• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Faktor Budaya Dan Psikologis Terhadap Keputusan Berkunjung Pada Sun Plaza Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Faktor Budaya Dan Psikologis Terhadap Keputusan Berkunjung Pada Sun Plaza Medan."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA - 1 MEDAN

ANALISIS PENGARUH FAKTOR BUDAYA DAN

PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN

BERKUNJUNG PADA

SUN PLAZA

MEDAN

SKRIPSI OLEH :

MAYA ASRI L. SIREGAR 070502130

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRAK

Maya Asri L. Siregar (2011) “Analisis Pengaruh Faktor Budaya Dan Psikologis Terhadap Keputusan Berkunjung Pada Sun Plaza Medan”, di bawah bimbingan Dr. Yeni Absah, SE, Msi. Dr. Endang Sulistya Rini, SE, Msi. (Ketua Departemen Manajemen), Dra. Friska Sipayung. Msi. (Penguji I), dan Dra. Setri Hiyanti Siregar, Msi. (Penguji II).

Proses pengambilan keputusan seseorang dalam berkunjung ke suatu tempat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor budaya dan psikologis. Salah satu dari faktor-faktor tersebut dapat memberikan pengaruh yang lebih besar. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya dan psikologis terhadap keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, uji asumsi klasik dengan uji normalitas dengan pendekatan grafik dan Kolmogorov-Smirnov, uji heteroskedastisitas dengan pendekatan grafik dan statistik, uji multikolinearitas, metode analisis regresi berganda dengan uji f, uji t, dan koefisien determinasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor budaya dan psikologis secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan. Hasil ini dapat dilihat pada analisis regresi berganda serta pada koefisien determinasi, nilai R sebesar 0,496 berarti hubungan antara budaya dan psikologis terhadap keputusan berkunjung sebesar 49,6 %, artinya hubungan antar variabel cukup erat. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,231 berarti 23,1 % faktor-faktor keputusan berkunjung dapat dijelaskan oleh faktor budaya dan psikologis. Sedangkan sisanya 76,9 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti faktor-faktor pribadi dan sosial.

(3)

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat hidayah dan inayah-Nya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang peneliti beri judul Analisis Pengaruh Faktor Budaya dan Psikologis Terhadap Keputusan Berkunjung Pada Sun Plaza Medan, tidak lupa pula salawat beriring salam atas junjungan dan suritauladan sekalian alam Nabi Besar Muhammad SAW semoga kita mendapatkan safa’at-nya di yaumil akhir Nanti.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan dalam penyajiannya karena kemampuan yang masih terbatas. Untuk itu peneliti dengan rendah hati akan menerima saran-saran dan petunjuk yang bersifat membangun yang ditujukan untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dan bagi yang memerlukan dikemudian hari untuk melakukan penelitian yang sama dan bagi para pembaca pada umumnya.

(4)

dengan hati yang tulus peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, Msi. selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, Msi selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, Msi. selaku Dosen Pembimbing yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung. Msi. selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Setri Hiyanti Siregar, Msi. selaku dosen penguji II saya yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh staf dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu, mendidik, membimbing peneliti selama masa perkuliahan.

(5)

9. Khusus kepada orang tua penulis yang telah memberikan banyak nasehat bimbingan baik moral maupun materil serta doa-doanya kepada penulis – Sofyan Siregar, SE dan Deliahani Nasuion, SE. Terima kasih atas dukungannya selama ini.

10.Adik-adik penulis yang telah memberikan banyak dukungannya – Mhd. Nanda Fadli Srg dan Adinda Ayu Puspita Sari Srg.

11.Terima kasih untuk ‘bebeb’ atas support dan kebersamaannya selalu. 12.Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk seluruh teman-teman jurusan

manajemen stambuk 2007 terutama – Grace, Putri, Ida, Evi, Agung, Gordon dan sahabat-sahabat yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Akhirnya semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang berlipat atas amal bantuan yang penulis terima dari semua pihak. Penulis berharap kiranya apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya bagi para Mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen. Amin.

Terima Kasih

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Medan, Februari 2011 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

C. Kerangka Konseptual... 12

D. Hipotesis... ... 13

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

1. Tujuan Penelitian... 14

2. Manfaat Penelitian ... 15

F. Metode Penelitian ... 15

1. Batasan Operasional... 15

2. Definisi Operasional Variabel ... 15

3. Skala Pengukuran Variabel... 17

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

5. Populasi dan Sampel ... 18

6. Jenis dan Sumber Data ... 20

7. Teknik Pengumpulan Data... 21

8. Uji Instrumen Penelitian... 21

9. Metode Analisis Data... 22

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 27

B. Perilaku Konsumen... 28

1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 28

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ...29

C. Proses Pengambilan Keputusan ... 39

D. Keputusan Berkunjung ... 42

E. Pusat Perbelanjaan ... 45

1. Pengertian Pusat Perbelanjaan ... 45

2. Perkembangan Pusat Perbelanjaan ... 46

(7)

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 51

B. Struktur Organisasi ... 52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 58

1. Analisis Deskriptif Responden ... 58

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………. 58

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 59

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 60

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Rata-rata Jumlah Kunjungan Per Bulan ... 61

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Teman Berkunjung ... 62

2. Analisis Deskriptif Variabel ………... 63

a. Budaya ………. 63

b. Psikologis ……… 66

c. Keputusan Berkunjung ………... 68

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 69

2. Uji Heteroskedastisitas ………... 74

a. Pendekatan Grafik ………....……… 74

b. Pendekatan Statistik ………....………. 75

3. Uji Multikolinearitas ………... 76

D. Analisis Regresi Linear Berganda ………... 77

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Pusat Perbelanjaan di Medan Tahun 2005-2010 ... 2

Tabel 1.2 Operasionalisasi Variabel ... 17

Tabel 1.3 Instrumen Skala Likert ... 18

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 58

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan... 60

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Rata-Rata Kunjungan Per Bulan ... 61

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Teman Berkunjung ... 62

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Budaya ... 63

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Faktor Psikologis 66 Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Berkunjung ... 68

Tabel 4.9 Uji Validitas 1 ... 70

Tabel 4.10 Uji Validitas 2 ... 71

Tabel 4.11 Uji Reliabilitas ... 72

Tabel 4.12 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 74

Tabel 4.13 Uji Glejser ... 75

Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas ... 76

Tabel 4.15 Pengujian Goodness of Fit ... 77

Tabel 4.16 Uji Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) ... 78

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 14

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen ... 29

Gambar 2.2 Hierarki Kebutuhan Maslow ... 37

Gambar 2.3 Proses Pengambilan Keputusan ... 40

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Manunggal Wiratama ... 54

Gambar 4.1 Pengujian Normalitas P-P Plot ...73

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 88

Lampiran 2 Tabulasi Validitas dan Reliabilitas ... 91

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 92

Lampiran 4 Tabulasi Regresi ... 96

Lampiran 5 Uji Deskriptif ... 99

Lampiran 6 Uji Asumsi Klasik... 105

(11)

ABSTRAK

Maya Asri L. Siregar (2011) “Analisis Pengaruh Faktor Budaya Dan Psikologis Terhadap Keputusan Berkunjung Pada Sun Plaza Medan”, di bawah bimbingan Dr. Yeni Absah, SE, Msi. Dr. Endang Sulistya Rini, SE, Msi. (Ketua Departemen Manajemen), Dra. Friska Sipayung. Msi. (Penguji I), dan Dra. Setri Hiyanti Siregar, Msi. (Penguji II).

Proses pengambilan keputusan seseorang dalam berkunjung ke suatu tempat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor budaya dan psikologis. Salah satu dari faktor-faktor tersebut dapat memberikan pengaruh yang lebih besar. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya dan psikologis terhadap keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, uji asumsi klasik dengan uji normalitas dengan pendekatan grafik dan Kolmogorov-Smirnov, uji heteroskedastisitas dengan pendekatan grafik dan statistik, uji multikolinearitas, metode analisis regresi berganda dengan uji f, uji t, dan koefisien determinasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor budaya dan psikologis secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan. Hasil ini dapat dilihat pada analisis regresi berganda serta pada koefisien determinasi, nilai R sebesar 0,496 berarti hubungan antara budaya dan psikologis terhadap keputusan berkunjung sebesar 49,6 %, artinya hubungan antar variabel cukup erat. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,231 berarti 23,1 % faktor-faktor keputusan berkunjung dapat dijelaskan oleh faktor budaya dan psikologis. Sedangkan sisanya 76,9 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti faktor-faktor pribadi dan sosial.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat perdagangan (tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi) di bidang barang maupun jasa yang sifat kegiatannya untuk melayani umum dan lingkungan sekitarnya atau dapat juga diartikan sebagai tempat perdagangan eceran atau retail yang lokasinya digabung dalam satu bangunan atau komplek (www.petra.ac.id, 20 Oktober 2010). Pusat perbelanjaan tidak hanya sebagai tempat untuk membeli produk atau jasa tetapi dapat juga sebagai tempat untuk melihat-lihat, tempat bersenang-senang, tempat rekreasi, tempat yang dapat menimbulkan rangsangan yang mendorong orang untuk membeli, tempat bersantai dan bersosialisasi.

Kegiatan berbelanja merupakan aktivitas manusia sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan hampir setiap manusia dalam masyarakat melakukannya. Di pasar tradisional kegiatan yang dilakukan hanya sekedar transaksi jual beli barang saja, namun tidak memperhatikan keamanan dan kenyamanan pengunjung sehingga kegiatan berbelanja di pasar-pasar tradisional membuat konsumen merasa jenuh dan bosan.

(13)

bukan hanya sebatas tempat untuk melakukan pembelian produk saja, akan tetapi telah berubah fungsi menjadi tempat rekreasi yang menarik, menyenangkan, aman, nyaman, dan dapat dipercaya (Neo & Wing, 2005:143).

Pusat perbelanjaan di Medan telah mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan berkembangnya Kota Medan menjadi kota metropolis. Tabel 1.1 menunjukkan beberapa pusat perbelanjaan yang berdiri di Medan tahun 2004-2010:

Tabel 1.1

Beberapa Pusat Perbelanjaan yang Berdiri di Medan Tahun 2004-2010

No. Nama Alamat Kecamatan Tahun

Berdiri

1 Sun Plaza Jl. K.H. Zainul Arifin Medan Kota 2004 2 Palladium Plaza Jl. Kapt. Maulana Lubis Medan Barat 2005 3 Medan Fair Plaza Jl. Gatot Subroto Medan Petisah 2005

4 Yang Lim Plaza Jl. Emas Medan Area 2007

5 Cambridge City Square Jl. S. Parman Medan Kota 2009 6 Carrefour Padang Bulan Jl. Jamin Ginting Medan Selayang 2010 Sumber: www.wikipedia.org, diakses tanggal 20 Oktober 2010 (oleh peneliti)

(14)

bagi pejalan kaki yang terletak di antara bangunan linier yang berhadapan dan menjadi daerah bagi pejalan kaki untuk hilir mudik saat berbelanja.

Seseorang yang datang berkunjung ke suatu tempat tentu punya alasan tertentu, tak terkecuali dengan orang-orang yang berkunjung pada pusat perbelanjaan. Adapun alasan seseorang melakukan kunjungan tersebut, tentu erat kaitannya dengan nilai manfaat dari kunjungan tersebut yang akhirnya akan menentukan kepuasan seseorang itu dengan hasil kunjungannya. Menurut Tjiptono (2005:45), setiap orang yang mendatangi sebuah pusat perbelanjaan tidak selalu bertujuan membeli barang atau jasa. Kadangkala, ia hanya sekadar ingin melihat-lihat atau melakukan window shopping dengan dilandasi salah satu atau beberapa dari motivasi-motivasi berikut:

1. Berekreasi dan mengisi waktu senggang.

2. Bersosialisasi dengan orang lain, baik dengan kenalan maupun orang yang belum dikenal (misalnya wiraniaga dan konsumen lain).

3. Mendapatkan status sosial tertentu.

4. Melakukan self-gratification, yaitu menghibur diri sendiri atau memperlakukan diri sendiri secara khusus.

5. Mencari informasi mengenai hal-hal baru dan trend-trend baru di pasar, khususnya bagi para pecinta buku, musik, film, perangkat lunak, peralatan elektronik, fashion, dan otomotif.

(15)

macam produk/jasa, harga murah, dan jam operasi lebih lama. Aspek hiburan mulai banyak diimplementasikan sebagai alat bersaing utama. Sehubungan dengan pentingnya aspek hiburan berbagai upaya telah dilakukan untuk memahami motif-motif hedonis yang mendorong konsumen untuk berbelanja. Secara sederhana, konsumsi hedonis didefinisikan sebagai komponen perilaku yang berkaitan dengan aspek-aspek multisensori, fantasi, dan emosi dalam proses konsumsi. Dalam tipe konsumsi seperti ini, konsumen lebih mengutamakan pengalaman menyenangkan, fantasi, hiburan, dan sensory stimulation yang didapatkan dari menggunakan produk atau jasa yang dibeli. Studi eksploratoris kualitatif dan kuantitaif yang dilakukan Arnold dan Reynolds (2003:77-95) mengidentifikasi enam factor motivasi berbelanja hedonis berikut:

1. Adventure shopping, yaitu berbelanja untuk stimulasi, petualangan, dan merasa “berada di dunia lain”.

2. Social shopping, yaitu berbelanja untuk menikmati kebersamaan dengan teman dan keluarga, bersosialisasi selagi berbelanja dan berinteraksi dengan orang lain.

3. Gratification shopping, yaitu berbelanja untuk menghilangkan stress, mood negatif dan berbelanja sebagai perilaku khusus bagi diri sendiri.

4. Idea shopping, yaitu berbelanja dalam rangka mengikuti tren dan

(16)

5. Role shopping, yaitu kesenangan yang didapatkan lewat berbelanja untuk orang lain, termasuk di dalamnya perasaan senamg ketika menemukan hadiah terbaik untuk orang lain.

6. Value shopping, yaitu berbelanja untuk mendapatkan diskon dan harga khusus.

Pengertian perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-ide (Mowen, 2002:6). Perusahaan mengalami kesulitan dalam memonitor dan menganalisis perilaku konsumen secara tepat, mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dan adanya perbedaan perilaku untuk masing-masing konsumen (www.e-iman.uni.cc, 22 Juli 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis (Kotler dan Armstrong, 2004:200). Sebagian faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen tersebut mempengaruhi keputusan berkunjung konsumen. Berdasarkan uraian tersebut ada 2 variabel yang dianggap paling mempengaruhi keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan yaitu faktor budaya dan psikologis.

