasian keberadaan komisaris asing dalam dewan komisaris terhadap hubungan pengungkapan corporate governance dengan kinerja perusahaan perbankan yang ada di Indonesia.

1.4 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini secara umum dimotivasi oleh beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan antara corporate governance dan kinerja perusahaan (Bhagat dan Bolton, 2008; Brown dan Caylor, 2009; Peni dan Vähämaa, 2012; Rose, 2016). Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik sangat dianjurkan agar perusahaan mampu meminimalisir risiko yang kemungkinan terjadi terutama pada saat masa krisis global (Peni dan Vähämaa, 2012). Penerapan tata kelola kemudian diwujudkan dalam bentuk pengungkapan corporate governance yang berfungsi untuk menambah tingkat keyakinan para pemangku kepentingan bahwa perusahaan telah dijalankan secara optimal (Rose, 2016).

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi praktis kepada standard setter dalam hal ini adalah OJK sebagai upaya peningkatan tata kelola industri perbankan menjadi lebih baik. Sesuai dengan penelitian La Porta et al. (2000a) yang menyebutkan bahwa penerapan corporate governance dilakukan sebagai

(9)

9 upaya memperbaiki tingkat perlindungan investor yang masih rendah. Dengan memberikan perlindungan investor secara baik, diharapkan kinerja perusahaan dapat ditingkatkan. Keberadaan WNA dalam struktur dewan komisaris juga diharapkan mampu memperkuat pengungkapan corporate governance.

Penelitian ini juga berusaha menjelaskan konsep xenosentrisme yaitu preferensi individu yang memandang produk asing lebih baik daripada produk domestik. Pertanyaan apakah komisaris asing yang dianggap lebih baik mampu memperkuat pengungkapan corporate governance perusahaan masih mendapatkan sedikit perhatian peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini berkontribusi untuk melengkapi teori dan memberikan bukti tambahan mengenai fenomena komisaris asing yang terjadi di Indonesia, khususnya di sektor industri perbankan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan bahwa: tidak terdapat interaksi antara pembelajaran menggunakan LKS dengan sikap ilmiah siswa

Hubungan antara konsentrasi asam sitrat dan lama penyimpanan terhadap total mikroba puree jambu biji merah. Hubungan antara perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama

program pondok pesantren sebagai bentuk pengembangan kurikulum, yang antara. lain : pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia,

Berdasarkan hasil pemantauan yang dilaksanakan diidentifikasi berbagai kelemahan yang ada baik dalam implementasi SPIP, pencapaian tujuan organisasi, pengelolaan

Sabuk adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari proses penggerak ke poros yang digerakkan, dimana jarak kedua poros tersebut berada

Hasil tes akhir peserta didik siklus I Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada peserta didik pada akhir siklus I, maka diperoleh hasil analisis deskriptif

Perkuliahan ini memberikan dasar-dasar pengetahuan yang memadai mengenai kajian makna (semantik), yang mencakup hakikat dan sejarah semantik, ilmu antardisiplin

Consensus building stakeholders untuk menyepakati program kolaborasi untuk penguatan budaya mutu. Program peer-mentoring dengan melibatkan community of practices