• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PENJADWALAN PROYEK PADA PEMBANGUNAN GEDUNG KHUSUS (LABORATORIUM) STASIUN KARANTINA IKAN KELAS 1 TANJUNG MAS SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI PENJADWALAN PROYEK PADA PEMBANGUNAN GEDUNG KHUSUS (LABORATORIUM) STASIUN KARANTINA IKAN KELAS 1 TANJUNG MAS SEMARANG"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PENJADWALAN PROYEK PADA

PEMBANGUNAN GEDUNG KHUSUS (LABORATORIUM)

STASIUN KARANTINA IKAN KELAS 1 TANJUNG MAS

SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Disusun Oleh :

Nama : Aryo Andri Nugroho NIM : 4150403538

Prodi : Matematika S1 Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ABSTRAK

Aryo Andri Nugroho. 4150403538. Optimalisasi Penjadwalan Proyek Pada Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang. Skripsi Program Studi Matematika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Bagian terpenting dalam keberhasilan pengembangan penerapan riset operasi adalah kemajuan yang terjadi dalam bidang teknologi, khususnya komputer. Dengan teknologi komputer dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan permasalahan matematika supaya menjadi lebih mudah penyelesaiannya. Dalam mengestimasi waktu dan biaya dalam sebuah proyek maka diperlukan optimalisasi yang biasanya dilakukan untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada serta meminimalkan kendala namun tetap mendapatkan hasil yang optimal.

Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana cara menentukan lintasan kritis dan nilai optimum pada penjadwalan proyek gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan menggunakan metode PERT-CPM dan bagaimana cara menentukan lintasan kritis dan nilai optimum pada penjadwalan proyek dengan program Excel. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui cara menentukan lintasan kritis dengan menggunakan metode PERT-CPM pada penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dan untuk mengetahui penggunaan program Excel dalam menentukan lintasan kritis.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data time shedule dari PT MUNICA PRATAMA GROUP yang menangani pembangunan gedung khusus (laboratorium) dan sarana prasarana lingkungan gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang. Dari data tersebut dapat dihitung lintasan kritisnya dengan menggunakan metode PERT-CPM dan program Excel. Pada metode PERT-CPM tahap-tahap penyelesaiannya yaitu menyusun rencana kegiatan, menyusun network, menentukan perhitungan maju dan mundur, menentukan perhitungan kelonggaran waktu dan pada Program Excel tahap-tahap penyelesaiannya yaitu menyusun rencana kegiatan, menyusun network, menyusun model matematika dan mengaplikasikan model matematika tersebut ke dalam program Excel.

Hasil perhitungan penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan Metode PERT-CPM dan Excel membutuhkan waktu 144 hari dengan biaya Rp.606.360.753,00 sedangkan perhitungan yang dilakukan PT MUNICA PRATAMA GROUP membutuhkan waktu 150 hari dengan biaya Rp.616.634.000,00 sehingga dapat menghemat waktu 6 hari dan biaya sebesar Rp.10.273.247,00.

Saran untuk PT MUNICA PRATAMA GROUP adalah agar mempertimbangkan untuk menggunakan Metode PERT-CPM dan Excel dalam membuat penjadwalan proyek agar lebih menghemat waktu dan biaya dan untuk peneliti lain disarankan agar sejelas mungkin dalam membuat daftar rencana kegiatan, network, model matematika dan mengaplikasikannya dalam Excel.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi sangat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak lepas dari peranan matematika. Tidak dapat dipungkiri bahwa matematika telah menjadi elemen dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap bagian dari ilmu dan teknologi baik dalam unsur kajian umum ilmu murni maupun terapannya memerlukan peranan matematika sebagai ilmu bantunya.

Salah satu bagian dari matematika terapan adalah program linear (linear programing) yang merupakan suatu model dari penelitian operasional (Riset Operasi/Operation Research) yang digunakan untuk memecahkan masalah optimasi. Permasalahan optimasi merupakan permasalahan yang hampir dijumpai di semua aspel kehidupan. Suatu bentuk khusus dari permasalahan optimasi adalah Linier Programing atau program linier sehingga program linear ini telah banyak digunakan dalam bidang industri, transportasi, perdagangan dan sebagainya, pendekatan riset operasi merupakan metode ilmiah yang secara khusus proses ini memulai dengan mengamati dan merumuskan masalah dan kemudian membangun suatu model ilmiah (yang khas matematis) yang berusaha untuk mengabstraksikan inti dari persoalan yang sebenarnya (Hiller, 1990:5).

Riset operasi diartikan sebagai peralatan manajemen yang menyatukan ilmu pengetahuan, matematika dan logika dalam rangka memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari, sehingga akhirnya permasalahan tersebut dapat dipecahkan secara optimal (Subagyo, dkk, 1999:3).

Riset operasi dapat diartikan sebagai proses pengambilan keputusan yang optimal dalam penyusunan model dari sistem-sistem, baik deterministik maupun probabilistik yang berasal dari kehidupan nyata (Aminudin, 2005:5).

(4)

Program linear adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas diantara beberapa aktivitas yang bersaing dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan (Dimyati dan Dimyati, 1999:17).

Salah satu bagian dari program linear yang saat ini sedang marak digunakan dan dikembangkan oleh orang-orang adalah teori analisis tentang jaringan (network). Network bisa digunakan untuk menggambarkan interrelasi di antara elemen-elemen proyek atau memperlihatkan seluruh kegiatan (aktivitas) yang terdapat di dalam proyek serta logika kebergantungannya satu sama lain (Dimyati dan Dimyati, 1999:176). Berkaitan dengan masalah proyek ini maka keberhasilan pelaksanaan suatu proyek tepat pada waktunya adalah tujuan yang penting baik bagi pemilik maupun kontraktor. Keterlambatan adalah sebuah kondisi yang sangat tidak dikehendaki, karena akan sangat merugikan kedua belah pihak baik dari segi waktu maupun biaya.

Bagian terpenting dalam keberhasilan pengembangan penerapan riset operasi adalah kemajuan yang terjadi dalam bidang teknologi, khususnya komputer. Perkembangan teknologi komputer yang cukup pesat telah merambah ke hampir semua sektor kehidupan manusia dan dapat pula digunakan sebagai salah satu alat bantu untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika sehingga permasalahan-permasalahan yang sebelumnya sulit atau bahkan tidak dapat dipecahkan karena perhitungannya yang rumit menjadi lebih mudah penyelesaiannya.

Di era globalisasi yang semakin pesat seperti sekarang ini semua sektor perekonomian dituntut untuk bersikap profesional, salah satunya adalah sektor ekspor-impor. Maka dari itu pemerintah membangun gedung khusus (laboratorium) dan sarana prasarana lingkungan gedung stasiun karantina ikan kelas 1 yang bertempat di pelabuhan Tanjung Mas Semarang yang bertujuan untuk menyeleksi kualitas ikan yang unggul dan nantinya ikan tersebut akan di ekspor ke mancanegara. Rencana pembangunan gedung khusus (laboratorium) dan sarana prasarana lingkungan gedung stasiun karantina ikan

(5)

kelas 1 terdiri dari 2 lantai yang dimulai dari bulan juni sampai desember 2004.

Pada pembangunan sebuah gedung perlu adanya penanganan manajemen penjadwalan kerja yang baik, karena itu perlu ditangani dengan perhitungan yang cermat dan teliti. Suatu proyek dikatakan baik jika penyelesaian proyek tersebut efisien ditinjau dari segi waktu, biaya dan mempertinggi efisien kerja baik manusia maupun alat (Badri, 1997:14). Untuk mengestimasi waktu dan biaya dalam sebuah proyek maka diperlukan optimalisasi. Optimalisasi biasanya dilakukan untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada serta meminimalkan kendala namun tetap mendapatkan hasil yang optimal.

Pada ilmu riset operasi peneliti tertarik pada permasalahan penjadwalan proyek. Dalam hal ini penjadwalan proyek yang akan dibahas tentang mencari lintasan kritis, sehingga dapat diketahui berapa lama suatu proyek tersebut diselesaikan. Berawal dari inilah, peneliti tertarik mempelajari masalah penjadwalan proyek tentang penyelesaian optimum pada pembangunan gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan menggunakan metode PERT-CPM dan menggunakan Excel sebagai simulasi untuk menyelesaikan permasalahan yang memuat variabel banyak. Dengan menggunakan aplikasi program Excel, penyelesaian cenderung lebih cepat dan tingkat kesalahan kecil. Dengan demikian, dapat dilihat hasilnya dan langsung menganalisis hasil tersebut sesuai permasalahan yang dihadapi.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan diteliti meliputi :

1. Bagaimana cara menentukan lintasan kritis dan nilai optimum pada penjadwalan proyek pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan menggunakan metode PERT-CPM?