(17)

memahami peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Setiap konsumen dikendalikan oleh berbagai sistem nilai dan norma budaya yang berlaku pada suatu daerah.

Secara sederhana budaya dapat diartikan sebagai hasil hasil kreativitas manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Mangkunegara, 2005:39). Budaya juga menjadi acuan, tata cara, pola hidup, serta pranata sosial masyarakat. Pemasar selalu berusaha mengenali pergeseran budaya untuk menemukan produk baru yang diinginkan, misalnya pergeseran budaya ke semakin meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan kebugaran telah membuka peluang besar bagi industri perlengkapan dan pakaian olahraga, makanan alami dan rendah lemak, serta jasa kesehatan dan kebugaran.

(18)

demi sebuah budaya baru, yang dianggap lebih praktis, hemat waktu (instant), dan memberikan banyak pilihan serta kebebasan (www.mantonia.multiply.com, 30 Juli 2010).

Bangunan mal yang berlantai banyak, lengkap dengan pendingin ruangan di dalamnya, tanpa disadari telah membawa sebuah realisme baru sebagai tempat berkumpulnya dan beraktivitasnya warga kota sepanjang hari. Mal telah menciptakan kebanggaan dan gengsi tersendiri bagi pengunjungnya, terutama bagi anak muda. Mereka akan dianggap kampungan jika tidak pernah atau jarang ke mal untuk mengikuti perkembangan yang terjadi di mal. Mal telah menjadi budaya warga kota, khususnya anak muda untuk menghindari stereotip kampungan. Teori ilmu budaya menyatakan bahwa kelahiran budaya baru akan dengan sendirinya menghilangkan budaya lama, maka mal pun telah menjadi budaya yang secara tak langsung telah menghilangkan budaya-budaya yang telah ada sebelumnya. Misalnya, ritual belanja di pasar tradisional, ritual dalam pertemuan ruang rapat kantor, ritual berolahraga di lapangan olah raga, dan ritual lainnya.

(19)

Perkembangan lebih lanjut adalah kecenderungan menjadikan pusat-pusat perbelanjaan sebagai pusat hiburan. Biasanya konsep hiburan ini adalah one stop entertainment (hiburan terpadu), yaitu tempat dimana warga kota bisa mendapatkan berbagai macam hiburan tanpa harus berpindah tempat ke mal lainnya. Untuk melengkapi fungsi ini biasanya pusat hiburan tersebut dipenuhi oleh berbagai restoran baik internasional, nasional, maupun lokal, kafe-kafe yang banyak digemari anak muda, wahana bermain anak, sarana olahraga, sampai toko buku. Dengan menyatukan semua hal tersebut di satu tempat yang sebelumnya terpisah dan memiliki tempatnya masing-masing, maka pusat perbelanjaan dapat dilihat sebagai salah satu bentuk budaya post-modern yang holistik dan cenderung membongkar sistem organisasi dan tantangan sehingga berbagai fungsi yang ada di pusat perbelanjaan tidak lagi diperlakukan secara terpisah-pisah, namun disandingkan satu dengan yang lainnya, meskipun persandingan ini tidak memiliki hubungan yang jelas. Misalnya, toko buku menjadi sebuah kafe sekaligus, atau salon dilengkapi dengan fungsi bar. Fungsi-fungsi tersebut sebelumnya berdiri sendiri-sendiri, namun dengan adanya konsep pusat hiburan ini maka semua fungsi berbaur menjadi satu.

(20)

menghipnotis warga sehingga lupa akan kondisinya yang masih belum sembuh dari krisis dan bahkan menjadi semakin sakit akibat munculnya masalah-masalah baru terkait dengan konsumerisme dan disintegrasi sosial.

Faktor psikologis adalah faktor paling mendasar dan merupakan proses kombinasi karakteristik seorang individu untuk menghasilkan proses keputusan berkunjung dan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dan keputusan pembelian akhir (Kotler dan Armstrong, 2004:215). Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian meliputi motivasi, persepsi, dan pembelajaran serta keyakinan dan sikap.

Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, ketidaknyamanan. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis;

(21)

Seseorang yang termotivasi itu siap untuk bertindak. Bagaimana tindakan orang itu terpengaruh oleh persepsinya mengenai situasi tersebut. Persepsi adalah proses menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti tentang dunia (Kotler dan Armstrong, 2004:218). Poin pentingnya adalah bahwa persepsi dapat sangat beragam antara individu satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama. Dalam pemasaran, persepsi itu lebih penting dari realitas, karena persepsi itulah yang akan memengaruhi perilaku aktual konsumen. Persepsi seseorang terhadap suatu pusat perbelanjaan misalnya toko yang beragam, produk yang ditawarkan banyak, tersedia tempat hiburan, movie theater, ukuran mal luas, dekorasi menarik, dan lain-lain. Persepsi tersebut akan mempengaruhi keputusan untuk berkunjung.

Ketika orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menunjukkan perubahan perilaku seseorang karena pengalaman (Kotler dan Armstrong, 2004:219). Ahli teori pembelajaran mengatakan bahwa sebagian besar perilaku manusia dipelajari. Pembelajaran terjadi melalui saling pengaruh antara dorongan, stimulan, cues, tanggapan dan penguatan. Perilaku manusia di masa depan merupakan hasil dari bagaimana pendapat konsumen mengenai suatu pusat perbelanjaan daripada apa yang mereka pikirkan tentang produk atau jasa yang mereka beli. Juga beberapa peneliti berpendapat bahwa banyak tujuan kegiatan konsumsi adalah untuk memperoleh pengalaman, bukan hanya untuk kepuasan konsumsi barang tersebut.

(22)

pemikiran deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai sesuatu. Orang memiliki sikap terhadap agama, politik, pakaian, musik, makanan, dan hampir semua hal. Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan kecenderungan yang konsisten atas suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek atau ide (Kotler dan Armstrong, 2004:220).

Seseorang yang datang berkunjung ke tempat lain tentu punya alasan tertentu, tak terkecuali dengan orang-orang yang berkunjung pada pusat perbelanjaan. Adapun alasan seseorang melakukan kunjungan tersebut, tentu erat kaitannya dengan nilai manfaat dari kunjungan tersebut yang akhirnya akan menentukan kepuasan seseorang itu dengan hasil kunjungannya. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Faktor Budaya dan Psikologis Terhadap Keputusan

Berkunjung Pada Sun Plaza Medan”.

B.Perumusan Masalah

Suatu masalah dapat timbul dikarenakan adanya hambatan, rintangan ataupun tantangan sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan ataupun kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

(23)

2. Apakah faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan?

C.Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dan kerangka berpikir merupakan gambaran tentang hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2008 : 49). Pengertian perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide (Mowen, 2002 : 6).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor budaya, sosial, pribadi, psikologis (Kotler dan Armstrong, 2005:200). Sebagian faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen tersebut mempengaruhi keputusan berkunjung konsumen. Di dalam penelitian ini ada 2 variabel yang dianggap peneliti paling mempengaruhi keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan yaitu faktor budaya dan psikologis.

(24)

Faktor psikologis adalah faktor paling mendasar dan merupakan proses kombinasi karakteristik seorang individu untuk menghasilkan proses keputusan berkunjung dan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dan keputusan pembelian akhir (Kotler dan Armstrong, 2004:215). Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian meliputi motivasi, persepsi, dan pembelajaran serta keyakinan dan sikap.

