• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

E. Pusat Perbelanjaan

3. Jenis-jenis Pusat Perbelanjaan

a. Berdasarkan fisik

Menurut jenis fisik bangunan, toko dibedakan menjadi:

1) Shopping Street : Toko-toko yang berderet di sepanjang kedua

sisi jalan.

2) Shopping Center : Kompleks pertokoan yang terdiri dari stand- stand toko yang dijual atau disewakan.

3) Shopping Precinct : Kompleks pertokoan dimana bagian depan stand-stand toko menghadap ke ruang depan terbuka yang bebas dari kendaraan.

4) Department Store : Merupakan toko yang sangat besar, terdiri dari beberapa lantai, menjual berbagai macam barang.

5) Supermarket : Toko yang menjual barang-barang

kebutuhan sehari-hari dengan “self sevice”.

6) Superstore : Toko satu lantai yang menjual

barang-barang kebutuhan sandang dengan sistem

“self service”.

7) Shopping Mall : Shopping precinct di mana ruang

terbukanya (mal) merupakan pusat orientasi dari pusat pertokoan ini.

8) Retail Shop : Toko eceran yang menjual bermacam- macamjenis barang.

9) Whole Sale : Toko yang menjual berbagai macam

barangsecara grosir.

b. Berdasarkan variasi barang yang dijual

1) Specialty Shop : Toko yang menjual barang sejenis seperti: sepatu, pakaian, dan sebagainya.

2) Variety Shop : Toko yang menjual bermacam-macam

c. Berdasarkan lokasi dan kemampuan pelayanan

Pusat perbelanjaan dibedakan berdasarkan penyewa utama:

1) Neighbourhood Shopping Centre : Terdiri dari sebaris toko atau lebih yang paralel dengan jalan raya, juga dengan pusat pelayanan sehari-hari bagi penduduk suatu lingkungan yang berjumlah 300 sampai 30.000 penduduk. Pusat perbelanjaan ini penyewa utamanya supermarket.

2) Community Shopping Centre : Terdiri dari satu atau beberapa baris toko yang lebih besar dan neighbourhood, dengan jangkauan pelayanan meliputi 30.000 sampai 200.000 penduduk. Barang yang diperdagangkan pada umumnya kebutuhan sekunder. Pusat perbelanjaan ini penyewa utamanya junior department store

yang memberi harga obral serta specialty goods seperti sepatu, pakaian, dan sebagainya.

3) Regional Shopping Centre : Pusat perbelanjaan dengan penyewa utama satu atau lebih department store yang lengkap dengan 50 sampai 100 toko dan fasilitas lainnya dengan jangkauan pelayanan meliputi 200.000 sampai 1.000.000 penduduk.

d. Berdasarkan fungsi kegiatan

1) Murni : Pusat perbelanjaan yang tidak hanya sebagai tempat perbelanjaan tetapi juga suatu community centre.

rekreasi, tetapi juga mempunyai kegiatan perkantoran atau departemen.

e. Berdasarkan konfigurasi bangunan

Merupakan hal yang penting dari proses perencanaan site bagi penyewa maupun developer. Pertimbangan bagi developer adalah menentukan pola bangunan dan menempatkan penyewa utama. Penyewa-penyewa ini diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu lalu lintas perbelanjaan antara penyewa utama dengan penyewa lain. Pola bangunan dan konfigurasi ini jenisnya adalah:

1) Bentuk linier dan variasinya : Bentuk linier merupakan suatu deretan tok-toko yang membentuk garis lurus yang dipersatukan oleh kanopi dan pendestrian yang terdapat di sepanjang depan toko-toko. Bangunan tipe ini biasanya dimundurkan dari batas jalan dan sebagian besar parkir terletak antara jalan dan bangunan. Pengaturan dengan tipe ini paling sering diterapkan pada neigbourhood shopping centre dengan peletakan penyewa-penyewa utama pada ujungnya. Bentuk L dan U merupakan perkembangan dari bentuk linier. Bentuk L cocok untuk diterapkan pada neighbourhood shopping centre yang besar dan community shopping cenre yang kecil. Sedangkan bentuk U sesuai dengan community shopping centre yang besar.

2) Mall : Merupakan daerah bagi pejalan kaki yang terletak di antara bangunan linier yang berhadapan, kemudian mall menjadi

daerah bagi pejalan kaki untuk hilir mudik saat berbelanja. Mall

telah menjadi standart regional shopping centre dan sedang diterapkan pula pada community shopping centre.

