• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEARNING BLENDED. Gede Aditra Pradnyana, S.Kom., M.Kom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEARNING BLENDED. Gede Aditra Pradnyana, S.Kom., M.Kom"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BLENDED

LEARNING

Gede Aditra Pradnyana, S.Kom., M.Kom

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Ganesha

(2)

DAFTAR ISI

I. DEFINISI

BLENDED LEARNING

... 2

II. KARAKTERISTIK

BLENDED LEARNING

... 5

III. TUJUAN

BLENDED LEARNING

... 5

IV. MANFAAT

BLENDED LEARNING

... 6

V. KELEBIHAN

BLENDED LEARNING

... 8

VI. PROSES PERANCANGAN

BLENDED LEARNING

... 8

VII. KOMPONEN

BLENDED LEARNING

... 10

VIII. CARA PENERAPAN

BLENDED LEARNING

DI SEKOLAH ... 16

(3)

I. DEFINISI BLENDED LEARNING

Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu Blended dan Learning. Kata blend berarti campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan. Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya.

Istilah blanded learning telah menjadi sangat mengikuti mode saat ini, terutama di pendidikan tinggi. Secara umum, blanded learning memiliki tiga makna antara lain: 1) perpaduan/integrasi pembelajaran tradisional dengan pendekatan berbasis web on-line; 2) kombinasi media dan peralatan (misalnya buku teks) yang digunakan dalam lingkungan e- learning, dan 3) kombinasi dari sejumlah pendekatan belajar-mengajar terlepas dari teknologi yang digunakan. Model blended learning merupakan gabungan dua lingkungan belajar. Di satu sisi, ada pembelajaran tatap muka di lingkungan tradisional, di sisi lain ada lingkungan pembelajaran terdistribusi yang mulai tumbuh dan berkembang dengan cara- cara eksponensial sebagai teknologi baru yang kemungkinan diperluas untuk distribusi komunikasi dan interaksi. Dalam uraian ini, blanded learning dianggap sebagai integrasi pembelajaran tatap muka dan metode pembelajaran dengan pendekatan on-line.

Blended learning merupakan model pembelajaran campuran antara teknologi online dengan pembelajaran tatap muka dengan biaya yang rendah, tetapi cara efektif untuk mengirimkan pengetahuan dalam dunia global. Sebagaimana pendapat lain dikatakan bahwa: “A blended learning

approach combines face to face classroom methods with computer-mediated activities to form an integrated instructional approach. In the past, digital materials have served in a supplementary role, helping to support face to face instruction”

(4)

as a mix of traditional face-to-face instruction and e-learning (Koohang, 2009). New South Wales Department of Education and Training (2002) provides a simple definition: Blended learning is learning which combines online and face-to-face approaches.

Sampai sekarang, tidak ada konsensus tentang definisi tunggal untuk blended learning. Selain itu, istilah "blended," "hybrid," dan "mixed-mode" yang digunakan secara bergantian dalam literatur penelitian terbaru. Istilah yang lebih disukai di Penn State dalam pembelajaran diatas adalah "blended”. Pada dasarnya, penggunaan model blended learning adalah cara baru untuk kedua mengajar dan belajar dalam lingkungan pendidikan tinggi. Tiga alasan utama mengapa blanded learning dipilih antara lain: 1) Memperbaiki ilmu keguruan; 2) Meningkatkan akses / fleksibilitas; dan 3) Meningkatkan efektivitas biaya.

Tiga alasan pemilihan model blanded learning di atas karena:

1) Berkontribusi dalam pengembangan dan dukungan strategi interaktif tidak hanya dalam mengajar tatap muka, tetapi juga dalam pendidikan jarak jauh. Mengembangkan kegiatan terkait dengan hasil pembelajaran yaitu fokus pada interaksi peserta didik, bukan hanya penyebaran konten. Selain itu, dapat menawarkan lebih banyak informasi yang tersedia bagi peserta didik, umpan balik yang lebih baik dan lebih cepat dalam komunikasi yang lebih kaya antara dosen/tutor dan mahasiswa;

2) Akses untuk belajar merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi pertumbuhan pembelajaran lingkungan. Peserta didik dapat mengakses materi setiap saat dan dimana saja. Selanjutnya, mereka dapat melanjutkan sesuai dengan kemampuannya. Sebagai konsekuensinya, peserta didik harus memiliki stumulasi dan motivasi yang tinggi

3) peningkatan efektivitas biaya terutama berlaku untuk guru/pengajar yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Guru Tetap Yayasan (GTY) di mana orang secara permanen sibuk dan hampir

(5)

tidak pernah mampu untuk menghadiri kelas-kelas penuh waktu tatap muka. Namun model blanded learning memungkinkan mereka setelah menyelesaikan pekerjaan mereka, keluarga dan komitmen sosial lainnya untuk mulai belajar.

