• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PESERTA DIDIK MENGIKUTI PROSES PEMBELAJARAN PKN DI SMA AL-AZHAR 3. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PESERTA DIDIK MENGIKUTI PROSES PEMBELAJARAN PKN DI SMA AL-AZHAR 3. Oleh"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PESERTA DIDIK MENGIKUTI PROSES PEMBELAJARAN PKN

DI SMA AL-AZHAR 3 Oleh

(Sandika Putra, Berchah Pitoewas, M. Mona Adha)

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013-2014.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan sampel yang berjumlah 56 orang responden dengan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan persentase.

Berdasarkan analisis data dapat diketahui faktor yang mempengaruhi sikap peserta didik dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk faktor penyajian materi tergolong kategori tinggi yaitu 60,71%, sedangkan tergolong sedang 32,14%, dan tergolong rendah 7,14%. Sedangkan yang disebabkan oleh faktor pengalaman guru yang tergolong kategori tinggi 19,64%, tergolong sedang 60,71%, dan tergolong rendah 19,64%. Dan yang disebabkan oleh faktor metode pembelajaran yang tergolong tinggi 35,71%, tergolong sedang sebanyak 46,42%, dan yang tergolong kategori rendah sebesar 17,85%. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh faktor penyajian materi menempati posisi tertinggi disusul, faktor metode pembelajaran dan faktor pengalaman guru pada sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013-2014.

(2)

THE FACTORS WHICH AFFECTTHE ATTITUDE OF STUDENTS FOLLOWING PROCESS OF LEARNING CIVIC EDUCATION

AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

(Sandika Putra, Berchah Pitoewas, M. Mona Adha)

The purpose of this research is to explain the factors that affect students' attitude in following civic education learning process in the XI grade of SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung in academic year 2013-2014 .The method used in this research is descriptive method with a sample of respondents consisted of 56 students with proportion (percentage) as the data of analysis. Based on analysis of the data, can be found that factors which affect students' attitude in following civic education subject learning process toward the presentation of material is classified as high category consisted of 60,71 %, while classified as average category is 32,14 %, and low category is 7,14 %. While caused by a factor of experience teachers which are classified as high category 19,64 %, average 60,71 %, and low is about 19,64 %. And caused by a factor of learning method which is categorised as high is about 35,71 %, average is about 46,42 % , and low is about 17,85 % . From the results of the analysis, can be concluded that the influence of factors material presentation occupied the highest position, followed by factor of learning method and the experience of teachers in students' attitude in following civic education learning process in the XI grade of SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung academic year 2013/2014.

(3)

Latar Belakang

Sekolah adalah salah satu wahana strategis untuk mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang menyatukan pengembangan ranah pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai untuk mengembangkan kepribadian dan perwujudan diri peserta didik.

Pembentukan sikap pada diri peserta didik peran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan atau disingkat PKn sangat penting. Karena mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter serta mempunyai jiwa nasionalisme tinggi dan patriotisme yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Karakter kewarganegaraan peserta didik di sekolah tercermin dalam sikap peserta didik dalam mengikuti pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di kelas mamupun di luar kelas. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti beranggapan perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Karena dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di kelas, ada berbagai faktor yang mempengaruhi sikap peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran tersebut dengan serius, baik itu faktor dari

luar maupun dari diri peserta didik itu sendiri.

Berdasarkan hasil observasi di Kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung pada tanggal 18 September 2013 terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di kelas. Seperti, faktor dari guru, karakteristik guru atau pun kepribadian guru pendidikan kewarganegaraan pada saat mengajar dikelas, faktor dari peserta didik dan sekolah. Faktor dari guru seperti pembuatan materi pembelajaran dan proses belajar mengajar kurang bervariasi sehingga kesannya membosankan akan berpengaruh pada sikap peserta didik, penggunaan media pembelajaran yang kurang tepat membuat peserta didik tidak fokus pada media tersebut dan apa yang sedang diberikan guru, pemilihan metode mengajar yang kurang tepat akan menyebabkan sikap peserta didik tidak memperhatikan pembelajaran.