3) Cluster : Merupakan perkembangan dari konsep mall tetapi seringkali dengan banyak bangunan yang berdiri sendiri, dipisahkan oleh daerah bagi pejalan kaki yang pendek atau pada taman pada

regional shopping centre. Cluster bervariasi pada bentuknya dengan menggunakan bentuk-bentuk dari huruf X, Y, dan halter.

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Manunggal Wiratama adalah perusahaan yang didirikan pada tanggal 24 September 2001 adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang property dengan core business pengoperasian pusat perbelanjaan SUN Plaza yang terletak di jantung bisnis dan pemerintahan kota Medan. Dengan menempati area seluas 3 hektar dengan total luas bangunan 160.000 M2, SUN Plaza memposisikan diri sebagai pusat perbelanjaan No. 1 (satu) di kota Medan dengan fasilitas atau produk pelayanan yang lengkap mulai dari penyewaan ruang usaha standar sampai penyewaan usaha khusus kepada penyewanya serta dilengkapi fasilitas parkir yang dapat menampung lebih dari 2000 mobil.

Pada akhir Pebruari 2004, PT. Manunggal Wiratama merampungkan persiapan akhir peroperasian pusat perbelanjaan dan selanjutnya secara resmi membuka SUN Plaza untuk umum. Keunggulan SUN Plaza adalah letaknya yang di pusat kota antara Jalan H. Zainul Arifin dengan Jalan P. Diponegoro, sehingga semua kelengkapan dapat dihadirkan sebagai bagian dari konsep design pusat perbelanjaan eksekutif dan terbesar, untuk memberikan nilai tambah baik untuk penyewa maupun pengunjung. Sebagai komitmen perusahaan untuk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya, maka PT. Manunggal Wiratama selalu berupaya melakukan perbaikan terus-menerus dengan berlandaskan pada sistem manajemen mutu.

B.Struktur Organisasi

Struktur organisasi dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan kerangka dan mekanisme produk dimana suatu organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan suatu pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian atau orang-orang didalam suatu organisasi yang didalamnya berisi penjelasan mengenai aktifitas, tugas, dan tanggung jawab dari setiap tugas bagian dari orang-orang tersebut.

Salah satu usaha organisasi agar dapat mencapai tujuannya secara tepat guna adalah dengan membuat struktur kewenangan dan pertanggungjawaban atau yang disebut struktur organisasi. Melalui struktur organisasi maka dapat diketahui apa yang menjadi tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap pejabat yang ada dalam organisasi serta dapat diperjelas dan dipertegas batas-batasnya.

Suatu struktur organisasi harus mampu menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaaan secara optimal. Struktur organisasi itu juga harus mengatur tata hubungan yang harmonis antara unit-unit organisasi didalamnya. Karena itu suatu struktur organisasi harus sesuai, jelas dan mudah dimengerti oleh semua pihak yang terlibat dalam organisasi sehingga akan lebih mudah untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang struktur organisasi suatu perusahaan atau organisasi yaitu melalui bagan organisasi dari perusahaan atau organisasi yang bersangkutan. Dimana bagan organisasi tersebut menggambarkan diagram fungsi-fungsi departemen atau

lainnya. Unit-unit organisasi yang terpisah digambarkan dalam bentuk kotak yang dikaitkan satu sama lain oleh garis-garis tebal yang menunjukkan garis komando dan saluran komunikasi yang sesuai. Kemudian dari bagan tersebut dapat dilihat siapa yang menjadi atasan dan bawahan, tentang pengawasannya, tingkatan manajemen (hirarki kepemimpinan secara keseluruhan) dan pembagian dimana setiap kotak memiliki tanggung jawab seseorang terhadap beban kerja organisasi. Adapun struktur organisasi PT. Manunggal Wiratama dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui bahwa organisasi yang digunakan adalah organisasi garis dan staf, dimana pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal dari pimpinan tertinggi sampai kepada unit di bawahnya sehingga terdapat kesatuan perintah, dan dapat dilihat dari garis komando yang disusun berdasarkan tingkatan jabatan mulai dari pimpinan tertinggi sampai pada pimpinan terendah yaitu kepala seksi, sesuai dengan deskripsi jabatan.

Pada PT. Manunggal Wiratama pimpinan tertinggi dijabat oleh center director yang bertanggung jawab penuh atas kegiatan operasional sehari-hari dibantu oleh general manager, para manager dan supervisor. Staf dalam kegiatannya sehari-hari bertugas memberikan nasehat dan saran kepada organisasi secara keseluruhan dalam membantu center director dan general manager dalam memastikan penetapan implementasi yang efektif dari kualitas manajemen dan melaporkan mengenai pencapaian kinerja dan keefektifitasan kualitas manjemen, memastikan validitas seluruh dokumen yang dipakai dan didistribusikan di dalam perusahaan, memastikan proses perubahan dokumen yang terjadi sesuai dengan

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Manunggal Wiratama

prosedur pengendalian dokumen dan memastikan proses penanganan catatan dilakukan sesuai dengan prosedur pengendalian catatan.