Program model blended learning mencakup beberapa bentuk alat pembelajaran, seperti real-time kolaborasi perangkat lunak, program berbasis web online, dan elektronik yang mendukung sistem kinerja dalam tugas lingkungan belajar, dan pengetahuan manajemen sistem. Model Blended learning berisi berbagai aktivitas kegiatan, termasuk belajar tatap muka, e-learning, dan kegiatan belajar mandiri. Blended learning sebagai model campuran pembelajaran yang dipimpin instruktur tradisional, pembelajaran online secara synchronous, belajar mandiri dengan asynchronous, dan pelatihan terstruktur berbasis tugas dari seorang dosen atau mentor. Tujuan blended learning adalah untuk menggabungkan pengalaman belajar kelas tatap muka dengan pengalaman belajar secara online. Secara keseluruhan, model blended learning mengacu dengan integrasi atau campuran yang disebut e-learning, alat dan teknik pengiriman tugas dengan pengajaran tatap muka tradisional

Menurut Mosa (dalam Rusman, 2011) menyampaikan bahwa pola belajar yang dicampurkan adalah dua unsur utama yakni pembelajaran di kelas dengan online learning. Dalam pembelajaran online ini terdapat pembelajaran menggunakan jaringan internet yang di dalamnya ada pembelajaran berbasis web. Blended Learning ini merupakan perpaduan dari teknologi multimedia, CD-ROM, video streaming, kelas virtual, e-mail, voicemail dan lain-lain dengan bentuk tradisional pelatihan di kelas dan pelatihan setiap apa yang dibutuhkannya. Intinya penggabungan atau percampuran dua pendekatan pembelajaran yang digunakan sehingga tercipta pola pembelajaran baru dan tidak akan menimbulkan rasa bosan pada pererta didik.

Pembelajaran blended learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar harus mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk

(6)

pembelajarannya. Suasana pembelajaran blended learning akan mengharuskan peserta didik memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri. Blended Learning ini tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengembangan teknologi pendidikan.

II. KARAKTERISTIK BLENDED LEARNING

Adapun karakteristik blended learning menurut Jhon Watson yaitu :

a. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam

b. Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online.

c. Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.

d. Guru dan orangtua pembelajar memiliki peran yang sama penting, guru sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung. 


III. TUJUAN BLENDED LEARNING

a. Membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.

b. Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi guru dan peserta didik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang.

c. Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi peserta didik, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online. Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para siswa dalam pengalaman interaktif. Sedangkan porsi online memberikan

(7)

peserta didik dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan pada setiap saat, dan di mana saja selama peserta didik memiliki akses Internet.

d. Mengatasi masalah pembelajaran yang membutuhkan penyelesaian melalui penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi

IV. MANFAAT BLENDED LEARNING

a. Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka saja, tetapi ada penambahan waktu pembelajaran dengan memanfaatkan media online.

b. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi antara guru dan siswa (mitra belajar).

c. Membantu memotivasi keaktifan siswa untuk ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Hal ini akan membentuk sikap kemandirian belajar pada siswa.

d. Meningkatkan kemudahan belajar sehingga siswa menjadi puas dalam belajar

Salah satu keuntungan yang paling spesifik dari model blended learning adalah kesempatan untuk segera membangun rasa kebersamaan di antara mahasiswa (Garrison & Kanuka, 2004). Dalam kelas model blended learning, mahasiswa umumnya bertemu dalam pembelajaran tatap muka, dan kemudian memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan cara dialog terbuka, untuk mengalami perdebatan kritis, dan pada dasarnya berpartisipasi dalam berbagai bentuk komunikasi dalam lingkungan "aman". Peluang ini dapat memfasilitasi refleksi yang lebih besar pada isi materi kuliah dan memperluas pengalaman belajar mahasiswa.

