• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN RANTAU PULUNG, KABUPATEN KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN RANTAU PULUNG, KABUPATEN KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN RANTAU PULUNG, KABUPATEN KUTAI TIMUR,

KALIMANTAN TIMUR

(Development of Citrus Agro Business Community Based in District of Rantau Pulung, Regency of Kutai Timur, East Kalimantan)

Nurul Mutia Karim

SUPERINTENDENT CONSERVATION AND AGRIBUSINESS DEVELOPMENT, COMMUNITY EMPOWERMENT, PT. KALTIM PRIMA COAL

ABSTRAK

Dalam mengantisipasi penutupan operasional tambang batu bara pada tahun 2021, PT. Kaltim Prima Coal (KPC) telah melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dari tujuh program utamanya salah satu diantaranya adalah program agribisnis beberapa komoditas potensial termasuk jeruk yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Balitjestro. Berdasarkan potensi dan tantangan yang dihadapi di lapang, telah disusun program yang meliputi (1). Produksi bibit jeruk bebas penyakit, (2). Pengawalan penerapan teknologi anjuran, (3). Membuat materi diseminasi, (4). Menyusun Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya jeruk Siam di Rantau Pulung, dan (5). Memperdayakan Kelompok Tani. Walaupun mata tempel yang dihasilkan dari Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) sendiri dan BPMT lain belum mencukupi para penangkar, hingga awal tahun 2007 lebih dari 69.000 bibit telah dibagikan ke petani. Kelompok Tani yang dibina telah mencapai 31 kelompok dan 8 penangkar bibit. SOP telah disusun dan diharapkan bisa selesai pada akhir tahun 2007. Kerjasama antar instansi terkait dan sinergisme pelaksanaan program perlu lebih ditingkatkan dalam memanfaatkan sumberdaya lokal mewujudkan agribisnis jeruk yang tangguh di Rantau Pulung dan sekitarnya.

Kata kunci : KPC, sumber daya alam terbarukan, agribisnis, jeruk, pemberdayaan Kelompok Tani.

ABSTRACT

In order to anticipate the closing of Coal Mine in 2021, PT Kaltim Prima Coal (KPC) has conducted Community Development Programs. One of them is agribusiness of potential commodities including citrus which cooperates with Indonesian Citrus and Subtropical Fruits Research Institute (ICSFRI). Based on the potency and constraint found at the field, the programs have been arranged which covered: 1) Citrus free disease seed production, 2) Recommended technology application assistance, 3) Dissemination material arrangement, 4) Standard Operating Procedure (SOP) arrangement, 5) Grower groups empowerment. In 2007, approximately 69.000 new plants have been distributed to farmers even though the produced bud for grafting from Bud Multiplication Block has not sufficient for the demand yet. Assisted grower groups reach number 31 groups and 8 seed producers. SOP has been

(2)

arranged and it is hoped to be finished in the end of 2007. Cooperation among related institutions and also the synergism of program realization have to be improved in usage of local resources to realized tough and sturdy citrus agribusinesses at Rantau Pulung and around.

Keywords : agribusiness, citrus, grower groups empowerment, KPC, natural resources

PENDAHULUAN

PT. Kaltim Prima Coal (KPC) merupakan sebuah perusahaan tambang batubara yang area operasinya berdekatan dengan area Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Sebagai bagian dari kegiatan persiapan penutupan operasional tambang yang akan terjadi pada tahun 2021, KPC melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang salah satunya adalah di bidang agribisnis yang nantinya diharapkan dapat menggantikan sumber pendapatan dari Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui (Batubara) ke Sumber Daya yang dapat diperbaharui.

Tujuh program Cooperate Social Responsibility (CSR)-KPC meliputi agribisnis, ekonomi lokal & UKM, kesehatan masyarakat, pendidikan dan pelatihan, infrastruktur, pelestarian alam dan budaya, dan peningkatan kapasitas masyarakat. Untuk program Agribisnis, selain jeruk yang bekerjasama dengan Balitjestro, juga menggarap agribisnis komoditas nilam, kakao, durian, budidaya tanaman semusim, perikanan air tawar, perikanan air payau, dan peternakan. Lokasi kegiatan di sekitar tambang, yaitu kecamatan Rantau Pulung, Bengalon dan Sangatta dan dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Balai Penelitian Komoditas, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian atau Perguruan Tinggi atau lembaga kompeten lainnya.

Kalimantan Timur, sebagai salah satu daerah pengembangan baru agribisnis jeruk di Indonesia mempunyai konstribusi terhadap produksi nasional sebesar 8.072 ton dari total produksi nasional 2.565.543 ton dan berada di urutan ke 22 dari 33 propinsi di Indonesia. Sentra produksi jeruk di Kalimantan Timur tersebar di Kabupaten Kutai Timur, Pasir, Berau, Nunukan, dan Tarakan. Sebagai salah satu propinsi terkaya di Indonesia, Kalimantan Timur justru menjadi tujuan pasar potensial buah jeruk dari sentra produksi yang terletak bersebelahan dengan propinsi ini, terutama dari Sulawesi Selatan (terutama dari Mamuju, Sulawesi Barat) dan Kalimantan Selatan dan bahkan dari Jawa Timur.

Bedasarkan fakta yang ditemui di lapangan, lokasi di Satuan Pemukiman Transmigrasi Rantau Pulung yang berlokasi di Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, memiliki potensi untuk pengembangan agribisnis jeruk. Hal ini terlihat dari kondisi

(3)

tanaman jeruk yang telah ditanam petani sebelumnya memperlihatkan pertumbuhan dan hasil cukup baik. Bahkan di beberapa kebun petani diinformaskan bahwa produksi per pohon mencapai 30 kg, yang berarti telah mencapai di atas rata-rata produktivitas nasional saat ini.

Berdasarkan fakta tersebut diatas KPC menginisiasi kegiatan Kemitraan pengembangan komoditas Jeruk bersama dengan Masyarakat. Program pengembangan agribisnis jeruk yang berbasis komunitas merupakan salah satu dari 7 program unggulan yang diharapkan akan dapat meningkatkan produktifitas dan kualitas jeruk, meningkatkan posisi tawar petani dan berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang inovatif, mengurangi ketergantungan kepada sektor tambang dan akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK

Wilayah Rantau Pulung terdiri dari 8 satuan pemukiman (SP)/desa, luas area sekitar 14,474 ha dengan populasi sekitar 6,148 jiwa dari 1539 KK yang sebagian besar bekerja sebagai petani. Jenis jeruk yang umum dibudidayakan adalah Siam, rata-rata tanaman telah berumur 3 - 10 tahun dan ditanam secara monokultur di pekarangan atau di tegal. Dengan harga rata-rata di kebun Rp. 2500 - 3000 per kg, komoditas ini dinilai cukup potensial sebagai salah satu alternatif sumber pendapatan petani/desa yang perlu diprioritaskan pengembangannya.

Masalah dan Tantangan yang dihadapi adalah (1). BPMT Jeruk Siam belum dikelola secara optimal sehingga kemandirian dalam memproduksi bibit jeruk berlabel bebas penyakit masih perlu ditingkatkan terus, (2). Kelompok Tani belum berperan sepenuhnya (peran dalam alih teknologi dan monitor anggota), (3). pendampingan penerapan teknologi masih perlu terus ditingkatkan agar bisa meningkatkan para pendamping di lapang dan mempercepat tingkat adopsi (Pemandu Wilayah (PW), PPL, Petani Kunci), (4). Peran pelaku dalam berbagai simpul rantai pasok masih lemah (penyediaan bibit, saprodi, tingginya harga saprodi dll), (5). penanganan pasca panen untuk mendapatkan hasil produk yg lebih Prima dan berbeda dg produk yg ada dari luar daerah (menciptakan segmen pasar baru) belum digarap serius, (6). pasar terbuka, lahan dan agroklimat mendukung, SDM, Tehnology tersedia, ada petani inovatif, (7). Kerjasama berbagai pelaku agribsinis dan instansi terkait (Berbagai Dinas terkait, perbankan, pedagang pemasok dan pengepul, catering dll).

(4)

Permasalahan-permasalahan yang cukup mendasar dalam pengembangan agribisnis di Rantau Pulung guna mendapatkan produksi yang optimal dan mutu buah sesuai permintaan pasar telah diidentifikasi di lapang diantaranya adalah : (a). penyediaan benih/bibit bermutu belum mencukupi permintaan petani, (b). penerapan teknologi anjuran yang belum optimal sehingga pengelolaan kebun petani masih sub standar, dan (c). kelompok tani yang belum berfungsi optimal. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diatas Community Empowerment KPC, bekerja sama dengan Dinas Pertanian TK I/II Propinsi Kalimantan Timur, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Batu; Pemerintah Kecamatan dan Desa setempat, petani dan pemangku kepentingan lainnya melakukan sejumlah kegiatan yang antara lain (a) penyediaan bibit jeruk sehat bebas penyakit, (b) penerapan pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat (PTKJS), (c) penyusunan standar operating procedur (SOP), (d) penyusunan materi diseminasi, dan (e) penguatan kelembagaan kelompok tani.

KEMAJUAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK 2007

BPMT jeruk bebas penyakit telah dibangun di Rantau Pulung, dengan ukuran rumah kasanya 11m x 11m dan memiliki beberapa bedengan yang tanahnya merupakan campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan tertentu. Permukaan bedengan ditutupi plastik perak dan kemudian ditanami benih/bibit jeruk bebas penyakit Siam Pontianak sebanyak 500 pohon yang berasal dari Balitjestro pada tanggal 13-14 April 2006. Dengan kondisi benih pokok yang tegar dan sehat, dalam beberapa minggu tanaman sudah mulai bertunas, tumbuh dan kemudian siap dipanen. Mengingat mata tempel dari BPMT belum mencukupi, maka didatangkan secara resmi mata tempel jeruk Siam Pontianak dari PT. Mitra Jeruk Lestari, Kalimantan Barat.

Sampai dengan semester I tahun 2007 jumlah petani yang terlibat dalam kegiatan pengembangan jeruk ini tercatat mencapai 512 orang yang tergabung dalam 31 Kelompok Tani dengan total luasan sebesar 172,80 ha. Jumlah mata tempel yang digunakan berjumlah sekitar 51.324 mata tempel dengan bibit jadi yang telah ditanam petani sebanyak 69.102 bibit temasuk persediaan bibit yang diokulasi tahun 2005 dari 76.000 bibit yang ditargetkan (Tabel 1). Salah satu penyebab adalah sebagian tanaman di BPMT telah terserang oleh penyakit busuk akar sehingga produktivitas potensialnya tidak tercapai.

(5)

Tabel 1. Kemajuan Pelaksanaan Program Pengembangan Agribisnis Jeruk di Rantau Pulung Hingga Semester I Tahun 2007.

(Progress of Citrus Agribusiness Development Program at Rantau Pulung up to First Semester 2007)

Hingga awal tahun 2007 telah terbentuk 31 Kelompok Tani di Rantau Pulung. Pembinaan penerapan teknologi anjuran dilaksanakan dengan Kelompok tani sebagai unit terkecil pembinaan. Penyuluhan dan pembinaan dilakukan di masing-masing Kelompokm Tani secara bergilir. Materi utama yang diberikan adalah teknologi Pengelolaan Kebun Jeruk Terpadu (PTKJS) dan masalah teknik budidaya yang dihadapi petani saat kini, yairu pengendalian penyakit Diplodia sp. dengan fungisida generik bubur California (Balitjestro) yang cara pembuatannya berbahan kapur dan belerang telah diajarkan kepada petani, pembentukan arsitektura pohon dan pemangkasan pemeliharaan. Teknologi yang telah disusun, PTKJS dan hasil penelitian lainnya menjadi acuan penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) yang diperkirakan selesai pada akhir tahun 2007.

Pemberdayaan Kelompok Tani dilakukan melalui pembinaan penguatan keorganisasian internalnya, peran pengurus dan anggota dan manfaat kuatnya suatu Kelompok Tani. Brosur telah dibagikan oleh petani baik yang berasal dari Balitjestro maupun yang dibuat KPC melalui Agroklinik Jeruk yang telah dibangun di Rantau Pulung. Kelompok Tani yang kuat, disadari akan mempercepat adopsi teknologi anjuran dan posisi tawar petani/Kelompok Tani. Untuk memberikan motivasi kepada Kelompok Tani telah diselenggarakan Asah terampil dengan hadiah yang menarik. Kegiatan ini terbukti mampu memotivasi petani untuk maju dan sekaligus sebagai umpan balik pelaksanaan program pembangunan agribisnis jeruk di Rantau Pulung.

No Kegiatan Capaian s/d Keterangan

2005 2006 2007

1 Produksi mata tempel dari BPMT 0 26,700 51,324 Mata tempel (60,000) 2 Pendampingan petani penangkar bibit jeruk 5 8 8 penangkar 3 Distribusi bibit ke petani penerima manfaat 19.100 36.889 69,102 Bibit jadi (76,000)

4 Luasan tertanam 47,78 92,27 172.80 ha

5 Jumlah kelompok tani 10 12 31 kelompok

6 Jumlah anggota 127 190 512 Orang (0.25-1 ha) 7 Penyusunan SOP belum proses selesai tersusun

(6)

KESIMPULAN

• Sebagai bagian dari kegiatan persiapan penutupan operasional tambang batubara yang akan terjadi pada tahun 2021, Kaltim Prima Coal (KPC) melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang salah satu diantaranya pengembangan agribisnis jeruk di Rantau Pulung.

• Dalam menggarap potensi dan tantangan yang ada, KPC bersama dengan instansi terkait telah membangun sarana produksi bibit jeruk bebas penyakit, melakukan penyuluhan dan pedampingan penerapan teknologi melalui Kelompok Tani, membuat brosur panduan teknik budidaya jeruk, menyusun SOP dan memperkuat kelembagaan Kelompok Tani.

• Kerjasama antar instansi terkait dan sinergisme pelaksanaan program pengembangan agribisnis jeruk di Rantau Pulung perlu terus ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Supriyanto, A. , Setiono, O. Endarto dan A. Triwiratno. 1998. Rakitan Teknologi Produksi Bibit Jeruk Bebas penyakit Dalam M. Sugiyarto, E. Widayati, W. Istuti, Yulfah, D. Setyorini dan S. Chanafi (penyunting). Monograf Rakitan Teknologi. BPTP Karangploso, Malang Hal. 69-79.

Supriyanto, A., M.D. Ernawati, A. Triwiratno, O. Endarto dan Suhariyono. 2003. Panduan Teknis PTKJS. Lolit Jeruk dan Hortikultura Subtropik-Badan Litbang Pertanian. Malang.

Gambar

Tabel 1. Kemajuan Pelaksanaan Program Pengembangan Agribisnis Jeruk di Rantau Pulung Hingga  Semester I Tahun 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovaskular Disease adalah suatu Menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovaskular Disease adalah

[r]

Enam varietas unggul nasional yang telah dilepas Balai penelitian Tanaman Hias (Balithi), yaitu Puspita nusantara, Nyi Ageng Serang, Shakuntala, Puspita Asri, Dewi

Salah satu varietas unggul nasional belimbing adalah Karangsari (SK Mentan No 483/Kpts/LB.240/8/2004) yang berasal dari Kelurahan Karangsari, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar

Grafik Kalibrasi Antara yang dilakukan pada pengendali versus thermocouple (kalibrator) menunjukkan garis yang hampir berimpit, hal ini berarti Tungku carbo/ite memiliki deviasi

Sistem akan mendeteksi batasan maksimal JTM per Mapel pada saat proses Sistem akan mendeteksi batasan maksimal JTM per Mapel pada saat proses. isian Jadwal Kelas berlangsung

Masalah yang dihadapi berkaitan dengan pengelolaan peralatan adalah peralatan yang ada saat ini dirasakan jumlahnya tidak cukup dan jenisnya tidak lengkap

Tapi sangatlah jelas, jika kita melihat sepuluh tahun ke belakang, Anda harus percaya bahwa titik-titik itu akan saling berhubungan di masa depan.” Ia pun berpesan, satu-satunya