• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI GETAH PINUS ( Pinus merkussi ) TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN KAHU KECAMATAN BONTO CANI KABUPATEN BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONTRIBUSI GETAH PINUS ( Pinus merkussi ) TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN KAHU KECAMATAN BONTO CANI KABUPATEN BONE"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI GETAH PINUS ( Pinus merkussi ) TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN KAHU KECAMATAN BONTO CANI KABUPATEN BONE

SKRIPSI ILHAM ARMAWAN

105950047714

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)

ii KONTRIBUSI GETAH PINUS ( Pinus merkussi ) TERHADAP

PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN KAHU KECAMATAN BONTO CANI KABUPATEN BONE

SKRIPSI

Oleh :

ILHAM ARMAWAN 105 95 00477 14

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi kehutanan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

v PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ilham Armawan

NIM : 105950047714

Program Studi : Kehutanan

Judul : Kontribusi Getah Pinus Terhadap Pendapatan Petani Penyadap

Di Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Makassar, Januari 2021

Yang Membuat Pernyataan

Ilham Armawan 105950047714

(6)

vi @Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2021

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar.

(7)

vii ABSTRAK

ILHAM ARMAWAN 105950047714. Konstribusi Getah Pinus Terhadap Pendapatan Petani Penyadap Di Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan Dibawah bimbingan Hikmah Dan Hasanuddin Molo.

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan pada bulan November – Januari 2019. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kahu, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstribusi getah pinus terhadap pendapatan total petani penyedap di Kelurahan Kahu, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan penyadapan getah pinus sebanyak 30 orang, dengan metode sensus maka hasil penelitian menunjukkan total pendapatan penyadap getah pinus rata-rata sebesar Rp 74.004.000/KK/Tahun. Kontribusi dari penyadapan getah pinus sebesar 30,95%/KK/Tahun dari total penyadapan.

(8)

viii KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “KONTRIBUSI GETAH PINUS TERHADAP PENDAPATAN PETANI KELURAHAN KAHU KECANATAN BONTO CANI KABUPATEN BONE” Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana S1. Salam dan salawat senantiasa dilimpahkan oleh Allah SWT kapada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kepada kita semua. Penulis berharap apa yang dipaparkan dalam Skripsi ini dapat memberikan informasi baru bagi kita semua. Dalam Penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih khususnya kepada kedua Orang Tua tercinta, ayah saya Ayah Burhanuddin dan ibu saya Sambulaeng yang selama ini telah membantu peneliti dalam bentuk perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tidak henti-hentinya, serta Saudara-saudari saya yang senantiasa memberi dorongan baik moril maupun memotivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Dalam kesempatan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas bantuan, motivasi, didikan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama ini, antara lain kepada yang terhormat:

(9)

ix

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof. Dr. H. Ambo Asse,

M.Ag.

2. Bapak H. Burhanuddin, S.Pi., MP. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. Ibunda Husnah Latifah, S. Hut., M. Si. selaku Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. Ir. Hikmah, S. Hut., M.Si. selaku Ketua Program Studi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Makassar sekaligus Dosen Pembimbing I.

5. Dr, Ir. Hasanuddin Molo, S. Hut., M.P., IPM selaku Pembimbing II Skripsi yang telah memberikan bimbingan sistem penyusunan laporan, pengetahuan dan motivasi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta staf Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu selama di bangku perkuliahan.

7. Keluarga besar saya yang selalu mendukung, membantu, dan memotivasi menyelesaikan skripsi.

8. Sahabat seperjuangan saya Sulfiana, Wahyu, Agung, Restu, Durratul dan Iqbal yang selalu menemani dan memberi semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini serta teman-teman seperjuangan Angkatan 2014 yang selama ini menjalani suka dan duka bersama dalam menempuh pendidikan di kampus Universitas Muhammadiyah.

(10)

x 9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun telah

banyak terlibat membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penyusunan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis hargai kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat mendorong kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan kemanfaatan yang banyak atas penulisan Skripsi ini dan menjadikan kita hamba-Nya yang pandai mensyukuri nikmat-Nya Amin Ya Rabbal’Alamin.

Makassar, 12 Januari 2021

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ...iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ...v

HAK CIPTA ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1 1.2. Rumusan Masalah ...2 1.3. Tujuan Penelitian ...3 1.4. Manfaat Penelitian ...3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan ...4

2.2. Hutan Produksi Terbatas ...4

2.3. Kontribusi ...5

2.4. Hutan Pinus ...6

2.5. Penyadapan Getah Pinus ...7

2.6. Sistem Penyadapan...9

2.7. Pinus ...9

2.8. Pendapatan ...10

2.9. Kerangka Pikir ...13

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ...15

3.2. Alat dan Bahan ...15

(12)

xii

3.4. Teknik Pengumpulan Data ...15

3.5. Jenis Data ...16

3.6. Analisis Data ...16

IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1. Keadaan Fisik Lokasi Penelitian ...18

4.2. Keadaan Ekonomi ...19

4.3. Sarana dan Prasarana...20

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Responden Penyadap Getah Pinus ...22

5.2. Potensi Getah Pinus...27

5.3. Pendapatan Masyarakat ...28

5.4. Komponen Kebutuhan Rumah Tangga ...32

5.5. Konstribusi Getah Pinus Terhadap Pendapatan Masyarakat ...33

VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan ...36

6.2. Saran ...36 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Sarana dan Prasarana yang terdapat di Kecamatan Kahu ... 21

2. Rata – Rata Usia responden Penyadap Getah Pinus ... 22

3. Pekerjaan Pokok Responden ... 23

4. Jumlah Tanggungan Responden ... 24

5. Tingkat Pendidikan Responden... 25

6. Jarak Ke Lokasi Sadapan ... 26

7. Banyaknya Pohon yang Disadap ... 27

8. Pendapatan Getah Pinus Pertahun ... 29

9. Pendapatan Dari Pekerjaan Pokok ... 30

10. Pendapatan Total Penyadap Getah Pinus ... 31

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Kerangka Pikir ... 14

2. Koakan Getah Pinus ... 28

3. Wawancara dengan Responden... 57

4. Wawancara dengan Responden... 57

(15)

xv DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 39

2. Tabel Karakteristik Responden ... 43

3. Karakteristik Responden ... 44

4. Produksi Getah Pinus ... 45

5. Hasil Penjualan Getah Pinus ... 46

6. Pendapatan Responden Dari Pekerjaan Pokok Per Tahun ... 47

7. Jenis Pengeluaran Responden Per Tahun ... 50

8. Pendapatan responden Responden Per Tahun... 55

9. Rekapitulasi Total Pendapatan Responden Per Tahun... 56

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung adalah kayu, dan hasil hutan bukan kayu (HHBK), sedangkan manfaat tidak langsung adalah pengatur tata air, dan jasa lingkungan.

Masyarakat biasanya memanfaatkan hasil hutan bukan kayu yang ada pada hutan produksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut FAO tahun 1995, hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah segala bentuk produk dari ekstraksi dan pemanfaatan sumber daya hutan baik tumbuhan, hewan dan jasa hutan selain kayu. Dibandingkan dengan hasil hutan kayu, HHBK memiliki beberapa karakteristik diantaranya adalah kontiunitas produk HHBK yang tergantung dari kelestarian hutan. Pemanenan relatif tidak merusak lingkungan; produk dapat langsung dikonsumsi; pengusahaan HHBK dapat diusahakan oleh rumah tangga; dan investasi usaha lebih kecil dari pada bisnis kayu.

HHBK dikembangkan setelah kegiatan eksploitasi hasil hutan kayu dengan segala dampaknya tidak mungkin lagi dilakukan. Perubahan orientasi pemanfaatan hasil hutan kayu ke HHBK akan berpengaruh secara signifikan dalam peningkatan pendapatan masyarakat disekitar hutan dan sebagai sumber devisi negara. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan jenis-jenisnya antara lain berupa; rotan, madu, getah, buah, jamur, atau sarang burung wallet.

