• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Pemasaran Pepaya California di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efisiensi Pemasaran Pepaya California di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor Jawa Barat"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA DI DESA

RANCABUNGUR DAN DESA MEKARSARI KECAMATAN

RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

GITA NURDINIATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efisiensi Pemasaran Pepaya California di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Gita Nurdiniati NIM H34124032

1

(4)
(5)

dan Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh RATNA WINANDI.

Pepaya california merupakan salah satu komoditas unggulan yang memiliki potensi yang cukup baik untuk terus dikembangkan. Di kecamatan rancabungur terdapat petani yang bergabung dengan kelompok tani dan petani yang tidak tergabung dengan kelompok tani. Hasil analisis menunjukan bahwa saluran pemasaran yang terbentuk pada saluran pemasaran melalui non kelompok tani terdiri dari 7 saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang relatif efisien pada saluran pemasaran melalui non kelompok tani adalah saluran pemasaran 5

(petani—pedagang pengecer—konsumen akhir) karena memiliki margin pemasaran

terkecil, farmer’s share paling besar dan rasio keuntungan terhadap biaya memiliki nilai lebih dari satu. Saluran pemasaran yang terbentuk pada pemasaran melalui kelompok tani terdiri dari 4 saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang relatif efisien pada saluran pemasaran melalui kelompok tani adalah saluran pemasaran 1 (petani—kelompok tani—pedagang pengecer—konsumen akhir) karena memiliki margin pemasaran terkecil, farmer’s share terbesar dan rasio keuntungan terhadap biaya memiliki nilai lebih dari satu.

Kata kunci: efisiensi, saluran pemasaran, pepaya california, kelompok tani

ABSTRACT

GITA NURDINIATI. Marketing‘s efficiency of papaya‘s california in Rancabungur and Mekarsari village, Rancabungur district, Bogor, West Java. Supervised by RATNA WINANDI

Pepaya california is one of commodities that potentially to be developed. In rancabungur, there are farmer‘s who join with the farmer‘s group and individual farmer. The results of this research show that there are 7 formed marketing channels of individual farmers. The most efiicient marketing channels of individual farmer‘s is the fifth marketing channel (farmers—retailer—end consumers) because it is has the smallest marketing margin, the biggest farmer‘s share and π/C ratio value is more than one. There are 4 formed marketing channels of farmer‘s groups. The most efficient marketing channels is the first marketing channel (farmer— farmer‘s group—retailer—end consumers). It is because has the smallest marketing margin, the biggest farmer‘s share and π/C ratio value is more than one.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi dan Manajemen

EFISIENSI PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA DI DESA

RANCABUNGUR DAN DESA MEKARSARI KECAMATAN

RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

GITA NURDINIATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai dengan bulan Desember 2014 ialah Efisiensi Pemasaran Pepaya California di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku pembimbing, Ibu Ir. Yuniar Atmakusuma, MS selaku dosen evaluator dan dosen penguji utama serta Ibu Anita Primaswari Widhiani, SP, M.Si selaku dosen penguji akademik di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Kiki selaku ketua kelompok tani Tirta Mekar, serta seluruh petani dan pedagang pepaya california di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu serta seluruh keluarga dan teman-teman, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Karakteristik Pepaya California 7

Saluran Pemasaran 8

Margin Pemasaran dan Farmer’s Share 8

Fungsi-fungsi pada Lembaga Pemasaran 9

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Jenis dan Sumber Data 18

Metode Pengumpulan Data 19

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 19

Analisis lembaga dan Saluran Pemasaran 20

Analisis Efisiensi Pemasaran 20

Analisis Margin Pemasaran 20

Analisis Farmer’s share 21

Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya 21

Definisi Operasional 22

GAMBARAN UMUM 22

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 22

Karakteristik Petani Responden 24

Karakteristik Lembaga Pemasaran 28

Keadaan umum agribisnis pepaya california di Desa Rancabungur dan

Desa Mekarsari Kabupaten Bogor 31

HASIL DAN PEMBAHASAN 32

Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran 32

Lembaga dan Saluran Pemasaran Melalui Non Kelompok Tani 32

Lembaga dan Saluran Pemasaran Melalui Kelompok Tani 38

Analisis Fungsi Lembaga Pemasaran Pepaya California 42

Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran melalui non kelompok tani 42

Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran melalui kelompok tani 52

Analisis Keragaan Pasar Pepaya California 61

Margin pemasaran 61

Farmer’s share 64

Rasio keuntungan terhadap biaya 65

(13)

DAFTAR PUSTAKA 74

LAMPIRAN 76

RIWAYAT HIDUP 82

DAFTAR TABEL

1 Produktivitas buah-buahan di Indonesia tahun 2009-2013 1

2 Konsumsi rumah tangga di Indonesia menurut hasil susenas komoditas

pepaya tahun 2007-2011 2

3 Penyediaan dan ketersediaan menurut hasil susenas komoditas pepaya di

Indonesia 2

4 Perkembangan rata - rata harga komoditas pepaya di Jawa Barat 3

5 Produksi pepaya di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat tahun

2007 - 2011 4

6 Produksi pepaya california di Kabupaten Bogor tahun 2012 4

7 Keadaan penduduk Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari berdasarkan

mata pencaharian 24

8 Pemanfaatan lahan di Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur 24

9 Sampel petani yang tergabung dalam kelompok tani 25

10 Sampel petani non kelompok tani 25

11 Gambaran usia petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani 26

12 Gambaran tingkat pendidikan petani anggota kelompok tani dan non

kelompok tani 26

13 Pengalaman bertani pepaya bagi petani anggota kelompok tani dan non

kelompok tani 27

14 Luas lahan petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani 27

15 Status kepemilikan lahan petani anggota kelompok tani dan non

kelompok tani 28

16 Responden menurut jenis lembaga pemasaran 28

17 Fungsi-fungsi pemasaran pada masing-masing lembaga pertanian dalam

sistem pemasaran pepaya california melalui non kelompok tani 51

18 Fungsi-fungsi pemasaran oleh masing-masing lembaga pemasaran dalam

sistem pemasaran pepaya california kelompok tani 60

19 Margin pemasaran pepaya california non kelompok tani di Desa

Rancabungur dan Desa Mekarsari Kabupaten Bogor 62

20 Margin pemasaran pepaya california kelompok tani di Desa Rancabungur

dan Desa Mekarsari Kabupaten Bogor 63

21 Farmer's share pada saluran pemasaran pepaya california di Desa

Rancabungur dan Desa Mekarsari Kabupaten Bogor 64

22 Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pepaya california non

kelompok tani di desa Rancabungur dan Desa Mekarsari 66

23 Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pepaya california non

(14)

24 Nilai efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya california

melalui non kelompok tani di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari 68

25 Nilai efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya california

melalui kelompok tani di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari 70

DAFTAR GAMBAR

1 Produksi pepaya di Kecamatan Rancabungur tahun 2012 4

2 Kebun pepaya california milik anggota kelompok tani 25

3 Kebun pepaya california milik petani non kelompok tani 26

4 Struktur Organisasi Kelompok Tani Tirta Mekar 30

5 Saluran pemasaran pepaya california melalui non kelompok tani 33

6 Saluran pemasaran pepaya california melalui kelompok tani 39

7 Pameran kelompok tani di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor 41

8 Fungsi penyimpanan di pedagang pengumpul besar 43

9 Fungsi sortasi dan transportasi pada pedagang pengumpul besar 47

10 Fungsi penyimpanan di pedagang pengecer 49

11 Fungsi fisik yang dilakukan oleh kelompok tani 53

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rincian biaya pemasaran pepaya california melalui non kelompok tani 76

2 Rincian biaya pemasaran pepaya california melalui kelompok tani 77

3 Rekapitulasi margin pemasaran pepaya california melalui non kelompok

tani 79

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah-buahan merupakan salah satu produk hortikultura yang disukai oleh masyarakat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi buah-buahan dalam rangka pemenuhan gizi dan menjaga kesehatan tubuh, sehingga menyebabkan buah-buahan sebagai salah satu bahan pangan yang dicari untuk dikonsumsi setiap harinya. Saat ini, pangsa konsumsi buah dalam negeri untuk rumah tangga mencapai sekitar 35-40 persen dari total konsumsi buah-buahan nasional. Kemudian untuk konsumsi hotel, restoran dan catering mencapai 20 persen dari konsumsi buah-buahan nasional yang umumnya meliputi pepaya, semangka, melon, nenas dan alpukat. Sedangkan konsumsi buah untuk industri mencapai 30 persen antara lain untuk industri jus, minuman, buah kaleng, dan lain-lain. Untuk konsumsi buah musiman atau eksotik seperti mangga, durian, rambutan mencapai sekitar 10 persen dari buah-buahan nasional2.

Tabel 1 Produktivitas buah-buahan di Indonesia tahun 2009-2013 No Komoditas Rata-rata produksi (Ton Ha-1)

2009 2010 2011 2012 2013*)

1 Nenas 123.56 115.84 124.90 104.84 126.24

2 Pepaya 80.75 73.26 86.68 77.45 79.26

3 Apel 84.82 49.79 53.69 57.93 68.40

4 Markisa 69.86 76.80 80.65 78.58 74.33

5 Pisang 53.55 56.83 58.88 60.00 57.39

Sumber : Dirjen Hortikultura, Kementerian Pertanian, 2013 (diolah) *) Angka Sementara

Salah satu komoditas hortikultura buah yang memiliki produktivitas yang cukup tinggi adalah pepaya seperti yang terlihat pada tabel 1. Buah pepaya merupakan salah satu produk buah-buahan yang diminati masyarakat baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan nama latin Carica papaya L.

Pepaya memiliki beberapa manfaat yang menjadikannya sebagai buah favorit bagi masyarakat. Buah pepaya kaya akan vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin E juga mengandung enzim papain yang dapat membantu sistem pencernaan karena enzim papain bisa mencerna 35 kali lipat sehingga makanan yang mengandung protein dapat diserap oleh tubuh dengan baik dan dapat membantu tubuh dalam mengeluarkan racun, mengatur asam amino yang diproduksi dalam tubuh sehingga mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Itulah sebabnya buah pepaya yang populer sebagai ―buah meja‖ sangat digemari oleh masyarakat baik kalangan atas, menengah maupun bawah sebagai buah pencuci mulut yang memiliki manfaat yang cukup besar bagi tubuh kita (Muktiani 2011).

Pepaya bukanlah merupakan buah asli dari Indonesia melainkan tumbuhan yang berasal dari Amerika Selatan (Sobir 2009). Akan tetapi buah pepaya sudah

(16)

sangat familiar bagi masyarakat Indonesia, sehingga permintaan yang cukup tinggi terhadap buah pepaya dapat membuka peluang bagi peningkatan agribisnis pada budidaya buah pepaya. Pengembangan usahatani buah pepaya berhubungan positif dengan tingkat konsumsi masyarakat, apabila terjadi peningkatan konsumsi buah pepaya maka permintaan akan buah pepaya pun meningkat.

Konsumsi rumah tangga pada tabel 2 menurut hasil susenas merupakan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh penduduk dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi rumah tangga akan buah pepaya pada tahun 2011 mengalami peningkatan, walaupun sempat mengalami penurunan tingkat konsumsi pada tahun 2009 dan 2010 seperti yang terlihat pada tabel 2. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat mengkonsumsi buah papaya dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tingkat konsumsi pada tahun 2011.

Tabel 2 Konsumsi rumah tangga di Indonesia menurut hasil susenas komoditas pepaya tahun 2007-2011 Sumber : Kementerian Pertanian, 2012 (diolah)

Setiap tahunnya ketersediaan pepaya lebih besar dibandingkan tingkat konsumsinya seperti yang terlihat pada tabel 2 dan tabel 3. Ketersediaan buah pepaya lebih besar dibandingkan tingkat konsumsinya mengindikasikan bahwa penawaran buah pepaya lebih besar dibandingkan permintaannya sehingga terjadi surplus sebesar 1 kg/kapita/tahun. Terjadinya surplus dapat disebabkan tidak meratanya pemasaran pepaya sehingga ketersediaan pepaya tidak dapat terdistribusi dengan baik sampai ke konsumen akhir.

Adanya surplus dapat membuka peluang untuk ekspor ke luar negeri. Saat ini buah pepaya telah menjadi komoditi perdagangan internasional dan menjadi produk yang di ekspor ke beberapa negara, seperti Hongkong, Singapure, Malaysia, Kuwait, United Arab Emirates, Qatar, Bahrain dan Switzerland3.

Tabel 3 Penyediaan dan ketersediaan menurut hasil susenas komoditas pepaya di Indonesia

Sumber : Kementerian Pertanian, 2012 (diolah)

3

(17)

Dapat dilihat data statistik harga komoditas pertanian yang diterbitkan oleh Pusdatin Pertanian pada tabel 4. Harga rata-rata pepaya tingkat produsen dengan harga rata-rata tingkat konsumen di provinsi Jawa Barat tahun 2012 diperoleh margin pemasaran sebesar Rp 1 945,- atau 54.75 persen. Rata-rata pertumbuhan harga pepaya di tingkat produsen lebih kecil dibandingkan rata-rata pertumbuhan di tingkat konsumen dapat mengindikasikan bahwa kenaikan harga di tingkat konsumen tidak diikuti dengan kenaikan harga yang cukup adil di tingkat produsen.

Tabel 4 Perkembangan rata - rata harga komoditas pepaya di Jawa Barat

Uraian Tahun Rata-rata

Pertumbuhan (%) 2008 2009 2010 2011 2012

Tingkat Produsen (Rp/kg) 2 028 2 153 2 370 2 290 2 354 3.92 Tingkat Konsumen (Rp/kg) 2 806 2 954 3 465 3 904 4 299 11.33 Margin pemasaran (Rp/kg) 778 801 1 095 1 614 1 945 19.72 Sumber : Pusdatin Kementerian Pertanian, 2013 (diolah)

Beberapa tahun yang lalu konsumen lebih senang memilih buah pepaya yang bentuknya besar dan berat seperti pepaya bangkok karena selain rasanya yang manis juga lebih banyak bagian yang dapat dimakan. Akan tetapi saat ini konsumen lebih senang memilih buah pepaya yang relatif lebih kecil dan ringan, hal tersebut dikarenakan buah pepaya yang kecil lebih mudah dikonsumsi sekaligus sehingga konsumen tidak perlu menyimpan buah pepaya yang sudah dikupas mengingat karakterisitik buah pepaya yang mudah membusuk. Daya tahan buah pepaya setelah panen umumnya hanya satu minggu untuk itu diperlukan adanya saluran pemasaran yang efisien untuk mencegah terjadinya kerugian akibat kerusakan pada buah pepaya (Sobir 209).

Pepaya california memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan jenis pepaya lainnya dengan berat berkisar antara 0.5 sampai dengan 2 kg per buah. Hal tersebut menjadi daya tarik sendiri bagi konsumen. Berdasarkan sisi harga, pepaya california juga memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan pepaya lainnya (Sobir 2009).

Dapat dilihat pada tabel 4 terjadi kesenjangan harga yang cukup besar antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen akhir pada komoditas pepaya. Kesenjangan harga yang terjadi biasanya disebabkan karena petani pepaya kurang mengetahui informasi pasar sehingga harga ditetapkan oleh lembaga pemasaran lain.

(18)

Perumusan Masalah

Salah satu sentra penghasil pepaya di Jawa Barat adalah Bogor terutama Kabupaten Bogor, dikarenakan kondisi iklim di daerah Bogor sangat cocok digunakan untuk budidaya tanaman pepaya. Tabel 5 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra penghasil buah pepaya dengan nilai produksi 8 220.9 ton.