Kemudian faktor dari peserta didik seperti tidak ada semangat dari dalam diri peserta didik itu sendiri untuk menjadi yang terbaik, kurangnya motivasi atau dorongan bagi peserta didik baik dari guru, orang tua maupun teman-temannya, kurangnya komunikasi yang terjalin akrab antara siswa dan guru. Selanjutnya faktor dari sekolah, sekolah harus memberikan sarana dan prasarana yang lengkap agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik sehingga maksimalisasi tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tetapi jika sarana dan prasarana yang disediakan sekolah tidak

(4)

lengkap maka akan menggagu proses belajar mengajar dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal.

Tinjauan Pustaka

Pengertian Sikap Peserta Didik

Pengertian sikap dikemukakan oleh Aiken dalam Kaelan (2009: 11), mendefinisikan “sikap sebagai prediposisi atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat atau memadai terhadap objek, situasi, konsep atau orang lain”. Menurut Sardiman (2007: 111) “siswa atau peserta didik adalah salah satu komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar”.

Sedangkan sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjahui, membenci, menghindari, menghindari ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Menurut Sunaryo (2004: 200) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) 2. Merespon ( responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuik mengerjakan atau mendiskusikan dengan oaring lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dan sebagainya) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

3. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologis sosial. Pembahasan berkaitan dengan psikologis (social) hampir selalu menyertakan unsur sikap baik sikap individu maupun sikap kelompok sebagai salah satu bagian dari pembahasannya. sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

(5)

aktivitas, akan tetapi berupa kecenderungan tingkah laku. Dalam pergaulan sehari-hari sikap merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial.

Pendapat lain mengenai sikap dikemukakan oleh Sunarto (2006: 170) yaitu:

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu, sebagai suatu penghayatan terhadap objek di lingkungan tertentu. Sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting karena sikap merupakan kecenderungan untuk berprilaku sehingga akan banyak mewarnai prilaku seseorang. Sikap setiap orang berbeda atau bervariasi, baik kualitas maupun jenisnya sehingga prilaku individu menjadi bervariasi. Pentingnya aspek sikap dalam kehidupan individu, mendorong para psikologis untuk mengembangkan teknik dan instrument untuk mengukur sikap manusia. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan suatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap.

Berdasarkan definisi-definisi sikap yang telah dijelaskan di atas bahwa yang dimaksud dengan sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai untuk menentukan apakah orang harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu menentukan

apa yang disukai, diharapkan, baik yang bersifat positif maupun negatif.

Tinjauan Umum Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Konsep Pembelajaran

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kemudian menurut Dimyati dalam Sukmadinata (2007: 297) “pembelajaran ialah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan maka pembelajaran ialah suatu kegiatan yang direncanakan dan dibuat oleh guru kepada peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan-tujuan yang diinginkan dan yang diharapkan.

Teori Belajar

Teori belajar Behavioristik adalah teori belajar ini pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang di

(6)

inginkan. Perilaku yang di nginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Teori belajar Kognitif adalah Menurut teori ini, proses belajar akan belajar dengan baik bila materi pelajaran yang beradaptasi (berkesinambungan) secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Teori belajar Humanistik adalah Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Teori belajar Konstruktivistik Menurut teori ini permasalahan dimunculkan dari pancingan internal, permasalahan muncul dibangun dari pengetahuan yang direkonstruksi sendiri oleh siswa. Teori ini sangat dipercaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun sendiri pengetahuannya melalui kemampuan berpikir dan tantangan yang dihadapinya, menyelesaikan dan membuat

konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistik dan teori dalam satu bangunan utuh.