2. Bagaimana menentukan lintasan kritis dan nilai optimum pada penjadwalan proyek dengan menggunakan program Excel?

(6)

1. Program Excel

Program Excel merupakan salah satu software komputer yang beroperasi pada sistem windows. Program Excel dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dapat dimodelkan dalam bentuk linear. 2. PERT-CPM

PERT (Program Evaluation and Review Technique) dirancang untuk membantu dalam perencanaan dan pengendalian sehingga tidak langsung terlibat dalam optimasi (Dimyati dan Dimyati, 1999:175)

CPM (Critical Path Method) dirancang untuk mengusahakan optimalisasi biaya total untuk jangka waktu penyelesaian yang bisa dicapai (Subagyo, 1999:120).

3. Lintasan Kritis

lintasan kritis adalah jalur atau jalan yang dilintasi atau dilalui yang paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu pekerjaan. Dengan kata lain lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan penyelesaian proyek secara keseluruhan (Badri, 1997:23).

Jalur kritis adalah serangkaian aktifitas yang saling berurutan dari awal hingga akhir proyek yang jika salah satu atau lebih aktifitasnya terlambat, akan menyebabkan keterlambatan proyek secara langsung (jurnal riset operasi).

D. Batasan Masalah

Penjadwalan proyek yang akan dikaji dalam skripsi ini adalah tentang pengoptimalan waktu dan biaya pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

a. Mengetahui cara menentukan lintasan kritis dengan menggunakan metode PERT-CPM pada penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang.

b. Mengetahui penggunaan program Excel dalam menentukan lintasan kritis.

(7)

2. Manfaat

a. Bagi Mahasiswa

1) Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penjadwalan proyek dengan aplikasinya yaitu program Excel. 2) Diharapkan dapat mempraktekkan penjadwalan proyek di lapangan

atau dunia nyata. b. Bagi Pengembang Kontrak

1) Diharapkan dapat memberikan masukan bagi kontaktor sebagai pertimbangan anggaran yang tersedia supaya lebih efektif dan efisien.

2) Diharapkan dapat memberikan pertimbangan waktu sehingga dalam melakukan penyelesaian proyek dapat diketahui pada kegiatan mana yang harus bekerja keras agar jadwal dapat terpenuhi.

F. Sistematika Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian pokok, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Bagian awal skripsi memuat: a. Halaman sampul b. Halaman judul c. Abstrak

d. Lembar pengesahan e. Motto dan persembahan f. Kata pengantar

g. Daftar isi Bagian isi

a. Bab I : Pendahuluan

Mengemukakan tentang latar belakang masalah, permasalahan, penegasan istilah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi b. Bab II : Landasan Teori

(8)

Berisi uraian teoritis atau teori-teori yang mendasari pemecahan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan judul skripsi

c. Bab III : Metode penelitian

Berisi tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian yang meliputi menemukan masalah, merumuskan masalah, studi literatur, metode pengumpulan data, analisis data dan penarikan kesimpulan.

d. Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan

Berisi semua hasil penelitian dan pembahasan mengenai penjadwalan proyek pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang

e. bab V : Penutup

Bab ini berisi tentang simpulan dan saran-saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan yang diambil Bagian akhir

Bagian akhir skripsi berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung skripsi.

(9)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Riset Operasi

Riset operasi diartikan sebagai peralatan manajemen yang menyatukan ilmu pengetahuan, matematika dan logika dalam rangka memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari sehingga akhirnya permasalahan tersebut dapat dipecahkan secara optimal ( Subagyo, dkk, 1993 : 4 ).

Sebagai alat suatu pemecahan masalah riset operasi harus dipandang sebagai ilmu dan seni, aspek ilmu terletak pada penggunaan teknik-teknik dan algoritma-algoritma matematika untuk memecahkan persoalan yang dihadapi, sedangkan sebagai seni ialah karena keberhasilannya dari solusi matematis ini sangat bergantung pada kreativitas dan kemampuan seseorang sebagai penganalisa dalam pengambilan keputusan ( Dimyati dan Dimyati, 1999 : 3 )

Riset operasi merupakan suatu metode untuk memecahkan masalah optimal. Bahasan mengenai riset operasi ini mencakup dynamic programing, analisis jaringan, rantai markov, program linier, teori permainan dan lain-lain.

Menurut Dimyati dan Dimyati (1999:4), jika riset operasi akan digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Memformulasikan persoalan, definisikan persoalan lengkap dengan spesifikasi tujuan dan bagian-bagian atau sistem yang bersangkutan. 2. Mengobservasi sistem, kumpulan data untuk mengestimasi besaran

parameter yang berpengaruh terhadap persoalan yang dihadapi, estimasi ini digunakan untuk membangun dan mengevaluasi model matematis dari persoalan.

3. Memformulasikan model matematis dari persoalan yang dihadapi, dalam hal ini model matematis dalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan linier.

(10)

4. Mengevaluasi model dan penggunaannya untuk prediksi, untuk mengevaluasi apakah langkah pada no.3 telah menggambarkan keadaan nyata secara akurat atau belum.

5. Mengimplementasikan hasil studi, menerjemahkan hasil perhitungan dalam bahasa sehari-hari.

Untuk membangun model dalam riset operasi, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

3. Jangan membangun model yang rumit jika dapat dibut model yang sederhana.

4. Jangan mengubah permasalahan agar cocok dengan tehnik atau metode yang digunakan.

5. Proses deduksi harus dilakukan dengan baik.

6. Proses validasi terhadap model harus dilakukan sebelum model tersebut diimplementasikan.

7. Jangan memaksakan untuk menjawab suatu pertanyaan (permasalahan) tertentu dari suatu model yang tidak dirancang untuk menjawab pertanyaan itu.

8. Suatu model mempunyai karakteristik tertentu, sehingga jangan terlalu menjual model yang dikembangkan. Suatu model seringkali menghasilkan suatu kesimpulan yang sederhana dan menarik.

9. Suatu model yang dikembangkan memerlukan data yang baik. B. Program Linier

Linear programing merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal (Subagyo, dkk, 1999:9).

Program linier merupakan suatu model dari riset operasi yang merupakan bentuk khusus dari permasalahan optimasi. Permasalahan optimasi meliputi pemaksimuman atau peminimuman suatu fungsi tujuan yang dibatasi oleh berbagai kendala keterbatasan sumber daya dan kendala persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi (Ericson dan Hall, 1986:29). Contoh

(11)

untuk permasalahan yang dimaksimumkan adalah masalah keuntungan sedangkan contoh untuk permasalahan yang diminimumkan adalah masalah biaya, sediaan, dan lain-lain. Kendala-kendala yang sering dijumpai adalah keterbatasan bahan mentah, tenaga kerja dan sebagainya. Kendala-kendala ini dapat diekspresikan dalam bentuk sejumlah persamaan atau pertidaksamaan linier dalam variabel atau peubahnya. Jadi fungsi yang akan dioptimumkan merupakan suatu penyelesaian atau solusi layak yang mempunyai nilai fungsi tujuan yang dikehendaki. Nilai yang dikehendaki dapat berupa nilai terbesar yaitu fungsi tujuan berupa nilai maksimum sedangkan nilai terkecil yaitu fungsi tujuan berupa nilai minimum.

Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan-persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas diantara aktivitas yang bersaing, dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan (Dimyati dan Dimyati, 1999:17). Penerapan dari program linier banyak digunakan pada bidang industri, perdagangan, transportasi, tehnik dan sebagainya.

Program linier menggunakan model matematis untuk menjelaskan persoalan yang dihadapinya. Sifat “linier” disini berarti bahwa seluruh fungsi matematis dalam model ini merupakan fungsi linier, sedangkan kata “program” merupakan sinonim untuk perencanaan. Dengan demikian program linier adalah perencanaan aktifitas-aktifitas untuk memperoleh suatu hasil yang optimum , yaitu suatu hasil yang mencapai tujuan terbaik diantara seluruh alternatif yang fisibel (Dimyati dan Dimyati, 1999:17).

Menurut Suyitno (1997:2) pemecahan masalah program linear melalui tahap-tahap sebagai berikut.

1. Memahami masalah dibidang yang bersangkutan. 2. Menyusun model matematika.

3. Menyelesaikan model matematika.

4. Menafsirkan jawaban model menjadi jawaban atas masalah yang nyata. Karakteristik-karakteristik yang biasanya digunakan dalam persoalan program linier, yaitu sebagai berikut.

(12)

a. Variabel keputusan adalah variabel yang menguraikan secara lengkap keputusan-keputusan yang akan dibuat atau berarti pula sebagai kumpulan variabel yang akan dicari untuk ditentukan nilainya.

b. Fungsi tujuan merupakan fungsi dari variabel keputusan yang akan dioptimumkan. Fungsi tujuan merupakan pernyataan matematika yang menyatakan hubungan Z (nilai fungsi tujuan) dengan jumlah dari perkalian semua koefisien fungsi tujuan.

c. Pembatas merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bisa menentukan harga-harga variabel keputusan secara sembarang. Koefisien dari variabel keputusan pada pembatas disebut koefisien teknis sedangkan bilangan yang ada disisi kanan setiap pembatas disebut ruas kanan pembatas.

d. Pembatas tanda adalah pembatas yang menjelaskan apakah variabel keputusannya diasumsikan hanya berharga nonnegatif atau variabel keputusan tersebut boleh berharga positif atau negatif (tidak terbatas dalam tanda).