Tabel 5 Produksi pepaya di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat tahun 2007 - 2011

No Kabupaten Produksi (ton) per tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Sukabumi 49 018.3 11 303.6 28 487.3 23 504.3 78 594.7 2 Bogor 8 481.9 5 764.5 18 861.3 5 763.5 8 220.9 3 Subang 1 049.4 2 573.5 11 904.6 2 750.8 1 777.6 4 Tasikmalaya 4 527.2 5 357.7 6 821.1 7 330.4 4 044.7 5 Karawang 2 685.1 2 345.7 5 866.8 2 764.9 1 577.3

6 Garut 2 915.4 4 163.2 3 305.5 6 451.1 3 518.6

Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat, 2012 (diolah)

Salah satu kecamatan yang memiliki potensi pengembangan pepaya california di Kabupaten Bogor berada di kecamatan Rancabungur, Kemang dan Jasinga dengan produksi tertinggi pada tahun 2012 di kecamatan Rancabungur seperti yang terlihat pada tabel 6.

Tabel 6 Produksi pepaya california di Kabupaten Bogor tahun 2012

No Kecamatan Desa Produksi

(Ton)

Potensi Pengembangan

1 Rancabungur Mekarsari 280.4 10 – 15 Ha

2 Kemang Bojong 82 15 – 20 Ha

3 Jasinga Cikopomayak 277.9 15 Ha

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2014

Pada gambar 1 produksi pepaya di Kecamatan Rancabungur paling besar didominasi oleh pepaya california dibandingkan pepaya jenis lain seperti pepaya bangkok. Tahun 2008 buah pepaya california sudah banyak dibudidayakan oleh petani sehingga menjadikan kecamatan rancabungur sebagai ―ikon‖ kecamatan yang memiliki potensi pengembangan pepaya california yang cukup besar di Kabupaten Bogor.

(19)

Pohon pepaya california dapat di panen pertama kali pada umur 7 - 9 bulan. Buah pepaya dapat dipanen seminggu dua kali sebanyak 50 - 80 kilogram setiap periode dan kemudian produksi buah pepaya akan menurun setelah usia pohon pepaya di atas 3 tahun sehingga diperlukan peremajaan pohon kembali. Pepaya california dijual berdasarkan kualitasnya yaitu grade A, B dan grade C. Standar kualitas grade A adalah buah yang berukuran lonjong dengan kulit buah mulus dan berat antara 800 gram sampai dengan 1.5 kg, bentuk buah cenderung seragam. Pepaya grade B mempunyai fisik yang hampir sama dengan grade B, yang membedakan hanya bobot buahnya saja yaitu 1 – 2 kg. Pepaya california diluar kriteria di atas adalah pepaya california grade C (Muktiani 2011).

Pepaya california kualitas grade A dijual dengan harga Rp3 500,- dan pepaya kualitas grade C dijual dengan harga Rp2 000,-. Biasanya pedagang membeli langsung ke lokasi petani pepaya california sehingga biaya transportasi sudah ditanggung oleh pihak pedagang. Pepaya california sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, ukurannya yang kecil dan teksturnya yang tidak mudah lembek. Para pedagang buah segar seperti toko buah, supermarket dan pasar tradisional sudah banyak yang menyediakannya dan keberadaan buah pepaya california diperlukan secara kontinu untuk memenuhi permintaan pasar (Sobir 2009).

Peran lembaga pemasaran sangatlah penting agar dapat mengalirkan buah pepaya california dari petani sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran yang berfungsi sebagai penghubung dari petani ke konsumen akhir akan membentuk pola saluran pemasaran pada pepaya california. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran pepaya california adalah petani, pedagang pengumpul kebun, pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar dan pedagang pengecer termasuk supermarket.

Di Kecamatan Rancabungur terdapat petani pepaya yang tergabung dalam kelompok tani dan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Petani yang tergabung dalam kelompok tani berada di Desa Mekarsari dengan nama kelompok tani Tirta Mekar. Kelompok tani tersebut fokus pada komoditas pepaya california, selain mengusahakan pembudidayaan kelompok tani Tirta Mekar juga melakukan fungsi pemasaran. Adanya fungsi pemasaran menyebabkan petani anggota dapat memperoleh informasi pasar secara utuh karena melakukan pemasaran sendiri dan dapat mengambil keputusan yang menguntungkan petani dan kelompok taninya. Sedangkan petani yang berada di desa terdekat dengan Desa Mekarsari yaitu Desa Rancabungur tidak tergabung dalam suatu kelompok tani dan cenderung berdiri sendiri.

(20)

per kg tergantung dengan kualitas yang dihasilkannya, sedangkan harga di tingkat konsumen berkisar antara Rp5 000,- sampai dengan Rp12 500,- per kg.

Banyaknya lembaga dan fungsi-fungsi yang dilakukan dalam pemasaran produk pertanian sangat berpengaruh pada besarnya biaya pemasaran sehingga perbedaan harga di tingkat petani dengan harga ditingkat konsumen akhir menjadi besar. Akan tetapi perbedaan harga atau margin yang tinggi akibat banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat tidak bisa dikatakan tidak efisien, karena harus dikaitkan dengan fungsi-fungsi pemasaran yang terjadi pada setiap lembaga pemasaran yang menyebabkan kepuasan pada konsumen.

Pemasaran yang efisien dapat mempengaruhi tingkat pendapatan petani. Agar sistem pemasaran dapat seefisien mungkin dilakukan, maka petani harus memilih saluran pemasaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan nilai yang diterima petani, memperkecil biaya pemasaran serta mampu menciptakan harga jual yang terjangkau dalam batas daya beli konsumen akhir. Pemasaran yang efisien dapat dilihat dari analisis saluran pemasaran dan efisiensi pemasaran yang meliputi analisis farmer’s share, analisis margin pemasaran dan analisis keuntungan terhadap biaya.

Mengacu pada perumusan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dapat diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana saluran pemasaran pepaya california yang dilakukan oleh petani

anggota kelompok tani dan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani di desa mekarsari dan Desa Rancabungur?

2. Bagaimana efisiensi pemasaran pepaya california bagi petani yang tergabung dalam kelompok tani dan petani yang tidak tergabung dengan kelompok tani ditinjau dari pendekatan farmer’s share, analisis margin pemasaran dan analisis keuntungan dan biaya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi saluran pemasaran yang terbentuk pada pemasaran pepaya california di kelompok tani dan non kelompok tani di desa Mekarsari dan desa Rancabungur

2. Menganalisis efisiensi sistem pemasaran pepaya california melalui kelompok

tani dan non kelompok tani berdasarkan pendekatan farmer’s share, analisis margin pemasaran dan analisis keuntungan dan biaya

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu:

1. Para petani dan lembaga pemasaran. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam kegiatan pemasaran pepaya california.

(21)

kebijakan dalam mencari alternatif pemecahan masalah pemasaran di lokasi penelitian.

3. Mahasiswa dan perguruan tinggi. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber informasi dan pembanding bagi studi-studi mengenai komoditas pepaya california.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada usahatani pepaya california yang tergabung dalam kelompok tani di Desa Mekarsari dan petani non kelompok tani di Desa Rancabungur Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor serta rantai pemasaran yang terdapat pada pemasaran pepaya california. Sumber komoditi adalah tanaman yang ditanam sendiri menggunakan tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja di luar keluarga dan berasal dari lahan milik sendiri maupun sewa.

Petani yang dijadikan responden adalah petani pepaya california di lokasi penelitian dan pedagang yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah pedagang yang melakukan kegiatan pembelian pepaya california pada petani responden di Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur.

Analisis kajian pada pemasaran pepaya california menggunakan pendekatan farmer’s share, analisis margin pemasaran dan analisis keuntungan terhadap biaya untuk melihat tingkat efisiensi pada sistem pemasaran pepaya california.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Pepaya California

Pepaya merupakan salah satu buah segar yang banyak di konsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Selain karena harganya yang terjangkau, buah pepaya juga kaya akan kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh. Buah pepaya memiliki banyak varietas, pengelompokan tanaman pepaya ke dalam beberapa varietas didasarkan pada bentuk, ukuran, warna dan tekstur buahnya. Salah satu jenis buah pepaya yang banyak dibudidayakan adalah pepaya california, selain rasanya yang manis pepaya california juga memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan jenis pepaya yang lain. Ukuran buah pepaya california relatif kecil yaitu berkisar antara 0.8 – 2 kg per buah, karena keunikannya tersebut maka buah pepaya california sangat digemari oleh masyarakat dan memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi. Pepaya california yang saat ini dibudidayakan oleh petani adalah pepaya jenis IPB-9 hasil pemuliaan PKHT-IPB.

Tanaman buah pepaya california tumbuh subur di dataran rendah hingga ketinggian 700 meter di atas permukan laut dengan curah hujan 1 000–2 000 mm/tahun, suhu berkisar antara 250– 300C dan kelembaban udara 40 persen. Bibit tanaman dapat diambil dari biji pepaya yang sudah matang dan dimasukkan kedalam polybag. Bibit pepaya dapat ditanam saat berumur 1-1.5 bulan ke dalam lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 50 cm dengan jarak tanam 2.5 x 2.5 m jumlah tanaman pepaya perhektar sekitar 1 450 - 1 600 pohon.

(22)

alas plastik dan dilakukan sortasi atau grading untuk memisahkan buah pepaya berdasarkan ukuran kualitasnya (Litbang Pertanian 2012).

Saluran Pemasaran

Penelitian tentang saluran pemasaran sudah dilakukan oleh Rahmawati (2013), Anwar (2011), Purba (2008), Widianingsih (2008) menunjukan bahwa besarnya biaya pemasaran pada saluran pemasaran disebabkan oleh banyaknya lembaga dan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran untuk memperoleh kepuasan konsumen. Oleh sebab itu diperlukan identifikasi terhadap saluran pemasaran yang terbentuk pada pemasaran agribisnis. Menurut Assauri dalam Anwar (2011) terdapat 2 jenis saluran pemasaran yaitu saluran langsung (dari produsen ke konsumen) dan saluran tidak langsung (dari produsen melalui pengecer, pedagang pengumpul, pedagang besar setelah itu ke konsumen akhir). Menurut Rahmawati (2013), sebagian besar petani memilih menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul dikarenakan kemudahan dalam melakukan transaksi, waktu dan pertukaran uang yang cepat, serta adanya ikatan dengan pedagang pengumpul.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Purba (2008) saluran pemasaran yang terbentuk pada pepaya california di Desa Cimande dan Desa Lemahdulur Kabupaten Bogor adalah saluran pemasaran langsung (petani–pabrik) dan saluran pemasaran tidak langsung (petani–supplier–pedagang pengecer–konsumen akhir). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widianingsih (2008) saluran pemasaran yang terbentuk pada pepaya california di Desa Pasirgaok Kabupaten Bogor yaitu untuk pepaya california non SPO saluran pemasaran langsung (Petani–konsumen akhir) dan saluran tidak langsung (petani–pengumpul–

pedagang eceran/supermarket–konsumen akhir), sedangkan untuk pepaya

california SPO saluran pemasaran yang terbentuk adalah saluran pemasaran tidak

langsung karena melalui pengusaha mitra (petani–pengusaha mitra–

supplier/supermarket/toko buah–konsumen akhir).

Margin Pemasaran dan Farmer’s Share

(23)

Saluran pemasaran pada komoditas pepaya california di Desa Cimande dan Desa Lemahdulur Kabupaten Bogor terdapat 2 jenis saluran pemasaran yaitu saluran pemasaran langsung dan saluran pemasaran tidak langsung, farmer’s share yang paling besar terdapat pada pola saluran 2 yaitu 100 persen karena merupakan saluran pemasaran langsung (petani–pabrik) namun berdasarkan rasio keuntungan dan biaya kedua jenis saluran dapat dikatakan efisien karena nilai rasio keuntungan dan biaya nilainya lebih dari satu (Purba 2008). Pada penelitian yang dilakukan oleh Widianingsih (2008) saluran pemasaran pepaya california di Desa Pasirgaok Kabupaten Bogor dibedakan antara pepaya dengan standar prosedur operasional (SPO) dan pepaya tanpa standar prosedur operasional (nonSPO), untuk pepaya dengan standar prosedur operasional margin pemasaran pola I (petani–pedagang pengumpul–pedagang pengecer–konsumen akhir) lebih

besar dibandingkan dengan pola II (petani–pedagang pengumpul–

supermarket/toko buah–konsumen akhir) akan tetapi hal tersebut bukan

disebabkan oleh banyaknya lembaga pemsaran yang terlibat di dalam pemasaran melainkan dikarenakan perbedaannya pada segmen pasar sehingga Widianingsih (2008) menggunakan rasio perbandingan keuntungan terhadap biaya untuk menentukan efisiensi pemasaran, saluran pemasaran pada pola I dinyatakan efisien karena memiliki rasio perbandingan keuntungan terhadap biaya yang lebih besar dibandingkan pola II. Untuk pepaya non SPO terbentuk 3 pola saluran pemasaran, pola pemasaran 2 (petani–pedagang pengumpul–supermarket/toko buah–kosumen akhir) lebih menguntungkan bagi petani walaupun nilai farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya lebih besar pada pola pemasaran III (petani--konsumen akhir) tetapi dari segi jumlah penjualan paling sedikit dibandingkan pola I dan pola II. Pola II dikatakan lebih menguntungkan karena jumlah penjualannya lebih banyak dibanding pola III dan nilai farmer’s share serta rasio keuntungan terhadap biaya yang lebih besar dibanding pola I.

Pada saluran pemasaran anggur di Buleleng Bali besarnya margin pemasaran, keuntungan dan biaya dari setiap lembaga pemasaran dan farmer’s share dipengaruhi oleh saluran pemasaran yang dilalui, jumlah anggur yang dipasarkan, jumlah lembaga pemasaran yang berperan aktif dalam pemasaran, jarak petani ke konsumen, panjang saluran pemasaran yang dilalui, sistem pemasaran dan daerah tujuan pemasaran (Suharyanto et al. 2006)

Saluran pemasaran yang efisien tidak hanya terlihat dari nilai total margin pemasaran dan farmer’s share melainkan juga melihat rasio keuntungan dan biaya serta faktor-faktor yang mempengaruhi margin pemasaran seperti banyaknya lembaga dan fungsi fisik yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran.

Fungsi-fungsi pada Lembaga Pemasaran

(24)

informasi harga dengan mengamati harga yang berlaku di pasar, selain itu petani juga mendapat informasi harga dari supplier. Untuk fungsi pembiayaan, petani membiayai sendiri modal yang digunakan untuk kegiatan usahatani pepaya. Sedangkan untuk fungsi pengangkutan, sortasi, grading dan penanggungan resiko hanya 10 persen petani yang melakukan fungsi-fungsi tersebut.

Pada tingkat supplier dan pedagang supplier pada pemasaran pepaya california di Desa Cimande dan Lemahdulur fungsi pemasaran yang dilakukan adalah fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengangkutan dan pengemasan) dan fungsi fasilitas (sortasi, standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar). Pedagang pengecer penetapan harganya didasarkan kepada informasi harga yang berlaku di pasar.

Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pada lembaga pemasaran pepaya California di Desa Pasirgaok (Widianingsih 2008) untuk tingkat petani fungsi pemasaran yang berlaku adalah fungsi penjualan dan fungsi fasilitas (informasi pasar). Petani mencari perkembangan harga dari pengusaha mitra dan pedagang pengumpul. Pengusaha mitra melakukan semua fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan), fungsi fasilitas (standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar). Pedagang pengecer juga melakukan fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas. Untuk informasi pasar, pedagang pengecer untuk mengetahui perkembangan harga, jumlah permintaan konsumen dan kulaitas yang diinginkan oleh konsumen.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pemasaran Agribisnis

Pemasaran merupakan suatu aktivitas yang berfungsi dalam mengalirkan produk mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Definisi pemasaran pertanian menurut Limbong dan Sitorus (1985) mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang dimaksud untuk memudahkan proses penyalurannya sehingga produk pertanian yang dipasarkan bukan hanya produk pertanian primer saja melainkan juga produk setengah jadi dan produk jadi sehingga dapat memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumen.

(25)

meningkatkan nilai produk tersebut, nilai guna kepemilikan yaitu barang akan mempunyai nilai tambah jika berpindah kepemilikan pada orang yang tepat.

Pemasaran pada produk agribisnis dapat mencakup semua aktivitas bisnis mulai dari petani produsen primer sampai ke konsumen akhir (Purcell dalam Asmarantaka 2012). Serangkaian fungsi yang dilakukan dalam menggerakan produk dari tingkat produksi primer hingga ke konsumen akhir dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran (Hammond dan Dahl dalam Hidayat 2010).

Lembaga dan Saluran Pemasaran

Keberadaan lembaga dalam sistem pemasaran sangat penting agar dapat mengalirkan produk dari petani/produsen primer sampai ke konsumen akhir. Menurut Limbong dan Sitorus (1985) lembaga pemasaran adalah suatu badan atau lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen melalui proses perdagangan. Dalam proses penyaluran produk dari produsen primer sampai ke konsumen akhir melibatkan beberapa perantara mulai dari produsen, lembaga-lembaga perantara sampai ke konsumen akhir. Dalam proses penyaluran selalu mengikutsertakan keterlibatan berbagai pihak, keterlibatan tersebut bisa dalam bentuk perorangan maupun kelembagaan, perserikatan atau perseroan. Timbulnya lembaga pemasaran ini disebabkan oleh adanya keinginan konsumen untuk mendapatkan barang yang diinginkan.

Kelembagaan pemasaran adalah berbagai organisasi bisnis, baik perorangan atau kelompok bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan aktivitas bisnis berupa fungsi-fungsi pemasaran untuk meningkatkan nilai guna dari suatu barang baik nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. Kelembagaan pemasaran dalam Asmarantaka (2012) terdiri dari

1. Pedagang perantara (merchant middlemen) yaitu pedagang yang melakukan berbagai fungsi pemasaran dalam pembelian dan penjualan produk dari produsen ke konsumen. Pedagang perantara terdiri dari pedagang pengumpul (assembler), pedagang eceran (retailers) dan pedagang grosir (wholesalers).

2. Agen perantara (agent middlemen) yaitu individu yang merupakan

perwakilan dari suatu lembaga atau insttusi dalam melakukan penanganan produk/jasa.

3. Spekulator (speculative middlemen) yaitu pedagang perantara yang membeli dan menjual produk dengan memanfatkan fluktuatif harga untuk mencari keuntungan.

4. Pengolah dan Pabrikan (processor and manufacturers) yaitu individu atau kelompok yang melakukan kegiatan perubahan bentuk dari produk primr menjadi produk setengah jadi atau produk akhir.

5. Organisasi (facilitative organization) yaitu kelompok yang dapat membantu kelancaran pelaksanaan pemasaran atau pelaksanaan dari fungsi-fungsi pemasaran.

(26)

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran pemasaran yaitu : a) adanya pertimbangan pasar, mencakup pembeli potensial, konsentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan kebiasaan membeli; b) Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk memenuhi pesanan atau pasar; c) Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan, kemampuan dan pengaiaman penjualan; d) Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen dan pertimbangan biaya.

Saluran pemasaran dapat dicirikan dengan memperhatikan banyaknya tingkat saluran. Panjangnya saluran pemasaran ditentukan oleh banyaknya tingkat perantara yang dilalui oleh suatu barang/jasa. Menurut Limbong dan Sitorus (1985) saluran pemasaran terdiri dari :

1. Saluran nol tingkat atau saluran pemasaran langsung (produsen—konsumen), adalah saluran dimana produsen menjual produknya secara langsung kepada konsumen

2. Saluran satu tingkat (produsen—pengecer—konsumen), adalah saluran pemasaran yang menggunakan perantara yaitu pedagang pengecer

3. Saluran dua tingkat (produsen—grosir—pengecer—konsumen), adalah

saluran pemasaran yang menggunakan dua perantara

4. Saluran tiga tingkat (produsen—grosir—pedagang pemborong—pengecer— konsumen), adalah saluran pemasaran yang menggunakan tiga perantara selain grosir dan pengecer ditemui juga pedagang pemborong.

Fungsi-fungsi Pemasaran

Menurut Asmarantaka (2012), analisis terhadap fungsi-fungsi yang terjadi dalam lembaga pemasaran bertujuan untuk mempertimbangkan bagaimana fungsi-fungsi pemasaran dilakukan, menganalisis biaya-biaya pemasaran dan memahami perbedaan biaya yang terjadi disetiap tingkat lembaga pemasaran. Fungsi-fungsi pada lembaga pemasaran terdiri dari :

1. Fungsi pertukaran (Exchange function) yaitu aktivitas perpindahan hak milik barang/jasa yang terdiri dari :

- fungsi pembelian yaitu kegiatan menentukan jenis barang yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhannya, meliputi penentuan jenis, jumlah kualitas, tempat pembelian serta cara pembelian barang.

- fungsi penjualan yaitu kegiatan menentukan tempat dan waktu untuk melakukan penjualan yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen baik dilihat dari jumlah, bentuk dan kualitasnya,

- fungsi pengumpulan., yaitu kegiatan mengumpulkan produk agar dapat mencukupi permintaan pasar.

2. Fungsi fisik (Physical function) yaitu aktivitas penanganan, pergerakan dan perubahan fisik dari produk/jasa. Fungsi fisik terdiri dari :

- fungsi penyimpanan, yaitu kegiatan menyimpan barang selama belum

(27)

pemeliharaan fisik gudang, resiko kerusakan selama penyimpanan dan biaya-biaya kegiatan selama penyimpanan.

- fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang di daerah

konsumen sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah dan mutunya. Fungsi pengangkutan mempunyai kegiatan perencanaan jenis alat angkutan yang digunakan, volume yang akan diangkut, waktu pengangkutan dan jenis barang yang akan diangkut. - fungsi pengolahan bertujuan untuk meningkatkaan kualitas barang dalam

rangka memperkuat daya tahan dan memberikan nilai tambah sesuai dengan keinginan konsumen

3. Fungsi fasilitas (Facilitating functions) yaitu fungsi yang dapat memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas terdiri dari :

- fungsi standarisasi dan grading yaitu merupakan kesepakatan dari pembeli dan penjual terhadap dimensi ukuran dan kualitas produk ke dalam kelas-kelas tertentu yang telah disepakati. Grading merupakan perlakuan terhadap produk untuk memilah-milah produk berdasarkan kelompok tertentu di dalam standarisasi tersebut.

- fungsi pembiayaan yaitu proses dalam penyediaan biaya untuk keperluan selama proses pemasaran.

- fungsi penanggungan risiko yaitu merupakan penanggungan resiko yang disebabkan oleh kerusakan, penyusutan, penurunan harga dan resiko produk tidak terjual.

- fungsi intelijen pasar yaitu kegiatan untuk mendapatkan informasi pasar mengenai permintaan, harga dan kualitas yang diinginkan oleh konsumen. Informasi pasar diperlukan untuk mengambil keputusan dalam perencanaan, produksi maupun pemasaran bagi konsumen maupun produsen dan lembaga yang terlibat dalam sistem tersebut.

Pelaksanaan dalam aktivitas agribisnis termasuk fungsi-fungsi pemasaran dapat memberikan dampak terhadap biaya pemasaran dan nilai produk. Fungsi-fungsi dari aktivitas pemasaran dapat meningkatkan atau menciptakan nilai guna bentuk, ruang dan waktu (Asmarantaka 2012).

Konsep Efisiensi Pemasaran

Ukuran efisiensi adalah kepuasan dari konsumen, produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat di dalam mengalirkan barang/jasa mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Efisiensi pemasaran dapat diukur melalui dua cara yaitu efisiensi harga dan efisiensi operasional (teknis). Efisiensi harga menekankan pada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses pemasaran sehingga efisien sesuai dengan keinginan konsumen. Efisiensi operasional berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran. Pemasaran agribisnis dapat dikatakan efisien apabila terdapat indikator-indikator sebagai berikut :

1. Menciptakan atau meningkatkan nilai tambah (Value added) yang tinggi terhadap produk agribisnis.

(28)

3. Marketing margin (biaya dan keuntungan) yang terjadi relative sesuai dengan fungsi-fungsi atau aktivitas bisnis yang meningkatkan kepuasan konsumen akhir.

4. Memberikan bagian yang diterima petani produsen (farmer’s share) yang relatif akan merangsang petani berproduksi di tingkat usahatani.

Proses pemasaran agribisnis yang efisien adalah yang memberikan kontribusi (share) yang adil mulai dari petani, perusahaan, lembaga-lembaga pemasaran sesuai dengan korbanan masing-masing dan kepuasan konsumen. Efisiensi pemasaran merupakan tujuan dari produsen dan lembaga-lembaga pemasaran karena pemasaran yang efisien dapat menyebabkan persentase perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen tidak terlalu tinggi, biaya pemasaqran dapat ditekan seminimal mungkin sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi dan mampu menciptakan kompetisi pasar yang sehat. Pada umumnya untuk mengevaluasi efisiensi pemasaran diperlukan indikator besaran margin pemasaran, farmer’s share serta rasio keuntungan terhadap biaya. Besaran dari setiap indikator tersebut harus dikaitkan kepada pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran yang dapat meningkatkan atau menciptakan nilai tambah sehingga kepuasan konsumen meningkat (Asmarantaka 2012).

Margin Pemasaran

Margin pemasaran dipakai untuk menganalisis efisiensi pemasaran baik efisiensi teknis maupun efisiensi harga. Perbedaan margin pemasaran disetiap lembaga pemasaran dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan atau penanganan produk untuk menciptakan nilai tambah yang menimbulkan kepuasan konsumen akhir.

Konsep margin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat petani produsen dengan harga di tingkat konsumen akhir atau di tingkat retail. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi. Margin pemasaran terdiri dari dua komponen yaitu biaya pemasaran (Marketing cost) dan keuntungan pemasaran. Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari produsen ke konsumen pada waktu, bentuk, dan tempat yang diminta disebut biaya pemasaran (marketing cost).

(29)

Gambar 1. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap margin tataniaga dan nilai margin pemasaran.

Sumber : Hammond dan Dahl 1977 dalam Asmarantaka 2012 Keterangan :

Besarnya margin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari margin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya pemasaran suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi. Tingginya margin dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berpengaruh dalam proses kegiatan pemasaran meliputi penyimpanan, pengangkutan, resiko kerusakan, dll.

Farmer’s share

Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan

pemasaran adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s

share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga pemasaran sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus, 1985). Besarnya farmer's share biasanya dipengaruhi oleh : (1) Tingkat pemrosesan, (2) Biaya transportasi, (3) Keawetan produk dan (4) Jumlah produk. Farmer’s share mempunyai hubungan negatif dengan margin pemasaran, sehingga semakin tinggi margin pemasaran, maka bagian yang diterima oleh petani semakin rendah.

Pr = Harga tingkat pengecer

Pf = Harga tingkat petani

(Pr-Pf) = Margin pemasaran

Sr = Penawaran tingkat pengecer

Sf = Penawaran tingkat petani

Dr = Permintaan tingkat pengecer

Df = Permintaan tingkat petani

Qr, f = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer

P

Pr

Pf

Sr

Sf

Dr Df

Qr, f

(30)

Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat efisiensi pemasaran dapat juga diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran ialah untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang dikeluarkan pada lembaga pemasaran. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem tataniaga semakin efisien (Limbong dan Sitorus 1985). Tingkat efisiensi diukur melalui perbandingan keuntungan terhadap biaya karena pembanding opportunity cost dari biaya adalah keuntungan dan harus bernilai positif (π/c > 0).

Kerangka Pemikiran Operasional

Pemasaran merupakan salah satu cara petani memperoleh imbalan atas usahatani yang dilakukannya, sehingga untuk mendapatkan imbalan yang adil petani perlu mengetahui sistem pemasaran yang efisien. Sistem pemasaran yang efisien sangat mempengaruhi tingkat pendapatan petani karena dapat memperbesar bagian (share) yang diterima petani, meminimumkan biaya-biaya yang terjadi pada setiap lembaga pemasaran sehingga konsumen mendapatkan harga jual yang yang sesuai dengan kemampuan daya belinya dan dapat meningkatkan kepuasan yang diterima oleh konsumen akhir.

Perbedaan harga yang cukup besar pada pepaya california di tingkat petani dan konsumen akhir dapat mengindikasikan kurangnya informasi yang diperoleh oleh petani dan saluran pemasaran yang tidak efisien, sementara produktivitas pepaya yang cukup tinggi dapat menjadi peluang bisnis yang cukup bagus untuk petani sehingga diperlukan saluran pemasaran yang efisien agar petani dapat memperoleh bagian yang cukup adil.

Kecamatan Rancabungur merupakan sentra produksi pepaya california di Kabupaten Bogor (Dinas pertanian 2012). Terdapat dua kelompok petani di Kecamatan Rancabungur yaitu petani yang tergabung dalam kelompok tani dan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Petani yang tergabung dalam kelompok tani menjual seluruh hasil panennya kepada kelompok tani sedangkan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul di Kecamatan Rancabungur.

Perbedaan dalam pemilihan saluran pemasaran dapat menyebabkan perbedaan terhadap harga yang diterima oleh petani. Perbedaan harga tersebut dapat menyebabkan perbedaan tingkat pendapatan antara petani yang tergabung dalam kelompok tani dan non kelompok tani. Diperlukan analisis mengenai pemasaran yang efisien di antara dua kelompok petani di Kecamatan Rancabungur sehingga petani dapat memperoleh gambaran dan alternatif dalam memasarkan hasil panennya.

(31)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

 Margin pemasaran yang cukup tinggi dalam pemasaran pepaya california

 Pemasaran pepaya california melalui kelompok tani dan non kelompok tani

di Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur

Bagaimana efisiensi pemasaran pepaya california melalui kelompok tani dan non kelompok tani di Desa Mekarsari dan Desa

Rancabungur

Analisis sistem pemasaran

Efisiensi teknis (operasional)

Saluran pemasaran yang efisien agar tingkat pendapatan petani meningkat

Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif

Analisis saluran dan lembaga pemasaran

Analisis fungsi pemasaran - Fungsi fisik

- Fungsi pertukaran - Fungsi fasilitas

Analisis margin pemasaran dan farmer’s share

- Harga di tingkat petani - Harga di lembaga pemasaran - Harga di tingkat konsumen

akhir

Analisis keuntungan dan biaya

(32)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Objek penelitian yang dilakukan adalah petani buah pepaya california yang tergabung dalam kelompok tani dan non kelompok tani serta pedagang sebagai lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran pepaya california. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena pemilihan daerah tersebut merupakan salah satu sentra pertanian hortikultura di Kabupaten Bogor khususnya buah pepaya california. Pengumpulan data dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan responden menggunakan bantuan kuesioner.

Data sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari literatur-literatur yang relevan. Sumber data sekunder dapat berupa publikasi instansi-intansi dan perusahaan seperti Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS). Selain itu data sekunder juga dapat diperoleh melalui jurnal, hasil penelitian, internet, dan buku yang dijadikan rujukan terkait dengan pemasaran produk pertanian.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data untuk menganalisis saluran pemasaran, didapat melalui observasi langsung dengan bantuan kuesioner, yaitu meliputi:

- Karakteristik petani dan pedagang responden : nama, alamat, usia, pendidikan, lama bertani, masuk kelompok tani atau tidak beserta alasannya.

- Gambaran umum petani dan pedagang responden : luas lahan, status kepemilikan, jumlah pohon yang saat ini ditanam, usia tanaman (bulan) biaya usahatani per pohon, kualitas yang dihasilkan setiap kali panen.

- Cara penjualan petani dan pedagang responden : volume, cara

pembayaran, tujuan penjualan, frekuensi pembelian setiap minggu

- Cara pembelian pedagang responden : volume, cara pembayaran, tujuan penjualan, frekuensi pembelian

- Bentuk usaha lembaga pemasaran

2. Data untuk menganalisis fungsi-fungsi pemasaran di setiap lembaga

pemasaran melalui observasi langsung dengan bantuan kuesioner, yaitu meliputi :

- Fungsi pertukaran : volume penjualan petani dan pedagang responden, volume pembelian, tempat pembelian dan penjualan petani dan pedagang responden, frekuensi penjualan dan pembelian, kualitas produk yang dibeli dan dijual.

(33)

- Fungsi fasilitas : proses sortasi atau grading, biaya-biaya yang timbul selama proses pemasaran (pemetikan, sortasi dan grading, pembungkusan, penyusutan), resiko yang ditanggung oleh petani dan pedagang, sumber informasi pasar, cara memperoleh informasi pasar.

3. Data untuk menganalisis farmer’s share, margin pemasaran dan rasio keuntungan terhadap biaya melalui bantuan kuesioner, meliputi harga jual, harga beli, biaya pemasaran, dan keuntungan masing-masing lembaga pemasaran.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung kepada responden yaitu petani pepaya california anggota kelompok tani dan non anggota kelompok tani serta lembaga-lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran pepaya california. Metode pengumpulan data dengan wawancara dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang saluran pemasaran, biaya-biaya yang terjadi pada proses pemasaran, dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran pepaya california. Sedangkan metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung yaitu mengamati kegiatan-kegiatan yang terjadi selama proses produksi dan pemasaran pepaya di lokasi penelitian.

Di Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur terdapat dua kelompok petani yaitu yang tergabung dengan kelompok tani sebanyak 10 orang dan yang tidak tergabung dalam kelompok tani sebanyak 45 orang. Pengambilan responden untuk petani pepaya california yang tergabung dalam kelompok tani dilakukan secara sensus yaitu dengan menggunakan seluruh anggota kelompok tani yang aktif dalam budidaya pepaya california sebanyak 10 orang sedangkan untuk petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani sebanyak 11 orang dilakukan dengan cara snowball sampling yaitu berdasarkan informasi dari responden sebelumnya. Pengambilan responden petani non kelompok tani secara snowball sampling karena keterbatasan data yang diperoleh di Kecamatan Rancabungur.

Pengambilan responden pada aktivitas pemasaran dipilih dengan cara mengikuti alur aliran komoditi. Penelitian diawali dengan melakukan wawancara terhadap kelompok tani kemudian ke pedagang pengumpul sampai ke pedagang pengecer. Untuk petani yang tidak tergabung dengan kelompok tani penentuan responden di awali dengan bertanya ke kelompok tani kemudian di telusuri ke petani yang tidak tergabung pada kelompok tani kemudian ke pedagang pengumpul menuju pedagang pengecer sampai ke konsumen akhir.

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

(34)

Analisis lembaga dan Saluran Pemasaran

Analisis saluran pemasaran dilakukan dengan menelusuri kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada lembaga pemasaran yang terlibat di lokasi penelitian baik sebagai pedagang pengumpul, supplier, pedagang pengecer sampai pada konsumen akhir. Sehingga akan didapatkan jumlah saluran pemasaran buah pepaya california dan kegiatan-kegiatan yang terlibat di dalam setiap saluran pemasaran. Terdapat tiga fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Analisis fungsi pada lembaga pemasaran diperlukan untuk mengetahui besarnya perbandingan biaya yang dihasilkan di setiap lembaga pemasaran dan digunakan untuk mengevaluasi biaya pemasaran.

Analisis Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran merupakan ukuran dari perbandingan antara nilai output dan nilai input pada proses pemasaran. Pemasaran dapat dikatakan efisien jika dapat menyampaikan produk dari petani sampai ke konsumen akhir dengan biaya semurah-murahnya dan pembagian yang adil mulai dari petani, lembaga-lembaga pemasaran sesuai dengan korbanan masing-masing. Ukuran efisiensi adalah kepuasan dari konsumen, produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat di dalam mengalirkan barang/jasa mulai dari petani sampai konsumen akhir (Asmarantaka 2012). Meningkatnya efisiensi atau sistem pemasaran yang efisien merupakan keinginan atau tujuan dari setiap lembaga pemasaran yang terkait. Salah satu indikator efisiensi pemasaran adalah efisiensi teknis (operasional) yaitu merupakan ukuran dari perbandingan (rasio) dari nilai output dengan input pemasaran. Pemasaran dapat dikatakan efisien jika rasio dari nilai output terhadap nilai input dalam sistem pemasaran adalah maksimum. Analisis efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan analisis margin pemasaran, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya.

Analisis Margin Pemasaran

Analisis margin pemasaran digunakan untuk melihat tingkat efisiensi teknis pada pemasaran pepaya california. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat petani produsen, tingkat pedagang pengumpul, tingkat pedagang pengecer sampai harga di tingkat konsumen akhir. Margin pemasaran terdiri dari dua komponen yaitu biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Besarnya margin pemasaran dipengaruhi oleh saluran tataniaga yang terbentuk. Perhitungan margin tataniaga secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

Mi = Hji – Hbi mi = Ci + πi Hji – Hbi = Ci + πi

(35)

Maka besarnya margin tataniaga adalah : Mi = Σ mi Keterangan :

mi : Margin tataniaga pada pasar tingkat ke-i (Rp/kg) Hji : Harga penjualan pada pasar tingkat ke-i (Rp/kg) Hbi : Harga pembelian pada pasar tingkat ke-i (Rp/kg) Ci : Biaya pada pasar tingkat ke-i (Rp/kg)

πi : Keuntungan pemasaran pada pasar ke-i (Rp/kg)

i : 1, 2, 3, ... n

Mi : Total margin Tataniaga Analisis Farmer’s share

Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s share)

terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Besarnya farmer’s share

dipengaruhi oleh tingkat pemrosesan, biaya transportasi, keawetan produk dan jumlah produk.

Farmer’s Share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani (Farmer’s Share) semakin rendah. Rumus untuk menghitung Farmer’s Share adalah

Dimana:

Fs = Farmer’s Share

Pf = Harga di tingkat petani

Pr = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Analisis rasio keuntungan terhadap biaya dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diterima atas biaya yang dikeluarkan pada lembaga pemasaran.Keuntungan lembaga bisanya digunakan untuk mengevaluasi sistem atau saluran pemasaran. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien. Semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh. Rasio tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jika nilai rasio keuntungan terhadap biaya bernilai positif dapat disimpulkan bahwa aktivitas pemasaran tersebut relatif menguntungkan.

(36)

Definisi Operasional

Batasan-batasan penggunaan istilah dalam penelitian ini adalah :

1. Lembaga pemasaran adalah pihak-pihak yang melakukan kegiatan pemasaran

mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam penelitian ini adalah petani pepaya, pedagang pengumpul kebun, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul besar, dan pedagang pengecer.

- Petani pepaya adalah individu yang melaksanakan kegiatan budidaya pepaya california mulai dari penyiapan lahan, pemupukan dan pemeliharaan (siap panen) dan kegiatan pemasarannya.

- Pedagang pengumpul adalah individu yang melakukan pembelian ke

petani dan pedagang lainnya serta melakukan penjualan ke pedagang pengecer

- Pedagang pengecer adalah individu yang melakukan kegiatan penjualan langsung ke konsumen akhir

2. Harga jual adalah harga rata-rata dari pepaya per kilogram yang diterima oleh petani, pedagang pengumpul kebun, pedagang pengumpul besar dan pedagang pengecer.

3. Harga beli adalah harga rata-rata dari pepaya per kilogram yang dibayarkan oleh pedagang pengumpul kebun, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul besar dan pedagang pengecer.

4. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran untuk proses pemasaran pepaya california. Biaya pemasaran dalam penelitian ini sudah dikonversikan per satu kilogram.

5. Keuntungan pemasaran adalah selisih dari harga jual dan harga beli ditambah total biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk proses pemasaran.

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Bogor memiliki total luas wilayah 298 838 304 Ha dengan luas wilayah berdasarkan pola penggunaan tanah dikelompokan menjadi kebun campuran seluas 85 202.5 Ha (28.48 persen), kawasan terbangun/pemukiman 47 831.2 Ha (15.99 persen), semak belukar 44 956.1 Ha (15.03 persen), hutan vegetasi lebat/perkebunan 57 827.3 Ha (19.33 persen), sawah irigasi/tadah hujan 23 794 Ha (7.95 persen), tanah kosong 36 351.9 Ha (12.15 persen).

Kabupaten Bogor terdiri dari 411 Desa dan 17 Kelurahan (total 428 Desa/Kelurahan), 3 768 RW dan 14 951 RT yang tercakup dalam 40 kecamatan. Berdasarkan karakteristik wilayah dan untuk memudahkan pengembangannya, maka Kabupaten Bogor dibagi dalam 3 wilayah yaitu :

(37)

2. Wilayah Tengah meliputi 20 (dua puluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojonggede, Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas dan kecamatan Tamansari.

3. Wilayah Timur meliputi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Putri,

Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, Tanjungsari dan Kecamatan Cariu.

Secara administratif Kabupaten Bogor sebelah utara berbatasan dengan Kota Depok, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, sebelah barat data berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah timur daya berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah Tenggara berbatasan dengan kabupaten Cianjur dan di tengah berbatasan dengan Kota Bogor. Suhu rata-rata di Kabupaten Bogor sekitar 20º-30ºC, dengan rata-rata tahunan 25ºC, kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah dengan rata-rata 1.2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata–rata sebesar 146.2 mm/bulan.

Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Rancabungur wilayah tengah dari Kabupaten Bogor. Desa Mekarsari dipilih sebagai lokasi penelitian karena terdapat satu kelompok tani yang fokus pada budidaya dan pemasaran pepaya california, sedangkan Desa Rancabungur dipilih karena letaknya yang berdekatan dengan Desa Mekarsari dan petani pepaya di Desa Rancabungur tidak tergabung dalam kelompok tani. Desa Mekarsari memiliki luas wilayah 204 024 Ha dengan ketinggian ± 170 mdpl curah hujan 200 mm/tahun dan kelembaban dengan suhu rata-rata 290C–320C dengan total jumlah penduduk 6 506 jiwa. Batas wilayah Desa Mekarsari sebelah utara adalah Desa Candali Kecamatan Rancabungur, sebelah timur adalah Desa Rancabungur Kecamatan Rancabungur, sebelah selatan adalah Desa Cidokom Kecamatan Rumpin dan sebelah barat adalah Desa Karihkil Kecamatan Ciseeng.

Desa Rancabungur memiliki luas wilayah 277 000 Ha dengan ketinggian ± 184 mdpl, curah hujan 200 mm/tahun dan kelembaban dengan suhu rata-rata 270C–320C dengan total jumlah penduduk 8 206 jiwa. Batas wilayah Desa Rancabungur sebelah utara adalah Desa Mekarsari/Cimulang Kecamatan Rancabungur, sebelah timur adalah Desa Pasirgaok Kecamatan Rancabungur, sebelah selatan adalah kali cisadane Kecamatan Ciampea dan sebelah barat adalah Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur.

(38)

Tabel 7 Keadaan penduduk Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari berdasarkan mata pencaharian

No Mata Pencaharian Desa Mekarsari Desa Rancabungur

Jumlah

Sumber : Data Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur 2014

Peruntukan lahan untuk tegalan/kebun di Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur cukup besar seperti yang terlihat pada tabel 8 dibandingkan dengan pemukiman dan perumahan hal tersebut mengindikasikan bahwa potensi perkebunan di kedua desa tersebut masih cukup besar terutama dalam hal pengembangan usahatani pepaya california.

Tabel 8 Pemanfaatan lahan di Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur

No Peruntukan lahan Desa Mekarsari Desa Rancabungur

Luas Lahan (Ha) Luas Lahan (Ha)

Sumber : Data Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur 2014

Karakteristik Petani Responden

(39)

Tabel 9 Sampel petani yang tergabung dalam kelompok tani

Petani anggota kelompok tani sangat fokus dalam membudidayakan pepaya california karena kelompok tani yang terbentuk adalah kelompok tani khusus pepaya california di bawah pembinaan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor dan BP3K seperti yang terlihat pada gambar 2

Petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani yang dijadikan responden adalah sebanyak 11 petani dengan cara snowball sampling seperti yang terlihat pada tabel 10.

Tabel 10 Sampel petani non kelompok tani

No Nama Luas

(40)

Pada umumnya petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani melaksanakan budidaya pepaya dengan cara tumpang sari dengan menanam pohon singkong, jagung, pepaya dan kacang tanah sehingga pepaya california yang dihasilkan tidak terlalu maksimal seperti yang terlihat pada gambar 3

Responden diklasifikasikan berdasarkan usia, tingkat pendidikan, lama bertani pepaya, luas lahan dan status kepemilikan lahan. Pengklasifikasian dilakukan karena berpengaruh kepada usia produktif dan proses pengambilan keputusan petani dalam proses penjualan pepaya. Berdasarkan usia petani non kelompok tani dan kelompok tani diklasifikasikan usia 30–40 tahun, 41–50 tahun, 51–60 tahun dan diatas 60 tahun.

Tabel 11 Gambaran usia petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani Golongan Usia

(Tahun)

Kelompok Tani Non Kelompok Tani

Jumlah Petani (Orang)

Persentase (%)

Jumlah Petani (Orang)

Persentase (%)

30 – 40 6 60.00 3 27.27

41 – 50 2 20.00 2 18.18

51 – 60 - 0.00 5 45.45

‗ > 60 2 20.00 1 9.09

Total 10 100.00 11 100.00

Pendidikan formal juga menjadi salah satu yang mendasari keputusan petani dalam proses keputusan penjualan. Semakin tinggi pendidikan formal diharapkan petani dapat lebih terbuka dalam menyikapi informasi pasar yang didapatnya sehingga petani dapat mempunyai posisi tawar yang tinggi. Pendidikan formal untuk petani responden diklasifikasikan menjadi 3 yaitu SD, SMP dan SMA.

Tabel 12 Gambaran tingkat pendidikan petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani

Tingkat Pendidikan

Kelompok Tani Non Kelompok Tani

Jumlah Petani (Orang)

Persentase (%)

Jumlah Petani (Orang)

Persentase (%)

SD/Sederajat 3 30.00 9 81.82

SMP/Sederajat 5 50.00 1 9.09

SMA/Sederajat 2 20.00 1 9.09

Total 10 100.00 11 100.00

Gambar

Tabel  3  Penyediaan dan ketersediaan menurut hasil susenas komoditas pepaya
Tabel  4  Perkembangan rata - rata harga komoditas pepaya di Jawa Barat
Gambar 1 Produksi pepaya di Kecamatan Rancabungur tahun 2012
Gambar 1. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap margin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada rantai pasok nanas Bogor di Kecamatan Cijeruk, terdapat 10 saluran pemasaran dengan anggota rantai pasok yang terdiri atas petani, pedagang pengumpul desa,

Keterangan: Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan non formal petani anggota kelompok tani dengan tingkat penerapan PHT dengan koefisien korelasi sebesar

saluran pemasaran tiga tingkat (Petani → Tengkulak → Pedagang Besar → Pengecer → Konsumen); (2) Saluran pemasaran yang paling efisien yaitu saluran pemasaran satu tingkat;

Berdasarkan Marjin Pemasaran, pemasaran bibit durian hasil okulasi di kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat efisien pada saluran I, sebab marjinnya paling kecil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi saluran pemasaran, margin pemasaran dan efisiensi ekonomi pemasaran kubis ( Brassica oleracea ) pada kelompok tani

menunjukkan bahwa tingkat efisien saluran pemasaran rumput laut di Desa Biangkeke Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng yang paling efisien pada saluran I tingkat

Share harga yang diterima petani pada saluran I sampai IV memang dikatakan efisien karena nilainya lebih dari 40% sedangkan untuk saluran pemasaran V dan VI

Farmer’s Share Pada Saluran Pemasaran Pisang Nangka di Kelompok Tani Hibarsaluyu Desa Selajambe Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Berdasarkan Tabel 4 persentase farmer’s Share