Pada mulanya penanaman pinus di lahan hutan, terutama jenis Pinus merkusii Jungh et.de.Vries, bertujuan untuk mempercepat reboisasi dan

(17)

2 rehabilitasi lahan kosong dalam kawasan hutan (Jariah, 1998). Secara teknis penanaman, pemilihan ini cukup tepat karena pinus merupakan jenis pionir yang mampu bertahan hidup dan pertumbuhannya sangat cepat (fast growing species) dan mampu tumbuh pada kondisi sulit. Selain hasil kayu, pinus menghasilkan getah untuk diolah menjadi gondorukem dan terpenting. Prospek ekonomi pinus cukup baik karena pinus dapat dipergunakan sebagai bahan baku industri kayu lapis, kertas, korek api, dan lain sebagainya.

Getah merupakan salah satu HHBK yang dapat di temukan di Kelurahan Kahu, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone masyarakat memanfaatkan getah pinus sebagai salah satu mata pencaharian yang berasal dari areal hutan produksi terbatas. Badan Perhutan Sosial dan Kemitraan Lingkungan wilayah Sulawesi Selatan memberikan hak kelola kepada kelompok tani untuk menyadap gitah pinus seluas 1.000 ha.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti kontribusi getah pinus terhadap pendapatan petani penyedap di Kelurahan Kahu, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapa besar konstribusi getah pinus terhadap total pendapatan petani penyedap di Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone.

(18)

3 1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstribusi getah pinus terhadap pendapatan total petani penyedap di Kelurahan Kahu, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi, sebagai berikut :

1. Produktivitas getah pinus masyarakat pada sekitar kawasan hutan

2. Konstribusi pendapatan penyadapan yang diperoleh dari kegiatan penyadapan getah pinus terhadap kebutuhan masyarakat penyedap disekitaran hutan.

3. Untuk menambah pengetahuan, dan meningkatkan kawasan

4. Untuk memperoleh pengalaman

5. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti, masyarakat, serta penelitian berikutnya

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hutan

Hutan merupakan suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuhan-tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah yang cukup luas. Undang-undang No.41 Tahun 1999 tentang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat di pisahkan dan dibagi beberapa jenis hutan.

Hutan memiliki dua manfaat yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat tidak langsung keberadaan hutan adalah sebagai pengatur iklim mikro, pengatur tata air dan kesuburan tanah, serta sumber plasma nutfah yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini dan di masa yang akan datang. Sedangkan manfaat langsung hutan adalah sebagai penghasil kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). (Asriadi, 2015).

2.2. Hutan Produksi Terbatas

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang tata cara perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, Hutan Produksi Terbatas (HPT) adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman buru.

(20)

5 Hutan produksi terbatas (HPT) merupakan hutan yang dialokasikan untuk dieksploitasi kayunya dalam intensitas rendah. Penebangan kayu masih bisa dilakukan dengan menggunakan metode tebang pilih. Hutan jenis ini umumnya berada di wilayah yang memiliki lereng-lereng curam.

2.3. Kontribusi

Kontribusi berasal dari Bahasa Inggris yaitu contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi maupun tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh, seseorang melakukan kerja bakti didaerah rumahnya demi menciptakan suasana asri didaerah tempat ia tinggal sehingga memberikan dampak positif baik penduduk maupun pendatang.

Kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan efesiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu peimikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial dan lainnya (Ahira, 2012).

(21)

6 2.4. Hutan Pinus

Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah berpasir dan tanah berbatu, tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah becek. Jenis ini menghendaki iklim sampai agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C, pada ketinggian 200 – 1.700 meter dari permukaan laut, kadang – kadang tumbuh dibawa 200 meter dan mendekati daerah pantai (Aceh Utara).

Penyadapan pinus di Asia Tenggara menyebar di wilayah Bulma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia (Sumatra), dan Filiphina (Pluzon dan Mindoro) sedangkan di Indonesia, pinus tersebar di beberapa wilayah di antaranya di pulau jawa (Aceh, Tapanuli, dan Kerinci), dan Sulawesi Selatan. Di tengakan alam Sumatra (Aceh, Tapanuli, dan Kerinci), tidak satu bulan pun curah hujan kurang dari 50 mm, artinya tidak dapat bulan kering. Suhu tahunan rata- rata 19 – 28 CO. (Hidayat, 1999).

Pinus merupakan pohon besar, berbatang lurus, dan silindris. Tengakan masak dapat mencapai 30 meter dengan diameter 60 – 80 cm. Tegakan tua dapat mencapai tinggi 45 meter dengan diameter mencapai 140 cm. tajuk pohon muda dapat berbentuk piramid, setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu – abu, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam satu ikatan, panjang 16 – 25 cm. pohon berumah satu, bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2 – 4 cm, terutama dibawah bagian tajuk (Hidayat 1999).

(22)

7 2.5. Penyadapan Getah Pinus

Hasil Getah Pinus diambil dari pohon pinus melalui penyadapan, tegakan pinus dapat disadap bila telah mencapai umur tertentu atau disebut masak sadap, yakni mulai umur 11 tahun sampai 30 tahun atau kelas umur III sampai VI (Purwandari, 2002). Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi produksi getah pinus, antara lain :

1. Jenis Pohon

Produksi Getah berbeda menurut jenis, misalnya pinus caribea menghasilkan getah lebih banyak dengan kerak yang menempel lebih sedikit dari pada pinus palustril (Suharlan, Herbangung dan Riyadi 1980).

2. Diameter dan Tinggi Pohon

Bidang dasar atau diameter pohon, tinggi pohon, jarak antara pohon yang berpengaruh terhadap produksi getah pinus merkussi. Bidang dasar mempunyai peranan yang paling besar terhadap produksi getah pinus kemudian berturut turut tinggi pohon dan jarak antara pohon (Suharlan et al. 1980).

3. Umur Tegakan

Purwandari (2002). Tengakan pinus merkussi yang berumur muda menghasilkan perhektar lebih banyak dari pada yang berumur tua. Produktifitas pinus menurun dengan semakin tuanya tengakan, hal ini sesuai dengan berkurangnya jumlah pohon per hektar (N/ha) sebagai akibat tebang penjarangan dalam rangka pemeliharan hutan.

(23)

8 4. Kerapatan Pohon Per Hektar

Menurut Hadipoernomo (1981), kerapatan jumlah pohon per hektar pada tengakan yang terlalu rapat akan ada banyak pohon yang hidup tertekan. Pohon yang tertekan ini tidak akan mengeluarkan banyak getah, bahkan tidak sering mengeluarkan getah sama sekali pada waktu disadap. Produksi getah tiap hektar tegakan pinus merupakan hasil dari setiap pohon yang disadap yang terdapat di kawasan tersebut.

5. Tinggi Tempat Tumbuh

Rochidayat dan Sukawi (1979) menyatakan bahwa tinggi tempat tumbuh berpengaruh terhadap kelancaran getah. Hal ini terjadi dengan bertambah tingginya tempat tumbuh pohon pinus dari permukaan laut, ada kecenderungan suhu lebih sejuk yang mengakibatkan getah mudah membeku sehingga aliran getah tertahan.

6. Teknik Penyadapn

Riyanto (1980) menyatakan dari hasil pengamatan bahwa penggunaan perangsangan dengan HCI 2,5% maupun H2SO4 3,5% maupun meningkatkan produksi getah, dimana HCI lebih nyata dengan memberikan 24%.

7. Jumlah koakan per pohon

Riyanto (1980) menyatakan bahwa dari hasil pengamatan Biro perencanaan peru perhutani Unit 1 Jawa tengah (2005), jumlah koakan maksimal yang dapat diterima sebagai berikut :

(24)

9 Qmax = (3/4/D) / dm

Dimana :

Qmax : jumlah koakan maksimal per pohon D : diameter pohon (cm)

Dm : Lebar koakan (10 cm) 2.6. Sistem Penyadapan

Ada tiga sistem penyadapan yang digunakan dalam menyadap getah pinus 1. Sistem koakan (quaree sistem) 2. Sistem Bor 3. Sistem Amerika (ritser sistem) Penyadap di Indonesia yang umum digunakan adalah sistem koakan. Sistem koakan dilakukan, yang pertama dibersihkan kulit pohon kemudian dilukai dengan alat petel atau kadukul sehingga terjadi koakan (Tapping face quarre) dan mengalirkan getah kedalam mangkok (Tempurung Kelapa) yang disediakan sebagai tempat penampung getah. Setiap tiga hari sekali koakan diperbarui.