Tidak semua masalah optimasi dapat diselesaikan dengan metode linier. Beberapa prinsip utama yang mendasari penggunaan metode program linier adalah sebagai berikut.

1. Adanya sasaran dalam metode matematika masalah program linier berupa fungsi tujuan yang akan dicarai nilai optimumnya (maksimum/minimum). 2. Adanya keterbatasan sumberdaya dapat berupa waktu, tenaga kerja, biaya,

bahan dan sebagaianya. Sumberdaya yang terbatas disebut kendala atau pembatas.

3. Masalah harus dapat dituangkan dalam bahasa matematika yang disebut model matematika. Model matematika dalam program linier memuat fungsi tujuan dan kendala. Fungsi tujuan harus berupa fungsi linier dan kendala berupa pertidaksamaan atau persamaan linier.

4. Antar variabel yang membentuk fuingsi tujuan dan kendala ada keterkaiatan, artinya perubahan pada suatu peubah akan mempengaruhi nilai peubah yang lain.

(13)

Menurut Suyitno (1997:4) model matematika merupakan ungkapan suatu masalah dalam bahasa matematika, sedangkan menurut Dimyati dan Dimyati (1993:3) model matematika adalah pengggambaran dunia nyata melalui simbol-simbol matematis.

Petunjuk untuk menyusun model matematika adalah sebagai berikut. 1. Menetukan tipe dari masalah (maksimasi atau minimasi).

2. Mendefinisikan variabel keputusan. Koefisien kontribusi digunakan untuk menentukan tipe masalah dan untuk membantu mengidentifikasikan variabel keputusan.

3. Merumuskan fungsi tujuan. Sesudah menentukan tipe masalah dan variabel keputusan dilanjutkan dengan mengkombinasikan informasi ke rumusan fungsi tujuan.

4. Merumuskan kendala. Dalam tahap ini ada 2 pendekatan dasar, yaitu: a. pendekatan ruas kanan merupakan besar maksimum dari sumber

daya yang tersedia dalam masalah maksimum maupun minimum dari sumber daya yang tersedia dalam masalah yang minimum;

b. pendekatan ruas kiri, merupakan koefisien teknis dari daftar dalam tabel atau baris-baris. Meletakkan semua nilai sebagai koefisien teknis dan daftarnya dalam baris dan kolom.

5. Persyaratan nonnegatif

Menurut Suyitno (1997:9) model matematika dalam program linier dirumuskan sebagai berikut.

Fungsi tujuan ta kons c c c x c x c x c Z = 1 1+ 2 2+K+ n n, 1, 2,K, n tan Harus memenuhi fungsi kendala :

(14)

m i b a x a x a atau b a x a x a atau b a x a x a i in i i i in i i i m i i , , 3 , 2 , 1 , 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 K K K K = ≤ + + + = + + + ≥ + + + C. Network

Tim riset operasi mengembangkan sistem pengambilan keputusan yang didasarkan pada optimasi dengan menggunakan metode jaringan kerja (Hiller, 1990:335). Jaringan kerja (model network) adalah suatu diagram yang digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah matematika yang cukup rumit agar menjadi lebih sederhana dan mudah diamati. Masalah-masalah yang dapat diatasi dengan network antara lain masalah penjadwalan (network planing), masalah transportasi, masalah penugasan, masalah penggantian peralatan, dan masalah lintasan terpendek. Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan atau variabel yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, bila perlu dilembur atau tambah biaya.

Contoh network dapat dilihat pada gambar 1.

2 6

1 3 5 8

Initial Terminal

event event

Gambar 1. Network suatu kegiatan

(15)

Menurut Dipohusodo (1996:245) langkah-langkah dalam menggambar jaringan kerja adalah sebagai berikut.

1. Lukislah anak panah dengan garis penuh dari kiri ke kanan dan garis putus untuk dummy.

2. Dalam menggambarkan anak panah, usahakan adanya bagian yang mendatar untuk tempat keterangan kegiatan dan kurun waktu.

3. Keterangan kegiatan ditulis diatas anak panah, sedangkan kurun waktu di bawahnya.

4. Hindarkan sejauh mungkin garis yang saling menyilang.

5. Kecuali untuk hal yang khusus, panjang anak panah tidak ada kaitannya dengan lamanya kurun waktu.

6. Peristiwa/kejadian dilukiskan sebagai lingkaran dengan nomor yang bersangkutan jika mungkin berada di dalamnya.

7. Nomor peristiwa sebelah kanan lebih besar dari sebelah kiri.

Menurut Dimyati dan Dimyati (1999:177) dalam menggambarkan suatu network digunakan simbol sebagai berikut:

Anak panah = arrow (arc), menyatakan sebuah kegiatan atau aktivitas. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu). Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti, jadi tidak selalu menggunakan skala. Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap aktivitas, yang menunjukkan bahwa suatu aktivitas dimulai dari permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan. Lingkaran kecil = node, menyatakan sebuah kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian (event) di sini didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Anak panah terputus-putus, menyatakan kegiatan / aktivitas semu atau dummy. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya aktivitas. Seperti halnya aktivitas biasa, panjang dan

(16)

B

kemiringan dummy ini juga tidak berarti apa-apa sehingga tidak perlu menggunakan skala, hanya pada dummy tidak mempunyai duration (jangka waktu tertentu).

(anak panah tebal) merupakan kegiatan pada lintasan kritis. Dalam penggunaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut.

1. Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah.

2. Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian

3. Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor tinggi.

4. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial event) dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya kejadian (terminal event).

Adapun logika kebergantungan kegiatan-kegiatan itu dinyatakan sebagai berikut.

1. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai, maka hubungan antara kedua kegiatan tersebut dapat di lihat pada gambar 2.

1 2 3

Gambar 2. Kegiatan A merupakan pendahulu kegiatan B Kegiatan A bisa juga ditulis (1,2) dan kegiatan B(2,3)

2. Jika kegiatan C,D dan E harus selesai sebelum kegiatan F dapat dimulai, maka dapat di lihat pada gambar 3.

(17)

F E M N 1 2 4 5 3

Gambar 3. Kegiatan C, D dan E merupakan pendahulu kegiatan F 3. Jika kegiatan G dan H harus dimulai sebelum kegiatan I dan J maka dapat

di lihat pada gambar 4.

2 5

4

3 6

Gambar 4. Kegiatan G dan H merupakan pendahulu kegiatan I dan J 4. Jika kegiatan K dan L harus selesai sebelum kegiatan M dapat dimulai,

tetapi N sudah dapat dimulai bila kegiatan L sudah selesai, maka dapat di lihat pada gambar 5.

2 5 7

3 4 6

Gambar 5. Kegiatan L merupakan pendahulu kegiatan M dan N

Fungsi dummy di atas adalah memindahkan seketika itu juga (sesuai dengan arah panah) keterangan tentang selesainya kegiatan L dari lingkungan kejadian no. 4 ke lingkungan kejadian no. 5.

5. Jika kegiatan P,Q, dan R mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama, maka kita tidak boleh menggambarkannya seperti pada gambar 6.

J H G I C D K L

(18)

Q

Q

31 32

Gambar 6. Gambar yang salah bila kegiatan P, Q dan R mulai dan selesai pada kejadian yang sama

Untuk membedakan ketiga kegiatan itu, maka masing-masing harus digambarkan dummy seperti pada gambar 7.

32 31 34 33 atau 32 31 34 33

Gambar 7. Kegiatan P, Q dan R mulai dan selesai pada kejadian yang sama

Kegiatan P = (31,32) P = (32,34) Q = (31,34) atau Q = (31,34) R = (31,33) R = (33,34)

Dalam hal ini tidak menjadi soal di mana saja diletakkannya dummy tersebut, pada permulaan ataupun pada akhir kegiatan-kegiatan tersebut. D. Penentuan Waktu

Setelah network suatu proyek dapat digambarkan, langkah berikutnya adalah mengestimasi waktu masing-masing aktivitas, dan menganalisis seluruh diagram network untuk menentukan waktu terjadinya masing-masing kejadian (event). R P R Q P R P

(19)

Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan kita dapatkan satu atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis. Di samping lintasan kritis ini terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek daripada lintasan kritis. Dengan demikian, maka lintasan yang tidak kritis ini mempunyai waktu untuk bisa terlambat yang dinamakan float.

Float memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah network dan ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek atau digunakan pada waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Float ini terbagi atas dua jenis, yaitu total float dan free float (Dimyati dan Dimyati, 1999:180).

Untuk memudahkan perhitungan waktu digunakan notasi-notasi sebagai berikut.

TE : earliest event occurance time, yaitu saat tercepat terjadinya kejadian/event.

TL : latest event occurance time, yaitu saat paling lambat terjadinya kejadian.

ES : earliest activity start time, yaitu saat tercepat dimulainya kegiatan/aktifitas.

EF : earliest activity finish time, yaitu saat tercepat diselesaikannya kegiatan. LS : latest activity start time, yaitu saat paling lambat dimulainya kegiatan. LF : latest activity finish time, yaitu saat paling lambat diselesaikannya

kegiatan.

t : activity duration time, yaitu waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan (biasanya dinyatakan dalam hari).

S : total slack/total float. SF : free slack/free float.

(20)

Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu ini digunakan tiga buah asumsi dasar, yaitu sebagai berikut.

a. Proyek hanya memiliki satu initial event dan satu terminal event. b. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol

c. Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah TL = TE untuk event ini.

Adapun perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu cara perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju terminal event maksudnya ialah menghitung saat yang paling tercepat terjadinya events dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TE, ES dan EF).

Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju ke initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TL, LS, dan LF). Dengan selesainya kedua perhitungan ini, barulah float dapat dihitung. Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur ini, lingkaran kejadian (event) dibagi atas tiga bagian seperti pada gambar 8.

a b c

Gambar 8. Lingkaran kejadian Keterangan :

(21)

b = ruang untuk menunjukkan saat paling cepat terjadinya event (TE), yang merupakan hasil perhitungan maju.

c = ruang untuk menunjukkan saat paling lambat terjadinya event (TL), yang merupakan hasil perhitungan mundur.

2. Perhitungan maju

Ada tiga langkah yang harus dilakukan pada perhitungan maju, yaitu sebagai berikut.

a. Saat tercepat terjadinya initial event ditentukan pada hari ke nol sehingga untuk initial event berlaku TE=0 (Asumsi ini tidak benar untuk proyek yang berhubungan dengan proyek-proyek lain).

b. Kalau initial event terjadi pada hari yang ke-nol, maka dapat di lihat pada gambar 9.

i (i,j) j

0

Gambar 9. Mulainya kejadian pada hari yang ke-nol 0 ) ( ) , (ij =TE j = ES ) , ( ) , ( ) , (i j ESi j ti j EF = + ) , ( ) , (ij ti j TE + =

c. Event yang menggabungkan beberapa aktivitas (merge event), dapat di lihat pada gambar 10.

) (i1 j, EF ) (i2 j, EF ) (i3 j, EF

(22)

d. Sebuah event hanya dapat terjadi jika aktivitas-aktivitas yang mendahuluinya telah diselesaikan. Maka saat paling cepat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terbesar dari saat tercepat untuk menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang berakhir pada event tersebut.

) ,... , max( ( , ) ( , ) ( ) ) (j EFi1 j EFi2 j EFin,j TE = . 3. Perhitungan Mundur

Seperti halnya pada perhitungan maju, pada perhitungan mundur ini pun terdapat tiga langkah, yaitu sebagai berikut.

a. Pada terminal event berlaku TL=TE.

b. Saat paling lambat untuk memulai suatu aktivitas sama dengan saat paling lambat untuk menyelesaikan aktivitas itu dikurangi dengan duration aktivitas tersebut, dapat di lihat pada gambar 11.

i (i,j) j

TE TL

Gambar 11. Saat paling lambat untuk memulai dan saat paling lambat untuk menyelesaikan suatu aktivitas

t LF LS= −

TL

LF(i,j) = di mana TL=TE, maka

) , ( ) ( ) , (ij TLj tij LS = −

c. Event yang “mengeluarkan” beberapa aktivitas (burst event), dapat di lihat pada gambar 12.

) , (ij1 LS i ) , (i j2 LS ` (, ) 3 j i LS

(23)

Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event yang mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling lambat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terkecil dari saat-saat paling lambat untuk memulai aktivitas-aktivitas yang berpangkal pada event tersebut.

) ...., min( (, ), (, , (, ) ) (i LSi j1 LSi j2 LSi jn TL = . E. Lintasan Kritis

Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu, akan di dapatkan satu atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis (Dimyati dan Dimyati, 1999:180).

Lintasan kritis adalah jalur atau jalan yang dilintasi atau dilalui yang paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu pekerjaan. Dengan kata lain lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan penyelesaian proyek secara keseluruhan (Badri, 1997:23).

Untuk menentukan lintasan kritis diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Perhitungan Maju (forward computation).

Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju ke terminal event. Tujuannya ialah menghitung saat yang paling cepat terjadinya event dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TE, ES, dan EF).

b. Perhitungan Mundur (backward computation).

Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju ke initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya event dan saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TL, LS, dan LF).

c. Perhitungan kelonggaran waktu (float atau slack)

Float memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah jaringan kerja, ini dapat dipakai pada waktu penggunaan jaringan kerja dalam praktek dan memungkinkan digunakan pada waktu

(24)

mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan dan tenaga kerja. Float ini terbagi atas dua jenis yaitu total float dan free float.

Total Float (kelembanan suatu kegiatan) adalah jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu kegiatan dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaiaan proyek secara keseluruhan. Karena itu, total float dihitung dengan cara mencari selisih antara saat paling lambat dimulainya aktivitas dengan saat paling cepat dimulainya aktivitas.

Float memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada kegiatan (LS-ES), atau dapat pula dengan mencari selisih antara saat paling lambat diselesaikannya kegiatan dan saat paling cepat diselesaikannya kegiatan (LF-EF). Dalam hal ini cukup dipilih salah satu saja.

Jika akan menggunakan persamaan S=LS-ES , maka total float kegiatan (i,j) adalah S(ij) =LS(ij) – ES(ij). Dari perhitungan mundur diketahui

bahwa LS(i,j) =TL(ij)-t(ij) , sedangkan dari perhitungan maju ES(i,j)= TE(i) .

Maka S(i,j) = TL(j)-t(i,j)- TE(i).Jika menggunakan persamaan S = LF-EF ,

maka total float kegiatan (i,j) adalah S(i,j) = LF(i,j)- EF(i,j) . Dari perhitungan maju diketahui bahwa EF(i,j)= TE(i,j) +t(i,j) , sedangkan dari

perhitungan mundur LF(i,j)= TL(i,j) , maka S(i,j) = TL(j)-TE(i) –T(i,j).

Free float adalah jumlah waktu dimana penyelesaian suatu kegiatan dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dimulainya kegiatan yang lain atau saat paling cepat terjadinya kejadian lain pada jaringan kerja. Free float kegiatan (i,j) dihitung dengan cara mencari selisih antara saat tercepat terjadinya kejadian diujung kegiatan dengan saat tercepat diselesaikannya kegiatan (i,j) tersebut.

Atau SF(i,j)=TE(i,j)-EF(i,j).Dari perhitungan maju diperoleh EF(i,j)=TE(i)+t(i,j),

(25)

F. Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang.

Pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang bertujuan untuk menentukan kualitas ikan yang akan di ekspor-impor. Pada pembangunan sebelumnya hanya berupa bangunan berupa kantor untuk administrasi, oleh karena untuk menjamin mutu dan kualitas ikan yang akan di ekspor-impor maka pemerintah membangun gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang.

Proyek pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang merupakan pembangunan gedung bertingkat dengan 2 lantai. PT MUNICA PRATAMA GROUP memperhitungkan pembangunan memerlukan waktu 150 hari dengan biaya Rp.616.634.000,00 (Enam ratus enam belas juta enam ratus tiga puluh empat ribu rupiah). Pada perhitungannya PT MUNICA PRATAMA GROUP menggunakan Kurva S Schedule.

Pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang meliputi berbagai macam kegiatan diantaranya yaitu pada lantai 1 meliputi 57 kegiatan dan pada lantai 2 meliputi 58 kegiatan. Pada pembangunan ini membutuhkan tenaga kerja rata-rata 50 orang diantaranya yaitu 20 pekerja dengan upah Rp.24.850,00 per hari, 10 tukang kayu dengan upah Rp.35.000,00 per hari, seorang kepala tukang kayu dengan upah Rp.39.850,00 per hari, 16 tukang batu dengan upah Rp.35.000,00 per hari, seorang kepala tukang batu dengan upah Rp.39.850,00 per hari dan 2 mandor dengan upah Rp.35.000,00 per hari.

G. Program Excel

Penyelesaian masalah linier dengan banyak variabel akan lebih mudah dengan menggunakan program komputer. Dalam hal ini program komputer yang akan di gunakan untuk menyelesaikan masalah yang akan dikaji adalah program Excel. Prinsip kerja utama dari program Excel adalah memasukan

(26)

data sebagai rumusan permasalahan yang terdiri dari optimasi dari fungsi maksimal atau minimal dan fungsi kendala. Rumusan yang dimaksud dalam hal ini adalah bentuk matematika yang berupa fungsi linear.

Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang meliputi jawaban fungsi tujuan dan jawaban fungsi kendala serta jawaban analisis sensitivitas kita menggunakan solver yang ada pada salah satu menu Excel dengan cara klik menu Tools lalu pilih solver. Jika pada menu Tools belum ada solvernya, kita bisa menginstal solver yang ada dalam Microsoft Excel lewat CD Microsoft Office XP.

Sebelum memasuki solver, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan dan memilih variabel keputusan, kendala dan fungsi tujuan dari suatu masalah. Setelah langkah pertama dilakukan, masukkan data fungsi tujuan, kendala dan variabel keputusan dalam Excel (Yulianto, 2005:5). H. Aplikasi Program Excel

Penyelesaian masalah program linear dengan banyak variabel akan lebih mudah dengan menggunakan komputer. Perhitungan yang akan dilakukan disini menggunakan program Excel (lihat Sitinjak, 2006). Untuk menentukan nilai optimal suatu program linear dengan Excel dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu.

1. Menentukan model program linear atau model matematika berdasarkan data.

2. Menentukan formulasi program untuk Excel.

Cara untuk mengoperasikan program Excel melalui windows pertama kalinya pilih klik kemudian pilih program dan arahkan pada Micosoft Excel dan diklik seperti gambar 13 berikut.

(27)

Gambar 13.Tampilan Windows

Pada layar akan muncul tampilan Excel yang siap untuk tempat mengetikkan formulasi seperti gambar 14 berikut.

(28)

Gambar 14. Tampilan Excel

Selanjutnya Excel siap mengerjakan kasus program linear. Sebagai contoh permasalahan seperti pada gambar 15 berikut.

8

a 16 d 5 g 10

6 h

b 14 f

Gambar 15. Network

Untuk menghitung TE dan TL pada setiap simpul di jaringan proyek diatas dengan menggunakan Excel terlebih dahulu dibuat model program linear atau model matematikanya dengan X1 menyatakan sebagai kejadian

c 6 e 4 1 2 3 4 5 6 6

(29)

pada node1, X2 menyatakan kejadian pada node 2 dan seterusnya sampai pada X6 menyatakan sebagai node 6 seperti berikut.

Minimumkan : Z = X1+X2+X3+X4+X5+X6 Kendala X2 – X1 16 X3 – X1 14 X4 – X2 8 X5 – X2 5 X5 – X3 4 X6 – X3 6 X6 – X4 10 X1, X2, X3, X4, X5, X6 0 Xj : TE pada simpul j

Berdasarkan model matematika tersebut diatas, maka pada worksheet Excel diinput data dengan format pada gambar 16 sebagai berikut.

(30)

Nilai Z pada model matematika ditunjukkan pada sel B13, sedangkan nilai Xj sebagai variabel keputusan ditunjukkan pada sel B4 sampai dengan sel B9. Nilai ruas kiri dari setiap kendala ditunjukkan pada sel E4 sampai dengan sel E11 dan nilai ruas kanan ditunjukkan pada sel F4 sampai dengan sel F11.

Sel E4 diisi dengan rumus : =B5-B4 Sel E5 diisi dengan rumus : =B6-B4 Sel E6 diisi dengan rumus : =B7-B5 Sel E7 diisi dengan rumus : =B8-B5 Sel E8 diisi dengan rumus : =B8-B6 Sel E9 diisi dengan rumus : =B9-B6 Sel E10 diisi dengan rumus : =B9-B7 Sel E11 diisi dengan rumus : =B9-B8

Setelah dihitung nilai TE pada seluruh simpul maka selanjutnya dilakukan perhitungan TL pada seluruh simpul yang ada di jaringan tersebut, yaitu.

Sel G4 diisi dengan rumus : +B4 (pada simpul awal TE = TL) Sel G5 diisi dengan rumus : =min(G8-F7;G7-F6)

Sel G6 diisi dengan rumus : =min(G9-F9;G8-F8) Sel G7 diisi dengan rumus : +G9-F10

Sel G8 diisi dengan rumus : +G9-F11

Sel G9 diisi dengan rumus : +B9 (pada simpul akhir TE = TL)

Setelah semua data dan formula dimasukkan, kemudian klik Tools dan klik solver seperti pada gambar 17 berikut.

(31)

Gambar 17. Tampilan Menu Solver

Kemudian klik Option seperti pada gambar 18 berikut.

Gambar 18. Option pada Solver

Kemudian klik OK, klik solve, kemudian klik Ok seperti pada gambar 19 berikut.

(32)

Gambar 19. Hasil dari solve

Untuk mencari lintasan kritis pada jaringan proyek, indikator yang sangat tepat untuk mengetahuinya yaitu menggunakkan variabel slack atau kesenjangan waktu aktivitas dengan rumus Sij = TLj – TEi – tij.

Aktivitas-aktivitas kritis ditunjukkan dengan nilai 0 pada Sij. Berikut hasil perhitungan kesenjangan waktu setiap aktivitas dengan menggunakan Excel pada gambar 20.

(33)

Gambar 20. Hasil Perhitungan Sij

Jadi lintasan kritis dari proyek diatas dapat digambarkan seperti gambar 21.

Gambar 21. Lintasan Kritis c 15 e 4 1 2 3 4 5 6 6 8 h 16 a f g 10 5 d 14 b

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut : A. Menemukan Masalah

Dalam tahap ini dicari sumber pustaka dan dipilih bagian dari sumber pustaka sehingga memunculkan ide yang akan dikaji sebagai suatu masalah.

B. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah diperlukan agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian jelas sehingga mempermudah pemecahan masalah. Berdasarkan ide yang diperoleh, dirumuskan masalah optimalisasi penjadwalan proyek pada pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan perhitungan maju, perhitungan mundur, perhitungan kelonggaran waktu dan Excel.

C. Studi Literatur dan Studi Kasus

Studi literatur adalah mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan jaringan dan lintasan kritis serta program linier, kemudian menerapkannya pada data hasil penelitian. Studi kasus dilakukan penulis dengan mengambil data sekunder pada pembangunan gedung khusus (laboratorium) dan sarana prasarana lingkungan gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas di PT MUNICA PRATAMA GROUP.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data, penulis menggunakan data sekunder yaitu data yang sudah ada yang diperoleh langsung dari PT MUNICA PRATAMA GROUP yaitu berupa data pembangunan gedung khusus (laboratorium) dan sarana prasarana lingkungan gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas.

(35)

E. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut.

10. Secara teoritis yaitu perhitungan dengan menggunakan metode PERT-CPM, dengan berdasarkan data pembangunan.

11. Secara laboratorium yaitu perhitungan dengan menggunakan program Excel.

F. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam metode penelitian adalah penarikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil langkah pemecahan masalah.

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini akan ditentukan lintasan kritis dalam penjadwalan Proyek Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan metode PERT-CPM dan Excel. Dalam penggunaan Excel terlebih dahulu dibuat model program linearnya yang meliputi fungsi tujuan dan fungsi kendala.

Berdasarkan data time schedule, rencana anggaran biaya dan gambar gedung yang diperoleh dari PT MUNICA PRATAMA GROUP dalam pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang akan disusun daftar rencana kegiatan yang disajikan dalam tabel 1 pada lampiran 3 dan gambar network yang disajikan dalam lampiran 8. Selain itu juga akan disusun rumusan data Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang dalam bentuk model matematika yang disajikan dalam lampiran 4.

Dari model matematika tersebut akan dilakukan perhitungan dan penentuan lintasan kritis dari Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan menggunakan metode PERT-CPM dan bantuan Excel. Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang ini meliputi berbagai macam kegiatan diantaranya yaitu pada lantai 1 meliputi 57 kegiatan dan pada lantai 2 meliputi 58 kegiatan.

Berdasarkan tabel diketahui bahwa pembangunan tersebut melibatkan berbagai macam kegiatan membangun yang sering disebut aktivitas. Aktivitas Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang sangat banyak, jika dijabarkan seluruhnya akan membuat model menjadi rumit. Untuk mempermudah dan mengefektifkan pengawasan suatu aktivitas, maka masing-masing aktivitas disusun daftar rencana kegiatan serta disusun gambar networknya. Hal ini dilakukan dalam

(37)

rangka menyusun suatu model dari permasalahan konkret. Model dibuat sesederhana mungkin tetapi harus dapat mewakili suatu permasalahan konkret. Semua kegiatan yang akan dilakukan perlu diketahui waktu masing-masing dan syarat kegiatan tersebut dapat dilakukan.

1. Analisis Penjadwalan Proyek Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan Metode PERT-CPM.

Untuk menentukan lintasan kritis dengan menggunakan metode PERT-CPM mempunyai beberapa langkah, yaitu sebagai berikut.

a. Menyusun tabel daftar rencana kegiatan pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang berdasarkan data time schedule yang disajikan dalam lampiran 3. b. Menyusun sebuah network berdasarkan daftar rencana kegiatan

pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang yang disajikan dalam lampiran 8. c. Menentukan perhitungan maju yang disajikan dalam lampiran 5. d. Menentukan perhitungan mundur yang disajikan dalam lampiran 6. e. Menentukan perhitungan kelonggaran waktu yang disajikan dalam

lampiran 7.

2. Analisis Penjadwalan Proyek Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan Menggunakan Excel.

Untuk menentukan lintasan kritis dalam penjadwalan Proyek pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan menggunakan Excel dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menyusun tabel daftar rencana kegiatan pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang berdasarkan data time schedule yang disajikan dalam lampiran 3.

(38)

b. Menyusun sebuah network berdasarkan daftar rencana kegiatan pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang yang disajikan dalam lampiran 8. c. Menyusun model matematika dari permasalahan yang ada meliputi

fungsi tujuan dan fungsi kendala yang disajikan dalam lampiran 4. d. Mengaplikasikan model matematika ke dalam Excel.

e. Membaca hasil perhitungan pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang yang disajikan dalam lampiran 10.

Dari hasil perhitungan Excel diperoleh lintasan kritis yang sama dengan menggunakan metode PERT-CPM. Lintasan kritis dari proyek pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang adalah sebagai berikut.

a. Proyek Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang selesai pada waktu 24 minggu atau 144 hari diketahui dari nilai akhir ET dan LT. Untuk lintasan kritis yang dilalui dapat dilihat pada Sij yang bernilai 0 karena menunjukkan tidak ada kelonggaran waktu.

Salah satu lintasan kritis yang diperoleh dari Excel adalah sebagai berikut. X1 = A B X2 = B C X6 = C G X13 = O Q X19 = U Y X32 = G1 M1 X62 = L2 T2 X90 = M3 X3 X156 = Y5 Q6 X169 = E7 F7

(39)

Adapun yang dimaksud lintasan kritis pada proyek pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas semarang adalah sebagai berikut.

a) X1 yaitu pekerjaan pembongkaran bangunan lama yang dilaksanakan dalam waktu 1 minggu.

b) X2 yaitu pekerjaan bowplank. Dilaksanakan pada minggu ke 5 dan diselesaikan dalam waktu 1 minggu.

c) X6 yaitu pekerjaan kolom 20/40. Diselesaikan setelah minggu ke 5 atau setelah pekerjaan bowplank dan harus selesai dalam waktu 3 minggu.

d) X13 yaitu pekerjaan balok anak 20/40. Dilaksanakan setelah minggu ke 8 atau setelah pekerjaan kolom 20/40 selesai dan harus selesai dalam waktu 3 minggu.

e) X19 yaitu pekerjaan kolom 20/30 pada lantai 2. Dilaksanakan setelah minggu ke 11 atau setelah pekerjaan balok anak 20/40 selesai dan harus selesai dalam waktu 2 minggu.

f) X32 yaitu pekerjaan plesteran 1pc:3ps pada lantai 2 (tahap 1). Dilaksanakan setelah minggu ke 13 atau setelah pekerjaan kolom 20/30 pada lantai 2 selesai dan harus selesai dalam waktu 3 minggu.

g) X62 yaitu pekerjaan gording bengkirai (tahap 1). Dilaksanakan setelah minggu ke 16 atau setelah pekerjaan plesteran 1pc:3ps pada lantai 2 (tahap 1) selesai dan harus selesai dalam waktu 2 minggu.

h) X90 yaitu pekerjaan list plafond gypsum. Dilaksanakan setelah minggu ke 18 atau setelah pekerjaan gording bengkirai (tahap 1) selesai dan harus selesai dalam waktu 5 minggu.

i) X156 yaitu pekerjaan tangga kayu (tahap 2). Dilaksanakan setelah minggu ke 23 atau setelah pekerjaan list plafond gypsum selesai dan harus selesai dalam waktu 2 minggu.

(40)

j) X169 yaitu pekerjaan penangkal petir (tahap 2). Dilaksanakan setelah minggu ke 25 atau setelah pekerjaan tangga kayu (tahap 2) selesai dan harus selesai dalam waktu 2 minggu.

b. ET dan LT menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk memulai dan menyelesaikan suatu aktivitas, misal A bernilai 0 karena A baru mulai aktivitas, B bernilai 1 karena B telah melakukan aktivitas yaitu aktivitas pembongkaran bangunan lama (X1) dan seterusnya. Akhir aktivitas menunjukkan lamanya waktu penyelesaian dalam proyek tersebut, yaitu ditunjukkan F7 dengan nilai 24 yang nilai ET sama dengan nilai LT.

c. Nilai slack pada lintasan kritis bernilai nol sedangkan pada bukan lintasan kritis dapat bernilai tidak nol. Hal ini menunjukkan adanya kelonggaran waktu pada aktivitas yang bukan lintasan kritis yang tidak mengakibatkan mundurnya penyelesaian proyek secara keseluruhan.

B. Pembahasan

1. Analisis Penjadwalan Proyek Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas semarang oleh PT MUNICA PRATAMA GROUP.

Hasil analisis penjadwalan proyek pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang yang dilakukan oleh PT MUNICA PRATAMA GROUP berdasarkan data time schedule diperoleh keterangan bahwa penyelesaian proyek pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang memerlukan waktu 150 hari yang dimulai tanggal 26 Juni dan selesai pada tanggal 12 Desember 2007. Kita juga mengetahui prestasi mingguan dari setiap aktivitas pada proyek tersebut. Biaya total proyek tersebut adalah Rp. 616.634.000,00 (Enam ratus enam belas juta enam ratus tiga puluh empat ribu rupiah).

(41)

2. Analisis Penjadwalan Proyek Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan menggunakan Metode PERT-CPM dan Excel.

Dengan menggunakan metode PERT-CPM dan Excel lintasan kritis atau waktu penyelesaian proyek tersebut adalah 24 minggu / 144 hari. Lintasan kritis di tampilkan dalam lampiran 9. Jika dibandingkan antara hasil perhitungan yang dilakukan oleh PT MUNICA PRATAMA GROUP dengan perhitungan menggunakan metode PERT-CPM dan Excel, diperoleh hasil yang lebih menguntungkan dengan menggunakan metode PERT-CPM dan Excel. Hal ini akan memberikan keuntungan dari segi waktu penyelesaian proyek akan lebih cepat 6 hari, akibatnya total biaya dapat di hemat. Penghematan yang nampak dari tenaga kerja yaitu biaya pada tenaga kerja yang dibayarkan. Dengan tenaga kerja rata-rata 50 orang diantaranya yaitu 20 pekerja dengan upah Rp. 24.850,00 per hari, 10 tukang kayu dengan upah Rp.35.000,00 per hari, seorang kepala tukang kayu dengan upah Rp.39.850,00 per hari,16 tukang batu dengan upah Rp.35.000,00 per hari, seorang kepala tukang batu dengan upah Rp.39.850.00,00 per hari dan 2 mandor dengan upah Rp.35.000,00 per hari maka biaya yang dikeluarkan dalam proyek pembangunan gedung khusus (laboratorium) stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan metode PERT-CPM dan Excel adalah sebagai berikut. a. Biaya pembangunan jumlah (A+B) adalah Rp.560.577.048,00.

b. Dengan metode PERT-CPM dan Excel diperoleh penghematan tenaga kerja yaitu.

a) 20 pekerja x Rp.24.850,00 x 6 hari = Rp.2.982.000,00 b) 10 tukang kayu x Rp.35.000,00 x 6 hari = Rp.2.100.000,00 c) 1 kepala tukang kayu x Rp.39.850,00 x 6 hari = Rp.239.000,00 d) 16 tukang batu x Rp.35.000,00 x 6 hari = Rp.3.360.000,00 e) 1 kepala tukang batu x Rp.39.850,00 x 6 hari = Rp.239.000,00 f) 2 mandor x Rp.35.000,00 x 6 hari = Rp.420.000,00

(42)

c. Dengan metode PERT-CPM dan Excel diperoleh penghematan tenaga kerja dari biaya pembangunan secara keseluruhan menjadi Rp.560.577.048,00–

(Rp.2.982.000,00+Rp.2.100.000,00+Rp.239.000,00+Rp.3.360.000,00 +Rp.239.000,00+Rp.420.000,00) = Rp.551.237.048,00

d. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% dari nilai pembangunan adalah 10% x Rp.551.237.048,00 = Rp.55.123.705,00

e. Total Biaya pembangunannya yaitu Rp.551.237.048,00 + Rp.55.123.705,00 = Rp.606.360.753,00

Jadi penghematan biaya pembangunan yang dapat peroleh adalah Rp.616.634.000,00 – Rp.606.360.753,00 = Rp.10.273.247,00.

(43)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Dari analisis yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut.

1. Dalam mencari lintasan kritis dengan menggunakan metode PERT-CPM mempunyai beberapa langkah yaitu pertama membuat tabel rencana kegiatan, kedua membuat network, ketiga menghitung maju dan mundur dan terakhir menghitung kelonggaran waktu. Lintasan kritis yang diperoleh yaitu (X1) pekerjaan pembongkaran bangunan lama, (X2) pekerjaan bouplank, (X6) pekerjaan kolom 20/40, X13 yaitu pekerjaan balok anak 20/40, (X19) pekerjaan kolom 20/30 pada lantai 2, (X32) pekerjaan plesteran 1pc:3ps pada lantai 2 (tahap 1), (X62) pekerjaan gording bengkirai (tahap 1), (X90) pekerjaan list plafond gypsum, (X156) pekerjaan tangga kayu (tahap 2), (X169) pekerjaan penangkal petir (tahap 2). Hasil perhitungan dengan menggunakan metode PERT-CPM membutuhkan waktu 144 hari dengan biaya Rp.606.360.753,00.

2. Langkah mencari lintasan kritis dalam Excel yaitu pertama membuat tabel rencana kegiatan, kedua membuat network, ketiga membuat model matamatika dan terakhir mengaplikasikan model matematika tersebut ke dalam Excel dengan cara Solver. Lintasan kritis yang diperoleh dari Excel sama dengan metode PERT-CPM yaitu (X1) pekerjaan pembongkaran bangunan lama, (X2) pekerjaan bouplank, (X6) pekerjaan kolom 20/40, X13 yaitu pekerjaan balok anak 20/40, (X19) pekerjaan kolom 20/30 pada lantai 2, (X32) pekerjaan plesteran 1pc:3ps pada lantai 2 (tahap 1), (X62) pekerjaan gording bengkirai (tahap 1), (X90) pekerjaan list plafond gypsum, (X156) pekerjaan tangga kayu (tahap 2), (X169) pekerjaan penangkal petir (tahap 2). Hasil perhitungan dengan Excel sama dengan metode PERT-CPM yaitu membutuhkan waktu 144 hari / 24 minggu dengan biaya Rp.606.360.753,00 sedangkan perhitungan yang dilakukan

(44)

PT MUNICA PRATAMA GROUP membutuhkan waktu 150 hari dengan biaya Rp.616.634.000,00 sehingga dapat menghemat waktu 6 hari dan biaya sebesar Rp.10.273.247,00.

B. Saran

1. Dalam membuat daftar rencana kegiatan dan network supaya dibuat sejelas mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya kesalahan dalam membuat model matematika dan dalam mengaplikasikan model matematika ke dalam Excel harus teliti dan lengkap agar semua syarat yang diinginkan dapat dipenuhi.

2. Dengan hasil penelitian ini disarankan PT MUNICA PRATAMA GROUP mempertimbangkan untuk menggunakan Metode PERT-CPM dan Excel dalam membuat penjadwalan proyek sehingga dapat lebih menghemat waktu dan biaya.

3. Untuk penyusunan network supaya penentuan lintasan kritisnya dapat optimal maka diperlukan penggunaan program Excel sebagai alat bantu dalam perhitungannya.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2005. Prinsip-Prinsip Riset Operasi. Jakarta: Erlangga. Badri, S. 1997. Dasar-dasar Network Planing. Jakarta : PT Rika Cipta. Dimyati, T dan Dimyati, A. 1999. Operation Research Model-model

Pengambilan Keputusan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta : PT. Kanisius.

Erikson, W.J and Hall, O. 1986. Model-Model Komputer Bagi Bisnis Anda. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.

Yugi, A.A. 2005. Manajemen Proyek Penjadwalan Pembangunan Gedung (Kasus Pembangunan Gedung Asrama Diklat Depag Semarang). Jurusan

Matematika Universitas Negeri Semarang. Tidak diterbitkan.

Hiller, F.S. 1990. Pengantar Riset Operasi. Jakarta : Erlangga.

Sitinjak, T.JR. 2006. RISET OPERASI Untuk Pengambilan Keputusan Manajerial dengan Aplikasi Excel. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Yulianto, H.D dan Sutapa, N.I. 2005. Riset Operasi dengan Excel. Yogyakarta : ANDI.

Suyitno, H. 1997. Program Linear. Semarang: FMIPA IKIP Semarang. Subagyo, P, Asri, M, Handoko, T.H. 1999. Dasar-dasar Operation Research.

Yogyakarta : Edisi kedua BPFE.

(46)

Lampiran 3

Tabel 1 Daftar Rencana Kegiatan Pembangunan Gedung Khusus (Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang

No Nama Kegiatan Aktivitas Aktivitas Yang Mendahului Waktu

Minggu

1. Pembongkaran Bangunan Lama X1 - 1

2. Bouplank X2 X1 1

3. Lantai Kerja X3 X1 3

4. Pondasi Plat Lajur X4 X1 3

5. Urugan Pasir Bawah Pondasi X5 X2 3

6. Kolom 20/40 X6 X2 3

7. Pasangan Aanstamping X7 X2 3

8. Pasangan Batu Belah 1pc:3kp:10ps X8 X2 3

9. Sloof 20/30 X9 X2 3

10. Sloof 15/20 X10 X3,X4 2

11. Instalasi Air Kotor Lt.1 (Tahap1) X11 X3,X4 2

12. Balok Induk 20/45 X12 X5,X6 3

13. Balok Anak 20/40 X13 X5,X6 3

14. Plat Lantai X14 X5,X6 3

15. Instalasi Air Kotor Lt.2 (Tahap1) X15 X5,X6 1

16. Pas Batu Bata 1pc:3ps Lt.2 X16 X12,X13,X15 3

17. Pasangan Batu Bata 1pc:3kp:10ps Lt.2 X17 X12,X13,X15 3

18. Balok 15/20 X18 X12,X13,X15 1 19. Kolom 20/30 Lt.2 X19 X12,X13,X15 2 20. Kolom 15/15 Lt.2 X20 X18 2 21. Balok Latar 15/20 Lt.2 X21 X18 2 22. Ringbalk 20/30 X22 X18 2 23. Ringbalk 15/20 X23 X18 2

24. Kusen Bengkirai Lt.2 (Tahap 1) X24 X18 1

25. Kaca Bening 5mm (Tahap 1) X25 X18 1

26. Angkur Lt.2 X26 X18 1

27. Pas Batu Bata 1pc:3ps Lt.1 X27 X19,X24,X25,X26 3

28. Pasangan Batu Bata 1pc:3kp:10ps Lt.1 X28 X19,X24,X25,X26 3

29. Kusen Bengkirai Lt.1 X29 X19,X24,X25,X26 2

30. Septictank & Peresapan KM X30 X19,X24,X25,X26 2

31. Septictank & Peresapan Lab X31 X19,X24,X25,X26 2

32. Plesteran 1pc:3ps Lt.2 (Tahap 1) X32 X19,X24,X25,X26 3

33. Plesteran 1pc:3kp:10ps Lt.2 (Tahap 1) X33 X19,X24,X25,X26 3

34. Plat Tritisan Lt.2 (Tahap 1) X34 X19,X24,X25,X26 3

35. Kolom 15/15 Meja Beton (Tahap 1) X35 X19,X24,X25,X26 2

36. Meja Beton Lab (Tahap 1) X36 X19,X24,X25,X26 2

37. Konsol Beton X37 X19,X24,X25,X26 2

38. Instalasi Air Bersih Lt.2 (Tahap 1) X38 X19,X24,X25,X26 1

39. Kolom 15/15 Lt.1 X39 X16,X17,X20,X21,X22,X23,X38 2

40. Balok Latar 15/20 X40 X16,X17,X20,X21,X22,X23,X38 2

41. Daun Pintu Double Teakwood Lapis

alumunium (Tahap 1)

X41 X16,X17,X20,X21,X22,X23,X38 1

42. Angkur Lt.1 X42 X16,X17,X20,X21,X22,X23,X38 1

43. Instalasi Air Bersih Lt.1 (Tahap 1) X43 X16,X17,X20,X21,X22,X23,X38 2

44. Spooring Sudut Lt.2 (Tahap 1) X44 X16,X17,X20,X21,X22,X23,X38 2

45. Plesteren 1pc:3ps Lt.1 X45 X29,X30,X31,X35,X36,X37,X41,X42 4

46. Plesteren 1pc:3kp:10ps Lt.1 (Tahap 1) X46 X29,X30,X31,X35,X36,X37,X41,X42 4

47. Plat Tritisan Lt.1 X47 X29,X30,X31,X35,X36,X37,X41,X42 3

(47)

49. Instalasi Stop Kontak Lt.1 (Tahap 2) X49 X29,X30,X31,X35,X36,X37,X41,X42 2

50. Daun Pintu Panil Karper (Tahap 1) X50 X29,X30,X31,X35,X36,X37,X41,X42 2

51. Daun Pintu Double Teakwood Rangka

Bengkirai (Tahap 1)

X51 X29,X30,X31,X35,X36,X37,X41,X42 3

52. Instalasi Titik Lampu Lt.2 (Tahap 1) X52 X29,X30,X31,X35,X36,X37,X41,X42 2

53. Instalasi Stop Kontak Lt.2 (Tahap 2) X53 X29,X30,X31,X35,X36,X37,X41,X42 2

54. Rangka Atap Baja Ringan (Tahap 1) X54 X29,X30,X31,X35,X36,X37,X41,X42 3

55. Box Panel Lt.1 X55 X27,X28,X32,X33,X34,X39,X40,X43,X44 1

56. Pintu Besi (Tahap 1) X56 X27,X28,X32,X33,X34,X39,X40,X43,X44 2

57. Plesteran Epoxy Meja Lab (Tahap 1) X57 X27,X28,X32,X33,X34,X39,X40,X43,X44 1

58. Box Panel Lt.2 X58 X27,X28,X32,X33,X34,X39,X40,X43,X44 1

59. Dinding Partisi Gypsum (Tahap 1) X59 X27,X28,X32,X33,X34,X39,X40,X43,X44 3

60. Dinding Partisi Kaca (Tahap1) X60 X27,X28,X32,X33,X34,X39,X40,X43,X44 3

61. Wastafel (Tahap 1) X61 X27,X28,X32,X33,X34,X39,X40,X43,X44 1

62. Gording Bengkirai (Tahap 1) X62 X27,X28,X32,X33,X34,X39,X40,X43,X44 2

63. Usuk Reng Bengkirai

(Tahap 1)

X63 X27,X28,X32,X33,X34,X39,X40,X43,X44 2

64. Pas Genteng Glasur (Tahap 1) X64 X27,X28,X32,X33,X34,X39,X40,X43,X44 3

65. Pas Alumunium Foil Genteng

(Tahap 1)

X65 X27,X28,X32,X33,X34,X39,X40,X43,X44 2

66. Urugan Pasir Bawah Lantai (Tahap 1) X66 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 2

67. Spooring Sudut Lt.1 (Tahap 1) X67 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 2

68. Kusen Alumunium Lt.1 (Tahap 1) X68 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 3

69. Kaca Biru Bening 6mm Lt.1 (Tahap 1) X69 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 3

70. Lantai Floor Epoxy Lab (Tahap 1) X70 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 3

71. Kol Sudut ½ Lingkaran Lab (Tahap 1) X71 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 3

72. Kusen Alumunium Lt.2 (Tahap 1) X72 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 3

73. Daun Pintu Kaca Rangka Alumunium

(Tahap 1)

X73 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 2

74. Kaca Biru Bening 6mm Lt.2 (Tahap 1) X74 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 3

75. Tangga Kayu (Tahap 1) X75 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 3

76. Pasang Bubungan Genteng Glasur

(Tahap 1)

X76 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 2

77. Pasang Listplank 3/20 Kayu

Bemgkirai (Tahap 1)

X77 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 2

78. Pasang Kisi-kisi Atap Kayu Bengkirai

(Tahap 1)

X78 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 1

79. Pasang Fuler 3/20 cm Kayu Bengkirai

(Tahap 1)

X79 X48,X49,X50,X52,X53,X55,X58,X61 1

80. Lantai Rabat Bawah Keramik (Tahap1) X80 X47,X51,X54,X56,X62,X63,X65,X78,X79 2

81. Lantai Keramik 40x40 (Tahap 1) X81 X47,X51,X54,X56,X62,X63,X65,X78,X79 2

82. Teralis Jendela Lt.1 (Tahap 1) X82 X47,X51,X54,X56,X62,X63,X65,X78,X79 2

83. Closet Jongkok X83 X47,X51,X54,X56,X62,X63,X65,X78,X79 1

84. Kran (Tahap 1) X84 X47,X51,X54,X56,X62,X63,X65,X78,X79 1

85. Tempat Sabun X85 X47,X51,X54,X56,X62,X63,X65,X78,X79 1

86. Pek Plafond Gypsum 9mm X86 X47,X51,X54,X56,X62,X63,X65,X78,X79 3

87. Pek List Profit Gypsum X87 X47,X51,X54,X56,X62,X63,X65,X78,X79 3

88. Teralis Jendela Lt.2 (Tahap 2) X88 X47,X51,X54,X56,X62,X63,X65,X78,X79 2

89. Pek Plafond Gypsum X89 X47,X51,X54,X56,X62,X63,X65,X78,X79 5

90. Pek List Plafond Gypsum X90 X47,X51,X54,X56,X62,X63,X65,X78,X79 5

91. Lampu TL 2x20 watt Lt.2 (Tahap 1) X91 X45,X46,X59,X60,X64,X66,X67,X73,X76

,X77,X83,X84,X85

1

92. Lampu SL 40 watt (Tahap 1) X92 X45,X46,X59,X60,X64,X66,X67,X73,X76

,X77,X83,X84,X85

1

93. Downlight+Reflektor Lt.1 (Tahap 1) X93 X45,X46,X59,X60,X64,X66,X67,X73,X76

,X77,X83,X84,X85

1

94. Engsel Pintu Lt.1 (Tahap 1) X94 X45,X46,X59,X60,X64,X66,X67,X73,X76

,X77,X83,X84,X85

1

(48)

,X77,X83,X84,X85

96. Downlight+Reflektor Lt.2 (Tahap 1) X96 X45,X46,X59,X60,X64,X66,X67,X73,X76

,X77,X83,X84,X85

1

97. Engsel Pintu Lt.2 (Tahap 1) X97 X45,X46,X59,X60,X64,X66,X67,X73,X76

,X77,X83,X84,X85

1

98. Kran Lt.2 (Tahap 1) X98 X45,X46,X59,X60,X64,X66,X67,X73,X76

,X77,X83,X84,X85

1

99. Penangkal Petir (Tahap 1) X99 X45,X46,X59,X60,X64,X66,X67,X73,X76

,X77,X83,X84,X85

1

100. Urugan Pasir Bawah Lantai (Tahap 2) X100 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81

,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99 1 101. Plesteran 1pc:3kp:10ps Lt.1 (Tahap 2) X101 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81 ,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99 5

102. Instalansi Titik Lampu Lt.1 (tahap 2) X102 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81

,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99

2

103. Instalansi Stop Kontak Lt.1 (Tahap 2) X103 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81

,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99

2

104. Cat Tembok Dalam Lt.1 X104 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81

,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99 6 105. Teakoil X105 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81 ,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99 3 106. Plesteran 1pc:3ps Lt.2 (Tahap 2) X106 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81 ,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99 2 107. Plesteran 1pc:3kp:10ps Lt.2 (Tahap 2) X107 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81 ,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99 2

108. Plat Tritisan Lt.2 (Tahap 2) X108 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81

,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99

3

109. Kolom 15/15 Meja Beton (Tahap 2) X109 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81

,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99

3

110. Meja Beton Lab (Tahap 2) X110 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81

,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99

3

111. Rangka Atap Baja Ringan (Tahap 2) X111 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81

,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99

2

112. Gording Bengkirai (Tahap 2) X112 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81

,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99

2

113. Usuk Reng Bengkirai (Tahap 2) X113 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81

,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99

2

114. Pasang alumunium Foil Genteng (Tahap 2)

X114 X68,X69,X70,X71,X72,X74,X75,X80,X81 ,X82,X88,X91,X92,X93,X94,X95,X96, X97,X98,X99

2

115. Lantai Rabat Bawah Keramik (Tahap 2)

X115 X86,X87,X100 3

116. Cat Plafond Lt.1 X116 X86,X87,X100 3

117. Spooring Sudut Lt.2 (Tahap 2) X117 X86,X87,X100 1

118. Pasang Genteng Glasur X118 X86,X87,X100 2

Gambar

Gambar 1. Network suatu kegiatan
Gambar 3. Kegiatan C, D dan E merupakan pendahulu kegiatan F 3. Jika kegiatan G dan H harus dimulai sebelum kegiatan I dan J maka dapat
Gambar 13.Tampilan Windows
Gambar 14. Tampilan Excel
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Visual Impairment: Access to Education for Children and Young

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan syirik sebagai dosa yang tidak ada tandingannya, dimana pelakunya akan dikeluarkan dari bingkaian Islam dan akan menetap di dalam

Berikut ini adalah perkembangan organisasi BKKBN sejak awal pembentukan hingga pada era baru (BKKBN, 2001: 3) diantaranya (1) Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN); (2)

Hasil penelitian ini adalah motivasi dan pelatihan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dikarenakan adanya pemberian motivasi dan pelatihan

pengalaman sepenuh hati bagi Tamu, peluang yang berarti bagi Anggota Tim, nilai yang tinggi bagi Pemilik, dan dampak positif bagi Komunitas kita..

Petugas wajib memperhatikan semua benda yang berada di dalam lingkup tugasnya dan segera melaporkan ke kepala unit terkait dan kepala keamanan jika menemukan benda

Kurva trapezium pada dasarnya seperti bentuk kurva segitiga, hanya saja ada beberapa titik yang memiliki nilai keanggotaan 1 pada gambar 4. Representasi Kurva Bentuk Bahu

Hasil penelitian hubungan karakteristik dan motivasi pasien hipertensi terhadap kepatuhan dalam menjalani pengobatan di puskesmas talang kabupaten solok yang