• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN

MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI

DI KABUPATEN SELAYAR

SYAWALUDDIN SOADIQ

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Eksperimen Penangkapan Ikan Karang Dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam tesis magister kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2010

Syawaluddin Soadiq NIM C551050011

(3)

ABSTRACT

SYAWALUDDIN SOADIQ. Experiment on Reef Fish Capture Using Modified Fyke Nets in Selayar Waters. Under the supervision of ARI PURBAYANTO and INDRA JAYA.

Destructive fishing as a simple and effective method for fisher to exploit reef fish has been applied in several locations in Selayar Island waters. Although those activities have been recognized as harmful to reef ecosystem, the lack of fisher knowledge on responsible fishing contributes to destruction the reef ecosystem. Fyke net as a passive gear have been commonly operated stationary or moved in river, lake and estuarin waters. Fish trapped by using net leader to guide fish when swimming againts current and finally move into bunt end of fyke net. Reef fish have different characteristic on fyke net interaction which was voluntary trapped on gear, then for this reason the modification of fyke net to catch reef fish was properly needed. This research was to determine effectiveness of modified fyke net to target catch of reef fish and to analyze catch of modified fike net in order to achieve friendly environmental level. This experiment was conducted in Parak waters of Selayar Islands using two designs of modified fyke net (type-A of chambered wing, type-B of non-chambered wing). This fishing experiment using Complete Randomized Design where the type of fyke net as treatment. Both fyke nets used was simultaneously operated at 25 m distance to sample reef fish in two location. The fyke nets fished 24 hours then repeated 7 times for each location. The result showed that the reef fish as the target catch (famili Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Nemipteridae, Haemullidae) was dominant in their weight. While, the reef fish as the non-target catch (famili Leioghnatidae, Apogonidae, Scaridae, Plotosidae, Holocentridae) was dominant in their number. Total catch of fyke net A was significantly higher (2.96 times) than fyke net B. Moreover, the number of reef fish as the target catch of fyke net A was significantly higher (15.50 times) than fyke net B. The weight of reef fish as the target catch of fyke net A was significantly higher (10.56 times) than fyke net B. But, there was no significantly different between fyke net A and B on reef fish as non-target catch. Design of modified fyke nets were effective to catch reef fish and selective to catch non-target reef fish.

Keyword: chambered wing, effectiveness, modified fyke nets, reef fish, target catch

(4)

RINGKASAN

SYAWALUDDIN SOADIQ. Eksperimen Penangkapan Ikan Karang Dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar. Dibimbing oleh ARI PURBAYANTO dan INDRA JAYA.

Salah satu upaya menekan eksploitasi ikan dengan cara destructive pada kawasan terumbu karang di Kabupaten Kepulauan Selayar adalah dengan menerapkan kaidah responsible fishing. Upaya itu dapat dimulai dengan melakukan eksperimen dalam merancang alat dan metode penangkapan alternatif dengan penerapan alat pasif seperti fyke net. Umumnya fyke net dioperasikan pada sungai dan danau yang dipasang secara menetap atau berpindah-pindah. Konstruksi fyke net tersebut dengan ikan yang masuk kantong dipaksa tergiring oleh jaring pemandu. Fyke net yang dioperasikan pada terumbu karang disesuaikan dengan sifat ikan yang secara sukarela masuk kantong fyke net sehingga modifikasi bagian-bagiannya perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) merancang modifikasi bagian-bagian fyke net yang dapat meningkatkan hasil tangkapan yang diinginkan, (2) menentukan efektivitas fyke

net modifikasi untuk menangkap ikan karang target, (3) menganalisis ikan hasil

tangkapan fyke net modifikasi terkait dengan aspek keramahan alat tangkap. Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009 bertempat di perairan sekitar Desa Parak Kecamatan Bontomanai Kabupaten Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Eksperimen dilakukan dengan membuat 2 disain fyke net modifikasi yaitu tipe A sayap dengan serambi dan tipe B sayap tanpa serambi. Penelitian ini menggunakan hand-held GPS, fish finder dan perahu bercadik ganda dengan geladak tambahan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tipe fyke net dijadikan sebagai perlakuan. Trip operasi penangkapan dengan fyke net pada lokasi yang sama secara bersamaan dengan jarak pemasangan antar fyke net sejauh 25 m dan trip dilakukan selama 24 jam. Pengoperasian fyke net dilakukan pada fishing ground pada kisaran posisi 6º05’21” sampai 6º05’24”BT dan 120º23’24” sampai 120º23’54” LS.

Kelompok ikan karang target (famili Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Nemipteridae, Haemullidae) adalah yang dominan tertangkap fyke net dari segi berat sedangkan kelompok ikan non-target (famili Leioghnatidae, Apogonidae, Scaridae, Plotosidae, Holocentridae) adalah yang dominan tertangkap fyke net dari segi jumlah individu. Ikan tersebut diduga tertangkap karena sifat mereka untuk mencari perlindungan (shelter) dan sifat tigmotaxis.

Jumlah individu ikan hasil tangkapan total (ekor) berbeda sangat signifikan antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 2,96*B). Selanjutnya berat total (gram) ikan hasil tangkapan berbeda sangat signifikan antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 5,19*B).

Jumlah individu hasil tangkapan ikan karang target berbeda sangat signifikan antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 15,50*B). Selanjutnya berat ikan karang hasil tangkapan berbeda sangat signifikan antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 10,56*B), akan tetapi hasil tangkapan ikan non-target antara fyke net tipe A dan B tidak menunjukkan perbedaan.

(5)

Modifikasi bagian sayap fyke net dengan menambahkan serambi telah meningkatkan hasil tangkapan secara signifikan baik dari segi jumlah (ekor) maupun berat (gram). Disain fyke net sayap dengan serambi meningkatkan hasil tangkapan berdasarkan jumlah individu dan berat ikan karang target namun tidak menunjukkan peningkatan signifikan terhadap jumlah hasil tangkapan ikan non-target yang merupakan komponen tangkapan sampingan (by-cacth). Hasil tangkapan ikan karang target dengan menggunakan fyke net modifikasi adalah dominan berdasarkan berat terhadap ikan non-target.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarangmengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

(7)

EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN

MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI

DI KABUPATEN SELAYAR

SYAWALUDDIN SOADIQ

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(8)
(9)

Judul Tesis : Eksperimen Penangkapan Ikan Karang dengan

Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar

Nama : Syawaluddin Soadiq

NIM : C551050011

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc Ketua Anggota

Diketahui

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

29 Desember 2009 Ketua Pogram Studi Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

(10)

PRAKATA

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Atas izin dan perkenan Allah SWT, Tuhan Maha Penguasa waktu dan Maha Pemberi Ilmu, penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan tesis dengan judul “Eksperimen Penangkapan Ikan Karang Dengan Menggunakan

Fyke Net Modifikasi”.

Teriring kerendahan hati yang tulus dan ikhlas penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai kepada Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc, sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing atas kesabaran, perhatian dan motivasinya dalam memberikan bimbingan kepada penulis. Kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Teknologi Kelautan serta seluruh dosen dan staf Program Studi Teknologi Kelautan atas nasihat dan keramahannya kepada penulis dalam menyelesaikan segenap tahap penyelesaian studi hingga penulis dapat merampungkan tesis.

Penulis juga menghaturkan terimakasih setulus hati kepada :

1. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Petanian Bogor beserta staf yang telah menerima penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister Sains di Institut Pertanian Bogor.

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Pusat Kajian Ilmu dan Teknologi Kelautan dan Ketua Program Studi Budidaya Perairan yang telah memberi kepercayaan penuh dan bantuan materil untuk menempuh pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor.

3. Kedua orangtua, Ibunda Siti Raelang atas doa dan kepasrahannya, ayahanda Mohammad Soadiq Toaha yang ditengah berjuang melawan sakit jantung dan paru-paru tetap memberi penulis motivasi dan semangat untuk tetap menimba ilmu di perantauan.

4. Siti Suwadah Rimang, S.Pd. M.Hum sebagai istri setia dalam suka dan duka berbagi kesusahan ditengah studinya menyelesaikan disertasi di Universitas Negeri Surabaya, ananda pejuang kasih sayang Muhammad Raihan yang rela

(11)

melepaskan hak sebagian besar waktu kanaknya terpisah jauh dari perlindungan dan perhatian seorang bapak dan kasih sayang yang semestinya diperoleh. Sungguh ananda Raihan betul-betul pejuang kasih sayang.

5. Ayahanda KH. Djamaluddin Amien selaku orangtua kandung sendiri yang memberi penanaman makna kehidupan serta nasihat yang memuaskan dahaga spiritual disaat kesusahan.

6. Direktur NCU COREMAP II atas bantuan penulisan tesis pada program Mitra Bahari COREMAP II tahun anggaran 2008

7. Tamsil Linrung, SE, MM dan Usman Lonta, M.Pd dengan segala kesibukannya dan tugas legislatifnya masih sempat memberi perhatian melalui bantuan materil dan immateril demi kelancaran studi penulis.