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa saluran getah yang dibuka akan menutupi pada hari ketiga sehingga perlu pembaruan luka 3 – 5 mm diatas luka yang lama, untuk itu luka sadapan maksimal satu tahun mencapai 60 cm ditambah 10 cm koakan permulaan. Untuk menghindari kualitas getah dan kualitas kayu, Riyanto (1980) menambahkan bahwa penyadapan dengan sistem tersebut diatas sebaiknya tidak lebih dari dua tahun dengan ketinggian maksimal 130 cm.

2.7. Pinus

Pinus merkussi merupakan satu – satunya jenis pinus yang tumbuh asli di Indonesia Pinus merkussi termaksud dalam jenis pohon serba guna yang terus menerus dikembangkan dan diperoleh penanamannya pada masa mendatang untuk menghasilkan kayu, produksi getah dan konservasi lahan. Hampir semua bagian pohonnya dapat dimanfaatkan, antara lain bagian batangnya dapat disadap

(25)

10 diambil getahnya. Getah tersebut diproses lebih lanjut menjadi gondoruken dan tenpentin. Gondoruken dapat digunakan sebagai bahan pembuat sabun, resin dan cat. Tempenting digunakan untuk bahan industri parfum, obat – obatan dan desinfektan. Hasil kayunya bermanfaat untuk konstruksi, korek api, pulp, dan kertas serta panjang. Bagian kulitnya dapat dimanfaatkan sebgai bahan bakar dan abunya digunakan untuk campuran pupuk, karena mengandung kalium (Dahlan dan Hartoyo, 1997).

2.8. Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Menurut Sukirno (2007), pendapatan individu merupakan pendapatan yang diterima seluruh rumah tangga dalam perekonomian dan pembayaran atas penggunaan faktor – faktor produksi yang dimilikinya dan dari sumber lain, menurut Sukirno (2007), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya akan memperoleh pendapatan berupa nilai uang yang diterima dari penjualan produk yang dikurangi biaya yang telah dikeluarkan.

Menurut Suroto (2007), Teori pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun berupa barang yang berasal dari pihak lain maupun hasil industri yang dinilai atas dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku saat itu. Pendapatan merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi

(26)

11 kebutuhan sehari – hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan seseorang secara langsung maupun tidak langsung.

Pendapatan terdiri atas upah, gaji, sewa, divenden, keuntungan dan merupakan suatu arus yang diukur dalam jangka waktu tertentu misalnya : seminggu, sebulan, setahun atau dalam jangka waktu yang lama. Arus pendapatan tersebut muncul sebagai akibat dari adanya jasa produktif (productive service) yang mengalir kearah yang berlawanan dengan aliran pendapatan yaitu jasa produktif yang mengalir dari pihak masyarakat ke pihak bisnis yang berarti bahwa pendapan harus didapatkan dari aktifitas produktif.

Menurut Sukirno (2007) pendapatn adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Beberapa klarifikasi pendapatan antara lain :

1) Pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.

2) Pendapatan disposobel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima penerima pendapatan disposobel.

3) Pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang – barang jadi dan jasa – jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam suatu tahun.

Menurut Sabri (2008) pendapatan disposobel adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau

(27)

12 dikonsumsikan besarnya pendapatan disposobel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.

Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan pengeluaran di Indonesia : pertama penilain faktor produksi dalam hal ini faktor yang terpenting adalah tanah. Kedua, perolehan pekerjaan yaitu bagi mereka yang tidak mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh. Ketiga, laju produksi pedesaan, dalam hal ini faktor yang terpenting adalah produksi pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut.

Pendapatan per kapita dapat diartikan pula sebagai penerimaan yang di peroleh rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa – jasa yang dibutuhkan rumha tangga bagi pemenuhan rumah mereka (Sumardi, 2005). Dalam hal ini pendapatan per kapita diterminan potensi ekonomi yang penting selain luas negara serta penduduk negara (Todaro, 2005).

Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita disuatu negara berarti juga mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi di negara – negara yang sedang berkembang. Usaha – usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan kerja yang memadai, menggadakan program kerja berencana dan yang terakhir transfer pemerintahan terhadapa golongan – golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. Dengan menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai transfer

(28)

13 tersebut sekaligus untuk mengurangi perbedaan kemakmuran anatara negara anggota masyarakat.

Pengertian umum pendapatan adalah hasil pencarian usaha. Adapaun sebagian masyarakat menyampaikan bahwa pendapatan usaha tani analisis pendapatan perlu dilakukan agar dapat diketahui apakah kegiatan tersebut berhasil atau tidak. Sedangkan analisi mengenai keuntungan atau pendapatan usaha tani secara umum ada dua faktor yang perlu diketahui yaitu penerimaan atau pengeluaran dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa analisis pendapatan masyarakat adalah suatu proses mengurai dari suatu penghasilan seseorang atau kelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari dan senagat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan seseorang secara langsung maupun tidak langsung.

2.9. Kerangka Pikir

Hutan beserta hasilnya adalah salah satu sumber daya alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat yang ada disekitaran hutan lindung memanfaatkan getah pinus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Analisis pendapatan masyarakat dilakukan setelah nilai ekonomi getah pinus dan kegiatan pendapatan penyedapan diketahui.

(29)

14 Gambar 1. Kerangka Pikir

Pohon Pinus

Penyadap Getah Pinus

Pendapatan dari Getah Pinus

Konstribusi Getah Pinus Terhadap Pendapatn Masyarakat Pendapatan Total Analisi Pendapatan Pendapatan Luar Hutan Produksi Terbatas

(30)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini direncanakan selama 2 bulan yang dimulai dari bulan November – Januari 2019 di Kelurahan Kahu, Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Alat tulis 2. Kalkulator 3. Laptop 4. Kuesioner 5. Kamera. 3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani yang diberikan hak mengelola hutan pinus dan menyadap berjumlah 30 orang. Penentuan sampel dilakukan secara sensus di hutan produksi terbatas di Kelurahan Kahu, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik Pengumpulan data sebagai berikut : a. Observasi

Observasi adalah Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti.

(31)

16 b. Kuesioner

Kuesioner merupakan Teknik pengumpulan data dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang harus dijawab responden.

3.5. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer berupa pendidikan responden, frekuensi penyadapan getah, jumlah produksi getah, harga getah, jumlah koakan, pendapatan dari sektor lain.

2. Data sekunder berupa keadaan umum lokasi penelitian yang diperoleh dari data dinas kehutanan Kabupaten bone dan literatur lainnya.

3.6. Analisi Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif, dimana analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui beberapa besar konstribusi getah pinus terhadap pendapatan petani penyadap di Kelurahan Kahu, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone. Dengan rumus sebagai berikut :

1. Pendapatan total dari kegiatan penyadapan TR = P x Q

Di mana :

TR : Total Revenue (Rp) P : Harga Getah per Kg

(32)

17 2. Pendapatan penyadap diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan dari

kegiatan penyadap dengan pendapatn diluar sektor pendapatan. Ytotal = Y1 + Y2

Dimana :

Ytotal : pendapatan total penyadap (Rp)

Y1 : Pendapatan dari kegiatan penyadap (Rp) Y2 : Pendapatan dari kegiatan luar penyadap (Rp)

3. Kontribusi pendapatan dari kegiatan penyadap terhadap pendapatan total.

PG = Pp / Y total x 100% Di mana :

PG : Kontribusi pendapatan Pp : Pendapatan getah Y total : Pendapatan total

(33)

IV. KONDISI UMUM LOKASI

4.1. Keadaan Fisik Lokasi Penelitian 1. Letak dan Luas Wilayah

Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone merupakan salah satu bagian dari Bone Selatan. Kelurahan ini terletak 5 Km dari ibu kota kecamatan, dari ibu kota kabupaten 113 Km. Luas Desa Kelurahan Kahu 34.26 Km2 yang terdiri atas Dusun Maroangin, Dusun Ulubila, Dusun Kahu, dan Dusun Tanjung.

