• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.. KATA PENGANTAR...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.. KATA PENGANTAR..."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ………..…… v

KATA PENGANTAR ... vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT……….xvi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Ruang Lingkup Masalah... 5

1.4. Orisinalitas Penelitian ... 6 1.5. Tujuan Penelitian ... 8 1.5.1 Tujuan Umum ... 8 1.5.2 Tujuan Khusus ... 8 1.6. Manfaat Penelitian ... 8 1.6.1 Manfaat Teoritis ... 8 1.6.2 Manfaat Praktis ... 9

(2)

1.7. Landasan Teoritis ... 9

1.7.1 Teori Negara Hukum ... 9

1.7.2 Teori Kewenangan ... 11

1.7.3 Teori Efektivitas Penegakan Hukum ... 14

1.8. Metode Penelitian ... 18

1.8.1 Jenis Penelitian ... 18

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 19

1.8.3 Bahan Hukum ... 20

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data ... 22

1.8.5 Teknik Analisis ... 22

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR 2.1 Pengertian Kendaraan Bermotor ... 24

2.2 Istilah dan Pengertian Pemindahan Kendaraan Bermotor ... 28

2.3 Prosedur Pemindahan Kendaraan Bermotor ... 30

BAB III. PENGATURAN DAN PELAKSANAAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR 3.1 Dasar Hukum Pengaturan Pemindahan Kendaraan Bermotor ... 32

3.2 Prosedur Pelaksanaan Pemindahan Kendaraan Bermotor ... 37

BAB IV. FAKTOR PENDUKUNG DAN KENDALA DALAM

PELAKSANAAN PEMINDAHAN KENDARAAN

(3)

Kendaraan Bermotor ... 44 4.2 Kendala dalam Pelaksanaan Pemindahan Kendaraan

Bermotor ... 51 BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 55 5.2 Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(4)

No. Tabel Halaman

1. Daftar Rekapitulasi Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan (LLAJ) di Kota Denpasar Januari – Desember Tahun 2015 ... 48 2. Daftar Rekapitulasi Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan

(5)

ABSTRAK

Pemerintah Kota Denpasar melalu Dinas Perhubungan bersama pihak terkait lainnya telah melakukan berbagai usaha untuk menurunkan tingkat kepadatan lalu lintas yang diakibatkan oleh kendaraan yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang berhenti atau parkir sebagaimana didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005.Dengan bertambahnya kendaraan dan tidak diimbangi dengan perkembangan jalan, sehingga pengendara memarkir kendaraannya pada ruas jalan yang dilarang untuk parkir. Pemerintah Kota Denpasar melakukan tindakan berupa pemindahan kendaraan. Pemindahan kendaraan bermotor di jalan adalah kegiatan untuk memindahkan penempatan kendaraan bermotor dari jalan/lokasi yang dilarang untuk berhenti dan atau parkir ke tempat lain yang ditujuk. Hal ini bertujuan untuk mengatasi gangguan terhadap kenyamanan, keamanan, dan kelancaran lalu lintas. Dengan latar belakang tersebut permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan dan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar serta apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris dengan pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach) dan pendekatan fakta (The Fact Approach), artinya dalam meneliti masalah dengan menggunakan fakta-fakta yang terjadi tentang penegakan peraturan daerah terhadap pemindahan kendaraan bermotor di jalan dengan kajian terhadap perundang-undangan yang dikaitkan dengan permasalahan yang ada.

Hasil penelitian menunjukan Dinas Perhubungan Kota Denpasar mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor dengan berpedoman pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28 Tahun 2001 tentang Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota Denpasar, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraaan Bermotor di Jalan, danSOP Nomor 194/007/DISHUB/2010. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar adalah kurangnya petugas, minimnya sarana dan prasarana, tidak tersedianya tempat penyimpanankendaraan dan masih kurangnya kesadaran masyarakat. Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pertama Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perhubungan mempunyai kewenangan untuk melakukan pemindahan kendaraan yang parkir dipinggir jalan tidak pada tempatnya. Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat yang telah ditentukan.

(6)

2005. With increasing vehicle and not offset by the development of the road, so motorists to park their vehicles on roads that area prohibited for parking. Denpasar city government take action in the from of transfer of a vehicle. Removal vehicles on the roads is an activity to move the placement of a motor vehicle from the road/location prohibited to stop or npark to another place location. It aims to overcome the disruption of comfort, safety, and smooth traffic. Againts the background of the issues studied in this thesis is how regulation and implementation of the city of Denpasar and whether that is an obstacle in the implementation of the transfer of motor vehicles to stop or park in a place that is prohibited.

This type of research used by the author is the kind of empirical legal research with the approach of legislation (The Statute Approach) and the approach of the facts (The Fact Approach), meaning that in researching the problem by using the facts that occurred on the enforcement of local regulations on the transfer of motor vehicles on the road with the study of the law associated with the existing problems.

The results showed Denpasar city transportation department has the authority in the implementation of the transfer of a motor vehicle by referring to the Law of the Republic of Indonesia Number 22 Year 2009 regarding Traffic and Road Transportation, Government Regulation No. 55 Year 2012 on vehicles, Denpasar City Regional Regulation No. 28 Year 2001 concerning the Stipulation signs Traffic, trail Marker and Paraphernalia Cues Traffic on sections of road Certain in Denpasar, Regional Regulation Denpasar Number 5 of 2005 concerning Levies Displacement Motor Vehicles on Roads, and in carrying out the transfer of a motor vehicle in accordance with SOP No. 194/007 / DISHUB / 2010. Obstacles encountered in the implementation of the transfer of a motor vehicle in the city of Denpasar is a lack of staff, lack of infrastructure, lack of storage space and the vehicle is still a lack of public awareness. Of the results of the study it can be concluded that the first government of Denpasar city through the transportation department has the authority to transfer vehicle parked alongside a road is not in place. Both in its implementation are still many obstacles, such as infrastructure and the lack of discipline motorists for park in a designated place.

(7)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan sektor pariwisata di Bali telah membuka perkembangan diberbagai sektor seperti sektor jasa, industri kecil, perdagangan, pendidikan, maupun transportasi. Telah terbukti sektor-sektor tersebut menjadi pemacu pertumbuhan perekonomian masyarakat Kota Denpasar pada khususnya. Denpasar sebagai ibu Kota Provinsi Bali tumbuh sangat pesat, karena sebagai pusat perkantoran baik untuk pemerintah maupun swasta, pusat pendidikan, pusat perdagangan dan pusat pemasaran produk industri besar dan kecil lainnya.

Berdasarkan data yang di peroleh dari situs resmi Kota Denpasar, jumlah penduduk Kota Denpasar sesuai dengan hasil sensus pada tahun 2010 berjumlah 788.445 jiwa. Tahun 2010 angka kerja di Kota Denpasar sebanyak 310.832, dengan rincian 9.506 orang terserap di sektor pertanian, 35.245 terserap di sektor industri, 127.581 terserap di sektor perdagangan, hotel dan restoran, 20.816 di sektor transportasi, 17.026 terserap di sektor konstruksi dan 10.658 di sektor jasa-jasa lainnya.1 Tentunya data ini semakin mendukung perkembangan berbagai sektor kehidupan di Kota Denpasar.

Implikasi dari jumlah penduduk yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan berpengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakat Kota Denpasar. Berbagai permasalahan di tengah masyarakat muncul seperti permasalahan

1http://www.denpasarkota.go.id/index.php/selayang-padang/4/kondisi-kemasyarakatanDiakses

(8)

sampah dan limbah pencemaran lingkungan, adanya gelandangan dan pengemis, kedatangan penduduk pendatang, banyaknya pedagang kakilima, serta permasalahan yang hampir dapat ditemukan disepanjang jalan Kota Denpasar yaitu parkir sembarangan.

Permasalahan parkir di Kota Denpasar tidak dapat dilepaskan dari mobilitas tinggi berlalu lintas oleh masyarakat. Peningkatan kepadatan lalu lintas sangat dirasakan di jalan-jalan menuju sekolah, perkantoran, pusat perdagangan, maupun daerah tujuan wisata. Kepadatan yang paling dirasakan pada saat masyarakat memulai aktivitasnya di pagi hari seperti mengantar anak ke sekolah maupun berangkat ke tempat kerja. Kepadatan lalu lintas di Kota Denpasar bukan lagi merupakan kepadatan yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah kendaraan, namun banyaknya kendaraan bermotor yang parkir sembarangan di ruas jalan, sehingga mengakibatkan berkurangnya bahu jalan untuk berlalu lintas.

Sebagaimana diamanatkan oleh ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan bahwa penyediaan fasilitas parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar ruang milik jalan sesuai dengan izin yang diberikan. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, fasilitas parkir untuk kepentingan umum harus diselenggarakan berdasarkan izin atau persetujuan pemerintah. Fasilitas parkir yang tidak ditujukan untuk umum dan memang tidak diperkenankan sebagai lahan parkir akan disertai dengan marka jalan berupa petunjuk-petunjuk yang menjelaskan bahwa di tempat tersebut tidak diperbolehkan untuk parkir. Namun dalam kenyataannya di Kota Denpasar masih saja ditemukan tindakan

(9)

3

pengendara mobil maupun sepeda motor yang melanggar ketentuan larangan parkir tersebut.

Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perhubungan bersama pihak terkait lainnya telah melakukan berbagai usaha untuk menurunkan tingkat kepadatan lalu lintas yang diakibatkan oleh parkir sembarangan sebagaimana didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28 Tahun 2001 tentang Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota Denpasar, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, dan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum. Sebagaimana bunyi ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, bahwa kendaraan bermotor dan atau kereta tempelan yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang berhenti atau parkir baik yang disengaja atau mengalami kerusakan teknis/mogok wajib dipindah ketempat lain oleh pengemudi kendaraan dimaksud agar tidak menggangu kelancaran lalu lintas. Mendasarkan pada ketentuan pasal tersebut, maka tindakan memarkir kendaraan di tempat yang dilarang berhenti merupakan tindakan pelanggaran dan mengganggu kelancaran lalu lintas. Bentuk tindakan mengganggu kelancaran lalu lintas merupakan kegiatan yang mengganggu ketertiban umum sebagaimana termaksud dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2005 tentang Ketertiban Umum.

(10)

Tindakan penertiban yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Denpasar tidak hanya dilakukan satu atau dua kali saja. Tindakan tersebut bahkan dilakukan berulang-ulang. Tentunya hal tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat di Kota Denpasar tidak jera dengan prosedur pemindahan kendaraan bermotor yang telah diterapkan sehingga masih saja memarkir kendaraannya ditempat dengan ketentuan larangan parkir.

Meskipun upaya penertiban tersebut telah dilakukan secara maksimal, dalam kenyataannya masih saja ditemukan kendaraan-kendaraan yang melanggar di tempat larangan parkir. Langkah Dinas Perhubungan Kota Denpasar melakukan pemindahan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar terkait terhadap kendaraan-kendaraan yang melanggar tidak mampu menurunkan tingkat pelanggaran atas larangan parkir. Padahal apabila diperhatikan dengan seksama, prosedur pemindahan kendaraan ini dianggap mampu membuat jera pihak-pihak yang melanggar. Mencermati uraian sebagaimana disampaikan penulis di atas, penulis terdorong untuk menjadikan sebagai penelitian dengan judul “Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005

Berkaitan Dengan Pemindahan Kendaraan Bermotor”

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena dengan perumusan masalah seorang peneliti telah mengidentifikasi persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai menjadi jelas, terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan.

(11)

5

Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang hendak diteliti dan dibahas dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan dan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 ?

2. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanakan pemindahan kendaraan bermotor yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian untuk membatasi area penelitian yaitu pembatasan terhadap masalah untuk diperjelas batas kajiannya. Kajian masalah dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, yang berkaitan dengan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor.

Kajian didahului dengan pembahasan mengenai pengaturan dan pelaksanaan pemindahaan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005. Selanjutnya dibahas mengenai faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanakan pemindahan kendaraan bermotor yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang sesuai dengan penerapan prosedur pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005.

(12)

1.4 Orisinalitas Penelitian

Skripsi ini merupakan karya tulis asli dari penulis sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ini dibuat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Universitas Udayana, melalui buku, peraturan perundang-undangan, dan internet. Sebelumnya, peneliti telah melakukan riset apakah ada penelitian dengan judul dan rumusan masalah yang sama atau tidak. Hasilnya penelusuran menemukan beberapa penelitian yang serupa namun memiliki judul dan rumusan masalah yang berbeda. Berikut peneliti rangkum beberapa judul penelitian dan rumusan masalah yang serupa dalam bentuk tabel sebagai berikut :

No. Nama Peneliti Judul Rumusan Masalah

1 Herman Setiawan. Fakultas Hukum. Universitas Airlangga. Tahun 2012.

Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Kendaraan

Bermotor Di-Jatim Berkenaan Tarif Progresif.

1. Bagaimana prosedur pemungutan Pajak Progresif kendaraan bermotor dengan tarif progresif di Jawa Timur? 2. Apa permasalahan hukum yang timbul dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Tarif Progresif dan upaya hukum yang bisa dilakukan wajib

(13)

7

pajak apabila terjadi masalah dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Tarif Progresif ?

2 Desak Widhiatuti.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Universitas Hasanuddin.

Tahun 2016

Efektivitas Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor Bersama Samsat

Polewali Mandar.

Bagaimana efektivitas pemungutan pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama Samsat Polewali Mandar ?

Sumber : http://repository.unair.ac.id/11059/1/8.%20Skripsi.pdf ;

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/17740/LENGKAP.pdf?s equence=1

Dari hasil penelusuran diatas, dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan dengan Pemindahan Kendaraan Bermotor adalah sepenuhnya hasil pemikiran dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

(14)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya ilmiah ini terdiri dari dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.5.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengatahui dan mengkaji pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan dengan pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar.

1.5.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini pertama adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah pengaturan dan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005, kedua untuk mengetahui apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam bidang pendidikan terutama dalam bidang Ilmu Hukum khususnya Hukum Administrasi Negara berkaitan dengan prosedur pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar.

(15)

9

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang hendak ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain: a) Bagi penulis adalah kajian ini bermanfaat untuk mengetahui dan juga

menambah pengetahuan mengenai Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 terutama mengenai prosedur pemindahan kendaraan bermotor dijalan.

b) Bagi masyarakat diharapkan dengan adanya peraturan daerah ini, masyarakat memperoleh penjelasan bahwa penerapan Peraturan Daerah ini guna memberikan ketaatan dan kedisiplinan serta kenyamanan dalam berlalu lintas bagi masyarakat yang berada di Kota Denpasar.

c) Bagi pemerintah adalah dapat menginformasikan secara jelas kepada masyarakat tentang penegakan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 khususnya yang berkaitan dengan prosedur pemindahan kendaraan bermotor.

1.7 Landasan Teoritis

Untuk mengkaji permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini digunakan beberapa landasan teoritis sebagai berikut:

1.7.1 Teori Negara Hukum

Teori negara hukum dipergunakan sebagai landasan teoritis yang relevan dipergunakan dalam penelitian ini. Hal ini karena ajaran negara hukum merupakan hal yang ingin diwujudkan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sejak awal kemerdekaan hingga

(16)

pasca amandemen. Dalam negara hukum, hukum memiliki kedudukan tertinggi dalam negara sehingga setiap hal dilaksanakan berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Secara Konstitusional Negara Indonesia adalah Negara Hukum, hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Untuk dapat disebut sebagai negara hukum maka harus memiliki dua unsur pokok yakni adanya perlindungan Hak Asasi Manusia serta adanya pemisahan dalam negara2.

Istilah negara hukum di Indonesia dipadankan dengan 2 (dua) istilah bahasa asing yaitu Rechtstaat dan Rule of Law, namun kedua istilah tersebut haruslah dibedakan. Rechtstaat merupakan istilah dari bahasa Belanda yang digunakan untuk menunjuk tipe negara hukum yang diterapkan di negara-negara yang menganut civil law system. Istilah Rule of Law berasal dari bahasa Inggris dan digunakan untuk menunjuk tipe negara hukum dari negara-negara yang menganut common law system.3

Kemudian di jelaskan unsur-unsur yang terdapat didalam istilah Rechtsaat oleh Frederich Julius Stahl yaitu ; Unsur-unsur Rechtstaat menurut Frederich Julius Stahl terdiri atas 4 (empat) unsur pokok, yaitu:

a. Adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;

b. Adanya pembagian kekuasaan didasarkan pada teori trias politika;

c. Pemerintah berdasarkan undang-undang (wetmatigheid van bestuur); dan d. Adanya peradilan administrasi atau peradilan tata usaha negara dalam

perselisihan (ada peradilan administrasi atau peradilan tata usaha negara yang

2Moh Kusnardi dan Bintang R. Saranggih, 2000, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet 4, Gaya

Media Pratama, Jakarta, h. 132.

3I Dewa Gede Atmadja, 2010, Hukum Konstitusi Problematika Konstitusi

(17)

11

bertugas menangani kasus perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pemerintah).4

Kemudian di jelaskan unsur-unsur yang terdapat didalam Konsep Rule of Law dikemukakan oleh A.V. Dicey memuat 3 (tiga) unsur. Adapun ketiga unsur Rule of Law yang dikemukakan oleh A.V. Dicey dapat diuraikan sebagai berikut: a. Supremasi hukum (supremacy of low)dari regular law untuk menentang

pengaruh dari arbitrary power dan meniadakan kesewenang-wenangan, prerogative atau discretionary authority yang luas dari pemerintah;

b. Persamaan di hadapan hukum (equality before the law) dari semua golongan kepada ordinary law of the land yang dilaksanakan oleh ordinary court. Ini berarti bahwa tidak ada orang yang berada di atas hukum, baik pejabat maupun warganegara biasa berkewajiban menaati hukum yang sama;

c. Konstitusi adalah hasil dari the ordinary law of the land, bahwa hukum konstitusi bukanlah sumber tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak individu yang dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan, singkatnya, prinsip-prinsip hukum privat melalui tindakan peradilan dan parlemen sedemikian diperluas sehingga membatasi posisi Crown dan pejabat-pejabatnya.5

Sebagaimana dikemukakan konsep negara hukum terdapat dua konsep yaitu Rechtstaat dan Rule of Law, dimana dalam konsep Rechtstaat menyatakan bahwa tindakan pemerintah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan wetmatigheid van bestuur/Asas Legalitas, dari sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara asas legalitas dengan kepastian hukum karena semua tindakan pemerintah harus berdasarkan hukum.

1.7.2 Teori Kewenangan

Wewenang merupakan hal yang esensial dalam kajian hukum administrasi negara karena berhubungan dengan pertanggungjawaban hukum dan penggunaan wewenang tertentu. Dalam hukum tata negara dan hukum administrasi negara,

4Yopi Gunawan, 2015, Perkembangan Konsep Negara Hukum & Negara Hukum Pancasila

, PT Refika Aditama, Bandung, h. 50.

5Iriyanto A Baso Ence, 2006, Negara Hukum dan Hak Uji Kosnstitusionalalitas Mahkamah

(18)

istilah “kekuasaan” dan “wewenang” terkait erat dengan pelaksanaan fungsi pemerintahan, karena dalam teori kewenangan dijelaskan bahwa untuk melaksanakan fungsi pemerintahan, kekuasaan dan kewenangan sangatlah penting. Bedanya antara kekuasaan dengan wewenang (authority) adalah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat.6

Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang wewenang dalam kaitanya dengan kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberikan oleh Undang-Undang) atau dari kekuasaan eksekutif/administratif. Kewenangan adalah kekuasaan terhadap golongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik.7

Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten en plichten). Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (zalfregelen) dan mengelola sendiri

6Soerjono Soekanto, 1980, Pokok Pokok Sosiologi Hukum, CV. Rajawali, Jakarta,

(selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h. 80.

(19)

13

(zelfbesturen), sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan.8

Secara teori kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan diperoleh dengan tiga cara, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Dalam hal ini, Van Wijk mendefinisikan hal-hal tersebut sebagai berikut :

1. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan.

2. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah dari satu organ pemerintah kepada organ pemerintah lainnya.

3. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangan dijalankan oleh organ lainnya atas namanya.9

Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh Undang-Undang Dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan mandat adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan.

Berdasarkan pemaparan diatas, terkait dengan teori kewenangan pada penulisan skripsi ini, yang berjudul pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan dengan pemindahan kendaraan bermotor merupakan kewenangan dari Dinas Perhubungan sebagaimana dijelaskan pada pasal 8 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan. Sehingga kewenangan Dinas Perhubungan dikualifikasikan sebagai mandat. Mandat yang dimaksud merupakan

8Ridwan HR, 2002, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h .99. 9Hutauruk Marulam, 1978, Asas-Asas Ilmu Negara, Erlangga, Jakarta, h. 102.

(20)

penjabaran dari penegasan Pasal 2 ayat (2) Perda Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan.

1.7.3 Teori Efektivitas Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman prilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Menurut Soerjano Soekanto inti dari penegakan hukum adalah keserasian hubungan antara nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantap dan berwujud dengan prilaku sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kecenderungan adalah demikian, sehingga pengertian law

enforcement begitu popular.10

Berdasarkan penjelasan diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan sementara, bahwa masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut :11

a. Faktor hukumnya sendiri

10Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h. 7.

(21)

15

Dalam faktor hukumnya sendiri, akan dibatasi pada undang-undang saja.Mengenai faktor hukum dalam hal ini dapat di ambil contoh pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan.

b. Faktor penegak hukum

Faktor ini meliputi pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Proses penegakan hukum dalam kenyataannya memuncak pada pelaksanaan oleh para pejabat penegak hukum itu sendiri.12 Penegakan hukum akan dibatasi pada kalangan yang secara langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak hanya mencakup law enforcement, akan tetapi juga peace maintenance.13

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain, mencangkup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya.14

Penegakan peraturan akan berjalan dengan baik jika aparat penegakan memiliki pendidikan yang memadai, memiliki tata kelola organisasi yang baik, ditambah dengan keuangan yang mencukupi.

12Yuniasril Ali, 2007, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.244. 13Soerjono Soekanto II, op.cit, h. 19.

(22)

d. Faktor masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.15 Masyarakat Indonesia mempunyai pendapat mengenai hukum antara lain :

1. Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan,

2. Hukum diartikan sebagai disiplin, yakni sistem ajaran tentang kenyataan,

3. Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, yakni patokan perilaku pantas yang diharapkan,

4. Hukum diartikan sebagai tata hukum (yakni hukum positif tertulis), 5. Hukum diartikan sebagai petugas ataupun pejabat,

6. Hukum diartikan sebagai keputusan pejabat atau penguasa, 7. Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan,

8. Hukum diartikan sebagai prilaku teratur dan unik, 9. Hukum diartikan sebagai jalinan nilai,

10. Hukum diartikan sebagai seni.16

Masalah yang timbul sebagai akibat anggapan masyarakat adalah mengenai penerapan perundang-undangan. Kalau penegak hukum menyadari bahwa dirinya dianggap hukum oleh masyarakat, maka tidak mustahil bahwa perundang-undangan ditafsirkan terlalu luas atau terlalu sempit. Selain itu, mungkin timbul kebiasaan untuk kurang menelaah perundang-undangan yang kadangkala tertinggal dengan perkembangan di dalam masyarakat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, anggapan-anggapan dari masyarakat tersebut harus mengalami perubahan-perubahan di dalam

15Ibid,h.45. 16Ibid, h. 45-46

(23)

17

kadar-kadar tertentu. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan melalui penerapan atau penyuluhan hukum yang senantiasa dievaluasi hasil-hasilnya, untuk kemudian dikembangkan lagi. Kegiatan-kegiatan tersebut nantinya akan dapat menempatkan hukum pada kedudukan dan peran yang semestinya.17

e. Faktor kebudayaan

Kebudayaan hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut, lazimnya merupakan pasangan nilai nilai yang mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus diserasikan.

Pasangan nilai yang berperan dalam hukum, adalah sebagai berikut : 1. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman,

2. Nilai jasmaniah/kebendaan dan nilai rohaniah/keakhlakan,

3. Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebaruan/inovatisme.18 Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari pada efektivitas penegakan hukum.19

17Ibid,h.54-55. 18Ibid, h.59-60. 19Ibid, h. 9.

(24)

1.8 Metode Penelitian

Penentuan metode penelitian yang tepat sangat penting dalam sebuah penelitian. Metode merupakan cara untuk melaksanakan pekerjaan, pemilihan, metode yang tepat akan mempermudah suatu penelitian. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Hal ini sejalan dengan esensi ilmu untuk memperoleh interelasi yang sistematis.20 Adapun metode yang digunakan dalam skripsi ini meliputi :

1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.21 Penelitian yang dilakukan dalam kaitannya dengan penulisan penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris. Penelitian Hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya kesenjangan antar norma dengan prilaku masyarakat (kesenjangan antara das Sollen dan das Sein atau antara the Ought dan the is atau antara yang seharusnya dengan senyatanya di lapangan). Obyek penelitian hukum empiris berupa pandangan, sikap, dan prilaku masyarakat dalam penerapan hukum.22

Peter Mahmud Marzuki berpendapat bahwa penelitian hukum empiris adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama

20Bambang Sunggono, 2007, Metodelogi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo, Jakarta, h.

44.

21Soerjono Soekanto, 2004, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, (selanjutnya disingkat

Soerjono Soekanto III) h.42.

22Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum

(25)

19

dengan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan, wawancara ataupun penyebaran kuisioner dan data yang diperoleh dari kepustakaan sebagai sumber kedua.23 Penelitian hukum empiris adalah sebuah metode penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian nyata atau dapat dikatakan melihat, meneliti bagaimana bekerjanya hukum di masyarakat.24

Berdasarkan atas pandangan diatas orientasi pengkajian dalam kajian ini menitik beratkan mengenai pelaksanaan Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan dengan pemindahan kendaraan bermotor.

1.8.2 Jenis Pendekatan

Penelitian hukum umumnyamengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yakni : a) Pendekatan Kasus (The Case Approach)

b) Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach) c) Pendekatan Fakta (The Fact Approach)

d) Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach)

e) Pendekatan Frasa (Words & Phrase Approach) f) Pendekatan Sejarah (Historical Approach)

g) Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)25

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan-pendekatan. Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum ini adalah pendekatan

23Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 35.

24Amiruddin dan Zainal Azikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, h. 133.

(26)

perundang-undangan, dan pendekatan fakta. Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.26 Pendekatan fakta dilakukan dengan cara mengadakan penelitian berupa wawancara dan data-data langsung pada suatu instansi atau lembaga yang menjadi obyek penelitian.

1.8.3 Bahan Hukum

Dalam penyusunan skripsi ini sumber data yang didapatkan dengan penelitian lapangan yang menghasilkan data primer dan penelitian kepustakaan yang menghasilkan data sekunder.

1. Data primer yang sumber datanya diperoleh dari penelitian secara langsung dilapangan (field research) melalui wawancara.

2. Data sekunder adalah data yang dapat diperoleh dengan metode penelitian kepustakaan (library Research), yaitu penelitian yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan seterusnya yang berhubungan dengan masalah yang di bahas.27

Data dan bahan-bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari : a. Data primer adalah data yang diperoleh dari informasi yang berkaitan dengan kejadian di lapangan. Dalam hal ini dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Denpasar.

26Peter Mahmud Marzuki,op.cit, h. 93.

27Rony Hanitjo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum, dan Jurimetri, Cet III, Ghalia

(27)

21

b. Data sekunder adalah data yang di dapat dari dokumen-dokumen, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Adapun bahan bahn hukum yang diteliti sebagai berikut :

a) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas (autoritatif). Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan suatu peraturan perundang-undangan, dan putusan hakim.28 Bahan hukum primer dalam penulisan ini adalah bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan, antara lain yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28 Tahun 2001 tentang Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota Denpasar, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum.

b) Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen yang tidak resmi. Publikasi tersebut

(28)

terdiri atas (a) buku-buku teks yang membicarakan suatu dan/atau beberapa permasalahan hukum, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum, (b) kamus-kamus hukum, (c) jurnal-jurnal hukum, dan (d) komentar-komentar atas putusan hakim.29 Bahan hukum sekunder dalam penulisan ini adalah buku-buku, tulisan/karya ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian. 1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini yaitu : a. Teknik wawancara (interview), merupakan salah satu teknik dalam

penelitian untuk mengumpulkan data. Wawancara adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara wawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data.30 Dalam hal ini teknik wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara kepada informan di Dinas Perhubungan Kota Denpasar.

b. Teknik observasi/pengamatan, merupakan salah satu teknik dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Observasi/pengamatan dilakukan dengan secara langsung kelapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi.

1.8.5 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan ini dengan menggunakan teknik analisis kualitatif atau yang juga sering dikenal dengan analisis

29Ibid, h. 54.

30Wina Sanjaya, 2013, Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode, dan Prosedur), Kencana

(29)

23

deskriptifkualitatif maka keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun sekunder, diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis, digolongkan dalam pola dan tema, diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas data.31 Dengan demikian penulisan skripsi ini dilakukan dengan menelaah data primer dan sekunder yang telah terkumpul, kemudian dianalisis menurut disiplin ilmu Hukum Administrasi Negara sehingga menjadi pembahasan yang sinergi dan terpadu. Deskripsi dilakukan untuk menguraikan dimana duduk permasalahannya dan argumentasi dilakukan untuk memberikan argumentasi penyelesaian masalah yang terjadi berdasarkan data yang ada.

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data dari pengujian hipotesis yang dilakukan maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

Kebijakan Penilaian Kinerja Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung pada Dinas Penataan Ruang Kota Bandung Tahun 2017”..

Lembar kerja hasil penyelesaian perhitungan tegangan normal dan tegangan geser Ketepatan hasil penyelesain masalah / tugas 15 1,2,3,4,5 9-11 Menerapkan perangkat lunak

Berdasarkan kandungan fosil Foraminifera planktonik yakni dengan hadirnya Globorotalia acostaensis untuk pertama kalinya pada sampel PS2, di bagian atas Formasi Ledok,

koperasi tersebut di atas di Persidangan Negeri Perak 2021 yang akan diadakan pada 17 Mac 2021 (Rabu). Bersama-sama ini disertakan pengesahan saya sebagai wakil

Analisis data menggunakan ANAVA Hasil : Penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol daun binahong dosis 50, 100 dan 200 mg/kg bb dapat menurunkan kadar

Abstrak.Air susu ibu adalah makanan terbaik bagi bayi baru lahir.Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi karena di

Peraturan tersebut disusun berdasarkan pertimbangan: Pertama, bahwa Pancasila sebagai dasar, ideologi, dan filosofis negara merupakan sumber dari segala sumber hukum