8. Segenap karib seperjuangan mahasiswa Program Studi TKL; Andi Assir, Imran, Cecu, Iskandar, Dame, Ongge, Gandi, Devi, Siti, Silvia, Dian, Bahim, dan teman-teman di Wisma Pinus IPB, Tanah Doang dan yang tergabung di Forum Wacana Sulsel atas kepeduliannya demi kesuksesan studi penulis. 9. Segenap pihak yang belum disebutkan dan telah memberikan batuan langsung

atau tidak langsung.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pengembangan perikanan dan kelestarian sumberdaya di terumbu karang. Penulis menyadari sejumlah keterbatasan masih terdapat pada tesis ini oleh karena itu kritik dan saran masih sangat penulis butuhkan.

Bogor, Januari 2010

(12)

RIWAYAT HIDUP

Di Desa Manisa Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang, 186 km sebelah Utara kota Makassar pada tanggal 21 Desember 1970 Masehi, bertepatan 22 Syawal 1391 Hijriyah hari Senin penulis dilahirkan sebagai anak pertama dari lima bersaudara yang kesemuanya adalah laki-laki. Penulis dilahirkan dari keluarga bersahaja dari pasangan Mohammad Soadiq seorang guru SD dan Sitti Raelang.

Masa kecil penulis lebih banyak dihabiskan bermain, berenang dan memancing di pesisir pantai Tanjung Bunga Makassar sehingga atas dasar kecintaan terhadap kebaharian penulis memilih mendaftar pada Jurusan Perikanan yang kala itu masih bernaung di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dan diterima pada tahun 1989. Semasa mahasiswa penulis aktif mengajar sebagai asisten praktikum dan asisten dosen di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tahun 1997 penulis menyelesaikan S1 dan aktif dalam sejumlah LSM yang bergerak di bidang pesisir dan terumbu karang. Pada tahun 2000 penulis diterima sebagai staf pengajar tetap di Universitas Muhammadiyah Makassar dan dipercayakan menjalankan amanah sebagai Ketua Jurusan Perikanan hingga tahun 2005. Pada tahun itu juga penulis diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program magister sains pada Program Studi Teknologi Kelautan melalui bantuan Universitas Muhammadiyah Makassar dan Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) on-going dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL.... ... xiv

DAFTAR GAMBAR. ... xv

DAFTAR LAMPIRAN. ... xvi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1 1.2 Rumusan Masalah.. ... 2 1.3 Tujuan Penelitian.. ... 3 1.4 Manfaat Penelitian. ... 3 1.5 Hipotesis. ... 3 1.6 Kerangka Pemikiran. ... 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Karang... ... 7

2.2 Eksploitasi Sumberdaya Ikan Karang... ... 8

2.3 Konstruksi Fyke Net ... 9

2.4 Pengoperasian Fyke Net... ... 11

2.5 Kriteria Keramahan Alat Tangkap Ikan ... 12

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat . ... 15

3.2 Alat dan Bahan. ... 15

3.2.1 Fyke net modifikasi. ... 15

3.2.2 Alat bantu penangkapan.... ... 23

3.3 Metode Penelitian ... 25

3.3.1 Pengoperasian fyke net ... 25

3.3.2 Pengumpulan data ... 28

3.3.3 Rancangan Penelitian ... 28

3.3.4 Analisis data ... 31

4 HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perairan di Lokasi Penelitian . ... 32

4.2 Pengoperasian fyke net modifikasi. ... 32

4.3 Hasil tangkapan fyke net ... 34

4.4 Hasil tangkapan fyke net tipe A ... 36

4.5 Hasil tangkapan fyke net tipe B ... 36

4.6 Perbandingan hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B. ... 36

4.7 Uji Statistik hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B. ... 38

4.7.1 Uji Statistik hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B .. 38

4.7.2 Uji Statistik hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B berdasarkan kategori ikan karang ... 39

(14)

5 PEMBAHASAN

5.1 Performa fyke net modifikasi. ... 40

5.2 Operasi penangkapan ikan dengan fyke net di terumbu karang. 41

5.3 Hasil tangkapan fyke net ... 42

5.3.1 Hasil tangkapan fyke net tipe A ... 44

5.3.2 Hasil tangkapan fyke net tipe B ... 45

5.4 Perbandingan hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B ... 45

5.5 Perbandingan hasil tangkapan ikan target setiap tipe fyke net .. 46

5.6 Perbandingan hasil tangkapan ikan non-target setiap tipe fyke net 47

5.7 Kriteria keramahan fyke net.. ... 47

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. ... 50

6.2 Saran. ... 50

DAFTAR PUSTAKA. ... 51

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ... 14 2 Spesifikasi fyke net yang dimodifikasi... 15 3 Perbandingan fyke net yang dimodifikasi dengan fyke net standar 16 4 Spesifikasi perahu yang digunakan selama penelitian ... 20 5 Trip selama penelitian ... 26

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Disain mulut kantong yang diberi bingkai dan rigi ... 5

2 Kerangka pemikiran penelitian ... 6

3 Peta Lokasi Penelitian ... 13

4 Mulut kantong fyke net modifikasi dan standar ……… 16

5 Fyke net Modifikasi (tampak dari atas, ukuran dalam cm); tipe A, sayap dengan serambi; tipe B, sayap tanpa serambi... 17

6 Fyke net Modifikasi (tampak dari samping, ukuran dalam cm), type A sayap dengan serambi, B sayap tanpa serambi... 18

7 Fyke net modifikasi (tampak dari depan dan belakang, ukuran dalam cm), type A sayap dengan serambi, B sayap tanpa serambi 19 8 Perahu yang dipergunakan selama penelitian (ukuran dalam cm) 21 9 Ilustrasi tahap-tahap dalam pengoperasian fyke net ... 24

10 Ilustrasi setting fyke net (ukuran dalam meter) tipe A, sayap dengan serambi dan tipe B, sayap tanpa serambi ... 27

11 Jumlah individu dan berat hasil tangkapan fyke net berdasarkan famili ... 32

12 Jumlah individu (A) dan berat (B) hasil tangkapan fyke net berdasarkan kategori ikan karang ... 33

13 Jumlah individu hasil tangkapan berdasarkan tipe fyke net... 36

14 Berat individu hasil tangkapan berdasarkan tipe fyke net... 36

15 Ikan hasil tangkapan berdasarkan kategori kan karang target dan mayor pada masing-masing tipe fyke net ... 38

16 Ilustrasi interaksi ikan terhadap fyke net tipe A (sayap dengan serambi) tipe B (sayap tanpa serambi) ... 45

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Komposisi hasil tangkapan Fyke Net... 54

2a Komposisi hasil tangkapan Fyke net berdasarkan Famili... 55

2b Komposisi hasil tangkapan Fyke net berdasarkan kategori ikan karang ... 55 3a Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A (sayap dengan serambi)... 56 3b Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A (sayap dengan serambi) berdasarkan famili... 56

4a Komposisi hasil tangkapan fyke net Tipe B (sayap tanpa serambi)... 57

4b Komposisi hasil tangkapan fyke net Tipe B (sayap tanpa serambi) berdasarkan famili dan kategori ikan karang... 57

5 Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A dan Tipe B... 58

6a Jumlah dan berat hasil tangkapan Fyke net tipe A dan B terhadap ikan target dan ikan non-target ... 59

6b Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A dan Tipe B Berdasarkan Ikan Karang Ekonomis... 59

7 Uji F Hasil Tangkapan Fyke Net... 60

8 Contoh Ikan Hasil Tangkapan Fyke Net Selama Penelitian... 63

9 Foto-foto kegiatan selama penelitian ... 69

(18)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan wilayah yang memiliki ciri khas kehidupan pesisir dengan segenap potensi baharinya seperti terumbu karang tropis yang terdapat di Taman Nasional Laut Taka Bonerate. Terumbu karang tropis tersebut memiliki keanekaragaman yang tinggi dan interaksi antar spesies yang beragam juga merupakan daerah potensial untuk tereksploitasi dari berbagai kegiatan manusia. Keberadaan beberapa spesies ikan karang target dengan nilai ekonomis penting seperti kerapu, napoleon, ekor kuning, kakap, lencam, ikan hias merupakan faktor penyebab tingginya upaya eksploitasi ekosistem ini. Pada batas yang tidak terkendali eksploitasi di kawasan terumbu karang akan mengakibatkan kerusakan serius pada konsistensi koloni dan biodiversitasnya

Upaya eksploitasi di kawasan terumbu karang dapat berupa penambangan karang masif untuk kebutuhan material rumah dan jalanan, turisme dan penangkapan ikan. Aktivitas penangkapan ikan yang berpotensi signifikan terhadap kerusakan pada terumbu karang adalah penggunaan bahan peledak dan bahan pembius ikan (potasium sianida). Bahan peledak dan pembius tersebut diperuntukkan bagi ikan-ikan target tangkapan di sekitar karang atau yang bersembunyi di balik lubang-lubang karang sehingga untuk memudahkan penangkapan maka metode peledakan dan pembiusan menjadi pilihan. Kerusakan akibat penggunaan bahan peledak berupa cabang karang patah, karang masif hancur, kematian massal anakan/ikan kecil dan pengadukan pasir yang menutupi koloni karang. Kerusakan akibat penggunaan sianida adalah kematian polip karang oleh efek pencucian (bleaching), kematian untuk ikan ukuran kecil dan pingsan bagi ikan ukuran besar. Pratt (1996) melaporkan ion sianida di air laut menjadi penghambat penyerapan oksigen ke sel polip karang, anakan ikan, indukan yang siap memijah dan oleh karena itu menjadi sangat rentan mengalami kematian. Penggunaan sianida oleh penyelam tradisional berakibat kehilangan sementara atau permanen kemampuan organ sensor bila terpapar saat menyelam. Hasil penelitian P2O-LIPI menunjukan terumbu karang di Indonesia rusak berat 39,5 %; rusak sedang 33,5 %; baik 21,7 % dan 5,3% sangat baik (COREMAP 2001). Degradasi terumbu karang di Indonesia cenderung mengalami penurunan

(19)

biodiversitas generik dengan penyebab utama adalah polusi dari daratan dan kegiatan destructive fishing (Edinger et al.1998).

Salah satu upaya mengurangi laju kerusakan terumbu karang akibat penggunaan bahan peledak dan sianida adalah dengan merancang alat dan metode penangkapan alternatif yang dapat menjamin konsistensi koloni karang dan kelestarian biodiversitasnya. Fyke net adalah alat tangkap yang dalam pengoperasiannya tidak bergerak (statis) dan tidak menyaring (non-filtering) ikan melainkan hanya menunggu ikan mendekati fyke net seperti prinsip penangkapan dengan bubu sehingga menjadi pilihan alat dan metode penangkapan alternatif. Penggunaan fyke net untuk tujuan tersebut membutuhkan penyesuaian dari segi konstruksi dan metode pengoperasian yang diharapkan dapat menjamin konsistensi koloni karang dan kelestarian biodiversitasnya. Oleh karena itu diperlukan modifikasi dalam penggunaan alat tangkap fyke net yang diharapkan dapat menjadi metode alternatif mengingat prinsip pengoperasian yang bersifat pasif dan berpotensi selektif.

Modifikasi fyke net dilakukan mengingat karakteristik umumnya dioperasikan pada perairan tawar sehingga unutk pengoperasian di terumbu karang diperlukan modifikasi yang tepat. Fyke net dioperasikan pada perairan sungai yang mengalir dan dipasang menetap atau berpindah-pindah dengan bantuan patok atau jangkar (FAO, 1975) sehingga ikan terperangkap masuk kantong tergiring jaring pemandu dan arus sungai yang memaksa ikan menuju mulut kantong. Modifikasi

fyke net yang dioperasikan pada terumbu karang dengan prinsip ikan masuk secara

sukarela dengan menambahkan pada bagian sayap ruangan berbentuk serambi serta celah untuk ikan tidak bebas keluar lagi. Modifikasi fyke net yan dioperasikan di terumbu karang menggunakan kantong pasir sebagai pengganti jangkar/patok mengingat koloni karang sangat rentan terhadap friksi dari komponen alat tangkap yang berbahan logam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada Code of Conduct for Responsible Fisheries (FAO 1995) serta paradigma pengelolaan perikanan Indonesia bahwa pemanfaatan sumberdaya perikanan melibatkan pertimbangan dan evaluasi secara ilmiah. Kenyataan di

(20)

3 kabupaten Selayar masih tetap ditemui. Yasri dan Yusuf (2001) mengemukakan bahwa daerah sekitar taman nasional laut Takabonerate yang merupakan asset penting terumbu karang di kabupaten Selayar luasnya 530.756 ha, ikan karang 330 spesies dan hewan karang tidak kurang dari 200 spesies berpotensi terancam

destructive fishing. Berdasarkan laporan Setiasih (2002) pada pulau Rajuni Kecil

yang memiliki persentase penutupan karang hidup kategori A (=75 %), selebihnya dalam kondisi memprihatinkan, oleh sebab itu upaya untuk menemukan alternatif penangkapan ikan yang berbasis pada pertimbangan ilmiah dan menjamin konsistensi ekologis terumbu karang perlu dilakukan sesegera mungkin. Penggunaan sianida dan bahan peledak adalah komponen destructive fishing yang memiliki kecendrungan meningkat sejak awal tahun 2000 (Pratt 1996). Selanjutnya Jones (1997) melaporkan efek penggunaan sianida secara laboratorium terhadap polyp karang, anakan ikan dan induk ikan memijah mengakibatkan kematian pada dosis tertentu, kemudian pada ikan dewasa kematian akan terjadi pada dosis yang lebih tinggi.

Uraian tersebut di atas yang menjadi alasan penelitian untuk menemukan alternatif penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Alat utama penangkapan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu fyke net yang dimodifikasi. Fyke

net oleh FAO (1975) adalah alat tangkap pasif yang sifatnya menangkap ikan

dengan kantong perangkap, pada bagian sisi kantong dilengkapi net leader atau jaring pemandu ikan masuk ke kantong dan terhambat bila ikan akan keluar. Kelebihan yang diharapkan dari fyke net adalah dapat mengurangi kerusakan karang karena dipasang pada bagian luar koloni karang. Kelebihan lain yang diharapkan adalah hasil tangkapan fyke net tetap hidup sehingga penurunan kualitas ikan karena kematian dapat ditekan dan hal lain yang tak kalah penting adalah alat ini berpotensi selektif melalui proses seleksi hasil tangkapan (human

selectivity) pada saat hauling dengan ikan yang masih dalam keadaan hidup.

Rumusan masalah dari penelitian pada alat tangkap fyke net adalah: (1) Seberapa besar signifikansi disain fyke net berpengaruh terhadap komposisi

dan jumlah hasil tangkapan.

(2) Apakah modifikasi bagian-bagian fyke net berpengaruh terhadap selektivitas hasil tangkapan ikan non-target.

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Memodifikasi bagian-bagian fyke net yang dapat meningkatkan hasil tangkapan yang diinginkan.

(2) Menentukan efektivitas fyke net modifikasi untuk menangkap ikan target (3) Menganalisis ikan hasil tangkapan fyke net modifikasi terkait dengan aspek keramahan alat tangkap.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi nelayan sebagai alat tangkap dan metode alternatif penangkapan ikan karang yang dapat menekan kerusakan karang oleh praktek penggunaan sianida dan bahan peledak. Penelitian ini juga diharapkan menunjang pengelolaan perikanan yang berkelanjutan melalui hasil tangkapan ikan hidup dengan mutu lebih baik dan selektif sehingga dapat menekan bycacth dan eksploitasi ukuran ikan karang yang belum memijah. Aspek ilmiah dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan informasi bagi pengembangan penelitian lebih lanjut tentang modifikasi bagian lain fyke net untuk dapat lebih mengoptimalkan hasil tangkapan ikan karang ekonomis.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

(1) Fyke net modifikasi meningkatkan jumlah tangkapan ikan target. (2) Metode pengoperasian fyke net tidak merusak karang.

(3) Hasil tangkapan bervariasi berdasarkan jenis dan ukuran dengan dominasi ikan karang ekonomis.

1.6 Kerangka Pemikiran

Fyke net memiliki prinsip kerja yaitu memandu ikan masuk ke dalam

kantong kemudian tidak dapat keluar lagi, alat tangkap ini terdiri atas 2 bagian utama yaitu jaring pemandu/net leader (NL) dan kantong/bund end (BE) yang berbentuk silinder. Kantong dikonstruksi sedemikian rupa diberi pintu masuk sehingga ikan tidak mudah keluar dan terhambat untuk kembali ke perairan bebas (FAO 1975). Kantong kemudian dimodifikasi sehingga bekerja seperti bubu.

(22)

5 Modifikasi fyke net dilakukan pada bagian mulut kantong yang sangat menentukan kemampuan ikan tertangkap atau meloloskan diri. Modifikasi mulut kantong dilakukan dengan membuat disain yang diberi bingkai dan rigi-rigi (Gambar 1).

High & Ellis (1973) melaporkan disain mulut berbingkai ini dipasangkan pada bubu dan menunjukkan hasil tangkapan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan bubu dengan mulut yang seluruhnya dari jaring tanpa bingkai. Selanjutnya High & Ellis (1973) memodifikasi bingkai dengan menambahkan rigi-rigi yang menunjukkan penurunan kelolosan ikan.

Metode pengoperasian fyke net modifikasi dalam penelitian ini dilakukan pada daerah bagian luar koloni terumbu karang sehingga diharapkan dapat menjaga konsistensi terumbu karang dari kerusakan. Metode ini digunakan berdasarkan sifat ikan target adalah jenis ikan-ikan karang yang aktif dan mencari makan diluar terumbu karang dan kembali lagi ke terumbu karang setelah mencari makan. Serta memanfaatkan sifat ikan yang mencari makan pada saat pasang naik dan kembali ke tempat semula pada saat surut. Jenis-jenis hewan yang diharapkan menjadi target tangkapan berdasarkan sifat tersebut diatas adalah ikan krapu, lencam, kakap merah, lobster dan lain-lain. Berlandaskan pada uraian ini maka dirancang alat tangkap dan metode alternatif yang dapat dijadikan rujukan untuk eksploitasi sumberdaya ikan karang yang ramah lingkungan. Uraian pada kerangka teoritis tersebut diatas kemudian disusun menjadi kerangka pemikiran penelitian (Gambar 2). 60 cm 40 cm 12 cm 36 cm 12 cm 12 cm Keterangan :

A. Bingkai dengan rigi-rigi (ukuran dalam cm)

B. Bingkai dengan rigi-rigi yang telah terpasang pada mulut fyke net

A

B

Gambar 1. Disain mulut kantong yang diberi bingkai dan rigi.

(23)

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

Perbaikan Metode Pengoperasian Pembuatan disain dan konstruksi alat tangkap alternatif

Modifikasi fyke net

Pemanfaatan arus pasang-surut mulut kantong

Ruaya pasang-surut ikan, mencari shelter dan feeding ground

tangkapan Selektif

Setting alat diluar koloni karang

Rekomendasi disain dan metode pengoperasian yang ramah lingkungan Pengunaan kantong pasir

pengganti jangkar

Stabilitas alat Penggunaan sayap

dengan serambi

Peningkatan catchability Konsistensi ekologis terumbu karang Potensi Sumberdaya ikan karang di kabupaten Selayar

Responsible fishing pada terumbu karang di kabupaten Selayar

(24)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Karang

Adrim (1995) mengklasifikasi ikan karang kedalam beberapa jenis:

1) ikan target; ikan yang menjadi tujuan penangkapan seperti jenis Serranidae (krapu), Lutjanidae (kakap), Lethrinidae (lencam).

2) ikan indikator; ikan yang keberadaannya menjadi penanda tingkat kesuburan/kerusakan karang seperti jenis Chaetodontidae (kepe-kepe, kambing-kambing, anjel).

3) ikan kategori utama, ikan yang peranan utama sebagai komponen rantai makanan dan belum diketahui fungsi dan peran lebih jauh pada karang, jenis ini termasuk Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Siganidae, Labridae, Mullidae dan Apogonidae.

Ikan karang di Taman Laut Nasional Taka Bonerate kabupaten Selayar, terdiri atas rasio antara ikan mayor, indikator dan target dengan perbandingan 9 : 1 : 4 (Husain, 2000).

Jompa et al. (2000) mengemukakan keberadaan ikan karang pada daerah

reef top umumnya terdapat jenis ikan wrasse tanda Halichoeres chloropterus

(Labridae), ikan betok biru Pomacentrus pavo (Pomacentridae), beberapa jenis ikan kakatua Scarus sp. (Scaridae), dan ikan Lencam Bidadari Pentapodus sp. (Nemipteridae). Sementara pada reef edge umumnya adalah ikan betok cagak

Chromis ternatensis dan ikan sersan Amblyglyphidodon curacao (Pomacentridae),

jenis ikan kakatua Scarus dimidiatus dan S. capistratoides (Scaridae), serta ekor kuning dan pisang-pisang Caesio sp (Caesionidae).

Migrasi ikan karang menurut Spotte (1992) ada 3 macam, yaitu:

1) Migrasi vertikal, jenis ikan karang dengan sifat sebagai pemakan plankton di dan bermigrasi ke sekitar permukaan pada siang hari dan kembali ke karang pada malam hari.

2) Migrasi horizontal, jenis ikan karang herbivor dengan sifat menjelajah secara horizontal di sekitar karang memakan alga dan tumbuhan, jenis ini adalah Achanturidae, Scaridae.

3) Migrasi horizontal keluar terumbu karang, jenis ikan predator dan aktif makan pada malam hari dan kembali lagi ke karang pada saat tidak aktif makan, jenis

(25)

ini adalah Anthrinidae, Haemulidae, Lutjanidae, Serranidae, Mulidae dan Clupeidae.

Migrasi harian ikan karang terjadi pada siang hari dan malam hari, jenis ikan herbivor kebanyakan aktif makan pada siang hari sedangkan ikan predator adalah ikan yang aktif pada malam hari (Hobson, 1973 yang diacu Versteegh, 2003).

Menurut Furevik (1994), mengemukakan beberapa alasan ikan menemukan bubu selain menyusuri keberadaan umpan adalah: (1) gerakan acak, (2) menjadikan bubu sebagai tempat berlindung sementara atau tetap, (3) sifat ingin tahu ikan, (4) adanya perilaku kompetisi intra spesies. Keberadaan ikan karang menurut Holzman et al (2007), ikan karang umunya berenang pada kisaran kurang dari 2 m disekitar dasar perairan terumbu karang.

Beberapa fase tingkah laku ikan terhadap bubu menurut Furevik (1994) adalah: (1)fase arousal; (2)fase location; (3)fase nearfield; (4)fase ingress; (5)fase

inside; dan (6)fase escape.

2.2 Eksploitasi Sumberdaya Ikan Karang

Sukmara et al. (2001) mengemukakan jaenis kegiatan yang berpotensi merusak terumbu karang adalah:

1) Bom, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan patah-patah, tersebar berserakan dan hancur menjadi pasir, meninggalkan bekas lubang pada terumbu karang.

2) Racun/potas, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati dan berubah menjadi putih, meninggalkan bekas patahan karang yang banyak karena nelayan mengambil ikan yang tersenbunyi di balik terumbu karang.

3) Trawl, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan patah-patah.

4) Jaring dasar, akibat yang ditimbulkan adalah karang stress dan patah-patah 5) Bubu, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan

patah-patah, terdapat bongkahan karang mati dan menumpuk pada beberapa tempat terutama karang kepala jenis Porites.

(26)

9 6) Jangkar, akibat yang ditimbulkan adalah karang hancur, terbongkar dan patah-patah terutama pada patah-patahan karang yang berserakan jenis karang jari (Acropora branching).

7) Berjalan di atas karang, akibat yang ditimbulkan adalah karang hancur dan patah-patah.

8) Penambangan batu karang, akibat yang ditimbulkan adalah penurunan pondasi terumbu karang.

9) Kapal di perairan dangkal, akibat yang ditimbulkan adalah karang patah.

Penyebab utama kerusakan dan penurunan kualitas terumbu karang diduga paling banyak berasal dari penangkapan ikan dengan cara yang merusak, penambangan karang dan sedimentasi (Kusen et al, 2000). Selanjutnya dikemukan pula penangkapan ikan dengan cara yang merusak meliputi penggunaan dinamit sebagai alat pengebom, penggunaan sianida sebagai racun, teknik muro-ami dan jaring penangkap ikan merusak (contohnya bubu). Pengeboman terumbu karang dengan maksud mendapatkan ikan merupakan praktek yang umum di seluruh laut Indonesia. Sianida sebagai racun sering digunakan untuk menangkap ikan-ikan ornamenta (untuk hiasan akuarium laut) di banyak wilayah di Indonesia.

Kusen et al. (2000) mengemukakan juga bahwa aktivitas kapal dari nelayan dan kegiatan olahraga air serta wisata bahari juga menyebabkan kerusakan terumbu karang, melalui jaring tangkap yang digunakan oleh nelayan, pembuangan jangkar kapal dan aktivitas berjalan-jalan di atas karang yang merupakan hasil dari kegiatan wisata bahari.

2.3 Konstruksi Fyke Net

Fyke net oleh FAO (1975) adalah alat tangkap yang sifatnya menangkap

ikan dengan kantong perangkap. Letak kantong terdapat pada bagian tengah, pada sisi kiri dan kanan kantong dilengkapi net leader atau jaring pemandu ikan masuk ke kantong dan terhambat bila ikan akan keluar. Fyke net dapat dioperasikan pada daerah pantai, estuaria bahkan sungai dan danau.

Fyke net memiliki prinsip kerja yang sama yaitu memandu ikan masuk ke dalam kantong kemudian tidak dapat keluar lagi (Brandt 1985), alat ini terdiri atas

(27)

2 bagian utama yaitu jaring pemandu/net leader (NL) dan kantong/bunt end (BE) yang berbentuk silinder. Kantong dikonstruksi sedemikian rupa sehingga membentuk kantong dengan diberi pintu masuk akan tetapi ikan tidak mudah keluar / terhambat untuk kembali ke perairan bebas (FAO 1975). Bukaan kantong

fyke net dapat mencapai 2 m dan dapat di buat selektif dengan dipasang menetap

dan pasif, sehingga ikan yang tertangkap hanya pada areal disekitar pemasangan.

Fyke net dioperasikan secara menetap atau berpindah-pindah pada arus

yang kuat dan dipasang pada dasar perairan melalui jangkar, patok atau pemberat lainnya. Proses hauling dilakukan langsung dengan atau tanpa alat secara berkala pada selang beberapa hari. Alat ini berpotensi menghasilkan tangkapan sampingan seperti ikan ukuran juvenil maupun undersized market (FAO 1975).

Mawardi (1998) memodifikasi bentuk kantong bubu dengan menambahkan sayap dan berdasarkan kategori alat tangkap menurut Brandt (1985) bubu sayap ini tergolong perangkap (fish trap) dengan nama spesifik

basket with wing. Prinsip penggunaan bubu sayap sama dengan fyke net yaitu

memandu ikan masuk secara sukarela ke dalam kantong dengan menggunakan sayap dan jaring pemandu meskipun bubu sayap diperuntukkan untuk menangkap ikan karang hias. Selanjutnya Mawardi (1998) membandingkan bubu sayap dengan jaring pemandu dan tanpa jaring pemandu, dilaporkan pemasangan jaring pemandu meningkatkan hasil tangkap ikan hias secara signifikan.

Fyke net umumnya menggunakan mesh size 2 inci, 5 feet tinggi, jaring

pemandu 150 feet, pada bagian kantong mesh size 1-1,5 inci yang diberi bingkai (Schneider & Merna 2000). Bentuk bingkai mulut jaring bervariasi berdasarkan daerah pengoperasian, Atar et al. (2002) melaporkan tiga bentuk mulut kantong

fyke net dan trap net yang dioperasikan di perairan laguna Beymelek, Antalya,

Turki untuk menangkap blue crap (Callinectes sapidus Rathbun 1896) yaitu bentuk elipsoid, kotak dan bulat.

Collins (1990), membandingkan tiga bentuk mulut dan menunjukkan yang relatif besar menghasilkan tangkapan efektif pada bubu. Wheaton & Lawson (1985) menekankan penggunaan bubu yang berukuran besar tidak saja mengurangi laju pelolosan ikan tetapi juga memperbesar kemampuan alat untuk terlihat ikan dan menarik perhatiannya. Selanjutnya hasil tangkapan pada bubu

(28)

11 dengan ukuran besar mengurangi hasil tengkapan terluka akibat berusaha meloloskan diri atau kanibalisme (Wheaton & Lawson 1985).

Whitelaw et al. (1991), hasil tangkapan bubu menurun setelah 3 jam

soaking time akibat laju kelolosan yang signifikan oleh karena itu disain mulut

kantong adalah faktor penentu laju kelolosan ikan.

2.4 Pengoperasian Fyke Net

Metoda pengoperasian fyke net sangat tergantung dari kondisi perairan, umumnya kondisi perairan untuk fyke net (Gebhards 1979) terdiri atas:

1) Perairan arus deras, fyke net yang dioperasikan di perairan deras umumnya tidak memiliki jaring pemandu sehingga mengurangi efektifitas area penangkapan. Kerugian tanpa pemasangan jaring pemandu di reduksi dengan menambahkan umpan yang dimasukkan dalam kantong, arus air akan menyebarkan partikel umpan dan akan terdeteksi oleh ikan. Penggunaan jangkar pada bagian mulut kantong tidak terlalu diperlukan. Bentuk bingkai kantong fyke net umumnya bujursangkar atau bentuk D untuk menjaga kestabilan.

2) Perairan arus sedang, dilengkapi dengan jaring pemandu dan diperlengkapi dengan jangkar pada bagian belakang kantong kemudian ditarik searah arus

Fyke net dioperasikan lebih mudah dibanding dengan trap net terutama

pada perairan kedalaman kurang dari 180 cm, dan lebih efektif digunakan pada perairan danau atau sungai mengalir (FAO, 1975). Fyke net dapat dipasang sejajar dengan garis pantai atau sejajar dengan arus. Fyke net dengan prinsip kerja menggiring ikan menuju kantong seperti pada bubu sayap yang dirancang oleh Mawardi (1998) yang melaporkan bubu sayap efektif menangkap ikan karang hias dengan menambahkan jaring pemandu walaupun tidak signifikan jika dibandingkan tangkapan pada siang dan malam hari.

Selanjutnya fyke net dapat digunakan dengan menggunakan umpan, seperti yang dilaporkan oleh Balik et al. (2003) dengan menggunakan empat jenis tipe umpan yaitu: (1) roti, (2) kentang, (3) apel, dan (4) daging ikan mas (Carassius

auratus) untuk menangkap lobster air tawar (Astacus leptodactylus) di danau

(29)

apel, dan daging ikan mas) efisiensi penangkapannya dengan fyke net sebesar 20.3%, 11.2%, 7.4% and 7.1% dibanding dengan tanpa umpan.

Perbedaan disain dan mesh size fyke net telah diuji coba menangkap sidat (Anguilla sp) oleh Chisnall & West (1996) di Danau Waahi-New Zealand, dalam percobaannya mengunakan 3 jenis fyke net dengan;(1) fyke net besar ukuran 4 m leadernet, 7 m kantong dan mesh size bujur sangkat sangat halus yaitu 0,5 mm;(2)

fyke net kecil dengan mesh size 0,5 mm;(3) fyke net mesh size 20 mm dengan

bukaan mulut berbentuk D. Hasil percobaan menunjukkan fyke net besar menangkap sidat 4,7 dan 7,6 kali lebih banyak fyke net kecil dan fyke net mulut berbentuk D, fyke net besar juga menyajikan data standard teknik penangkapan sidat yang menangkap semua sebaran ukuran sidat.

2.4. Kriteria Keramahan Alat Tangkap Ikan

Kriteria keramahan suatu alat tangkap ikan dikemukakan oleh Monintja (2000) yang diacu Arifin (2008) yaitu: (1) selektivitas alat tangkap, (2) dampak kepada habitat, (3) kualitas ikan tangkapan, (4) dampak bahaya bagi nelayan, (5) dampak produk hasil tangkapan pada konsumen, (6) hasil tangkapan sampingan (by-catch), (7) dampak kepada biodiversitas, (8) dampak pada ikan yang dilindungi, dan (9) dapat diterima secara sosial.

Selanjutnya Monintja (2000) yang diacu Arifin (2008) menguraikan secara rinci penilaian 1sampai dengan 4 untuk setiap kriteria sebagai berikut:

1) Selektivitas alat tangkap

1.1. menangkap ikan lebih dari 3 spesies dengan variasi ukuran yang berbeda jauh.

1.2. menangkap ikan 3 spesies atau kurang dengan variasi ukuran yang berbeda jauh.

1.3. menangkap ikan kurang dari 3 spesies dengan variasi ukuran yang relatif seragam.

1.4. menangkap ikan 1 spesies dengan variasi ukuran yang relatif seragam. 2) Dampak kepada habitat

2.1. kerusakan habitat luas 2.2. kerusakan habitat sempit

(30)

13 2.3. kerusakan habitat sebagaian pada wilayah sempit

2.4. Aman bagi habitat 3) Kualitas ikan tangkapan

3.1. Ikan mati dan busuk

3.2. Ikan mati, segar dan cacat fisik 3.3. Ikan mati dan segar

3.4. Ikan hidup

4) Dampak bahaya bagi nelayan 4.1. Kematian pada nelayan 4.2. Cacat permanen pada nelayan

4.3. Gangguan kesehatan sementara pada nelayan 4.4. Aman pada nelayan

5) Dampak produk hasil tangkapan pada konsumen

5.1. produk hasil tangkapan menyebabkan kematian pada konsumen.

5.2. produk hasil tangkapan menyebabkan gangguan kesehatan pada konsumen.

5.3. produk hasil tangkapan relatif aman pada konsumen 5.4. produk hasil tangkapan aman pada konsumen 6) Hasil tangkapan sampingan (by-catch)

6.1. hasil tangkapan sampingan beberapa tidak laku di pasar 6.2. hasil tangkapan sampingan beberapa laku di pasar

6.3. hasil tangkapan sampingan kurang dari 3 spesies laku di pasar 6.4. hasil tangkapan sampingan kurang dari 3 spesies harganya tinggi 7) Dampak biodiversitas

7.1. Menyebabkan kematian semua biota dan merusak habitat 7.2. Menyebabkan kematian beberapa biota dan merusak habitat 7.3. Menyebabkan kematian beberapa biota dan tidak merusak habitat 7.4. Aman bagi biodiversitas

8) Dampak pada ikan yang dilindungi

8.1. Ikan yang dilindungi sering tertangkap

8.2. Ikan yang dilindungi beberapa kali tertangkap 8.3. Ikan yang dilindungi pernah tertangkap

(31)

8.4. Ikan yang dilindungi tidak tertangkap 9) Dapat diterima secara sosial

9.1. Biaya investasi murah 9.2. Menguntungkan

9.3. Tidak bertentangan dengan budaya

(32)

15

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009 bertempat di perairan sekitar desa Parak kecamatan Bontomanai Kabupaten Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi pemasangan alat tangkap berada pada kisaran posisi 6º05’21” sampai 6º05’24” LS dan 120º23’24” sampai 120º23’54” BT. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini untuk pengambilan data dan pengolahan data dijelaskan sebagai berikut:

3.2.1 Fyke Net Modifikasi

Fyke net yang lazim digunakan dengan konstruksi alat tangkap yang terdiri

atas 2 (dua) bagian utama yaitu jaring pemandu (net leader) dan kantong (bunt

end), pada bagian kantong dilengkapi sayap dan mulut kantong. Terdapat ukuran

dan bentuk bervariasi berdasarkan panjang jaring pemandu, bentuk kantong, mesh

size dan bentuk mulutnya. Berdasarkan variasi tersebut maka pada penelitian

penangkapan ikan karang dengan alat tangkap fyke net dimodifikasi pada bagian tertentu. Bagian-bagian fyke net yang dimodifikasi adalah sebagai berikut:

(1) Mulut kantong

Mulut kantong fyke net umumnya berbentuk bulat, persegi, elips, segitiga dan membentuk huruf D terbalik. Mulut kantong biasanya diperkuat dengan bingkai sesuai bentuk tersebut yang dapat terbuat dari logam atau patok kayu saja. Modifikasi mulut kantong fyke net dalam penelitian ini dengan menambahkan bingkai persegi (frame) yang diberi rigi-rigi (trigger). Pemberian rigi-rigi dimaksudkan untuk memperkecil kelolosan ikan kembali setelah masuk kantong (Gambar 4).

(33)

(2) Sayap

Sayap yang umum pada fyke net terdapat 2 (dua) yang terpasang pada sisi kiri dan kanan mulut kantong. Sayap dapat terpasang menetap atau terpisah berdasarkan tujuan penangkapan ikan. Umumnya fyke net dengan sayap yang menetap dioperasikan pada daerah sempit dan untuk fyke net dengan sayap yang terpisah dapat diperpanjang sesuai kebutuhan jika dioperasikan pada daerah yang agak luas dan landai. Pada penelitian ini sayap fyke net dimodifikasi dengan menambahkan serambi.

Serambi adalah ruang tambahan yang berbentuk kurungan yang menghubungkan sayap dengan mulut kantong. Pada bagian depan serambi dibuat mulut yang menjorok ke dalam dan membentuk celah sempit. Celah dengan lebar 20 cm inilah yang kemudian mengarahkan ikan untuk masuk ke serambi. Ikan yang masuk ke serambi akan mengitari sayap dan mengarah masuk ke mulut kantong tanpa balik ke celah untuk meloloskan diri. Bentuk dan konstruksi serambi dapat dilihat pada Gambar 5, 6,dan 7.

(3) Pemberat utama

Fyke net modifikasi dilengkapi dengan 4 (empat) pemberat utama berupa

karung pasir seberat 15 kg sebagai pengganti jangkar dan patok. Karung pasir terbuat dari plastik dan dikemas dengan ukuran 0,5x0,6x0,5 m, dipasang masing-masing pada ujung sayap kiri dan kanan; tengah kiri dan kanan dan belakang bagian kiri dan kanan Fyke net. Kantong pasir kemudian diikat oleh tali yang di jalin sehingga berbentuk mesh untuk menghindari sobeknya karung akibat tarikan atau tersangkut.

Penggunaan Kantong pasir diharapkan mengurangi dampak penggerusan substrat dasar akibat penggunaan jangkar di daerah terumbu karang dan menjaga stabilitas bukaan mulut kantong fyke net akibat pengaruh arus. Penggunaan karung plastik pengganti jangkar juga diharapkan agar alat tidak mudah bergeser dari posisi yang diinginkan.

(34)

17 Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian Bujur Timur Lintang Selatan

S

e

l

a

y

a

r

(35)

Tabel 1. Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan selama penelitian

No Alat dan bahan Jumlah Kegunaan Spesifikasi

1 Operasi

penangkapan - fyke net dengan serambi

1 unit Menangkap ikan Pada tabel 2

- fyke net tanpa serambi

1 unit Menangkap ikan Pada tabel 3

- GPS 1 unit Navigasi & deteksi

alat

Monokrom 500 waypoint - Fishfinder 1 unit Deteksi substrat &

kelompok ikan

LCD Monokrom, dual frekuensi jangkauan 3-300 m

-Scoopnet 1 unit Mengambil ikan

tangkapan

Stainless, Ø 50 cm,

mesh size 1,5 inci - Timbangan analog 1 unit Mengukur berat

ikan

Ketelitian 1 g

- Kamera Digital 1 unit Dokumentasi Ketajaman

gambar 5 Megapixel - Masker Snorkel 1 unit Pemasangan alat

2 - Cool box 1 unit Penyimpan ikan Kapasitas 25 kg

Identifikasi tangkapan

Alat:

- Buku Identifikasi Ikan

2 buah Identifikasi ikan Identifikasi ikan karang

- Timbangan analog 1 unit Menimbang berat ikan

Ketelitian 1 gram

- Mistar 1 buah Pengukuran

panjang total Ketelitian 1 mm Bahan : - Ikan hasil tangkapan Identifikasi di fishing base

(36)

19 Tabel 2. Spesifikasi fyke net yang dimodifikasi.

Bagian Fyke Net€€ Bahan Ukuran(cm) Warna Keterangan

Sayap dengan serambi (Gambar 5,6,7)

- Rangka samping kanan (trapesium)

Besi Ø 8 mm Tinggi 180;90 Panjang 400;420

Hijau tua

- Rangka samping kiri (trapesium)

Besi Ø 8 mm Tinggi 180;90 Panjang 400;450

Hijau tua

- Rangka depan kanan Besi Ø 8 mm 180 x 150 Hijau tua - Rangka depan tengah Besi Ø 8 mm 180 x 100 Hijau tua - Rangka depan kiri Besi Ø 8 mm 180 x 150 Hijau tua - Rangka penopang atas Besi Ø 8 mm 150 Hijau tua - Rangka penopang bawah Besi Ø 8 mm 150 Hijau tua

Sayap tanpa serambi (Gambar 5,6,7)

- Rangka samping kanan Besi Ø 8 mm 200 x 90 Hijau tua - Rangka samping kiri Besi Ø 8 mm 200 x 90 Hijau tua

Pelampung

- pelampung Plastik Silinder Ø 3 tinggi 4

Putih 100 buah

- pelampung tanda Jerigen Plastik - putih 20 liter

Pemberat Utama Kantong pasir Putih 15 kg, 6 buah

Kantong

Lebar 120

Tinggi 90

Memanjang ke belakang 500

-Rangka pertama (R1) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua

-Rangka kedua (R2) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua

-Rangka ketiga (R3) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua -Rangka keempat (R4) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua -Rangka keempat (R5) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua -Rangka keempat (R5) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua

-Mulut jaring R1 ke R2 Jaring ¾ inci 60 x 40 hijau dengan rigi-rigi -Mulut jaring R3 ke R4 Jaring ¾ inci 60 x 40 hijau tanpa rigi-rigi -Lubang pengeluaran ikan Besi Ø 8 mm 60 x 30 hijau

Mulut Kantong

Bingkai Pipa PVC 0,75 inci 60 x 40

Rigi atas Bambu 30 Alami 7 buah Rigi bawah Bambu 30 Alami 7 buah Rigi tengah Bambu 10;20;30;20;10 Alami 5 buah Rigi penguat Bambu 40;60 Alami 2 buah

(37)

Tabel 3. Perbandingan tipe fyke net yang dimodifikasi

Bagian Fyke net Fyke net

Tipe A

Fyke net

tipe B

Keterangan 1. Sayap

- Sayap kiri Ada Ada - Sayap kanan Ada Ada

- Serambi Ada Tidak ada Perbandingan pada Gambar 6

2. Pelampung

- Pelampung tambahan 6 buah 4 buah Ukuran dan bahan sama

3. Pemberat Utama (karung Pasir)

6 buah 6 buah Ukuran dan bahan sama

4. Kantong Ada Ada Ukuran dan bahan sama

5. Mulut Kantong

- Bingkai Pipa PVC Pipa PVC 40 x 60 cm diameter 3/4 inci - Rigi atas Bambu Bambu

- Rigi bawah Bambu Bambu - Rigi tengah Bambu Bambu

Gambar 4. Mulut kantong fyke net modifikasi yang diberi rigi-rigi

60

40 12 36

12 12

Keterangan :

A. Bingkai dengan rigi-rigi

B. Posisi bingkai dengan rigi-rigi pada mulut fyke net

Satuan ukuran panjang dalam cm

A

B

12

(38)

21 a b c d A B e f g h i a. Mulut Serambi b. Celah serambi c. Serambi d. Mulut kantong 1 e. Rigi-rigi

f. Pintu pengeluaran ikan 1 g. Mulut kantong 2 h. Pintu pengeluaran ikan 2 i. Pelampung 120 cm 120 cm 100 cm 100 cm 400 cm 200 cm 100 cm 100 cm 100 cm

(39)

B A 180 100 100 100 100 100 100 a. Mulut Serambi b. Celah serambi c. Serambi d. Mulut kantong 1 e. Rigi-rigi e b a c 400 d

f. Pintu pengeluaran ikan 1 g. Mulut kantong 2 h. Pintu pengeluaran ikan 2 i. Pelampung f g h i 200 100 100 100 100 100 420 cm 400 cm 100 cm 100 cm 100 cm 100 cm 100 cm 200 cm 100 cm 100 cm 100 cm 100 cm 100 cm

(40)

23 Gambar 7. Fyke net modifikasi (tampak depan dan belakang), type A sayap dengan serambi, B

sayap tanpa serambi

B A depan belakang belakang depan 180 cm 90 90 cm 100 cm 90 cm 90 cm 90 cm 90 cm 90 cm 90 cm 90 cm 100 cm 100 cm 100 cm 90 cm

(41)

3.2.2 Alat bantu penangkapan

Alat bantu penangkapan menggunakan perahu bercadik dengan spesifikasi pada tabel 4 dan Gambar 8. Alat bantu lain adalah handy GPS dan fishfinder yang digunakan untuk menentukan posisi alat setelah dipasang dengan kemampuan 500 titik way-point dan untuk mengetahui kedalaman dan profil substrat dasar perairan.

Tabel 4. Spesifikasi Perahu yang digunakan selama penelitian

Spesifikasi Dimensi (m) Keterangan

Panjang (lenght) 8 Lebar (Breadth) 1 Tinggi (Draft) 1,2

LWL 6

Geladak tambahan 1,4 x 4

Cadik (m) 6 2 unit diameter 6 inci bahan PVC Bahan dasar Kayu Meranti

Mesin 6,5 PK 4 tak On board Penumpang 6 orang maksimal

Perahu yang digunakan selama penelitian adalah alat bantu penangkapan pada pancing rawai yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk membantu proses pengoperasian fyke net. Modifikasi dilakukan pada bagian palka yang diberi sirkulasi air untuk menampung ikan hidup dengan kapasitas air palka sekitar 60 liter. Modifikasi lainnya adalah dengan membuat geladak tambahan dan penggantian bahan cadik dari bambu ke bahan pipa paralon.

Geladak tambahan diperlebar dengan ukuran 1,4 x 4 m yang memberi kemudahan dalam kegiatan selama diatas kapal terutama pada pengamatan dengan menggunakan fishfinder agar terhindar dari percikan air saat perahu bermanuver. Modifikasi lain yang mendukung operasional penelitian adalah menggunakan cadik yang berbahan pipa paralon yang ringan dan kuat dengan diameter 6 inci dan panjang 6 m untuk meningkatkan stabilitas kapal.

(42)

25 Gambar 8. Perahu yang dipergunakan selama penelitian (ukuran dalam cm)

2 1 3 4 6 7 Keterangan : 1. Cadik 2. Ruang mesin 3. Geladak tambahan 4. Palka 5. Tenda

6. Ruang Monitor Fishfinder 7. Probe Fishfinder 2 1 3 5 7 5 6 800 cm 600 cm 120 cm 400 cm 140 cm

(43)

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengoperasian Fyke Net

Pengoperasian fyke net terdiri atas 3 tahap yaitu: (1) penarikan fyke net dari tepi pantai menuju ke daerah penangkapan (fishing ground); (2) pemasangan alat (setting) pada tubir karang, dan (3) pengangkatan alat (hauling) untuk mengambil hasil tangkapan atau dipindahkan ke tempat lain.

(1) Penarikan Fyke Net dari pantai ke Fishing Ground

Dimensi fyke net yang relatif besar secara keseluruhan tipe A berukuran 1,8 x 2 x 9 m dan tipe B berukuran 1 x 2 x 9 m dan bahan rangka terbuat dari bahan logam yang berat sehingga memerlukan penanganan khusus dari pantai menuju ke fishing ground. Cara untuk memudahkan penarikan alat dari pantai ke

fishing ground adalah memasang 6 pelampung jerigen masing-masing 2 bagian

depan, 2 bagian tengah dan 2 bagian belakang. Pemasangan pelampung pada fyke

net dihubungkan oleh snap sehingga memudahkan untuk dilepaskan kembali. Fyke net akan terapung dengan perkiraan 60 % bagian alat berada dipermukaan

sehingga memudahkan untuk ditarik dengan kapal menuju ke fishing ground. Cara ini dilakukan untuk mengurangi beban kerja mesin kapal akibat tahanan air pada fyke net saat ditarik. Penarikan fyke net dari pantai ke fishing ground dapat dilihat pada Gambar 9.

(2) Setting Fyke net

Pemasangan fyke net pada fishing ground terlebih dahulu menggunakan

Fishfinder untuk menentukan lokasi keberadaan ikan, karang dan tubir. Lokasi

pemasangan alat di sekitar tubir pada kedalaman 5-8 m dengan jarak dari pantai 0,5-1 mil. Setelah menentukan lokasi pemasangan alat, maka satu persatu pelampung dilepaskan dengan membebaskan snap pada rangka fyke net yang telah diberi tali loop.

Posisi alat saat akan diturunkan sudah sepenuhnya berada di bawah permukaan air kemudian diturunkan bersama dengan karung pasir yang diikatkan pada tali loop di 6 (enam) titik yaitu 2(dua) pada bagian depan, 2 bagian tengah

(44)

27 dan 2 bagian belakang. Fyke net di giring berada tepat dibawah lunas perahu kemudian diturunkan secara perlahan-lahan sehingga bukaan sayap menghadap ke tubir karang. Penurunan secara perlahan-lahan menggunakan tali pelampung tanda yang terdiri atas 3 utas yaitu masing-masing 1 pada bagian depan, tengah dan belakang. (Gambar 9). Pemantauan posisi sayap agar menghadap ke tubir dilakukan dengan menyelam menggunakan masker snorkel.

Penelitian ini ditempatkan pada 2 lokasi yang relatif berdekatan sekitar 0,5 mil setiap titik sehingga pemindahan fyke net memerlukan cara khusus agar keragaan alat tidak berubah akibat tahanan air dan tersangkut karang bila melintas di atas terumbu karang yang dangkal. Pemindahan fyke net dilakukan dengan menaikkan dekat permukaan tepat dibawah lunas kapal dengan sayap berapa di bawah buritan. Selanjutnya kapal dijalankan secara perlahan-lahan untuk menyusuri daerah yang lebih dalam agar tidak tersangkut pada karang.

Settting fyke net di depan tubir karang digunakan berdasarkan sifat ikan target adalah jenis ikan-ikan karang yang aktif dan mencari makan diluar terumbu karang dan kembali lagi ke terumbu karang setelah mencari makan. Serta memanfaatkan sifat ikan yang mencari makan pada saat pasang naik dan kembali ke tempat semula pada saat surut. Jenis-jenis ikan yang menjadi target tangkapan berdasarkan sifat tersebut diatas adalah ikan karang ekonomis seperti ikan krapu, lencam, kakap merah, dan lain-lain. Lama waktu perndaman (soaking time) fyke

net terpasang terhitung saat proses setting adalah 24 jam sehingga aktifitas hauling akan mulai dilakukan pada jam 16.00 hari berikutnya

(3) Hauling Fyke net

Hauling dilakukan dengan mengangkat 3 tali pelampung secara bersamaan

yang terdapat pada bagian depan, tengah dan belakang. Penarikan tali pelampung untuk menaikkan fyke net dilakukan perlahan-lahan sehingga ikan yang tertangkap tidak mengalami kepanikan dan berusaha meloloskan diri, perlakuan ini juga memberi kesempatan ikan untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan tekanan sehingga hasil tangkapan tetap hidup. Setelah di permukaan ikan dikeluarkan melalui pintu pengeluaran yang dapat 2 buah, ikan ditangkap dengan menggunakan scoop net.

(45)

(4)

Tahap 1. penarikan ke fishing ground

Tahap 2. Setting

Tahap 3. Hauling

pelampung jerigen

karung pasir

Tubir karang

(46)

29

3.3.2 Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui pengukuran keadaan umum masyarakat dan oseanografi perairan sekitar lokasi penelitian dan pengukuran ikan hasil tangkapan fyke net. Selanjutnya data secara deskriptif proses setting dan hauling yang menunjukkan keramahan terhadap terumbu pada pengoperasian fyke net.

(1) Keadaan Umum Perairan

Data keadaan umum perairan diketahui melalui informasi alat tangkap yang umum digunakan masyarakat untuk menangkap ikan karang. Selain itu juga keadaan oseanografis berupa letak lintang, suhu, tinggi gelombang, arah dan kecepatan arus, periode dan tipe pasang surut. Data kedalaman dan profil dasar perairan dipergunakan untuk menentukan lokasi dan posisi pemasangan fyke net dengan menggunakan fishfinder.

(2) Hasil Tangkapan Fyke Net

Data hasil tangkapan diperoleh dengan menghitung jumlah individu, berat dan panjang total (total lenght) ikan setiap trip melalui hauling pada masing-masing tipe fyke net. Komposisi hasil tangkapan kemudian dikelompokkan berdasarkan famili berdasarkan buku identifikasi menurut Allen & Swainston (1997). Ikan tangkap dipisahkan berdasarkan kategori ikan karang menurut klasifikasi yang dibuat oleh Adrim (1993). Selanjutnya ikan hasil tangkapan dipisahkan berdasarkan nilai ekonomisnya yaitu jenis ikan yang diperdagangkan hidup atau segar dengan harga relatif mahal dan merupakan komoditas ekspor.

3.3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengoperasikan 2 unit fyke net yaitu tipe A dengan sayap memiliki serambi dan tipe B dengan sayap tanpa serambi. Pemasangan fyke net dilakukan pada lokasi yang sama dengan sayap menghadap ke tubir karang. Masing-masing tipe fyke net dipasang pada lokasi yang berdekatan dengan jarak 25 m (Gambar 10).

(47)

Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan mempertimbangkan asumsi distribusi ikan menyebar merata di sekitar lokasi penangkapan dengan tipe fyke net dijadikan sebagai perlakuan. Trip diperoleh dari mengoperasikan fyke net pada lokasi yang sama secara bersamaan dan di ulang pada lokasi lain dengan kisaran posisi 6º05’21” sampai 6º05’24” LS dan 120º23’24” sampai 120º23’54” BT. Trip dilakukan selama 24 jam (1hari) dengan princian 1 jam perjalanan, ½ jam pemasangan alat (setting), ½ jam penarikan alat untuk mengambil hasil tangkapan (hauling) dan 22 jam lama perendaman (soakingtime) fyke net di lokasi penangkapan. Kedua lokasi dilakukan trip selama 7 kali sehingga diperoleh trip sebanyak 14 kali (lay-out pada Tabel 5)

Tabel 5. Trip selama penelitian

Trip Lokasi Notasi data

Tipe A Tipe B 1 I 1IA 1IB 2 I 2 IA 2 IB 3 I 3 IA 3 IB 4 I 4 IA 4 IB 5 I 5 IA 5 IB 6 I 6 IA 6 IB 7 I 7 IA 7 IB 8 II 8 IIA 8 IIB 9 II 9 IIA 9 IIB 10 II 10 IIA 10 IIB 11 II 11 IIA 11 IIB 12 II 12 IIA 12 IIB 13 II 13 IIA 13 IIB 14 II 14 IIA 14 IIB

(48)

31 Gambar 10. Ilustrasi setting fyke net (ukuran dalam meter) tipe A, sayap dengan serambi dan tipe B, sayap tanpa serambi

A B 2,7 2,0 m 5,0 m 5,0 m 0,9 m 0,9 m 25 m A

(49)

3.3.4 Analisis Data

Data hasil tangkapan di analisis dengan menggunakan F-test two sample untuk membandingkan hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan menggunakan fasilitas Data Analysis Microsoft Excel 2003. Uji F (F-test) dilakukan pada hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan data jumlah individu dan berat ikan keseluruhan. Selanjutnya Uji F dilakukan pada hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan data jumlah individu dan berat ikan target, ikan mayor (utama) dan ikan karang ekonomis. Sebagai tambahan maka dibuat analisis deskriptif pada metode pengoperasian fyke net untuk menentukan fyke net modifikasi tergolong ramah lingkungan terhadap terumbu karang.

(50)

33

4 HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perairan di Lokasi Penelitian

Perairan lokasi penelitian berada di dusun Appabatu, desa Parak, kecamatan Bontomanai Kabupaten Selayar. Lokasi penelitian berada pada pantai Barat pulau Selayar dengan jarak 5 km sebelah utara kota Benteng (ibukota Kabupaten Selayar). Lokasi pemasangan alat tangkap berada pada rentang kisaran posisi 6º05’21” sampai 6º05’24” LS dan 120º23’24” sampai 120º23’54” BT. Berdasarkan konversi satuan panjang setiap titik koordinat maka diperoleh lebar pada garis lintangnya 92,6 m dan panjang pada garis bujur 926,1 m (1 detik = 30,87 m). Luas lokasi penelitian adalah perkalian lebar garis lintang dengan panjang garis bujur yaitu seluas 857,7 m2

Suhu permukaan perairan sekitar lokasi penelitian 29-31 0C dengan arah arus dari utara ke selatan. Tipe pasang surut tergolong diurnal dengan ditandai pasang dan surut terjadi 1 kali dalam sehari dengan pasang tertinggi pada sekitar jam 5 pagi dan surut terendah pada sekitar jam 17.00 sore hari. Perairan terdiri atas padang lamun dengan paparan mulai pada jarak 10 hingga 500 m dari garis pantai. Terumbu karang terdapat pada jarak 100 sampai 700 m dari garis pantai dengan tubir pada kedalaman 5 – 25 m.

Perairan sekitar dusun Appabatu relatif subur yang memungkinkan kelimpahan ikan tinggi sehingga usaha penangkapan intensif dilakukan. Penangkapan ikan oleh nelayan setempat dilakukan dengan menggunakan sero, jaring insang, pancing rawai dasar, pancing tonda dan harpon. Alat tangkap yang paling banyak digunakan di kabupaten Selayar adalah jaring insang dengan hasil tangkapan paling produktif (Manggabarani, 2005).

4.2 Pengoperasian Fyke Net Modifikasi

Fyke net yang digunakan selama penelitian dimodifikasi pada beberapa

bagian yaitu pada sayap dan mulut kantong. Modifikasi pada sayap dengan membuat ruang tambahan sehingga membentuk serambi berbentuk huruf V. Dimensi serambi terdiri atas rangka depan 3 buah masing-masing pada bagian kanan, tengah dan kiri berukuran tinggi 180 cm dan lebar 150 cm.

(51)

Pertimbangan tinggi rangka serambi tersebut berdasarkan sifat ikan karang yang berenang pada kisaran 0 m sampai kurang dari 2 m dari dasar perairan (Holzman et al, 1997) sehingga peluang ikan untuk berenang disekitar cakupan celah serambi sangat besar dan memperkecil peluang ikan berenang diatas fike

net. Rangka samping berbentuk trapesium dengan tinggi rangka depan 180 cm

;tinggi rangka belakang 90 cm dan panjang rangka atas 420 cm; panjang rangka belakang 400 cm, volume serambi yang terbentuk cukup luas untuk kawanan ikan berenang leluasa mengitari serambi. Bagian serambi dilengkapi dengan celah yang membentuk corong mengarah ke dalam dengan lebar 20 cm dan tinggi 150 cm. Celah ini berfungsi untuk mengarahkan ikan masuk ke serambi dan tidak mudah untuk keluar kembali, celah untuk mengarahkan ikan ini dapat ditemukan pada sero (FAO, 2000); trap di laguna Beymelek, Turki (Atar et .al, 2002) dan fike

net di danau Egirdir, Turki (Balik et.al, 2003).

Modifikasi pada mulut kantong fike net dilakukan dengan menambahkan rigi-rigi yang tergolong Non-Return Device (NRD), dikomersilkan dengan istilah

Trigger entrance. Bentuk rigi-rigi bervariasi berdasarkan ukuran, warna, bentuk

dan umumnya dipasang pada mulut bubu. Pada penelitian ini rigi-rigi yang digunakan terbuat dari pipa PVC sebagai rangka dan bambu yang diruncingkan sebagai jerujinya. Rangka rigi-rigi berukuran panjang 60 cm dan tinggi 40 cm dipasang pada rangka ke-2 kantong. Jeruji dipasang agar menyulitkan ikan untuk meloloskan diri keluar dari kantong dan serambi.

Hasil penelitian uji coba pengoperasian fyke net ternyata dapat menangkap ikan karang setelah melakukan modifikasi pada bagian sayap dan mulut kantong. Keberhasilan pengoperasian fyke net selain ditentukan oleh modifikasi konstruksi juga pemilihan lokasi yang tidak pada koloni karang melainkan pada tubir karang yang memiliki areal lebih landai. Dasar perairan tubir karang tidak terdapat koloni karang sehingga ikan dapat mendeteksi keberadaan fyke net sebagai

shelter. Ikan-ikan dengan sifat migrasi horizontal dan vertikal pada terumbu

karang menurut Spotte (1992) juga akan mudah mendeteksi keberadaan fyke net sebagai shelter.

Gambar

Gambar 1. Disain mulut kantong yang diberi bingkai dan rigi.
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
gambar  5 Megapixel  - Masker Snorkel  1 unit  Pemasangan alat
Tabel 3.   Perbandingan tipe fyke net yang dimodifikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah bahwa motivasi berpengaruh terhadap komitmen organisasi pada karyawan Hotel Furaya Pekanbaru. Dengan demikian maka dapat

1) Saat memulai praktik kerja lapangan praktikan merasa kurang dapat beradaptasi secara baik dengan para karyawan di BULOG. 2) Minimnya fasilitasi yang disediakan BULOG

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kualitas pelayanan kesehatan rawat jalan di RSUD Barru ditinjau dari prosedur administrasi dinyatakan cukup baik dengan nilai rata-

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Jangka waktu pelaksanaan pengiriman APHT dan warkah yang dibutuhkan untuk pendaftarannya pada Kantor Pertanahan cenderung tidak tepat waktu,

Dari Tabel 4 diketahui bahwa daya kecambah benih untuk semua perlakuan hampir tidak berbeda nyata walaupun benih sudah di simpan selama 3 bulan dalam suhu kamar,

Hal tersebut bisa diselesaikan dengan menerapkan data mining, konsep data mining dalam pencarian dokumen menggunakan cosine similarity terdapat beberapa langkah –

Hasil penelitian dengan 51 responden menunjukkan prosentase terbesar pendidikan jenjang menengah yang ditempuh responden adalah SMA sebesar 80,4%, Jurusan yang dipilih IPA

Pertama: Penghijrahan umat Islam kerana jemputan orang Arab Madinah seperti yang tercatat dalam perjanjian Aqabah Kedua.. Kedua: Ketibaan umat Islam Makkah ke Madinah juga