• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jumlah kendaraan yang terdapat dalam ruang yang diukur dalam interval waktu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jumlah kendaraan yang terdapat dalam ruang yang diukur dalam interval waktu"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Arus Lalu Lintas

Jumlah kendaraan yang terdapat dalam ruang yang diukur dalam interval waktu tertentu disebut arus lalu lintas.Karakteristik arus lalu lintas menjelaskan arus ciri lalu lintas secara kualitatif maupun kuantitatif dalam kaitannya dengan kecepatan, besarnya arus dan kepadatan lalu lintas serta hubungannya dengan waktu maupun jenis kendaraan yang menggunakan ruas jalan.Karakteristik diperlukan untuk menjadi acuan dalam merencanakan lalu lintas.

Karakteristik arus lalu lintas biasanya terbagi dalam 2 bagian yaitu karakteristik primer dan karakteristik sekunder. Karakteristik primer dari arus lalu lintas juga terbagi dalam 3 bagian yaitu:

1. Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui satu titik yang tetappada jalan dalam satuan waktu. Volume biasanya dihitung dalam kendaraan/hari atau kendaraan/jam. Volume juga dapat dinyatakan dalam periode waktu yang lain.

2. Kecepatan adalah perubahan jarak dibagi dengan waktu. Kecepatan dapat diukur sebagai kecepatan sesaat, kecepatan perjalanan, kecepatan ruang dan kecepatan gerak. Kelambatan merupakan waku yang hilang pada saat kendaraan berhenti, atau tidak dapat berjalan sesuai dengan kecepatan yang diinginkan karena adanya system pengendalian atau kemacetan lalu lintas.

(2)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 2

3. Kerapatan adalah rata-rata jumlah persatuan panjag jalan. Karakteristik sekunder arus lalu lintas terbagi dalam 2 yaitu :

1. Waktu antara kendaraan (Time Headway) yaitu waktu yang diperlukan antara satu kendaraan dengan kendaraan berikutnya untuk melalui satu titik tertentu yang tetap. Waktu antara kendaraan rata-rata = L/V

2. Jarak antara kendaraan (Space Headway) yaitu jarak antara bagian depan satu kendaraan dengan bagian depan kendaraan berikutnya. Jarak antarakendaraan rata-rata = L/kerapatan.

Besarnya jarak antar menentukan kapan seorang pengemudi harus mengurangi kecepatan (mengerem) dan kapan dia dapat mempercepat kendaraan. Jarak dimana kendaraan yang berada di depan mempengaruhi pengemudi yang di belakangnya disebut juga jarak antara yang menganggu (Interference Headway).

2.1.1 Volume Lalu Lintas

Karakteristik volume lalu lintas pada suatu jalan sangat bervariasi, yang tergantung pada volume total dua arah, arah lalu lintas, volume harian, volume bulanan, volume tahunan dan pada komposisi kendaraan. Jenis kendaraan yang mengunakan jalan bremacam-macam, muai dari kendaraan kecil sampai dengan kendaraan yang besar, kendaraan yang besar seperti bus dan truk memerlukan:

1. Kebebasan vertical yang lebih besar

2. Jari-jari ditikungan yang lebih besar dan pelebaran pada tikungan.

3. Jalan yang lebih besar, yaitu untuk kendaraan lain dari arah yang berlawanan yaitu yang berpapasan.

(3)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 3

Untuk mendesain jalan dan kapasitas yang memadai, maka volume lalau lintas yang diperkirakan akan menggunakan jalan harus ditentukan terlebih dahulu.Sebagai langkah awal, maka volume lalu lintas yang ada (existing) harus ditentukan dan dianalisis.

Volume lalu lintas mempunyai ciri yang berbeda menurut waktu sabagai berikut :

1. Variasi harian : arus lalu lintas bervariasi sesuai dengan hari dalam minggu. Maksud dari seseorang yang akan melakukan perjalanan bervariasi dalam satu minggu,dan pergerakan barang juga bervariasi dalam waktu tersebut. Alasan utama yang menyebabkan terjadinya variasi harian adalah karena adanya hari minggu,hari libur (took dan perkantoran tutup), hari keagamaan, hari besar,cuaca siklus perjalanan angkutan barang yang lebih dari satu hari

2. Variasi jaman : Volume lalu lintas pada umumnya rendah pada malam hari, tetapi meningkat secara cepat pada saat orang akan mulai melaksanakan aktifitas kerja pada waktu pagi hari. Volume jam sibuk biasanya terjadi pada jalan perkotaan pada saat orang melakukan perjalanaan ke dan dari tempat kerja dan sekolah. Volume jam sibuk pada jalan antar kota lebih sulit untuk diperkirakan. Arus lalu lintas puncak merupakan permitaan (demand) maksimum pada jaringan jalan. Istilah yang sering digunakan untuk itu adalah jam sibuk. Tetapi waktu sejam hanya merupkan cara untuk menyatakan waktu yang dianggap cocok. Arus puncak dapat berlangsung jauh lebih lama atau lebih pendek dalam sejam.

(4)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 4

3. Variasi bulanan : Sebab utama adanya variasi lalu lintas bulanan adalah adanya perbedaan musim seperti pada saat libur, menjelang lebaran, musim panen dan lain sebagainya.

4. Variasi arah : Volume lalu lintas dalam satu hari pada masing-masing arah biasanya sama besar, tetapi kalau dilihat pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada jam sibuk banyak orang akan melaksanakan perjalanan dalam satu arah.

Kapasitas adalah kemampuan suatu jalan yang menerima beban lalu lintas atau jumlah kendaraan maksimal yang dapat melewati suatu penampang melitang jalan pada jalur jalan selama satu jam dengan kondisi serta lalu lintas tertentu. Volume dan kecepatan juga mempengaruhi karakteristik - karakteristik penting lainya dari pelayanan transportasi, seperti kemungkinan terjadinya kecelakaan dan berat tidaknya kecelakaan yang terjadi itu. Kita tentu mengetahui bahwa kecelakaan ini akan meningkat, baik dalam jumlah maupun dalam tingkatnya apabilah kecepatan dan volume kendaraan bertambah pula.

2.2. Karakteristik Kendaraan

Pada dasarnya kendaraan dibuat sebagai salah satu dari tiga tujuan akan angkutan yaitu angkutan pribadi, angkutan umum dan angkutan barang. Karakteristik kendaraan berdasarkan fisiknya adalah dimensi, berat, dan kinerja dan kendaraan yang bersangkutan seperti remdan akselerasi. Reaksi yang di berikan oleh pengemudi tergantung oada hal-hal:

(5)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 5 • Persepsi kendaraan (perception) • Identifikasi/intelektual (intellection) • Pertimbangan atau emosi (emotion) • Reaksi pengemudi (volution

2.3.Satuan Penumpang (SMP)

2.4. Jarak Pandang

Jarak pandang adalah panjang bagian jalan didepan pengemudi yang dapat dilihat dengan jelas, diukur dari tempat kedudukan mata pengemudi. Manfaat jarak pandang adalah untuk menghindarkan tabrakan, pada saat menyiap memiliki jarak pandangan yang cukup memungkinkan pengemudi untuk berada pada lintasan berlawanan dan efiensi agar volume peleyanan dapat maksimal. Jarak pandang dapat pula dimanfaatkan untuk merencanakan penempatan rambu–rambu lalu lintas. Jarak pandang yang cukup dapat direncanakan dengan menyesuaikan rencanaannya pada dua hal yaitu jarak stopping diperutukan pada semua jalan dan jarak passing untuk 2 atau 3 jalur.

Dilihat dari kegunaannya jarak pandangan dapat dibedakan atas :

 Jarak pandang henti (Jh) yaitu jarak pandang yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan.

 Jarak pandang menyiap (Jd) yaitu jarak pandang yang dibutuhkan dapat menyiap kendaraan lain yang berada pada lajur jalannya dengan menggunakan lajur untuk arah berlawanan.

(6)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 6

Jarak pandang henti (Jh) adalah jarak minimal yang di tempuh atau panjang bagian jalan yang diperlukan oleh pengemudi untuk menghentikan kendaraannya. Jarak ini terdiri dari jarak yang ditempuh pada saat melihat penghalang sampai menginjak rem dan jarak yang ditempuh untuk berhenti setelah menginjak rem. Hal ini akan memungkinkan kendaraan berjalan dengan kecepatan rencana dan dapat diberhentikan sebelum mencapai suatu halangan yang berada pada lintasannya.

Jarak pandang henti minimum adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur jalannya.Rintangan itu dilihat dari tempat duduk pengemudi dan setelah menyadari adanya rintangan, pengemudi mengambil keputusan untuk berhenti.

Waktu yang dibutuhkan pengemudi dari saat ia menyadari adanya rintangan sampai dia mengambil keputusan disebut waktu PIEV. Jadi waktu PIEV adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses deteksi, pengenalan dan pengambilan keputusan. Besar waktu ini dipengaruhi oleh kondisi jalan, mental pengemudi, kebiasaan, keadaan cuaca, penerangan dan kondisi fisik pengemudi.Untuk perencanaan AASHTO ‟90 mengambil waktu PIEV sebesar 1.5 detik. Untuk perencanaan diambil waktu 1 detik, sehingga total waktu yang dibutuhkan dari saat dia melihat rintangan sampai menginjak rem disebut sebagai waktu reaksi adalah 2.5 detik. Jarak yang ditemouh selama waktu tersebut adalah (D1). Jarak pengereman (D2) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan dari menginjak pedal rem sampai kendaraan itu berhenti.

(7)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 7

Untuk memperhitungkan jarak pandang henti dipergunakan rumus-rumus berikut sesuai kondisi topografi jalan.

Untuk jalan datar

D = D1 + D2 D1 = 0.278 * V * t t = t1 + t2 D2 = f * 254 V2 Keterangan :

D1 = Jarak yang ditempuh saat melihat sampai menginjak rem (m)

D2 = Jarak yang ditempuh sampai berhenti setelah menginjak rem (m)

D = Jarak pandang henti (m)

V = Kecepatan rencana (km/jam)

t = Waktu untuk menempuh D1

t1 = Waktu sadar (1.5 detik)

t2 = waktu reaksi mengerem (1 detik)

f = Koefisien gesekan ban

d. untik jalan landau (tanjakan / tirunan)

D2 = L) (f * 254 V2 

(8)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 8 L = besarnya landau jalan (%)

Keterangan :

+ : untuk jalan mendaki

- : untuk jalan menurun

2.4.2. Tahanan Pengereman (Skid Resistance)

Tahanan pengereman (mengerem sampai berhenti) dipengeruhi oleh tekanan ban, bunga ban, kondisi ban, permukaan dan kondisi jalan, dan kecepatan kendaraan. Besarnya tahanan pengereman ini dinyatakan dalam “koefisien gesekan memanjang” jalan, f. Koefisien gesekan memanjang jalan (f) adalah perbandingan antara gaya gesekan memanjang jalan dan komponen gaya tegak lurus muka jalan, sedangkan bilangan geser (N) adalah 100 fm AASHTO ‟90 memberikan nilai koefisien gesekan untuk perencanaan seperti pada gambar 2.2. Berdasarkan nilai tersebut diperoleh jarak pandang henti seperti pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jarak pandang henti minimum Kecepatan Rencana Km/jam Kecepatan Jalan Km/jam F D perhitungan Untuk Vr (m ) D perhitungan Untuk Vj (m) D Desain M 30 27 0.400 29.71 25.94 25-30 40 36 0.375 44.6 38.63 40-45 50 45 0.35 62.87 54.05 55-65 60 54 0.330 84.65 72.32 75-85 70 63 0.313 110.28 93.71 95-110 80 72 0.300 139.59 118.07 12-140 100 90 0.285 207.64 174.44 175-210 120 108 0.280 285.87 239.06 240-285

Sumber : Buku „Dasar – dasar Perencanaan Geometrik Jalan‟ oleh : Silvia Sukirman,

(9)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 9

 Kecepatan jalan Vj = 90% kecepatan rencana ( Vr )

 Fm berdasarkan gambar 2.2

 D dihitung dengan rumus ( 1 ), dengan t = 2,5 detik

Grafik2.1 Koefisien gesekan memanjang jalan

Sumber : Buku „Dasar- dasar Perencanaan Geometrik jalan‟ oleh Silvia Sukirman,

Penerbit Nova

Jh terdiri dari atas 2 elemen : jarak tangkap ( dari melihat halangan sampai mengerem) dan jarak pengereman (menginjak rem sampai berhenti). TPGJAB 1997, Merumuskan dalam meter dan dengan tabel sebagai berikut :

Jh = 0,694 Vr + 0,004 Vr2 / f

Dimana f = koefisien gesek memanjang (0,35 – 0,55) Tabel 2.3 koefisien gesekan memanjang jalan

Vr(km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20

Jh min (m) 250 175 120 75 55 40 27 16

Sumber : Buku „Dasar- dasar Perencanaan Geometrik jalan‟ oleh Silvia Sukirman,

(10)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 10 2.7.3. Jarak Pandang Menyiap

Jarak pandang menyiap yaitu jarak pandang yang dibutuhkan dapat menyiap kendaraan lain yang berada pada lajur jalannya dengan menggunakan lajur untuk arah berlawanan.

Jarak pandang menyiap standar dihitung berdasarkan atas panjang jalan yang diperlukan untuk dapat melakukan gerakan menyiap suatu kendaraan dengan sempurna dan aman berdasarkan asumsi yang diambil. Apabila dalam suatu kesempatan dapat menyiap dua kendaran sekaligus, tidaklah merupakan dasar dari perencanaan suatu jarak pandangan menyiap total.

Jarak pandangan menyiap standar pada dua lajur 2 arah dihitung berdasarkan beberapa asumsi terhadap sifat arus lalu lintas yaitu :

a. Kendaraan yang disiapkan kecepatannya tetap.

b. Sebelum melakukan gerakan menyiap, kendaraan harus mengurangi kecepatannya dan mengikuti kendaraan yang akan disiap dengan kecepatan yang sama.

c. Perlu waktu pengambilan keputusan menyiap bila ruang menyiap telah tercapai

d. Apabila start terlambat pada saat menyiap harus kembali jalur, kecepatan rerata saat menyiap = 15 km/jam kendaraan yang disiap.

e. Pada saat kembali ke jalur semula perlu jarak dengan kendaraan yang arahnya mendatang.

f. Kendaran yang bergerak dari arah yang berlawanan mempunyai kecepatan yang sama dengan kendaraan yang menyiap.

(11)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 11

Gambar 2.3 Proses Gerakan Menyiap pada jalan dua lajur 2 arah

Sumber : Buku „Dasar- dasar Perencanaan Geometrik jalan‟ oleh Silvia Sukirman,

Penerbit Nova

Jarak Pandangan menyiap standar adalah : Dpm = D1 + D2 + D3 + D4

D1 = Jarak yang ditempuh selama pengamatan (P1EV) D2 = Jarak yang ditempuh selama penyiapan

D3 = Jarak antara kendaraan yang menyiap dengan kendaraan mendatang D4 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang mendatang

D1 = ) 2 * ( * 278 . 0 1 1 t a m V t   D2 = 0.278 * V * t2 D3 = 110 – 300 ft atau 30 – 100 meter D4 = 3 2 * D2

(12)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 12 Keterangan :

t1 = Waktu tempuh D1 ( 3.7 – 4.3 detik ) atau t1 = 2.12 + 0.026 * V

a = Percepatan rerata ( 2.15 – 2.45 km/jam ) atau a m = 2.052 + 0.0036* V V = Kecepatan rerata kendaraan menyiap ≈ kecepatan rencana ( km/jam ) m = Beda kecepatan kendaraan yang menyiap dan disiap ( 15 km/jam ) t2 = Waktu tempuh D2 ( 8.9 – 11.4 detik ) atau t2 = 6.56 + 0.048* V D3 = Jarak kebebasan

D4 = Jarak yang ditempuh kendaraan mendatang Tabel 2.4 Jarak pandangan menyiap

V Rencana ( Km/jam ) J. Pandangan Menyiap standar desain (m) J. pandangan menyiap standar desain (m) J. pandangan menyiap minimum perhitungan (m) J. pandangan menyiap minimum desain (m) 30 40 50 60 70 80 100 120 146 207 274 353 437 527 720 937 10 200 275 350 450 550 750 950 109 151 196 250 307 368 496 638 100 150 200 250 300 400 500 650

Sumber : Buku „Dasar- dasar Perencanaan Geometrik jalan‟ oleh Silvia Sukirman,

(13)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 13

Grafik 2.2 Korelasi antara t1 dengan t2 dengan kecepatan

Sumber : Buku „Dasar- dasar Perencanaan Geometrik jalan‟ oleh Silvia Sukirman,

Penerbit Nova

Keterangan : Mencari data kecepatan di ambil dari survey di lapangan, di titik t1 (surveyor 1) dan di titik t2 (surveyor 2)

2.8 Prasarana Jalan

Prasarana jalan merupakan faktor utama dalam transportasi, yang merupakan suatu himpunan ruas-ruas jalan, persimpangan dan fasilitas tempat kendaraan berhenti untuk menaikkan dan menurunkan muatan serta parkir. Untuk meningkatkan kemudahan gerak dan hubungan dengan ruas kegiatan jaringan jalan diklasifikasikan sedemikian sehingga meningkatkan efisiensi pergerakan. Pada dasarnya prasarana jalan terdiri atas :

1. Jalan : yang meliputi badan jalan, trotoar, drainase dan seluruh perlengkapan jalan yang terkait, seperti rambu lalu lintas, lampu penerangan, dan lain-lain.

2. Persimpangan : merupakan tempat dimana pertemuan ruas jalan yang satu dengan ruas jalan yang lain.

Jaringan jalan merupakan dasar untuk mengumpulkan dan menganalisis data mengenal prasarana jalan dan arus lalu lintas yang memakainya secara sistematis. Pada dasarnya jaringan jalan terbagi atas 2 bagian yaitu :

(14)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 14

1. Jalan antar kota : daerah luar kota pada umumnya mempunyai jumlah penduduk yang sangat kecil dan penggunaan intensitas jalan yang rendah pula. Pada daerah luar kota terdapat ciri-ciri antara lain : Jaringan antar kota di desain dengan kecepatan tinggi, mempunyai jaringan jalan pengisi.

2. Jalan perkotaan : daerah perkotaan mempunyai jumlah penduduk yang lebih tinggi. Lahan juga diperlukan untuk keperluan perkotaan, pertokoan, industri dan perumahan masyarakat. Fungsi utama dari angkutan perkotaan untuk menyediakan akses untuk lahan disekitarnya.

Jalan memiliki 2 fungsi dasar yang bertentangan, karena di satu pihak harus lancar dan di pihak lain harus memberikan kemudahan dalam penetrasi lahan yaitu : 1. Untuk menggerakan volume lalu lintas secara tinggi dan efisien ( aman ). 2. Untuk menyediakan akses bagi lahan di sekitarnya.

Klasifikasi jalan yang paling sederhana adalah dengan membagi menjadi jalan utama ( kecepatan / volume tinggi ) dan jalan minor ( akses tinggi ). Klasifikasi menurut Undang-Undang N0.13 Tahun 1980 tentang jalan dikelompokan menjadi :

1. Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan umum dengan ciri-ciri perjalan tidak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jalan masuk dibatasi secara efisien.

2. Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan / pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan dibatasi.

3. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

2.8.1. Jalur Lalu Lintas

Jalur lalu lintas disebut juga dengan travelled way atau carringe way adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas kendaraan yang terdiri atas beberapa jalur (line) kendaraan.

(15)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 15

Lajur kendaraan yaitu bagian dari jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan untuk dilewati oleh satu rangkaian beroda empat atau lebih dalam satu arah. Jumlah lajur minimal untuk jalan 2 arah adalah 2 lajur yang disebut jalan dua lajur dua arah, sedangkan untuk jalan satu arah minimal terdiri dari satu lajur lalu lintas. Jumlah jalur yang dibutuhkan sangat tergantung pada volume lalu lintas yang akan memakai jalan tersebut dan tingkat pelayanan yang diharapkan.

2.8.2. Median

Median adalah suatu jalur yang memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah. Untuk jalan yang memiliki empat lajur atau lebih pada lalu lintas dua arah diperlukan median.

Fungsi median :

 Menyediakan daerah netral yang diperlukan bagi kendaraan dalam keadaan bahaya agar dapat mengontrol kendaraannya,

Menyediakan ruang untuk berputar pada arah yang berlawanan (U-turn),

 Menyediakan ruang untuk perlindungan bagi pejalan kaki,

 Mengurangi silaunya sinar lampu dari kandaraan yang berlawanan arah,

 Memberikan kenyamanan bagi kendaran dalam hal kebebasan samping. Median serta batas-batasnya harus nyata oleh setiap mata pengemudi baik siang maupun malam hari dan segala cuaca. Lebar median bervariasi antara 1,0 sampai dengan 1,2 meter, lebar median sampai 5 meter sebaiknya ditinggikan. Semakin lebar median semakin baik, namun tidak ekonomis.

(16)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 16

Kecelakaan lalu lintas adalah suata peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba di jalan umum yang melibatkan pemakai jalan dan mengakibatkan kerugian materi, luka-luka, atau korban jiwa.

Kecelakaan merupakan aspek negatif dari meningkatnya mobilitas transportasi yang saat ini meningkat dengan pesat. Keseimbangan antara mentalitas pengemudi, kemajuan teknologi kendaraan dan penyediaan prasarana lalu lintas merupakan tiga kombinasi yang menentukan mobilitas transportasi menuju kesuatu taraf yang diharapkan semakin cepat dan semakin nyaman dengan tuntunan zaman.

Apabila salah satu unsur keseimbangan tersebut ketinggalan dalam adaptasi, maka akan terjadi kesenjangan yang cenderung menjurus pada terjadinya kecelakaan. Penemuan teknologi yang mengarah pada kecepatan tampak jelas sejak ditemukannya roda kendaraan, sampai pada mesin-mesin cangih yang mampuh memberikan daya besar untuk mendorong kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi pada saat ini.

Kriteria desain untuk prasarana jalan berusaha dengan lambat mengikuti perkembangan tersebut, menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi untuk memberikan fasilitas bagi gerakan kendaraan yang menigkat, baik kecepatan maupun dimensinya. Sementara itu dari segi mentalitas pengemudinya berusaha memenuhi tuntunan keterampilan tinggi untuk mengendarai kendaraan yang semakin canggih tersebut, masih diragukan sejauh mana adaptasinya maupun dengan cepat menguasai kendaraan.

(17)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 17

SIDHARTA (1990), dalam makalahnya menyatakan bahwa kecelakaan lalu lintas pada umumnya disebabkanbeberapa faktor, yaitu :

a) Faktor Manusia atau Pemakai Jalan

Yang dimaksud dengan faktor manusia adalah manusia sebagai pemakai jalan yaitu sebagai pejalan kaki dan pengendara kendaraan. Pejalan kaki tersebut dapat menjadi korban kecelakaan dan dapat juga menjadi penyebab kecelakaan. Pengemudi kendaraan merupakan penyebab kecelakaan yang utama, sehingga paling sering diperhatikan.

Ada empat faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia/pengendara yang berpengaruh terhadap kemungkinan kecelakaan lalu lintas (HOMBURGER, 1997):

 Penggunaan tanah dan aktifitasnya apakah merupakan daerah ramai atau lenggang dimana secara reflek pengemudi akan mengurangi kacepatan kendaraan atau sebaliknya.

 Cuaca dan udara yang mengganggu jarak pandang, misalnya pada keadaan hujan, kabut dan sebagainya.

 Fasilitas yang ada pada jaringan jalan, rambu-rambu lalu lintas, marka jalan atau petunjuk jalanlainnya.

 Arus dan sifat lalu lintas, jumlah, macam dan komposisi kendaraan sangat mempengaruhi kecepatan kenderaan.

b) Faktor Kendaraan

Kendaraan merupakan sarana angkutan yang penting dalam kehidupan modern ini, karena dapat membantu manusia dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya serta memudahkan manusia dalam mencapai tujuannya dengan cepat, selamat dan hemat sekaligus menunjang nilai aman dan nyaman.

Kendaraan bermotor dari hasi pabrik telah dirancang dengan suatu nilai faktor keamanan untuk menjamin keselamatan pengendaranya. Kendaraan harus siap pakai, oleh sebab itu kendaraan harus dipelihara dengan baik sehingga semua bagian mobil berfungsi dengan baik.

(18)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 18

Dengan pemeliharaan kendaraan tersebut diharapkan dapat :

 Mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas

 Mengurangi jumlah kecelakaan pada pemakai jalan lainnya

 Mengurangi benar kerusakan pada kendaraan bermotor.

Dalam membahas kecelakaan lalu lintas, perlu dibedakan jenis-jenis kendaraan bermotor, yaitu ukuran volume walaupun berat, seprti : motor, sedan , pick up, bus, truk dan lain-lain. Dan masih pula dibedakan jenis kendaraan pribadi dan kendaraan angkutan umum. Dalam kaitannya dengan keselamatan umum, kendaraan umum perlu mendapat ijin beroperasi sebelum dioperasikan. Dengan demikian keselamatan lalu lintas dari sisi kendaraan sangat tergantung kepada pemakai jalan terutama pengemudi.

c) Faktor Kondisi Jalan

Sifat-sifat jalan sangat berpengaruh sebagai penyebab kecelakaan lalu lintas. Kondisi jalan rusak dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Perbaikan kondisi jalan mempengaruhi sifat-sifat kecelakaan. Ahli jalan raya dan ahli lalu lintas merencanakan jalan dengan spesifikasi standar, dilaksanakan dengan cara benar dan perawatan secukupnya, dengan harapan keselamatan akan didapat dengan cara demikian. Perencanaan tersebut berdasarkan pada hasil analisis fungsi jalan, volume dan komposisi lalu lintas, kecepatan rencana, topografi, faktor manusia, berat dan ukuran kendaraan, lingkungan sosial, keamanan serta dana.

d) Faktor Lingkungan Jalan

Jalan dibuat untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain dari berbagai laokasi baik dari dalam kota maupun luar kota. Berbagai faktor lingkungan jalan sangat berpengaruh dalam kegiatan berlalu lintas. Hal ini mempengaruhi dalam

(19)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 19

mengatur kecepatan (mempercepat, konstan, memperlambat atau berhenti), jika menghadapi situasi seperti :

 Lokasi Jalan

 di dalam kota:di daerah pasar, pertokoan, perkantoran, sekolah, perumahan dan sebagainya

 di luar kota :di daerah datar, pedesaan, pegunungan dan sebagainya

 di tempatkhusus : di depan masjid, rumah sakit, tempat wisata dan sebagainya, yang perlu menjadi perhatian pengemudi dalam berkendaraan  Iklim

Indonesia mengalami musim hujan dan musim kemarau yang mengundang perhatian pengemudi untuk waspada dalam mengemudikan kendaraannya.Dan adanya pergantian waktu pagi, siang, sore dan malam memberikan intensitas cahaya yang berbeda-beda. Hal-hal tersebut diatas akan mempengaruhi keadaan jalan yang terang, gelap dan remang-remang.

 Volume lalu lintas

Berdasarkan pengamatan, diketahui bahwa makin padat lalu lintas jalan, makin banyak kemungkinan kecelakaan yang terjadi, akan tetapi kerusakan tidak fatal, makin sepi lalu lintas makin sedikit kemungkinan kecelakaan akan tetapi fasilitas akan lebih tinggi. Adanya komposisi lalu lintas seperti tersebut diatas, diharapkan kepada para pengemudi yang sedang mengendarai kendaraannya agar selalu beradaptasi dengan keadaan tersebut.

2.3.2. Jenis-Jenis Kecelakaan Lalu Lintas KADIYALI (1983), membagi kecelakaan menjadi : 1. Berdasarkan Korban Kecelakaan

Kriteria yang akan diuraikan di bawah ini adalah menggunakan standar yang dikeluarkan oleh Jasa Marga yang mengacu kepada standar medis di Indonesia. a) Kecelakaan Fatal

(20)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 20

Kecelakaan fatal adalah kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan korban jiwa (meninggal dunia).

b) Kecelakaan Luka Berat

Kecelakaan luka berat adalah keadaan di mana penderita mengalami luka-luka yang dapat membahayakan jiwanya dan memerlukan pertolongan lebih lanjut dengan segera di rumah sakit, misalnya : luka bakar yang luasnya meliputi 25%, pendarahan hebat kurang lebih 500 cc.

c) Kecelakaan Luka Ringan

Kecelakaan luka ringan adalah dimana penderita mengalami luka yang tidak perlu pertolongan lebih lanjut di rumah sakit.

2. Berdasarkan Lokasi Kecelakaan

Lokasi kecelakaan lalu lintas dapat terjadi pada :

a) Jalan lurus terdiri dari 2 lajur (satu jalur yang searah, atau berlawanan arah) b) Tikungan jalan

c) Persimpangan jalan, pertigaan maupun perempatan jalan d) Tanjakan atau turunan

Dari keempat lokasi tersebut diatas dapat terletak didaerah dataran atau pegunungan di luar kota atau di dalam kota.

3. Berdasarkan Waktu Terjadinya Kecelakaan

Jenis kecelakaan menurut waktu terjadinya kecelakaan dapat ditentukan berdasarkan :

a) Jenis Hari

 Hari Kerja : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum‟at dan Sabtu

 Hari Libur : Minggu dan hari-hari libur Nasional b) Waktu

(21)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 21

 Dini hari : jam 00.00 – jam 06.00

 Pagi Hari : jam 06.00 – jam 12.00

 Siang Hari : jam 12.00 – jam 18.00

 Malam Hari : jam18.00 – jam 24.00

Dari keempat kelompok diatas bisa dijadikan dua kelompok yaitu kelompok terang (pagi hari dan siang hari) dan gelap (malam hari dan dini hari).

4. Berdasarkan Cuaca

DLLAJ membagi keadaan cuaca dalam kaitannya dengan pencatatan kecelakaan sebagai berikut :

 Cerah

 Mendung

 Gerimis

 Hujan

Dari keempat pengelompokan diatas, dapat dijadikan dua kelompok dalam pengaruhnya terhadap permukaan jalan, yaitu kelompok terang dan basah.

5. Berdasarkan Posisi Kecelakaan

Posisi kecelakaan pada waktu mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan, dapat dibedakan menjadi :

 Tabrak depan

Kecelakaan ini terjadi pada saat kedua atau lebih kendaraan bertabrakan pada bagian depan kendaraan masing-masing arah berlawanan

 Tabrak belakang

Kecelakaan ini terjadi pada saat bagian depan sebuah kendaraan bertabrakan dengan bagian belakang kendaraan lain pada arah dan jalur yang sama.

(22)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 22

 Tabrak samping

Kecelakaan ini terjadi pada saat bagian samping suatu kendaraan bertabrakan dengan salah satu bagian dari kendaraan lain, baik bagian depan atau samping

 Tabrak sudut

Kecelakaan ini terjadi pada kendaraan dengan arah yang berbeda tetapi tidak berlawanan arah

 Kehilangan kendali

Kecalakaan ini terjadi pada saat pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraannya sehingga terjadi tabrakan yang dapat mengakibatkan terbaliknya kendaraan, sehingga menabrak tiang jembatan atau kendaraan masuk jalur lain

 Tabrak mundur

Kecelakaan ini terjadi saat salah satu kendaraan sedang mundur sehingga menabrak kendaraan lain.

2.9. TCT ( TRAFFIC CONFLICT TECNIQUE )

TCT merupakan metode untuk meningkatkan keselamatan penggunakan jalan dengan menggunakan / menganalisa tentang terjadinya konflik. Metode ini untuk mengobservasi, dimana kecelakaan yang hampir terjadi ( near-accident ) didata dan digunakan untuk memperkirakan kecelakan dan untuk mempelajari kejadian penyebab kecelakaan. Inti dari TCT adalah untuk mengidentifikasi dan mendata ”konflik-konflik serius” dengan bantuan survey. Setiap kejadian dapat dikarakteristikan menurut tabrakan yang hampir terjadi

(23)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 23

kelemahan dari analisa kecelakaan dspst dikaitkan dengan analisa perilaku penggunaan jalan. Hubungan antara kecelakaan dengan perilaku pengunaan merupakan informasi penting dalam meningkatkan keselamatan.Traffic conflict technique (TCT) menggunakan antara perilaku dengan kecelakaan. Dari sisi perilaku dilakukan monitoring dan klasifikasi perilaku apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik serius. Disisi kecelakaan dilakukan identifikasi terhadap kejadiaan hamper kecelakaan yang berhubungan dekat dengan kecelakaan.

2 . Kendaraan

Kendaraan merupakan sarana angkutan yang penting dalam kehidupan modern ini, karena dapat membantu manusia dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya serta memudahkan manusia dalam mencapai tujuannya dengan cepat, selamat dan hemat sekaligus menunjang nilai aman dan nyaman.

Kendaraan bermotor dari hasil pabrik telah dirancang dengan suatu nilai faktor keamanan untuk menjamin keselamatan pengendaranya. Kendaraan harus siap pakai, oleh sebab itu kendaraan harus dipelihara dengan baik sehingga semua bagian mobil berfungsi dengan baik.

Dengan pemeliharaan kendaraan tersebut diharapkan dapat :

 Mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas

 Mengurangi jumlah kecelakaan pada pemakai jalan lainnya

(24)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 24

Dalam membahas kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metode TCT ini maka jenis kendaraan yang terlibat dibedakan menjadi 4 kelompok :

1. Kelompok pertama : Mobil pribadi 2. Kelompok kedua : Bus, truck

3. Kelompok ketiga : Bicycle, motorcycle 4. Kelompok keempat : Pedestrian

3 . Geometrik Jalan

Dengan metode TCT yang ditinjau adalah :

 Pengaturan lalu lintas (traffic control) - Tempat penyebrangan pejalan kaki. - Marka jalan.

- Tanda pengaturan yang lain.

 Lalu lintas

- Volume, kecepatan, komposisi lalu lintas. - Kendaraan angkutan umum.

 Desain jalan

- Kemringan (grade) alinyemen dan lebar jalan. - Gambar ruas, kerb, dan lain-lainya‟

- Perlengkapan jalan.

 Permukaan jalan

- Perlenglapan bentuk dan jenis perkerasan. - Koefisien gesekan jalan

(25)

Bab II Tinjauan Pustaka

II - 25

 Batas tata guna lahan

- Posisi jalan keluar dari bangunan khusus ( sekolah, perumahan, pabrik, dan lain-lainya ), lokasi akses

 Pertimbangan khusus

Gambar

Tabel 2.2. Jarak pandang henti minimum
Gambar 2.3  Proses Gerakan Menyiap pada jalan dua lajur 2 arah
Grafik 2.2 Korelasi antara t 1  dengan t 2  dengan kecepatan

Referensi

Dokumen terkait

Strategi kreatif dalam buku ini adalah berusaha menyajikan informasi sebuah masakan Jawa Timur melalui komposisi foto, warna dan layout yang informatif dan ditekankan pada

Model prediksi ANN dengan empat variabel (ANN4) memiliki akurasi yang lebih tinggi untuk memprediksi jumlah fatalitas korban kecelakaan lalulintas jalan untuk semua kategori

Setelah itu akan dilakukan terapi terhadap kutil di kulit yang diderita Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i menggunakan cara elektrodesikasi disertai kuretase dan dengan pengolesan

9 Travelling at a hurtling pace 10 and along a careening course, the poem has an unexpected sense of urgency: born in 1932, Hill in his later years writes with a

Sama seperti pembuatan binder untuk uji tekan tetapi pasta yang dibuat tidak dicetak dalam silinder tetapi di nampan dan komposisi bahan juga lebih banyak

Nyonya Meneer Semarang adalah baik; (b) pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan adalah kuat sebesar 0,639; (c) pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan adalah kuat

Wali kelas tidak hanya merekap data tetapi wali kelas juga mengelola absen santri, setelah melakukan rekap absen, setalah merekap data nilai dan absen santri kemudia

Dalam hal ini pemaknaan hak angket dalam Pasal 79 ayat (3) UU MD3 hanya dapat diartikan sebagai bentuk penyelidikan terhadap kebijakan strategis pemerintah, yang pada proses