Pembagian kerja yang ada di perusahaan memerlukan adanya kordinasi yang baik dengan maksud untuk mencegah terjadinya perpecahan dan kesimpangsiuran yang dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan. Dengan adanya koordinasi, maka seluruh karyawan dan seluruh aktifitas perusahaan dapat diselaraskan dan diarahkan kepada pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan.

Koordinasi kerja yang dilakukan pada PT. Manunggal Wiratama adalah koordinasi vertikal dan horizontal.

1. Koordinasi vertikal

Pelaksanaan koordinasi ini diartikan bahwa seorang atasan mengkoordinir orang-orang yang berada di bawah wewenang atau tanggung jawabnya. Dari standar organisasi perusahaan, dapat dilihat bahwa dari center director, general manajer mengkoordinir secara langsung masing-masing kepala bagian yaitu para manager atau kepala bagian. Dari tiap-tiap kepala bagian mengkoordinir dan mengarahkan seluruh bawahannnya yang terdiri dari supervisor atau kepala seksi, dan pegawai staf.

2. Koordinasi horizontal

Merupakan koordinasi yang dilakukan melalui kerja sama antara bagian-bagian atau bidang yang mempunyai level manajemen yang sama. Pelaksanaan koordinasi ini melibatkan seluruh kepala bagian, dimana setiap kepala bagian haruslah mampu menyelaraskan antara tugas serta tujuan yang

ingin dicapai oleh bagiannya dengan tegas dan tujuan yang ingin dicapai oleh bagian lainnya pada perusahaan.

Alat-alat atau sarana yang digunakan dalam pelaksanaan koordinasi dalam upaya peningkatan hubungan kerja pada PT. Manunggal Wiratama adalah:

1. Mengadakan pertemuan formal, pertemuan biasanya dilakukan dalam rapat-mingguan.

2. Membuat pedoman organisasi, buku pedoman tata kerja serta peraturan lainnya seperti standard operation procedure dan instruksi kerja.

3. Mengadakan hubungan melalui alat komunikasi seperti telepon, HT (Handy-Talky), e-mail dan intra-mail.

4. Surat sirkulasi dan form permintaan antar divisi/departemen.

Sistem informasi yang digunakan oleh PT. Manunggal Wiratama adalah bentuk komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi lisan adalah bentuk komunikasi yang paling lazim digunakan pada setiap perusahaan, karena dalam penyampaiannya lebih cepat diterima dan dilaksanakan. Bentuk komunikasi ini digunakan oleh setiap unit dalam perusahaan yang biasanya digunakan dalam rapat-rapat, baik dalam bentuk pemberian informasi, petunjuk atau instruksi, tukar pikiran. Selain dalam rapat, komunikasi lisan juga digunakan oleh para karyawan dalam hubungan dengan rekan kerjanya. Sedangkan komunikasi tulisan lebih cenderung menunjuk kepada formalitas yang biasanya berupa instruksi-instruksi, kebijaksanaan-kebijaksanaan ataupun keputusan yang digariskan oleh pimpinan tertinggi center director, general manger maupun manager. Kebijaksanaan dan

keputusan ini biasanya diambil dalam rangka pemberian instruksi kepada bawahan langsung maupun tidak langsung.

Pelaksanaan komunikasi vertikal telah dilaksanakan dengan baik, dimana dengan adanya laporan-laporan periodik sebagai bukti pertanggungjawaban bawahan-bawahan kepada atasan langsung mereka pada semua bagian. Pelaksanaan yang cukup baik ini terlihat dengan adanya kegunaan dari laporan yang dihasilkan dalam usaha pengambilan keputusan oleh atasan mereka, pemberian nasehat atas laporan tersebut dan mengadakan penilaian terhadap bawahan.

Pelaksanaan komunikasi horizontal yaitu komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara bagian-bagian yang berada pada tingkatan manajemen yang sama juga berjalan dengan baik. Adapun bentuk kerjasama ini dalam bentuk tukar pikiran antara karyawan selevel misalnya manajer marketing dan komunikasi dengan manajer finance dan accounting dalam menentukan besarnya anggaran promosi untuk suatu acara promosi.

Dokumen terkait