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Sedangkan menurut Sofhiah dan Gatara (2011: 6) “Pendidikan Kewarganegaraan dapat didefinisikan sebagai proses dari pendewasaan bagi warga negara dengan usaha sadar dan terencana melalui pengajaran dan pelatihan sehingga terjadi perubahan pada warga negara tersebut dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang bersifat kritis dan emansipatoris”.

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. Tertib dalam kehidupan keluarga, tertib di sekolah, norma

(7)

yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat. hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama. konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi. Otonomi pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi. kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan

Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek, metode, sistem dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas, baik objek material maupun objek formalnya. Objek material adalah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang ilmu. Sedangkan objek formal

adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untk membahas objek material tersebut. Adapun objek material dari pendidikan kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik yang empirik maupun yang non empirik, yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku warganegara dalam kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek formalnya mencakup dua segi, yaitu segi hubungan antara warganegara dan negara (termasuk hubungan antar warganegara) dan segi pembelaan negara. Dalam hal ini pembahasan pendidikan kewarganegaraan terarah pada warga negara Indonesia dan pada upaya pembelaan negara Indonesia.

Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

Berdasarkan Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan yang dituangkan dalam Standar Proses PKn, Syaiful Sagala (2009: 95), Proses pembelajaran PKn memuat uraian tentang :

1. Tujuan (instructional objectives) mata pelajaran yang dirumuskan berupa ramuan dari sumber bahan yang diangkat dari rasionel program. 2. Pengalaman belajar (learning

experiences) yang direncanakan baik menyangkut bidang teori, praktikum maupun pengalaman di lapangan.

3. Topik dan Sub-topik yang akan disajikan, yang dianggap

(8)

penting dan esensial sebagai bahan ajar (instructional materials) yang akan dijadikan pembekalan yang cocok untuk pelaksanaan spektrum tugas mendukung kompetensi yang diharapkan.

4. Cara dan Teknik penyajian (course offering style) yang dipilihkan dan serasi dengan sifat dan cirri bahan ajar. 5. Takaran waktu yang dianggap

memadai untuk penyajian bahan ajar baik yang bersifat klasikal, laboratorer maupun kerja lapangan (field work) dan,

6. Bahan sumber yang cocok sebagai buku-dasar (text book), maupun referensi guna pengayaan (enrichment) melengkapi bahan ajar.

Rumpun Keilmuan

Pendidikan kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan Civic Education yang dikenal di berbagai negara. Sebagai bidang studi ilmiah, pendidikan kewarganegaraan bersifat antar disipliner (antar bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena upaya pembahasan dan pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi ilmu politik, ilmu hukum, ilmu filsafat, ilmu sosiologi, ilmu administrasi negara, ilmu ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan bangsa dan ilmu budaya.

Dimensi Sasaran Akhir Pkn

Paradigma baru PKn menerapkan pola pikir baru dengan hasil belajar yang di miliki siswa, hal tersebut di jelaskan pada gambar berikut :

(9)

Civic skill, civic parcitipation, civic responsibility (partisipasi politik yang cerdas bertanggung jawab)

Sasaran akhir Pendidikan Kewarganegaraan.

Civic culture (budaya kewarganegaraan) PERADAPAN PANCASILA

Sumber : Udin Winataputra, 2012

Diagram di atas menggambarkan bahwa mata pelajaran PKn terdiri dari 5 sasaran akhir antara lain sikap dan kepribadian demokratis (civic diposition, civic covidence). kebijakan (civic virtue). Kesediaan dan keamanan berdemokratis (civic commitment) dan yang terakhir adalah budaya kewarganegaraan (civic culture).

