14 Rumus 2.2 Untuk jalan datar
Jh = 0,278 . V . T +
. ... (2.2) Keterangan :
VR : Kecepatan Rencana (Km/jam) T : Waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik G : Percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
fp : Koefisien gesek memanjang antara ban kendaraan dengan perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,28 – 0,45 (Menurut AASHTO)
L : Kelandaian Jalan (%) dibagi 100 Tabel 2.8 Kelandaian Minimum
No Kelandaian Minimum (%) Keterangan
1 0,15 Diajurkan untuk jalan-jalan diatas tanah
timbunan dengan medan datar untuk mempergunakan kereb.
2 0,3 – 0,5 dianjurkan digunakan untuk jalan-jalan di daerah galian atau jalan yang memakai kereb.
Sumber : Silvi Sukirman, 1999
2.2.5.2 Jarak Pandang Menyiap (JPM)
Jarak pandangan menyiap adalah panjang bagian jalan yang diperlukan oleh pengemudi suatu kendaraan untuk melaksanakan gerakan menyiap kendaraan lain yang lebih lambat dengan aman. Jarak pandang menyiap diperlukan untuk menjamin pengemudi dalam gerakan menyiap terhadap kendaraan dimukanya dengan menggunakan jalan lain yang berlawanan arah pada dua jalan dengan memberikan pandangan kedepan yang cukup jauh agar memperkecil kemungkinan terjadinya tabrakan dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan. Jarak pandangan menyiap standar pada 2 jalur 2 arah dilihat berdasarkan beberapa asumsi terhadap sifat arus lalu lintas yaitu :
1. Kendaraan yang akan disiap harus berjalan kecepatan tetap.
15
2. Sebelum melakukan gerakan menyiap, kendaraan harus mengurangi dan mengikuti kendaraan yang akan disiap dengan kecepatan yang sama.
Berdasarkan asumsi tersebut, jarak pandang menyiap didefinisikan sebagai penjumlahan 4 bagian jarak seperti terlihat pada gambar 2.5. Jarak pandangan menyiap standar untuk jalan 2 lajur 2 arah terdiri dari 2 tahap yaitu :
Gambar 2.5 Jarak Pandang Menyiap
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 Tabel 2.9 Jarak Pandang Menyiap (Jd)
𝐕𝐑 𝐊𝐦/𝐉𝐚𝐦 120 100 80 60 50 40 30 20
Jd Standar (m) 800 670 550 350 250 200 150 100 Jd Minimum (m) 500 400 350 250 200 150 100 70 Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
Berdasarkan buku Shirley L.Hendarsin, didapat persamaan untuk menghitung jarak pandangan menyiap di bawah ini.
Jd = d1 + d2 + d3 + d4 ... (2.3)
16 Keterangan :
Jd : Jarak pandangan menyiap (m)
d1 : Jarak yang ditempuh kendaraan menyiap selama waktu persepsi reaksi hingga percepatan awal untuk menempati jalur berlawanan (m)
d2 : Jarak yang ditempuh kendaraan menyiap selama berada menempati jalur berlawanan (m)
d3 : Jarak antara kendaraan menyiap dan kendaraan yang berlawanan arah pada saat kendaraan yang menyiap kembali ke jalur semua (30-100 m) d4 : Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang berlawanan sebesar 2/3
waktu kendaraan menyiap menempati jalur yang berlawanan (m) Untuk memperoleh besaran tersebut, digunakan persamaan berikut :
d1 = 0,278 . T1 (V – m + . ) ... (2.4) d2 = 0,278 . V . T2 ... (2.5) d3 = diambil antara (30 – 100 m) ... (2.6) d4 = x d2 ... (2.7) Keterangan :
a : Percepatan rata-rata (km/jam/detik), 2,052 + 0,0036 V T1 : Waktu dalam (detik), 2,12 + 0,026 V
T2 : Waktu kendaraan berada di jalur berlawanan, (detik), 6,56 + 0,048 V V : Kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap, dalam perhitungan dapat
dianggap sama dengan kecepatan rencana (km/jam)
m : Perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan kendaraan yang disiap/berlawanan, (biasanya diambil 10 – 15 km/jam)
Tabel 2.10 Nilai (d3) untuk Jarak Pandang Menyiap
𝐕𝐑 𝐊𝐦/𝐉𝐚𝐦 50 - 65 65 – 80 80 - 95 95 - 110
d3 (m) 30 55 75 90
Sumber : Shirley L.Hendarsin, Perencanaan Teknik Jalan Raya
17 2.2.5.3 Kebebasan Samping Pada Tikungan
Kebebasan samping pada tikungan merupakan salah satu syarat yang paling penting sehubungan dengan keamanan bagi pengguna jalan. Menurut Djamal Abdat (1981), kebebasan samping pada tikungan terdapat dua kasus yaitu:
a. Untuk kasus ( S > L ), dapat menggunakan persamaan berikut : m = R 1 − cos ˚.
. + (S − L ) sin ˚.
. ... (2.8) b. Untuk kasus ( S < L ), dapat menggunakan persamaan berikut :
m = R 1 − cos ˚.
. ... (2.9) Dimana :
R’= R – Lebar Jalan (m) ... (2.10) S = 0,278 . V . t ... (2.11) Keterangan :
m : Kebebasan samping pada tikungan (m) R’ : Jari – jari sumbu jalur dalam (m) R : Jari – jari tikungan (m)
V : Kecepatan rata-rata kendaraan atau kecepatan rencana (km/jam) T : Waktu (detik)
L : Panjang lengkungan (m) S : Jarak pandang
Gambar 2.6 Daerah Bebas Samping Di Tikungan (Kondisi S > L) Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
18
Gambar 2.7 Daerah Bebas Samping Di Tikungan (Kondisi S < L) Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
2.3 Perencanaan Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal atau trase jalan merupakan gambaran badan jalan yang tegak lurus bidang. Pada gambar tersebut akan terlihat apakah jalan tersebut akan merupakan jalan lurus, berbelok kekiri atau ke kanan. Pada perencanaan alinyemen horizontal, umumnya akan ditemui dua jenis bagian jalan, yaitu bagian lurus, dan bagian lengkung yang disebut tikungan.
2.3.1 Panjang Bagian Lurus
Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pengguna jalan, ditinjau dari segi kelelahan pengemudi, maka menetapkan panjang maksimum bagian jalan yang lurus berdasarkan waktu tempuh kurang dari 2,5 menit yang sesuai dengan Kecepatan Rencana (VR) pada tabel 2.11 sebagai berikut.
Tabel 2.11 Kecepatan Rencana (VR) Sesuai Klasifikasi Fungsi dan Kelas Jalan Fungsi Panjang Bagian Lurus Maksimum
Datar Perbukitan Pegunungan
Arteri 3.000 2.500 2.000
Kolektor 2.000 1.750 1.500
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997