Sebelah Utara : Desa Langi

Sebelah Timur : Kecamatan Bontocani Sebelah Selatan : Desa Bana

Sebelah Barat : Desa Bulusirua 2. Topografi

Topografi kelurahan kahu berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), kecamatan Bonto cani dan kelurahan kahu pada umunya merupakan daerah pengunungan, yang terletak pada ketinggian 500 – 1000 mdpl. Kemiringan tanah yang cukup curam yaitu berkisaran anatar 65% - 70% dan bahkan mencapai diatas 80%.

3. Tipe Iklim

Wialayah Kabupaten Bone termasuk daerah beriklim sedang. Kelembaban udara berkisar antara 95% - 99% dengan tempratur berkisar 260% – 340%. Pada periode April – September, bertiup angin timur yang membawa hujan. Sebaliknya pada bulan Oktober-Maret bertiup Angin Barat, saat dimana

(34)

19 mengalami musim kemarau di Kabupaten Bone. Selain kedua wilayah yang terkait dengan iklim tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu, Kecamatan Bontocani dan kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti wilayah barat dan sebagian lagi wilayah timur. Rata-rata curah hujan tahunan di wilayah Bone bervariasi, yaitu rata-rata < 1.750 mm; 1750 – 2000 mm; 2000 – 2500 mm dan 2500 – 3000 mm.

Pada wilayah Kabupatan Bone terdapat juga pengunungan dan pembuktian yang dari celah-celah terdapat aliran sungai. Di sekitanya terdapat lembah yang cukup dalam. Kondisi sebagai yang berair pada musim hujan kurang lebih 90 buah. Namun pada musim kemarau sebagian mengalami kekeringan, kecuali sungai yang cukup besar, seperti sungai walenae, Cenrana, Palakka, Jaling, Bulu-bulu, Salomekko, Tobunne dan Sebagai Lekoballo.

4. Jenis Tanah

Jenis tanah yang ada di Kabupaten Bone terdiri dari tanah Aluvial, Litosol, Regosol, Grumusol, Mediteran dan Renzina. Jenis tanah didominasi oleh tanah Mediteran seluas 67,7% dari total wilaya, kemudian Renzina 9,59% dan Litosol 9%.

4.2. Keadaan Sosial Ekonomi 1. Keadaan Ekonomi

Masyarakat kelurahan kahu secara manyoritas bersuku bugis bone dan minoritas merupakan masyarakat pendatang dari luar kabupaten bone seperti kabupaten sinjai, maros, gowa yang masih menjunjung tinggi rasa kegotong royongan, dan nilai – nilai agama. 95% penduduk kelurahan kahu bermata

(35)

20 pencarian, petani atau perkebunan baik dilahan sendiri ataupun tanah garapan orang lain dengan sistem bagi hasil dan sisanya ada berternak hewan, wiraswasta dan PNS.

2. Penduduk

Keberadaan penduduk di suatu daerah sangat penting karena penduduk merupakan modal utama pembangunan. Penduduk berperan sebagai otak dan agen pelaksana pembangunan. Dengan mengetahui kondisi kependudukan, memungkinkan perencanaan pembangunan akan lebih tepat dan terarah.

Masyarakat kelurahan kahu secara manyoritas bersuku bugis bone dan minoritas merupakan masyarakat pendatang dari luar kabupaten bone seperti kabupaten sinjai, maros, gowa yang masih menjunjung tinggi rasa kegotong royongan, dan nilai – nilai agama. 95% penduduk kelurahan kahu bermata pencarian, petani atau perkebunan baik dilahan sendiri ataupun tanah garapan orang lain dengan sistem bagi hasil dan sisanya ada berternak hewan, wiraswasta dan PNS.

Jumlah penduduk kelurahan kahu dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu kelahiran, kematian, dan imigrasi. Adapun luas wilanyahnya yaitu 34.26 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.404 jiwa yang terdiri atas laki – laki sebanyak 661 jiwa, perempuan sebanyak 703 jiwa sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak 325 kepala keluarga.

4.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dalam upaya pembangunan dan pengembangan suatu daerah. Secara umum sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Bontocani sudah memadai. Untuk sarana dan

(36)

21 prasarana pendidikan sudah sangat memadai karena untuk jenjang pendidikan dari SD sampai madrasah aliyah yang setara dengan SLTA sudah ada. Untuk sarana dan prasarana Kesehatan juga sudah cukup memadai, hal ini dapat dilihat dari sarana dan prasarana seperti puskesmas dan Poliklinik sudah tersedia. Fasilitas peribadaan juga tersedia mesjid dan mushola. Adapun sarana dan prasarana yang ada dapat dilihat dari tabel 1 berikut :

Tabel.1. Sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Sekolah TK -

2. Sekolah SD 2 unit

3. Sekolah Madrasah Tsanawiyah -

4. Sekolah Menengah Pertama 1 Unit

5. Sekolah Madrasah Aliyah -

6. Sekolah Menengah Atas 1 unit

6. Madrasah Ibtidayyah -

7. Sekolah Menengah Kejuruan -

8. Poliklinik 1 unit

9. Puskesmas 1 unit

10. Mesjid 4 unit

11. Mushola 2 unit

(37)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Responden Penyadap Getah Pinus 5. Umur Responden

Umur responden adalah jangka waktu dalam tahun mulai dari tahun kelahiran sampai pada saat penelitian ini dilaksanakan. Umur merupakan salah satu identitas yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan pola pikir seseorang. Pada umumnya responden yang berumur muda mempunyai kemampuan fisik yang lebih baik dan lebih mudah menerima inovasi atau ide-ide yang baru dianjurkan dibanding dengan responden yang berumur tua.

Dari hasil penelitian diperoleh umur 30 responden berdasarkan usia termuda adalah 27 tahun dan umur tertua adalah 65 tahun. Penggolongan umur responden dapat dibagi 3 kelompok yaitu angkatan kerja muda dengan umur 15 – 34 tahun, angkatan kerja tua dengan umur 35 – 54 tahun dan usia non produktif dengan umur diatas 54 tahun. Rata – rata Usia responden disajikan pada Tabel 2. Tabel.3. Rata – rata Usia responden Penyadap Getah Pinus di Kelurahan kahu Kecamatan Bonto Cani

No Selang Umur ( Tahun ) Jumlah Responden Persentasi (%) 1 2. 3. 4 5. 21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 4 11 6 7 2 13,33 36,67 20,00 23,33 6,67 Total 30 100,00 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

(38)

23 Berdasarkan tabel 2, rata – rata selang umur penyadap getah pinus yang terbanyak adalah 31 – 40 tahun sebesar 36,67% sebanyak 11 orang dan yang terendah 61 – 70 tahun yaitu sebesar 6,67% sebanyak 2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah yang terbanyak menyadap merupakan umur produktif.

Dengan banyaknya angkatan kerja usia produktif diharapkan usaha Penyadap Getah Pinus dapat berlangsung dengan baik karena didukung oleh faktor fisik yang masih kuat dan pola pikir yang cenderung lebih mudah menerima ide-ide baru. Berbeda dengan usia lanjut yang terkadang masih berpikiran sederhana dan konservatif dalam menerima inovasi atau ide-ide dari luar bahkan masih mempertahankan tradisi yang sifatnya statis.

6. Pekerjaan Pokok Responden

Masyarakat di kelurahan Kahu Kecamatan Bonto cani memiliki pekerjaan lain bukan hanya sebagai penyadap getah pinus. Namun mempunyai pekerjaan Pokok lainnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel.4. Pekerjaan Pokok Penyadap

No Pekerjaan Responden Jumlah

Responden Presentase

1 Petani 19 63,33

2 Peternak - -

3 Petani dan Peternak 11 36,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020

Berdasarkan tabel 3 pekerjaan pokok responden adalah petani dan peternak, menyadap getah pinus merupakan pekerjaan sampiangan dari Penyadap Getah. Dari tabel diatas menunjukan bahwa yang bekerja sebagai petani sebesar

(39)

24 63,33% dengan jumlah responden 19 orang, sedangkan yang memiliki pekerjaan ganda bertani dan beternak sebesar 36,67% dengan jumlah responden 11 orang.

7. Jumlah Tanggungan keluarga

Jumlah tanggungan keluarga penyadap getah pinus berdasarkan hasil wawancara di lapangan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel.5. Jumlah Tanggungan Responden Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Jumalah Responden (orang) Persentase (%) 1 2 3 4 8 8 9 5 26,66 26,67 30 16,67 Jumlah 30 100,00 Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020

Jumlah tanggungan keluarga penyadap getah pinus di Kelurahan kahu Kecamatan Bonto cani Kabupaten Bone yang paling banyak adalah 3 orang tanggungan keluarga dengan persentasi 30% dengan jumlah responden 9 orang.

8. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan adalah jangka waktu pendidikan formal yang ditempuh oleh responden dalam satuan waktu. Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam mengenalisa suatu masalah, kemampuan daya nalar, dan mencari solusi pemecahan masalah. Seseorang akan lebih cepat memberikan tanggapan terhadap suatu masalah melalui kemampuan berpikir dengan berbekal pendidikan yang memadai. Kategori tingkat pendidikan diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu pendidikan rendah jika tidak sekolah dan sekolah sampai SD, tingkat

(40)

25 pendidikan sedang jika sekolah sampai SMP dan SMA, tingkat pendidikan tinggi jika pendidikannya sampai Perguruan Tinggi (PT). Tingkat pendidikan responden penyadap getah pinus di Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto cani Kabupaten Bone dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel.6. Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

(orang) Persentase (%) 1.

2. 3.

Rendah (Tidak Sekolah–SD) SMP SMA 17 11 2 56,6 36,6 6,6 Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020

Tabel 5 menunjukan terlihat bahwa tingkat pendidikan penyadap getah pinus di Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone sebagian besar hanya pada sekolah dasar (SD) sebesar 56,6% dengan jumlah responden 17 orang. Sedangkan msyarakat yang jenjang pendidikannya sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 36,6% dengan jumlah responden 11 orang dan yang sampai pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya sebesar 6,6% dengan jumlah responden 2 orang. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan penyadap getah pinus cukup rendah.

Rendahnya tingkat pendidikan tersebut disebabkan pada umumnya responden tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi atau karena tidak adanya keinginan untuk itu. Selain itu sering muncul prinsip yang dianut oleh masyarakat, bahwa punya pendidikan tinggi

(41)

26 belum memberikan jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Prinsip tersebut mengakibatkan banyak petani menganggap bahwa pendidikan di SD ataupun SMP dan SMA sudah cukup untuk mencari nafkah hidup. Selain itu masyarakat beranggapan bahwa tanpa pendidikan masyarakat dapat mengelola lahannya dengan baik.

9. Jarak Rumah Penyadap Ke Lokasi Sadapan

Selama dalam kegiatan penyadapan getah pinus maka jarak rumah ke lokasi penyadapan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel.7. Jarak Ke Lokasi Sadapan No Jarak Ke Lokasi Sadapan

(Km) Jumla Responden (Orang) Persentase (%) 1 2 3 4 0,50 1 2 3 12 8 3 7 40,00 26,67 10,00 23,33 Jumlah 30 100,00 Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020

Tabel 6 terlihat bahwa jarak rata – rata kelokasi sadapan dari 30 responden yang jarak rumah ke lokasi sadapan 0,50 Km, adalah 40% dengan jumlah responden sebanyak 12 orang sedangkan jarak 1 Km sebesar 27% dengan jumlah responden sebanyak 8 orang, jarak 2 Km dengan jumlah responden sebanyak sebnayak 3 orang sebesar 10% dan yang mencapai 3 Km sebesar 23% sebanyak 7 orang responden.

(42)

27 10.Banayaknya Pohon Yang Sadap

Hasil data dilapangan bahwa luas areal sadapan tidak dibatasi artinya tergantung dari kemampuan petani untuk menentukan hasil sadapan. Banyaknya pohon yang disadap dapat dilihat Pada Tabel 7 berikut.

Tabel.8. Banyaknya Pohon Yang Disadap pada Kelurahan Kahu No Banyak Tegakan (Pohon) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 1 2 100 – 300 400 – 600 9 21 30,00 70,00 Jumlah 30 100,00 Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020.

Tabel 7 terlihat bahwa jumlah tegakan pohon 100 – 300 pohon dengan persentasi 30% jumlah responden sebanyak 9 orang dan 400 – 600 pohon sebesar 70% dengan jumlah responden 21 orang, hasil selengkapnya pada Lampiran 3. 5.2. Potensi Getah Pinus

Berdasarkan penglihatan langsung dilapangan potensi getah pinus dipengaruhi oleh cuaca, jika musim penghujan produktifitas getah menurun. Medan yang cukup sulit juga dapat mempengaruhi produksi getah pinus, termaksud jarak kelokasi sadapan. Jarak yang cukup jauh berpengaruh pada kemampuan untuk mengarit getah perpohon, sebab semakin bnayak jumlah pohon yang disadap maka semakin banyak pula getah pinus yang disadap.

Produktifitas getah pinus yang dapat dihasilkan dari penyadapan getah pinus di Kelurahan Kahu tergantung jumlah pohon yang disadap oleh responden pada setiap kali pungutan (dua kali dalam satu minggu). Berdasarkan penglaman petani penyadap Kelurahan Kahu produksi getah pinus setiap 1 minggu sebesar

(43)

28 272,53 gram/pohon/perminggu dan produksi perbulan 381,73/kg/bulan, sehimgga rata – rata getah yang dihasilkan penyadap getah pinus setiap tahun rata – rata sebesar 4.580/kg/pohon/tahun, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.3. Pendapatan Masyarakat 1. Pendapatan Getah Pinus

Hasil Soetomo (1971) dalam Huda (2011), menyatakan ada tiga sistem penyadapan yang digunakan dalam menyadap getah pinus: 1. Sistem koakan (quarre system) 2. Sistem bor 3. Sistem amerika (ritser system). Sistem koakan ini berasal dari Perancis dan merupakan cara penyadapan yang paling sederhana diantara sistem lainnya (Wibowo, 2006). Penyadapan getah pinus di Kelurahan Kahu menggunakan metode quare. Metode quare yaitu proses pelukaan pada permukaan kayu dengan awali penggarisan permukaan berupa segitiga terbalik dengan ukuran 10 x 10 cm, dalam koakan 1,5, cm, kemudian tempat penada yang terbuat dari tempurung kelapa yang diletakkan diatas kayu, pembaruan koakan setiap 3 kali sekali, dengan panjang 5 cm, seperti pada gambar 2 berikut.

(44)

29 Pemungutan getah pinus dilakukan 2 kali dalam seminggu setelah itu dikumpul kaleng/ember dan langsung disetor ke tempat pengumpulan getah (TPG) setempat. Di tempat pengumpulan getah (TPG) getah pinus ditimbang dan dimasukan ke dalam drum, getah disaring dan dilakukan penyortiran guna menentukan mutu getah sebelum diangkat ke tempat pengumpulan getah (TPG) sementara makassar, setelah itu getah diangkut ke pabrik gondorukan dan terpentin (PGT) Surabaya.

Pendapatan masyarakat dari produktifitas penyadapan getah pinus sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh Perum Perhutani (PT), harga getah sebesar 5.000/Kg. Selama dalam penyadapan getah pinus, jumlah biaya yang dkeluarkan oleh penyadap tidak ada, sebab semua peralatan ditanggung oleh perusahaan. Berdasarkan jumlah rata – rata produksi getah pinus pada lampiran 4, serta harga getah Rp. 5.000/Kg jumlah pendapatan responden dari getah pinus dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel.9. Pendapatan Getah Pinus Per Tahun

No

Pendapatan Getah Pinus Per Tahun (Rp/Tahun) Jumlah Responden (Orang) Presentasi (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 8.040.000 - 11.070.000 11.080.000 - 14.110.000 14.1200000 - 17.150.000 17.160.000 - 20.190.000 20.200.000 - 23.230.000 23.240.000 - 26.270.000 26.280.000 - 29.310.000 29.320.000 - 32.350.000 2 1 5 2 5 2 8 5 6.67 3.33 16.67 6.67 16.67 6.67 26.67 16.67 Jumlah 30 100.00

(45)

30 Maka pendapatan dari hasil penjualan getah pinus pertahun di Kelurahan Kahu setiap kali pemungutan getah sebesar 546.000/perminggu/kk dengan penjualan perbulan sebesar Rp. 1.908.650/bulan/kk, maka pendapatan rata – rata masyarakat seriap tahun adalah sebesar Rp. 22.904.000/tahun/kk. Hasil data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan tingkat pendapatan penyadap getah pinus paling banyak adalah

26.280.000 - 29.310.000/KK/Tahun dengan jumlah responden sebanyak 8 Orang dengan persentasi sebesar 26,67%. Sedangkan Pendapatan getah pinus terendah sebesar 8.040.000 - 11.070.000 dengan jumlah responden 2 Orang.

2. Pendapatan responden dari pekerjaan pokok

Selain pendapatan dari hasil penyadapan getah pinus, hasil pendapatan penyadap juga terdapat dari pekerjaan pokok termaksud sektor pertanian, ternak dapat dilihat pada jumlah rata – rata pendapatan petani penyadapan getah pinus dari 30 responden pekerjaan pokok setiap tahun adalah pada sektor pertanian maupun peternak, sebesar Rp.45.6200.000/tahun/KK, dan pada sektor ternak baik jenis sapi sebesar Rp. 13.950,000/tahun/KK dan Kambing sebesar Rp. 4.150,000. Jumlah total pendapatan responden Dari pekerjaan pokok adalah Rp. 51.100.000/tahun/KK. Hasil dasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel.10. Pendapatan Dari Pekerjaan Pokok

No Pendapatan Dari Pekerjaan Pokok (Rp/Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentasi (%) 1 2 3 30.000.000 - 38.400.000 38.500.000 - 46.900.000 47.000.000 - 55.400.000 8 7 4 26.67 23.33 13.33

(46)

31 4 5 6 7 55.500.000 - 63.900.000 64.000.000 - 72.400.000 72.500.000 - 80.900.000 81.000.000 - 89.400.000 3 6 1 1 10.00 20.00 3.33 3.33 Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020.

Berdasarkan tabel 9 tingkat pendapatan dari pekerjaan pokok penyadap getah pinus paling banyak adalah 30.000.000 – 38.400.000/KK/Tahun dengan jumlah responden sebanyak 8 Orang dengan persentasi sebesar 26,67% dan Pendapatan pokok tertinggi sebesar 81.000.000 – 89.400.000/ KK/Tahun dengan jumlah responden 1 orang.

3. Pendapatan Total Penyadap Getah Pinus

Pendapatan total penyadap getah pinus disekitar Kelurahan kahu dengan menjumlahkan hasil dari penjualan getah pinus dan pendapatan dari sektor lain baik dari hasil pertanian, dan peternakan maka rata – rata pendapatan pertahun penyadap dari hasil sadapan getah pinus dan pendapatan dari sektor lain adalah sebesar Rp. 74,040.000/tahun/KK. Hasil data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel.11. Pendapatan Total Penyadap Getah Pinus

No

Pendapatan Total Penyedap Getah Pinus (Rp/Tahun) Jumlah Responden (Orang) Presentase % 1 2 3 43.440.000 – 52.280.000 52.290.000 – 61.130.000 61.140.000 – 69.980.000 2 4 6 6.67 13.33 20.00

(47)

32 4 5 6 7 69.990.000 – 78.830.000 78.840.000 – 87.680.000 87.690.000 – 96.530.000 96.540.000 – 105.380.000 5 9 3 1 16.67 30.00 10.00 3.33 Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020.

Dari Tabel 9 diatas terlihat bahwa pendapatan total penyedap getah pinus paling banyak adalah 78.840.000 - 87.680.000 sebanyak 9 responden dengan presentasi 30%. Sedangkan, Pendapatan total dari Penyadap getah pinus terendah sebesar 43.440.000 - 52.280.000 dengan jumlah responden 2 Orang. 5.4. Komponen Kebutuhan Rumah Tangga

Berdasarkan data dilapangan rata – rata komponen kebutuhan rumah tangga di Kelurahan Kahu menunjukkan bahwa komponen rumah tangga penyadap yang terdiri dari kebutuhan makanan sebesar Rp. 250.080.000/tahun/KK, listrik Rp.4.824.000/tahun/KK, kebutuhan anak Rp.9.996.000/tahun/kk, dan kebutuhan rumah tangga yang paling penting adalah kebutuhan transportasi yaitu sebesar Rp.3.360.000/tahun/KK. Jumlah keseluruhan kebutuhan rumah tangga penyadap di Kelurahan Kahu Rp.43.188.000/tahun/KK. Adapun rincian secara keseluruhan dapat terlihat pada Lampiran 7.

Tabel.12. Biaya Keseluruhan Kebutuhan Rumah Tangga per tahun No Biaya Keseluruhan

Kebutuhan Rumah Tangga (Rp/Tahun) Jumlah Responden (Orang) Presentasi % 1 22.800,000 – 35.159,999 10 33.33 2 35.160,000 – 47.519,999 11 36.67 3 47.520,000 – 59.879,999 6 20.00

(48)

33 4 59.880,000 – 72.239,999 2 6.67 5 72.240,000 – 84.599,999 0 0.00 6 84.600,000 – 96.959,999 0 0.00 7 96.960,000 – 10.931,9999 1 3.33 Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020.

Berdasarkan Tabel 11 diatas Biaya Keseluruhan Kebutuhan Rumah Tangga per tahun terbanyak adalah 35.160,000 – 47.519,999 dengan jumlah penyadap getah pinus 11 responden dengan presentasi 36,67%. Menurut teori Mosher, hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan.Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi besarnya pendapatan rumah tangga maka persentase pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan kata lain, apabila terjadi peningkatan pendapatan dan peningkatan tersebut tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera. Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.

5.5. Konstribusi Getah Pinus Terhadap Pendapatan Total

Kontribusi getah pinus terhadap pendapatan total per tahun yaitu total pendapatan getah pinus di bagi total penerimaan di kali 100%. Bahwa hasil penyadapan getah pinus mampu memberikan kontribusi sebesar 30,95% per tahun, dimana pendapatan hasil sadapan getah pinus sebesar 22.904.000/tahun/kk.

(49)

34 Dari hasil tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan hasil penyadapan getah pinus sangat membantu meringankan kebutuhan runah tangga penyadap. Sebagaimana pendapatan lebih besar dari pada kebutuhan rumah tangga, yaitu pendapatan total sebesar Rp. 74.040.000/tahun/KK, sedangkan kebutuhan rumah tangga sebesar Rp. 43.188.000/tahun/KK, dan memberikan keuntungan sebesar Rp. 30.852.000/tahun/KK.

Dapat dibuktikan bahwa jika hanya hasil pendapatan dari pekerjaan pokok maka kebutuhan rumah tangga penyadapan dapat penuhi. Pendapatan dari pekerjaan pokok sebesar Rp.51.100.000/tahun/KK, sedangkan kebutuhan rumah tangga penyadapan sebesar Rp. 43.188.000/tahun/KK, artinya pendapatan dari pekerjaan pokok lebih besar dari kebutuhan rumah tangga, sehingga pendapatan dari pekerjaan pokok dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Setelah ada hasil penjualan dari penyadapan getah pinus sebesar Rp. 22.904.000/tahun/KK dan pendapatan dari sektor lain 51.100.000/tahun/kk,

sehingga pendapatan total sebesar Rp. 74.040.000/tahun/KK dan mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga penyadapan bahkan lebih.

Selisih pendapatan total dan kebutuhan rumah tangga penyadap sebesar Rp. 30.825.000/tahun/KK. Hasil dari penyadapan getah pinus mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan total sebesar 30,95% per tahun terhadap pendapatan total.

Kontribusi pendapatan total dari kegiatan penyedap terhadap pendapatan total.

(50)

35 Dengan menggunakan rumus diatas maka Kontribusi getah pinus terhadap pendapatan total per tahun yaitu total pendapatan getah pinus di bagi total penerimaan di kali 100%. Bahwa hasil penyadapan getah pinus mampu memberikan kontribusi sebesar 30,95% per tahun.

(51)

VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Adanya penyadapan getah pinus di Kelurahan Kahu mampu membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga penyadap sebesar Rp. 43.188.000/tahun/KK, dengan pendapatan total Rp. 74.040.000/tahun/KK.