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran di kelas SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (2005: 63) metode deskriptif diartikan sebagai penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Dengan Civic diposisition Civic Convidence (sikap & kepribadian demokratis) Civic virtue (kebijakan) civic commitment kesediaan & keamanaan berdemokrasi)

(10)

menggunakan metode ini peneliti bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi Sikap peserta didik dalam Mengikuti Proses Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Pembahasan

Faktor Penyajian Materi

Hasil analisis data yang peneliti lakukan terhadap sebanyak 56 responden di kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung menunjukkan bahwa yang mempengaruhi sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan disebabkan oleh faktor penyajian materi menunjukkan tergolong Rendah sebanyak 4 orang (7,14%), tergolong Sedang 18 orang (32,14%) dan tergolong Tinggi adalah sebanyak 34 orang (60,71%).

Responden berpendapat dengan penyajian materi yang dilakukan oleh guru dengan baik dengan penggunaan alat bantu pembelajaran, gaya yang menarik serta tidak membosankan akan membuat peserta didik termotivasi dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru.

Selain dari hal tersebut guru dalam proses pembelajaran di kelas juga harus memperhatikan rambu-rambu yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dalam rangka dijadikan acuan dalam langkah-langkah pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan bisa runtut, sistematis dan baik. Dalam proses pembelajaran guru juga harus melaksanakan tahapan demi tahapan sesuai dengan acuan atau RPP yang dibuat sebelumnya, diantaranya penyampaian salam, dan menjelaskan tujuan pembelajaran serta kopetensi yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai. Penyampaian informasi tersebut sangat diperlukan sehingga siswa dalam proses pembelajaran mengerti dan dapat berusaha untuk dapat meraihnya karena mereka tahu tujuan dari pembelajaran yang mereka lakukan.

Faktor Pengalaman Guru

Hasil analisis data yang peneliti lakukan terhadap 56 orang responden menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di kelas XI SMA Al-Azhar 3 bandar Lampung. yang disebabkan oleh faktor pengalaman guru menunjukkan bahwa pengalaman guru tergolong Rendah sebanyak 11 orang responden (19,64%), tergolong Sedang 34 orang responden (60,71%) dan tergolong Tinggi adalah sebanyak 11 orang responden (19,64%).

Kategori pengaruh yang tinggi faktor pengalaman guru terhadap sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran

(11)

mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Dalam kategori ini siswa memiliki pendapat yang positif. Hal ini dapat dilihat dari sebagian responden menganggap bahwa dalam proses pembelajaran, harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai baik yang dimiliki secara pribadi oleh guru sendiri maupun yang dipersiapkan atau disediakan oleh pihak sekolah seperti buku, LCD dan lainnya.

Faktor Metode Pembelajaran

Berdasarkan analisis data yang peneliti lakukan terhadap 56 orang responden menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung., bahwa faktor metode pembelajaran dengan kategori Rendah sebanyak 10 orang responden (17,85%), tergolong kategori Sedang 26 orang responden (46,42%) dan tergolong kategori Tinggi adalah sebanyak 20 orang responden (35,71%).

Pada kategori pengaruh yang tinggi faktor metode pembelajaran yang mempengaruhi sikap peserta didik disebabkan karena bahwa metode pembelajaran sangat mempengaruhi sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Metode pembelajaran dalam proses pembelajaran sangat memerlukan kreativitas yang tinggi oleh guru, supaya materi yang disajikan tidak cenderung monoton dan membuat

siswa mudah bosan. Akan tetapi sebaliknya dengan metode pembelajaran yang tepat dan dikemas dengan baik serta bervariasi akan mendorong siswa lebih aktif.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat serta bervariasi dan tentunya disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran selain membuat peserta didik dapat lebih aktif, tidak jenuh, dapat mengembangkan diri dan peserta didik lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh penyajian materi terhadap sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tergolong Tinggi adalah sebanyak 34 orang (60,71%). Disebabkan karenadengan penyajian materi yang dilakukan oleh guru dengan baik dengan penggunaan alat bantu pembelajaran, gaya yang menarik serta tidak membosankan

(12)

akan membuat peserta didik termotivasi dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru. Salah satu cara yang dapat diterapkan oleh setiap guru dengan penampilan materi yang menarik dengan penggunaan alat bantu pembelajaran yang diantaranya berupa film-film pendek, LCD dan alat-alat peraga yang lain akan dapat menarik siswa untuk lebih termotivasi dan sekaligus dapat mempengaruhi sikap siswa yang sebelumnya kurang tertarik dengan mata pelajaran yang diajarkan akan menjadi tertarik dan menyukainya. juga harus memperhatikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dalam rangka dijadikan acuan dalam langkah-langkah pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan bisa runtut, sistematis dan baik

2. Pengaruh faktor pengalaman guru tergolong Tinggi adalah sebanyak 11 orang responden (19,64%). responden menganggap bahwa dalam proses pembelajaran, harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai baik yang dimiliki secara pribadi oleh guru sendiri maupun yang dipersiapkan atau disediakan oleh pihak sekolah seperti buku, LCD dan lainnya. Dengan pengalaman yang cukup seorang guru dapat lebih dapat menguasai kelas dan dapat pula menjalankan

proses pembelajaran dengan baik. Pengalaman dapat berupa seperti latar belakang pendidikan, keaktifan dalam mengikuti seminar-seminar, ketersediaan dan kepemilikan literatur atau bahan yang memadai yang dapat menunjang dalam melaksanakan tugas mengajar, dari semua itu sangat berpengaruh besar nantinya dalam guru dapat maksimal dalam mengajar akan tetapi apabila diantara hal tersebut tidak terpenuhi maka sudah dapat dipastikan kurang dapat maksimal. Seorang guru yang memiliki pengalaman cukup akan berbeda cara dan gaya mengajarnya dengan yang kurang berpengalaman dan semua itu akan berdampak pula pada keberhasilan dan hasil belajar siswa.

3. Pengaruh faktor metode pembelajaran tergolong kategori Tinggi adalah sebanyak 20 orang responden (35,71%). Penggunaan metode pembelajaran yang tepat serta bervariasi dan tentunya disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran selain membuat peserta didik dapat lebih aktif, tidak jenuh, dapat mengembangkan diri dan peserta didik lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

(13)

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, dan mengambil kesimpulan hasil penelitian, maka penulis dapat mengajukan saran kepada:

a. Sekolah, sebagai wadah untuk mencetak calon generasi yang berprestasi diharapkan dapat meningkatkan pembinaan, disiplin serta menambah fasilitas dan prasarana belajar guna menunjang dalam proses pembelajaran serta mempunyai kualitas yang baik b. Guru, hendaknya dapat

meningkatkan profesionalismenya dalam proses pembelajaran agar dapat mengembangkan kualitas pendidikan sehingga proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan serta dapat membuat siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

c. Siswa diharapkan dapat lebih giat belajar dan berkreatif serta selalu melaksanakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik dengan kemampuan sendiri serta dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa sehingga dapat lebih berkembang serta akan bermanfaat untuk masa depan.

Daftar Pustaka

Kaelan, Achmad Zubaidi. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma

Nawawi, Hadari. 2005. Metode Peneelitian. Ghalia. Jakarta.

Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Alfabeta

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Grafindo Persada

Sofhian, Subhan dan Gatara Asep Sahid. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Bandung: Fokus Media.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Sunarto, Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Winataputra, Udin S, Dasim B. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan

(14)

Dalam Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press.

Gambar

Diagram  di  atas  menggambarkan  bahwa  mata  pelajaran  PKn  terdiri  dari  5  sasaran  akhir  antara  lain sikap dan kepribadian demokratis (civic diposition, civic covidence)

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Strategi penghidupan merupakan langkah yang diambil setiap orang untuk dapat mencapai kondisi status sosial ekonomi yang dituju berguna untuk kehidupan yang

Penelitian tindakan kelas merupakan perbaikan mutu praktik pembelajaran di kelas, makin banyak diminatiPenelitian tindakan kelas menurut Sutama (2012: 133-134)

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Menurut Ghozali (2013:98), uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama –

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan