• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi. Oleh: Evelyn Novianti NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi. Oleh: Evelyn Novianti NIM:"

Copied!
318
0
0

Teks penuh

(1)

i

EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Evelyn Novianti NIM: 122114065

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016

(2)

i

EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Evelyn Novianti NIM: 122114065

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016

(3)

ii SKRIPS

(4)

iii SKRIPSI

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Apapun yang terjadi jangan pernah menyerah, kalau menyerah habislah sudah.”

-Top Ittipat-

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.”

-Confusius-

Skripsi ini aku persembahkan untuk: Mama dan Papa Adikku Elisabeth My mood booster Evi Clara Teman-teman seperjuangan MPAT Pak Joko, Ade Yuniati, Marcela Junita R.M, Aisyah Permatasari, Aloysius Reinaldo, dan Mayang Rineksi. Almamaterku

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 12 Mei 2016 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan/ atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 Juni 2016 Yang membuat pernyataan,

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Evelyn Novianti

Nomor Mahasiswa : 122114065

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDULTAHUN 2014 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 30 Juni 2016 Yang menyatakan,

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi.

3. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. FA. Joko Siswanto, MM., Akt., QIA selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, masukan, dan saran, dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pengetahuan dan arahan selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

(9)

viii

6. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah Kabupaten Gunungkidul yang telah memberikan ijin dan menyediakan semua data yang dibutuhkan untuk penelitian ini.

7. Mama, Papa, dan adikku Elisabeth yang selalu memberikan nasihat, masukan, doa, serta kasih sayang sehingga penulis selalu termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Evi Clara yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan selalu menghiburku disaat aku merasa lelah, sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan.

9. Semua teman-teman akuntansi 2012 dan MPAT kelas Pak Joko yang telah berdinamika bersama selama proses perkuliahan.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa sebenarnya skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 30 Juni 2016

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ………... 3

C. Tujuan Penelitian ………... 3

D. Manfaat Penulisan ……….... 4

E. Sistematika Penulisan ………... 4

(11)

x

A. Standar Akuntansi Pemerintahan ……….. 7

B. Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual ... 11

C. Penelitian Terdahulu ... 38

BAB III METODE PENELITIAN... 40

A. Jenis Penelitian ……….. 40

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 40

C. Objek Penelitian………... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 41

E. Teknik Analisis Data ……… 42

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL ... 45

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2014 ... 56

B. Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 ... 60

C. Pembahasan……… 157

BAB VI PENUTUP ... 189

A. Kesimpulan ……….... 189

B. Keterbatasan Penelitian ……….. 190

(12)

xi

DAFTAR PUSTAKA ... 192 LAMPIRAN ... 193

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah SAP

Kas Menuju Akrual dan SAP Akrual ... 8 Tabel 5.1 Tabel Analisis Penyajian……….... 60

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara………. 194 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian……….. 205 Lampiran 3. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul..……….. 206

(15)

xiv ABSTRAK

EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul

Evelyn Novianti NIM: 122114065 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Penyusunan laporan keuangan yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan akan mempermudah BPK untuk memberi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014. Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan antara penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul belum sepenuhnya menerapkan standar penyusunan laporan keuangan yang telah diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Kata Kunci: standar akuntansi pemerintahan, laporan keuangan, pemerintah daerah

(16)

xv ABSTRACT

AN EVALUATION OF GOVERNMENT’S FINANCIAL STATEMENT AT THE DISTRICT OF GUNUNGKIDUL IN 2014 BASED ON

GOVERNMENT’S REGULATION NUMBER 71 IN YEAR 2010 ABOUT THE GOVERNMENTAL ACCOUNTING STANDARD

A Case Study at Gunungkidul Regency Government

Evelyn Novianti Student Number: 122114065

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

This research aims to assess the consistency and the inconsistency of government’s financial statement at the district of Gunungkidul in 2014 based on Government’s Regulation No.71/2010 about the Governmental Accounting Standard. The preparation of financial statements that are based on Government’s Regulation No.71/2010 about the Governmental Accounting Standard will facilitate The Audit Board of The Republic of Indonesia to give an unqualified opinion.

This research is a case study. This research using secondary data that was government’s financial statement at the district of Gunungkidul in 2014. The data were collected through documentation and interviews. The analysis was done by comparing the presentation of the government’s financial statement at the district of Gunungkidul in 2014 with the Government’s Regulation No. 71/2010 about the Governmental Accounting Standard.

The result of this research showed that the financial report from the District of Gunungkidul has not been fully confirmed with the standard of the arranged financial report that has been set in the Government’s Regulation Number 71 in year 2010 about the Governmental Accounting Standard.

Key word: governmental accounting standard, financial report, district government.

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang menganut sistem otonomi daerah dalam pelaksanaan pemerintahannya, dimana daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri namun tetap dikontrol oleh Pemerintah Pusat dan Undang-Undang. Penerapan otonomi daerah diatur oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang didalamnya memuat tentang pengelolaan keuangan dalam rangka penyelenggaran pemerintahan. Pengelolaan keuangan daerah harus sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas yang dilakukan dengan tertib dan disiplin, karena seluruh aktivitas pembangunan negara di bidang apapun selalu menggunakan uang negara, baik pembangunan ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, maka dari itu sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan pemerintah daerah terhadap rakyat atas wewenang yang diberikan negara kepada daerah, Pemerintah Daerah harus membuat laporan keuangan Pemerintah Daerah.

(18)

Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis kas untuk mewujudkan tata kelola keuangan Pemerintah Daerah yang transparan dan akuntabel, tetapi standar tersebut diganti oleh standar baru pada tahun 2010 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual.

Dalam prosesnya, Pemerintah Indonesia tidak serta-merta dapat langsung melakukan peralihan dari sistem akuntansi berbasis kas ke sistem akuntansi berbasis akrual, maka dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa penerapan SAP berbasis akrual dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP berbasis kas menuju akrual menjadi penerapan SAP berbasis akrual. Ketentuan ini juga ada pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 di lampiran 1 dan lampiran 2. Lampiran 1 menguraikan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual yang mulai akan diterapkan paling lambat 4 (empat) tahun semenjak Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 ini ditetapkan, dan Lampiran II menguraikan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual yang diterapkan untuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun 2014.

Dengan adanya standar Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 yang mengatur pelaporan keuangan seluruh Pemerintah Daerah, maka akan tercipta keseragaman dalam hal penyajian laporan keuangan, sehingga daya banding dalam penyajian laporan keuangan pun dapat tercipta. Selain itu,

(19)

Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 membuat laporan keuangan yang disusun menjadi lebih transparan dan akuntabel.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengevaluasi penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama kepada pihak Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dituliskan penulis adalah apakah penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian dan ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

(20)

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau bahan pertimbangan bagi Kantor Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengenai penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 dalam menyusun laporan keuangan Pemerintah Daerah. 2. Bagi Pembaca

Bagi para pembaca penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya di bidang akuntansi sektor publik yang berkaitan dengan laporan keuangan Pemerintah Daerah.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan penulis mengenai bidang akuntansi sektor publik khususnya mengenai laporan keuangan Pemerintah Daerah yang menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual. Selain itu penulis juga dapat meningkatkan keterampilan dalam penelitian dan pembuatan karya tulis ilmiah.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memahami lebih jelas laporan skripsi ini, maka pembahasan dalam penelitian ini disusun secara sistematis ke dalam enam bab, yaitu:

(21)

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisikan teori-teori pendukung penganalisaan dalam penelitian ini, yang meliputi: Standar Akuntansi Pemerintahan dan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini, dan hal-hal yang akan dijelaskan adalah jenis penelitian, objek penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV : Gambaran Umum Pemerintah Daerah

Bab ini mendeskripsikan tentang gambaran umum Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

Bab V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini akan menguraikan tentang hasil analisis terhadap penelitian yang dilakukan.

(22)

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis data, saran, serta keterbatasan dalam penelitian ini.

(23)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Standar Akuntansi Pemerintahan

Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010, Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan Pemerintah. Diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 memutuskan tentang penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual, dimana dalam penerapannya dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP berbasis kas menuju akrual menjadi penerapan SAP berbasis akrual (sesuai dengan pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010). Penerapan SAP berbasis kas menuju akrual dilaksanakan sampai dengan tahun anggaran 2014, artinya tahun 2015 Pemerintah Indonesia harus menerapkan basis akrual secara penuh.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 berisi 3 lampiran yang intinya membahas tentang ketentuan-ketentuan untuk mengatur penyusunan laporan keuangan Pemerintah. Lampiran 1 membahas tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual, Lampiran 2 membahas tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual dan Lampiran 3

(24)

membahas tentang Proses Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual.

Perbedaan masing-masing standar yang termuat dalam lampiran-lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 dijelaskan secara ringkas dalam Ratmono, Dwi, dan Mahfud Sholihin (2015):

Tabel 2.1. Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah SAP Kas Menuju Akrual dan SAP Akrual

Keterangan SAP Kas Menuju Akrual SAP Akrual Komponen

Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Pokok: 1. LRA

2. Neraca 3. LAK

4. CaLK (Par 25) Laporan Opsional:

1. Laporan Kinerja Keuangan (LKK)

2. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Laporan Keuangan Pokok: 1. LRA

2. Laporan Perubahan SAL 3. Neraca

4. Laporan Operasional (LO) 5. LAK

6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

7. CaLK

Laporan Realisasi Anggaran

Diperlukan dalam rangka memenuhi kewajiban pemerintah yang diatur dalam perundangan.

Tetap diperlukan memenuhi kewajiban pemerintah yang diatur dalam perundangan.

(25)

Keterangan SAP Kas Menuju Akrual SAP Akrual Laporan

Perubahan SAL

Tidak ada laporan tersendiri. Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:

1. Saldo Anggaran Lebih Awal; 2. Saldo Anggaran Lebih;

3. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan; 4. Anggaran Tahun Berjalan; 5. Koreksi Kesalahan Pembukuan

Tahun Sebelumnya; dan lain-lain;

6. Saldo Anggaran Lebih Akhir. Neraca Akun Ekuitas disebut sebagai

Ekuitas Dana yang terbagi: 1. Ekuitas Dana Lancar:

Selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran/saldo anggaran lebih.

2. Ekuitas Dana Investasi: Mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. 3. Ekuitas Dana Cadangan:

Mencerminkan kekayaan

pemerintah yang

dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tidak lagi disebut Ekuitas Dana, hanya Ekuitas, yaitu kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.

(26)

Sumber: Ratmono, Dwi, dan Mahfud Sholihin. 2015. Akuntansi Keuangan

Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Keterangan SAP Kas Menuju Akrual SAP Akrual Laporan

Arus Kas

1. Disajikan oleh unit yang

mempunyai fungsi

perbendaharaan.

2. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran.

1. Disajikan oleh unit yang

mempunyai fungsi

perbendaharaan umum.

2. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

Laporan Kinerja Keuangan/La poran Operasional 1. Bersifat opsional.

2. Disusun oleh entitas pelaporan yang menyajikan laporan berbasis akrual.

Merupakan Laporan Keuangan Pokok.

Laporan Perubahan Ekuitas

Bersifat opsional. Merupakan Laporan Keuangan Pokok.

Catatan atas Laporan Keuangan

1. Disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA, Neraca, dan LAK harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

2. CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, Neraca, dan LAK.

1. Disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA, Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 2. CaLK meliputi penjelasan atau

daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE.

(27)

B. Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual

Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual terdapat empat laporan keuangan pokok yang harus dilaporkan, yaitu:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realisasi anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode menurut PSAP 02 paragraf 9, dan laporan realisasi anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, serta penyajiannya dilakukan selambat-lambatnya 6 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran (PSAP 02 paragraf 11-12). Agar laporan realisasi anggaran menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, maka entitas pelaporan harus menyajikan penjelasan lebih lanjut dalam catatan atas laporan keuangan, hal ini dijelaskan dalam PSAP 02 paragraf 13.

Menurut PSAP 02 paragraf 14, laporan realisasi anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos pendapatan, belanja, transfer, surplus atau defisit, penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan, pembiayaan neto, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).

Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan dalam laporan realisasi anggaran, dan rincian lebih

(28)

lanjut jenis pendapatan disajikan pada catatan atas laporan keuangan, entitas pelaporan juga menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam laporan realisasi anggaran, klasifikasi belanja menurut organisasi disajikan dalam laporan realisasi anggaran atau di catatan atas laporan keuangan, dan klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam catatan atas laporan keuangan, seperti dijelaskan dalam PSAP 02 paragraf 17-18.

Dalam PSAP 02 paragraf 20-21 menjelaskan bahwa akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan struktur anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada saat anggaran disahkan dan dialokasikan.

Laporan realisasi anggaran menurut standar ini harus menggunakan akuntansi berbasis kas, yakni basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, dimana pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah, hal ini dijelaskan dalam PSAP Nomor 02 paragraf 22 dan 31, dan akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto (PSAP 02 paragraf 25).

Transfer adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain seperti penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi (PSAP 02 paragraf 24).

(29)

PSAP 02 paragraf 34-35 menjelaskan bahwa belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah Pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah Daerah meliputi terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.

Dalam PSAP 02 paragraf 36 menjelaskan belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek, selanjutnya dalam PSAP 02 paragraf 37 mengklasifikasikan belanja modal menjadi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, dan aset tak berwujud.

Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Pusat/Daerah, sebagaimana dijelaskan dalam PSAP 02 paragraf 38.

(30)

Transfer keluar yang disajikan adalah transfer bagi hasil yang meliputi bagi hasil pajak, bagi hasil retribusi, dan bagi hasil pendapatan lainnya (PSAP 02 paragraf 40).

Di PSAP 02 paragraf 47-49 dijelaskan bahwa surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan, dan defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.

Menurut PSAP 02 paragraf 50, pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran Pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.

PSAP 02 paragraf 51-54 menjelaskan bahwa penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto. Pencairan dana cadangan mengurangi dana cadangan yang bersangkutan.

(31)

Di PSAP 02 paragraf 55-57 menjelaskan bahwa pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pembentukan dana cadangan menambah dana cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan di Pemerintah Daerah merupakan penambah dana cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.

PSAP 02 paragraf 58-59 menjelaskan bahwa pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos pembiayaan neto.

PSAP 02 paragraf 60-61 menjelaskan bahwa sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.

(32)

PSAP 01 paragraf 38 menjelaskan neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan non lancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca (PSAP 01 paragraf 39).

Dalam PSAP 01 paragraf 43 menyebutkan bahwa neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut: kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang pajak dan bukan pajak, persediaan, investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas dana, dan di PSAP 01 paragraf 44 menjelaskan bahwa pos-pos selain yang disebutkan pada paragraf 43 disajikan dalam neraca jika Standar Akuntansi Pemerintahan mensyaratkan, atau jika penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu entitas pelaporan.

PSAP 01 paragraf 48 mengatur bahwa suatu aset yang diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:

1) Diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan, atau

(33)

Semua aset selain yang disebutkan, diklasifikasikan sebagai aset non lancar.

PSAP 01 paragraf 49 merinci aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 sampai 12 bulan, surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.

Klasifikasi aset non lancar diatur dalam PSAP 01 paragraf 51 yaitu investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi non permanen dan investasi permanen (PSAP 01 paragraf 52). Dalam PSAP 01 paragraf 55 menyebutkan bahwa investasi non permanen terdiri dari pembelian surat utang negara, penanaman modal proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada fihak ketiga, dan investasi non permanen lainnya, kemudian PSAP 01 paragraf 56 menyebutkan investasi permanen yang terdiri dari penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya. Menurut PSAP 01 paragraf 58 aset tetap terdiri dari:

(34)

1) Tanah;

2) Peralatan dan mesin; 3) Gedung dan bangunan; 4) Jalan, irigasi, dan jaringan; 5) Aset tetap lainnya; dan 6) Konstruksi dalam pengerjaan.

Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya (PSAP 01 paragraf 59).

Pos aset non lancar yang terakhir adalah aset non lancar lainnya, dalam PSAP 01 paragraf 60 menjelaskan bahwa aset non lancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya, termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan, dan aset kerja sama dengan fihak ketiga.

Pengakuan aset dijelaskan dalam PSAP 01 paragraf 61 dan 62 yaitu aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh Pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal dan aset diakui juga pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.

(35)

1) Kas dicatat sebesar nilai nominal;

2) Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan; 3) Piutang dicatat sebesar nilai nominal;

4) Persediaan dicatat sebesar:

a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; b) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi

sendiri;

c) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

5) Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut; 6) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian

aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

(36)

PSAP 01 paragraf 69 menerangkan kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

Dalam PSAP 01 paragraf 70-71 dijelaskan bahwa beberapa kewajiban jangka pendek adalah utang transfer pemerintah, utang kepada pegawai, bunga pinjaman, utang jangka pendek dari fihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang, dan kewajiban jangka panjang diatur dalam PSAP 01 paragraf 72 yang intinya menjelaskan bahwa kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang jatuh temponya lebih dari 12 bulan diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka panjang.

Pengakuan kewajiban sebagaimana dijelaskan dalam PSAP 01 paragraf 75 dan 76 yaitu kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal, dan kewajiban diakui juga pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul. Pengukuran kewajiban diatur dalam PSAP 01 paragraf 77 yaitu kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.

(37)

PSAP 01 paragraf 78 berbunyi setiap entitas pelaporan mengungkapkan secara terpisah dalam neraca atau dalam catatan atas laporan keuangan:

1) Ekuitas Dana Lancar, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran/saldo anggaran lebih;

2) Ekuitas Dana Investasi; 3) Ekuitas Dana Cadangan.

Menurut PSAP 01 paragraf 79, ekuitas dana lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana lancar antara lain sisa lebih pembiayaan anggaran, cadangan piutang, cadangan persediaan, dan dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek, kemudian menurut PSAP 01 paragraf 80, ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan Pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang, selanjutnya ekuitas dana cadangan mencerminkan kekayaan Pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan perlakuan perundang-undangan, hal ini dijelaskan dalam PSAP 01 paragraf 81.

Penyajian neraca juga diatur dalam PSAP selain PSAP 01, yaitu:

a. PSAP 05 tentang akuntansi persediaan; b. PSAP 06 tentang akuntansi investasi;

(38)

c. PSAP 07 tentang akuntansi aset tetap;

d. PSAP 08 tentang konstruksi dalam pengerjaan; dan e. PSAP 09 tentang akuntansi kewajiban

3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran (PSAP 03 paragraf 14).

Dalam PSAP 03 paragraf 16 menyebutkan bahwa satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.

Komponen-komponen yang disajikan dalam pos arus kas dari aktivitas operasi yang meliputi arus masuk kas dan arus keluar kas diatur dalam PSAP 03 paragraf 19 dan 20 yaitu arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), penerimaan hibah, penerimaan bagian laba Perusahaan Negara/Daerah dan investasi lainnya, dan transfer masuk, sedangkan dalam PSAP 03 paragraf 20, arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk

(39)

belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja lain-lain/tak terduga, dan transfer keluar.

Komponen aktivitas investasi aset non keuangan diatur dalam PSAP 03 paragraf 24 yang mana menjelaskan arus masuk kas terdiri dari penjualan aset tetap dan penjualan aset lainnya, serta dalam PSAP 03 paragraf 25 menjelaskan arus keluar kas terdiri dari perolehan aset tetap dan perolehan aset lainnya.

Komponen laporan arus kas selanjutnya adalah arus kas dari aktivitas pembiayaan. Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan terdiri dari penerimaan pinjaman, penerimaan hasil penjualan surat utang negara (SUN), penerimaan dari divestasi, penerimaan kembali pinjaman, dan pencairan dana cadangan, sedangkan untuk penyajian arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan terdiri dari penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran pokok pinjaman, dan pemberian pinjaman jangka panjang, dan pembentukan dana cadangan. Penyajian komponen arus kas dari aktivitas pembiayaan ini diatur dalam PSAP 03 paragraf 27 dan 28.

Arus kas dari aktivitas non anggaran meliputi arus masuk kas dan arus keluar kas. Arus masuk kas terdiri dari penerimaan perhitungan fihak ketiga (PFK), dan kiriman uang masuk, sedangkan untuk arus keluar kas juga terdiri dari pengeluaran perhitungan fihak ketiga (PFK), dan kiriman uang keluar (PSAP 03 paragraf 30 dan 31).

(40)

Menurut PSAP 03 paragraf 33-34, entitas pelaporan Pemerintah sebaiknya menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto.

Dalam PSAP 03 paragraf 36 dijelaskan bahwa arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing harus dibukukan dengan menggunakan mata uang rupiah dengan menjabarkan mata uang asing tersebut ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal transaksi.

PSAP 03 paragraf 39 menyebutkan bahwa arus kas dari transaksi penerimaan pendapatan bunga dan pengeluaran belanja untuk pembayaran bunga pinjaman serta penerimaan pendapatan dari bagian laba Perusahaan Negara/Daerah harus diungkapkan secara terpisah. Setiap akun yang terkait dengan transaksi tersebut harus diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi secara konsisten dari tahun ke tahun.

Pencatatan investasi pada Perusahaan Negara/Daerah dan Kemitraan dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode biaya dan metode ekuitas (PSAP 03 paragraf 43). Pada PSAP 03 paragraf 45 mengatur bahwa entitas melaporkan pengeluaran investasi jangka panjang dalam Perusahaan Negara/Daerah dan kemitraan dalam arus kas aktivitas pembiayaan.

(41)

PSAP 03 paragraf 46-49 berbicara tentang arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan Perusahaan Negara/Daerah dan unit operasi lainnya, arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan perusahaan Negara/Daerah dan unit operasional lainnya harus disajikan secara terpisah dalam aktivitas pembiayaan.

Dalam PSAP 03 paragraf 50 dan 51 mengatakan bahwa transaksi investasi dan pembiayaan yang tidak mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran kas dan setara kas tidak dilaporkan dalam laporan arus kas. Transaksi tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, dan contohnya adalah perolehan aset melalui pertukaran atau hibah. Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas dan setara kas dalam laporan arus kas yang jumlahnya sama dengan pos terkait di neraca (PSAP 03 paragraf 52).

4. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan dibuat agar dapat membantu pembacanya memahami kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara keseluruhan. Sebagaimana dijelaskan dalam PSAP 04 paragraf 12, catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas, termasuk pula dalam catatan atas laporan keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang

(42)

diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

Dalam PSAP 04 paragraf 13, catatan atas laporan keuangan seharusnya:

1) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

2) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;

3) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;

4) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

5) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;

(43)

6) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

Secara garis besar, PSAP 04 terdiri dari 7 pokok bahasan, yaitu:

a. Penyajian informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Peraturan Daerah APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

b. Penyajian ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;

c. Dasar penyajian laporan keuangan dan pengungkapan kebijakan akuntansi keuangan;

d. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

e. Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;

f. Pengungkapan-pengungkapan lainnya; g. Susunan.

(44)

4. a. Penyajian informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Peraturan Daerah APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target

Pada PSAP 04 paragraf 19 mengatur bahwa kebijakan fiskal yang perlu diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan adalah kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam peningkatan pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau penggunaan pembiayaan, misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran, kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar surat utang negara.

Kondisi ekonomi makro yang pelu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan APBN/APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator ekonomi makro tersebut antara lainproduk domestik bruto/produk domestik regional bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak, tingkat suku bunga, dan neraca pembayaran (PSAP 04 paragraf 20).

Dalam PSAP 04 paragraf 21 disebutkan bahwa catatan atas laporan keuangan harus dapat menjelaskan perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan dengan

(45)

anggaran yang pertama kali disahkan oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca laporan keuangan. Dalam kondisi tertentu, entitas pelaporan belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan, misalnya jumlah unit pembangunan bangunan sekolah dasar. Penjelasan mengenai hambatan dan kendala yang ada, misalnya kurangnya ketersediaan lahan, perlu dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan (PSAP 04 paragraf 23).

4. b. Penyajian ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan

PSAP 04 paragraf 27 menjelaskan bahwa pencapaian kinerja keuangan yang telah ditetapkan dijelaskan secara obyektif dalam catatan atas laporan keuangan, dimana keberhasilan pencapaian kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi dan efektivitas suatu program. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan keluaran (output) dengan masukan (input), sedangkan efektivitas diukur dengan membandingkan hasil (outcome) dengan target yang telah ditetapkan.

Di PSAP 04 paragraf 28 mengatur bahwa ikhtisar pembahasan kinerja keuangan dalam catatan atas laporan keuangan harus:

(46)

1) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan;

2) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana kinerja keuangan dalam satu entitas pelaporan; dan

3) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh manajemen untuk dapat memberikan keyakinan yang beralasan bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan adalah relevan dan andal;

Di PSAP 04 paragraf 29 mengatur bahwa pembahasan mengenai kinerja keuangan harus:

1) Meliputi baik hasil yang positif maupun negatif; 2) Menyajikan data historis yang relevan;

3) Membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan dan rencana yang telah ditetapkan;

4) Menyajikan informasi penjelasan lainnya yang diyakini oleh manajemen akan dibutuhkan oleh pembaca laporan keuangan untuk dapat memahami indikator, hasil, dan perbedaan yang ada dengan tujuan atau rencana.

Dalam PSAP 04 paragraf 30 menerangkan bahwa untuk lebih meningkatkan kegunaan informasi, penjelasan entitas pelaporan harus juga meliputi penjelasan mengenai apa yang semestinya dilakukan dan rencana untuk meningkatkan kinerja program. Keterbatasan dan kesulitan yang penting sehubungan

(47)

dengan pengukuran dan pelaporan kinerja keuangan juga harus diungkapkan sesuai dengan relevansinya atas indikator kinerja (PSAP 04 paragraf 31). Oleh karena itu, indikator kinerja harus dilengkapi dengan informasi penjelasan yang sesuai, seperti informasi mengenai faktor yang substansial yang berada diluar kendali entitas dan informasi mengenai faktor-faktor yang membuat entitas mempunyai pengaruh penting (PSAP 04 paragraf 32-33).

4. c. Dasar penyajian laporan keuangan dan pengungkapan kebijakan akuntansi keuangan

Dalam menyajikan catatan atas laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan akuntansi, seperti dijelaskan dalam PSAP 04 paragraf 34.

4. c. 1) Asumsi dasar akuntansi

Pada PSAP 04 paragraf 35 mengatakan bahwa asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu mendasari penyusunan laporan keuangan, biasanya tidak diungkapkan secara spesifik. Pengungkapan diperlukan jika tidak mengikuti asumsi atau konsep dasar tersebut disertai alasan dan penjelasan, kemudian pada PSAP 04 paragraf 36 mengatakan bahwa sesuai dengan kerangka konseptual akuntansi Pemerintahan, asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di

(48)

lingkungan Pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:

a) Asumsi kemandirian entitas;

b) Asumsi kesinambungan entitas; dan

c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary

measurement).

4. c. 2) Pengguna laporan keuangan

PSAP 04 paragraf 40 mengatakan bahwa laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang berbeda-beda, seperti anggota legislatif, kreditor dan karyawan. Pemakai penting lain meliputi pemasok, pelanggan, organisasi perdagangan, analis keuangan, calon investor, penjamin, ahli statistik, ahli ekonomi, dan pihak yang berwenang membuat peraturan, kemudian di paragraf 41 menyebutkan para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai bagian dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan keuangan dan keperluan lain, sehingga pengungkapan kebijakan akuntansi merupakan bagian yang tidak boleh terpisahkan dari laporan keuangan (PSAP 04 paragraf 42).

(49)

Dalam PSAP 04 paragraf 45 menyebutkan pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan dan menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang secara material mempengaruhi penyajian laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas. Pengungkapan juga harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai.

PSAP 04 paragraf 46 menjelaskan secara umum, kebijakan akuntansi pada catatan atas laporan keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:

a) Entitas pelaporan;

b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;

c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;

d) Sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan masa transisi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan oleh suatu entitas pelaporan;

e) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan.

(50)

Dalam PSAP 04 paragraf 48 menambahkan walaupun kerangka konseptual akuntansi Pemerintahan menyarankan penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan keuangan Pemerintah, pernyataan penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan keuangan Pemerintah semestinya diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan. Pernyataan tersebut termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan kerangka konseptual akuntansi Pemerintahan.

PSAP 04 paragraf 50 mengatur tentang kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan, tetapi tidak terbatas pada:

a) Pengakuan pendapatan; b) Pengakuan belanja;

c) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian; d) Investasi;

e) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;

f) Kontrak-kontrak konstruksi;

g) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran; h) Kemitraan dengan pihak ketiga; i) Biaya penelitian dan pengembangan;

j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;

(51)

k) Pembentukan dana cadangan;

l) Pembentukan dana kesejahteraan pegawai; m) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.

4. d. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan

Dalam PSAP 04 paragraf 55-56 menyebutkan bahwa catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lain. Pengungkapan informasi dalam catatan atas laporan keuangan harus dapat memberikan informasi lain yang belum disajikan dalam bagian lain laporan keuangan.

4. e. Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas

Hal ini diatur dalam PSAP 04 paragraf 58-61, yaitu entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan berbasis akrual atas pendapatan dan belanja harus mengungkapkan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual dan menyajikan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas.

(52)

Tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara laporan kinerja keuangan dengan laporan realisasi anggaran.

4. f. Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya

PSAP 04 paragraf 62 mengatakan bahwa catatan atas laporan keuangan juga harus mengungkapkan informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca laporan, kemudian dalam PSAP 04 paragraf 63 mengatakan suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:

1) Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut berada;

2) Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;

3) Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan operasionalnya.

Di PSAP 04 paragraf 64 menjelaskan bahwa catatan atas laporan keuangan harus mengungkapkan kejadian-kejadian penting selama tahun pelaporan, seperti:

1) Penggantian manajemen Pemerintahan selama tahun berjalan; 2) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh

(53)

3) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada neraca; dan

4) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.

5) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang harus ditanggulangi Pemerintah.

4. g. Susunan

PSAP 04 paragraf 66 menjelaskan bahwa agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, catatan atas laporan keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut:

1) Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Perda APBD;

2) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan; 3) Kebijakan akuntansi yang penting:

a) Entitas pelaporan;

b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;

c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;

d) Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan oleh suatu entitas pelaporan;

(54)

e) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan.

4) Penjelasan pos-pos laporan keuangan:

a) Rincian dan penjelasan masing-masing pos laporan keuangan;

b) Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

5) Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual;

6) Informasi tambahan lainnya, yang diperlukan seperti gambaran umum Daerah.

C. Penelitian Terdahulu

Rintiani (2014), dalam penelitiannya dengan judul “Evaluasi Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Surabaya Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010”. Penelitian ini mengevaluasi kesesuaian penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah Kota Surabaya tahun 2013 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini

(55)

adalah metode analisis deskriptif, dan standar yang dipakai dalam penelitian ini adalah standar berbasis kas menuju akrual yang meliputi:

1. Laporan realisasi anggaran: PSAP 02 tentang laporan realisasi anggaran;

2. Neraca: PSAP 01 tentang penyajian laporan keuangan; 3. Laporan arus kas: PSAP 03 tentang laporan arus kas; dan

4. Catatan atas laporan keuangan: PSAP 04 tentang catatan atas laporan keuangan.

Hasil penelitian ini adalah Pemerintah Kota Surabaya belum sepenuhnya menerapkan standar penyusunan laporan keuangan yang diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010.

Ningtyas, Poputra, dan Lambey (2015) dengan judul “Evaluasi Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Utara”. Penelitian ini mengevaluasi kesesuaian penyajian laporan keuangan pada Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Utara dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode komparatif. Dalam penelitian ini, laporan yang dievaluasi hanya laporan realisasi anggaran dan neraca. Hasil penelitian ini adalah penyajian laporan keuangan pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Utara belum sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010.

(56)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul. Menurut Bogdan dan Biklen (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan pengujian secara rinci terhadap laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Pemerintah Kabupaten Gunungkidul di Jalan Brigjen Katamso, Wonosari, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitiannya dilakukan pada Desember 2015 sampai dengan Maret 2016.

(57)

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 yang berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu langkah strategis dalam penelitian adalah untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan dua teknik yaitu dokumentasi dan wawancara langsung. Berikut kedua teknik pengumpulan data tersebut digunakan secara bertahap:

1. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan melakukan penelusuran terhadap dokumen-dokumen yang mendukung penelitian, yaitu dengan mencatat, menyalin, dan menggandakan data-data informasi, yang meliputi gambaran umum Pemerintah kabupaten Gunungkidul, dan laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

2. Wawancara langsung

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan pedoman wawancara yang pertanyaanya

(58)

berkembang sesuai dengan situasi dan informasi yang dibutuhkan sehingga terjadi wawancara yang interaktif antara peneliti dengan pihak Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung gambaran umum Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan sebab-sebab terjadinya jika ada perbedaan penyajian antara laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

E. Teknik Analisis Data

Menganalisis data dalam suatu penelitian sangatlah diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan antara penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, tujuannya adalah untuk menilai kesesuaian dan ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini, peneliti membandingkan dokumen laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan standar akuntansi pemerintahan. Dalam hal ini yang

(59)

dipakai sebagai pedoman untuk mengevaluasi adalah Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis kas menuju akrual yang meliputi:

1) Laporan realisasi anggaran: PSAP 02 tentang laporan realisasi anggaran;

2) Neraca:

a. PSAP 01 tentang penyajian laporan keuangan; b. PSAP 05 tentang akuntansi persediaan;

c. PSAP 06 tentang akuntansi investasi; d. PSAP 07 tentang akuntansi aset tetap;

e. PSAP 08 tentang konstruksi dalam pengerjaan; dan f. PSAP 09 tentang akuntansi kewajiban;

3) Laporan arus kas: PSAP 03 tentang laporan arus kas; dan 4) Catatan atas laporan keuangan: PSAP 04 tentang catatan atas

laporan keuangan.

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Sesuai: hasil perbandingan antara laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan standar akuntansi pemerintahan adalah sama;

2) Tidak sesuai: hasil perbandingan antara laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan standar akuntansi pemerintahan adalah berbeda.

(60)

Jika terdapat ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, ketidaksesuaian yang ditemukan tersebut dijelaskan perbedaannya.

(61)

45 BAB IV

GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL

A. Geografi

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa. Letak geografi: 110 21’ sampai 110 50’ BUJUR TIMUR 7 46’ sampai 8 09’ LINTANG SELATAN. Batas Wilayah:

1. Utara : Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa Tengah) 2. Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman (Propinsi DIY)

3. Selatan : Samudera Hindia

4. Timur : Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)

B. Topografi

Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 3 (tiga) zona pengembangan, yaitu:

(62)

Zona utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m - 700 m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit, terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6 m - 12 m dari permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan bataun induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Kecamatan Ponjong bagian utara.

2. Zona Tengah

Zona tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150 m - 200 m diatas permukaan laut. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur, sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi dimusim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar antara 60 m - 120 m di bawah permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah dan Kecamatan Semanu bagian utara.

3. Zona Selatan

Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 m - 300 m di atas permukaan laut. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai

(63)

bawah tanah. Zona Selatan ini meliputi Kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan.

C. Klimatologi

Wilayah Kabupaten Gunungkidul termasuk daerah beriklim tropis, dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Wilayah selatan didominasi oleh kawasan perbukitan karst yang banyak terdapat goa-goa alam dan juga sungai bawah tanah yang mengalir. Dengan kondisi tersebut menyebabkan kondisi lahan di kawasan selatan kurang subur yang berakibat budidaya pertanian di kawasan ini kurang optimal. Kondisi klimatologi Kabupaten Gunungkidul secara umum menunjukkan kondisi sebagai berikut:

1. Curah hujan rata-rata pada Tahun 2010 sebesar 1.954,43 mm per tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 103 hari per tahun. Bulan basah 7 bulan, sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan. Wilayah Kabupaten Gunungkidul sebelah utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan. Wilayah Gunungkidul wilayah selatan mempunyai awal hujan paling akhir. 2. Suhu udara rata-rata harian 27,7° C, suhu minimum 23,2°C dan suhu

Gambar

Tabel  2.1. Penyajian  Laporan  Keuangan  Pemerintah  Daerah  SAP  Kas  Menuju  Akrual dan SAP Akrual

Referensi

Dokumen terkait

fitokimia pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nepolean dkk pada tahun 2009, serta penelitian kajian potensi biji kelor yang dilakukan oleh Rahayu pada

Surface sebagai “jendela” untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam medium merupakan wujud visual medium lilin ketika diberikan aksi, diintervensi elemen lain, dan setelah

permainan Bola Voli Pada Klub putra Japot Kabupaten Temanggung 2011. Skripsi jurusan PKLO, Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Permasalahan

Dari deskripsi hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat keterampilan teknik dasar bermain futsal siswa pada tim futsal putra dan tim futsal putri di

Halaman ini menampilkan informasi tarif pengiriman produk sesuai dengan kota tujuan pengiriman dan berat produk, admin yang terdaftar dapat memperbaharui, menambah

Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5

temperatur sintering dapat meningkatkan kekuatan tekan komposit kanvas rem pada tekanan kompaksi awal 508 MPa pada temperatur sintering 150 dan 160 o C. 4) Tekanan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah ini yang berjudul: Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Penegakan Hukum Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Di Wilayah Negara Republik