Model Blended learning juga dapat memberikan manfaat yang berbeda di ruang kelas tradisional. Teori Pedagogi baru-baru ini menyarankan bahwa kuliah yang hanya mengirimkan informasi dari pada berfokus pada belajar tidak efektif bagi mahasiswa dalam hal penggunaan retensi jangka panjang (Salmon, 2000). Dengan kata lain, mahasiswa harus

(8)

mempelajari materi dalam cara baru dan interaksi dalam memenuhi kepentingan individu, sehingga keterampilan ini dapat mentransfer ke dunia nyata (Derntl & Motschnig-Pitril, 2005). Hal ini mungkin benar dalam bidang teknologi pembelajaran, di mana pengertian transfer ke dunia nyata, kolaborasi, dan usaha tim (bekerja dalam kelompok) yang diperkuat. Selain itu, untuk dapat merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi proses dan sumber daya untuk belajar teknologi, seperti praktisi di lapangan melakukan setiap hari, mahasiswa harus mampu belajar untuk menggunakan teknologi sebagai alat dalam dirinya sendiri. Akibatnya, Model Blended learning tidak hanya merupakan sarana belajar materi pembelajaran, tetapi juga cara menempatkan isi pembelajaran dalam praktek.

Model blended learning juga menyediakan kesempatan bagi siswa untuk tidak hanya membangun suatu hubungan satu sama lain tetapi juga hubungan dengan instruktur. Memiliki lebih banyak sumber daya yang tersedia dan koneksi ke orang-orang yang berada dalam bidang yang sama. Selain itu, untuk siswa yang sudah terbiasa mengalami instruksi hanya tatap muka, model blended learning menyediakan ruang bagi pengembangan otonomi, self-efficacy, dan keterampilan organisasi. Namun, juga memberikan konsistensi dalam belajar. Dalam pendekatan ini mahasiswa memiliki pengalaman metode baru dan cara belajar yang juga dimasukkan kedalam praktek, akrab belajar tradisional di lingkungan tatap muka. Ketika tidak ada komponen tatap muka, seperti dalam program pembelajaran jarak jauh, mahasiswa dapat melaporkan, kecuali instruktur membuat program pendidikan jarak jauh interaktif, mahasiswa juga dapat melaporkan melepas dengan kelas, teman sekelas mereka, atau instruktur (Dickey, 2004, Ibrahim, Rwegasira, & Taher, 2007). Hasilnya mungkin tingkat kehadiran rendah, kurangnya akuntabilitas, dan putus sekolah. teknologi baru telah membantu untuk mengatasi perhatian isolasi dalam pendidikan jarak jauh. Teknologi seperti video conferencing, video streaming, web-log (blog) sekarang sering fitur-fitur umum kontemporer kelas pendidikan jarak jauh (Dickey, 2004, Howell, Williams, & Lindsay,

(9)

2003).

Namun, model blended learning bukanlah tanpa hambatan dan kritik. Banyak pendidik mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk secara efektif mengajar di lingkungan blended learning. Hal ini menambah energi dan waktu yang intensif. Tambahan pra-perencanaan dan program diperlukan untuk menjaga aliran konsisten instruksi selama pembelajaran. Handout, kontrak kuliah, tugas, dll. semua perlu harus terstruktur di muka. Sebagai hasilnya, beberapa pendidik mungkin kurang waktu atau keahlian (didaktik atau sebaliknya) dalam menggunakan platform model blended learning sebagai alat bantu mengajar dan belajar.

V. KELEBIHAN BLENDED LEARNING

Kelebihan blended learning :

a. Dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kapan saja dan dimana saja.

b. Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.

c. Pembelajaran lebih efektif dan efisien.

d. Meningkatkan aksesbilitas. Dengan adanya blended learning maka pembelajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran. e. Pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku. 


VI. PROSES PERANCANGAN BLENDED LEARNING

Menurut Jared M. Carmen, seorang Preseident Aglint Learning menyebutkan lima kunci dalam mengembangkan blended learning. Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu:

1. Live Event

Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara terpadu dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu

(10)

sama tapi tempat berbeda (seperti virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan.

2. Self-Paced Learning

Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta didik belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia- based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat dikirim secara online (via web maupun via mobile device dalam bentuk streaming audio, streaming video, e-book, dll) maupun offline (dalam bentuk CD, cetak, dll).

3. Collaboration

Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta didik yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang blended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar peserta didik ataupun kolaborasi antara peserta didik dan pengajar melalui alat-alat komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving, project- based learning, dll.

4. Assessment

Tentu saja dalam proses pembelajaran jangan lupakan cara untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik assessment). Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessment

(11)

baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk dll. Disamping itu, juga pelru mempertimbangkan antara bentuk-bentuk assessment online dan assessment offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan assessment tersebut.

5. Performance Support Materials

Ini bagian yang jangan sampai terlupakan ketika akan mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual, pastikan kesiapan sumber daya untuk mendukung hal tersebut. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online (via website resemi tertentu). Jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning/Content Management System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain sebagainya. 


VII. KOMPONEN BLENDED LEARNING

A. E-Learning

Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian e-lektronik (LAN, WAN, atau Internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi atau bimbingan. Rossenburg (Surya, 2002) mengatakan bahwa e-learning merupakan suatu penggunaan teknologi Internet dalam menyampaikan pembelajaran dalam jangkauan yang luas yang beandaskan tiga kriteria dasar yaitu :

a. e-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan dan sharing pembelajaran serta informasi. Kriteria ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg

(12)

menyebutnya sebagai persyaratan absolute.

b. e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui teknologi computer dengan menggunakan standar teknologi intemet.

c. e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang mengungguli paradigm tradisional dalam pembelajaran.

Berdasarkan beberapa definisi e-learning diatas, dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan penggunaan peralatan elektronik dalam menciptakan, membantu perkembangan, menyampaikan, menilai dan memudahkan suatu proses belajar mengajar dimana pelajar sebagai pusatnya serta dilakukan secara interaktif kapan pun dan dimana pun.

Penerapan e-learning diantaranya untuk pembelajaran online. Apalagi sekarang membuat situs e-learning sangatlah mudah dengan memanfaatkan modul Content Learning Service (CMS) yang sangat mudah untuk diinstalasi dan dikelola seperti moodle.

Menurut Munir (2009), moodle adalah salah satu aplikasi e-learning yang berbasis open source dengan menggunakan paket software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis Internetdan website atau sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat merubah sebuah pembelajaran kedalam bentuk web, aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk kedalam “ruang kelas” digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan materi moodle, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. Moodle itu sendiri adalah istilah singkatan dari Modular Object Orientied Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek atau merupakan paket lingkungan pendidikan berbasis web yang dinamis dan dan dikembangkan dengan konsep berorientasi dengan objek.

(13)

pembelajaran dalam dunia pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya pembelajaran berbasis intrnet dapat diterapkan dalam pendidikan. Blended e-Learning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan terbuka dan jarak jauh. Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang diizinkan menyelengarakan pendidikan jarak jauh, maka kini dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional NO.107/U/2001 (2 juli 2001 ) tentang‘ penyelenggaraan program pendidikan tingi jarakjauh’, maka perguruantinggi tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh mengunakan blended e- learning, juga telah diizinkan penyelenggaraanya (pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, (Rusman, dkk., 2012).

Pemanfaatan teknologi informasi untuk pendidikan teknologi informasi yang telah diterapkan dapat di kategorikan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah memanfaatkan computer untuk menyampaikan materi pengajaran itu sendiri, yang biasa di kenal dengan istilah Computer Assisted Instructional (CAI). Pemakian Kelompok kedua adalah untuk pendistribusian materi ajar melalui jaringan internet. Materi ajar dapat dikemas dalam bentuk webpage, ataupun program belajar intraktif ( CAI atau CBT ). Pemanfaatan kelompok ketiga adalah sebagai media komunikasi dengan pakar, atau narasumber, atau peserta didik yang lain. Komunikasi ini dapat digunakan menanyakan hal-hal yang tidak bisa dimengerti, atau mengemukakan pendapat supaya dapat di tanggapi oleh peserta yang lain. Dengan demikian peserta didik bisa mendapat umpan balik dari pakar atau narasumber serta dari teman-teman peserta didik yang lain mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemahaman materi ajar.

Jadi blended e-learning menekan kanpada penggunaan teknologi intrnet dalam proses pendidikan baik dalam mengirimkan pesan materi pembelajaran, pemecahan masalah dll. Seperti pendapat Rosenberg (2001) menekankan bahwa blended e-learning merujuk pada penggunaan teknologi intrnet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat

(14)

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Dalam pembelajaran blended e-learning, peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran lebih banyak lewat media tidak seperti pembelajaran tradisional. Dalam pembelajaran tradisional guru dianggap sebagai orang yang serbatahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sementara dalam pembelajaran blended e-learning focus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajaranya. Dalam pembelajaran ini (blended e- learning) keberadaan guru di wakili dengan media.

Karena itu pembelajaran blended e-learning hendaknya memudahkan peserta didik dan guru dalam menjalankan proses pendidikan serta menjadikan peserta didik dan guru bekerja sama guna mencapai tujuan pendidikan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang baik dan jujur sangat penting dalam proses pembelajaran ini, perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.

B. Pembelajaran Tatap Muka

Menurut Sudirman dan Rusyan (1990), Pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang sampai saat ini masih terus dilakukan dan sangat sering digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tatap muka merupakan salah satu bentuk model pembelajaran konvensional yang mempertemukan guru dengan murid dalam satu ruangan untuk belajar. Pembelajaran tatap muka guru atau pembelajar akan menggunakan berbagai macam metode dalam proses pembelajarannya untuk membuat proses belajar lebih aktif dan menarik. Metode pembelajaran yang biasanya digunakan adalah :

1. Metode ceramah

Metode yang paling sederhana karena guru hanya menyampaikan materi pembelajaran melalui kegiatn berbicara/ceramah di depan kelas dan

(15)

terkadang menggunakan media lain untuk menunjang prose pembelajaran. 2. Metode penugasan

Metode pembelajaran dengan memberikan penugasan 
untuk dikerjakan didalam kelas, melatih kemandirian dan 
tanggung jawab siswa.

3. Metode tanya jawab

Metode pembelajaran yang menimbulkan interaksi antara siswa dengan guru, guru memberikan pertanyaan lalu siswa menjawab pertanyaan atau sebaliknya.

4. Metode tutorial

Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa.

Menurut Gintings (2008) metode tutorial sangat cocok diterapkan dalam model pembelajaran mandiri seperti pada pembelajaran jarak jauh di mana siswa terlebih dahulu diberi modul untuk dipelajari. Selain itu, siswa memperoleh pelayanan pembelajaran secara individual sehingga permasalahan spesifik yang dihadapinya dapat dilayani secara spesifik pula. Hal ini sejalan dengan model pembelajaran Blended Learning.

Pelaksanaan blended learning tergantung pada beberapa faktor. (1) Sarana dan prasarana. Guru perlu memiliki akses terhadap jaringan internet yang cukup besar dan cepat sehingga memudahkan kerja. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai juga memerlukan biaya. (2) Guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam bidang TIK dengan cara membaca dan berlatih mandiri maupun melalui pelatihan formal. Sekolah perlu memperhatikan hal ini sebagai salah satu pengembangan profesional. (3) Siswa perlu mendapatkan akses terhadap komputer dan internet dan memiliki kemampuan memanfaatkan E-learning. Sekolah perlu

(16)

membekali siswa sebelum blended learning diterapkan. Mengingat kondisi setiap sekolah berbeda, implementasi blended learning dapat dipilih sesuai dengan kondisi persekolahan. Beberapa ragam blended learning adalah sebagaimana gambar di bawah.

Model implementasi yang paling sederhana adalah model 5 yakni pemanfaatan bahan-bahan online tanpa harus mensyaratkan siswa untuk terhubung dengan internet. Hal ini berarti guru melakukan pembelajaran tatap muka dengan melibatkan kegiatan siswa yang memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di internet misalnya film, animasi, game dan sebagainya. Model implementasi berikutnya adalah model pembelajaran tatap muka dengan kegiatan siswa dan guru melakukan akses internet. Misalnya ketika berdiskusi, siswa dapat mencari bahan-bahan di internet dan mempresentasikannya di kelas. Pada model ini dibutuhkan jaringan internet di dalam dan di luar kelas. Model-model berikutnya adalah model dengan pemanfaatan internet yang intensif.

Beberapa cara mengimplementasikan blended learning pada tahap permulaan diantaranya:

1. Guru mengintegrasikan teknologi komputer dan informasi dalam materi pembelajarannya. Misalnya guru mendownload video, animasi, dan simulasi yang sesuai untuk dimanfaatkan di kelas. Berbagai media ini diintegrasikan dalam pembelajaran.

2. Guru mengembangkan bahan ajar atau modul berbantuan komputer. Bahan ajar ini dapat diakses oleh siswa dan dapat

(17)

dipelajari di luar jam tatap muka. Bahan ajar akan membantu siswa yang mengalami masalah dalam pembelajaran tatap muka 3. Guru mengoptimalkan email dengan mengembangkan email group sebagai wahana diskusi guru-siswa-siswa. Group email juga dapat digunakan untuk berbagi file, mengumpulkan tugas dan sebagainya.

4. Guru mempelajari moodle dan memanfaatkannya sebagai penunjang pembelajaran tatap muka. Guru memanfaatkan fitur yang tersedia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tatap muka.

Guru dan sekolah dapat memilih model yang sesuai dengan sarana prasarana yang tersedia, kemampuan guru, dan kesiapan siswa. Implementasi model yang sesuai akan berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

VIII. CARA PENERAPAN BLENDED LEARNING DI SEKOLAH

Ada beberapa cara sebagai panduan bagi pengajar yang ingin memulai pembelajaran dengan blended learning. Berikut beberapa panduan untuk memulai menerapkan model blended learning:

a. Guru menyiapkan beberapa video pembelajaran, teks, foto, suara, atau gambar yang sesuai dengan isi kurikulum yang telah diunduh dari internet, kemudian disimpan di flasdisk atau di folder dalam komputer. Guru dapat menggunakan sumber belajar tersebut dalam pembelajaran tatap muka di kelas. Cara yang ditempun guru ini sudah termasuk pelaksanaan blended learning, tetapi blended learning dengan model offline.

b. Guru mengembangkan materi pembelajaran dan tugas-tugas evaluasi (tes) sesuai dengan isi kurikulum. Materi ini dapat juga berupa materi yang diunduh dari internet, kemudian disimpan dalam CD-room. Materi dalam CD tersebut dibagikan kepada siswa untuk dipelajari dan tugas-tugasnya dipelajari dan dikerjakan di rumah

(18)

dengan bantuan orang tua, Ini juga pembelajaran dengan “blended Learning” model “offline”.

c. Guru meanfaatkan WA (Whatsapp), group email, group facebook sebagai media belajar. Di dalam media tersebut guru dapat memasukkan materi inisiasi, tugas-tugas diskusi, dan tes untuk dikerjakan siswa di rumah dengan bantuan orang tua, Atau dikerjakan bersama teman lain baik satu sekolah atau dari beberapa sekolah. Model ini juga termasuk blended learning dengan model hybrid learing atau online

d. Guru mempelajari beragam materi yang ada di internet sesuai dengan materi yang ditetapkan dalam kurikulum dan memanfaatkannya sebagai materi suplemen dalam pembelajaran tatap muka di kelas. Guru dan kepala sekolah dapat memulai penggunaan blended learning ini sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan kemampuan guru dalam mengakases internet melalui media komputer. Guru sekolah dasar dapat memulainya. Jika ada kesulitan tentu guru dapat berlatih bersama teman sejawat baik teman dalam satu sekolah, dalam kelompok kerja guru (KKG), atau melalui pelatihan-pelatihan yang dapat diselenggarakan oleh jajaran dinas pendidikan. Dapat pula bekerja sama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) atau dengan institusi lain yang sudah mengembangkan “blended learning” dalam pembelajarannya di sekolah.

Blended Learning memadukan pembelajaran tatap muka dan e-learning. Media belajar on-line yang tersedia di internet dapat digunakan secara langsung atau diunduh terlebih dahulu untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran tatap muka di kelas. Prima Suci R. (2013) telah mengembangkan beberapa prinsip dasar pengembangan media e-learning untuk anak usia dini. Prinsip-prinsip tersebut dapat diadopsi sebagai bahan pengembangan blended learning di sekolah dasar.

Penulis mencoba mengadopsi dengan beberapa penyesuaian antara lain sebagai berikut:

(19)

a. Pendekatan blended learning pada prinsipnya dapat digunakan untuk membiasakan anak belajar mandiri. Tentu saja dengan kontrol guru dan orang tua. Dengan belajar secara mandiri menjadi terbiasa mengeksplorasi bermacam-macam ilmu pengetahuan dasar untuk mengembangkan dirinya.

b. Penerapan pembelajaran dengan blended learning pada prinsipnya sama dengan tahap-tahap pembelajaran tatap muka, yaitu melalui tahapan pendahuluan, penyampaian informasi dan materi dasar, partisipasi peserta, dan evaluasi untuk mengetahui pencapaian pembelajaran. Pendahuluan yang yang terkait dengan blended learning bentuknya berupa kegiatan memperkenalkan media e-learning yang dimanfaatkan serta petunjuk penggunaan dan petunjuk pendampingan bagi orang tua maupun guru/instruktur. Sedangkan tahapan lainnya pada prinsipnya sama dengan isi tahapantahapan yang ada pada pembelajaran tatap muka.

c. Materi dasar yang dikembang pada penerapan blended learning pada prinsipnya sama dengan materi dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran tatap muka, hanya sumbernya ditambah dengan sumber atau media belajar yang diunduh dari internet. Kemampuan dasar yang dikembangkan di SD tetap mencap materi yang berkaitan dengan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dan pengembanga keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.. d. Materi pelajaran yang disajikan melalui pendekatan blended learning

pada prinsipnya disajikan secara bertahap dari bentuk abstrak ke bentuk konkret yang disampaikan dalam bentuk multimedia interaktif seperti audio, video, teks, alat bantu (tool), koneksi (link), dan animasi. Agar peserta dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sistem dilengkapi dengan simulasi-simulasi yang memungkinkan peserta untuk mengeksplor pemahaman mereka. Alur materi dan simulasi dirancang sedemikian rupa agar anak belajar mulai dari pemahaman yang sederhana hingga ke pemahaman komplek.

(20)

e. Peran orang tua dan guru pada prinsipnya sama dengan ketika siswa belajar secara tatap muka, yaitu berperan sebagai fasilitator yang membantu anak usia SD dalam memanfaatkan e-learning yang telah dikembangkan. Hal ini dimaksudkan agar anak mengetahui tata cara pemanfaatan media e-learning tersebut dengan benar sekaligus dapat membantu untuk memberikan penjelasan di saat anak tersebut menemukan hal yang tidak dipahaminya. Oleh karena itu, pemanfaatan e-learning untuk anak SD tetap harus dalam pengawasan dan pendampingan orang tua maupun pendidik/instruktur.

f. Pada prinsipnya guru dapat memberikan beberapa contoh konsep media pembelajaran e-learning untuk anak SD. Caranya dengan memperkenalkan web e-learning yang berisi berisi gambar-gambar, audio dan video pembelajaran, dan aplikasi interaktif, lainnya untuk mengembangkan beberapa keterampilan dasar yang perlu dikuasai siswa SD, misalnya keterampilan membaca, menulis, dan menghitung.

g. Pada tahap permulaan guru dapat menunjukkan dalam web, bahwa di dalam web pembelajaran terdapat beragam sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat disimpan di fashdist agar dapat dipelajari kembali secara off-line di rumah bersama orang tuanya. h. Dalam web, guru harus disediakan petunjuk penggunaan yang

lengkap dan mudah dipahami oleh anak dan pendampingnya (orang tua maupun orang dewasa lainnya). Bentuk web juga harus tersaji sederhana, simpel, dan menarik dengan warna yang cerah tetapi tetap natural. Ukuran huruf dan konten menyesuaikan dengan usia siswa SD, yaitu dengan ukuran huruf lebih besar untuk siswa kelas awal dan lebih kecil (ukuran normal untuk siswa kelas tinggi.

i. Bentuk evaluasi dalam web perlu disediakan kunci dan skor untuk feedback pencapaian anak pada dalam belajar melalui e-learning, misalnya guru dapat menggunakan software hot potatoes yang dapat diselesaikan siswa sendiri atau dengan pendampingan orang tua atau

(21)

orang dewasa lainnya, dan secara otomatis siswa langsung mengetahui jawabannya.

(22)

REFERENSI

Antonella Poce, 2008, Evaluating innovation in higher education teaching and learning to improve quality: an experience of blended learning at the Universita Roma Tre, Department of Educational and Teaching Planning, Universita Roma Tre, Via della Madonna dei Monti 40, 00184, Rome, Italy.

Allison Littlejohn, Chris Pegler, 2007, Preparing for Blended e-Learning,London and New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Attia Nurani, 2009, Penerapan Model Pembelajaran Blended E-Learning dalam Proses Perkuliahan, (Studi tentang Pelaksanaan Perkuliahan Sistem PJJ pada Program PJJ S1 PGSD UPI), Bandung. B. J. Bonk and

C. R. Graham, 2005, Handbook of Blended Learning: Global Perspectives, Local Designs. San Francisco, CA: Pfeiffer Publishing, San Francisco, CA, 2005).

B. R. Graham and et al, 2003, Benefits and Challenges of Blended Learning Environments. M. Khosrow-Pour (Ed.), Encyclopedia of Information Science and Technology I-V. (Idea Group Inc, Hershey, PA, 2003). Creswell J.W., 1994, Research Design: Qualitative and Quantitative

Approaches, Sage Publication, Thousen Oaks.

Garrison, D.R. and Kanuka, H., 2004. Blended learning: Uncovering its transformative potential in higher education. The internet and higher education, 7(2), pp.95-105.

Gintings, Abdorrakhman, 2008., Essensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

(23)

November - December 2003 Issue of Educational Technology, Volume 43, Number 6, Pages 51-54.

Koohang, A, 2009, A learner-centered model for blended learning design. International Journal of Innovation and Learning, 6(1), 76–91. M. Driscoll, 2002, Blended Learning: Let’s Go beyond the Hype, E-learning,

March 1.

Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : ALFABETA.

Rusman. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rosenberg, M.J., 2001. E-learning: Strategies for delivering knowledge in the digital age (Vol. 9). New York: McGraw-Hill.

Salmon, G., 2000. Computer mediated conferencing for management learning at the Open University. Management Learning, 31(4), pp.491-502.

Sudirman N,Tabrani Rusyan, dkk. (1990). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

William L. Comey B.A. 1982, Blended Learning and the Classroom Environment: A Comparative Analysis of Students’ Perception of the Classroom Environment across Community College Courses Taught in Traditional Face-to-face, Online and Blended Methods

(24)

Blended

Learning

Gede Aditra Pradnyana, S.Kom., M.Kom

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan program ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif dan kerjasama antara Tim dalam Kelompok Tani Wanita Anggrek dalam mengolah hasil pertanian yang

Berdasarkan pas al -pas al diat as tersebut maka tam pak bahwa para pem egang saham m inoritas mem peroleh perlindungan hukum bai k unt uk kepentingan pribadi

Prinsip kerja cara pengupasan sentrifugal (Tabel 11) adalah bahwa mete gelondong mendapat tekanan berupa tenaga hempasan yang bersal dari gaya sentrifugal yang diberikan

Tematik Madrasah Ibtidaiyah dalam pembelajaran Blended Learning, yaitu; sebayak 98% peserta merasa senang dengan penerapan Blended Learning, sebanyak 75% peserta

Hasil penelitian Anggreni (2020) menunjukkan bahwa terdapat efektivitas desain model pembelajaran Blended Learning. Hasilnya menunjukkan 1) Pembelajaran Blended

Implementasi model blended learning pada pembelajaran PPKn kelas I SD N Bonorowo Kebumen tahun ajaran 2020/2021 yaitu: Perangkat pembelajaran blended learning terdiri dari

Hasil wawancara menyatakan masih sangat banyak pemelihara Leopard Gecko pemula yang bertanya kepada peternak mengenai pemeliharaan yang baik dan benar sehingga

Model dasar yang digunakan adalah additive model yaitu nilai kegunaan taraf untuk seluruh atribut pada suatu rancangan produk tertentu bersifat saling