Seseorang yang datang berkunjung ke tempat lain tentu punya alasan tertentu, tak terkecuali dengan orang-orang yang berkunjung pada pusat perbelanjaan. Adapun alasan seseorang melakukan kunjungan tersebut, tentu erat kaitannya dengan nilai manfaat dari kunjungan tersebut yang akhirnya akan menentukan kepuasan seseorang itu dengan hasil kunjungannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa budaya dan psikologis mempengaruhi keputusan berkunjung yang dapat digambarkan pada sebuah kerangka konseptual pada Gambar 1.1.

D. Hipotesis

(25)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Kotler dan Armstrong, 2004:201 (diolah)

jawaban yang diberikan baru didasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada rumusan masalah, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Faktor budaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan.

2. Faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya terhadap keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan.

b. Mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor psikologis terhadap keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan.

Budaya (X1)

Psikologis (X2)

(26)

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti sendiri penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan dalam bidang yang diteliti dan memperdalam pengetahuan khususnya dalam riset pasar.

b. Bagi perusahaan dapat memberi masukan dan informasi bagi pihak manajemen Sun Plaza Medan untuk semakin meningkatkan kinerjanya agar dapat melayani pelanggan dengan lebih baik .

c. Bagi peneliti lainnya dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian lanjutan tentang objek yang sama di masa yang akan datang.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas (X) terdiri dari budaya (X1) dan psikologis (X2). b. Variabel Terikat (Y) adalah keputusan berkunjung pada Sun Plaza

Medan.

2. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:

(27)

1) Budaya (X1), merupakan serangkaian nilai, gaya hidup, pengakuan sosial dan perilaku dasar yang dipelajari oleh pengunjung dari keluarga dan lingkungan. Indikator dari variabel tersebut terdiri dari:

a. Nilai b. Gaya hidup c. Pengakuan sosial

2) Psikologis (X4) adalah faktor paling mendasar dan merupakan proses kombinasi karakteristik pengunjung untuk menghasilkan proses keputusan berkunjung dan pembelian. Indikatornya terdiri dari:

a. Motivasi b. Persepsi c. Pembelajaran

d. Keyakinan dan sikap

b. Variabel terikat (Y) : keputusan berkunjung. Keputusan berkunjung adalah keinginan konsumen untuk berkunjung ke Sun Plaza Medan. Indikatornya terdiri dari:

a. Mengambil keputusan untuk berkunjung b. Melakukan kunjungan berulang

(28)

Tabel 1.2 Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi

Operasional Variabel Indikator

Skala

4. Keyakinan dan sikap

Likert

Sumber : Kotler dan Armstrong, 2004:201 (diolah)

3. Skala Pengukuran Variabel

(29)

Tabel 1.3

Instrumen Skala Likert

No. Skala Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sugiyono (2008:132)

4. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sun Plaza Medan yang berlokasi di Jl. K.H. Zainul Arifin No.7 Medan. Waktu penelitian ini mulai dilakukan sejak Juni 2010– November 2010.

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi

(30)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. Rancangan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rancangan sampel nonprobabilitas dengan teknik

pengambilan sampel aksidental, dimana teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan

memiliki kriteria yang sesuai maka akan dijadikan sebagai sampel penelitian.

Menurut Supramono dan Haryanto (2003:63) alternatif formula yang digunakan untuk menentukan sampel pada populasi yang sulit untuk diketahui (unidentified)

adalah sebagai berikut:

(Z α)2 (p) (q) n =

d2

Keterangan:

n = jumlah sampel

Zα = Z tabel dengan tingkat signifikansi tertentu Bila α = 0,05 Z = 1,96

Bila α = 0,01 Z = 1,67

p = proporsi populasi yang diharapkan melalui karakteristik tertentu q = (1-p) proporsi populasi yang diharapkan tidak memiliki

karakteristik tertentu

d = tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi

(31)

penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan metode Purposive Sampling

yaitu sampel yang dipilih dengan kriteria tertentu (Sugiyono, 2008:392). Penetapan jumlah sampel dengan tingkat signifikan 5% dan tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi sebesar 5% adalah sebagai berikut:

(1,96)2 (0,93)(0,07)

n =

(0,05)2 = 100,03

Berdasarkan uraian diatas maka jumlah responden yang akan dijadikan

sampel dalam penelitian ini adalah 101 orang.

6. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data , yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan (questionnaire) kepada pengunjung Sun Plaza yang terpilih sebagai sampel penelitian.

b. Data Sekunder

(32)

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik antara lain:

a. Daftar pertanyaan (questionnaire)

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara peneliti menyediakan daftar pertanyaan yang akan diisi oleh responden yang menjadi sampel penelitian.

b. Studi Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui buku-buku, dokumen, internet dan literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

(33)

Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid

Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid b. Uji Reliabilitas

Menurut Situmorang, dkk (2010:72), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Reliabilitas diukur dari koefisen korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Penelitian ini akan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Menurut Ghozali (2008:58), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,80. Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

Jika r alpha positif atau > r tabel maka pertanyaan reliabel Jika r alpha negatif atau < r tabel maka pertanyaan tidak reliabel

9. Metode Analisis Data

(34)

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif yaitu metode dengan cara mengumpulkan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai pengumpulan data dan dapat diketahui gambaran umum objek yang diteliti.

b. Uji Asumsi Klasik

Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui suatu distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Pendekatan Grafik dan Pendekatan Kolmogorv Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% (0,05) maka jika nilai Asymp.Sig. (2 – tailed) di atas nilai signifikan 5% (0.05) artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, dkk, 2010: 91).

2) Uji Heteroskedastisitas

(35)

3) Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variante Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

a) VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas

b) Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikoliniearitas (Situmorang, dkk, 2010:129).

d. Metode Analisis Regresi Berganda

Peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows agar hasil yang diperoleh lebih terarah.

Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + ei

Keterangan:

Y = Keputusan berkunjung a = Konstanta

X1 = Faktor budaya X2 = Faktor psikologis

(36)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Uji secara simultan / serempak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (Xi) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Yi) secara bersama-sama.

Kriteria pengujian sebagai berikut:

Ho : bi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel bebas (Xi) yaitu budaya (X1) dan psikologis (X2) terhadap variabel terikat (Y), keputusan berkunjung.

Ho : bi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel bebas (Xi) yaitu budaya (X1) dan psikologis (X2) terhadap variabel terikat (Y), keputusan berkunjung.

Kriteria pengambilan keputusan: Ho diterima jika F hitung < F tabel H0 ditolak jika F hitung > F tabel

2) Uji secara parsial / Uji t

Test uji parsial menguji setiap variabel (X) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial (Sugiyono, 2008:12).

Kriteria pengujian sebagai berikut :

(37)

Ho : bi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y), keputusan berkunjung.

Dengan kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t hitung < t tabel

Ho ditolak jika t hitung > t tabel

3) Pengujian Goodness of Fit (R2)

Menunjukkan kuat lemahnya pengaruh atau besarnya kontribusi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), dapat dilihat dengan tingkat determinan yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono, 2008:186)

D = R2, dimana 0< R2<1

(38)

E. BAB II

F. URAIAN TEORITIS

A.Penelitian Terdahulu

Penelitian Siregar (2008) dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen berkunjung pada Rumah Makan Lubuk Arai di Jalan Dr. Mansur Medan”. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel dimensi produk (X1), dimensi harga (X2), dimensi lokasi (X3) dan dimensi promosi (X4) berpengaruh highly significant terhadap keputusan berkunjung pada Rumah Makan Lubuk Arai Jalan Dr. Mansur Medan.

Penelitian Siregar (2007) dengan judul ” Pengaruh Fasilitas dan Suasana Terhadap Keputusan Berkunjung pada Rahmat International Wildlife Museum dan

Gallery”. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel fasilitas dan suasana secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan berkunjung ke Rahmat International Wildlife Museum dan Gallery.

(39)

pengaruh yang paling dominan dibandingkan dengan faktor lain seperti faktor kebudayaan, sosial, dan pribadi.

B. Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Ukuran-ukuran besar kecilnya suatu perusahaan dan strategi untuk mendapatkan kedudukan perusahaan yang tepat di pasar akan menentukan laba yang dapat diraihnya. Sebuah faktor kunci adalah strategi penempatan kedudukan perusahaan yang tepat dipasar akan membantu perusahaan untuk menarik minat konsumen membeli produk yang ditawarkan.

Menurut Mowen (2002:6) perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. Definisi yang sederhana ini mengandung sejumlah konsep penting. Kata ”pertukaran” mengandung arti seorang konsumen tidak dapat mengelak dari proses pertukaran (exchange process), dimana segala sumber daya ditransfer di antara kedua belah pihak. Selain itu kata unit pembelian (buying units)

mengandung arti pembelian dilakukan oleh kelompok maupun individu.

(40)

mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Armstrong (2004:200) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah budaya, faktor sosial, pribadi, psikologis. Faktor-faktor tersebut harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh dapat mempengaruhi keputusan berkunjung konsumen.

Budaya Sosial

Gambar 2.1 : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Sumber : Kotler dan Armstrong (2004:201)

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Faktor budaya

(41)

1) Budaya

Faktor budaya merupakan serangkaian merupakan serangkaian nilai, gaya hidup, pengakuan sosial dan perilaku dasar yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan lingkungan. Budaya adalah penyebab dasar keinginan dan perilaku konsumen. Perilaku manusia sebagian besar merupakan hasil proses belajar. Sewaktu tumbuh dalam suatu masyarakat, seorang anak belajar mengenai nilai persepsi, keinginan, dan perilaku dasar dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kelompok atau masyarakat memiliki budaya dan pengaruh budaya pada perilaku konsumen beragam dari satu negara ke negara yang lain.

Pemasar selalu berusaha mengenali pergeseran budaya untuk menemukan produk baru yang diinginkan. Misalnya pergeseran budaya ke semakin meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan kebugaran telah membuka peluang besar bagi industri perlengkapan dan pakaian olahraga, makanan alami dan rendah lemak, serta jasa kesehatan dan kebugaran.

2) Sub budaya

(42)

mendesain produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Berikut ini empat contoh kelompok subbudaya yang penting:

a) Konsumen Hispanik. Pasar Hispanik Amerika – orang Amerika keturunan Kuba, Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Puerto Rico.

ii. Konsumen Amerika keturunan Afrika iii. Konsumen Amerika keturunan Asia iv. Pasar usia 50 tahun lebih

3) Kelas sosial

(43)

b. Faktor sosial

Kelas sosial merupakan pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain.

Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, yaitu: 1) Kelompok acuan

Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang ada di dalam kelompok tersebut. Beberapa merupakan kelompok primer yang mempunyai interaksi reguler tetapi informal seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan sekerja dan kelompok sekunder yang mempunyai interaksi lebih formal dan kurang reguler. Mencakup organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi profesional dan serikat pekerja.

2) Keluarga

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi anggota keluarga dalam pembelian berbagai produk dan jasa.

3) Peran dan status

(44)

status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Konsumen seringkali memilih produk yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat.

c. Faktor Pribadi

Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan.

Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu: 1) Umur dan tahap daur hidup

Konsumen mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi selalu berhubungan dengan usia konsumen. Keputusan pembelian juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang akan dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan suatu produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap.

2) Pekerjaan

(45)

3) Situasi ekonomi

Situasi ekonomi sekarang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat. Indikator ekonomi harus diperhatikan pemasar agar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang strategi pemasaran.

4) Gaya hidup

Pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi) dan opini yang lebih dari sekedar kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan pola bereaksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di dunia.

5) Kepribadian dan Konsep Diri

(46)

d. Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah faktor paling mendasar dan merupakan proses kombinasi karakteristik seorang individu untuk menghasilkan proses keputusan berkunjung dan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dan keputusan pembelian akhir.

Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian meliputi motivasi, persepsi, dan pembelajaran serta keyakinan dan sikap.

1) Motivasi

(47)

Abraham Maslow- telah memberikan arti yang berbeda untuk analisis konsumen dan pemasaran.

a) Teori motivasi Freud

Freud mengasumsikan bahwa seseorang sangat tidak sadar akan kekuatan psikologis yang membentuk perilaku mereka. Freud membenarkan bahwa orang tidak memahami sepenuhnya motivasinya.

b) Teori motivasi Maslow

Abraham Maslow berusaha menjelaskan mengapa seseorang terdorong oleh kebutuhan tertentu pada saat-saat tertentu. Mengapa orang tertentu menghabiskan banyak waktu dan energi untuk mendapatkan keamanan pribadi dan orang lainnya untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain? Jawaban Maslow adalah kebutuhan manusia tersusun dalam sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai yang kurang mendesak. Hierarki kebutuhan Maslow dapat dilihat pada Gambar 2.2 diurut dari segi kepentingannya, kebutuhan itu adalah kebutuhan fisiologi, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan diri, dan kebutuhan aktualisasi.

2) Persepsi

(48)
(49)

b) Distorsi selektif

Mendeskripsikan kecenderungan orang untuk menginterpretasikan informasi yang sesuai dengan cara yang mendukung apa yang telah mereka percaya.

c) Retensi Selektif

Konsumen cenderung lupa akan sebagian besar hal yang mereka pelajari dan cenderung akan mempertahankan atau mengingat informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka karena adanya ingatan selektif.

3) Pembelajaran

Saat seseorang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menunjukkan perubahan perilaku seseorang karena pengalaman. Ahli teori pembelajaran mengatakan bahwa sebagian besar perilaku manusia dipelajari. Pembelajaran terjadi melalui saling pengaruh antara dorongan, stimulan, cues, tanggapan dan penguatan. Signifikansi secara praktis teori pembelajaran bagi para pemasar adalah teori itu bisa membangun permintaan akan produk dengan mengaitkan permintaan tersebut dengan dorongan yang kuat, memakai cues yang memotivasi, dan memberikan penguatan yang positif.

4) Keyakinan dan Sikap

(50)

mengenai sesuatu. Para pemasar tertarik pada keyakinan yang orang formulasikan secara spesifik terhadap produk atau jasa, karena keyakinan itu membangun citra produk dan jasa yang mempengaruhi perilaku pembelian. Jika beberapa keyakinan itu salah dan mencegah pembelian, maka pemasar akan menerbitkan kampanye untuk memperbaikinya. Orang memiliki sikap terhadap agama, politik, pakaian, musik, makanan, dan hampir semua hal. Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan kecenderungan yang konsisten atas suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek atau ide. Sikap menempatkan seseorang ke dalam kerangka pikiran menyukai atau tidak menyukai sesuatu yang kemudian dapat mendekatkan atau menjauhkannya terhadap hal tersebut. Sikap itu sukar diubah. Sikap seseorang itu mempunyai pola, dan mengubah satu sikap akan membutuhkan penyesuaian yang sulit. Oleh karena itu, perusahaan berusaha menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah ada bukannya berusaha mengubah sikap tersebut.

C. Proses Pengambilan Keputusan

(51)

1.

Gambar 2.3 : Proses Pengambilan Keputusan

Sumber : Kotler dan Armstrong (2004:218)

1. Pengenalan kebutuhan

Proses membeli dimulai dengan pengenalan kebutuhan, dimana pembeli mengenali adanya masalah dan kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan sehingga tahu produk apa yang dibutuhkan.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang sudah tertarik akan suatu produk mungkin akan mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak konsumen dapat menyimpan kebutuhan itu dalam ingatan atau melakukan penarikan informasi yang berhubungan dengan keadaan tersebut.

3. Evaluasi Alternatif

(52)

keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian.

4. Keputusan Membeli

Evaluasi yang dilakukan konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan.

5. Tingkah Laku Pasca Pembelian.

(53)

D. Keputusan Berkunjung

Seseorang yang datang berkunjung ke tempat lain tentu punya alasan tertentu, tak terkecuali dengan orang-orang yang berkunjung pada pusat perbelanjaan. Adapun alasan seseorang melakukan kunjungan tersebut, tentu erat kaitannya dengan nilai manfaat dari kunjungan tersebut yang akhirnya akan menentukan kepuasan seseorang itu dengan hasil kunjungannya.

Menurut Yoeti (1996:178), ada tiga hal yang harus dikembangkan agar suatu tempat menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, yaitu:

1. Adanya something to see, maksudnya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat.

2. Adanya something to buy,maksudnya adalah adanya sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli.

3. Adanya something to do, maksudnya adanya sesuatu aktifitas yang dapat dilakukan di tempat itu

Menurut Tjiptono (2005:45), setiap orang yang mendatangi sebuah pusat perbelanjaan tidak selalu bertujuan membeli barang atau jasa. Kadangkala, ia hanya sekadar ingin melihat-lihat atau melakukan window shopping dengan dilandasi salah satu atau beberapa dari motivasi-motivasi berikut:

1. Berekreasi dan mengisi waktu senggang.

2. Bersosialisasi dengan orang lain, baik dengan kenalan maupun orang yang belum dikenal (misalnya wiraniaga dan konsumen lain).

(54)

4. Melakukan self-gratification, yaitu menghibur diri sendiri atau memperlakukan diri sendiri secara khusus.

5. Mencari informasi mengenai hal-hal baru dan trend-trend baru di pasar, khususnya bagi para pecinta buku, musik, film, perangkat lunak, peralatan elektronik, fashion, dan otomotif.

Kehadiran dan pertumbuhan pesat pusat perbelanjaan yang menawarkan kenyamanan, kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, dan layanan menyebabkan pihak manajemen pusat perbelanjaan tidak lagi mampu mempertahankan keunggulan bersaing dengan semata-mata mengandalakan ancangan konvensional dengan menawarkan beraneka macam produk/jasa atau harga murah. Aspek hiburan mulai banyak diimplementasikan sebagai alat bersaing utama.

Sehubungan dengan pentingnya aspek entertailing, berbagai upaya telah dilakukan untuk memahami motif-motif hedonis yang mendorong konsumen untuk berbelanja. Secara sederhana, konsumsi hedonis didefinisikan sebagai komponen perilaku yang berkaitan dengan aspek-aspek multisensori, fantasi, dan emosi dalam proses konsumsi. Dalam tipe konsumsi seperti ini, konsumen lebih mengutamakan pengalaman menyenangkan, fantasi, hiburan, dan sensory stimulation yang didapatkan dari menggunakan produk atau jasa yang dibeli. Studi eksploratoris kualitatif dan kuantitaif yang dilakukan Arnold dan Reynolds (2003:77-95) mengidentifikasi enam factor motivasi berbelanja hedonis berikut:

(55)

2. Social shopping, yaitu berbelanja untuk menikmati kebersamaan dengan teman dan keluarga, bersosialisasi selagi berbelanja dan berinteraksi dengan orang lain.

3. Gratification shopping, yaitu berbelanja untuk menghilangkan stres,

mood negatif dan berbelanja sebagai perilaku khusus bagi diri sendiri. 4. Idea shopping, yaitu berbelanja dalam rangka mengikuti tren dan

fashion baru atau untuk melihat produk dan inovasi baru.

5. Role shopping, yaitu kesenangan yang didapatkan lewat berbelanja untuk orang lain, termasuk di dalamnya perasaan senang ketika menemukan hadiah terbaik untuk orang lain.

6. Value shopping, yaitu berbelanja untuk mendapatkan diskon dan harga khusus.

Karyawan dalam memberikan pelayanan kepada konsumen perlu memahami faktor rasional dan emosional konsumen sebagai salah satu syarat agar seseorang melakukan kunjungan yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Dalam hal ini, ada beberapa aspek penting yang perlu dicermati sebagai berikut:

1. Suasana lingkungan yang bisa membuat konsumen nyaman dan senang. 2. Pelatihan, pengembangan dan pemberdayaan karyawan agar dapat

memahami dan menangani respon emosional pengunjung.

(56)

5. Menawarkan nilai sosial dan emosional tertentu.

6. Mendirikan kelompok konsumen eksklusif yang mengelola aktifitas khusus.

7. Menerapkan pengalaman untuk menciptakan kegembiraan pada konsumen.

E. Pusat Perbelanjaan

1. Pengertian Pusat Perbelanjaan

Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat perdagangan (tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi) dibidang barang maupun jasa yang sifat kegiatannya untuk melayani umum dan lingkungan sekitarnya atau dapat juga diartikan sebagai tempat perdagangan eceran atau retail yang lokasinya digabung dalam satu bangunan atau komplek (www.petra.ac.id, 20 Oktober 2010). Hal ini dapat dilihat pada definisi pusat perbelanjaan berikut ini.

(57)

membeli produk atau jasa tetapi dapat juga sebagai tempat untuk melihat-lihat, tempat bersenang-senang, tempat rekreasi, tempat yang dapat menimbulkan rangsangan yang mendorong orang untuk membeli, tempat bersantai dan bersosialisasi.

2. Perkembangan Pusat Perbelanjaan

Kegiatan berbelanja merupakan aktivitas manusia sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan hampir setiap manusia dalam masyarakat. Di pasar tradisional kegiatan yang dilakukan hanya sekedar transaksi jual beli barang saja, namun tidak memperhatikan keamanan dan kenyamanan pengunjung sehingga kegiatan berbelanja di pasar-pasar tradisional membuat konsumen merasa jenuh dan bosan.

Sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi, maka pusat perbelanjaan juga mengalami perkembangan. Dari sini pengertian berbelanja tidak hanya terbatas pada transaksi jual beli antara konsumen dan produsen namun ke arah rekreasi.

3. Jenis-Jenis Pusat Perbelanjaan

a. Berdasarkan fisik

Menurut jenis fisik bangunan, toko dibedakan menjadi:

1) Shopping Street : Toko-toko yang berderet di sepanjang kedua

sisi jalan.

