• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STUDI PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II STUDI PUSTAKA"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II STUDI PUSTAKA

II.1 Umum

Kebutuhan kayu sebagai salah satu bahan konstruksi selain material beton dan

baja terus meningkat, terutama dalam penggunaan kayu sebagai material yang

memiliki nilai estetika tinggi.

Kayu merupakan material yang berasal dari tumbuh – tumbuhan yang banyak

terdapat di hutan. Kayu yang digunakan sebagai material struktur pada umumnya

diambil kayu yang berasal dari pepohonan. Menurut Peraturan Konstruksi Kayu 2002

(PKKI 2002), dari 3000-4000 jenis pohon yang ada di Indonesia baru sekitar 150 jenis

yang telah diselidiki dan dianggap penting dalam perdagangan. Dari jumlah tersebut

sebagian merupakan jenis kayu yang penting sebagai bahan struktur. Lembaga Pusat

Penyelidikan Kehutanan telah menyusun daftar kayu Indonesia yang terdiri dari 90

jenis kayu penting di Indonesia.

Dari berbagai jenis kayu yang ada di hutan alam kita, hanya ada beberapa jenis

saja yang digunakan dan tersedia di pasaran. Kayu sebagai bahan bangunan

merupakan alasan mayoritas hadirnya kayu di berbagai perusahaan kayu seperti

panglong. Industri pengolahan kayu hilir seperti seperti moulding, mebel, mengolah

bahan baku yang berasal dari industri kayu gergajian, demikian juga panglong yang

merupakan industri sekunder yang mengolah kayu bail itu kayu gergajian maupun

produk kayu lanjutan.

Beberapa jenis kayu yang sering dipakai adalah kayu damar (Agathisalba),

(2)

kayu yang banyak digunakan di industri – industri penggergajian dan pengerjaan

kayu. Sifat pemesinan kayu yang baik dan mudah diolah serta kualitas hasil

pengolahan yang baik adalah alasan banyak pengusaha industri dan masyarakat gemar

memakai jenis kayu ini. Sebagaimana diketahui bahan ketersediaan kayu semakin

menurun baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1980-an kayu bangunan

didominasi jenis - jenis kayu tertentu seperti kapur, kempas, jati, merbau, ulin yang

termasuk jenis – jenis kayu kelas kuat dan kelas awet cukup (Rudi, 2002). Menurut

Benny (1992), di dalam perdagangan, kayu umumnya mempunyai ukuran – ukuran

tertentu yang biasanya banyak dipakai ntuk bangunan rumah . Masing- masing bentuk

dan ukuran dikenal dengan nama – nama sebagai berikut :

1. Balok : Mempunyai ukuran tinggi lebih besar dari lebarnya, biasanya

terbentuk empat persegi panjang atau bujur sangakar , misalnya b/h (cm) =

6/12, 6/15, 8/12, 8/14, 10/10, 12/12.

2. Papan : Berupa lembaran tipis yang lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya

misalnya (cm) = 2/20, 3/20, 3/25.

3. Ram : Yaitu papan untuk membuat rangka daun pintu dengan ukuran (cm)

=3/10, 3/12

4. Kaso/usuk : Yaitu balok kecil dengan ukuran (cm) = 4/6, 5/7

5. Reng : Yaitu kecil dengan ukuran (cm) = 2/3, biasa dipakai untuk penumpu

genteng.

6. Plepet : Kayu kecil dengan ukuran (cm) = 1/3, 1/5 biasanya untuk klem

kaca pada kosen jendela atau lis penutup sambungan eternit.

Material kayu memiliki 4 unsur esensial bagi manusia yaitu :

1. Selulosa, unsur ini merupakan komponen terbesar pada kayu, meliputi 70 %

(3)

2. Lignin, merupakan komponen pembentuk kayu yang meliputi 18% - 28%

dari berat kayu. Komponen tersebut berfungsi sebagai pengikat satuan

srtukturil kayu dan memberikan sifat keteguhan kepada kayu.

3. Bahan-bahan ekstrasi, komponen ini yang memberikan sifat pada kayu,

seperti : bau, warna, rasa, dan keawetan. Selain itu, karena adanya bahan

ekstrasi ini, maka kayu bisa didapatkan hasil yang lain misalnya: tannin, zat

warna, minyak, getah, lemah, malam, dan lain sebagainya.

4. Mineral pembentuk abu, komponen ini tertinggal setelah lignin dan selulosa

terbakar habis. Banyaknya komponen ini 0.2% - 1% dari berat kayu.

Sebagai salah satu bahan yang digunakan sebagai konstruksi, kayu memliki

beberapa keunggulan dan kekurangan dibandingkan dengan bahan konstrusi lainnya

seperti beton dan baja.

Keunggulan Kayu :

1. Material kayu merupakan material yang murah dan mudah untuk

dikerjakan.

2. Mempunyai kekuatan yang cukup tinggi dan bobotnya lebih rendah jika

dibandingkan dengan material beton dan baja.

3. Mempunyai daya penahan tinggi terhadap pengaruh listrik karena bersifat

isolasi.

4. Bila terjadi kerusakan pada struktur, konstruksi kayu dapat lebih mudah

diperbaiki dan waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibandingkan konstruksi

baja dan beton.

5. Bila perawatannya dilakukan secara teratur, maka material kayu dapat

tahan lama.

(4)

1. Material kayu merupakan material yang kurang homogen, karena

merupakan hasil dari alam.

2. Material kayu merupakan material yang terdapat cacat – cacat.

3. Jika dibandingkan material beton dan baja, material kayu merupakan

material yang lebih mudah terbakar, sehingga penggunaanya sebagai bahan

untuk konstruksi industri tidak tepat.

4. Dapat memuai dan menyusut sesuai dengan perubahan kelembaban pada

materialnya.

5. Lendutan yang terjadi dengan pembebanan yang sama pada material beton

dan baja lebih besar.

Penilaian dan perbandingan teknis antara kayu dengan bahan – bahan

konstruksi lain seperti baja dan beton berdasarkan anggapan – anggapan dalam

perhitungan dapat kita lihat sebagai berikut :

1. Homogenitas (Serba kesamaan)

Untuk keperluan – keperluan praktis, baja dianggap homogeny artinya

bagian – bagian dalam baja mempunyai sifat – sifat fisis yang

sama,walaupun mikroskopis baja sebenarnya tidak homogeny karena

terdiri dari bermacam – macam kristal dengan sifat – sifat yang berlainan.

Sedangkan kayu yang terdiri dari serat – serat, tentunya tidak dapat disebut

homogen. Namun dalam prakteknya kayu dianggap bersifat homogen

tentunya dengan memperhatikan cacat – cacat yang terdapat pada kayu

tersebut.

2. Dalam segi batas proporsional, kayu dan beton lebih menguntungkan

dibandingkan dengan baja. Berdasarkan penyelidikan – penyelidikan yang

(5)

75% dari tegangan patah. Untuk pembebanan tariknya, penyelidikan

menunjukkan angka yang lebih menguntungkan lagi.

3. Pada pembebanan tekan kayu bersifat elastis sampai batas proporsionalnya.

Sedangkan pada pembebanan tarik, elastisitas kayu bergantung

kepadakadar air / kadar lengas kayu itu sendiri. Untuk kayu dengan kadar

air kecil, kayu memiliki batas elastisitas yang rendah, sedangkan untuk

kayu dengan kadar air tinggi, kayu dapat mengalami perubahan bentuk

yang permanen walau dengan pembebanan yang kecil.

4. Dari beberapa penyelidikan yang dilakukan, terdapat perbedaan antara

masing – masing penyelidikan. Ada penyelidikan yang menyebutkan bahwa

angka modulus kenyal untuk tarikan lebih tinggi 4 – 5% daripada tekanan.

Ada juga penyelidikan yang menyebutkan bahwa angka modulus kenyal

untuk tarikan lebih rendah 10 % dibandingkan tekanan. Tetapi kedua

penyelidikan tersebut sama – sama menegaskan bahwa kekuatan tarik kayu

lebih tinggi daripada kekuatan tekan yaitu yang satu angka – angka 2 – 2.5

kali lebih besar dan yang lain angka – angka yang 2.5 – 3 lebih besar.

Meskipunadanya perbedaan dalam modulus kenyal antara tarik dan tekan,

namun sangat penting penggunaan teori elastisitas. Pada keadaaan praktis,

atau di lapangan, perbedaan antara modus kenyal tersebut akan ditiadakan

oleh efek perbedaan dalam penentuan tegangan – tegangan izin tarik dan

tekan kayu.

5. Penyelidikan – penyelidikan yang telah dilakukan menunjukkan terdapat

penyimpangan dari anggapan yang menyebutkan bahwa tampang tetap rata

(6)

6. Material kayu merupakan bahan nonisotropis seperti baja, sifat – sifat

elastisitasnya tergantung dari arah gaya terhadap arah serat – serat dan

cincin – cincin pertumbuhan. Untuk keperluan – keperluan praktis, kayu

dapat dianggap ortotropis, yaitu mempunyai tiga bidang simetri elastis yang

tegak lurus satu dengan lainnya, yaitu longitudional, tangensial, dan

radial,dimana sumbu longitudinal adalah sejajar serat – serat, sumbu

tangensial adalah garis singgung cincin – cincin pertumbuhan dan sumbu

radial adalah tegak lurus pada cincin – cincin pertumbuhan.

Susunan kayu terdiri dari susunan sel-sel, dan sel-sel tersebut terdiri dari susunan “cellose” yang diikat dan disatukan oleh “lignine”. Perbedaan susunan sel-sel inilah yang menyebabkan perbedaan sifat-sifat dari berbagai jenis.

Berikut akan di uraikan bagian – bagian kayu yang terlihat pada potongan

melintang kayu yaitu :

Gambar 2.01 Bidang simetris kayu

(7)

1. Kulit Kayu (Bark)

Merupakan bagian terluar kayu yang berfungsi melindungi bagian dalam

kayu.

Terdiridari :

a. Kulit Dalam (Phloem / Bast)

Merupakan lapisan yang lunak, basah, berpori besar seperti spon dan

berfungsi untuk menyaluran makanan dari daun ke bagian bawah. Pada

lapisan dalam ini terdapat bebapa zat kimia seperti : getah, tannis dan

sebagainya.

b. Kulit luar (Cortex / Outer Bark)

Merupakan lapisan yang sudah mati dank eras, berfungsi sebagai

pelindung lapisan di dalamnya.

Gambar 2.02 Bagian – bagian kayu

(8)

2. Kambium

Lapisan yang berada di sebelah dalam kulit, berupa lapisan yang sangat

tipis, tebalnya hanya berukuran mikroskopik. Bagian inilah yang

memproduksi sel – sel kulit dan sel – sel kayu. Pada lapisan ini, sel – sel

mampu berkembang biak dengan membelah diri. Bagian yang sebelah luar

berkembang membentuk sel – sel jangat (kulit), sedangkan bagian dalam

berkembang membentuk kayu baru.

3. Kayu Gubal (Sap wood)

Merupakan lapisan yang memiliki tebal bervariasi antara 1 – 20 cm

tergantung dari jenis kayunya, bewarna keputih – putihan, berfungsi

sebagai pengangkut air (berikut zat – zat) dari tanah ke daun. Untuk

keperluan struktur umumnya kayu perlu diawetkan dengan memasukkan

bahan – bahan kimia kedalam lapisan kayu gubal ini.

4. Kayu teras atau galih (heart wood)

Lapisan yang lebih tebal dari kayu gubal yang tidak bekerja lagi. Kayu

teras terjadi dari perubahan kayu gubal secara perlahan – lahan . Kayu

teras merupakan bagian utama pada struktur kayu yang biasanya lebih

awet (terhadap serangan serangga, bubuk, jamur) daripada kayu gubal.

5. Hati (puh)

Merupakan lapisan yang terletak di pusat lingkaran tahun. Pada mulanya

hati kayu merupakan pohon muda yang pertama kali dibentuk kambium

yang kemudian menjadi pusat dari pohon yang tumbuh selanjutnya, yang

merupakan komposisi lunak dari sel – sel yang telah mati. Hati kayu

bersifat rapuh dan lunak, sehingga tidak berguna sebagai kayu untuk

(9)

6. Lingkaran tahun (Annual ring)

Batas antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan pada akhir suatu

musim. Melalui lingkaran-lingkaran tahun ini dapat diketahui umur pohon.

Apabila pertumbuhan diameter (membesar) terganggu oleh musim kering

karena pengguguran daun, ataupun serangga/hama, maka lingkaran tahun

dapat terdiri lebih dari satu lingkaran tahun (lingkaran tumbuh) dalam satu

musim yang sama. Hal ini disebut lingkaran palsu. Lingkaran tahun dapat

mudah dilihat pada beberapa jenis kayu daun lebar. Pada jenis- jenis lain,

lingkaran tahun ada kalanya sulit dibedakan terutama di daerah tropic,

karena pertumbuhan praktis berlangsung sepanjang tahun.

7. Jari – jari kayu (Rays)

Merupakan lapisan yang dari luar ke dalam berpusat pada sumbu batang,

berfungsi sebagai tempat saluran bahan makanan yang mudah diproses di

daun guna pertumbuhan pohon.

II.2 Sifat – sifat Kayu

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang

berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda.

Untuk itu, dalam penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi, diperlukan pemilihan

berdasarkan sifat – sifat yang dimiliki kayu tersebut.

A. Sifat Umum

Secara umum, kayu memiliki beberapa sifat yaitu :

1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan

susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan

(10)

2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang

berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan

tangensial). Tetapi untuk keperluan – keperluan praktis kayu dapat

dianggap sebagai Ortotropis, yang artinya mempunyai tiga bidang simetri

elastis yang tegak lurus, yaitu Longitudinal (aksial), Tangensial, dan

Radial. Dimana sumbu Longitudinal (aksial) adalah sejajar serat – serat,

sumbu Tangensial adalah garis singgung cincin – cincin pertumbuhan, dan

sumbu Radial adalah tegak lurus pada cincin – cincin pertumbuhan.

Perubahan dimensi kayu akibat dari pengeringan dari perubahan suhu,

kelembaban, pembebanan mekanis juga menunjukkan sifat kayu

anisotropis.

3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap

atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan

kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.

4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama

dalam keadaan kering. Sifat Fisik Kayu

B. Sifat Fisis.

Sifat fisis kayu meliputi :

1. Berat Jenis Kayu

Berat jenis adalah rasio antara kerapatan suatu bahan dengan kerapatan

air. Berat jenis disebut juga kerapatan relative (Tsoumis, 1991). Simpson,

et.al, (1999) mengemukakan bahwa berat jenis adalah rasio antara kerapatan

kayu dengan kerapatan air pada kondisi anomali air (4,4 °C), dimana

(11)

menentukan berat jenis digunakan berat kering oven dan volume pada (a)

basah, (b) kering oven, dan (c) pada kadar air 12% (Forest Products

Laboratory, 1999). Di Amerika lebih disukai ukuran berat jenis kayu menurut

volume berat basah, sedang di Eropa lebih senang dengan volume berat kering tanur. Besarnya berat jenis pada tiap-tiap kayu berbeda-beda dan

tergantung dari: kandungan zat-zat dalam kayu, kandungan ekstraktif serta

kandungan air kayu.

Berdasarkan volume basahnya, berat jenis kayu akan mencerminkan berat

kayunya. Klasifikasi yang ada terdiri dari :

a. Kayu dengan berat ringan, bila BJ kayu < 0,3

b. Kayu dengan berat sedang, bila BJ kayu 0,36 – 0,56

c. Kayu dengan berat berat, bila BJ kayu > 0,56

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu yaitu umur pohon,

tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh. Berat jenis

kayu merupakan salah satu sifat fisik kayu yang penting sehubungan dengan

penggunaannya (Pandit dan Hikmat, 2002). Berat suatu kayu tergantung dari

jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya, Berat

suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Pada umumnya Kayu

mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2

(kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani), makin tinggi BJ kayu, kayu semakin

berat dan semakin kuat pula.

Kayu yang berasal dari bagian pangkal umumnya sudah terbentuk

kayu dewasa (mature wood), yaitu massa kayu yang didominasi oleh kayu

(12)

rongga sel yang kecil, sehingga kerapatannya juga lebih tinggi. Selain itu kayu

pada bagian pangkal juga sudah terbentuk kayu teras yang lebih banyak. Pada

bagian ujung tersusun atas jaringan yang masih muda, dimana secara fisiologis

jaringan tersebut masih berfungsi aktif sehingga dinding selnya relatif lebih

tipis dibanding dengan dinding sel jaringan yang sudah tua. Haygreen dan

Bowyer (2003) mengemukakan bahwa semakin tinggi berat jenis dan

kerapatan kayu, semakin banyak kandungan zat kayu pada dinding sel yang

berarti semakin tebal dinding sel tersebut.

Percobaan untuk mendapatkan berat jenis biasanya dilakukan dengan

cara menimbang suatu benda pada suatu timbangan dengan tingkat keakuratan

yang diperlukan. Untuk praktisnya , digunakan timbangan dengan ketelitian

20 % , yaitu sebesar 20 gr / kg . Sedangkan untuk menentukan volume , ada

beberapa cara untuk memperoleh besarnya volume suatu benda . Cara yang

umum dan mudah dilakukan adalah dengan mengukur panjang , lebar dan

tebal suatu benda dan mengalikan ketiganya .

Untuk kayu , sebaiknya ukuran sampel tidak kurang dari ukuran dari

7.5 cm x 5 cm x 2.5 cm, tetapi bila ukuran sampel kurang dari tersebut, maka

cara yang digunakan untuk mendapatkan volume adalah dengan metode

pencelupan. Pada metode ini penggunaan pan berisi air yang diletakkan pada

timbangan ayun. Kemudian timbangan diseimbangkan dengan meletakkan

pemberat pada sisi lainnya. Sampel lalu dimasukkan kedalam pan dan

dibenamkan kedalam air . Diatur agar air tidak keluar dari dalam pan , dan

diatur juga agar sampel tidak menyentuh sisi – sisi samping dan bawah pan

dengan memasang jarum sebagai kaki – kaki sampel . Seimbangkan

(13)

ditambahkan untuk mencapai keseimbangan ( dalam Gr ) adalah sama dengan

nilai volume sampel ( dalam cm 3 ) .

Karena kayu sebagai material dengan daya serap yang tinggi, maka

diperlukan bahan lain untuk melapisi sampel sehingga air tidak ada yang

masuk ke dalam kayu. Bahan tersebut haruslah bahan yang tipis, kedap air,

serta memiliki berat yang sangat kecil. Parafin merupakan bahan yang sesuai.

Sebelum sampel dimasukkan kedalam air, terlebih dahulu sampel dimasukkan

kedalam cairan parafin yang mendidih sampai keseluruhan permukaan sampel

ditutupi parafin . Kelebihan parafin pada permukaan yang dihaluskan dan

diratakan sehingga permukaan parafin tidak terlalu tebal .

2. Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terdapat dalam kayu yang

dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Air dalam kayu

terdapat dalam dua bentuk yaitu air bebas yang terdapat pada rongga sel dan

air terikat (imbibisi) yang terdapat pada dinding sel. Kondisi dimana dinding

sel jenuh dengan air sedangkan rongga sel kosong, dinamakan kondisi kadar

air pada titik jenuh serat. (Simpson, et.al, 1999; Brown, et al., 1952). Kadar air

titik jenuh serat besarnya tidak sama untuk setiap jenis kayu, hal ini

disebabkan oleh perbedaan struktur dan komponen kimia. Pada umumnya

kadar air titik jenuh serat besarnya berkisar antara 25-30% (Panshin,

et.al,1964). Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa besarnya titik jenuh serat

berkisar antara 20-40%.

Pengujian untuk mengetahui kadar air kayu dilakukan dengan

menyiapkan benda uji yang berukuran 7 x 50 x 50 mm yang diambil dari

(14)

(pangkal, tengah dan ujung), ditimbang beratnya (Bo), kemudian dimasukkan

ke dalam oven dengan suhu 103 ± 2 °C ditimbang kembali untuk mengetahui

berat akhir kering oven (B1). Perhitungan kadar air adalah sebagai berikut :

Kadar air basah = x 100 %

Kadar air kering udara= x 100 %

Apabila kayu mengering dibawah titik jenuh serat , dinding sel

menjadi semakin padat sehingga mengakibatkan serat – seratnya menjadi

kokoh dan kuat . Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa turunnya kadar

air mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu . Pada umumnya kayu – kayu

di Indonesia yang kering udara mempunyai kadar air ( kadar lengas ) antara 12

% - 18 % , atau rata – rata adalah 15 %.

3. Cacat Kayu

Secara material, cacat kayu dapat mempengaruhi kekuatan kayu, yang

pada akhirnya berpengaruh terhadap kekuatan struktur kita. Sebagai bahan

alami, ada beberapa cacat fisik kayu yang tidak bisa kita hindari, namun bisa

dikurangi. Sulit dihindari karena cacat tersebut adalah sebagai bagian dari

kayu, alami terbentuk dan terbuat pada waktu pertumbuhan pohon. Secara

umum, cacat fisik kayu berupa :

1. Mata kayu

Kayu dikatakan kasar apabila mengandung mata kayu. Mata

kayu ini tidak sama sifatnya dengan kayu-kayu di sekelilingnya.

Kadang-kadang keras sekali kadang-kadang lunak, selalu mengadakan

perubahan arah serat.

(15)

Cacat retak-retak ini terdapat di dekat hati, retak lingkaran

tahun dan retak angin.

3. Hati yang busuk

Cacat ini sukar dilihat sebelum pohon ditebang. Biasanya

terdapat pada pohon yang sudah tua dan besar batangnya

4. Cacat lapuk

Kayu yang masih muda bilamana ditumpuk terlalu lama dan

belum dikuliti cepat menjadi cacat lapuk. Kelapukan ini dipengaruhi

oleh susunan penumpukan dan kelembaban udara.

5. Cacat lapuk

Kayu memiliki warna-warna alami yang sangat bervariasi.

Umumnya kayu gubal berwarna lebih muda atau lebih terang

dibandingkan kayu teras. Sedangkan kayu teras memiliki variasi warna

yang lebih banyak, utamanya coklat dengan berbagai macam corak.

Karena warna tersebut kayu teras biasanya lebih disukai daripada kayu

gubal. Beberapa jenis kayu diberi perlakuan khusus misalnya direndam

atau diberi uap untuk menggelapkan warnanya. Selanjutnya Mandang

dan Pandit (1997) menyatakan bahwa warna kayu berkisar dari hampir

putih sampai hitam, ada yang polos dan ada pula yang terdiri atas dua

macam warna atau lebih, sehingga tampak seperti ada coraknya. Corak

yang ada pada suatu jenis kayu dapat ditimbulkan oleh :

1. Perbedaan warna antara kayu awal dan kayu akhir dari lingkar

tumbuh, seperti pada kayu jati dan tusam.

2. Perbedaan warna jaringan. Pada kayu bintangur misalnya, parenkim

(16)

merah muda.Parenkim pita pada kayu bintangur ini menimbulkan

corak bergaris pada bidang radial dan tangensial.

3. Perbedaan intensitas pewarnaan pada lapisan-lapisan kayu yang

dibentuk dalam jangka waktu yang berlainan. Pada kayu ebony

misalnya, ada lapisan-lapisan yang berwarna coklat atau coklat

merah dan ada lapisan-lapisan yang berwarna hitam. Pada bidang

radial dan tangensial akan tampak sebagai jalur-jalur warna coklat

merah dan hitam bergantian. Kayu yang berasal dari pohon yang

lebih tua dapat mempunyai warna yang lebih tua (lebih gelap) bila

dibandingkan dengan bagian kayu yang berasal dari pohon yang

lebih muda dari jenis yang sama. Kayu yang kering berbeda

warnanya bila dibandingkan dengan warna kayu yang basah. Kayu

yang sudah lama tersimpan di tempat terbuka warnanya bisa lebih

gelap atau lebih terang dibandingkan dengan kayu yang segar, ini

tergantung kepada keadaan (cuaca, angin, sinar dan sebagainya).

Pada umunya warna dari suatu jenis kayu bukan merupakan warna

yang murni, tetapi merupakan warna campuran dari beberapa jenis

warna, sehingga dalam penampilannya sulit untuk dapat dinyatakan

secara tepat dengan kata-kata (Pandit dan Ramdan, 2002).

Zat Ekstraktif Sebagai Pemberi Warna Alami Kayu

Tsoumis (1991) menyatakan bahwa warna kayu disebabkan oleh

bahan yang dapat diekstrak (tanin dan sebagainya) yang disebut

ekstraktif. Ekstraktif adalah bahan kimia dalam kayu yang dapat

dilarutkan dalam pelarut netral seperti air, eter, alkohol, benzen dan

(17)

dari 1% hingga lebih dari 10% dan dapat mencapai 20% untuk

kayu-kayu tropis. Selanjutnya Brown et al (1952) menyatakan

bahwa setiap jenis pohon mengandung satu atau beberapa macam

zat ekstraktif dan hanya sedikit jenis pohon yang mengandung

semua zat ekstraktif. Achmadi (1990) menyatakan bahwa

flavonoid, stilbena, tanin dan antosianin merupakan golongan zat

warna ekstraktif kayu. Kemudian Hillis (1987) menyatakan bahwa

flavonoid merupakan senyawa yang menyebabkan kayu teras

berwarna merah, kuning, coklat atau biru. Begitu juga Uprichard

(1993) yang menyatakan bahwa polifenol dan tanin pada kayu

daun lebar memiliki kontribusi yang besar pada warna kayu,

khususnya warna kayu teras dan pada waktu dulu beberapa kayu

daun lebar dijadikan bahan pencelup. Sedangkan Sjostrom (1981)

menyatakan bahwa fenolik yang terdapat di dalam kayu teras, kulit

dan sedikit di dalam xilem mempunyai fungsi sebagai fungisida

dan selain itu juga berfungsi meningkatkan pewarnaan kayu. Zat

ekstraktif dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan. Sebagai contoh,

perbedaanperbedaan warna pada kayu walnut dari lokasi geografis

yang berbeda, berhubungan dengan sifat-sifat tanah. Perbedaan zat

kimia ekstraktif memungkinkan untuk membedakan antara jenis

kayu atau membuat pewarnaan terhadap kayu teras tidak berwarna

dengan aplikasi zat-zat kimia. Beberapa kayu seperti black locust,

honey locust dan beberapa jenis kayu tropis mengalami fluorescent

karena zat ekstraktifnya (Tsoumis, 1991).