Hasil dari penyadapan getah pinus memberikan kontribusi pendapatan sebesar 30,95% per tahun dengan hasil penjualan getah pinus setiap tahun rata – rata sebesar Rp. 22.904.000/tahun/KK terhadap pendapatan total petani penyadap sebesar Rp. 70.040.000/tahun/KK.

6.2. Saran

Disarankan agar peneliti selanjutnya mengenai kontribusi getah pinus dapat meningkatkan nilai pendapatan terhadap masyarakat khususnya yang ada di Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ahira Anne, 2012, Pengertian Kontribusi. Dikutip Dari Http://www.annehira.com./beasiswa.html, Diakses Tanggal 16 Maret 2019 Dahlan E, Dan Hartoyo, 1997. Komponen Kimia Terpenting Dari Getah Tusam

(Pinus mercusii), Asal Kalimantan Barat. Ino Hasil Hutan. Badan Pengembangan Dan Penelitian Kehutanan. Bogor. 5 (1): 38-39

Asriadi, A.R, 2015. Estimasi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Tanah Pada Kawasan Hutan Konservasi Suaka Margasatwa Tanjung Peropa Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo. Kendari.

Hadipoernomo, 1981, Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Getah Pinus, Duta Rimba. Vol VIII, 18-22

Hidayat F.A, 1999, Studi Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Penyadap Getah Pinus mercusii. Jung Et De Vriese di BKPH Manglayang Barat Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Skripsi, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor

Huda C. 2011. Kontribusi Pendapatan Penyadap Getah Pinus Terhadap Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat Sekitar Hutan Di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara, PERUM PERHUTANI Unit II Jawa Timur. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Jariah, N.A. 1998. Manfaat Sosial Ekonomi Penyadapan Pinus Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Penyadap: Studi Kasus di Desa Burat, RPH Gebang. BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan. Skripsi Sarjana. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Martawijaya et al, 2005, Atlas Kayu Jilid II, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Bogor

Mosher E. 2015. “Mengukur Kesejahteraan”. Bandung: Penerbit Pustaka Setia. Purwandari S. 2002, Analisis Pendapatan Penyadap Getah Pinus mercusii. Jung

Et De Vriese di BKPH Bogor. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan . Fakultas Kehutanan IPB, Bogor

Perum Perhutani, 2005. Pedoman Penyadapan Getah Pinus Tahun 2005, Perum Perhutani, Jakarta

(53)

38 Riyanto T.W.1980, Sedikit Tentang Penaksiran Hasil Getah Pinus mercusii, Duta

Rimba Vol IV, Jakarta, 12-17

Rochidayat dan Sukawi, 1979. Pengaruh Tinggi Tempat Tumbuh pada Produksi Getah Pinus mercusii pada Petak-Petak Coba di Kalibakung KPH Pekalongan . Laporan No.321 Lembaga Penelitian Hutan Bogor

Republik Indonesia, 1992, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999, Tentang Kehutanan, Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Sekretariat Negara, Jakarta.

Sabri, 2008. Pengantar Ekonomi Makr, Edisi Revisi Cetakan Kedua. Yogyakarta. BPFE.UI

Suharlan A. Herbagung dan D.M. Riyadi, 1980, Hubungan antara Produksi Getah Pinus mercusii dan LuasBidang Dasar, Tinggi Tempat, Tinggi Pohon dan Jarak Relatif antar Pohon. Laporan No.394. Lembaga Penelitian Hutan, Bogor

Suroto, 2007, Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Yogyakarta. Gajah Mada Univercity

Sukirno, 2007, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Sumardi, 2005. Metode Penyuluhan Pertanian. Sarana Perkasa. Jakarta

Todaro, 2005. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Alih Bahasa Haris Munandar, Jakarta: Erlangga

Wibowo P. 2006. Produktifitas Penyadapan Getah Pinus merkusii Jungh. et de Vriese dengan menggunakan sistem koakan (Quarre System) Di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

(54)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

KONTRIBUSI GETAH PINUS ( Pinus merkussi ) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PENYADAP DI KELURAHAN KAHU

KECAMATAN BONTO CANI KABUPATEN BONE

RESPONDEN Desa / Kelurahan : Kecamatan : Kabupaten : Provinsi : Bulan / Tahun :

(55)

40 I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :……….umur……….Tahun 2. Pekerjaan pokok :………. Sampingan :………. 3. Pendidikan : TK / SD / SMP / SMA / PT

4. Anggota Kelompok Tani

Yang pernah diikuti : a. ……….

: b. ……….

: c. ……….

5. Berapa Lama Bermukiman : ………tahun, penduduk asli : ya/tidak

6. Jumlah tanggungan keluarga : ………….Orang

II. SOSIAL EKONOMI

1. Pengalaman berusaha tani

Dalaman Kawasan Hutan : Tahun

(56)

41 2. Hasil dari penyadapan getah pinus

a. Lokasi sadapan :

b. Jarak rumah kelokasi sadapan : Km

c. Luas sadapan : Ha

d. Banyak pohon yang disadap sekali sadap : Pohon

e. Produksi getah per minggu : Kg

f. Produksi getah per bulan : Kg

g. Produksi getah per tahun : Kg

h. Harga getah per minggu : Rp

3. Jumlah biaya yang dipakai dalam proses penyadapan

a. Konsumsi : Rp.

b. Peralatan : Rp.

c. Apakah dalam proses penyadapan memakai tenaga kerja ? ya / tidak, jika, iya berapa biaya yang dikeluarkan :……….

d. Apakah memakai transportasi kelokasi penyadapan ? ya / tidak, jika iya, berapa biaya yang dikeluarkan :………

(57)

42 4. Pendapatan dari sektor lain

a. Sektor pertanian : ada / tidak, pendapatan

b. Sektor perdangangan : asa / tidak, pendapatan

c. Sektor jasa / buruh : ada / tidak pendapatan

d. Jenis ternak : ada / tidak pendapatan

5. Kebutuhan Rumah Tangga Per Bulan :

a. makan : ……. Rp b. Air : ……. Rp c. Listrik : ……. Rp d. Kebutuhan anak : ……. Rp e. Transportasi : ……. Rp f. lain – lain : ……. Rp Jumlah Total : ……. Rp

(58)

43 Lampiran 2. Tabel Karakteristik Responden

NO NAMA UMUR (TAHUN) PENDIDIKAN TANGGUNGAN KELUARGA 1 Mansur 39 SMP 3 2 Syamsuddin 35 SD 1 3 Sultan 36 SD 2

4 Abd. Latif 27 SMA 1

5 Aslim 40 SMP 3 6 Ganing 40 SMP 2 7 M. Jafar 44 SMP 3 8 Cummu 48 SD 3 9 Jumardi 29 SMA 2 10 Mustaming 55 SD 3 11 Basir 58 SD 4 12 Alias 50 SD 3 13 Tajuddin 30 SMP 1 14 Bakri 41 SD 2 15 Amir 32 SMP 1 16 Alimuddin 43 SD 2 17 Sakaria 36 SMP 2 18 Abd.Rasyid 49 SMP 3 19 Muh. Ali 47 SD 3 20 Arba 51 SD 4 21 Tuo 65 SD 4 22 Soijan 37 SMP 1 23 Suhardi 56 SD 4 24 Nurdin 59 SD 1 25 Irfan 52 SD 3 26 M. Asis 39 SD 2 27 Sudianto 60 SD 4 28 Sultan. N 35 SMP 2 29 Hidayat. S 30 SMP 1 30 Jamaluddin 62 SD 1 JUMLAH 1.325 71 RATA-RATA 44.2 2.36

(59)

44 Lampiran 3. Karakteristik Responden

NO NAMA JARAK RUMAH KE

LOKASI JUMLAH TEGAKAN (POHON) 1 Mansur 2 400 2 Syamsuddin 3 350 3 Sultan 0,5 400 4 Abd. Latif 0,5 380 5 Aslim 0,5 300 6 Ganing 1 400 7 M. Jafar 0,5 300 8 Cummu 3 400 9 Jumardi 1 400 10 Mustaming 0,5 200 11 Basir 3 250 12 Alias 0,5 400 13 Tajuddin 0,5 400 14 Bakri 1 400 15 Amir 3 200 16 Alimuddin 0,5 400 17 Sakaria 2 400 18 Abd.Rasyid 1 350 19 Muh. Ali 0,5 400 20 Arba 3 400 21 Tuo 3 200 22 Soijan 1 400 23 Suhardi 0,5 300 24 Nurdin 2 200 25 Irfan 1 400 26 M. Asis 1 400 27 Sudianto 0,5 400 28 Sultan. N 3 400 29 Hidayat Setiadi 0,5 400 30 Jamaluddin 1 300 JUMLAH 41 10530 RATA-RATA 1,37 351

(60)

45 Lampiran 4. Produksi Getah Pinus

NO NAMA JUMLAH POHON PRODUKSI GETAH PER MINGGU (gram) PRODUKSI GETAH PER BULAN (Kg) PRODUKSI GETAH PER TAHUN (Kg) 1 Mansur 400 280 448 5.376 2 Syamsuddin 350 336 470 5.640 3 Sultan 400 168 268 3.216 4 Abd. Latif 380 224 340 4.080 5 Aslim 300 280 336 4.032 6 Ganing 400 224 358 4.296 7 M. Jafar 300 336 403 4.836 8 Cummu 400 336 537 6.444 9 Jumardi 400 224 358 4.296 10 Mustaming 200 336 268 3.216 11 Basir 250 280 280 3.360 12 Alias 400 280 448 5.376 13 Tajuddin 400 224 358 4.296 14 Bakri 400 280 448 5.376 15 Amir 200 168 134 1.608 16 Alimuddin 400 336 537 6.444 17 Sakaria 400 280 448 5.376 18 Abd.Rasyid 350 336 470 5.640 19 Muh. Ali 400 224 358 4.296 20 Arba 400 336 537 6.444 21 Tuo 200 280 224 2.688 22 Soijan 400 280 448 5.376 23 Suhardi 300 336 403 4.836 24 Nurdin 200 224 179 2.148 25 Irfan 400 168 268 3.216 26 M. Asis 400 168 268 3.216 27 Sudianto 400 336 537 6.444 28 Sultan. N 400 280 448 5.376 29 Hidayat Setiadi 400 336 537 6.444 30 Jamaluddin 300 280 336 4.032 JUMLAH 10.530 8.176 11.452 13.7424 RATA-RATA 351 272,53 381,73 4.580,8

(61)

46 Lampiran 5. Hasil Penjualan Getah Pinus Per Tahun

NO NAMA HARGA GETAH PINUS/Kg(Rp) PRODUKSI GETAH PER TAHUN (Kg) PENJUALAN GETAH PER TAHUN(Kg) 1 Mansur 5.000 5376 26.880.000 2 Syamsuddin 5.000 5640 28.200.000 3 Sultan 5.000 3216 16.080.000 4 Abd. Latif 5.000 4080 20.400.000 5 Aslim 5.000 4032 20.160.000 6 Ganing 5.000 4296 21.480.000 7 M. Jafar 5.000 4836 24.180.000 8 Cummu 5.000 6444 32.220.000 9 Jumardi 5.000 4296 21.480.000 10 Mustaming 5.000 3216 16.080.000 11 Basir 5.000 3360 16.800.000 12 Alias 5.000 5376 26.880.000 13 Tajuddin 5.000 4296 21.480.000 14 Bakri 5.000 5376 26.880.000 15 Amir 5.000 1608 8.040.000 16 Alimuddin 5.000 6444 32.220.000 17 Sakaria 5.000 5376 26.880.000 18 Abd.Rasyid 5.000 5640 28.200.000 19 Muh. Ali 5.000 4296 21.480.000 20 Arba 5.000 6444 32.220.000 21 Tuo 5.000 2688 13.440.000 22 Soijan 5.000 5376 26.880.000 23 Suhardi 5.000 4836 24.180.000 24 Nurdin 5.000 2148 10.740.000 25 Irfan 5.000 3216 16.080.000 26 M. Asis 5.000 3216 16.080.000 27 Sudianto 5.000 6444 32.220.000 28 Sultan. N 5.000 5376 26.880.000 29 Hidayat Setiadi 5.000 6444 32.220.000 30 Jamaluddin 5.000 4032 20.160.000 JUMLAH 15.0000 13.7424 687.120.000 RATA-RATA 5.000 4580,8 22.904.000

(62)

47 Lampiran 6. Pendapatan Responden Dari Pekerjaan Pokok Per Tahun

No Nama

Jenis Produksi Pertanian/Tahun Penjualan Ternak / Tahun Total Penerimaan Per Tahun Sapi (Rp) Total Penerimaan Per Tahun Kambing (Rp) Total Keseluruhan Pendapatan Tanaman Pangan Holtikultural Total Pendapatan dari pertanian/ Tahun Sapi (Ekor) Kambing (Ekor) 1 Mansur 37.800,000 31.800,000 69.600,000 - - - - 69.600,000 2 Syamsuddin 27.300,000 20.700,000 48.000,000 1 2 13.000,000 5.000,000 66.000,000 3 Sultan 29.400,000 24.600,000 54.000,000 - - - - 54.000,000 4 Abd. Latif 25.300,000 23.900,000 49.200,000 1 1 13.000,000 2.600,000 64.800,000 5 Aslim 16.700,000 12.100,000 28.800,000 1 2 12.700,000 5.300,000 46.800,000 6 Ganing 24.300,000 19.500,000 43.800,000 1 - 14.400,000 - 58.200,000 7 M. Jafar 23.200,000 18.800,000 42.000,000 - - - - 42.000,000 8 Cummu 22.800,000 19.200,000 42.000,000 - - - - 42.000,000 9 Jumardi 28.700,000 19.300,000 48.000,000 2 - 16.200,000 - 64.200,000 10 Mustaming 38.900,000 33.100,000 72.000,000 1 - 14.400,000 - 86.400,000 11 Basir 28.300,000 25.700,000 54.000,000 1 1 14.400,000 2.400,000 70.800,000 12 Alias 25.200,000 21.000,000 46.200,000 - - - - 46.200,000

Gambar

Tabel  5  menunjukan  terlihat  bahwa  tingkat  pendidikan  penyadap  getah  pinus di Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone sebagian besar  hanya pada sekolah dasar (SD) sebesar 56,6% dengan jumlah responden 17 orang
Tabel 6 terlihat bahwa jarak rata – rata kelokasi sadapan dari 30 responden  yang  jarak  rumah  ke  lokasi  sadapan  0,50  Km,  adalah  40%  dengan  jumlah  responden sebanyak 12 orang sedangkan jarak 1 Km sebesar 27% dengan jumlah  responden  sebanyak  8
Tabel  7  terlihat  bahwa  jumlah  tegakan  pohon  100  –  300  pohon  dengan  persentasi 30% jumlah responden sebanyak 9 orang  dan 400 – 600 pohon sebesar  70% dengan jumlah responden 21 orang, hasil selengkapnya pada Lampiran 3
Gambar 3. Wawancara Dengan Responden Petani Penyadap
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pakar diagnosis hama dan penyakit pada tanaman tembakau dalam penelitian ini menggunakan metode certainty factor untuk menentukan tingkat kepastian suatu hama

Hasil wawancara peneliti dengan bapak Ahdar selaku kepala UPTD Balai Diklat pertanian Saree menyebutkan bahwa pemberian bibit talas satoimo oleh pemerintah selain didasari

Briket dari bahan baku sampah kebun campuran dan kulit kacang tanah dengan tambahan minyak jelantah pada komposisi 80% : 20% menggunakan perekat tepung tapioka

Maka akan ditampilkan data yang dikirimkan oleh server ke browser (klien), sedangkan skrip aslinya (awal.php) tidak bisa dilihat oleh klien (pengguna).. 8 Rahasia Inti Master PHP

Hasil ini sesuai dengan penemuan dari Pertiwi dan Wirawani yang mendapatkan bahwa tingkat pendidikan ibu tidak memiliki hubungan dengan lama pemberian ASI, 12 tetapi

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh dari faktor eksternal seperti inflasi dan tingkat suku bunga ( BI rate ) dan faktor internal seperti jumlah asset kelolaan

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Berhubungan dengan film yang banyak mengandung simbol dan tanda, maka yang menjadi pusat perhatian penelitian adalah pesan yang dikaji dari kajian semiotiknya