(58)

3) Shopping Precinct : Kompleks pertokoan dimana bagian depan stand-stand toko menghadap ke ruang depan terbuka yang bebas dari kendaraan.

4) Department Store : Merupakan toko yang sangat besar, terdiri dari beberapa lantai, menjual berbagai macam barang.

5) Supermarket : Toko yang menjual barang-barang

kebutuhan sehari-hari dengan “self sevice”.

6) Superstore : Toko satu lantai yang menjual

barang-barang kebutuhan sandang dengan sistem

“self service”.

7) Shopping Mall : Shopping precinct di mana ruang

terbukanya (mal) merupakan pusat orientasi dari pusat pertokoan ini.

8) Retail Shop : Toko eceran yang menjual bermacam- macamjenis barang.

9) Whole Sale : Toko yang menjual berbagai macam

barangsecara grosir.

b. Berdasarkan variasi barang yang dijual

1) Specialty Shop : Toko yang menjual barang sejenis seperti: sepatu, pakaian, dan sebagainya.

2) Variety Shop : Toko yang menjual bermacam-macam

(59)

c. Berdasarkan lokasi dan kemampuan pelayanan

Pusat perbelanjaan dibedakan berdasarkan penyewa utama:

1) Neighbourhood Shopping Centre : Terdiri dari sebaris toko atau lebih yang paralel dengan jalan raya, juga dengan pusat pelayanan sehari-hari bagi penduduk suatu lingkungan yang berjumlah 300 sampai 30.000 penduduk. Pusat perbelanjaan ini penyewa utamanya supermarket.

2) Community Shopping Centre : Terdiri dari satu atau beberapa baris toko yang lebih besar dan neighbourhood, dengan jangkauan pelayanan meliputi 30.000 sampai 200.000 penduduk. Barang yang diperdagangkan pada umumnya kebutuhan sekunder. Pusat perbelanjaan ini penyewa utamanya junior department store

yang memberi harga obral serta specialty goods seperti sepatu, pakaian, dan sebagainya.

3) Regional Shopping Centre : Pusat perbelanjaan dengan penyewa utama satu atau lebih department store yang lengkap dengan 50 sampai 100 toko dan fasilitas lainnya dengan jangkauan pelayanan meliputi 200.000 sampai 1.000.000 penduduk.

d. Berdasarkan fungsi kegiatan

1) Murni : Pusat perbelanjaan yang tidak hanya sebagai tempat perbelanjaan tetapi juga suatu community centre.

(60)

rekreasi, tetapi juga mempunyai kegiatan perkantoran atau departemen.

e. Berdasarkan konfigurasi bangunan

Merupakan hal yang penting dari proses perencanaan site bagi penyewa maupun developer. Pertimbangan bagi developer adalah menentukan pola bangunan dan menempatkan penyewa utama. Penyewa-penyewa ini diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu lalu lintas perbelanjaan antara penyewa utama dengan penyewa lain. Pola bangunan dan konfigurasi ini jenisnya adalah:

1) Bentuk linier dan variasinya : Bentuk linier merupakan suatu deretan tok-toko yang membentuk garis lurus yang dipersatukan oleh kanopi dan pendestrian yang terdapat di sepanjang depan toko-toko. Bangunan tipe ini biasanya dimundurkan dari batas jalan dan sebagian besar parkir terletak antara jalan dan bangunan. Pengaturan dengan tipe ini paling sering diterapkan pada neigbourhood shopping centre dengan peletakan penyewa-penyewa utama pada ujungnya. Bentuk L dan U merupakan perkembangan dari bentuk linier. Bentuk L cocok untuk diterapkan pada neighbourhood shopping centre yang besar dan community shopping cenre yang kecil. Sedangkan bentuk U sesuai dengan community shopping centre yang besar.

(61)

daerah bagi pejalan kaki untuk hilir mudik saat berbelanja. Mall

telah menjadi standart regional shopping centre dan sedang diterapkan pula pada community shopping centre.

3) Cluster : Merupakan perkembangan dari konsep mall tetapi seringkali dengan banyak bangunan yang berdiri sendiri, dipisahkan oleh daerah bagi pejalan kaki yang pendek atau pada taman pada

(62)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Manunggal Wiratama adalah perusahaan yang didirikan pada tanggal

24 September 2001 adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang

property dengan core business pengoperasian pusat perbelanjaan SUN Plaza yang

terletak di jantung bisnis dan pemerintahan kota Medan. Dengan menempati area

seluas 3 hektar dengan total luas bangunan 160.000 M2, SUN Plaza memposisikan

diri sebagai pusat perbelanjaan No. 1 (satu) di kota Medan dengan fasilitas atau

produk pelayanan yang lengkap mulai dari penyewaan ruang usaha standar

sampai penyewaan usaha khusus kepada penyewanya serta dilengkapi fasilitas

parkir yang dapat menampung lebih dari 2000 mobil.

Pada akhir Pebruari 2004, PT. Manunggal Wiratama merampungkan

persiapan akhir peroperasian pusat perbelanjaan dan selanjutnya secara resmi

membuka SUN Plaza untuk umum. Keunggulan SUN Plaza adalah letaknya yang

di pusat kota antara Jalan H. Zainul Arifin dengan Jalan P. Diponegoro, sehingga

semua kelengkapan dapat dihadirkan sebagai bagian dari konsep design pusat

perbelanjaan eksekutif dan terbesar, untuk memberikan nilai tambah baik untuk

penyewa maupun pengunjung. Sebagai komitmen perusahaan untuk selalu

memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya, maka PT. Manunggal

Wiratama selalu berupaya melakukan perbaikan terus-menerus dengan

(63)

B.Struktur Organisasi

Struktur organisasi dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan kerangka

dan mekanisme produk dimana suatu organisasi dikelola. Struktur organisasi

menunjukkan suatu pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian

atau orang-orang didalam suatu organisasi yang didalamnya berisi penjelasan

mengenai aktifitas, tugas, dan tanggung jawab dari setiap tugas bagian dari

orang-orang tersebut.

Salah satu usaha organisasi agar dapat mencapai tujuannya secara tepat

guna adalah dengan membuat struktur kewenangan dan pertanggungjawaban atau

yang disebut struktur organisasi. Melalui struktur organisasi maka dapat diketahui

apa yang menjadi tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap pejabat yang

ada dalam organisasi serta dapat diperjelas dan dipertegas batas-batasnya.

Suatu struktur organisasi harus mampu menggunakan seluruh sumber daya

yang dimiliki oleh perusahaaan secara optimal. Struktur organisasi itu juga harus

mengatur tata hubungan yang harmonis antara unit-unit organisasi didalamnya.

Karena itu suatu struktur organisasi harus sesuai, jelas dan mudah dimengerti oleh

semua pihak yang terlibat dalam organisasi sehingga akan lebih mudah untuk

merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh

tentang struktur organisasi suatu perusahaan atau organisasi yaitu melalui bagan

organisasi dari perusahaan atau organisasi yang bersangkutan. Dimana bagan

(64)

lainnya. Unit-unit organisasi yang terpisah digambarkan dalam bentuk kotak yang

dikaitkan satu sama lain oleh garis-garis tebal yang menunjukkan garis komando

dan saluran komunikasi yang sesuai. Kemudian dari bagan tersebut dapat dilihat

siapa yang menjadi atasan dan bawahan, tentang pengawasannya, tingkatan

manajemen (hirarki kepemimpinan secara keseluruhan) dan pembagian dimana

setiap kotak memiliki tanggung jawab seseorang terhadap beban kerja organisasi.