(18)

Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu

batang pohon. Arah serat dapat dibedakan berdasarkan oleh alur – alur

yang tedapat pada permukaan kayu menjadi serat lurus, serat berpadu,

serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring). Jika

alurnya sejajar sumbu batang maka kayu berserat lurus. Jika serat agak

menyimpang sumbu batang dikatakan serat mencong. Serat mencong

dibagi lagi menjadi serat berpadu, serat berombak, serat berpilin dan

serat diagonal. Serat dikatakan berpadu jika arah serat menyimpang

berselang seling kekiri dan kekanan secara bergantian terhadap sumbu

batang. Serat berombak, arah seratnya menggambarkan permukaan

yang berbentuk ombak. Serat berpilin jika arah seratnya membuat

gambaran terpilin seolah – olah batang kayu mengelilingi sumbu. Serat

diagonal yaitu serat yamg dapat pada potongan kayu atau papan yang

digergaji sedmikian rupa sehingga tepinya tidak sejajar arah sumbu

tetapi memebentuk sudut dengan sumbu.

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan

teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh:

giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll)

dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).

Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba

permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan

raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar

air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.

(19)

Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari

unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan

kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang

merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut

terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga

pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal. Lembaga

Penelitian hasil Hutan membagi keawetan kayu di Indonesia dalam

lima kelas awet. Ang dimasukkan dalam kelas-kelas awet dibawah ini

harus dapat bertahan.

Tabel 2.01 Kelas awet kayu

Kelas Awet I II III IV V

Selalu berhubungan dengan

tanah lembab 8 tahun 5 tahun 3 tahun

Sangat pendek

Sangat pende

k Hanya terbuka terhadap

angin dan iklim tetapi dilindungi terhadap

pemasukan air dan pelemasan

20 tahun 15 tahun 10 tahun Beberap a tahun

Sangat pende

k Dibawah atap tidak

berhubungan dengan tanah lembab dan dilindungi

terhadap kelemasan Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas Beberap a tahun Sangat pende k Seperti diatas tetapi tidak

dipelihara dengan baik

Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas 20 tahun 20 tahun

8. Bau dan rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.

(20)

Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah

serat, tekstur, dan pemuncula n riap-riap tumbuh dalam pola-pola

tertentu. Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai

nilai dekoratif.

10. Higroskopis

Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air.

Makin lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu

sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi

kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya

disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture

Content).

11. Sifat Kayu terhadap Suara

- Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara

berkaitan erat dengan elastisitas kayu.

- Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya

gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat

baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan

alat musik (kulintang, gitar, biola dll).

12. Daya Hantar Panas

Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak

digunakan untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung

dengan sumber panas.

(21)

Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk

aliran listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu.

Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik

sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu

basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar

air.

14. Pengerutan dan Pengembangan Kayu

Pengerutan dan pengembangan kayu dimaksudkan adalah suatu

keadaan perubahan bentuk pada kayu yang disebabkan oleh

tegangan-tegangan dalam, sebagai akibat dari berkurangnya atau bertambahnya

kadar air kayu. Pengerutan terjadi karena dinding-dinding maupun isi

sel kehilangan sebagian besar kadar airnya, ini juga terjadi pada

serat-seratnya. Begitu pula sebaliknya. Besarnya pengerutan maupun

pengembangan pada berbagai jenis kayu dan arah kayu adalah tidak

sama. T = Pengerutan kayu arah tangensial ± 7 % - 10 %.

R = Pengerutan kayu arah radial ± 5 %. A = Pengerutan kayu arah

aksial (longitudinal) ± 0.1 % (sangat kecil, dapat diabaikan).

Pengerutan kayu dalam arah lingkaran-lingkaran pertumbuhan

(tangensial) lebih besar daripada arah radial, karena dapat ditemui

bahwa di sebelah luar batang, sel-selnya masih muda dan banyak

mengandung kadar air. Pada pengeringan batang kayu glondong,

keliling mengerut hampir dua kali jari-jari yaitu sebanyak garis tengah,

sehingga terjadi rengat-rengat pengeringan. Jika pada batang yang

belum dikeringkan (basah) digergaji menjadi papan atau balok akan

(22)

lurus dengan banyaknya air yang keluar setelah dikeringkan.

Contohnya, bila suatu batang kayu mempunyai lebar asal pada arah

tangensial, pada kadar air 20 % adalah 26 cm. Setelah dikeringkan

lebarnya menjadi 24 cm, maka pengerutan kayu arah tangensial dalam

persen (%) adalah =

C. Sifat Mekanis Kayu

Sifat mekanika biasanya merupakan syarat-syarat terpenting bagi pemilihan

kayu sebagai bahan struktural misalnya untuk konstruksi bangunan, palang-palang

lantai, tiang listrik, kerangka perabot rumah tangga, alat-alat olah raga, alat

kedok-teran dan lain-lain. Panshin dan de Zeeuw (1980) mendefinisikan sifat mekanika kayu

sebagai kekuatan atau kemampuan kayu untuk menahan gaya gaya atau beban dari

luar yang mengenainya. Gaya adalah setiap usaha yang cenderung untuk

menggerakkan benda yang diam, atau mengubah bentuk dan ukurannya, atau

mengubah arah dan kecepatan benda yang bergerak. Ada beberapa macam gaya yang

dapat bekerja pada benda yang disebut gaya primer yaitu :

1. Gaya yang mengakibatkan pemendekan ukuran atau memperkecil volume

benda disebut gaya tekan (compressive stress).

2. Gaya yang cenderung untuk menambah dimensi atau volume benda disebut

gaya tarik (tensile stress).

3. Gaya yang mengakibatkan satu bagian benda bergeser terhadap bagian

benda yang lain disebut gaya geser (shearing stress).

4. Gaya lengkung (bending stress) adalah hasil kombinasi semua gaya primer

(23)

Sifat – sifat mekanis kayu meliputi : 1. Keteguhan Tarik

Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang

berusaha menarik kayu.

Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :

a. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan

b. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.

Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah

serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik

sejajar arah serat. Gaya tarik berusaha melepas ikatan antara serat – serat kayu

tersebut. Sebagai akibat dari gaya tarik (P), maka timbullah didalam kayu

tegangan - tegangan tarik, yang harus berjumlah sama dengan gaya – gaya luar

P. Bila gaya tarik ini membesar sedemikian rupa, serat – serat kayu terlepas

dan terjadilah patahan. Dalam suatu konstruksi bangunan, hal ini tidak boleh

terjadi untuk menjaga keamanan . Tegangan tarik yang masih diizinkan

dimana tidak timbul suatu perubahan atau bahaya pada kayu, disebut tegangan

tarik yang diizinkan dengan notasi : tr // dalam satuan kg / cm ². Misalnya ,

Gambar 2.03 Kuat tarik searah dan melintang serat

(24)

Untuk kayu dengan mutu E24 tegangan tarik yang diizinkan dalam

arah serat adalah 560 kg / cm² ( tr // = 560 kg / cm² )

2. Keteguhan Tekan

Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan

muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :

a. Keteguhan tekan sejajar arah serat

Gaya tekan yang bekerja sejajar serat kayu akan menimbulkan bahaya

tekuk pada kayu tersebut . Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih

kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat, namun dapat

menimbulkan retak pada kayu

Batang – batang yang panjang dan tipis seperti papan, bahaya

kerusakan karena menerima gaya tekan sejajar serat adalah lebih besar, jika

dibandingkan dengan gaya tekan tegak lurus serat kayu. Sebagai akibat adanya

gaya tekan ini akan menimbulkan tegangan tekan pada kayu. Tegangan tekan

yang terbesar dimana tidak menimbulkan adanya bahaya disebut tegangan

tekan yang diizinkan, dengan notasi , tr dalam satuan kg / cm ²

Gambar 2.04 Tekanan searah dan melintang serat

(25)

3. Keteguhan Geser

Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya

yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di

dekatnya. Akibat gaya geser ini, maka akan timbul tegangan geser pada kayu.

Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :

a.Keteguhan geser sejajar arah serat

b.Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan

c.Keteguhan geser miring

Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan

geser sejajar arah serat.Tegangan geser terbesar yang tidak akan menimbulkan

bahaya pada pergeseran serat kayu disebut tegangan geser yang diizinkan ,

dengan notasi dengan satuan kg/cm².

Gambar 2.05 Geser searah dan melintang serat kayu

(26)

4. Keteguhan Lengkung (Lentur)

Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya

yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun

hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :

a. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang

mengenainya secara perlahan-lahan.

b. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang

mengenainya secara mendadak.

5. Keteguhan Belah

Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya

yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik

dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang

tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu

mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.

Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat

mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi

sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :

a. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,

pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak

kayu.

b. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.

6. Kekakuan

Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau

lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.

(27)

Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang

relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang

berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan

perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.

8. Kekerasan

Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik

atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan

merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.

9. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk. Pada

umumnya dapat dikatakan bahwa kayu-kayu yang berat sekali juga kuat

sekali, dan bahwa kekuatan, kekerasan dan sifat tekik lainnya adalah

berbanding lurus dengan berat jenisnya. Tetapi perbandingan ini tidak selalu

cocok.

Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan membagi kekuatan kayu Indonesia

dalam 5 kelas kuat didasarkan kepada jenis kayu tersebut:

Tabel 2.02 Kelas kuat kayu

Kelas Kuat Berat Jenis Kuat Tarik Absolute (kg/m³) Kuat Tekan Absolute (kg/m³) Kelas I ≥ 0.90 ≥ 1100 ≥ 650 Kelas II 0.90 – 0.60 1100 – 725 650 – 425 Kelas III 0.60 – 0.40 725 – 500 425 – 300 Kelas IV 0.40 – 0.30 500 – 360 300 – 215 Kelas V < 0.30 < 360 < 215

(28)

D. Kayu Damar

Genus Agathis, umumnya disebut damar, atau dalam bahasa Maori disebut

kauri, adalah genus dari 21 spesies pohon yang berdaun sepanjang tahun dari famili

konifer purba Araucariaceae. Meskipun dahulunya menyebar luas selama periode

Jurasik, sekarang mereka hanya ditemukan di daerah yang lebih kecil di belahan

Bumi selatan. Pohon-pohon ini bercirikan batang yang sangat besar dan percabangan

sedikit atau tidak pada beberapa bagian ke atas. Pohon muda biasanya berbentuk

kerucut; hanya saat dewasa tajuknya menjadi lebih membulat atau tidak beraturan.

Kulit kayunya lembut dan berwarna abu-abu muda atau cokelat abu-abu, biasanya

mengelupas menjadi serpihan-serpihan yang menebal pada pohon yang lebih tua.

Struktur cabangnya seringkali horizontal, atau menaik saat lebih besar. Cabang paling

bawah seringkali meninggalkan luka cabang melingkar bila mereka tanggal dari

batang yang berada lebih di bawah. Daun muda pada semua spesies Agathis lebih

besar daripada daun tua, lebih atau kurang lancip, bermacam-macam bentuknya di

antara spesies dari bentuk ovata (membulat telur) hingga lanceolata (panjang, lebar di

tengah). Daun tua berlawanan, bentuk elips hingga linier, sangat kasar dan cukup

tebal. Daun muda seringkali berwarna merah tembaga, kontras dengan dedaunan

musim sebelumnya yang biasanya hijau atau hijau-berserbuk. Damar laut termasuk ke

dalam famili Dipterocarpaceae. Memiliki habitus yakni tinggi 20-50 m, panjang

batang bebas cabang 10-35 m, diameter sampai 160 cm, banir dapat mencapai tinggi

3,5 m. Kayu teras berwarna coklat muda atau kuningcoklat muda yang lambat laun

menjadi coklat tua. Kayu gubal berwarna lebih muda dari kayu teras, tebal 2-12 cm,

biasanya 4 cm. Permukaan kayu umumnya licin. Pada bidang radial kayu yang

mempunyai arah serat berpadu nampak bagian yang licin dan bagian yang kesat.

(29)

mempunyai arah serat berpadu nampak gambar berupa garis-garis. Pori sebagian

besar soliter, sebagian bergabung 2-4 dalam arah radial, kadang-kadang dalam

gabungan tangensial atau miring, berbentuk bundar atau lonjong, diameter 100-300 μ,

frekuensi 2-10 per mm2, kadang-kadang sampai 14 pori per mm2, banyak berisi

tilosis, bidang perforasi berbentuk sederhana. Parenkim termasuk tipe paratrakeal

berbentuk selubung lengkap atau tidak lengkap yang sering kali bergabung dengan

parenkim yang tersebar atau parenkim apotrakeal yang berbentuk pita tangensial

pendek. Jari-jari homogen, sempit dan pendek, frekuensi 6-8 per mm, kadang-kadang

berisi endapan berwarna coklat. Saluran interselular hampir selalu lebih kecil dari

pada pori, hanya terdapat dalam arah aksial merupakan deretan tangensial panjang

atau kadang-kadang pendek, biasanya berisi endapan berwarna putih. Penyusutan

sampai kering udara pada S.leavis 1,5% (R) dan 3,1 (T); S.maxwelliana 1,7 % (R) dan

3,5 % (T).(Martawijaya.,dkk 1981).

Secara umum kayu damar memiliki ciri – cirri sebagai berikut :

1. Kayu teras berwarna keputíh-putihan sampaí kuning-coklat,

kadang-kadang semu-semu merah jambu. Kayu gubal tidak berbeda dengan kayu

teras.

2. Tekstur kayu halus dan merata, Panjang serat 5.737 M dengan diameter

49,4 M tebal dindìng 8,5 p dan diameter lumen 32,414. Arah serat Arah

serat Iurus atau kadang-kadang terpilín, Kesan raba Permukaan kayu Iícin,

Permukaan kayu mengkilap, Pada bìdang radial nampak jelas bìntik-bintìk

berwarna coklat dalam sel jan-jarì.

3. Pori Kayu tidak berpori, Parenkim tersebar dan berisì damar berwarna,

Jari-jari homoselular, uniseriat, sangat sempìt sangat pendek dan jarang (6

(30)

4. Kelas kuat kayu damar pada kelas II – III dan kelas awet pada kelas IV - V

Kegunaan kayu meranti secara umum baik untuk meranti merah, meranti

kuning dan meranti putih pada konstruksi ringan, perkakas rumah tangga, kayu lapis

dan digunakan pada industri perkapalan digunakan pada kulit dan dudukan mesin.

Untuk keperluan Tugas Akhir ini jenis meranti yang digunakan adalah meranti putih.

II. 3 Tegangan Bahan Kayu

Istilah kekuatan atau tegangan pada bahan seperti kayu adalah kemampuan

bahan untuk mendukung beban luar atau beban yang berusaha merubah bentuk dan

ukuran bahan tersebut. Akibat beban luar yang bekerja ini menyebabkan timbulnya

gaya – gaya dalam pada bahan yang berusaha menahan perubahan ukuran dan bentuk

bahan. Gaya dalam ini disebut dengan tegangan yang dinyatakan dalam Pound / ft 2 .

Dibeberapa negara satuan tegangan ini mengacu ke sistem Internasional ( SI ) yaitu N

/ mm 2 .

Perubahan ukuran atau bentuk ini dikenal sebagai deformasi atau regangan.

Jika tegangan yang bekerja kecil maka regangan atau deformasi yang terjadi juga

kecil dan jika tegangan yang bekerja besar maka deformasi yang terjadi juga besar.

Jika kemudian tegangan dihilangkan maka bahan akan kembali kebentuk semula.

Kemampuan bahan untuk kembali kebentuk semula tergantung pada besar sifat

elastisitasnya. Jika tegangan yang diberikan melebihi daya dukung serat maka serat –

serat akan putus dan terjadi kegagalan atau keruntuhan.

Deformasi sebanding dengan besarnya beban yang bekerja sampai pada satu

titik . Titik ini adalah Limit Proporsional. Setelah melewati titik ini besarnya

deformasi akan bertambah lebih cepat dari besarnya beban yang diberikan . Hubungan

(31)

Kayu memiliki beberapa tegangan, pada satu jenis tegngan nilainya besar dan

untuk jenis tegangan yang lain nilainya kecil. Sebagai contoh tegangan tekan

cenderung memperpendek kayu sedangkan tegangan tarik akan memperpanjang kayu.

Biasanya kayu akan menderita kombinasi dari beberapa tegangan yang terjadi secara

bersamaan meski salah satu jenis tegangan lebih mendominasi. Kemampuan untuk

melentur bebas dan kembali kebentuk semula tergantung kepada elastisitas, dan

kemampuan untuk menahan terjadinya perubahan bentuk disebut dengan kekakuan.

Modulus elastisitas adalah ukuran hubungan antara tegangan dan regangan

dalam limit proporsional yang memberikan angka umum untuk menyatakan kekakuan

atau elastis suatu bahan. Semakin besar modulus elastisitas kayu, maka kayu tersebut

semakin kaku.

Istilah getas digunakan untuk mendeskripsikan deformasi yang terjadi sebelum patah.

Dapat diperhatikan bahwa sifat getas ini bukan menyatakan kelemahan. Sebagai

contoh, besi tuang dan kapas adalah bahan yang getas, walaupun besarnya beban yang

dibutuhkan untuk mengakibatkannya hancur sangat berbeda.

Dalam mencari karakteristik kekuatan kayu ada dua cara yang dapat

dilakukan. Pertama, dengan pengujian langsung di lapangan. Kedua, dengan

penelitian. Karena pelaksanaan pengujian di lapangan memerlukan biaya yang besar

maka pengujian dengan penelitian merupakan alternatif pemilihan.

Pada penelitian ada 2 (dua) jenis pengujian yang dapat dilakukan. Pengujian

dengan menggunakan sampel kecil dan pengujian kayu sebagai struktural. Pengujian

dengan menggunakan sampel penting untuk tujuan komparatif, yang memberikan

indikasi bahwa sifat-sifat kekuatan setiap jenis-jenis kayu berbeda. Karena pengujian

dirancang untuk menghindari pengaruh kerusakan lain, sehingga hasilnya tidak

(32)

untuk mendapatkan tegangan kerja yang aman. Pengujian kayu dengan bentuk

struktural lebih mendekati kondisi penggunaan yang sebenarnya. Secara khusus

dianggap penting karena dapat mengamati kerusakan seperti pecah-pecah. Kelemahan

pada pengujian ini adalah memerlukan biaya yang besar dan pekerjaannya sulit

karena membutuhkan kayu dalam jumlah yang besar dan butuh waktu yang lebih

lama. Selain itu, faktor pemilihan bahan dalam ukuran yang besar dengan kualitas

yang seragam menjadi sangat penting dibandingkan dengan pemilihan sampel dalam

ukuran kecil.

Pengujian dengan menggunakan sampel kecil telah memiliki standar

pengujian. Karena sifat kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan air,

pengujian dapat dilakukan dalam kondisi terpisah. Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan material kayu yang memiliki kandungan standar. Pengujian dilakukan

pada bahan kering udara dengan kadar air yang diketahui dan angka-angka kekuatan

tersebut dikoreksi terhadap kandungan air standar. Ketelitian dibutuhkan untuk

mengeliminasi faktor-faktor yang dapat membuat variasi sifat kekuatan.

Pengujian dengan sampel kecil dari jenis-jenis kayu yang berbeda-beda kini

telah dilakukan, dan banyak batasan data yang diperoleh. Angka-angka yang

diterbitkan untuk kayu yang berbeda-beda dapat dibandingkan dengan metode

pengujian yang telah distandarkan. Angka-angka ini sendiri dapat dipakai dalam

memperhitungkan tegangan kerja karena faktor koreksi telah diperhitungkan.

Umumnya secara empiris hanya sedikit karakteristik kekuatan kayu yang

diketahui. Sebagai contoh adalah kualitas kayu oak, kayu jati, dan kayu damar sebagai

bahan struktur. Hasil pengujian berdasarkan nilai tegangan dan regangan dari kayu

tersebut. Nilai tegangan diperoleh dari besarnya beban per luas penampang yang

(33)

Ada beberapa jenis tegangan yang dapat dialami oleh suatu material, yaitu

tegangan tekan (Compression Strength), tegangan tarik (Tensile Strength), dan

tegangan lentur (Bending Strength). Pada tegangan tekan, material mengalami

tekanan pada luasan tertentu yang menyebabkan timbulnya tegangan pada material

dalam menahan tekanan tersebut sampai batas keruntuhan dan diambil sebagai nilai

tegangan tekan. Demikian pula dengan tarikan, tegangan tarik timbul akibat adanya

gaya dalam pada material yang berusaha menahan beban tarikan yang terjadi.

Kemampuan maksimum material menahan tarikan adalah sebagai sebagai tegangan

tarik.

Secara teoritis, semakin ringan kayu maka semakin kurang kekuatannya,

demikian juga sebaliknya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu-kayu yang

berat sekali juga kuat sekali. Kekuatan, kekerasan dan sifat teknik lainnya adalah

berbanding lurus dengan berat jenisnya. Tentunya hal ini tidak terlalu sesuai, karena

susunan dari kayu tidak selalu sama.

Salah satu sifat mekanik kayu yang sangat penting dalam analisis tahanan

sambungan adalah kuat tumpu kayu disekitar alat sambung (dowel bearing strength).

Pengujian kuat tumpu kayu dapat dilakukan dengan cara seperti pada gambar berikut.

Beban tumpu kayu ditentukan dengan metoda offset pada sesaran 0,05D (D adalah

diameter alat sambung). Kemudian kuat tumpu kayu diperoleh dengan membagi

beban tumpu pada metoda offset dengan luas bidang tekan yaitu diameter alat

sambung dikalikan dengan tebal kayu.

Kuat tumpu kayu dipengaruhi oleh kandungan air, berat jenis kayu, dan

diameter alat sambung. Hasil pengujian Rammer dan Winistorfer (2001)

menunjukkan bahwa kuat tumpu kayu pada kandungan air 15%,, 12%, 6%, dan 4%

(34)

kandungan air 20%. Smith (1988) melakukan pengujian kuat tumpu kayu dengan

beberapa macam nilai berat jenis yang tergolong pada kayu lunak (soft woods) dan

kayu keras (hard woods). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kuat tumpu kayu

meningkat seiring dengan peningkatan berat jenis kayu. Wilkinson (1991)

mengusulkan Persamaan (1) untuk menghitung kuat tumpu kayu. Persamaan (1)

kemudian dipakai secara luas oleh banyak peraturan termasuk SNI-5 Tata Cara

Perencanaan Konstruksi Kayu (2002).

II.3 Kuat Acuan

A. Kuat Acuan Berdasarkan atas Pemilahan secara Mekanis

Pemilahan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur harus

dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku. Berdasarkan

modulus elastisitas lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan lainnya dapat

diambil mengikuti Tabel 2.03. Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel 2.03 dapat

digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti standar –

(35)

Tabel 2.03 Nilai kuat acuan (Mpa) berdasarkan pemilahan secara mekanis pada kadar air 15% Kode Mutu Modulus Elastisitas Lentur Ew Kuat Lentur Fb Kuat tarik sejajar serat Ft Kuat tekan sejajar serat Fc Kuat Geser Fv Kuat tekan Tegak lurus Fc E26 26000 66 60 46 6.6 24 E25 25000 62 58 45 6.5 23 E24 24000 59 56 45 6.4 22 E23 23000 56 53 43 6.2 21 E22 22000 54 50 41 6.1 20 E21 21000 56 47 40 5.9 19 E20 20000 47 44 39 5.8 18 E19 19000 44 42 37 5.6 17 E18 18000 42 39 35 5.4 16 E17 17000 38 36 34 5.4 15 E16 16000 35 33 33 5.2 14 E15 15000 32 31 31 5.1 13 E14 14000 30 28 30 4.9 12 E13 13000 27 25 28 4.8 11 E12 12000 23 22 27 4.6 11 E11 11000 20 19 25 4.5 10 E10 10000 18 17 24 4.3 9

Dimana : Ew adalah Modulus elastisitas lentur Fb adalah Kuat lentur

Fc⁄⁄ adalah Kuat tekan sejajar serat Ft⁄⁄ adalah Kuat tarik sejajar serat Fv adalah Kuat geser

(36)

B. Kuat Acuan Berdasarkan atas Pemilahan secara Visual

Pemilahan secara visual mengikuti standar pemilahan secara visual yang baku.

Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan pengukuran berat jenis, maka kuat

acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan

langkah – langkah sebagai berikut :

a. Kerapatan ρ pada kondisi basah (berat dan volume diukur pada kondisi basah,

tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30%) dihitung dengan mengikuti prosedur baku. Gunakan satuan kg/m³ untuk ρ.

b. Kadar air, m% (m<30), diukur dengan prosedur baku

c. Hitung berat jenis pada m% (Gm) dengan rumus : Gm = ρ / [1.000 (1+m/100)]

d. Hitung berat jenis dasar (Gb) dengan rumus :

Gb = Gm / [1+0.265aGm] dengan a = (30-m)/30

e. Hitung berat jenis pada kadar air 15% (G₁₅) dengan rumus :

G₁₅ = Gb/(1-0,133 Gb)

f. Hitung estimasi kuat acuan dengan modulus elastisitas lentur (Ew) = 16500 G⁰⁷,

dimana G = G₁₅ = berat jenis kayu pada kadar ai 15%

Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan/atau mempunyai cacat kayu, estimasi

nilai modulus elastis lentur acuan pada point f harus direduksi dengan mengikuti

ketentuan pada SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-3527-1994 UDC (Universal Decimal Classification) 691.11 tentang “Mutu Kayu Bangunan“ yaitu Henny Sahara : Kombinasi Alat Penyambung Paku Dan Baut Pada Kolom Pendek Kayu Meranti

(37)

Dengan mengalikan estimasi nilai modulus elastis lentur acuan tersebut

dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel 2.04 yang bergantung pada kelas

mutu kayu . Kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel 2.05

Tabel 2.04 Nilai rasio tahanan berdasarkan kelas mutu

Kelas Mutu Nilai Rasio Tahanan

Kelas A 0,80

Kelas B 0,63

Kelas C 0,50

Tabel 2.05 Cacat maksimum untuk setiap kelas mutu kayu

Macam Cacat Kelas Mutu A Kelas Mutu B Kelas Mutu C Mata Kayu :

Terletak di muka

lebar 1/6 lebar kayu 1/4 lebar kayu 1/2 lebar kayu Terletak di muka

sempit 1/8 lebar kayu 1/5 lebar kayu 1/4 lebar kayu Retak 1/5 tebal kayu 1/6 tebal kayu 1/2 tebal kayu Pinggul 1/10 tebal atau lebar

kayu 1/6 tebal atau lebar kayu 1/4 tebal atau lebar kayu Arah serat 1 : 13 1 : 9 1 : 6 Saluran damar 1/5 tebal kayu eksudasi tidak diperkenankan

2/5 tebal kayu 1/2 tebal kayu

Gubal Diperkenankan Diperkenankan Diperkenankan

Lubang serangga

Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasi dan

tidak ada tanda – tanda serangga

hidup

Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasidan tidak ada tanda –

tanda serangga hidup

Diperkenankan asal terpencar

dan ukuran dibatasi dan tidak

ada serangga hidup Cacat lain (lapuk,

hati rapuh, retak melintang) Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan

(38)

II.4 Tata Cara Perencanaan Berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 2002.

Kekuatan / tahanan sambungan dianalisis berdasarkan moda kelelehan

sambungan yang mungkin terjadi. Tahanan yang diperoleh kemudian disebut sebagai

tahanan ultimit. Untuk mendapatkan tahanan ijin sambungan, maka tahanan ultimit

harus dikalikan dengan faktor koreksi yang sesuai berdasarkan, jenis pembebanan,

masa layan, dan jenis alat sambung itu sendiri.

A. Beban dan Kombinasi Pembebanan

* Beban nominal

Beban nominal adalah beban yang ditentukan didalam Pedoman

Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SKBI – 1.3.53.1987,

SNI 03-1727-1989.

Beban nominal yang harus ditinjau adalah sebagai berikut :

- D beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk

dinding, lantai,atap, plafon, partisi tetap, tangga dan peralatan layan tetap.

- L beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk

pengaruh kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin,

hujan, dan lain – lain.

- La beban hidup atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,

peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan

benda bergerak.

(39)

- W beban angin termasuk dengan memperhitungkan bentuk aerodinamika

bangunan dan peninjauan terhadap pengaruh angin topan, puyuh,dan

tornado bila diperlukan.

- E beban gempa,yang ditentukan menurut SNI 03-1726-1969, atau

penggantinya.

* Kombinasi Pembebanan

Kecuali apabila ditetapkan lain,struktur, komponen struktur, dan

sambungannya harus direncanakan dengan menggunakan kombinasi

pembebanan berikut ini :

1. 1,4D

2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H)

3. 1,2D + 1,6 (La atau H) + (0,5L atau 0,8W)

4. 1,2D + 1,3W + 0,5L + 0,5 (La atau H)

5. 1,2D ± 1,0 W + 0,5L

6. 0,9D ± (1,3 atau 1,0E)

B. Dasar Perencanaan

* Modulus Elastisitas Lentur

Modulus elastisitas lentur rerata terkoreksi, Ew’ yang digunakan dalam perencanaan, bergantung pada penggunaannya. Dalam kasus perencanaan

dimana tahanan structural atau stabilitas ditentukan berdasarkan perhitungan

(40)

Dengan 1,03 adalah factor koreksi dari nilai yang ditabelkan

kepada nilai bebas geser, dan = adalah koefisien variasi nilai ,

yaitu penyimpangan deviasi standar dibagi dengan nilai rerata .

Pengecualian : Untuk glulam (kayu laminasi structural), faktor

penyesuaian tersebut adalah 1,05 dan bukan 1,03. Modulus elastisitas lentur tidak perlu dikoreksi terhadap faktor waktu, λ

* Modulus Elastisitas Lentur

Tahanan rencana dihitung untuk setiap keadaan batas yang berlaku sebagai hasil kali antara tahanan terkoreksi, R’, faktor tahanan, Ø dan faktor waktu λ . Tahanan rencana harus sama dengan atau melebihi beban terfaktor,Ru’.

Dengan R’ adalah tahanan terkoreksi untuk komponen struktur, elemen, atau sambungan, seperti tahanan lentur terkoreksi, M’,tahanan geser terkoreksi, V’ dan lain – lain. Begitu juga dengan Ru diganti dengan Mu, Vu, dan sebagainya untuk gaya – gaya pada komponen struktur atau sambungan.

Tabel 2.06 Faktor tahanan

Jenis Simbol Nilai

Tekan 0,90 Lentur 0,85 Stabilitas 0,85 Tarik 0,80 Geser / Puntir 0,75 Sambungan 0,65

(41)

Tabel 2.07 Faktor waktu

Kombinasi Pembebanan Faktor Waktu (λ)

1,4D 0,60

1,2 + 1,6L + 0,5(La atau H) 0,70 jika L dari gudang 0,8 jika L dari ruangan umum

1,25 jika L dari kejut 1,2D + 1,6(La atau H) + (0,5L atau 0,8H) 0,80

1,2D + 1,3W + 0,5L + 0,5(La atau H) 1,00

1,2D ± 1,0E + 0,5L 1,00

0,9D ±(1,3W atau 1,0E) 1,00

* Faktor Koreksi

a. Faktor Koreksi untuk Masa Layan

Cm adalah faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan

pengaruh kadar air masa layan yang lebih tinggi dari pada 19% untuk

kayu massif dan 16% untuk produk kayu laminasi terhadap kekuatan

kayu. Nilai faktor koreksi layan basah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.08 Nilai faktor koreksi layan basah

Fb Ft Fv Fc Fc E

Balok Kayu 0,85* 1,00 0,97 0,67 0,80** 0,902 Balok kayu besar

(125mm x x125mm atau yang lebih besar)

1,00 1,00 1,00 0,67 0,91 1,00

Lantai papan kayu 0,85 - - 0,67 , 0,90

Glulam (kayu laminasi

(42)

Ct adalah faktor koreksi temperature untuk memperhitungkan

temperature layan lebih tinggi dari pada 38°C secara berkelanjutan.

Tabel 2.09. Nilai faktor koreksi temperature

Fb Ft Fv Fc Fc E

Balok Kayu 0,85* 1,00 0,97 0,67 0,80** 0,902 Balok kayu besar

(125mm x x125mm atau yang lebih besar)

1,00 1,00 1,00 0,67 0,91 1,00

Lantai papan kayu 0,85 - - 0,67 , 0,90

Glulam (kayu laminasi

struktural 0,80 0,80 0,87 0,53 0,73 0,83

Cpt adalah faktor koreksi pengawetan kayu, untuk

memperhitungkan pengaruh proses pengawetan terhadap produk –

produk kayu dan sambungan. Nilai faktor koreksi ditetapkan

berdasarkan spesifikasi pemasok, ketentuan, atau tata cara yang

berlaku.

Crt adalah faktor koreksi tahan api, untuk memperhitungkan

pengaruh perlakuan tahan api terhadap produk – produk kayu dan

sambungan. Nilai faktor koreksi ditetapkan berdasarkan spesifikasi

pemasok, ketetuan, atau tata cara yang berlaku

b. Faktor Koreksi Sambungan

Tahanan lateral acuan sambungan harus dikalikan dengan

faktor koreksi sambungan selain faktor koreksi masa layan. Untuk

sambungan dengan alat sambung paku, baut, dan cincin belah, faktor

(43)

Tabel 2.10 Faktor koreksi untuk sambungan

Paku Baut Cincin Belah

Diafragma (Cdi) Ya - -

Aksi Kelompok (Cg) - Ya Ya

Geometri (C∆) - Ya Ya

Kedalaman Penetrasi (Cd) Ya - Ya

Serat ujung (Ceg) Ya - -

Paku miring (Ctn) Ya - -

* Komponen Struktur Tarik

Dalam perencanaan komponen struktur tarik pada struktur kayu,

komponen struktur tarik harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan

sebagai berikut :

Tu ≤ λ Øt T’

Dengan Tu adalah gaya tarik terfaktor, λ adalah faktor waktu Øt adalah faktor tahanan tarik sejajar serat = 0,80 dan T’ adalah tahanan tarik terkoreksi.

Tahanan tarik terkoreksi adalah hasil dari perkalian tahanan acuan

dengan faktor – faktor koreksi , T’ = Ft’ An. Dengan Ft’ adalah kuat tarik

sejajar serat terkoreksi dan An adalah luas penampang netto.

* Komponen Struktur Tekan

Dalam perencanaan komponen struktur tekan, komponen struktur

tekan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga, Pu ≤ λ Øc P’, dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, λ adalah faktor waktu , Øc adalah faktor tahanan tekan = 0,90. Tahanan terkoreksi adalah hasil dari perkalian tahanan acuan

dengan faktor – faktor koreksi.

Komponen struktur yang memikul gaya – gaya aksial setempat harus

(44)

bekerjanya gaya – gaya tersebut. Begitu pula komponen struktur harus

memiliki tahanan rencana local dan stabilitas pelat bahan yang cukup pada

tumpuan balok dan pada lokasi gaya – gaya transversal bekerja.

Berikut ini merupakan cara dan syarat – syarat perhitungnan

berdasarkan Peratutran Konstruksi Kayu Indonesia 2002.

1. Untuk batang yang menahan gaya tekan, panjang tekuk lk harus diambil

sebesar jarak antara dua titik yang berurutan yang bebas dari tekanan.

Bagian konstruksi yang akan menghindarkan tekukan, harus

diperhitungkan terhadap gaya dalam arah tekukan tersebut sebesar 1% dari

gaya tekan yang terbesar yang bekerja pada batang – batang

disampingnya.

2. Pada konstruksi rangka batang sebagai panjang tekuk harus diambil garis

bagan

3. Pada batang yang sebuah ujungnya terjepit sedang ujung lainnya bebas,

sebagai panjang tekuk harus diambil dua kali panjangn batang itu.

4. Yang disebut angka kelangsingan adalah :

Λ =

Lk = panjang tekuk

= jari – jari lembam minimum

= Momen lembam minimum

= luas tampang batang bruto

Didalam suatu konstruksi tiap – tiap batang tertekan harus

mempunyai . Untuk menghindari bahaya tekuk pada batang tertekan,

(45)

= tegangan yang terjadi = gaya yang terjadi

= faktor tekuk

Tabel 2.11 Faktor tekuk untuk berbagai kelas kayu

λ Faktor tekuk

ω

Tegangan tekuk yang diperkenankan untuk kayu dengan kelas kuat

I kg/cm² II kg/cm² III kg/cm² IV kg/cm² 0 1,00 130 85 60 45 1 1,01 129 84 60 45 2 1,01 128 84 59 45 3 1,02 127 83 59 44 4 1,03 126 83 58 44 5 1,03 126 82 58 44 6 1,04 125 82 58 43 7 1,05 124 81 57 43 8 1,06 123 80 57 43 9 1,06 122 80 57 43 10 1,07 121 79 56 42 11 1,08 120 79 56 42 12 1,09 119 78 55 41 13 1,09 119 78 55 41 14 1,10 118 77 55 41 15 1,11 117 77 54 41 16 1,12 116 76 54 40 17 1,13 115 75 53 40 18 1,14 114 75 53 40 19 1,15 113 74 52 39 20 1,15 113 74 52 39 21 1,16 112 73 52 39 22 1,17 111 73 51 38 23 1,18 110 72 51 38 24 1,19 109 71 50 38 25 1,20 108 71 50 38 26 1,21 107 70 50 37

(46)

27 1,22 107 70 49 37 28 1,23 106 69 49 37 29 1,24 105 69 48 36 30 1,25 104 68 48 36 31 1,26 103 67 48 36 32 1,27 102 67 47 35 34 1,29 101 66 47 35 35 1,30 100 65 46 35 36 1,32 99 64 46 34 37 1,33 98 64 45 34 38 1,34 97 63 45 34 39 1,35 96 63 44 33 40 1,36 95 62 44 33 41 1,38 94 62 44 33 42 1,39 94 61 43 32 43 1,40 93 61 43 32 44 1,42 92 60 42 32 45 1,43 91 59 42 31 46 1,44 90 59 42 31 47 1,46 89 58 41 31 48 1,47 88 58 41 31 49 1,49 87 57 40 30 50 1,50 86 57 40 30 51 1,52 85 56 39 30 52 1,53 85 56 39 29 53 1,55 84 55 39 29 54 1,56 83 55 38 29 55 1,58 82 54 38 28 56 1,60 81 53 38 28 57 1,61 81 53 37 28 58 1,63 80 52 37 28 59 1,65 79 52 36 27 60 1,67 78 51 36 27 61 1,69 77 50 36 27 62 1,70 77 50 35 26 63 1,72 76 49 35 26 64 1,74 75 49 35 26

(47)

65 1,76 74 48 34 26 66 1,79 73 48 34 25 67 1,81 72 47 33 25 68 1,83 71 46 33 25 69 1,85 70 46 32 24 70 1,87 70 45 32 24 71 1,90 69 45 32 24 72 1,92 68 44 31 23 73 1,95 67 44 31 23 74 1,97 66 43 30 23 75 2,00 65 43 30 23 76 2,03 64 42 30 22 77 2,05 63 42 29 22 78 2,08 63 41 29 22 79 2,11 62 40 28 21 80 2,14 1 40 28 21 81 2,17 60 39 28 21 82 2,21 59 39 27 20 83 2,24 58 38 27 20 84 2,27 57 37 26 20 85 2,31 56 37 26 20 86 2,34 56 36 26 19 87 2,38 55 36 25 19 88 2,42 54 35 25 19 89 2,46 53 35 24 18 90 2,50 52 34 24 18 91 2,54 51 33 24 18 92 2,58 50 33 23 17 93 2,63 49 32 22 17 94 2,63 49 32 22 17 95 2,68 48 31 22 17 96 2,78 47 31 22 16 97 2,83 46 30 21 16 98 2,84 45 30 21 16 99 2,94 44 29 20 15 100 3,00 43 28 20 15 101 3,07 42 28 20 15

(48)

102 3,14 41 27 19 14 103 3,21 41 26 19 14 104 3,28 40 26 18 14 105 3,35 39 25 18 13 106 3,43 38 25 18 13 107 3,50 37 24 17 13 108 3,57 36 24 17 13 109 3,65 36 23 16 12 110 3,73 35 23 16 12 111 3,83 34 22 16 12 112 3,89 33 22 15 12 113 3,97 33 21 15 11 114 4,05 32 21 15 11 115 4,13 32 21 15 11 116 4,21 31 20 14 11 117 4,29 30 20 14 11 118 4,38 30 19 14 10 119 4,46 29 19 13 10 120 4,55 29 19 13 10 121 4,64 28 18 13 10 122 4,73 28 18 13 10 123 4,82 27 18 12 9 124 4,91 27 17 12 9 125 5,00 26 17 12 9 126 5,09 26 17 12 9 127 5,19 25 16 12 9 128 5,28 25 16 11 9 129 5,38 24 16 11 8 130 5,48 24 16 11 8 131 5,57 23 15 11 8 132 5,67 23 15 11 8 133 5,77 23 15 10 8 134 5,88 22 15 10 8 135 5,98 22 14 10 8 136 6,08 21 14 10 7 137 6,19 21 14 10 7 138 6,29 21 14 10 7

Gambar

Gambar 2.01 Bidang simetris  kayu
Gambar 2.02 Bagian – bagian  kayu
Tabel 2.01 Kelas awet kayu
Gambar 2.04 Tekanan searah dan  melintang serat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Stabilitas eksternal pada dinding penahan tanah bergantung pada kemampuan massa tanah bertulang untuk menahan beban-beban dari luar (eksternal), termasuk tekanan tanah lateral

Selain pengaruh dari luar dapat diukur sebagai besaran gaya seperti berat sendiri struktur, beban akibat hunian, pengaruh angin atau getaran gempa, tekanan hidrostatik air dan

Dalam bahan struktur sederhana berat jenis tidak tergantung pada struktur, sedangkan pada kayu tidak demikian karena kayu terdiri dari lingkaran tahunan yang berbeda antara kayu

Secara umum adaptor adalah alat elektronika yang dapat menyesuaikan atau merubah tegangan listrik, maksudnya adalah merubah sumber tegangan listrik utama yaitu dari PLN

Arang tempurung kelapa memiliki kandungan utama selulosa dan lignin yang diduga sama dengan kayu, kayu umumnya sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik dalam

Dengan kata lain Beton prategang merupakan penerapan gaya pratekan pada balok sedemikian rupa sebelum dikerjakan beban luar guna meniadakan tegangan tarik serat beton yang

Valley Filling adalah program untuk menambah beban pada saat luar waktu beban puncak (LWBP). Load shifting adalah penggeseran beban dari beban puncak ke beban luar beban

Penulis naskah adalah seorang yang membuat naskah untuk bahan siaran dalam karya artsitik, ia memliki kemampuan merubah ide kedalam bentuk naskah yang merupakan