• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENENTUAN TARIF AIR BERSIH DAN KETERJANGKAUAN DAYA BELI MASYARAKAT TERHADAP TARIF AIR BERSIH KOTA JAKARTA (STUDI KASUS PT XYZ)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENENTUAN TARIF AIR BERSIH DAN KETERJANGKAUAN DAYA BELI MASYARAKAT TERHADAP TARIF AIR BERSIH KOTA JAKARTA (STUDI KASUS PT XYZ)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENENTUAN TARIF AIR BERSIH

DAN KETERJANGKAUAN DAYA BELI

MASYARAKAT TERHADAP TARIF AIR

BERSIH KOTA JAKARTA

(STUDI KASUS PT XYZ)

Annisa Lutfi Jayanti

Binus University, Jl.KH.Syahdan No. 9 Kemanggisan, (021)53696969 annisa.jayanti@gmail.com

Rida Zuraida S.T., M.T.

Binus University, Jl.KH.Syahdan No. 9 Kemanggisan, (021)53696969

Abstract

Water services in the west of Jakarta was conducted by PT. XYZ as PAM JAYA’s partner. The revenue comes from water sales volume and tariffs/rates applied. This study aimed to determine the tariff of the producer that obtained based on cost recovery approach. The water tariff/rates should be adjusted to the consumer's ability to pay, obtained based on consumer income and the amount of water charges in a month. Besides ATP, the next parameter is willingness to pay, obtained from a survey to measure the maximum amount which the consumer is willing to pay to get the service or consumer response to the tariff to be applied/offered. Based on the ATP analysis, the ability to pay of Low Income consumer category is IDR.5.333/m³ - IDR.19.000/m³, Medium Income: IDR.5.333/m³ - IDR.47.000/m³, High Income: IDR.11.750/m³ - IDR.47.000/m³. Based on the willingness to pay (WTP) from the Low Income category: IDR.1.238/m³ - IDR.4.000/m³, Medium Income: IDR.5.278/m³ - IDR.6.684/m³; High Income: IDR.4.000/m³ - IDR.9.334/m³. The water tariff/rates that applies is in accordance with the conditions of the company and is in accordance with the conditions of the consumers, if viewed in terms of Public ATP and WTP. (ALJ)

Keywords: Ability To Pay, Willingnees To Pay, Tariff, Drinking Water, Jakarta

Abstrak

Pelayanan air bersih di kota Jakarta bagian barat dilaksanakan oleh PT. XYZ selaku mitra PAM JAYA. Pendapatan PT. XYZ berasal dari volume penjualan air dan tarif yang diberlakukan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui besaran tarif dari sisi produsen, yang diperoleh berdasarkan pendekatan pemulihan biaya operasional. Tarif yang diperoleh harus disesuaikan dengan kemampuan membayar (ability to pay), diperoleh berdasarkan pendapatan dan besaran biaya air yang dibayarkan dalam sebulan. Selain itu, parameter selanjutnya adalah kesediaan untuk membayar (willingness to pay), diperoleh dari survei untuk mengukur jumlah maksimum yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan layanan atau tanggapan konsumen terhadap tarif yang ditawarkan. Berdasarkan analisis ATP, kemampuan bayar konsumen rumah tangga kategori low income sebesar Rp.5.333/m³ - Rp.19.000/m³, medium income sebesar Rp.5.333/m³ - Rp.47.000/m³, high income sebesar Rp.11.750/m³ - Rp.47.000/m³. Berdasarkan analisis WTP, kemauan membayar konsumen rumah tangga kategori low income sebesar Rp.1.238/m³ - Rp.4.000/m³, medium income sebesar Rp.5.278/m³ - Rp.6.684/m³, high income sebesar Rp. 4.000/m³ - Rp. 9.334/m³. Tarif yang diberlakukan masih sesuai dengan kondisi perusahaan dan masih sesuai dengan kondisi masyarakat apabila ditinjau dari segi ATP dan WTP masyarakat. (ALJ)

(2)

Pendahuluan

Air bersih adalah kebutuhan pokok dan mendasar bagi manusia, yang bisa berupa air tanah air hujan, air permukaan/sungai. Kekurangan air bersih akan berpengaruh pada kualitas hidup, terutama dalam hal sanitasi dan kesehatan. Oleh karena itu, penyediaan air bersih menjadi kewajiban negara yang sangat perlu diperhatikan. Untuk menjalankan kewajibannya, pemerintah menyerahkan pengelolaan dan penyediaan air bersih kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada tahun 2011/2012, kondisi pelayanan air bersih di kota Jakarta Bagian barat dapat dilihat pada Tabel 1 di Bawah ini:

Tabel 1. Kondisi Pelayanan Air Bersih Kota Jakarta Bagian Barat 2011/2012

No. Uraian Deskripsi

Angka Satuan

1. Jumlah penduduk terlayani 2,9 Juta Jiwa

2. Cakupan pelayanan 63,5 %

3. Sambungan rumah (SR) terlayani 414.470 SR

4. Rata-rata konsumsi air (2A1; 2A2; 2A3; 2A4) 25,3; 16,3; 15,2; 20,2 M3/SR/Bulan

5. Volume Penjualan Air 159,8 Juta M3

6. Tingkat kebocoran 37,9 %

Sumber : PT. XYZ 2011/2012

Pelayanan air bersih di perkotaan harus difokuskan pada keseimbangan antara daya beli masyarakat dan biaya operasionalnya. PDAM harus menjadi badan usaha yang mandiri atau minimal mampu mencukupi biaya operasionalnya sendiri bahkan dapat turut berperan sebagai penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) setempat. Perhitungan tarif air bersih terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk produksi air bersih, biaya pemeliharaan, biaya operasional dari perusahaan serta margin keuntungan bagi investor yang telah ditetapkan. Penetapan tarif air bersih harus disesuaikan dengan kemampuan beli/bayar dari konsumen terutama jenis pelanggan rumah tangga.

Kondisi ini tentunya menuntut perusahaan untuk lebih meningkatkan daya analisa terhadap kondisi eksternal, sehingga dapat menciptakan strategi yang memiliki daya saing yang kuat. Sehubungan dengan faktor eksternal, Porter (1985) menyatakan bahwa terdapat lima kekuatan persaingan yaitu ancaman pendatang baru, kekuatan tawar-menawar pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli, ancaman produk substitusi dan persaingan di dalam industri. Inti dari pendekatan ini adalah semakin besar kelemahan dari faktor-faktor persaingan industri tersebut mempengaruhi perusahaan, maka akan semakin besar pula kemungkinan profitabilitas yang dapat dicapai oleh perusahaan. Berdasarkan masalah tersebut, maka penelitian tentang perhitungan tarif yang bisa diterima oleh produsen dan masyarakat sangat penting untuk dilakukan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah pelayanan air bersih kota Jakarta bagian barat, studi kasus di kelurahan Tegal Alur. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan survei melalui kuesioner secara langsung mengenai tarif air bersih kota Jakarta bagian barat kepada pelanggan PT XYZ khususnya pelanggan rumah tangga dan data yang berkaitan dengan perhitungan tarif kepada PT XYZ secara langsung. Selain data primer, pada penelitian ini digunakan juga data sumber sekunder yang diperoleh dari arsip dan publikasi PT. XYZ dan Badan Pusat Statistik (BPS) kota Jakarta.Data sekunder pada umumnya digunakan untuk mengitung tarif air minum dari sisi produsen berdasarkan pendekatan pemulihan biaya operasional.

Data Primer berupa kuesioner yang berisi hal-hal sebagai berikut : 1. Karakteristik responden dan informasi mengenai Ability To Pay (ATP)

 Karateristik keluarga yang menjadi objek penelitian.

 Pendapatan rumah tangga per bulan.

 Pola penggunaan air dan keluarga dalam sebulan.

 (PDAM) dalam sebulan.

2. Informasi tentang kesediaan membayar (WTP) yang berisi mengenai tanggapan konsumen terhadap tarif yang ditawarkan.

(3)

Survei dilakukan terhadap pelanggan dengan jenis pelanggan rumah tangga, mengingat bahwa prosentase terbesar dari pelanggan PDAM adalah dari jenis pelanggan rumah tangga. Setelah survei dan penelusuran data dilakukan, maka dapat dilakukan pengolahan data. Pengolahan data meliputi analisis data yang terdiri dari perhitungan tarif air minum dan analisis data survei dari pelanggan untuk mendapatkan nilai Ability To Pay dan Willingness To Pay. Analisis data perhitungan tarif dilakukan untuk mendapatkan besaran tarif air bersih dengan menghitung biaya akunting, rata-rata biaya akunting, biaya finansial, rata-rata biaya finansial, dan tingkat biaya, setelah besaran tingkat biaya diperoleh, selanjutnya besaran tingkat biaya dimasukkan ke struktur tarif.

Nilai ATP diperoleh dari hasil kali prosentase alokasi dengan penghasilan pelanggan dibagi dengan rata-rata pemakaian air pelanggan perbulan. Prosentase alokasi ditetapkan sebesar 4%. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 23 tahun 2006, tarif dikatakan terjangkau apabila pengeluaran rumah tangga per bulan untuk pemenuhan kebutuhan dasar minimum akan air tidak melebihi 4% dari rata rata pendapatan rumah tangga. Untuk mendapatkan nilai WTP digunakan metode Contingent Valuation, yaitu besarnya jumlah uang yang bersedia dibayarkan oleh pelanggan dengan memberikan suatu gambaran situasi perbaikan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan oleh perusahaan.

Pelaksanaan survei ATP dan WTP dilakukan dengan melakukan survei terhadap sampel dari pelanggan Rumah Tangga di kelurahan Tegal Alur secara proporsional, agar ukuran sampel dapat mewakili populasi target (pelanggan rumah tangga di kelurahan Tegal Alur, Jakarta Barat).Sampel adalah suatu himpunan bagian dari populasi (Walpole, 2005), jika jumlah pupulasi diketahui maka jumlah sampel dapat dihitung dengan rumus “Taro Yamane” sebagai berikut (Riduwan dan Akdon, 2007) :

1 . 2+ = d N N

n Dimana : n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d = Level Signifikansi/Derajat kesesuaian, dipilih 10 %

Hasil dan Bahasan

1. Tarif Air Minum

Tahap pertama dari penelitian adalah mengitung tarif air minum dari sisi produsen berdasarkan pendekatan pemulihan biaya operasional. Di dalam menghitung tarif air minum, harus diketahui komponen biaya operasional serta kondisi keuangan perusahaan.

Dalam menjalankan usaha penyediaan air, PT. XYZ telah mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya yang dikeluarkan sejak proses pengambilan air baku, proses produksi hingga air sampai kepada pelanggan terdiri dari beberapa komponen biaya. Besarnya komponen biaya operasional dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:

Sumber : Laporan Keuangan PT. XYZ, 2012

Gambar 1. Komponen Biaya Operasional Tahun 2011-2012

Setelah dilakukan analisis mengenai komponen biaya operasional, perlu dilakukan analisis keuangan dari PT. XYZ. Berdasarkan laporan keuangan PT. XYZ, selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:

(4)

Tabel 2. Perkembangan Laba/(Rugi) PT . XYZ Tahun 2011-2012

URAIAN 2012 2011

PENDAPATAN - BERSIH 504,748,632,477 526.150.237.898

BEBAN LANGSUNG

Bahan baku 117,937,280,557 122.937.882.799

Beban produksi dan distribusi 68,442,465,109 71.344.461.346

Penyusutan 38,825,783,586 40.472.017.071

Jumlah beban langsung 225,205,529,252 234.754.361.216

LABA KOTOR 279,543,103,225 291.395.876.682

BEBAN USAHA

Umum dan administrasi 71,972,905,585 75.024.594.341

Pelayanan pelanggan 34,311,008,381 35.765.813.042

Penyusutan 4,762,899,994 4.964.849.439

Jumlah beban usaha 111,046,813,960 115.755.256.822

LABA USAHA 168,496,289,265 175.640.619.860

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN

Pendapatan bunga 8,956,006,113 9.335.745.446

Laba selisih kurs - bersih -1,254,384,265 -1.307.570.812

Beban pendanaan -25,742,088,277 -26.833.566.254

Lain-lain - bersih 1,154,148,333 1.203.084.825

Beban lain-lain - bersih -16,886,318,096 -17.602.306.795

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 151,609,971,169 158.038.313.065

MANFAAT (BEBAN) PAJAK PENGHASILAN

Kini -40,430,072,835 -42.144.329.022

Tangguhan 3,446,630,882 3.592.769.830

Beban pajak penghasilan - bersih -36,983,441,953 -38.551.559.192

LABA BERSIH 114,626,529,216 119.486.753.873

LABA BERSIH PER SAHAM 285,667 297.779

Sumber : Laporan Keuangan PT. XYZ, 2012

Perhitungan tarif air minum kota Jakarta tahun 2013 berdasarkan sisi produsen, diperoleh melalui langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :

a. Menghitung rata-rata biaya akunting

Tabel 3. Perhitungan Rata-rata Biaya Akunting

X = Tahun dasar (2012), Y = Tahun proyeksi (2013)

KODE Rp BIAYA AKUNTING − Biaya Operasi O (X) − Biaya Pemeliharaan P (X) − Biaya Depresiasi D 47,631,880,979 − Biaya Administrasi A 124,985,891,074 − Angka Inflasi (%) i 8%

− Jumlah Air Terjual periode X X m³ 159,800,000 OPAD 376,527,403,388 − Rata-rata Biaya Akunting RTBOA 2,545

OPAD* (1 + i) (y-x) X m³

− Rata-rata Biaya Akunting RTBA 2,544.74

(Termasuk biaya bunga)

= RTBOA + RTBD dibulatkan 2,550.00

URAIAN

203,909,631,335

=

(5)

TINGKAT BIAYA RENDAH

− Biaya Operasi O (X)

− Biaya Pemeliharaan P (X)

− Biaya Administrasi A 124,985,891,074

− Angka Inflasi (%) i 8%

− Jumlah Air Terjual periode X X m³ 159,800,000

OPA 328,895,522,409

Tingkat Biaya Rendah TBR 2,223

OPA* (1 + i) (y-x) dibulatkan 2,250 X m³

203,909,631,335

=

TINGKAT BIAYA DASAR

− Perkiraan Pembayaran Pokok Pinjaman 214,467,394,005.00

− Perkiraan Pembayaran Bunga Pinjaman + Denda

-− Jumlah Pembayaran Pinjaman JP 214,467,394,005.00

− Perkiraan jumlah air terjual periode Y Y m³ 158,500,000.00

− Rata-rata Jumlah Pinjaman yang TJP 1,353.11

diperhitungkan dalam tarif JP Y m³

− Tingkat Biaya Dasar TBD 3,575.93

dibulatkan 3,600

=

= TBR + TJP

b. Menghitung rata-rata biaya finansial

Tabel 4. Perhitungan Rata-rata Biaya Finansial

BIAYA FINANSIAL

− Perkiraan Biaya Bunga periode Y FB

-− Denda priode Y FD

-− Perkiraan jumlah air terjual periode Y Y m³ 158,500,000

− Nilai Total Aset periode X TA (X) 1,825,663,029,083

− Tingkat Rata-rata Bunga dan Denda yang RTBD -diperhitungkan dalam tarif

FB + FD Y m³

− Tingkat Rata-rata hasil usaha ROA (X) 1,142

TA (X) * 10 % X m³

− Rata-rata Biaya Finansial RTBF 3,687.21

dibulatkan 3,700 = RTBA + RTBD + ROA (X)

=

=

Sumber : hasil perhitungan

c. Menghitung Tingkat Biaya, yang terdiri dari Tingkat Biaya Rendah (TBR), Tingkat Biaya Dasar (TBD) dan Tingkat Biaya Penuh (TBP).

(6)

TINGKAT BIAYA PENUH

− Rata-rata Biaya Akunting RTBA 2,544.74 − Nilai Total Aset periode X TA (X) 1,825,663,029,083.00 − Tingkat Rata-rata hasil usaha periode X ROA (X) 1,142.47

TA (X) * 10 % X m³

− Perkiraan Tingkat hasil usaha untuk FROA 1,233.86 diperhitungkan dalam tarif periode Y

− Tingkat Biaya Penuh TBP 3,778.61

dibulatkan 3,800

= ROA (X) * (1 + i) (y-x)

= RTBA + FROA =

Lanjutan Tabel 5

Sumber: hasil perhitungan

Setelah diperoleh besaran TBR,TBD dan TBP, maka besaran tersebut dimasukan ke struktur tarif. Tarif air minum kota Jakarta Tahun 2013 berdasarkan sisi produsen untuk setiap jenis pelanggan sesuai dengan Permendagri Nomor 2 tahun 1998 adalah seperti pada Tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Tarif Air Minum Kota Jakarta Tahun 2013 Berdasarkan Biaya Operasional (dari sisi Produsen)

Kelompok Pelanggan

Dasar Penetapan Tarif

0-10 m³ > 10 m3 s/d 20 m3 > 20 m3 (Rp) (Rp) (Rp) Kelompok I 2,250 2,250 2,250 Kelompok II 2,250 3,600 3,800 Kelompok III 3,600 3,800 3,800 Kelompok IV 3,800 3,800 3,800

Sumber : hasil perhitungan

2. Analisis ATP dan WTP

a. Menghitung Jumlah Sampel penelitian

Data yang dibutuhkan untuk menghitung jumlah sampel adalah data kependudukan, atau lebih spesifiknya data jumlah pelanggan air minum di lokasi yang akan ditinjau. Dari data PT. XYZ, diketahui jumlah pelanggan rumah tangga di kelurahan Tegal Alur pada tahun 2013 berjumlah 11.080 pelanggan. Data penyebaran pelanggan dapat dijelaskan pada Error! Reference source not

found.Error! Reference source not found.Gambar 2 sebagai berikut:

Gambar 2. Jumlah Pelanggan PT. XYZ di Kelurahan Tegal Alur PadaTahun 2013/2014

Berdasarkan rumus “Taro Yamane” dari populasi yang ada, diperoleh jumlah sampel seperti perhitungan berikut ini:

=

N

n

n = 11.080 / ((11.080 x 0.05

(7)

n = 386.063 ≈ 387

Maka jumlah sampel sebanyak 386.063, sehingga dalam penelitian ini jumlah sampel yang dipakai sebanyak 387 responden. Jumlah pelanggan rumah tangga sebagai populasi dan jumlah sampel pada masing-masing kelompok pelanggan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Jumlah pelanggan rumah tangga sebagai populasi dan jumlah sampel pada masing-masing kelompok pelanggan

Kelompok Pelanggan Populasi/Jumlah Pelanggan Jumlah Sampel Prosentase

2A1 3491 80 20.00%

2A2 3703 162 40.50%

2A3 1893 121 30.25%

2A4 1993 37 9.25%

Total 11080 400 100%

Sumber : data diolah

b. Pelaksanaan Survei dan Analisis Kuesioner

Responden yang ada dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Low Income, Medium Income, dan High Income. Pengelompokkan ini didasari pada pendapatan per bulan responden dan kelompok tarif berdasarkan data dari PT XYZ..

• Pengumpulan data primer (kuesioner)

Data yang dikumpulkan antara lain adalah data kondisi sosial ekonomi (pekerjaan responden, tingkat pendapatan, tingkat pemakaian air, biaya air bulanan, penilaian tarif air minum yang berlaku, penilaian rata-rata kualitas dan kuantitas air) dan kesetujuan responden terhadap kenaikan tarif.

• Analisis ATP dan WTP

Nilai ATP masing-masing responden untuk tarif air diperoleh dari hasil kali prosentase alokasi dengan penghasilan responden dibagi dengan rata-rata pemakaian air atau konsumsi air responden perbulan. Setelah diperoleh nilai ATP, kemudian nilai ATP pada kelompok kategori Income responden yang terdiri dari Low Income, Medium Income, dan High Income disusun menggunakan distribusi frekuensi.Distribusi frekuensi kumulatif ATP seperti terlihat pada Tabel 8 dibawah ini:

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kumulatif ATP

(8)

Sumber : data diolah

Perhitungan nilai WTP diperoleh dari hasil bagi jumlah pembayaran biaya air PDAM responden perbulan dengan rata-rata pemakaian air perbulan dan dikali dengan suatu tingkat prosentase tertentu yang disetujui responden. Setelah dilakukan analisis didapat hasil analisis WTP terhadap rata-rata tarif air jenis pelanggan rumah tangga seperti Tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9. Analisis WTP Untuk Tarif Pelanggan Rumah Tangga

Kategori Income Kelompok Responden

Tarif Air Minum (Rp/m3) Tarif WTP (Rp/m3) Jumlah Responden Prosentase (%) 2A1 Rp. 1.050,- s/d Rp.1.575,- Rp. 1.000,- s/d Rp.1.333,- 14 11% 2A2 Rp. 3.550,- s/d Rp.5.500,- Rp. 2.667,- s/d Rp. 4.000,- 112 89% 2A3 Rp. 4.900,- s/d Rp. 7.450,- Rp. 4.400,- s/d Rp. 5.088,- 0 0% 2A4 Rp. 6,825,- s/d Rp. 9.800,- Rp. 6.167,- s/d Rp. 6.783,- 0 0% Rp. 9.500,- s/d Rp. 10.450,- 0 0% Rp. 11.750,- s/d Rp. 12.333,- 0 0% Rp. 12.667,- s/d Rp. 13.567,- 0 0% Rp. 13.933,- s/d Rp. 18.500,- 0 0% 126 100% 2A1 Rp. 1.050,- s/d Rp.1.575,- Rp. 1.000,- s/d Rp.1.333,- 5 2% 2A2 Rp. 3.550,- s/d Rp.5.500,- Rp. 2.667,- s/d Rp. 4.000,- 90 38% 2A3 Rp. 4.900,- s/d Rp. 7.450,- Rp. 4.400,- s/d Rp. 5.088,- 13 6% 2A4 Rp. 6,825,- s/d Rp. 9.800,- Rp. 6.167,- s/d Rp. 6.783,- 53 22% Rp. 9.500,- s/d Rp. 10.450,- 2 1% Rp. 11.750,- s/d Rp. 12.333,- 54 23% Rp. 12.667,- s/d Rp. 13.567,- 12 5% Rp. 13.933,- s/d Rp. 18.500,- 7 3% 236 100% 2A1 Rp. 1.050,- s/d Rp.1.575,- Rp. 1.000,- s/d Rp.1.333,- 0 0% 2A2 Rp. 3.550,- s/d Rp.5.500,- Rp. 2.667,- s/d Rp. 4.000,- 4 11% 2A3 Rp. 4.900,- s/d Rp. 7.450,- Rp. 4.400,- s/d Rp. 5.088,- 3 8% 2A4 Rp. 6,825,- s/d Rp. 9.800,- Rp. 6.167,- s/d Rp. 6.783,- 9 24% Rp. 9.500,- s/d Rp. 10.450,- 4 11% Rp. 11.750,- s/d Rp. 12.333,- 8 21% Rp. 12.667,- s/d Rp. 13.567,- 10 26% Rp. 13.933,- s/d Rp. 18.500,- 0 0% 38 100% Low Income Medium Income High Income

Sumber : data diolah

Dari Tabel 9 di atas, maka dapat ditentukan besaran tarif air minum kota Jakarta bagian barat untuk jenis pelanggan rumah tangga menurut kesediaan membayar (WTP) konsumen seperti ditampilkan pada Tabel 10 sebagai berikut:

(9)

Tabel 10. Besaran Tarif Air Minum Kota Jakarta bagian barat berdasarkan WTP

Sumber : hasil analisis

Sebagai perbandingan, Tarif air yang diberlakukan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Struktur Tarif Air Minum PT. XYZ perkelompok pelanggan rumah tangga dan besarnya pemakaian

Kelompok Pelanggan

Dasar Penetapan Tarif

0-10 m³ > 10 m3 s/d 20 m3 > 20 m3 (Rp) (Rp) (Rp) 2A1 1.050 1.050 1.575 2A2 3.550 4.700 5.500 2A3 4.900 6.000 7.450 2A4 6.825 8.150 9.800 Sumber: PT. XYZ

Besaran tarif air minum pada Tabel 10 di atas merupakan tarif air PT XYZ kota Jakarta bagian barat berdasarkan WTP dari jenis pelanggan rumah tangga dan Tabel 11 merupakan Tarif air yang diberlakukan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Data dilihat dalam Tabel 10 tersebut di atas bahwa pada golongan low income semakin besar penggunaan air, semakin mengecil nilai WTP. Hal ini dikarenakan pemberlakukan harga yang hampir sama rata pada kubikasi pemakaian. Sehingga orang cenderung boros dalam pemakaian air dan tidak diimbangi oleh pendapatan untuk membayar tagihan air.

Pada dasarnya, tarif yang diberlakukan di kota Jakarta bagian barat masih sesuai dengan WTP warga Jakarta. Hal ini dapat dilihat perbedaan WTP dan tarif yang diberlakukan oleh pemerintah tidak terlalu jauh.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Besarnya tarif air minum kota Jakarta pada tahun 2013 menurut sisi produsen sebagai berikut : a) Jenis pelanggan Rumah Tangga Kelompok I (2A1), untuk pemakaian air 0 s/d ≥ 20 m³ sebesar

Rp. 2.250 ,-/m³.

b) Jenis pelanggan Rumah Tangga Kelompok II (2A2), untuk pemakaian air ≤ 10 m³ sebesar Rp. 2.250 ,-/m³, pemakaian air ≥ 11 m³ sebesar Rp. 3.600 ,-/m³, dan pemakaian air ≥ 21 m³ sebesar Rp. 3.800 ,-/m³.

c) Jenis pelanggan Rumah Tangga Kelompok III (2A3), untuk pemakaian air ≤ 10 m³ sebesar Rp. 3.600 ,-/m³ dan pemakaian air ≥ 11 m³ sebesar Rp. 3.800 ,-/m³.

d) Jenis pelanggan Rumah Tangga Kelompok IV (2A4), untuk pemakaian air 0 s/d ≥ 20 m³ sebesar Rp. 3.800 ,-/m³.

2. ATP dan WTP

a. Kemampuan membayar (ATP) konsumen rumah tangga

Dari hasil analisis ATP pelanggan rumah tangga terhadap tarif air PT. XYZ dengan sampel di kelurahan Tegal alur diketahui sebagai berikut:

a) Kategori : Low Income

Tertinggi adalah ≤ Rp.19.000,- per m³ dan terendah adalah ≤ Rp.5.333,- per m³. Yang termasuk kategori low income adalah pelanggan golongan 2A1.

(10)

b) Kategori : Medium Income

Tertinggi adalah ≤ Rp.47.000,- per m³ dan terendah adalah ≤ Rp.5.333,- per m³.

Yang termasuk kategori medium income adalah pelanggan golongan 2A2 dan 2A3.

c) Kategori : High Income

Tertinggi adalah ≤ Rp.47.000,- per m³ dan terendah adalah ≤ Rp.11.750,- per m³. Yang termasuk kategori high income adalah pelanggan golongan 2A4.

b. Kesediaan membayar (WTP) konsumen rumah tangga

Dari hasil analisis WTP pelanggan rumah tangga diketahui bahwa tarif WTP dari pelanggan PT. XYZ di kelurahan Tegal Alur adalah sebagai berikut:

a) Kategori : Low Income

untuk pemakaian air ≤ 10 m³ sebesar Rp. 4.000 ,-/m³, pemakaian air ≥ 11 m³ sebesar Rp. 2.667 ,-/m³, dan pemakaian air ≥ 21 m³ sebesar Rp. 1.238 ,-/m³.

b) Kategori : Medium Income

untuk pemakaian air ≤ 10 m³ sebesar Rp. 5.278 ,-/m³, pemakaian air ≥ 11 m³ sebesar Rp. 6.021 ,-/m³, dan pemakaian air ≥ 21 m³ sebesar Rp. 6.684 ,-/m³.

c) Kategori : High Income

untuk pemakaian air ≤ 10 m³ sebesar Rp. 4.000 ,-/m³, pemakaian air ≥ 11 m³ sebesar Rp. 9.278 ,-/m³, dan pemakaian air ≥ 21 m³ sebesar Rp. 9.334 ,-/m³.

Dari hasil analisis tersebut di atas bahwa pada golongan low income semakin besar penggunaan air, semakin mengecil nilai WTP. Hal ini dikarenakan pemberlakukan harga yang hampir sama rata pada kubikasi pemakaian. Sehingga konsumen cenderung boros dalam pemakaian air dan tidak diimbangi oleh pendapatan untuk membayar tagihan air.

3. Berdasarkan hasil-hasil analisis, dapat dirangkum sebagai kesimpulan sebagai berikut :

a. Tarif yang diberlakukan oleh pemerintah masih sesuai dengan kondisi perusahaan dan sesuai dengan kondisi masyarakat apabila ditinjau dari segi ATP dan WTP masyarakat. Hal ini dapat dilihat perbedaan WTP dan tarif yang diberlakukan oleh pemerintah tidak terlalu jauh.

b. Strategi bersaing yang diberlakukan PT XYZ sudah dilakukan dengan baik, hal tersebut dapat terlihat dengan pencapaian kemampuan membeli masyarakat lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan biaya produksi dan distribusi perusahaan.

Saran berdasarkan hasil penelitian untuk PT. XYZ adalah sebagai berikut :

1. Pada tarif kelompok pelanggan 2A1, seharusnya diberlakukan tarif progresif yang cukup. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pemborosan pada penggunaan air minum pada kelompok ini. Harga pada kelompok ini cenderung datar antara penggunaan air dengan volume yang kecil dan penggunaan air dengan volume besar, sehingga warga yang berada pada golongan ini cenderung menggunakan air dengan boros. Bahkan ada indikasi air diperjual-belikan kembali (eceran).

2. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk dilakukan penelitian secara berkala, sehingga dapat mengetahui ability to pay dan willingness to pay yang berkembang di masyarakat.

3. Untuk memastikan kecocokan / tepat sasaran tarif yang akan diberlakukan pada kategori pelanggan rumah tangga, maka PT. XYZ perlu melakukan survei kepuasan pelanggan untuk seluruh pelanggan rumah tangga secara bekala.

4. Untuk mempertahankan keberlangsungan perusahaan, perlu dilakukan strategi bersaing yang membuat pelanggan setia pada produk air yang diolah PT XYZ. Strategi bersaing yang dapat dilakukan yaitu strategi diferensiasi (differentiation).

(11)

Referensi

Holvad, Torben (1999). Contingent Valuation Methods Possibilities And Problems. University of North London: London.

Kotler, P., Wong, V., Saunders, J., & Armstrong, G. (2005). Principles of Marketing. Pearson Education Limited: Essex.

Mulyadi (2005). Akuntansi Biaya, edisi ke-6. STIE YKPN: Yogyakarta.

Novia, Dina (2010). Modul Tutorial Akuntansi Biaya. Universitas Brawijaya Malang. Malang

Pemerintah Republik Indonesia. (1984). Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 tahun 1984, 28/KPTS/1984 . Pemerintah Republik Indonesia: Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (1998). Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1998 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum. Pemerintah Republik Indonesia: Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (1998). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1998 Tentang Pedoman Penetapan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum. Pemerintah Republik Indonesia: Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2000). Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum. Pemerintah Republik Indonesia: Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Pemerintah Republik Indonesia: Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005

Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Pemerintah Republik Indonesia: Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Teknis Dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum. Pemerintah Republik Indonesia: Jakarta.

Porter, Michael E. 1985. Competitive Advantage. Free Press: New York

Porter, Michael E. 1997. Strategi Bersaing. Teknik Menganalisi Industri dan Pesaing. Jakarta. Penerbit Erlangga

Riduwan., Akdon (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Alfabeta: Bandung Walpole, Ronald (2005) Pengantar Statistika. Gramedia. Pustaka Utama: Jakarta.

Weygandt, Jerry J., Kieso, Donald E., Kimmel, Paul D. 2007. “Accounting principles”. Jakarta: salemba empat. (penerjemah: Ali Akbar Yulianto)

Gambar

Gambar 1. Komponen Biaya Operasional Tahun 2011-2012
Tabel  2. Perkembangan Laba/(Rugi) PT . XYZ Tahun 2011-2012
Tabel  4. Perhitungan Rata-rata Biaya Finansial
Tabel  6. Tarif Air Minum Kota Jakarta Tahun 2013 Berdasarkan Biaya Operasional (dari sisi Produsen)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan itu, definisi yang terperinci diberikan oleh Jurnal al-Insan wa al-Mujtama’ (Zarawih 2016) berhubung definisi sinkretisme (talfiqiyyah) dalam bidang sains sosial

Pada Februari 2010 di Provinsi Kepri tercatat indeks harga yang dibayar (Ib) petani mengalami kenaikan sebesar 0,09 persen dibandingkan dengan Januari 2010, atau naik dari

Menurut Hasibuan (2006) mengatakan bahwa NPL adalah suatu rasio yang dimiliki sebuah bank yang menyatakan kemampuan bank tertentu dalam mengatasi utang yang mempunyai masalah

Dari tabel diatas diketahui bahwa PT Asuransi Takaful keluarga (RO) Sidoarjo sejauh ini memperoleh pendapatanpremi yang meningkat, ini merupakan salah satu bentuk

Jadi, secara sederhana kita umpamakan sebagai berikut: suatu Negara yang mempunyai kemampuan dibidang industri pertanian dan bila konsentrasi dilakukan dibidang

Selanjutnya hasil penelitian (Falih, Muhammad Sabiq Hilal Al, 2019) yang berjudul “Pengelolaan keuangan dan pengembangan usaha pada usaha mikro kecil menengah (study kasus

Pada setting suhu 15500e durasi waktu saat suhu konstan tercapai adalah 63 menit lebih dari dua kali durasi yang tertulis pada spesifikasi alat yang pada suhu 16000e durasinya hanya