Adapun struktur organisasi PT. Manunggal Wiratama dapat dilihat pada Gambar

3.1.

Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui bahwa organisasi yang digunakan

adalah organisasi garis dan staf, dimana pelimpahan wewenang berlangsung

secara vertikal dari pimpinan tertinggi sampai kepada unit di bawahnya sehingga

terdapat kesatuan perintah, dan dapat dilihat dari garis komando yang disusun

berdasarkan tingkatan jabatan mulai dari pimpinan tertinggi sampai pada

pimpinan terendah yaitu kepala seksi, sesuai dengan deskripsi jabatan.

Pada PT. Manunggal Wiratama pimpinan tertinggi dijabat oleh center

director yang bertanggung jawab penuh atas kegiatan operasional sehari-hari

dibantu oleh general manager, para manager dan supervisor. Staf dalam

kegiatannya sehari-hari bertugas memberikan nasehat dan saran kepada organisasi

secara keseluruhan dalam membantu center director dan general manager dalam

memastikan penetapan implementasi yang efektif dari kualitas manajemen dan

melaporkan mengenai pencapaian kinerja dan keefektifitasan kualitas manjemen,

memastikan validitas seluruh dokumen yang dipakai dan didistribusikan di dalam

(65)

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Manunggal Wiratama

(66)

prosedur pengendalian dokumen dan memastikan proses penanganan catatan

dilakukan sesuai dengan prosedur pengendalian catatan.

Pembagian kerja yang ada di perusahaan memerlukan adanya kordinasi

yang baik dengan maksud untuk mencegah terjadinya perpecahan dan

kesimpangsiuran yang dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan. Dengan

adanya koordinasi, maka seluruh karyawan dan seluruh aktifitas perusahaan dapat

diselaraskan dan diarahkan kepada pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan.

Koordinasi kerja yang dilakukan pada PT. Manunggal Wiratama adalah

koordinasi vertikal dan horizontal.

1. Koordinasi vertikal

Pelaksanaan koordinasi ini diartikan bahwa seorang atasan mengkoordinir

orang-orang yang berada di bawah wewenang atau tanggung jawabnya. Dari

standar organisasi perusahaan, dapat dilihat bahwa dari center director, general

manajer mengkoordinir secara langsung masing-masing kepala bagian yaitu

para manager atau kepala bagian. Dari tiap-tiap kepala bagian mengkoordinir

dan mengarahkan seluruh bawahannnya yang terdiri dari supervisor atau

kepala seksi, dan pegawai staf.

2. Koordinasi horizontal

Merupakan koordinasi yang dilakukan melalui kerja sama antara

bagian-bagian atau bidang yang mempunyai level manajemen yang sama.

Pelaksanaan koordinasi ini melibatkan seluruh kepala bagian, dimana setiap

(67)

ingin dicapai oleh bagiannya dengan tegas dan tujuan yang ingin dicapai oleh

bagian lainnya pada perusahaan.

Alat-alat atau sarana yang digunakan dalam pelaksanaan koordinasi dalam

upaya peningkatan hubungan kerja pada PT. Manunggal Wiratama adalah:

1. Mengadakan pertemuan formal, pertemuan biasanya dilakukan dalam

rapat-mingguan.

2. Membuat pedoman organisasi, buku pedoman tata kerja serta peraturan

lainnya seperti standard operation procedure dan instruksi kerja.

3. Mengadakan hubungan melalui alat komunikasi seperti telepon, HT

(Handy-Talky), e-mail dan intra-mail.

4. Surat sirkulasi dan form permintaan antar divisi/departemen.

Sistem informasi yang digunakan oleh PT. Manunggal Wiratama adalah

bentuk komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi lisan adalah bentuk komunikasi

yang paling lazim digunakan pada setiap perusahaan, karena dalam

penyampaiannya lebih cepat diterima dan dilaksanakan. Bentuk komunikasi ini

digunakan oleh setiap unit dalam perusahaan yang biasanya digunakan dalam

rapat-rapat, baik dalam bentuk pemberian informasi, petunjuk atau instruksi, tukar

pikiran. Selain dalam rapat, komunikasi lisan juga digunakan oleh para karyawan

dalam hubungan dengan rekan kerjanya. Sedangkan komunikasi tulisan lebih

cenderung menunjuk kepada formalitas yang biasanya berupa instruksi-instruksi,

kebijaksanaan-kebijaksanaan ataupun keputusan yang digariskan oleh pimpinan

(68)

keputusan ini biasanya diambil dalam rangka pemberian instruksi kepada

bawahan langsung maupun tidak langsung.

Pelaksanaan komunikasi vertikal telah dilaksanakan dengan baik, dimana

dengan adanya laporan-laporan periodik sebagai bukti pertanggungjawaban

bawahan-bawahan kepada atasan langsung mereka pada semua bagian.

Pelaksanaan yang cukup baik ini terlihat dengan adanya kegunaan dari laporan

yang dihasilkan dalam usaha pengambilan keputusan oleh atasan mereka,

pemberian nasehat atas laporan tersebut dan mengadakan penilaian terhadap

bawahan.

Pelaksanaan komunikasi horizontal yaitu komunikasi yang dilakukan

secara timbal balik antara bagian-bagian yang berada pada tingkatan manajemen

yang sama juga berjalan dengan baik. Adapun bentuk kerjasama ini dalam bentuk

tukar pikiran antara karyawan selevel misalnya manajer marketing dan

komunikasi dengan manajer finance dan accounting dalam menentukan besarnya

Gambar

Tabel 1.1           Beberapa Pusat Perbelanjaan yang Berdiri di Medan Tahun 2004-2010
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Kotler dan Armstrong, 2004:201 (diolah)
Tabel 1.3 Instrumen Skala Likert
Gambar 2.1    :  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Sumber           :   Kotler dan Armstrong (2004:201)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sama halnya dengan proses konsep desain, gambar atau produk yang dihasilkan pada tahap ini juga akan mengalami beberapa kali proses revisi dari klien dan pihak lainnya

1. Siapkan paku besar yang netral dan paku paku kecil/ serbuk besi. Dekatkan paku tersebut pada paku paku kecil/ serbuk besi tersebut. Pegang batang magnet dengan tangan kanan dan

benchmarking, Strategic benchmarking, organization benchmarking., Sedangkan level of benchmarking meliputi National Leader, Sector leader, Sectors standards, Best practice in

Gaji merupakan salah satu unsur yang penting yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, sebab gaji adalah alat untuk memenuhi berbagai kebutuhan pegawai, sehingga dengan

Menurut Kotler (2005 :203), “ faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku pembelian, faktor budaya meliputi: budaya, sub- budaya, dan kelas

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Ekonomi yang berminat untuk

Saat traveling dan memiliki bayi atau balita biasanya para orang tua tidak hanya membawa kebutuhannya saja, orang tua juga membawa kebutuhan bayinya. Bayi atau

Di dalam penelitian ini ada 2 variabel yang dianggap peneliti paling mempengaruhi keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan yaitu faktor budaya dan psikologis.. Faktor