• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1.Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan ikhtiologi

Ikan merupakan salah satu sumberdaya yang penting, nilai-nilai kepentingan yang lain dari ikan antara lain dapat memberikan manfaat untuk rekreasi, nilai ekonomi atau bernilai komersial, dan ilmu pengetahuan untuk masyarakat. Ikhtiologi atau “Ichthyology“ merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari ikan secara ilmiah dengan penekanan pada taksonomi dan aspek-aspek lainnya. Kata ikhtiologi berasal dari pengertian ichtio = ikan dan logos = ilmu, jadi di dalam ikhtiologi ini dicakup beberapa aspek baik mengenai aspek biologi maupun ekologi ikan. Dalam mempelajari ihktiologi ini tidak terlepas dari ilmu-ilmu yang lain karena saling berkaitan. (http://e-course.usu.ac.id/content/biologi/ikhtiologi/textbook).

Dari survey yang telah dilakukan di daerah penelitian yaitu di Kelurahan Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan, Kotamadya Medan, jenis-jenis ikan yang sering diolah menjadi ikan asin adalah ikan gulama, ikan caru, dan ikan kresek.

1) Ikan Gulama

Ikan gulama sering dikatakan ikan kepala batu. Ikan kepala batu terdiri dari beberapa jenis, yang sering dikenal masyarakat kita adalah gulama sisik, gulama bongkol, gulama batu, gulama hitam, gulama pisang. Ikan gulama merupakan family dari scieanideae dengan

(2)

spesies otolithoides, sp. Ciri-ciri memiliki tubuh yang memanjang dan jika ditekan terasa lunak. Hal inilah yang cocok dijadikan ikan asin. Pada beberapa spesies ada terdapat rongga dikepala, matanya berukuran keil sampai berukuran sedang. Hidung dari ikan gulama umumnya agak tumpul, mulut berada diujung dan rahang terletak agak kebawah. Pada beberapa spesies lainnya ada yang lebih rendah (http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_gulama).

2) Ikan Caru

Ikan caru lebih dikenal dengan nama ikan Kuwe (Caranx Sexfasciatus) atau yang lebih dikenal dengan nama blue fin treavllyu, termasuk ikan dasar dari golongan predator. Sejatinya si Kuwe adalah ikan perairan berkarang dangkal dan berbatasan dengan laut terbuka.Habitat ikan kuwe kecil lebih senang berada di dekat karang.. Tubuh kuwe berbentuk oval dan pipih. Warna tubuhnya bervariasi, yaitu biru bagian atas dan perak hingga keputih-putihan di bagian bawah. Tubuh ditutupi sisik halus berbentuk cycloid. Kuwe dapat berenang cepat dan memiliki laju pertumbuban yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan laut lainnya. Ikan ini bersifat karnivora. Adapun pakan utamanya, yaitu ikan dan crustasea berukuran kecil. Ikan ini juga efisien memanfaatkan pakan serta mampu hidup dalam kondisi yang cukup padat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_caru/kuwe).

3) Ikan kresek

Ikan ini mempunyai kepala agak besar dan agak gepeng mirip kepala ular. Tubuh bulat gilig memanjang,dan kecil. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata,

(3)

bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam. Penggaraman yang biasa digunakan ikan ini adalah penggaraman kering (http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan kresek).

Berdasarkan survey dilapangan dapat diketahui bahwa penggaraman yang biasa digunakan ikan gulama adalah penggaraman basah dan kering. Pada penggaraman basah digunakan ikan gulama belah sedangkan penggaraman kering digunakan ikan gulama bulat. ikan caru menggunakan penggaraman kering dan ikan kresek menggunakan penggaraman basah. Ikan berbentuk bulat (tidak dibelah) tidak sering dilakukan karena pengolahan masih menggunakan bahan penunjang seperti tawas yang sulit didapatkan dipasaran serta proses pengeringannya membutuhkan waktu 2-3 hari.

2.1.2. Tinjauan Ekonomi

Prospek pemasaran ikan asin cukup menggembirakan, baik didalam maupun diluar negeri. Saat ini arab Saudi dan belanda telah berusaha mengimpor ikan asin dari Indonesia. Namun kesempatan ini belum dapat dipenuhi seluruhnya, karena produksi ikan asin di negara kita masih rendah. Permintaan Arab Saudi akan ikan asin sebesar 4.200 ton/ tahun telah berhasil dipenuhi, tetapi permintaan Belanda belum dipenuhi. Oleh karena itu kita perlu

meningkatkan kuantitas dan kualitas produk penggaraman (Afrianto dan Liviawaty,1989 :51).

(4)

Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih bagi Negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akultur. Namun demikian, tuntutan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya tersebut akan diikuti oleh tekanan eksploitasi sumber daya ikan yang juga semakin intensif. Jika tidak dikelola secara bijaksana maka sangat dikhawatirkan pemanfaatan sumberdaya secara intensif akan mendorong usaha perikanan ke jurang kehancuran (Widodo dan Suadi,2006 :2)

Hasil olahan ikan tradisional berpotensi untuk diekspor. Namun, hingga saat ini belum banyak yang berminat mengembangkan pengolahan ikan secara tradisional tersebut untuk diekspor. Pengolahan yang ada saat ini masih sebatas untuk memenuhi kebutuhan lokal, sehingga potensi pasar ekspor hasil olahan ikan tradisional belum dimanfaatkan secara maksimal. Kalaupun sekarang ini ada yang mengekspor hasil olahan ikan tradisional, itu dilakukan oleh pengepul, bukan pemilik usaha pengolahan ikan tradisional. Tidak berkembangnya usaha pengolahan ikan tradisional, antara lain disebabkan budaya masyarakat Indonesia yang selama ini kurang menghargai hasil olahan ikan tradisional (http://www.trobos.com/show_article)

Pengolah ikan tradisional umumnya tidak mempunyai akses pasar yang bagus. Oleh karena itu, mereka sangat tergantung kepada pedagang perantara yang memang lebih menguasai akses pasar. Tidak jarang harga hasil olahan dipermainkan pedagang perantara, sehingga

(5)

marjin keuntungan pengusaha pengolahan ikan tradisional semakin sedikit, kalau permasalahan tersebut diperbaiki, pihaknya yakin hasil olahan ikan tradisional dari Indonesia sebenarnya mudah menembus pasar ekspor. Negara yang komunitas Asianya tinggi merupakan pasar potensial untuk ekspor olahan ikan tradisional, terutama ikan asin. Timur Tengah selama ini mendatangkan ikan asin dari Filipina dan Thailand (http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/piwp/ikan_asin_basah.).

2.1.3. Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan hasil penelitian Dumora Agustina (2004) mengenai Analisis Ekonomi Usaha Pengolahan Ikan Asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan, kotamadya Medan, propinsi Sumatera Utara bahwa bahan baku yang digunakan dalam penolahan ikan asin adalah ikan segar yang dapat diperoleh dari tempat pelelangan ikan (gabion). Biaya bahan baku berdasarkan jenis ikan, untuk biaya terbesar terdapat pada ikan lidah Rp 4.250.000 / 1000kg dan diikuti oleh ikan gulama Rp 1.886.111,11. Bahan pembantu yang digunakan dalam usaha pengolahan ikan asin adalah garam dan tawas. Penggunaan garam yang dianjurkan untuk digunakan adalah 20-35 % dari jumlah bahan baku yang akan diolah. Berdasarkan jenis ikan untuk pemakaian garam tertinggi terdapat pada ikan lidah yaitu Rp 129.166,67 diikuti ikan gulama Rp 82.297,98 sedangkan untuk pemakaian tawas tertinggi adalah ikan gulama Rp 8.181,82.

(6)

Menurut Dumora, didaerah penelitian usaha pengolahan ikan asin, harga ditentukan oleh pengusaha ikan asin (penjual) sehingga kedudukan penjual dalam tawar-menawar adalah penentu harga (price maker) namun untuk ikan asin yang dijual ke pusat pasar maka harga ditentukan oleh pembeli (agen) sehingga kedudukan penjual adalah penerima harga (price taker). Kisaran harga ikan gulama Rp 5.000,00 – Rp 8.500,00/ kg ikan asin, untuk ikan lidah Rp 8.000,00 – Rp 12.000/kg dan ikan gabus Rp 10.000 – 12.000/kg.

Berdasarkan hasil penelitian Aristo Edward (2004) mengenai Sistem Pemasaran Ikan Asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan, kotamadya Medan bahwa pengolah langsung menjual produksinya ke pedagang besar di Medan dan pedagang pengecer di Belawan. Rata-rata pembelian ikan asin oleh pedagang besar medan dalam satu bulan adalah 7.353,1 kg, sedangkan pedagang pengecer di Belawan rata-rata sebesar 1.548 kg. baik pedagang besar Medan dan pedagang pengecer Belawan melakukan fungsi-fungsi pemasaran yaitu pembelian, penjualan, packing, pembiayaan, grading, sortasi serta marketing loss. Kemudian ikan asin yang sudah dikemas siap dijual ke pedagang pengecer yang ada dipasaran.

Menurut Aristo Edward (2004) struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran pemasaran di daerah penelitian berdasarkan jumlah pedagang maupun pembelinya saat terjadi proses jual beli ikan asin tersebut. Ada beberapa struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran pemasaran yaitu pasar oligopoly adalah struktur pasar dimana terdapat beberapa penjual dan banyak pembeli dan harga jual ditentukan oleh penjual. Pada pasar oligopsoni adalah bentuk pasar dimana terdapat banyak penjual dan beberapa pembeli, harga

(7)

jual senantiasa ditentukan oleh pembeli, sedangkan pasar monopsoni adalah pasar dimana terdapat banyak penjual dan hanya satu pembeli, haga jual senantiasa ditentukan secara sepihak. Berdasarkan penelitian di dapat bahwa pasar yang terjadi adalah paar ologopsoni, sedangkan dari pedagang besar ke pedagang pengecer terdapat cukup banyak pembeli, sehingga struktur pasal terjadi adalah oligopoli.

2.2. Landasan Teori

Tataniaga disebut juga pemasaran. kata pemasaran mungkin diterjemahkan dari marketing. Namun arti luas tataniaga tidak sama dengan pemasaran. Tataniaga mempunyai arti yang lebih luas dibandingkan dengan pemasaran. kata pemasaran terkesan hanya jual-beli, sedangkan tataniaga terlibat bagaimana menata, mengatur, melaksanakan niaga (bisnis). Kata niaga berarti jual-beli dengan seluk beluk aturan mainnya. Didalam kata menata termasuk pula aspek pengelolaanya, sehingga dalam tataniaga sudah tercakup proses, pengorganisasian dan lain-lain (Gultom, 1996 :1)

Salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan dalam usaha tani adalah memilih secara tepat saluran tataniaga (channel of marketing) yang akan digunakan dalam rangka penyaluran barang/ jasa dari produsen ke konsumen. Fungsi dan peranan saluran tataniaga sebagai salah satu kegiatan pemasaran dalam menyalurkan barang dan jasa merupakan kegiatan yang sangat penting. Kegiatan-kegiatan pemasaran yang berkaitan dengan produk, penetapan harga

(8)

dan promosi,yang dilakukan belum dapat dikatakan sebagai usaha terpadu kalau tidak dilengkapi dengan kegiatan distribusi. Produk dapat bermanfaat dan pada suatu saat pembeli akan setia pada produk tersebut adalah bilamana setiap produk yang dibutuhkan, pembeli dapat memperolehnya dengan mudah di tempat yang diinginkan atau yang terdekat. Oleh karena itu, diperlukan saluran tataniaga sehingga apabila konsumen membutuhkan produk sehingga dapat terjangkau oleh konsumen (Angipora,1999 : 191-193).

Proses penyaluran produk dari produsen ke konsumen akhir dapat menggunakan saluran yang panjang ataupun pendek sesuai dengan kebijaksanaan saluran tataniaga (channel of marketing) yang diinginkan.

Ada beberapa bentuk saluran tataniaga yang ada dan digunakan yaitu: 1) Produsen Konsumen

Bentuk saluran ini adalah bentuk yang paling pendek dan sederhana sebab tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkan melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen. Saluran ini disebut sebagai saluran tataniaga lansung. Bentuk penjualan seperti ini tidak memerlukan tambahan dana yang akan dipergunakan untuk biaya pengangkutan atau perantara. Bentuk penjualan seperti ini sangat disenangi konsumen, karena harganya biasanya lebih murah dan kualitas bisa dipertanggungjawabkan.

(9)

Dalam saluran ini, produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya dalam hal ini adalah pengecer yang menyampaikan produknya ke konsumen, dimana pengecer langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan menjualnya kepada konsumen.

3) Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen

Jenis saluran tataniaga ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin menjual secara langsung tatapi menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar saja, kemudian para pedagang besarlah yang menjual kembali kepada pengecer dan menerusnya ke tanggan konsumen.

4) Produsen Agen Pedagang Besar Pengecer Konsumen Jenis saluran ini yang sering dipakai para produsen dengan melibatkan agen di dalamnya. Disini agen funsinya adalah sebagai penyalur yang kemudian mengatur sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya kepada pengecer dan kemudian sampai ketangan konsumen. Saluran tataniaga ini sering dipergunakan untuk produk yang tahan lama.

5) Produsen Agen Pengecer Konsumen

Dalam saluran ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer menjual kepada konsumen.

(10)

(Angipora,1999:199-200).

Pasar adalah perangkat pembeli yang aktual dan potensial dari sebuah produk. Para pembeli ini mempunyai kebutuhan atau keinginan yang sama yang dapat dipuaskan lewat pertukaran. Semula istilah pasar berarti tempat pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang mereka. Pakar ekonomi menggunakan istilah pasar untuk merujuk pada kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi dalam kelas produk tertentu seperti dalam pasar perumahan atau pasar bahan makanan pangan (Kotler dan Amstrong,1997:12).

Lemahnya manajemen pemasaran disebabkan karena tidak mempunyai pelaku-pelaku pasar dalam menekan biaya pemasaran. Dalam banyak kejadian, besar kecilnya pemasaran disebabkan oleh :

a. Macam komoditi pertanian

Seperti diketahui sifat barang pertanian adalah “bulky” (volume besar tetapi nilai kecil) sehingga lebih banyak biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran.

b. Lokasi pengusahaan

Lokasi pengusahaan tanaman pertanian yang terpencil iakan mengundang tambahan biaya tranportasi dan akan berakibat semakin besarnya biaya pemasaran.

(11)

Lembaga pemasaran yang terlalu banyak terlibat dalam mekanisme pemasaran juga akan menambah biaya pemasaran. Apalagi kalau cara kerja system pasar tersebut belum sempurna.

d. Efektivitas pemasaran.

Efektivitas pemasaran menyangkut efisiensi pemasaran. (Soekatawi,1988:2)

Lembaga tataniaga / pemasaran melakukan fungsi tataniaga yang meliputi: A. Fungsi Pertukaran

1. Pembelian (buying) adalah memilih barang-barng yang dibeli untuk dijual dengan harga dan kualitas produk tertentu.

2. Penjualan (selling) adalah sumber pendapatan yang diperlukan untuk menutupi ongkos-ongkos dengan harapan mendapatkan laba.

B. Fungsi fisik

1. Penyimpanan (storage) adalah fungsi penyimpanan barang-barang pada saat barang selesai diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsi.

2. Pengangkutan (transportasi) adalah fungsi pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ketempat barang dikonsumsi.

3. Pengolahan (processing) adalah fungsi pengolahan barang dari yang belum diolah (bahan baku) menjadi barang yang talah jadi atau bahkan siap dikonsumsi.

(12)

1. Pengepakan (packing) adalah fungsi pengemasan atau pengepakan barang-barang pada saat selesai diproduksi sampai pada saat barang-barang dikonsumsi . 2. Pembiayaan (financing) adalah fungsi mendapatkan modal dari sumber

ekstern guna menyelenggarakan kegiatan pemasaran

3. Grading adalah penentuan batas-batas dasar dalam pembentukan spesifikasi barang-barang hasil manufaktur.

4. Marketing Loss adalah fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang berkaitan dengan pemasaran.

5. Informasi (market information) adalah fungsi untuk mengumpulkan dan penafsiran keterangan-keterangan tentang macam yang dibutuhkan konsumen, harga dan sebagainya.

(Mubyarto, 1977:141).

Biaya tataniaga terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Komponen biaya tataniaga terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap middleman dan lembaga tataniaga yang berperan secara langsug dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang dan keuntungan (profit margin) yang diambil oleh middleman atas jasa modalnya (Gultom, 1996 : 64).

Harga suatu barang / jasa tertentu adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan sesuatu yang lain, apapun bentuknya. Itulah sebenarnya apa yang dimaksud dengan harga itu. Hubungan yang ada antara harga dan

(13)

permintaan / penawaran menunjukan hubungan yang erat antara harga dengan barang yang diminta/ditawarkan. Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Permintaan akan suatu jenis barang ialah jumlah-jumlah barang itu yang pembeli bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dan dalam waktu yang tertentu pula. Sedangkan penawaran akan sesuatu jenis barang adalah jumlah-jumlah barang itu yang penjual bersedia menawarkannya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar (Rosyidi,1995: 237-289).

Penyebaran harga (price spread) adalah sebuah ukuran lain dari pada marjin pemasaran. Penyebaran harga (price spread) pertanian tidak secara sederhana perbedaan di antara pertanian dan harga makanan eceran. Akan tetapi, penyebaran harga adalah sebuah perbedaan diantara harga pengeceran per unit dan nilai pertanian daripada sebuah jumlah yang ekuivalen dari makanan yang diperjualkan oleh petani. Share petani dihitung dari penyebaran harga pertanian adalah nilai pertanian yang diekspressikan sebagai sebuah persentase dari harga pengeceran makanan. Share margin dianggap secara lebar sebagai sebuah ukuran dari kelayakan harga pertanian dan efisiensi pemasaran (Uhl and Kohl,1980: 230-233).

Dikatakan pasar yang tidak efisien akan terjadi kalau : a. Biaya pemasaran semakin besar.

b. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, efisiensi tataniaga akan terjadi kalau :

(14)

2. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran. 4. Adanya kompetisi pasar yang sehat. (Soekartawi, 1988 : 3)

(15)

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Pengolahan hasil yang baik yang dilakukan produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil perikanan yanag diproses. Pengusaha yang mempunyai fasilitas pengolahan hasil dan mempunyai kemampuan memanfaatkan bisnis bidang perikanan dapat memperoleh nilai tambah karena ikan asin ini mampu menembus pasar baik domestik maupun luar negeri.

Dalam proses produksi, pengolahan ikan asin membutuhkan biaya produksi. Adapun biaya produksi yang dikorbankan oleh nelayan pengolah adalah biaya bahan baku yaitu ikan segar, biaya tenaga kerja, dan biaya pengolahan seperti tawas dan garam. Biaya-biaya tersebut akan mempengaruhi harga jual ikan asin. Harga ikan asin olahan berfluktuasi mengikuti harga ikan segar yang digunakan sebagai bahan baku. Dengan kondisi seperti ini tingkat keuntungan yang didapat pengolah sangat tergantung dari harga ikan segar. Pada musim ikan, jumlah ikan sangat banyak dan menyebabkan harga ikan segar turun hal ini mendorong ikan asin kering meperbesar skala usahanya.

Tataniaga termasuk ke dalam aktivitas ekonomi yang sangat penting. Sebagai bagian dari aktivitas ekonomi distribusi. Tataniaga merupakan urat nadi penghubung yang interaktif dari produsen ke konsumen. Semakin panjang saluran tataniaga maka akan menghasilkan nilai tambah (value added) atas barang/jasa. Nilai tambah pada umumnya memberi nilai guna pada

(16)

barang yaitu nilai guna tempat, nilai guna waktu, nilai guna bentuk dan nilai guna kepemilikan.

Pada umumnya nelayan tidak menjual sendiri hasil produksinya ke pasar kota besar ataupun ke luar negeri. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan yang dimiliki oleh petani seperti : alat transportasi, fasilitas penyimpanan, pengepakan, pengolahan, dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pemasaran komoditas tersebut. Adanya keterbatasan tersebut mendorong para petani produesn untuk menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul. Kadang-kadang petani juga menjual langsung kepada konsumen pemakai melalui pasar-pasar di tingkat desa atau pasar di tingkat kecamatan. Tiap-tiap lembaga melakukan fungsi–fungsi tataniaga yang berbeda-beda yang meliputi: Pembelian, Penjualan, Pengangkutan, Pengolahan, Penyimpanan, pengepakan ,pemodalan, marketing loss dan informasi.

Nelayan/ pengolah menjual ikan kepada pedagang besar dan pedagang pengecer. Masing-masing lembaga tataniaga melakukan fungsi yang mengakibatkan timbulnya biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini dapat mempengaruhi profit serta efisiensi tataniaga dan akan mempengaruhi harga jual ikan asin pada tiap tataniaga yang terlibat. Hal ini akhirnya akan berpengaruh pada harga beli pada konsumen akhir. Salah satu kegunaan dai perhitungan marketing margin (price spread) dan share margin ialah untuk menghitung tingkat efisiensi tataniaga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini:

(17)

Skema Kerangka Pemikiran:

Produsen (Pengolah)

Biaya Produksi

Pengolahan Ikan asin

Fungsi Tataniaga • Pembelian • Penjualan • Pengangkutan • pengolahan • Penyimpanan • pengepakan • pembiayaan • Grading • Marketing loss • Informasi pasar Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Akhir Share Margin Efisiensi Pemasaran Produk

(18)

Keterangan : : Mempengaruhi / Hubungan

: pelaku Tataniaga

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang dibuat maka diajukan beberapa hipotesis berikut :

1) Biaya produksi yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin tinggi di daerah penelitian.

2) Terdapat beberapa saluran (channel of marketing) tataniaga ikan asin mulai dari produsen dalam artian nelayan/ pengolah sampai kepada konsumen akhir.

3) Terdapat lebih dari satu fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga ikan asin di daerah penelitian.

4) Ada perbedaan share margin pada masing-masing lembaga tataniaga ikan asin di daerah penelitian.

5) Penyampaian ikan asin mulai dari tingkat produsen sampai kepada konsumen akhir efisien di daerah penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat beberapa jenis dan bentuk media pengajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, hal tersebut memberikan

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat dan rahmat Allah SWT sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Penulisan Hukum

Guru yang juga merupakan peneliti menjalankan tugas sebagai penilai sementara siswa yang lain diberi kebebasan untuk memberikan apresiasi sastra geguritan dengan memilih salah

Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas tentang ilmu sejarah yang semakin dilupakan remaja maupun masyarakat pada saat ini serta untuk meningkatkan efisiensi

4. Kembali dan berkarya di daerah afirmasi asal setelah selesai studi bagi penerima program beasiswa daerah afirmasi. Mendahulukan kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan

Tidak ditemukannya perbedaan prestasi siswa ditinjau dari gaya belajarnya ini, menurut Abd Wahab dalam Awang dkk., (2017) dikarenakan prestasi belajar siswa tidak hanya

Tarif Laboratorium dan Tarif Penggunaan Sarana dan Prasarana Gedung dan Asrama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dan huruf c ditetapkan dengan Keputusan

Departemen Agama Repub lik Indonesia , selanjutnya di sebut sebagai DEPAG, Dan Yayasan Makkah Almukarramah yang didi rikan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri