• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2006

TENTANG

TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR,

Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa maka ketentuan tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa perlu diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur;

b. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setem-pat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. bahwa pengakuan terhadap nilai budaya, adat istiadat serta asal-usul sebagai jati diri masyarakat Desa perlu mendapat wadah pemeliharaan dan pengaturan dalam bentuk Peraturan Daerah;

(2)

d. bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan dan tantangan global dipandang perlu menyelenggarakan otonomi desa dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab yang diwujudkan dengan peraturan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, dengan mengutamakan musyawarah mufakat, otonomi desa dan peran serta masyarakat; e. bahwa materi Peraturan Daerah yang

mengatur tentang Desa yang telah ada belum sepenuhnya mencerminkan semangat Otonomi Daerah sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah , yang memberikan kewenangan kepada Desa untuk mengatur dan mengurus sendiri rumah tangganya, sehingga perlu untuk disempurnakan;

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai-mana dimaksud huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e dipandang perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958

tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655);

(3)

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lem-baran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bebas dan Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perun-dang-undangan ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421 );

5. Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagai-mana diubah dengan Undang-Undang 8 Tahun 2005 (Lembara Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

(4)

Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Dae-rah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ;

11. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyeleng-garaan Pemerintahan Daerah ;

Dengan persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

dan

BUPATI LOMBOK TIMUR

(5)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

2. Bupati adalah Bupati Lombok Timur;

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Timur;

4. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatua Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan

(6)

Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa; 8. Kepala Desa adalah Kepala Organisasi Pemerintah Desa

yang melaksanakan tugas dibidang Pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;

9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah Lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa;

10. Perangkat Desa adalah pembantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya yang terdiri atas Sekretaris Desa, Kepala Urusan, pelaksana teknis lapangan dan unsur kewilayahan;

11. Sekretaris Desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan dan diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur atas nama Bupati Lombok Timur;

12. Kepala Urusan adalah unsur staf yang membantu Sekretaris Desa yang menangani urusan tertentu;

13. Pelaksana Teknis Lapangan adalah petugas yang membantu Kepala Desa dalam bidang teknis tertentu yang dibentuk oleh Kepala Desa berdasarkan kebutuhan dan kemampuan Desa;

14. Panitia Pemilihan adalah panitia yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan identitas bakal calon

(7)

berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan pemungutan suara dan perhitungan suara dan melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa;

15. Panitia Teknis adalah panitia yang bertugas membantu panitia pemilihan untuk menyelenggarakan pendaftaran pemilih, pemungutan suara dan perhitungan suara pemilihan Kepala Desa ditiap-tiap TPS;

16. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintahan Desa dalam memberdayakan masyarakat;

17. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disingkat BUMDES adalah Badan Usaha yang berbentuk badan hukum sesuai Peraturan perundang-undangan yang berlaku dimiliki dan dikelola oleh Desa;

18. Pembentukan Desa adalah penggabungan beberapa Desa atau bagian Desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu Desa menjadi dua Desa atau lebih, atau pembentukan Desa diluar Desa yang telah ada;

19. Penghapusan Desa adalah tindakan meniadakan Desa yang ada akibat tidak memenuhi syarat dan/atau digabung dengan Desa terdekat;

20. Penggabungan Desa adalah penyatuan dua Desa atau lebih menjadi Desa baru;

21. Dusun adalah bagian wilayah kerja Pemerintahan Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa;

22. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang – undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa;

(8)

23. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Timur untuk desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten dari bagi hasil pajak/retribusi Daerah;

24. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa;

25. Pegawai Negeri adalah mereka yang telah memenuhi

syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;

26. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, pemeliharaan, penggabungan bimbingan diklat, konsultasi, supervisi, monitoring, pengawasan umum dan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

27. Bakal calon adalah warga masyarakat setempat yang berdasarkan penjaringan, oleh panitia pemilihan ditetapkan sebagai bakal calon Kepala Desa;

28. Calon adalah calon Kepala Desa yang telah ditetapkan oleh panitia pemilihan;

29. Calon yang berhak dipilih adalah calon Kepala Desa yang telah mendapat persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa;

(9)

30. Calon terpilih adalah calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan Kepala Desa;

31. Pejabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan hak, wewenang dan kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu;

32. Pemilih adalah penduduk desa yang bersangkutan yang telah memenuhi persyaratan atau mempergunakan hak pilihnya;

33. Hak pilih adalah hak yang dimiliki pemilih untuk menentukan sikap pilihannya;

34. Penjaringan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh panitia pemilihan untuk mendapatkan bakal calon dari warga masyarakat setempat;

35. Penyaringan adalah seleksi yang dilakukan baik dari segi administrasi maupun kemampuan dan kepemimpinan bakal calon.

BAB II

PEMILIHAN KEPALA DESA Bagian Pertama

Panitia Pemilihan

Pasal 2

(1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan kepala desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan.

(2) BPD memproses pemilihan kepala desa, paling lama 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa Jabatan Kepala Desa.

(10)

Pasal 3

(1) Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk panitia pemilihan yang jumlah anggotanya ganjil sesuai kebutuhan.

(2) Susunan keanggotaan panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :

a. 1 ( satu ) orang ketua merangkap anggota;

b. 1 ( satu ) orang wakil ketua merangkap anggota c. 1 ( satu ) orang sekretaris merangkap anggota;

d. 1 ( satu ) orang wakil sekretaris merangkap anggota; e. Beberapa orang anggota

Pasal 4

Unsur panitia pemilihan terdiri dari Perangkat Desa, Lem-baga Kemasyarakatan Desa, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat.

Pasal 5

(1) Untuk membantu pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara ditiap-tiap TPS dibentuk panitia teknis yang jumlahnya sesuai kebutuhan berdasarkan keputusan panitia pemilihan.

(2) Panitia teknis terdiri dari : a. Ketua

b. Sekretaris

c. Anggota sesuai dengan kebutuhan d. Petugas keamanan/Hansip.

(11)

(3) Unsur panitia teknis terdiri dari : a. Perangkat Desa;

b. Lembaga Kemasyarakatan Desa; c. Tokoh agama dan tokoh masyarakat; d. Unsur Hansip/Linmas

Pasal 6

(1) Panitia pemilihan sebagaimana Pasal 2 ayat (1) mem-punyai tugas :

a. Mengumumkan dipapan-papan pengumuman dan ditempat-tempat yang dianggap strategis dalam wilayah desa, bahwa di desa yang bersangkutan akan diadakan pemilihan Kepala Desa;

b. Melaksanakan pendaftaran pemilih dibantu oleh panitia teknis (dibuat perdusun) untuk selanjutnya disahkan oleh Ketua Panitia Pemilihan;

c. Melakukan penjaringan dan menerima pendaftaran bakal calon yang dilengkapi dengan persyaratan administrasi;

d. Menerima dan meneliti administrasi persyaratan bakal calon dan memberikan pertimbangan-pertimbangan mengenai bakal calon kepada BPD untuk ditetapkan sebagai calon yang berhak mengikuti seleksi;

e. Melakukan seleksi penyaringan bakal calon Kepala Desa untuk selanjutnya ditetapkan sebagai calon Kepala Desa yang berhak dipilih;

f. Menetapkan biaya pemilihan, tempat pemilihan dan waktu pemungutan suara setelah terlebih dahulu dikonsultasikan dengan BPD;

(12)

g. Mengadakan persiapan-persiapan untuk menjamin supaya pelaksanaan pemilihan Kepala Desa berjalan dengan tertib, aman dan teratur;

h. Melaksanakan pemilihan Kepala Desa;

i. Mengambil keputusan apabila timbul permasalahan dalam pemilihan Kepala Desa;

j. Melaporkan hasilnya kepada BPD dengan tembusan Camat dan Bupati.

(2) Ketua panitia pemilihan selaku ketua tim dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada BPD.

Pasal 7

Apabila diantara panitia pemilihan ada yang ditetapkan sebagai bakal calon atau calon atau berhalangan keanggotaannya dapat diganti berdasarkan keputusan BPD

Bagian Kedua

Panitia Penelitian dan Panitia Pengawas

Pasal 8

(1) Untuk membantu memberikan pertimbangan kepada Bupati dalam mengesahkan Keputusan BPD tentang penetapan calon terpilih Bupati membentuk Panitia Penelitian Kabupaten Lombok Timur dan Panitia Pengawas Tingkat Kecamatan dengan Keputusan Bupati yang susunan keanggotaannya sebagai berikut :

a. Panitia Penelitian Kabupaten terdiri dari :

1. Asisten I Bidang Pemerintahan sebagai Ketua

2. Kepala Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kab.Lombok Timur sebagai Sekretaris;

(13)

3. Kepala BPMD Kabupaten Lombok Timur sebagai anggota;

4. Kepala Bakesbang Linmas Kabupaten Lombok Timur sebagai anggota;

5. Kepala Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Kab.Lombok Timur sebagai anggota;

6. Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kab.Lombok Timur sebagai anggota

7. Kepala Bagian Ketertiban Umum Sekretariat Daerah Kab.Lombok Timur sebagai anggota;

8. Kepala Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kab.Lombok Timur sebagai anggota;

9. Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kab.Lombok Timur sebagai anggota;

10. Kepala Bagian Kepegawaian Sekretariat Daerah Kab.Lombok Timur sebagai anggota;

11. Kepala Bagian Humas Sekretariat Daerah Kab.Lombok Timur sebagai anggota;

12. Kepala Sub Bagian pada Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kab.Lombok Timur sebagai anggota;

b. Panitia Pengawas Pemilihan Tingkat Kecamatan terdiri dari :

1. Camat sebagai Ketua;

2. Kepala Seksi Pemerintahan sebagai Sekretaris; 3. Kepala Kepolisian Sektor sebagai anggota;

4. Komandan Rayon Militer sebagai anggota.

(2) Panitia Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mempunyai tugas :

(14)

a. Meneliti persyaratan calon terpilih dan memberikan pertimbangan mengenai calon terpilih berdasarkan temuan-temuan dilapangan;

b. Meneliti laporan hasil pelaksanaan ujian penyaringan dari panitia pemilihan calon Kepala Desa;

c. Meneliti hasil pemilihan Kepala Desa terpilih;

d. Meneliti keputusan BPD tentang penetapan Kepala Desa terpilih beserta kelengkapannya;

e. Melaporkan hasilnya kepada Bupati.

(3) Panitia Pengawas Pemilihan Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b mempunyai tugas :

a. Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya pelaksanaan pemilihan Kepala Desa;

b. Menghadiri pelaksanaan pemilihan Kepala Desa sampai selesai;

c. Mengarahkan panitia pemilihan dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa;

d. menginventarisir/mencatat segala sesuatu yang terjadi dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa; e. Melaporkan hasilnya kepada Bupati.

BAB III

BIAYA PEMILIHAN KEPALA DESA

Pasal 9

Biaya Pemilihan Kepala Desa bersumber dari Bantuan APBD, APBDes dan bantuan pihak ketiga yang sah.

(15)

BAB IV

HAK MEMILIH DAN DIPILIH

Pasal 10

(1) Yang dapat memilih Kepala Desa adalah penduduk desa warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan :

a. Terdaftar sebagai penduduk desa yang bersangkutan secara sah;

b. Sudah mencapi usia 17 ( tujuh belas ) tahun atau telah pernah menikah;

c. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

d. Tidak pernah terlibat langsung maupun tidak lang-sung dalam suatu kegiatan yang menghianati Negara Kesatuan Republik Indoniesai yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 seperti G 30 S/PKI dan atau organisasi terlarang lainnya kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; e. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya f. Terdaftar dan didaftar sebagai pemilih tetap/ tambahan yang telah ditetapkan oleh Ketua Panitia Pemilihan.

(2) Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk desa warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan :

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

(16)

tahun 1945 dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah;

c. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP ) dan/atau sederajat;

d. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun; e. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;

f. Penduduk Desa setempat;

g. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun;

h. Tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; i. Belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling

lama 10 (sepuluh) tahun atau dua kali masa jabatan. j. Tidak pernah terlibat langsung dalam kegiatan yang

menghianati Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

k. Sehat jasmani dan rohani; l. Berkelakuan baik;

m. Mendapatkan dukungan sekurang-kurangnya 2,5% (dua setengah persen) dari jumlah pemilih yang dibuktikan dengan photo copy kartu tanda penduduk (KTP) atau identitas lainnya yang tersebar dilebih dari setengah jumlah dusun didesa tersebut.

Pasal 11

Permohonan untuk menjadi calon Kepala Desa diajukan secara tertulis oleh bakal calon Kepada BPD melalui panitia pemilihan dengan dilengkapi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan yaitu :

(17)

a. Surat pernyataan kesediaan menjadi calon;

b. Surat pernyataan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Surat pernyataan setia kepada Pancasila sebagai Dasar

Negara, UUD 1945 dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. Surat pernyataan tidak pernah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam setiap kegiatan yang menghianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;

e. Surat Keterangan tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

f. Surat keterangan kesehatan yang dikeluaarkan oleh dokter pemerintah;

g. Surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian;

h. Poto copy ijazah pendidikan terakhir yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;

i. Poto copy akte kelahiran /surat kenal lahir yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;

j. Poto copy KTP ;

k. Daftar pendukung bersama poto copy KTP dan atau identitas lainnya sekurang-kurangnya 2,5% (dua koma lima persen);

l. Pas poto hitam putih ukuran 4x6 cm sebanyak 5 (lima) lembar tanpa kaca mata.

m. Surat pernyataan belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dua kali masa jabatan.

(18)

Pasal 12

(1) Bakal calon Kepala Desa yang berstatus Pegawai Negeri, selain memenuhi persyaratan sebagimana dimaksud pada pasal 8 diharuskan pula memperoleh izin tertulis dari pimpinan instansi induknya.

(2) Pegawai Negeri yang dipilih/diangkat menjadi Kepala Desa dibebas tugaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjabat sebagai Kepala Desa dengan tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri sesuai Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

(3) Bakal calon Kepala Desa dari TNI dan POLRI selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 diharuskan pula memenuhi ketentuan dan persyaratan interen kesatuan masing-masing.

(4) Perangkat desa dan Anggota BPD yang mencalonkan diri sebagai bakal calon harus dinonaktifkan oleh Pejabat yang berwenag setelah ada pemberitahuan secara tertulis.

(5) Anggota BPD dan perangkat Desa yang mencalonkan diri sebagai bakal calon harus dinonaktifkan oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 13

Perangkat desa dan BPD yang tidak terpilih menjadi Kepala Desa diaktifkan kembali oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 14

Kepala Desa yang akan berakhir masa jabatannya pada periode pertama dapat mencalonkan diri pada pemilihan Kepala Desa periode kedua dengan ketentuan dinonaktifkan oleh Bupati selama mengikuti proses pemilihan.

(19)

Pasal 15

(1) Jumlah bakal calon Kepala Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) orang.

(2) Apabila dalam pelaksanaan penjaringan hanya terdapat 1 (satu) orang Bakal Calon, proses penjaringan diper-panjang dalam waktu 15 (lima belas) hari.

(3) Apabila sampai berakhirnya jangka waktu perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masih terdapat 1 (satu) orang, Bakal Calon tersebut dapat diproses lebih lanjut.

Pasal 16

(1) Setelah melalui proses penjaringan dan penyaringan bakal calon Kepala Desa panitia pemilihan menetapkan calon Kepala Desa yang berhak dipilih dan melaporkan kepada BPD.

(2) Panitia Pemilihan menentukan nomor urut, foto dan atau tanda gambar lainnya sesuai kesepakatan.

Pasal 17

(1) Dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa, dapat diadakan Kampanye oleh calon Kepala Desa dan/atau tim kampanye yang ditunjuknya.

(2) Dalam kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masyarakat desa mempunyai kebebasan untuk meng-hadiri kampanye.

(3) Kegiatan kampanye dilakukan oleh calon selama 7 (tujuh) hari dan berakhir 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara.

(20)

(4) Penyampaian materi kampanye dilakukan secara sopan, tertib dan bersifat edukatif.

(5) Dalam kampanye dilarang menggunakan : a. Tempat ibadah;

b. Kantor Pemerintah dan sekolah-sekolah Pemerintah; c. Fasilitas Pemerintah lainnya.

Pasal 18

Kampanye sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (1) dapat dilakukan melalui :

a. Pertemuan terbatas; b. Tatap muka;

c. Penyebaran bahan kampanye kepada umum; d. Pemasangan tanda gambar calon;

e. Kegiatan lain yang tidak melanggar Peraturan Per-undang-undangan.

Pasal 19

Biaya kampanye dibebankan kepada masing-masing calon. Pasal 20

Pengaturan mengenai tempat pelaksanaan, waktu, mekanisme dan sistem kampanye serta biaya pelaksanaan kampanye diatur oleh panitia pemilihan.

Pasal 21

(1) Pemilihan dilaksanakan dalam rapat pemilihan calon Kepala Desa yang dipimpin oleh ketua panitia teknis atas nama panitia pemilihan.

(21)

(2) Pemilihan kepala Desa berlangsung salama 1 ( satu ) hari dengan tahapan :

a. Rapat Pemungutan suara dibuka pukul 08.00 wita dan ditutup pada pukul 14.00 wita;

b. Rapat Penguhitungan suara dilakukan setelah ber-akhirnya pelaksanaan Rapat pemungutan suara.

Pasal 22

Panitia pemilihan dan calon yang berhak dipilih yang terdaftar dalam daftar pemilih yang sudah disahkan oleh ketua pemilihan, tetap mempuyai hak untuk menggunakan hak pilihnya.

BAB V

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA

Pasal 23

(1) Pemungutan suara pemilihan Kepala Desa diselengga-rakan secara serentak di setiap TPS dan dihadiri calon atau saksi yang ditunjuk.

(2) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diadakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

(3) Hari, tanggal dan waktu pemungutan suara pemilihan Kepala Desa ditetapkan oleh panitia pemilihan.

(4) Pemilih yang berhalangan hadir karena sesuatu alasan tidak dapat diwakilkan dengan cara apapun.

Pasal 24

(1) Pemungutan suara terhadap calon Kepala Desa tunggal dilakukan dengan mencoblos tanda gambar calon yang disejajarkan dengan kolom kotak kosong.

(22)

(2) Apabila kotak kosong memproleh surat suara lebih banyak dari Calon Kepala Desa tunggal, maka pemilihan dinyatakan batal.

Pasal 25 Surat suara dinyatakan batal apabila :

a. Tidak memakai surat suara yang telah ditentukan; b. Tidak terdapat tanda tangan panitia pemilihan;

c. Memuat tanda/kode yang menunjukkan identitas pemilih; d. Mencoblos lebih dari satu calon;

e. Mencoblos di luar kolom tanda gambar yang disediakan. BAB V I

PELAKSANAAN PENGHITUNGAN SUARA

Pasal 26

(1) Pemilihan Kepala Desa dinyatakan Quorum apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 ( dua pertiga ) dari seluruh jumlah pemilih terdaftar dan disahkan oleh Ketua Pemilihan.

(2) Apabila sampai saat berakhirnya pemungutan suara Quorum sebagai mana dimaksud ayat (1) jumlah pemilih belum tercapai maka penghitungan suara dapat diundurkan paling lama 2 (dua) jam dengan ketentuan telah diperoleh ½ (setengah) dari jumlah pemilih yang telah disahkan oleh Ketua pemilihan dan dimuat dalam Berita Acara pemilihan.

(3) Apabila setelah diundurkan sampai batas waktu 2 ( dua ) jam, Quorum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jumlah pemilih tidak tercapai maka pemilihan Kepala Desa dinyatakan batal.

(23)

Pasal 27

(1) Penghitungan suara dilakukan di masing-masing TPS oleh panitia teknis.

(2) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh :

a. Panitia pemilihan;

b. Para calon Kepala Desa atau saksi yang ditunjuk oleh calon.

(3) Penunjukan saksi calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, disampaikan oleh calon kepada panitia pemilihan dengan dilampiri surat kuasa/mandat.

(4) Apabila calon dan/atau saksi calon yang ditunjuk tidak hadir, panitia teknis dapat menunjuk salah seorang atau beberapa orang yang hadir untuk menjadi saksi.

Pasal 28

(1) Penghitungan surat suara dapat dialihkan ke tempat lain oleh panitia pemilihan apabila situasi dan kondisi keamanan tidak memungkinkan.

(2) Pengalihan tempat penghitungan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah berkoordinasi dengan panitia pengawas dan BPD.

(3) Hasil perhitungan suara dimasing-masing TPS direkap di Kantor Desa yang dihadiri masing-masing Calon dan atau saksi yang ditunjuk.

Pasal 29

(1) Apabila terdapat 2 (dua) orang atau lebih calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak berjumlah sama, diadakan pemilihan ulang.

(24)

(2) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak penandatangan Berita Acara yang diikuti oleh calon yang memperoleh suara terbanyak sama.

(3) Apabila dalam pemilihan ulang hasilnya masih sama diadakan pemilihan ulang paling lambat 3 (tiga) bulan sejak penandatangan Berita Acara.

(4) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdapat calon mengundurkan diri dan sisanya terdapat hanya 1 (satu) orang, calon tersebut ditetapkan sebagai Kepala Desa terpilih tanpa melak-sanakan pemilihan ulang.

Pasal 30

(1) Apabila terjadi perbedaan antara jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya dengan jumlah surat suara, panitia pemilihan dapat mengusulkan pembatalan pemungutan suara di TPS yang terjadi perbedaan setelah bermusyawarah dengan panitia pengawas dan para calon Kepala Desa.

(2) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam Berita Acara dan disampaikan kepada BPD. (3) Selambat-lambatnya 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam, ketua Panitia Pemilihan menyelenggarakan rapat paripurna khusus untuk membahas usul pembatalan pemungutan suara.

(4) Apabila usul pembatalan pemungutan suara disetujui oleh BPD, maka BPD segera menetapkan jadwal pemungutan suara ulang selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari.

(25)

(5) Apabila pemilihan Kepala Desa dalam 1 (satu) atau lebih TPS terjadi suatu permasalahan/kendala sehingga tidak bisa menyelesaikan pemilihan tersebut, maka panitia pemilihan Kepala Desa bersama calon Kepala Desa dan panitia pengawas setelah musyawarah tetap menunda pemilihan tersebut dan melanjutkan setelah situasi memungkinkan paling lambat 7 (tujuh) hari.

BAB VII

PENETAPAN CALON TERPILIH

Pasal 31

(1) Panitia pemilihan membuat laporan dan Berita Acara hasil pemilihan Kepala Desa paling lambat 3 (tiga) hari setelah pemungutan suara kepada BPD.

(2) Berdasarkan laporan dan Berita Acara hasil pemilihan dari panitia pemilihan, BPD selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah menerima laporan harus menetapkan Kepala Desa terpilih dengan keputusan BPD.

(3) Apabila dalam waktu yang telah ditentukan pada ayat (2) diatas, BPD tidak dapat menetapkan Kepala Desa terpilih maka kewenangan menetapkan Kepala Desa terpilih dilaksanakan oleh Camat selaku ketua panitia pengawas. (4) Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon

yang memperoleh dukungan suara terbanyak.

(5) Apabila ada calon atau saksi calon yang tidak menanda tangani sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Berita Acara perhitungan suara tetap dinyatakan sah.

Pasal 32

(1) Calon Kepala Desa diberikan kesempatan untuk menyampaikan keberatan terhadap proses pelaksanaan

(26)

pemilihan kepada BPD selambat-lambatnya 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak panitia pemilihan menetapkan calon Kepala Desa terpilih dengan disertai bukti-bukti.

(2) Selambat-lambatnya 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak menerima keberatan calon Kepala Desa, BPD menyelenggarakan rapat khusus membahas permasa-lahan tersebut untuk diambil keputusan.

(3) Apabila selama batas waktu yang telah diberikan sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) calon Kepala Desa tidak mengajukan keberatan, BPD menyatakan pemilihan Kepala Desa sah.

BAB VIII

PENGESAHAN DAN PELANTIKAN KEPALA DESA

Pasal 33

(1) Calon Kepala Desa terpilih disampaikan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa terpilih selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pemungutan suara.

(2) Bupati menerbitkan Keputusan Bupati tentang

pengesahan pengangkatan Kepala Desa terpilih paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD dengan melam-pirkan penetapan Kepala Desa terpilih.

Pasal 34

(1) Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan Keputusan Bupati.

(27)

(2) Pelantikan Kepala Desa dapat dilaksanakan di desa bersangkutan dihadapan masyarakat.

(3) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa mengucapkan sumpah/janji.

(4) Susunan kata-kata sumpah/janji Kepala Desa dimaksud adalah sebagai berikut :

''Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya.

Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara;

Dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah , dan Negara Kesatuan Republik Indoensia".

Pasal 35

Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

BAB IX

PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Pasal 36 (1) Kepala Desa berhenti, karena :

a. Meninggal dunia; b. Permintaan sendiri;

(28)

c. Diberhentikan.

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena :

a. Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;

b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;

c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa; d. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan;

e. Tidak melaksanakan kewajiban Kepala Desa; dan/atau

f. Melanggar larangan bagi Kepala Desa.

(3) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan ayat (2) huruf a dan huruf b, diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati melalui Camat, berdasarkan keputusan musyawarah BPD.

(4) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimak-sud pada ayat (2) huruf c, huruf d, hurf e, dan huruf f disampaikam oleh BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan musyawarah BPD yang dihadiri oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD.

(5) Pengesahan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima.

(6) Setelah dilakukan pemberhentian Kepala Desa sebagai-mana dimaksud pada ayat (5), Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa.

(29)

Pasal 37

(1) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila dinyatakan melakukan tin-dak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap.

(2) Kepala Desa diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 38

Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan Negara.

Pasal 39

(1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (1), setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Bupati harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali Kepala Desa yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatan.

(2) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya Bupati hanya merehabilitasi Kepala Desa yang bersangkutan.

(30)

Pasal 40

Apabila Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1), Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 41

Apabila Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (2), Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa dengan tugas menyelenggarakan pemilihan Kepala Desa paling lama 6 (enam) bulan melaksanakan tugas pokok sebagai Penjabat Kepala Desa.

Pasal 42

(1) Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa, dilaksa-nakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati.

(2) Hal-hal dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan;

b. Diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati.

(3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 hari.

Pasal 43

3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa jabatan, Kepala Desa menyampaikan laporan akhir masa jabatan penyelenggaraan pemerintahan kepada Bupati dan menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD.

(31)

BAB X

PENGANGKATAN PENJABAT KEPALA DESA

Pasal 44

(1) Pengangkatan penjabat Kepala Desa ditetapkan dengan keputusan Bupati atas usul Camat dengan memperhati-kan aspirasi dan pendapat BPD.

(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah unsur perangkat desa dan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.

(3) Masa jabatan penjabat Kepala Desa sebagaimana dimak-sud ayat (2) selama-lamanya 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal pelantikannya.

(4) Penjabat Kepala Desa diambil sumpah/janji dan dilantik oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB XI S A N K S I

Pasal 45

Bilamana terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dalam Pemilihan Kepala Desa dikenakan sangsi sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 46

Masa jabatan Kepala Desa yang ada pada saat ini tetap berlaku sampai habis masa jabatannya.

(32)

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 47

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa yang mengatur tata cara pemilihan, pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 48

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur.

Ditetapkan di Selong

pada tanggal 27 Juni 2006

BUPATI LOMBOK TIMUR Cap. t td.

H.MOH ALI BIN DACHLAN

Diundangkan di Selong pada tanggal 28 Juni 2006

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Cap. t t d.

LALU NIRWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2006 NOMOR 7

(33)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2006

TENTANG

TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

I. UMUM

Pembangunan desa sebagai bagian integral dari pembanguan Daerah dan pembangunan nasional, keber-hasilannya sangat ditentukan oleh peranan Kepala Desa sebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan itu sendiri.

Kepala Desa mempunyai tugas yang berat karena ia adalah penyelenggara dan penanggungjawab utama dibidang Pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan urusan Pemerintahan umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban umum serta pelayanan kepada masyarakat disamping itu Kepala Desa juga mengemban tugas membangun mental masyarakat desa dalam arti menumbuh kembangkan semangat pembangunan yang dijiwai oleh azas usaha bersama, kekeluargaan dan gotong royong.

Pengakuan terhadap nilai sosial budaya, adat istiadat dan asal-usul sebagai jati diri masyarakat desa perlu mendapat wadah pemeliharaan dan pengaturan dalam bentuk peraturan Daerah.

Berkaitan dengan otonomi desa tersebut, Pemerintah Kabupaten Lombok Timur sejak diberlakukannya secara efektif undang-undang Nomor 22 tahun 1999 telah

(34)

membentuk peraturan-peraturan Daerah yang mengatur mengenai Pemerintahan Desa, namun peraturan-peraturan tersebut dirasakan masih belum mencerminkan semangat otonomi sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Oleh sebab itu materi-materi peraturan-peraturan tersebut perlu disempurnakan dengan membentuk peraturan Daerah baru yang mengatur tentang Pemerintahan Desa, yang memberikan otonomi kepada desa secara nyata dan bertanggung jawab.

Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa maka kewenangan untuk mengatur tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa adalah merupakan kewenangan Kabupaten yang harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Oleh sebab itu maka ditetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan serta perwu-judan demokrasi.

Dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa seluruh proses penyelenggaraannya dilaksanakan oleh masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa sedangkan Pemerintah Daerah hanya berperan untuk meneliti, mengawasi, memfasilitasi dan membantu pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa.

(35)

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 3 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 4

- Yang termasuk lembaga kemasyarakatan Desa

adalah LKMD, Karang Taruna, PKK dan sejenisnya.

- Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat adalah

tokoh adat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya. Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas

(36)

Ayat 3

Cukup jelas Pasal 6

Ayat (1) Huruf a

Maksud diumumkannya dipapan-papan pengumuman dan ditempat-tempat yang dianggap strategis dalam wilayah desa adalah agar semua masyarakat mengetahui dan mengikuti pelaksanaan pemilihan Kepala Desa. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas

(37)

Ayat (2)

Huruf a dan b Cukup jelas Huruf c

Yang dimaksud dengan tamat SLTP adalah mempunyai ijazah SMP, Madrasah Tsana-wiyah, Sekolah Teknik dan Paket B.

Huruf d dan e Cukup jelas

Huruf f

Penduduk desa setempat yang dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan domisili. Huruf g dan h

Cukup jelas

Huruf i

Yang dimaksud dengan dua kali masa

jabatan adalah seseorang yang menjabat sebagai Kepala Desa dua kali masa jabatan baik secara berturut-turut maupun tidak

Huruf j s/d m Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan pimpinan instansi induk adalah :

(38)

- Sekretaris Daerah bagi PNS dilingkungan Sekretariat Daerah;

- Sekretaris Dewan bagi PNS dilingkungan

Sekretariat DPRD;

- Kepala Dinas bagi PNS dilingkungan Dinas;

- Kepala Badan bagi PNS dilingkungan Badan;

- Kepala Kantor bagi PNS dilingkungan Kantor;

dan

- Camat bagi PNS dilingkungan Kecamatan dan

Kelurahan;

- Bagi anggota TNI pimpinan instansi induknya

adalah Danrem/Dandim;

- Bagi anggota Polri, pimpinan instansi

induk-nya adalah Kapolda /Kapolres Ayat 2 Cukup jelas Ayat 3 Cukup jelas Ayat 4 Cukup jelas Ayat 5 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas

(39)

Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Dapat diperoses lebih lanjut artinya bakal calon kepala desa tuggal tersebut dapat mengikuti tahap penyaringan sampai dengan tahap penetapan calon Kepala Desa yang berhak dipilih Pasal 16

Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Penetapan tanda gambar setiap calon Kepala Desa disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, tanda gambar yang dipakai setiap calon ditentukan sesuai kesepakatan panitia pemilihan, bakal calon, tokoh masyarakat dan lembaga lainnya.

Pasal 17 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

(40)

Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Pemilih harus menggunakan hak suaranya secara langsung dan tidak dibenarkan untuk diwakilkan.

(41)

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 24 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 27 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

(42)

Ayat (4) Cukup jelas Pasal 28 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 29 Ayat (1)

Pemilihan ulang yang dimaksud adalah hanya berlaku bagi calon yang memiliki suara terbanyak sama dalam pemilihan ulang yang terakhir. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 30 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan perbedaan antara jumlah pemilih dengan jumlah surat suara adalah apabila jumlah surat suara lebih benyak dengan jumlah pemilih yang hadir.

Ayat (2)

Cukup jelas

(43)

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 31 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 32 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

(44)

Pasal 33 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 34 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat 3 Cukup jelas Ayat 4 Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas

(45)

Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas 0 Pasal 37 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 38 Cukup jelas Pasal 39 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41 Cukup jelas Pasal 42 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas

(46)

Ayat 3 Cukup jelas Pasal 43 Cukup jelas Pasal 44 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 45 Cukup jelas Pasal 46 Cukup jelas Pasal 47 Cukup jelas Pasal 48 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

NOMOR 6

(47)

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini senin tanggal dua belas bulan mei tahun dua ribu empat belas, mulai pukul 10.00 sampai dengan 12.00 WITA,Pokja I Unit Layanan Pengadaan Kordinator Pengadilan

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitain yang dilakukan oleh Handiyah Vera Siska Lailatari yang berjudul Hubungan Paritas dengan Kejadian Ruptur

Madrasah Al – Jihad Buangin adalah merupakan satu – satunya sekolah yang bercirikan Agama di kecamatan Sabbang, pada saat berdirinya yakni padaTahun Ajaran

Dari berbagai uraian fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kinerja pegawai IAIN Sumatera Utara berikut faktor yang mempengaruhinya

Bahwa dalam hal ini pihak teradu dalam melaksanakan verifikasi administrasi dukungan perbaikan bakal pasangan calon dari pihak Pengadu sudah sesuai dengan ketentuan

Senyawa kimia tersebut dapat diperoleh melalui proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik polar dan non polar maka dilakukan penelitian dengan tujuan identifikasi

1. Penelitian, perekayasaan dan pengembangan teknologi mekanisasi budidaya dan pasca panen pertanian untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam budidaya

bahwa dengan adanya perubahan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Selatan yang menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun