163
KONSTRUKSI FUNKTIONSVERB-GEFÜGE
DALAM BAHASA JERMAN
Herri Akhmad Bukhori
Abstract. This writing is concerned with the construction called Funktionsverb-Gefüge (Fv-G) in German. The Fv-G construction is a combination of a noun or a deverbal or deadjektival noun and a verb that collocate with each other. The verb in the Fv-G construction is the functional verb, that is, the finite verb that has grammatical function but has no semantic meaning. In general, the meaning of Fv-G con-struction is revealed by its noun. Two patterns of Fv-G concon-struction are: (a) functional verb + accusative noun and (b) functional verb + prepositional noun.
Key words: construction, Funktionsverb-Gefüge, German
Di Jerman, Funktionsverb-Gefüge (Fv-G) mulai berkembang sebagai salah satu gaya bahasa (Stil) sekitar tahun tujuh puluhan. Fv-G merupakan konstruksi yang sering ditemukan tidak hanya dalam buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi, persuratkabaran, surat-surat dinas, tetapi juga dalam naskah-naskah pidato.
Konstruksi Fv-G ini cukup rumit sehingga pebelajar bahasa Jerman seringkali menemui kesulitan untuk memahaminya. Kesulitan yang diha-dapi tidak hanya dari segi semantis, segi morfologis, tetapi juga dari sin-taksis, padahal pebelajar bahasa Jerman dituntut untuk bisa menguasai konstruksi Fv-G ini dengan baik. Di samping menguasai Fv-G dari segi sintaksis yang menyangkut bagaimana kolokasi verba fungsional (Vf) dan
Herri Akhmad Bukhori adalah dosen Jurusan Sastra Jerman, Fakultas Sastra, Univer-sitas Negeri Malang.
BAHASA DAN SENI, Tahun 32, Nomor 2, Agustus 2004
164
nominal (Nl), para pebelajar bahasa Jerman pun harus menguasai kons-truksi Fv-G dari segi semantis karena konskons-truksi Fv-G ini termasuk salah satu bentuk idiom yang maknanya kadang-kadang berbeda dari bentuk da-sar nominalnya.
Berikut akan dijelaskan mengenai konstruksi Fv-G dalam bahasa Jerman. Tulisan ini diharapkan dapat membantu pebelajar bahasa Jerman untuk lebih memahami konstruksi Fv-G secara mendalam serta bisa mengurangi kesulitan yang mereka hadapi. Di samping itu, tulisan ini diharapkan dapat menjadi sumbangan terhadap ancangan pembelajaran bahasa Jerman.
FUNKTIONSVERB-GEFÜGE (FV-G)
Secara etimologis Funktionsverb-Gefüge (Fv-G) berasal dari ga- bungan kata:
Funktion - Verb - Gefüge
fungsi verba tambahan
Istilah Fv-G ini digunakan oleh tatabahasawan bahasa Jerman seperti Buscha dan Latour. Sementara Flämig et al dan Rug menggunakan istilah lain. Flämig et al (1980:433) menyebut istilah Fv-G ini dengan
Streckformen (Strecke = perpanjangan, Formen = bentuk-bentuk, Streckformen = bentuk-bentuk perluasan). Di lain pihak Rug dan
Tomaszewski (1993:253-257) menggunakan istilah Nomen Verb Verbindungen (Nomen = nomina, Verb = verba, Verbindungen =
hubungan-hubungan, Nomen-Verb-Verbindungen = hubungan-hubungan antara verba dan nomina).
Penulis dalam tulisan ini akan tetap mengunakan istilah
Funktionverb-Gefüge (Fv-G) agar tidak terjadi salah persepsi karena
dalam bahasa Jerman sendiri Fv-G merupakan konstruksi yang khusus yang menggambarkan hubungan yang erat antara verba fungsional (Vf) dan nomina (l) (Nl).
Dilihat dari ciri yang ada, Fv-G termasuk bentuk frasa karena Fv-G memenuhi ciri-ciri frasa, yaitu tidak memiliki subjek dan predikat. Fv-G termasuk frasa ekso-sentris karena distribusinya tidak sama dengan komponennya, misalnya Fv-G Frage stellen bertanya terdiri atas dua komponen yang berbeda yaitu Frage dan stellen. Sejalan dengan pendapat Moeliono (1988:127) bahwa ciri frasa yaitu mempunyai inti dan kata lain
Bukhori, Konstruksi Funktionsverb-Gefüge 165
yang mendampinginya, begitu pula dengan Fv-G. Fv-G pun terbentuk dari kata inti yakni Funktionsverb (Vf) verba fungsional sebagai penguasa (Pn) dan nominal (Nl) yang mendampinginya sebagai pembatas (Pm) seperti dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Verantwortung tragen
Nl Vf (Pm) (Pn) tanggung jawab memikul
bertanggung jawab
Pada umumnya makna Fv-G inklusif pada nominal, contohnya nominal Verantwortung tanggung jawab dan sesuai dengan struktur bahasa Jerman maka Vf dalam kalimat menduduki posisi kedua. Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
Die Fabriken tragen die Verantwortung für die Umweltverschmutzung. det pabrik (pl) memikul det tanggung jawab
untuk det lingkungan pengotoran
Pabrik-pabrik bertanggung jawab terhadap pencemaran lingkungan. Vf tragen memikul sebagai kolokasi Nl Verantwortung tanggung jawab sifatnya tetap, artinya tidak bisa disubstitusi atau diganti dengan Vf lain karena akan menghasilkan kalimat yang tidak bermakna sebagaimana yang dimaksudkan, misalnya sebagai berikut.
* Die Fabriken machen die Verantwortung für die Umweltverschmutzung.
det pabrik (pl) membuat det tanggung jawab untuk det lingkungan pengotoran
* Die Fabriken nehmen die Verantwortung für die Umweltverschmutzung.
det pabrik (pl) mengambil det tanggung jawab untuk det lingkungan pengotoran
Yang bertindak sebagai penguasa pada kalimat (1) di atas adalah
tragen dan pembatasnya Verantwortung. Nominal Verantwortung
tanggung jawab sebagai unsur Fv-G memiliki kolokasi yang pasti dan muncul berpasangan dengan Vf tragen memikul . Dalam kalimat, Vf
BAHASA DAN SENI, Tahun 32, Nomor 2, Agustus 2004
166
tragen ini tidak bisa disubstitusi oleh verba lain seperti machen
membuat atau nehmen mengambil seperti yang dicontohkan di atas karena tidak akan menghasilkan kalimat yang berterima dan bermakna idiomatis.
Berikut akan dibahas unsur yang menjadi bagian Fv-G ini yakni Verb verba (V), Funktionsverb verba fungsional (Vf), dan Gefüge tambahan .
Verb (Verba)
Verba berasal dari bahasa Latin verbum kata . Dalam bahasa Jerman sendiri, verba mempunyai bermacam-macam istilah seperti Tuwort kata kerja , Tätigkeitswort kata aktifitas , atau Zeitwort kata waktu .
Verba merupakan unsur yang penting karena verba merupakan inti suatu kalimat. Dari verba tergambar situasi, keadaan, peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupan manusia.
Verba dalam bahasa Jerman memegang peran yang sangat penting dalam menentukan kehadiran unsur-unsur yang bergayut di sekitarnya yang biasa disebut Valenz valensi atau Wertigkeit nilai . Jenis valensi ini ada empat, yakni:
(1) Avalentes Verb verba yang bervalensi nol . Verba jenis ini sering
disebut verba impersonal tanpersona , misalnya:
Es regnet. Es schneit.
Ø hujan Ø bersalju Hujan turun. Salju turun.
Verba regnen dan schneien tidak memiliki kemampuan untuk me-ngikat argumen. Es dalam dua contoh kalimat di atas adalah subjek tan-persona.
(2) Monovalentes Verb verba yang bervalensi satu , misalnya: Ich schlafe. Das Kind fällt.
saya tidur det. anak jatuh Saya tidur. Anak itu jatuh.
(3) Divalentes Verb verba yang bervalensi dua , misalnya: Romeo liebt Juliet
Romeo mencintai Juliet Romeo mencintai Juliet.
Bukhori, Konstruksi Funktionsverb-Gefüge 167
(4) Trivalentes Verb verba yang bervalensi tiga , misalnya: Vania schenkt ihrem einen Füller.
Vania menghadiahi posesif ayah sebuah pena Vania menghadiahi ayahnya sebuah pena.
Dalam bahasa Jerman, verba merupakan kelas kata yang dik-onyugasikan menurut persona, numeralia, dan kala dengan cara memper-hatikan apakah subjeknya berupa persona pertama, kedua atau ketiga dan apakah subjeknya itu berbentuk tunggal atau jamak, misalnya:
(a) persona: Ich sage
(persona kesatu) (kala kini, persona kesatu berakhiran e) saya berkata
Saya berkata
(b) numeralia: Ein Kind sagt
(netral, tunggal) (kala kini, persona ketiga berakhiran -t) seorang anak berkata
Seorang anak berkata Vier Kinder sagen
(jamak) (kala kini, persona ketiga berakhiran en) empat anak berkata
Empat anak berkata (c) kala: c.1 Peter sagte
- (kala lampau, tunggal) Peter berkata
Peter berkata
Bandingkan c.1 yang menggunakan kala lampau (Präteritum) den-gan c.2 berikut yang menggunakan kala kini (Präsens):
c.2 Peter sagt
- (kala kini, persona ketiga berakhiran -t) Peter berkata
Peter berkata
Verba bahasa Jerman memiliki ciri yang mudah dikenali karena ben-tuk infinitifnya selalu berakhiran en, misalnya: besuchen mengunjungi ,
BAHASA DAN SENI, Tahun 32, Nomor 2, Agustus 2004
168
sulit untuk menentukan mana verba di dalam kalimat. Hal ini berbeda dengan bahasa Indonesia seperti yang dikemukakan oleh Badudu (1996:116) bahwa menentukan verba dalam bahasa Indonesia lebih sulit daripada menentukan verba bahasa Eropa. Verba dapat dikembangkan melalui sufiksasi, perluasan, dan sebagainya sehingga dari verba ini akan muncul bentuk turunan seperti nominal atau adjektival, misalnya dari verba (V) menjadi nominal (Nl) atau adjektival:
V Nl
demonstrieren Demonstration
berunjuk rasa unjuk rasa V adjektival essen essbar
makan bisa dimakan
Verba mengalami perluasan yang terdiri atas verba inti dan verba perluasan-nya, misalnya:
gehen (verba inti)
pergi
spazierengehen (spazieren = verba perluasan, gehen = verba inti)
pergi jalan-jalan
Bahasa Jerman termasuk bahasa berkasus dan pola urutan kalimatnya mengi-kuti pola subjek-predikat-objek (SVO). Meskipun demikian, posisi subjek (S) bisa bertukar dengan tempat objek (O). Verbanya (V) sendiri selalu menduduki slot kedua kecuali dalam kalimat tanya dan kalimat im-peratif.
Berdasarkan perilaku sintaksis dan semantis, verba dapat diklasifika-sikan ke dalam beberapa kelompok. Eisenberg (1989:73) mengelompok-kan verba bahasa Jer-man ke dalam empat kelompok:
Vollverben verba finit , misalnya: arbeiten denken laufen
bekerja berpikir berlari
Kopulaverben verba kopula , misalnya: bleiben, sein, werden
tinggal adalah menjadi
Modalverben verba modal , misalnya:
Bukhori, Konstruksi Funktionsverb-Gefüge 169
akan dapat harus boleh mau harus
Hilfsverben verba bantu , misalnya: haben sein werden
Sesuai dengan namanya Hilfsverben verba bantu apabila diterapkan dalam kalimat maka makna dasar dari verba tersebut tidak muncul.
Funktionsverb verba fungsional
Berdasarkan klasifikasi atau pengelompokan verba yang dikemu-kakan oleh Eisenberg sebelumnya, Funktionsverb verba fungsional un-tuk seterusnya disingkat (Vf) tampaknya tidak termasuk ke dalam empat kelompok tersebut. Meskipun demi-kian, Vf cenderung masuk ke dalam kelompok Vollverben verba finit yang isti-mewa seperti yang dikemu-kakan oleh Bu man (1990:260) bahwa Vf adalah verba yang dalam kon-teks-konteks tertentu tidak lagi memiliki arti secara leksikal sebagai verba finit. Vf ini mempunyai fungsi gramatikal sebagai penyokong kaidah morfo- sintaksis.
Jika dilihat dari perilaku sintaksisnya maka Vf ini sama dengan verba bantu. Bagaimanakah perbedaan antara verba bantu dengan Vf? Hal ini dapat dilihat dalam uraian berikut.
Die Vorlesung kommt in Gang.
det perkuliahan datang ke jalan Perkuliahan dimulai
Jika diperhatikan secara sekilas, in Gang merupakan keterangan dari
kommt dengan alasan in merupakan preposisi direktif verba kommen yang
menggambarkan gerakan berarah yang mirip dengan bentuk frasa
in die Schule
ke det sekolah ke sekolah
Der Gang artinya gang atau jalan kecil dalam bahasa Indonesia.
Apabila in Gang tidak dipahami sebagai bagian dari konstruksi Fv-G, maka frasa in Gang dapat disalahartikan menjadi ke dalam gang , pada-hal sesungguhnya in Gang adalah bagian nominal dari konstruksi Fv-G dan maknanya adalah mulai . Verba kommen datang dalam konstruksi itu merupakan verba fungsional (Vf). Makna dasar verba kommen itu
BAHASA DAN SENI, Tahun 32, Nomor 2, Agustus 2004
170
sendiri dalam konstruksi Fv-G telah hilang dan hanya berfungsi gramati-kal mendukung frasa in Gang. Sekarang bandingkan contoh gramati-kalimat Die
Vorlesung kommt in Gang tadi dengan kalimat berikut dalam kala lampau Perfekt
Fritz ist gekommen.
Fritz Vb datang (Partizipperfekt) Fritz telah datang
Ist sebagai verba bantu (Vb) dalam kalimat di atas tidak berdiri
sendiri, tetapi memiliki fungsi gramatikal mendukung verba kommen yang dalam kala lampau Perfekt berubah menjadi gekommen. Makna kalimat di atas dipikul oleh gekommen. Ternyata ada persamaan fungsi antara in
Gang dan gekommen, yakni sebagai pendukung makna kalimat. Jadi, di-
sini bisa disimpulkan bahwa verba kommen dalam kalimat Die Vorlesung
kommt in Gang. adalah verba fungsional (Vf), yakni verba finit yang
ke-hilangan makna dasarnya dan hanya memiliki fungsi gramatikal. Sama seperti verba bantu (Vb) ist dalam kalimat Fritz ist gekommen. , maka ist pun kehilangan makna dasarnya dan hanya memiliki fungsi gramatikal.
Verba fungsional (Vf) selalu muncul berpasangan dengan unsur nominal yang membentuk kesatuan yang padu dan keberadaannya sebagai kolokasi sangat penting menghasilkan kalimat bermakna secara gramati-kal.
Verba finit yang menjadi verba fungsional (Vf) jumlahnya hanya be-berapa saja seperti: bringen membawa , finden menemukan ,
er-fahren mengalami , geben memberi(kan) , geraten datang , kommen
da-tang , machen membuat , nehmen meng-ambil , stehen berdiri , stellen meletakkan .
Verba-verba di atas jika dikaji lebih jauh bisa dikelompokkan lagi berdasarkan makna semantis. Menurut Buscha (1979:279) Vf berdasar-kan makna semantisnya masih dapat dipilah lagi menjadi Aktionsart
verba tindakan sebagai berikut.
Durative Verben verba duratif , yaitu verba yang menyatakan
suatu keadaan, misalnya Angst haben
ketakutan mempunyai
takut
Bukhori, Konstruksi Funktionsverb-Gefüge 171
Inchoative Verben verba inkoatif , yaitu verba yang menyatakan
perubahan keadaan, misalnya Angst bekommen
ketakutan mendapat
menjadi takut
Kausative Verben verba kausatif , yaitu verba yang menyatakan
pengaruh akibat suatu perubahan, misalnya in Angst versetzen
ke ketakutan terduduk
terhenyak dalam ketakutan
Dari ketiga contoh di atas terlihat jelas perbedaan makna yang ter-jadi. Kolokasi Angst ketakutan dengan verba fungsional (Vf) yang ber-beda menghasilkan makna yang berber-beda pula, yakni apakah seseorang dalam keadaan takut, menjadi takut, atau malah terhenyak dalam ketaku-tan. Jadi di sini ada perbedaan makna inheren verba. Berkaitan dengan makna inheren ini Tadjuddin (1992:40) mengemukakan bahwa makna aspektualitas inheren verba menggambarkan bermacam-macam sifat situasi yang secara inheren terkandung dalam semantik verba.
Di lain pihak, Plischke (1992:3) membedakan verba fungsional (Vf) atas.
Dauer keberlangsungan , misalnya in Bewegung sein ke gerakan adalah
bergerak
Beginn permulaan /Zustandveränderung perubahan keadaan ,
misalnya in Gang kommen
ke gang datang
mulai
Wirkung pengaruh /Zustandveränderung perubahan keadaan ,
misalnya zur Entscheidung bringen
ke keputusan membawa
memutuskan .
Verba fungsional (Vf) turut berperan dalam memberi makna inheren dalam konstruksi Fv-G, karena itu Vf yang berkolokasi dengan nominal (Nl) perlu diketa-hui maknanya secara semantis. Jika hanya Nl yang
BAHASA DAN SENI, Tahun 32, Nomor 2, Agustus 2004
172
diambil sebagai patokan pemberi makna asosiatif, maka peristiwa se-benarnya yang diungkapkan frasa tersebut tidak lagi tercermin di dalam-nya.
Gefüge tambahan
Gefüge tambahan yang dimaksud di sini adalah terjadinya
peruba-han kelas kata dari verba (V) menjadi nominal (Nl), kemudian terjadi
rais-ing perubahan tataran sehrais-ingga muncul bentuk parafrase dari verba asal,
contohnya sebagai berikut.
kritisieren Kritik Kritik üben
V Nl Nl Vf mengritik kritik mengritik
Verba fungsional (Vf) üben melatih sebagai Gefüge tambahan pada Nl Kritik hanya memiliki fungsi gramatikal. Meskipun demikian, Nl
Kritik inklusif pada verba üben. Gabungan Nl + Vf (Kritik + üben)
seba-gai Fv-G (Kritik üben mengritik ) jika diterapkan dalam kalimat, maka Fv-G ini berfungsi sebagai predikat, contohnya sebagai berikut.
Der Profesor übt Kritik an dieser Dissertation.
det profesor melatih kritik pada ini disertasi Profesor mengritik disertasi ini.
POLA KONSTRUKSI FUNKTIONSVERB-GEFÜGE (FV-G)
Secara umum konstruksi Funktionsverb-Gefüge (Fv-G) dalam bahasa Jerman mengikuti dua pola, yakni:
Verba fungsional (Vf) + Nomina (l) Akusatif Verba fungsional (Vf) + Preposisi + Nomina (l)
Berikut adalah contoh-contoh konstruksi pola Funktionsverb-Gefüge (Fv-G) yang menggunakan pola pertama.
nehmen (Vf) + Abschied (Nl Akusatif) = sich verabschieden
(berpisah,pamit) Verba fungsional (Vf) + Nomina(l) Akusatif
Bukhori, Konstruksi Funktionsverb-Gefüge 173
Die Gäste nehmen sich von dem Gastgeber Abschied.
det tamu mengambil refl dari det tuan rumah pamitan Para tamu berpamitan kepada tuan rumah.
finden (Vf) + Verbreitung (Nl Akusatif) = sich verbreiten (terse
bar)
Seine Schriften fanden große Verbreitung.
pos tulisan menemukan besar pelebaran Tulisannya tersebar di mana-mana.
haben (Vf) + Funktion (Nl Akusatif) = funktionieren (berfungsi) Wegen des Kurzschlußes hat der Apparat keine Funktion mehr.
prep det hubungan pendek punya det alat neg fungsi lagi
Alat itu tidak bisa berfungsi lagi disebabkan oleh hubungan pendek.
Konstruksi Funktionsverb-Gefüge (Fv-G) yang menggunakan pola yang kedua:
kommen (Vf) + in + Verbindung = sich verbinden (berhubungan/kontak) Seit dem Tod ihres Vaters komme ich mit ihr immer in Ver bindung.
prep det mati pos ayah datang saya prep pos selalu dalam hubungan
Saya selalu berhubungan/mengadakan kontak dengan dia sejak kematian ayah nya.
kommen (Vf) + zur + Anwendung = anwenden (menggunakan) Bei relativ hohen Temperaturen kann dieses Material zur An wendung kommen.
prep relatif tinggi suhu dapat ini bahan prep penggunaan datang
Orang dapat menggunakan bahan ini pada suhu yang relatif tinggi .
stehen (Vf) + zur + Debatte= debatieren (memperdebatkan) Das Thema steht noch zur Debatte im Parlament.
det topik berdiri masih prep debat dalam parlemen Topik itu masih diperdebatkan di parlemen.
BAHASA DAN SENI, Tahun 32, Nomor 2, Agustus 2004
174
Keterangan: det = determiner ref = refleksif prep = preposisi neg = negator
pos = posesif
SIMPULAN
Funktionsverb-Gefüge (Fv-G) mulai berkembang sebagai salah satu
gaya bahasa (Stil) sekitar tahun tujuh puluhan di Jerman. Fv-G merupakan konstruksi yang sering ditemukan tidak hanya dalam buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi, persurat-kabaran, surat-surat dinas, tetapi juga dalam naskah-naskah pidato.
Dari segi sintaksis, Funktionsverb-Gefüge (Fv-G) menyangkut kolo-kasi verba fungsional (Vf) dan nominal (Nl). Dilihat dari segi semantis, konstruksi Funktionsverb-Gefüge (Fv-G) ini termasuk salah satu bentuk idiom yang maknanya kadang-kadang berbeda dari bentuk dasar nominal-nya.
Konstruksi Funktionsverb-Gefüge (Fv-G) dalam bahasa Jerman se-cara umum mengikuti dua pola, yakni:
Verba fungsional (Vf) + Nomina (l) Akusatif Verba fungsional (Vf) + Preposisi + Nomina (l) DAFTAR RUJUKAN
Buscha, Helbig dan Joachim Buscha. 1986.Deutsche Grammatik. Leipzig: Verb Verlag Enzyklopädie.
Bu man, Hadumod. 1990. Lexikon der Sprachwissenschaft. Stuttgart: Alfred Kröner Verlag.
Flämig, Walter. 1980.Grundzüge einer deutschen Grammatik. Leipzig: Akade-mie Verlag.
Helbig, Gerhard. 1979. Probleme der Beschreibung von Funktionsverb-Gefüge im Deutschen. Deutsch als Fremdsprache 16/5.
Latour, Bernd.1988. Mittelstufengrammatik. Ismaning: Max Hueber Verlag. Moeliono, Anton (Editor).1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Perum Balai Pustaka.
Plischke, Marie.1992. Zielsprache 23.
Rug, Wolfgang dan Andreas Tomaszweski.1993.Grammatik mit Sinn und Ver-stand. München: Klett Edition Verlag.
Tadjuddin, Moh.1993. Makna Aspektualitas Inheren Verba Bahasa Indonesia. Bandung: Majalah Ilmiah Universitas Padjadjaran.