• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DINAMIKA HUBUNGAN UNI EROPA DAN INGGRIS. 2.1 Keanggotaan Inggris dalam European Union Sebelum Britain Exit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DINAMIKA HUBUNGAN UNI EROPA DAN INGGRIS. 2.1 Keanggotaan Inggris dalam European Union Sebelum Britain Exit"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

20

BAB II

DINAMIKA HUBUNGAN UNI EROPA DAN INGGRIS 2.1 Keanggotaan Inggris dalam European Union Sebelum Britain Exit

Bab II akan membahas mengenai dinamika pemerintahan Inggris sebagai anggota dari Uni Eropa, dengan bagian pertama mencakup keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa sebelum referendum Britain Exit yang mencakup proses masuknya Inggris dalam Uni Eropa dimulai pada masa pemerintahan Harold Macmillan hingga penyelenggaraan referendum Britain Exit pada masa pemerintahan David Cameron. Bagian selanjutnya akan membahas mengenai proses keluarnya Inggris setelah penyelenggaraan referendum dibawah pemerintahan Theresa May hingga pengunduran diri May sebagai Perdana Menteri Inggris.

Pada tahun 1961 Inggris dibawah pimpinan PM Harold Macmillan dari partai konservatif mengajukan proposal pertama untuk bergabung dengan European Economic Community (EEC), namun Perancis menolak proposal tersebut, karena Charles De Gaulle sebagai presiden Perancis pada saat itu khawatir Inggris akan mempengaruhi negara-negara lain dan akan merubah consensus yang telah disepakati oleh negara-negara anggota EEC. Hal ini dikarenakan sector pertanian Inggris mengimpor hasil pertaniannya yang mana hal tersebut beralawanan dengan prinsip proteksi hasil pertaniaan yang dianut oleh EEC. Petani di Eropa memperoleh perlakuan istimewa dari pemerintahan masing-masing negaranya

(2)

21

dan menerapkan proteksi hasil pertanian mereka dari pasar dunia karena penghasilan petani Eropa relatif rendah sedangkan ongkos produksi sebaliknya.18

Upaya Inggris kembali berlanjut setelah EEC berganti nama menjadi European Community (EC) pada tahun 1995 dibawah pimpinan PM Harold Wilson. Melalui proposal keanggotaan kedua ini, Inggris berkomitmen untuk tidak merombak aturan-aturan EC dan menyesuaikan dengan aturan di negaranya, seperti dalam sektor pertanian. Inggris juga berkomitmen bahwa Inggris akan mengikuti kewajiban dan menerima tujuan dari EC. Permintaan proposal keanggotaan Inggris kembali ditolak oleh Charles de Gaule karena Inggris terlibat perjanjian pertahanan dengan Amerika Serikat yang mencakup penyerahan hak pertahanan Inggris terhadap Amerika Serikat. Terlibatnya Inggris dalam perjanjian tersebut dianggap dapat membuka jalan bagi Amerika Serikat untuk mempengaruhi Eropa melalui Inggris apabila Inggris menjadi anggota EC.19

Pintu masuk Inggris untuk menjadi anggota EC kembali terbuka setelah Charles de Gaule turun dari jabatannya sebagai Presiden Perancis pada 1973, dan digantikan oleh George Popimdou. EC mengadakan perundingan dengan enam negara anggota lainnya untuk merundingkan keanggotaan Inggris. Inggris kembali mengajukan proposal ketiga ke EC, dan akhirnya pada tahun 1973 Inggris diterima menjadi anggota EC bersama Irlandia, Norwegia dan Denmark. Dengan diterimanya Inggris sebagai anggota resmi EC pada tanggal 1 Januari 1973 bersama dengan Irlandia dan Denmark. Namun keanggotaan Inggris di

18 Kurniawati, Inggris Dalam Uni Eropa: Keanggotaan Setengah Hati?, Jurnal Sejarah Lontar, Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2009: 65-73, hal. 67.

19 Nauro F. Campos dan Fabrizio Coricelli (Editor), 2017, The Economics of UK-EU Relations:

(3)

22

dalam EC menyebabkan perpecahan yang berawal dari adanya penolakan dari parlemen sayap kanan, bahkan berujung pada pengunduran diri dua anggota cabinet dari Partai Konservatif, Teddy Taylor dan Jasper Moore.20

Perpecahan dalam parlemen Inggris terkait keanggotaan Inggris dalam EC ini kemudian diturunkan kepada Harold Wilson yang kembali menjabat sebagai Perdana Menteri pada tahun 1974, menggantikan Edward Heath. PM Harold Wilson segera mengadakan pertemuan dengan EC untuk mengajukan syarat keanggotaan tambahan. Syarat keanggotaan tersebut memuat langkah renegosiasi terkait; mengubah kebijakan pertanian EC untuk membuka kesempatan ekspor untuk negara anggota dan menerapkan kebijakan pemotongan harga pada produk agrikultur untuk memperoleh harga yang lebih ekonomis bagi masyarakat Inggris, hak untuk memutuskan kebijakan industri secara independen, dan mengubah ketentuan finansial yang telah disepakati dalam negosiasi keanggotaan sebelumnya, terutama mengenai masalah anggaran.21

Setelah negosiasi syarat keanggotaan disetujui oleh EC, Wilson kemudian menyelenggarakan referendum untuk memutuskan keberlangsungan Inggris dalam EC dan penentuan lolos tidaknya pembaharuan syarat keanggotaan yang telah disepakati bersama EC. Referendum ini kemudian menjadi referendum

20 Ivorry Chaka Nathara Pranashanti, 2014, Alasan Pemerintah Inggris Meratifikasi Traktat

Lisabon di Tengah Gelombang Eurosceptisim, Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, hal. 3.

(4)

23

pertama Inggris dengan hasil 67,2% menginginkan Inggris menetap dalam EC, hasil dari referendum ini dikenal sebagai Referendum Act 1975.22

Pemerintahan PM Harold Wilson selanjutnya digantikan oleh James Callaghan dari Partai Buruh pada tahun 1976 hingga 1979. James Callaghan dikenal sebagai satu-satunya Perdana Menteri abad 20 yang pernah menjabat empat posisi besar dalam pemerintahan Inggris yaitu, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri dan Perdana Menteri. James Callaghan merupakan salah satu anggota yang aktif mendukung Inggris untuk mengkampanyekan Remain pada referendum yang digelar Harold Wilson. Salah satu kebijakan kontroversial yang diambil pada masa pemerintahan PM Callaghan adalah keputusannya untuk berhutang pada IMF pada tahun 1977. Hal ini dikarenakan sejak awal tahun 1976, Inggris sedang mengalami masa perekonomian yang sulit dengan adanya inflasi yang mencapai angka 17% dan berdampak pada hilangnya pekerjaan 1,5 juta warga Inggris pada saat itu. Setelah keberhasilannya memimpin Inggris pada masa-masa sulit pasca peminjaman IMF. Pada musim dingin tahun 1978 hingga 1979, pemerintahan PM James Callaghan berupaya untuk melanjutkan upayanya untuk mengurangi inflasi dengan kebijakan wage restriction yang justru menimbulkan gejolak demonstrasi yang dikenal dengan Winter of Discontitent dan membawanya pada mosi ketidakpercayaan dengan hasil 311 mendukung banding 310 menolak.23

22 Niken Pratiwi, 2017, Pengaruh Tory Political Cabinet Terhadap Keputusan Referendum British

Exit (BREXIT), Skripsi, Malang: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang, hal. 30.

23 Past Prime Ministers James Callaghan, GOV.UK, diakses dalam

https://www.gov.uk/government/history/past-prime-ministers/james-callaghan (21/07/2019, 17:08 WIB).

(5)

24

Setelah PM Callaghan turun dengan mosi tidak percaya dari parlemen pada tahun 1979, pemerintahan Inggris pada tahun 1979 hingga 1990 berada dibawah PM Margaret Thatcher Inggris. Margaret Thatcer terkenal dengan sikap tegasnya terhadap kebijakan Uni Eropa. Salah satunya adalah berhasilnya Margaret Thatcher untuk menegosiasikan United Kingdom Rebate yaitu pengurangan biaya yang harus dibayar Inggris terhadap Uni Eropa. United Kingdom Rebate berhasil didapatkan setelah negosiasi Panjang dari tahun 1979 hingga 1984, yang akhirnya disepakati pada Fontainebleau Summit antara Francois Mitterland, Helmut Kohn dan Margaret Thatcher. Hal ini dikarenakan PM Margaret Thatcher beranggapan bahwa biaya tersebut hanya merugikan Inggris dan menyatakan bahwa itu adalah uang hak Inggris.24

Pada era PM Margaret Thatcher juga ditandatangani The Single European Act pada tahun 1986. PM Margaret Thatcher dikenal dengan pandangan skeptisnya terhadap Uni Eropa yang terlihat dari proses lama bergabungnya Inggris dalam European Exchange Rate Mechanism (ERM). PM Margaret Thatcher menganggap bahwa dengan bergabung dalam ERM berarti berkurangnya kebebasan untuk mengendalikan kondisi moneter Inggris. Pendapat ini kemudian membuat dua staff kepemimpinannya mengundurkan diri.25 Sikap

keras Margaret Thatcher terhadap kebijakan ERM akhirnya berakhir pada tahun 1990, setelah John Mayor berhasil membujuk Thatcher untuk menyetujui

24 Lee McGowan dan David Phinnemore, 2015, A Dictionary of the European Union, Routledge: New York, hal. 490.

25 Matthew Smith, 2014, The Thatcher Government and the ERM, London: Palgrave Macmillan, hal. 83-84.

(6)

25

partisipasi Inggris dalam ERM dan juga menjadi kebijakan terakhir PM Margaret Thatcher sebelum akhirnya turun dari kepemimpinannya pada tahun yang sama.

Masa pemerintahan PM John Major dari Partai Konservatif ditandai dengan berakhirnya Perang Dingin. Perancis dan Jerman mulai menunjukkan kecenderungannya untuk mempunyai identitas sendiri tanpa bayang-bayang Amerika Serikat. Pada periode pemerintahannya, PM John Major menyatakan bahwa Major tidak akan melanjutkan kebijakan Eropa dari PM sebelumnya, Margaret Thatcher. Namun Inggris pada masa pemerintahan Major Inggris kembali dihadapkan pada keadaan ekonomi yang sulit. Pemberlakuan tingkat suku bunga yang tinggi oleh Jerman menyebabkan Inggris sulit menurunkan suku bunganya sehingga Inggris terjebak dalam resesi yang lebih dalam lagi. Major menyatakan dukungannya terhadap Economic Monetary Union (EMU) apabila Uni Eropa mengamandemen Maastricht Treaty yang memungkinkan Inggris opt-out pada EMU sesuai kehendaknya.26

Pemerintahan selanjutnya dilanjutkan oleh PM Tony Blair yang menjabat selama 10 tahun dari 1997 hingga 2007. Dalam urusan luar negeri, Blair terkenal dengan loyalitasnya pada Amerika Serikan yang terlihat dengan keterlibatan Inggris dalam pemboman Amerika di Irak pada tahun 1998.27 Pada era

kekuasaannya, PM Tony Blair mengusulkan agar Uni Eropa melakukan ekspansi besar. Terkait hal tersebut juga PM Tony Blair berkomitmen terhadap hubungan yang lebih dalam lagi dengan Uni Eropa dan penguatan kekuatan di Brussels.

26 Kurniawati, Inggris Dalam Uni Eropa: Keanggotaan Setengah Hati?, Jurnal Sejarah Lontar, Vol. 6, No. 2, Juli-Desember 2009:65-73, hal. 71.

27 Dr. Jon Davis, Past Prime Ministers Tony Blair, GOV.UK, diakses dalam

(7)

26

Menurut Blair, perluasan ini diperlukan agar negara-negara Eropa Barat tidak lagi dibayang-bayangi dengan konflik, instabilitas dan isu migran.28

Jabatan kepala pemerintahan periode 2007 hingga 2010 dipegang oleh Menteri keuangan Tony Blair, Gordon Brown. Pada masa pemerintahan PM Gordon Brown Perjanjian Lisbon ditandatangani. Perjanjian ini dibuat untuk mereformasi konstitusi Uni Eropa dua tahun laudan untuk menyepakati penguasaan Uni Eropa pada masa mendatang. Hal yang menjadi perhatian dalam pemeritahannya adalah terkait janji PM Brown untuk menyelenggarakan referendum terkait perjanjian tersebut segera setelah perjanjian tersebut dibuat. Namun hasil parlemen menyatakan sebaliknya dengan hasil 311 anggota parlemen menyetujui Inggris untuk menandatangani Perjanjian Lisbon tanpa perlu menyelenggarakan referendum untuk merubah perjanjian tersebut. Sehingga hingga akhir masa pemerintahannya, walaupun masyarakat Inggris menginginkan adanya sebuah referendum, namun PM Gordon Brown menyatakan bahwa hal tersebut tidak perlu dilakukan.29

2.2. Keanggotaan Inggris dalam European Union

2.2.1. Reformasi Uni Eropa David Cameron dan Referendum Britain

Exit

Jabatan Perdana Menteri Inggri pada tahun 2010 hingga 2016 kemudian diduduki oleh David Cameron dari Partai Konservatif. Sebelumnya, David

28 Blair calls for rapid expansion of EU, 06 Oktober 2000, The Guardian, diakses dalam https://www.theguardian.com/politics/2000/oct/06/labour.labour1997to99 (21/07/2019, 22:48 WIB).

29 Patrick Wintour, Lib Dem and Labour rebellions as Brown survives vote on EU treaty

referendum, 06 Maret 2008, The Guardian, diakses dalam

(8)

27

Cameron menjanjikan referendum untuk masyarakat Inggris apabila terpilih menjadi Perdana Menteri, yang kemudian segera diupayakan oleh David Cameron. Sebelum melakukan referendum, David Cameron juga mengajukan syarat-syarat reformasi bagi Uni Eropa, Syarat-syarat tersebut antara lain, (1) Memaksa Brussels untuk mengizinkan Inggris bebas dari prinsip Uni Eropa tentang "ever closer union". (2) Bahwa euro bukan mata uang resmi Uni Eropa, menjelaskan bahwa Eropa merupakan serikat multi-currency. Parlemen Inggris menginginkan syarat tersebut untuk melindungi status poundsterling sebagai mata uang yang sah. Sistem "kartu merah" baru untuk mengembalikan kekuasaan dari Brussels ke Inggris. Syarat ini dapat memberikan kekuatan bagi parlemen nasional untuk menghentikan arahan yang tidak diinginkan yang diberikan Uni Eropa dan untuk membatalkan hukum Uni Eropa yang telah ada. Hal ini terkait hokum imigrasi yang diberlakukan Uni Eropa yang dianggap merugikan Inggris. Struktur baru untuk Uni Eropa yang mencakup penyusunan kembali blok 28 negara yang tidak terlibat dalam zona Euro untuk mencegah adanya dominasi oleh 19 negara anggota, dengan perlindungan khusus untuk London.30

Permintaan reformasi Uni Eropa David Cameron ini kemudian direspon dengan pemberian “status spesial” kepada Inggris pada KTT Uni Eropa di Brussels. Status spesial ini mencakup, (1) Uni Eropa memberikan emergency brake yang berarti aka nada pembatasan baru yang ketat mengenai sistem keseahteraan negara-negara anggota Uni Eropa bagi migran, (2) Perlindungan

30 Tim Ross, David Cameron's four key demands to remain in the EU revealed, 10 Oktober 2015, The Telegraph, diakses dalam

https://www.telegraph.co.uk/news/politics/david-cameron/11924603/David-Camerons-four-key-d emands-to-remain-in-the-EU-revealed.html (12/7/2019, 09:30 WIB).

(9)

28

bagi perekonomian Inggris untuk memiliki akses penuh terhadap pasar tunggal yang bebas meski berada di luar zona Euro, (3) Pembayaran migran-migran Uni Eropa sesuai dengan tarif hidup di negara asalnya, (4) Inggris dibebaskan intergrasi politik lebih lanjut terkait prinsip “ever closer union”.31

a. Kubu Leave

Menjelang penyelenggaraan referendum, masyarakat Inggris kemudian terpecah menjadi menjadi dua kubu, yaitu Kubu Leave, mereka yang mendukung Inggris untuk keluar dari Uni Eropa dan Kubu Remain, mereka yang mendukung Inggris untuk tetap menjadi anggota dari Uni Eropa. Menurut Kubu Leave meninggalkan Uni Eropa bukan berarti meninggalkan Eropa dan berdiri sendiri. Memilih untuk meninggalkan Eropa berarti memilih untuk meninggalkan Uni Eropa yang mereka pandang sebagai organisasi yang ‘undemocratic’ dan ‘disunion’. Memilih untuk keluar dari Uni Eropa berarti Inggris dapat mengambil alih kedaulatan negara mereka yang selama ini mendapatkan campur tangan dari Uni Eropa. Argumen Kubu Leave juga menyatakan bahwa, keluar dari Uni Eropa juga berarti Inggris dapat mengatur kebijakan Imigrasi , ekonomi, industri dan energi mereka sendiri, tanpa campur tangan dari Uni Eropa.32

Dengan memilih pro-Brexit, kubu ini juga menyatakan bahwa Inggris dapat menyimpan £350 juta dalam seminggu yang merupakan dana yang wajib dikeluarkan Inggris apabila tetap menjadi anggota Uni Eropa. Menurut mereka, dana tersebut akan lebih baik digunakan untuk mendanai NHS (National Public

31 EU deal gives UK special status, says David Cameron, 20 Februari 2016, BBC, diakses dalam

https://www.bbc.com/news/uk-politics-35616768 (12/7/2019. 09:46 WIB).

32Leave.EU, About, Leave EU official Website, diakses dalam https://leave.eu/about/ (12/11/2018, 23.48 WIB).

(10)

29

Services) atau layanan kesehatan publik serta untuk mendanai pembangunan rumah dan sekolah. Mereka juga menyatakan bahwa mereka tidak setuju dengan peraturan perbatasan yang selama ini berlaku di Inggris, menurut mereka akan lebih aman apabila Inggris dapat mengatur perbatasan mereka sendiri tanpa campur tangan Uni Eropa. Selain itu, Inggris juga dapat mengatur sistem di perbatasan seperti dalam konteks pekerja, mereka yang datang akan dibedakan berdasarkan kemampuan mereka, bukan Dokumen Perjalanan atau Paspor mereka.33

Pihak yang mendukung Brexit juga tidak menyetujui campur tangan Uni Eropa terhadap kesepakatan-kesepakatan ekonomi atau perjanjian-perjanjian yang melibatkan New Zealand, Australia, India, China dan Brazil. Sehingga menurut mereka, dengan keluar dari Uni Eropa, Inggris dapat dengan bebas memilih partner kerjasama mereka yang berarti semakin terbuka pula peluang dan kesempatan pekerjaan di Inggris.34

b. Kubu Remain

Lawan dari Kubu Leave, Kubu Remain menyatakan bahwa terdapat lebih dari tiga juta peluang kerja yang berhubungan dengan kesepakatan Inggris denga Uni Eropa, yang berarti dengan bertahan di Uni Eropa akan semakin banyak peluang pekerjaan yang disediakan Uni Eropa. Keuntungan lain menurut kubu Remain adalah menjadi anggota dari Uni Eropa dapat juga berpengaruh pada

33 Ibid.

34 Why Vote Leave, Vote Leave Take Control Official Website, diakses dalam

(11)

30

murahnya biaya kehidupan yang akan dikeluarkan oleh masyarakat Inggris sehari-hari.35

Dalam urusan perdagangan dan investasi, kubu Remain beranggapan bahwa Inggris mendapatkan keuntungan dengan bergabung dengan Uni Eropa pasalnya, Inggris memperoleh sebanyak £60 juta dalam sehari dari hasil perdagangan dan investasi selama menjadi anggota dari Uni Eropa. Masalah keamanan juga tidak luput dari argumen kubu Remain di mana pihak mereka menyatakan bahwa The European Arrest Warrant dapat membantu UK untuk menangkap pelaku-pelaku kriminal, yang tentunya dapat membuat Inggris semakin aman.36

Selain argumen kubu Remain diatas, terdapat beberapa argumen dari kubu Remain yang secara tidak langsung membantah argumen-argumen yang diusung dari kubu Leave. Seperti terkait uang keanggotaan yang mengharuskan Inggris membayar sejumlah 350 juta poundsterling kepada Uni Eropa. Menurut kubu Leave, dana sebesar itu akan lebih baik digunakan untuk layanan masyarakat seperti NHS. Namun kubu Leave tidak memperhitungkan bahwa dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tidak menjamin bahwa dana yang disimpan dari uang keanggotaan tersebut akan dialihkan untuk pelayanan masyarakat umum. kubu Remain menyatakan bahwa dana tersebut akan cenderung digunakan oleh Pemerintah Inggris untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih penting seperti

35 George Lindsay Watson, 10 reasons to vote remain in the EU Referendum, Metro News, 22 Juni 2016, diakses dalam

https://metro.co.uk/2016/06/22/10-reasons-to-vote-remain-in-the-eu-referendum-5955501/ (12/11/2018, 11.51 WIB).

36 Buttonwood, The arguments for voting remain, The Economist, 14 Juni 2016, diakses dalam https://www.economist.com/buttonwoods-notebook/2016/06/14/the-arguments-for-voting-remain (13/11/2018, 11.53 WIB).

(12)

31

mendanai petani-petani Inggris, penelitian ilmiah dan membantu negara-negara bagian yang masih membutuhkan di Inggris.37

Kubu Leave dianggap hanya melihat kerugian dari satu sisi, termasuk mengenai uang yang menurut mereka terbayar sia-sia kepada Uni Eropa. kubu Leave hanya memperhitungkan betapa besar dana yang telah dikeluarkan Inggris selama menjadi anggota Uni Eropa, tapi gagal untuk melihat berapa dana yang dikeluarkan Uni Eropa selama membantu dan memfasilitasi Inggris selama menjadi anggotanya.

Selain itu kubu Remain menyatakan bahwa dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa berarti Inggris juga akan kehilangan 950.000 pekerjaan yang tadinya dinikmati masyarakat Inggris selama Inggris tergabung dalam Uni Eropa. Hal ini sekaligus menyanggah argumen kubu Leave yang menyatakan bahwa dengan keluar dari Uni Eropa berarti Inggris dapat dengan bebas menentukan partner ekonomi dan membuka lebih banyak lagi peluang pekerjaan.38

c. Project Fear

Project Fear menggambarkan sebuah kampanye yang berupaya untuk menyerang dorongan kuat dari naluri masyarakat dalam penyampaian misi-misinya. Der Spiegel menyatakan bahwa Project Fear akan berdampak pada

37 Jon Henley, Why Vote Leave’s £350m weekly EU cost claim is wrong, The Guardian, 10 Juni 2016, diaskes dalam

https://www.theguardian.com/politics/reality-check/2016/may/23/does-the-eu-really-cost-the-uk-3 50m-a-week (13/11/2018, 11.56 WIB).

38Get The Facts, Stronger In EU Official Website, diakses dalam https://www.strongerin.co.uk/get_the_facts (13/11/2018, 12.57 WIB).

(13)

32

pengambilan keputusan yang didasarkan pada perasaan dibandingkan alasan atau pemikiran yang matang.39

Referendum ini kemudian dimenangkan oleh kubu Leave, dengan kaum euroskeptis nya yang berhasil mendekati masyarakat umum dengan kampanye-kampanye euroskeptisnya. Model kampanye yang diusung oleh kedua belah kubu adalah Project Fear yang berarti masyarakat cenderung lebih menggunakan naluri mereka dibandingkan keputusan yang matang.40 Cara

kampanye ini dapat dikatakan merupakan cara kampanye menakuti-nakuti masyarakat akan dampak atau konsekuensi yang akan ditimbulkan terkait keputusan yang akan diambil. Metode ini terbukti berhasil sebelumnya pada referendum pelepasan diri Skotlandia dari Inggris, dan terbukti kembali berhasil pada kampanye referendum keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa 2016.

Project Fear yang digunakan oleh kubu Leave cenderung lebih dapat mudah untuk sampai kepada masyarakat umum dibandingkan dengan Project Fear dari kampanye kubu Remain. Hal ini dikarenakan kampanye Euroskeptis dari kubu Leave mengangkat isu imigrasi yang dapat dengan mudah meningkatkan emosional masyarakat terkait kedaulatan negara. Sedangkan kubu Remain cenderung lebih mengutamakan kerugian Brexit dalam hal ekonomi yang sulit dipahami oleh masyarakat umum. Selain itu bahasa kampanye yang digunakan oleh kubu Leave dapat dikatakan lebih merakyat sehingga dapat dimengerti oleh

39 Jackie Ruryk, Brexit voters may have been driven by fear more than reason, 24 Juni 2016, CBC, diakses dalam https://www.cbc.ca/news/world/brexit-vote-decision-making-1.3651073 (22/07/2019, 00:40 WIB).

40 Khairul Munzilin dan Ali Muhammad, Brexit : Eurosceptic Victory In British Referendum In

Term Of Britain Membership Of The European Union, Jurnal Sosial Politik Humaniora, Volume 5, Nomor 1, 2017: 1-21, hal 13.

(14)

33

berbagai kalangan masyarakat, sedangkan kubu Remain cenderung menggunakan bahasa yang jauh dari keseharian masyarakat, seperti istilah-istilah ekonomi. Selain itu kampanye yang diusung oleh kubu Leave yaitu “Take Back Control” dianggap mampu meningkatkan rasa nasionalis masyarakat akan kesempatan mereka untuk memiliki kebebesan tanpa pengekangan atau peraturan dari Uni Eropa. Sedangkan kubu Remain beranggapan bahwa meninggalkan Uni Eropa akan berdampak buruk pada perekonomian Inggris yang dianggap kurang cukup untuk dapat mendapatkan perhatian dari masyarakat.41

2.2.2. Proses Britain Exit Dibawah Kepemimpinan Perdana Menteri Theresa May

Hasil referendum Britain Exit menunjukkan bahwa masyarakat Inggris mendukung Inggris untuk keluar dari integrasi Uni Eropa kemudian berujung pada pengunduran David Cameron. Setelah proses pengajuan reformasi kepada Uni Eropa, David Cameron, pada dasarnya berharap bahwa masyarakat Inggris akan menginginkan Inggris tetap bersama Uni Eropa, karena menurutnya Inggris dapat lebih kuat bersama Uni Eropa. Sehingga 24 Juni 2016, menandakan berakhirnya masa jabatan David Cameron sebagai Perdana Menteri Inggris. Penyelesaian status keluarnya Inggris dari Uni Eropa kemudian diteruskan oleh Theresa May. Pada 14 November 2018, Theresa May beserta 27 pemimpin negara anggota Uni Eropa menyetujui kesepakatan Brexit di Brussels, kesepakatan yang berisi 585 halaman itu ditandatangani di Brussels. Kedua pihak

41 Ibid.

(15)

34

menyatakan bahwa kesepakatan tersebut merupakan yang terbaik dan Uni Eropa parlemen Inggris akan mendukung kesepakatan tersebut.42

Langkah selanjutnya yang dilakukan Theresa May adalah mengumumkan pemungutan suara yang akan dilaksanakan pada 11 Desember untuk penentuan ditolak atau diterimanya kesepakatan Brexit. PM May memperingatkan anggota parlemen penolakan kesepakatan Brexit akan membawa Inggris pada ketidakpastian dan kegelapan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Hal ini berkaitan dengan adanya kritik dari parlemen dan menyatakan penolakan mereka terhadap kesepakatan tersebut.43 Sikap penolakan dari parlemen tersebut

kemudian membuat PM Theresa May memutuskan untuk menunda pemungutan suara mengenai kesepakatan Brexit. Karena apabila pemungutan suara tersebut tetap dilaksanakan dikhawatirkan hanya akan berujung pada kekalahan. Pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, menganggap penundaan tersebut sebagai keboborokan dan menyatakan bahwa pemerintah kehilangan kendali atas Brexit.44

Pada 15 Januari 2019, pemungutan suara terkait kesepakatan Brexit menujukkan bahwa parlemen menolak untuk mendukung kesepakatan yang telah dibuat Theresa May dengan Uni Eropa. Hanya 202 anggota parlemen mendukung

42EU leaders agree UK's Brexit deal at Brussels summit, 25 November 2018, BBC, diakses dalam https://www.voaindonesia.com/a/inggris-dan-uni-eropa-tandatangani-perjanjian-brexit/4673301.ht ml (13/07/2019, 22:41 WIB).

43 Parlemen Inggris akan Putuskan Kesepakatan Brexit, 11 Desember, 27 November 2019, VOA Indonesia, diakses dalam

https://www.voaindonesia.com/a/parlemen-inggris-akan-putuskan-kesepakatan-brexit-11-desemb er/4674861.html (13/07/2019, 22:47 WIB).

44Dan Sabbagh dan Jessica Elgot, Theresa May postpones Brexit deal vote, 10 Desember 2018, The Guardian, diakses dalam

https://www.theguardian.com/politics/2018/dec/10/theresa-may-postpones-brexit-deal-meaningful -vote-eu (19/07/2019, 10:50 WIB).

(16)

35

kesepakatan yang dihasilkan Theresa May, sedangkan 432 menolak kesepakatan tersebut. Hal ini kemudian ditanggapi oleh Pemimpin Partai Buruh, James Corbyn dengan mengajukan mosi tidak percaya pada pemerintahan Theresa May segera setelah hasil pemungutan suara keputusan Brexit diumumkan.45

Adapun isi dari kesepakatan Brexit yang dicapai oleh Theresa May dan Uni Eropa mencakup, Pertama, Periode transisi, Inggris akan tetap terlibat dalam pasar tunggal dan tetap mentaati peraturan perundang-undangan Uni Eropa hingga akhir Desember 2020 sampai kedua belah pihak mencapai hubungan perdagangan baru. Selama periode transisi, semua peraturan, anggaran, pengawasan, peradilan, dan instrumen penegakan hukum Uni Eropa akan terus berlaku di Inggris, termasuk putusan yang dibuat di Pengadilan Uni Eropa. Poin ini juga mencakup, negosiasi kedua pihak diberikan waktu tambahan untuk melanjutkan negosiasi. Apabila 21 bulan tambahan tidak cukup, masa transisi dapat diperpanjang, dengan persetujuan bersama sebelum 2020, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.46

Kedua, Perbatasan Irlandia dan Customs Union menyepakati bahwa tidak ada hard border antara Irlandia Utara dan anggota Uni Eropa paling tidak dalam jangka pendek. Apabila periode transisi diperpanjang hingga 2020, kesepakatan ini meminta kedua belah pihak untuk melakukan penyelesaian

45 Kesepakan Brexit Ditolak Parlemen, PM Theresa May Lolos dari Mosi Tak Percaya, 17

Januari 2019, VOA Indonesia, diakses dalam

https://www.voaindonesia.com/a/kesepakan-brexit-ditolak-parlemen-pm-theresa-may-lolos-dari-mosi-tak-percaya/4746238.html (19/07/2019, 10:52 WIB).

46 Benhart Farras, Jadi Polemik Ini Poin-poin Kesepakatan Brexit Inggris & UE, 15 November 2019, CNBC Indonesia, diakses dalam

https://www.cnbcindonesia.com/news/20181115191759-4-42408/jadi-polemik-ini-poin-poin-kese pakatan-brexit-inggris-ue (20/07/2019, 23:26 WIB).

(17)

36

backstop yang mencakup hubungan Single Custom Territory antara Inggris dan Uni Eropa. Customs Union menghapuskan tarif perdagangan, memeriksa perturan origin and quotas, dan akan meliputi semua barang kecuali produk perikanan. Kesepakatan ini juga melarang Inggris untuk melemahkan harga untuk kompetitor Uni Eropa yang secara efektif menghapuskan kemungkinan Inggris untuk berubah menjadi negara dengan pajak rendah seperti Singapura sesuai dengan yang diinginkan para pendukung Brexit. Walaupun menjadi bagian dari Uni Eropa, Inggris dibebaskan untuk menjalin hubungan perdagangan internasional, yang berarti negara-negara selain anggota Uni Eropa akan mendapatkan akses untuk masuk ke pasar Inggris dengan beberapa ketentuan dari perjanjian perdagangan Uni Eropa. Ketentuan-ketentuan tersebut akan terhapus apabila penyelesaian backstop telah dicapai oleh kedua belah pihak. Hal ini dilakukan untuk mencegah Inggris keluar dari custom union tanpa persetujuan Uni Eropa.47

Ketentuan ketiga adalah terkait, Pasar keuangan, Status Inggris sebagai pusat keuangan dunia terancam seiring dengan Britain Exit. Lembaga-lembaga keuangan London telah menyiapkan diri pada kemungkinan no deal, dan beranggapan bahwa kesepakatan Brexit tidak menguntungkan. Dalam dokumen kesepakatan 580 halaman tersebut pembahasan mengenai sektor keuangan Inggris tidak lebih dari dari 300 kata. Kesepakatan tersebut menyebutkan bahwa entitas yang didirikan di Inggris akan diperlakukan sebagai entitas yang berada di

47 John Henley, Brexit deal: key points from the draft withdrawal agreement, 14 November 2018, The Guardian, diakses dalam

https://www.theguardian.com/politics/2018/nov/14/brexit-deal-key-points-from-the-draft-withdra wal-agreement (20/07/2019, 23:07 WIB).

(18)

37

luar Uni Eropa. Hal tersebut berarti pusat keuangan London diberikan tingkat akses pasar Uni Eropa seperti akses yang diberikan Uni Eropa kepada Amerika Serikat dan Jepang, yang dapat membahayakan daya tarik London terhadap perusahaan keuangan internasional. 48

Keempat, Kebebasan Bertindak (Freedom of Movement), kesepakatan ini juga mencakup perlindungan bagi warga negara Uni Eropa di Inggris dan warga negara Inggris di negara-negara Uni Eropa untuk bekerja atau belajar seperti yang mereka lakukan saat ini. Tentunya poin ini mencakup ketentuan tidak ada visa keluar, visa masuk, atau formalitas serupa untuk pemegang dokumen sah yang dikeluarkan untuk warga negara Uni Eropa dan Inggris ketika melewati perbatasan nasional kedua belah pihak.49

Biaya keluarnya Inggris, terakhir, ketentuan ini meminta Inggris untuk menghormati semua komitmen bersama yang ada untuk program-program Uni Eropa pada masa transisi yang akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya waktu perpanjangan keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Apabila dikalkulasikan biaya yang harus dibayar Inggris pada tahun 2018/2019 adalah £10.8 miliyar.50

Meaningful vote atau pemungutan suara terkait kesepakatan Brexit kembali diselenggarakan pada 12 Maret 2019. Hasil dari pemungutan suara ini kembali membawa Theresa May pada kekalahan dengan 242 anggota yang

48 Steve George, Brexit deal key policy takeaways, 15 November 2019, CNN, diakses dalam https://edition.cnn.com/2018/11/15/uk/brexit-deal-key-policy-takeaways-intl-gbr/index.html (20/07/2019, 23:09 WIB).

49 Ibid.

50 Brexit: what is the withdrawal agreement?, 25 November 2018, BBC, diakses dalam https://www.bbc.com/news/uk-46237012 (21/07/2019, 23:18 WIB).

(19)

38

mendukung dan 391 lainnya menolak. Inggris dijadwalkan untuk keluar dari Uni Eropa pada 29 Maret 2019 yang berarti hanya 17 hari tersisa, Hal ini merupakan bentuk penolakan parlemen terhadap permintaan PM Theresa May untuk segera menyelesaikan kesepakatan Brexit ini dan justru menolak draft tersebut untuk kedua kalinya. Apabila dibandingan dengan hasil pada pemungutan suara pertama anggota yang mendukung kesepakatan ini sedikit meningkat, hal ini dikarenakan ada beberapa pihak yang khawatir bahwa Brexit akan ditunda dan berlarut-larut apabila kesepakatan ini kembali ditolak.51

Tidak sampai satu bulan, pemungutan suara kesepakatan Brexit ketiga diselenggarakan pada 29 Maret 2019. Parlemen Inggris kembali, untuk ketiga kalinya, menolak draft kesepakatan yang diajukan PM Theresa May. Pemungutan suara ini merupakan upaya terakhir PM Theresa May untuk mencegah kekacauan Brexit semakin berlarut-larut, sebelum menghadapi jadwal keluar Inggris dari Uni Eropa. Draft tersebut hanya mendapat 286 dukungan dari anggota parlemen, sementara 344 anggota menolak. PM Theresa May berencana akan muncur apabila draft usulan kesepakatan Brexit disepakati oleh parlemen pada meaningful vote ketiga tersebut. Namun ternyata pernyataan tersebut tidak berhasil untuk membuat parlemen sepakat dan menyetujui usulan draft yang diajukan oleh Theresa May. May menyatakan bahwa penolakan parlemen terhadap draft usulannya bukanlah hal baru. Namun keinginannya untuk menjaga ekonomi dan nilai tukar mata uang Poundsterling pasca Brexit menjadi alasan

51 Heather Stewart, MPs ignore May’s pleas and defeat her Brexit deal by 149 votes, 12 Maret 2019, The Guardian, diakses dalam

https://www.theguardian.com/politics/2019/mar/12/mps-ignore-mays-pleas-and-defeat-her-brexit-deal-by-149-votes (19/07/2019, 22:56 WIB).

(20)

39

PM Theresa May untuk tetap mengajukan kesepakatan tersebut dengan harapan pemungutan suara pada hari-hari kritis menjelang Brexit dapat mengubah pendapat anggota parlemen yang selama ini menentangnya.52

Kegagalan Inggris untuk memperoleh kesepakatan di dalam parlemen terkait draft kesepakatan Brexit berujung pada permohonan perpanjangan waktu, yang kemudian disetujui oleh emimpin negara-negara Uni Eropa untuk menunda proses Artikel 50 sehingga Inggris diberikan waktu hingga 22 Mei, apabila anggota mayoritas parlemen menyetujui kesepakatan tersebut. Namun apabila sebaliknya Uni Eropa akan mendukung penundaan yang lebih pendek hingga 12 April, dengan kemungkinan keluar tanpa kesepakatan atau no deal.53

Menjelang perpanjanan waktu yang diberikan Uni Eropa kepada Inggris, PM Theresa May dan pemimpin oposisi, Jeremy Corbyn mengadakan pertemuan untuk membicarakan jalan keluar terbaik dan untuk mengakhiri kebuntuan Brexit. May menyatakan mengusahakan penundaan Brexit dan berkompromi dengan pihak oposisi untuk mendapatkan jalan keluar dari rumitnya proses Brexit. Langkah May dianggap akan memperlunak pernyataan May terkait custom union Uni Eropa, di mana Partai Buruh ingin Inggris masih bergabung dengan custom union Uni Eropa untuk menghindari dampak buruk pada sector perdagangan, sementara PM Theresa May menolak hal tersebut dengan alasan kebijakan custom union Uni Eropa hanya akan membatasi Inggris untuk menciptakan

52 Brexit: MPs reject May's EU withdrawal agreement, 30 Maret 2019, BBC, diakses dalam https://www.bbc.com/news/uk-politics-47752017 (20/07/2019, 23:01 WIB).

53 Rahman Asmardika, UE Setuju Tunda Brexit Sampai Paling Lambat Mei 2019, 22 Maret 2019, Okezone News, diakses dalam

https://news.okezone.com/read/2019/03/22/18/2033669/ue-setuju-tunda-brexit-sampai-paling-lam bat-mei-2019 (20/07/2019, 11:03 WIB).

(21)

40

kebijakan perdagangan yang mandiri.54 Namun pertemuan Theresa May dan

Jeremy Corbyn nampaknya tidak membuahkan hasil karena Theresa May tidak ada kesepakatan atau perubahan yang pasti dari pertemuan kedua belah pihak, sehingga diskusi tersebut berhasil buntu.

Kegagalan Theresa May untuk membawa Inggris keluar pada waktu yang telah dijadwalkan kembali berlanjut dengan surat permohonan perpanjangan waktu Brexit yang ditulis Theresa May kepada pemimpin Uni Eropa pada 10 April 2019, yang kemudian disetujui oleh Uni Eropa. Persetujuan perpanjangan waktu itu disetujui dengan syarat, ini merupakan perpanjangan waktu terakhir bagi Inggris, di mana Inggris diberikan waktu hingga 31 Oktober 2019, untuk mendiskusikan masa depannya bersama Uni Eropa dengan parlemen. Inggris dapat keluar sebelum 31 Oktober, apabila, berhasil menyetujui kesepakatan Brexit. Inggris akan berpartisipasi dalam European Election pada bulan Mei atau diberikan kesempatan untuk keluar dari Uni Eropa dengan no deal pada 1 Juni 2019. Uni Eropa juga menyatakan bahwa pihaknya berharap tidak ada lagi renegosiasi mengenai isi kesepakatan Brexit.55

Setelah berbagai upaya yang dilakukan PM Theresa May untuk mengantarkan masyarakat Inggris pada hasil referendum tahun 2016 ditolak oleh parlemen, 07 Juni 2019, Perdana Menteri Theresa May resmi mengundurkan diri sebagai Ketua Partai Konservatif. Melalui pidato pengunduran dirinya, Theresa

54 PM Inggris Bertemu Pemimpin Oposisi untuk Kompromikan Brexit, 03 April 2019, VOA Indonesia, diakses dalam

https://www.voaindonesia.com/a/pm-inggris-bertemu-pemimpin-oposisi-untuk-kompromikan-bre xit/4859985.html (20/07/2019, 23:05 WIB).

55 Brexit: UK and EU agree delay to 31 October, 11 April 2019, BBC, diakses dalam https://www.bbc.com/news/uk-politics-47889404 (20/07/2019, 11:07 WIB).

(22)

41

May menyatakan penyesalannya karena gagal membawa Inggris pada Brexit, dan menyatakan penyesalannya atas ditolaknya kesepakatan Brexit sebanyak tiga kali sehingga sudah saatnya Brexit dipegang oleh Perdana Menteri baru. Kedudukan Theresa May sebagai Perdana Menteri akan digantikan setelah terpilihnya Ketua Partai Konservatif baru yang kemudian akan menggantikan posisisnya sebagai Perdana Menteri, kini 11 anggota parlemen sedang bersaing untuk menggantikan May termasuk pro-Brexiter, Boris Johnson.56

2.2.3. Proses Britain Exit Dibawah Kepemimpinan Perdana Menteri Boris Johnson

Setelah Theresa May gagal untuk menyelesaikan persoalan Britain Exit pasca hasil referendum tahun 2016, tugas ini kemudian dilanjutkan oleh Boris Johnson. Boris Johnson terpilih menjadi Perdana Menteri Inggris setelah mengalahkan Menteri Luar Negeri Jeremy Hunty dalam pemungutan suara anggota Partai Konservatif dengan dukungan sebanyak 92.153, sedangkan Jeremy Hunt dengan 46.656. Boris Johnson melalui pidato pada bulan Juli lalu menyatakan bahwa Johnson akan menyelesaikan Brexit pada akhir Oktober dan menyelesaikan perpecahan terkait isu Brexit yang saat ini terjadi diantara masyarakat Inggris.57

Tidak lama setelah pengumuman terpilihnya Boris Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris, masyarakat Inggris dengan cepat menunjukkan

56Basuki Eka Purnama, Theresa May Mundur Sebagai Ketua Partai Konservatif, 07 Juni 2019, Media Indonesia, diakses dalam

https://mediaindonesia.com/read/detail/239953-theresa-may-mundur-sebagai-ketua-partai-konserv atif (22/07/2019, 00:18 WIB).

57 Boris Johnson Perdana Menteri Baru Inggris: ‘Selesaikan Brexit dan Satukan Negara’, 23 Juli 2019, BBC Indonesia, diakses dalam https://www.bbc.com/indonesia/dunia-49083666 23/09/2019, (23/09/2019, 20.28 WIB)

(23)

42

penolakan mereka terhadap masa pemerintahan PM Boris Johnson dengan menghadang perjalanan Boris Johnson menuju Parlemen yang membawa spanduk bertuliskan "Kebebasan, Independen, Identitas, Demokrasi, Kedaulatan". Namun, aksi penolakan masyarakat terhadap pemerintahan PM Boris Johnson ini tidak mendapatkan respon dari Boris Johnson.

Penolakan terhadap kepemimpinan Perdana Menteri Boris Johsnon juga muncul dari sejumlah Menteri Inggris, termasuk Menteri Keuangan, Philip Hammond, menyatakan bahwa Hammond akan mundur sebagai bentuk penolakan terhadap kepemimpinan Boris Johnson yang sekaligus menunjukkan bahwa terjadi perpecahan di internal Partai Konservatif terkait terpilihnya Boris Johnson. Boris Johnson resmi dilantik sebagai Perdana Menteri Inggris pada 24 Juli 2019 setelah Theresa May mengajukan pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri Inggris kepada Ratu Elizabeth di Istana Buckingham.58

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Boris Johnson akan membawa Inggris keluar pada akhir Oktober, tepatnya 31 Oktober 2019 mendatang dengan cara apapun termasuk tanpa kesepakatan. Pada bulan Agustus lalu, Partai Oposisi menyatakan bahwa mereka akan bekerja sama untuk menghambat keinginan Boris Johnson untuk keluar dari Uni Eropa dengan no deal. Bahkan mereka berencana untuk membuat undang-undang baru atau melakukan pemungutan suara untuk menurunkan pemerintahan yang dipimpin oleh Boris Johnson. Ketua Partai Buruh dan pemimpin Partai Oposisi, Jeremy Corbyn telah berdialog dengan Partai

58 Ibid.

(24)

43

Nasional Skotlandia, Partai Liberal Demokrat, Partai Hijau untuk merencanakan perlawanan terhadap skenario No deal Brexit oleh PM Johnson.59

Keinginan kuat PM Boris Johnson untuk membawa Inggris keluar dengan no deal dan upaya parlemen yang juga dengan tegas menolak hal tersebut, membuat pembahasan Brexit di Era PM Boris Johnson dikhawatirkan akan menemui jalan buntu seperti yang terjadi pada era pemerintahan PM Theresa May. Seperti yang telah diketahui, Theresa May dan parlemen tidak menemukan solusi dalam proses Brexit yang akhirnya membawa May untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri. Penentang yang tidak setuju berpendapat no deal akan menjadi bencana bagi Inggris.

Sebagai penolakan terhadap keinginan PM Boris Johnson untuk membawa Inggris pada no deal Brexit, Uni Eropa menyatakan bahwa Inggris akan bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang akan dihadapi Inggris dengan skenario no deal. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Ketua Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, setelah berbincang melalui telepon dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. Juncker menyatakan bahwa Uni Eropa mengaku sepenuhnya siap untuk skenario no deal Brexit, namun Uni Eropa tetap akan melakukan berbagai upaya untuk menghindari situasi tersebut.60 Hal ini berarti,

keputusan Inggris untuk melepaskan diri dari Uni Eropa tanpa kesepakatan, akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Inggris, dan bukan Uni Eropa.

59 Oposisi Inggris Bakal Lawan Boris Johnson Soal Brexit, 28 Agustus 2019, CNN Indonesia, diakses dalam

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190827203745-134-425176/oposisi-inggris-bakal-lawan-boris-johnson-soal-brexit (23/09/2019, 20.33 WIB).

60 Uni Eropa Ogah Disalahkan Jika Brexit Lolos Tanpa Kesepakatan, 28 Agustus 2019, CNN Indonesia,

diakses dalam

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190828162628-134-425434/uni-eropa-ogah-disalahkan-jika-brexit-lolos-tanpa-kesepakatan (26/09/2019, 06.52 WIB).

(25)

44

Keputusan kontoversial Boris Johnson kembali berlanjut setelah Perdana Menteri Boris Johnson memutuskan untuk memperpanjang masa libur parlemen Inggris hingga, dua pekan menjelang deadline keputusan Brexit yaitu 14 Oktober. Masa libur parlemen atau masa reses merupakan hal biasa di Inggris. Namun situasi yang terjadi di Inggris saat ini tentu berbeda, masa reses kali ini bertepatan dengan deadline keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Dengan keputusan tersebut, parlemen tidak memiliki kesempatan untuk menghalangi langkah PM Boris Johnson untuk membawa Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan. PM Boris Johnson, akan menghadiri pertemuan dengan Uni Eropa pada 17 Oktober. 61

Hal ini tentu mendapat berbagai respon dari anggota Parlemen, salah satunya Tom Watson, wakil pemimpin Partai Buruh yang menganggap keputusan tersebut merupakan pelanggaran terhadap demokrasi. Selain itu, Tom Brake dari Partai Brexit Demokrat Liberal juga mengecam keputusan PM Johnson tersebut dan menyatakan bahwa keputusan Johnson merupakan deklarasi perang.

PM Boris Johnson tidak menyerah setelah proposal Brexit yang diajukannya ditolak oleh parlemen Inggris. Johnson mengatakan bahwa penundaan Brexit tidak akan terjadi dan Johnson lebih memilih mati di selokan daripada mengambil keputusan penundaan terhadap Brexit. Melalui pemungutan suara pada 03 September parlemen menentang rencana Johnson untuk melakukan proses pengunduran diri negara itu dari Uni Eropa melalui jalur no deal. Usulan

61 PM Inggris Liburkan Parlemen Sampai Dua Pekan Jelang Brexit, 28 Agustus 2019, CNN Indonesia, diakses dalam

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190828171131-134-425443/pm-inggris-liburkan-p arlemen-sampai-dua-pekan-jelang-brexit (23/09/2019, 20.45 WIB).

(26)

45

proposal Brexit PM Boris Johnson kalah dengan penolakan dari anggota parlemen yang mencapai 328 orang, sedangkan 301 lainnya setuju.62

Setelah proposal Brexit Johnson ditolak oleh parlemen, Johnson menyatakan bahwa apabila parlemen tetap berusaha untuk menentang usulan Brexit miliknya, Johnson akan mengadakan pemilihan anggota parlemen baru, yang juga gagal untuk mendapat dukungan dalam Parlemen. Pemungutan suara ini kembali dibahas di parlemen pada 09 September yang berakhir dengan hasil yang sama. Ketua Partai Buruh, Jeremy Corbyn, menyatakan bahwa Corbyn akan siap mendukung pemilihan dengan syarat Johnson berjanji untuk tidak menyeret Inggris menuju Brexit tanpa kesepakatan.63

Masa pemerintahan PM Boris Johnson kembali menjadi perbincangan setelah, keputusannya untuk memperpanjang masa reses parlemen dianggap melanggar hukum. Keputusan ini kemudian dibawa kepada Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa upaya perpanjangan masa reses yang dilakukan oleh Boris Johnson tidak masuk akal dan merupakan pelanggaran terhadap dasar-dasar demokrasi Inggris. Dalam sidang ini juga, mereka meminta Perdana Menteri Boris Johnson untuk turun dari jabatannya karena telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk membekukan parlemen menjelang tanggal waktu Brexit.64

62 PM Boris Johnson Sebut Pilih Mati Daripada Menunda Brexit, 06 September 2019, CNN Indonesia, diakses dalam

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190906074509-134-428022/pm-boris-johnson-seb ut-pilih-mati-daripada-menunda-brexit (23/09/2019, 20.59 WIB).

63 Ibid.

64 Andrew Woodcock, Boris Johnson faces calls to resignation and early election as returns ro Westminster after humiliating Supreme Court defeat, 24 September 2019, The Independent, diakses dalam

https://www.independent.co.uk/news/uk/politics/boris-johnson-resignation-election-supreme-court-prorogue-parliament-latest-a9119086.html (25/09/2019, 23.32 WIB).

(27)

46

2.3 Pro dan Kontra Masyarakat Inggris Terhadap Referendum Britain Exit 2.3.1 Kelompok Pro-Brexit

a. Students for Brexit

Student for Brexit merupakan sebuah organisasi berbasis mahasiswa yang bertujuan untuk mendukung Brexit dan mempromosikan dampak positif dari meninggalkan Uni Eropa. Tujuan utama mereka adalah untuk menyebarkan informasi mengenai keuntungan yang dapat diperoleh Inggris dengan meninggalkan Uni Eropa kepada pemuda-pemudi Inggris terutama mahasiswa di seluruh kampus yang tersebar di Britania Raya.65

Organisasi ini berargumen bahwa bahwa hasil referendum 2016 harus dilaksanakan. A People’s Vote hanya akan merusak demokrasi Inggris dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, maka dari itu cara terbaik yang dapat dilakukan adalah mendukung Inggris untuk keluar dari Uni Eropa dengan mendapatkan kesepakatan serta bahwa kesepakatan yang disepakati tidak seharusnya menghambat pertumbuhan Inggris, custom union, atau single market. Melalui website resminya juga mereka menyatakan responnya terkait Brexit dengan peraturan WTO bahwa Students for Brexit tidak takut untuk menghadapi Brexit dengan aturan WTO. Apabila pemeritah Inggris dan Uni Eropa tidak mampu mendapatkan kesepakatan yang lebih baik.66

Students for Brexit menyampaikan respon dan tanggapan mereka melalui kampanye yang mereka lakukan secara online melalui media sosial dan website.

65 About us, Student for Brexit, diakses dalam https://www.studentsforbrexit.com/ (02/08/2019, 15.05 WIB).

(28)

47

Seperti terkait status beasiswa Erasmus+ yang banyak dikhawatirkan oleh pelajar di Inggris menjelang Brexit. Menurut Student for Brexit, Erasmus+ pada dasarnya merupakan program pertukaran pendidikan tinggi untuk siswa, guru dan lembaga yang didirikan oleh Uni Eropa sejak 1987. Secara total, anggaran Erasmus + tahun 2014-2020 ditetapkan sebesar £13,9 miliar; jumlah ini termasuk jumlah dana hibah bagi pelajar-pelajar dari negara non Uni Eropa sebesar £1,4, dan menyatakan bahwa hanya sekitar sepertiga dari anggaran Erasmus yang digunakan untuk perguruan tinggi. Adapun dari 1,84 juta siswa perguruan tinggi, hanya 0,5% siswa yang menggunakan dana Erasmus+.67

Pemerintah Inggris menyatakan akan terus mendanai Erasmus +, Namun menurut Students for Brexit Erasmus+ bukan program yang tepat untuk didanai Inggris. Hal ini dikarenakan pelajar tentu membutuhkan program pembiayaan studi di luar negeri yang sesungguhnya di mana terdapat kebebasan penggunaan pajak untuk kepentingan mempromosikan pendidikan, tidak hanya sepertiga dengan Erasmus +. Sehingga menurut mereka, Brexit memberi kesempatan dan kemungkinan yang lebih luas bagi pelajar dan pendidikan perguruan tinggi di Inggris. Setelah Brexit Inggris akan memiliki kesempatan untuk telibat dalam kesepakatan yang sederhana dan terpisah dengan Uni Eropa terkait pertukaran pelajar.68

67 What does Brexit mean for students?, Students for Brexit, 04 Februari 2019, diakses dalam https://www.studentsforbrexit.com/blog/what-does-brexit-mean-for-students (02/08/2019, 14.39 WIB).

(29)

48 a. Veterans for Britain

Veterans for Britain dibentuk pada Maret 2016 untuk menginformasikan kepentingan Pertahanan dan Keamanan bagi Inggris dan keputusannya untuk meninggalkan Uni Eropa dalam Referendum 2016. Organisasi ini berupaya untuk mendukung Pemerintahan Yang Mulia Ratu Inggris untuk mengembalikan kontrol atas kedaulatan penuh terhadap semua aspek pertahanan. Organisasi ini menyatakan bahwa pertahanan dan keamanan Inggris akan semakin lemah bersama Uni Eropa, maka dari itu Brexit merupakan keputusan terbaik bagi Inggris, terutama dari sektor pertahanan dan keamanan. Veterans for Britain sejak tahun 2016 aktif berkampanye untuk membawa masyarakat Inggris memilih Leave pada saat referendum, dan dikutip dari website resminya, kini tujuan utama mereka adalah untuk membantu Inggris keluar dari Uni Eropa dan mendapatkan kesepakatan terbaik bagi Inggris dalam sektor keamanan dan untuk membuat Inggris tidak terlibat dalam European Union Army bagaimanapun caranya.69

Veterans for Britain menyatakan respon mereka terkait draft kesepakatan Brexit yang mereka anggap hanya menyantumkan sedikit mengenai kemanan dan pertahanan Inggris. Draft kesepakatan tersebut menyebutkan mengenai partisipasi Inggris dalam kebijakan pertahanan Uni Eropa. Dalam hal ini setelah Brexit, melalui kesepakatan tersebut Inggris akan mematuhi kebijakan tersebut walaupun sudah tidak memiliki hal untuk menolak kebijakan tersebut.

69 Aims, Veterans for Britain, diakses dalam http://veteransforbritain.uk/about/aims/ (02/08/2019, 15.08 WIB).

(30)

49

Menyepakati draft tersebut sama dengan mengikat tangan pemerintah Inggris dan membiarkan Uni Eropa memegang kendali terhadap keamanan dan pertahanan Inggris hingga periode yang ditentukan.70

b. Fishing for Leave

Merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari nelayan-nelayan yang mendukung Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa, pada halaman utama website resmi organisasi ini menyatakan bahwa 60% dari wilayah perairan Inggris berada di tangan pihak asing. Maka dari itu, mereka mendukung Inggris untuk keluar dari Uni Eropa untuk kemudian mengambil alih wilayah perairan dan menentukan nasib perairan mereka sendiri. Organisasi ini juga menyatakan dukungannya terhadap keluarnya Inggris tanpa kesepakatan dengan Uni Eropa dengan slogan yang berbunyi No Deal, No Problem. Menurut Fishing for Leave, kesepakatan yang dibuat Inggris dengan Uni Eropa terkait masa depannya setelah Brexit hanya akan mengancurkan sektor perikanan Inggris, dikarenakan Inggris harus patuh terhadap aturan tersebut selama periode transisi yang kurang lebih akan berlangsung selama 2 hingga 4 tahun ke depan. Mereka menolak segala jenis campur tangan Uni Eropa terhadap sektor pertanian Inggris setelah Brexit.71

Selain berkampanye melalui sosial media dan organisasi ini juga aktif untuk berdemonstrasi menyuarakan pendapat mereka bersama nelayan-nelayan di Inggris. Pada 29 Maret 2019 dalam March to Leave yang diadakan di London,

70 How the Exit deals are a step too far from intelligence sharing and defense, Veterans for Britain, 10 Januri 2019, diakses dalam http://veteransforbritain.uk/briefing/ (02/08/2019, 14.21 WIB).

71 Why the Withdrawal Agreement is disastrous for British Fishing, Fishing for Leave, 23 Maret 2019, diakses dalam http://ffl.org.uk/2303-2/ (02/08/2019. 14.42 WIB).

(31)

50

mereka menyuarakan penolakan mereka terkait draft kesepakatan Brexit yang menurut mereka hanya merupakan “jebakan” dari Uni Eropa agar dapat mengendalikan Inggris hingga 2-4 tahun ke depan. Mereka juga menyatakan penolakan mereka terhadap Common Fisher Policy (CFP) yang tercantum dalam draft kesepakatan Brexit dan menginginkan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan atau No Deal.

2.3.2. Kelompok Anti-Brexit a. Scientist fo EU

Scientist for EU merupakan sebuah organisasi yang menolak Inggris untuk keluar dari Uni Eropa beranggotakan ahli-ahli ilmu pengetahuan. Misi yang mereka upayakan adalah untuk menyediakan informasi dan bukti yang akurat bagi masyarakat Inggris mengenai konsekuensi buruk yang akan diterima Inggris apabila tetap memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa.

Organisasi ini menyatakan sikap tegasnya terhadap skenario no deal Brexit, yang secara teknis akan membuat Inggris dikategorikan sebagai negara dunia ketiga dan akan membuat Inggris kehilangan bantuan Horizon 2020 Programme yang selama ini mendanai program penelitan Inggris. Mendukung no deal Inggris berarti Inggris akan kehilangan €577,35 juta setara dengan 45% dari akses Horizon 2020. Dana bantuan program penelitian ini mencakup European Research Council (ERC) dan Marie Sklowodoska-Curie actions (MSCA) yang merupakan pendanaan terbesar untuk program-program penelitian di Uni Eropa. Mereka menolak pernyataan yang mengatakan bahwa masalah ini akan diselesaikan dengan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat pemerintah

(32)

51

Inggris pasca Brexit. Karena, tidak bisa dipungkiri masalah ilmu pengetahuan merupakan satu dari sekian kesepakatan yang perlu dibuat Inggris setelah Brexit, dan membuat masalah keilmuan ini bukanlah masalah prioritas dibandingkan dengan permasalahan ekonomi, perbatasan dan keamanan yang akan dihadapi Inggris. Status Inggris sebagai negara dunia ketiga yang telah kehilangan banyak bantuan dari Uni Eropa pasca no deal Brexit juga akan membuat Inggris sulit untuk menemukan program pendanaan baru.72

b. Pekerja Kesehatan

Mayoritas dokter dan perawat di Inggris beranggapan bahwa National Health Services (NHS) atau layanan kesehatan nasional hanya akan semakin memburuk setelah Brexit. Dikutip dari The Guardian, bahwa survey YouGov dengan melibatkan 322 dokter dan 707 perawat menyatakan bahwa 64% memutuskan untuk mendukung Inggris menetap bersama Uni Eropa karena Brexit hanya akan membawa dampak buruk bagi NHS, 83% beranggapan bahwa argumen pihak Leave mengenai dana £350 juta yang akan digunakan untuk NHS setelah Brexit merupakan kebohongan, dan 64% tidak yakin bahwa pemerintah Inggris akan mengeluarkan dana lebih untuk NHS setelah Brexit.

Health Europe juga menyatakan kekhawatirannya terhadap layanan kesehatan di Inggris setelah Inggris keluar dari Uni Eropa, hal ini dikarenakan pada musim panas 2018 tenaga kerja UGD di Inggris menerima kurang lebih 10 juta panggilan darurat pada bulan Juni. Peningkatan pasien yang tidak sesuai

72 Alex Wilks, What will a no deal Brexit cost UK Science in Horizon 2020 access?, Scientist for EU, 25 Agustus 2018, diakses dalam

(33)

52

dengan tenaga kerja kesehatan yang tersedia kemudian membuat mereka menerapkan layanan prioritas dan mendahulukan pasien dengan kondisi kritis dan tentunya berdampak pada meningkatnya antrian di rumah sakit.

Dikutip dari BBC, badan kesehatan di Inggris sudah memperingatkan bahwa Brexit akan sangat beresiko bagi layanan kesehatan. Meninggalkan Uni Eropa tentu akan memperparah masalah kekurangan tenaga kesehatan di Inggris dan membatasi akses terhadap obat dan dokter ahli. Mereka beranggapan bahwa Brexit akan membuat layanan kesehatan Inggris kehilangan ketersediaan bahan untuk diagnosis dan perawatan pasien kaker, ketersediaan darah dan transplantasi organ, akses terhadap obat spesialis dan teknologi, hilangnya perawatan bagi masyarakat Inggris di negara-negara Uni Eropa, pemotongan anggaran kesehatan sebagai dampak dari penurunan ekonomi Inggris setelah Brexit.73

NHS meliputi tenaga kesehatan, seperti perawat yang berasal dari negara-negara Uni Eropa, sehingga ketidakpastian Brexit juga berdampak pada penurunan jumlah perawat yang berasal dari negara-negara Uni Eropa. Pada tahun 2017/2018 hanya terdapat 800 perawat yang bekerja di Inggris dibandingkan dengan pada tahun sebelumnya yang mencapai 9,389 perawat. Hal ini dikarenakan ketidakpastian Brexit mengancam izin tinggal mereka sebagai pekerja dari negara Uni Eropa.74

73 Glenn Campbell, Health Board says Brexit poses ‘very high’ risk of disruption, BBC, 17 September 2018, diakses dalam https://www.bbc.com/news/uk-scotland-45498319 (02/08/2019, 14.29 WIB).

74 Alex Matthews Kings, ‘Botched Brexit’ causing thousands of EU nurses to quit NHS as

(34)

53

Respon penolakan Brexit terkait NHS juga muncul dari British Medical Association yang menyatakan kekhawatirannya dengan mendukung kampanye Final Say yang menginginkan pemerintah menggelar referendum kedua terkait keanggotaan Inggris di dalam Brexit. Melalui survey yang melibatkan 120.000 dokter dan 4.000 mahasiswa kedokteran, 83% menyatakan bahwa NHS Inggris akan kacau setelah Brexit. Respon ini disampaikan oleh British Medical Association mengikuti respon dukungan dari Royal College of Nursing yang juga menyuarakan hal yang sama. Ketergantungan layanan kesehatan Inggris terhadap tenaga kesehatan dari negara-negara Uni Eropa membuat keduanya sepakat untuk menandatangani dan mengkampanyekan petisi Final Say.75

c. Pelajar Perguruan Tinggi

Organisasi pelajar yang meliputi kurang lebih satu juta remaja yang sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Inggris bergabung untuk menuntut referendum kedua terkait kesepakatan Brexit. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kekhawatiran mengenai dampak buruk Brexit terhadap masa depan mereka. Pelajar-pelajar ini menulis surat yang disampaikan kepada MP di wilayah mereka, menuntut MP untuk mendukung referendum kedua. Dalam surat tersebut mereka menjelaskan bahwa sebagian besar dari mereka terlalu dini untuk terlibat dalam referendum 2016, dan sebagian besar pelajar tersebut menginginkan referendum karena beranggapan mereka juga berhak untuk

https://www.independent.co.uk/news/health/brexit-eu-nurses-nhs-shortage-quit-uncertainty-midwi ves-nmc-a8320516.html (02/08/2019, 14.53 WIB).

75 Alex Matthews Kings, Brexit will harm both NHS and public health say doctors as BMA backs

final campaign, The Independent, 30 Juli 2018, diakses dalam

https://www.independent.co.uk/news/health/brexit-final-say-doctors-harm-nhs-crisis-eu-second-re ferendum-nurses-study-a8470336.html (02/08/2019, 14.56 WIB).

(35)

54

menentukan masa depannya dengan hak yang sudah mereka peroleh melalui referendum kedua. Dukungan mereka terhadap referendum kedua juga didasarkan pada janji-janji yang ditebar oleh pihak Leave dan tidak ditepati, bahwa solusi dari masalah ini adalah membiarkan pemuda Inggris untuk memimpin dan menyelesaikan masalah ini.76

National Union of Student juga menyuarakan pendapatnya mengenai Brexit melalui website resmi mereka, yang menyatakan bahwa Brexit akan sangat berdampak pada kehidupan pelajar di Inggris. Survey YouthSight menyatakan bahwa 77% pemuda bereaksi negatif terhadap hasil referendum. Mereka mengkhawatirkan adanya peningkatan biaya perkuliahan karena setelah Brexit pelajar-pelajar Uni Eropa tentu harus membayar pajak internasional, dengan kondisi ekonomi yang menurun tentu akan berdampak pada penurunan jumlah penarikan tenaga kerja, yang pada awalnya direncanakan untuk merekrut 22.000 lulusan sebelum referendum, turun menjadi 19.000 lulusan. Dampak buruk ini yang menurut mereka tidak adil apabila generasi muda yang harus menanggung konsekuensi dari kesepakatan buruk yang dihasilkan dari Brexit.77

Dikutip dari The Independent, Presiden dari National Union Student-Student Union of Ireland menyebut Brexit sebagai keadaan yang memalukan dan menyatakan bahwa pelajar memiliki keinginan dan arah yang jelas terkait Brexit. Mereka menginginkan garansi terhadap mobilitas lintas batas

76 Toby Helm, One million students join calls for vote on the Brexit deal, The Guardian, 12 Mei 2018, diakses dalam

https://www.theguardian.com/politics/2018/may/12/one-million-students-call-vote-brexit-deal (02/08/2019, 15.03 WIB).

77 Lucy Pegg, Students voice on Brexit, National Unions of Student, 17 Mei 2018, diakses dalam https://www.nus.org.uk/en/news/student-voice-on-brexit/ (02/08/2019, 15.01 WIB).

(36)

55

bagi pelajar Irlandia, keberlanjutan pendanaan Uni Eropa terhadap program pembelajaran, seperti Horizon 2020 dan Erasmus+, dan menyatakan dukungannya terhadap pentingnya menggelar referendum kedua untuk mengembalikan prinsip demokratis setelah hasil referendum 2016 yang memalukan.78

78 Olivia Potter Hughes, The best Brexit deal for students is staying in the EU, which is why I’m

backing the Final Say campaign, The Independent, 07 Agustus 2018, diakses dalam

https://www.independent.co.uk/voices/brexit-final-say-deal-remain-eu-students-universities-educa tion-a8481541.html (02/08/2019, 15.00 WIB).

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya, ide eurosceptic dipicu oleh kekhawatiran mereka pada hilangnya kedaulatan negara atau fokus mereka terhadap terkikisnya demokrasi di Uni Eropa,

Uni Eropa meningkatkan status Turki menjadi ‘negara calon anggota’ pada tahun 2005 sekaligus membuka perjanjian negosiasi keanggotaan. Untuk dapat mencapai keanggotaan penuh,

Berdasarkan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) menunjukkan bahwa hingga tahun 2010 Uni Eropa konsisten merupakan kawasan tujuan ekospor Indonesia

Keputusan Keluarnya Inggris dari Uni Eropa dianggap sebagai keputusan yang sangat ideal dan efektif, dalam memangkas jumlah imigran yang datang dari berbagai negara di dunia

Hasil dan Pembahasan Proses keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa tidak hanya serta merta disetujui oleh pemerintah Inggris Raya dan Uni Eropa, guna mendapatkan deal yang