• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

BETTY SAFITRI

H34076035

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

BETTY SAFITRI. Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan (NUNUNG KUSNADI)

Pemasaran yang disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari rasio input dan ouput. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran.

Pasar yang tidak efisien akan terjadi apabila biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, efisiensi pemasaran akan terjadi jika :a) biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, b) persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen dapat lebih tinggi, c) tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan d) adanya kompetisi pasar yang lebih sehat. Pada umunya indikator diatas merupakan penentu dari efisiensi pemasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya untuk telur ayam kampung sehingga diketahui saluran pemasaran yang efisien. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penarikan sampel yang dilakukan dengan simple random sampling dan snowball sampling, sementara analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat keadaan lokasi, keadaan peternak, menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar, sementara analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keutungan terhadap biaya dan tingkat keterpaduan pasar.

(3)

iii   

Hasil analisis marjin pemasaran ketiga jalur pemasaran yang ada di Kabupaten Bogor biaya terbesar ditanggung oleh jalur pemasaran III yaitu Rp. 375. Hal ini karena jarak distribusi yang cukup jauh walaupun rantai pemasarannya cukup pendek tetapi telur pada saluran ini adanya penambahan kemasan yang lebih baik, sewa tempat yang lebih bagus serta biaya tenaga kerja. Sementara biaya terkecil terdapat pada jalur pemasaran II yaitu sebesar Rp. 214, karena pada jalur ini jarak distribusinya cukup dekat dengan lokasi penelitian serta rantai pemasarannya yang cukup pendek. Sementara biaya yang ditanggung oleh jalur pemasaran I sebesar Rp. 294 merupakan rantai pemasaran yang paling panjang. Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada jalur pemasaran I dan II yaitu sebesar Rp. 436 karena merupakan rantai pemasaran terpanjang serta konsumen akhirnya bukan hanya penduduk lokal saja sehingga pedagang menjual komoditinya dengan harga yang cukup tinggi. Keuntungan terkecil terdapat pada jalur pemasaran III yaitu sebesar Rp. 350, hal ini karena jumlah komoditas yang disalurkan pada jalur ini hanya sedikit, walaupun harga jual yang diberikan kepada konsumen cukup tinggi, selain itu pada saluran ini telur di jual bersamaan dengan komoditas lainnya sehingga daya serap pasarnya relatif lebih kecil.

Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran tiga yaitu sebesar 70 persen, artinya produsen (peternak) menerima harga 70 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Semakin tinggi harga ditingkat peternak, maka biaya yang dibayarkan konsumen akhir semakin banyak di nikmati oleh peternak. Apabila harga ditingkat akhir atau biaya yang dikeluarkan konsumen semakin besar maka harga yang dinikmati peternak semakin kecil, dan yang menikmati harga yang paling besar adalah lembaga-lembaga pemaasaran. Selain itu saluran pemasaran tiga memperoleh total marjin pemasaran terkecil. Saluran pemasaran dua adalah saluran yang memberikan bagian harga untuk peternak sebesar 63,89 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Sedangkan saluran pemasaran satu memberikan bagian harga untuk peternak dengan selisih harga yang tidak jauh berbeda. Pada umumnya harga yang diterima peternak pada analisis pemasaran telur ayam kampung cukup tinggi. Jika dinilai dari total marjin pemasaran dan farmer’s share maka saluran dua merupakan saluran yang paling efisien dengan total keuntungan sama dengan saluran satu yaitu dengan jumlah 24,22 persen.

(4)

Berdasarkan analisis marjin pemasaran saluran pemasaran telur ayam kampung yang paling efisien adalah saluran pemasaran dua, pada saluran ini peternak mendapatkan bagian terbesar yang dianalisis dengan farmer’s share, sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya juga menunjukkan saluran pemasaran dua telah memberikan keuntungan pada setiap lembaga yang terlibat dibanding saluran pemasaran lainnya.

(5)

v   

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

BETTY SAFITRI

H34076035

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Nama : Betty Safitri

NRP : H34076035

Disetujui, Pembimbing

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1 002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(7)

vii   

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lintau, Padang Sumatra Barat pada tanggal 23 juni 1986. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syafrudin dan Ibunda Syaflidar,Msi.

(9)

ix   

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang begitu besar dan luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul Analisis Pemasaran Telur Ayam Kampung (Studi Kasus Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat). Skripsi ini menganalisis tentang sistem tataniaga telur ayam kampung yang bertujuan untuk melihat saluran pemasaran yang terbentuk, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya, keterpaduan pasar ditingkat peternak dan tingkat pengencer.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga diperlukan saran dan kritik untuk perbaikan. Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, September 2009

(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr.Ir Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen avaluator pada seminar proposal dan dosen penguji utama yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi perbaikan tugas akhir ini.

3. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji komisi pendidikan yang banyak memberikan saran.

4. Prof. Sofyan Iskandar selaku kepala Balai Penelitian Ternak yang telah banya memberikan saran dan informasi mengenai peternakan.

5. Ade Zulkarnain selaku ketua HIMPULI (Himpunan Peternakan Unggas Indonesia) dan pendiri KEPRAKS (Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi) yang telah banyak memberikan data dan pengarahan. 6. Bapak Bambang, Bapak Budi, selaku peternak yang banyak memberikan

informasi seputar peternakan khususnya telur ayam kampung.

7. Kepada seluruh responden dan narasumber yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data dan informasi demi terselesainya penelitian ini. 8. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Studi Manajemen Agribisnis atas

bantuannya dalam memberikan informasi serta fasilitas studi.

9. Orang tua Papa Syafrudin dan Mama Syaflidar, MSi serta keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

10. Kedua adek ku Silva Berlus Coni dan Rahmatul Fajra terima kasih telah menjadi adik yang baik dan sumber inspirasi.

11. Sermatutar Thopan Dollarisko atas motivasi dan semangatnya.

(11)

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

BETTY SAFITRI

H34076035

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

BETTY SAFITRI. Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan (NUNUNG KUSNADI)

Pemasaran yang disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari rasio input dan ouput. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran.

Pasar yang tidak efisien akan terjadi apabila biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, efisiensi pemasaran akan terjadi jika :a) biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, b) persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen dapat lebih tinggi, c) tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan d) adanya kompetisi pasar yang lebih sehat. Pada umunya indikator diatas merupakan penentu dari efisiensi pemasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya untuk telur ayam kampung sehingga diketahui saluran pemasaran yang efisien. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penarikan sampel yang dilakukan dengan simple random sampling dan snowball sampling, sementara analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat keadaan lokasi, keadaan peternak, menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar, sementara analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keutungan terhadap biaya dan tingkat keterpaduan pasar.

(13)

iii   

Hasil analisis marjin pemasaran ketiga jalur pemasaran yang ada di Kabupaten Bogor biaya terbesar ditanggung oleh jalur pemasaran III yaitu Rp. 375. Hal ini karena jarak distribusi yang cukup jauh walaupun rantai pemasarannya cukup pendek tetapi telur pada saluran ini adanya penambahan kemasan yang lebih baik, sewa tempat yang lebih bagus serta biaya tenaga kerja. Sementara biaya terkecil terdapat pada jalur pemasaran II yaitu sebesar Rp. 214, karena pada jalur ini jarak distribusinya cukup dekat dengan lokasi penelitian serta rantai pemasarannya yang cukup pendek. Sementara biaya yang ditanggung oleh jalur pemasaran I sebesar Rp. 294 merupakan rantai pemasaran yang paling panjang. Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada jalur pemasaran I dan II yaitu sebesar Rp. 436 karena merupakan rantai pemasaran terpanjang serta konsumen akhirnya bukan hanya penduduk lokal saja sehingga pedagang menjual komoditinya dengan harga yang cukup tinggi. Keuntungan terkecil terdapat pada jalur pemasaran III yaitu sebesar Rp. 350, hal ini karena jumlah komoditas yang disalurkan pada jalur ini hanya sedikit, walaupun harga jual yang diberikan kepada konsumen cukup tinggi, selain itu pada saluran ini telur di jual bersamaan dengan komoditas lainnya sehingga daya serap pasarnya relatif lebih kecil.

Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran tiga yaitu sebesar 70 persen, artinya produsen (peternak) menerima harga 70 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Semakin tinggi harga ditingkat peternak, maka biaya yang dibayarkan konsumen akhir semakin banyak di nikmati oleh peternak. Apabila harga ditingkat akhir atau biaya yang dikeluarkan konsumen semakin besar maka harga yang dinikmati peternak semakin kecil, dan yang menikmati harga yang paling besar adalah lembaga-lembaga pemaasaran. Selain itu saluran pemasaran tiga memperoleh total marjin pemasaran terkecil. Saluran pemasaran dua adalah saluran yang memberikan bagian harga untuk peternak sebesar 63,89 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Sedangkan saluran pemasaran satu memberikan bagian harga untuk peternak dengan selisih harga yang tidak jauh berbeda. Pada umumnya harga yang diterima peternak pada analisis pemasaran telur ayam kampung cukup tinggi. Jika dinilai dari total marjin pemasaran dan farmer’s share maka saluran dua merupakan saluran yang paling efisien dengan total keuntungan sama dengan saluran satu yaitu dengan jumlah 24,22 persen.

(14)

Berdasarkan analisis marjin pemasaran saluran pemasaran telur ayam kampung yang paling efisien adalah saluran pemasaran dua, pada saluran ini peternak mendapatkan bagian terbesar yang dianalisis dengan farmer’s share, sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya juga menunjukkan saluran pemasaran dua telah memberikan keuntungan pada setiap lembaga yang terlibat dibanding saluran pemasaran lainnya.

(15)

v   

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

BETTY SAFITRI

H34076035

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Nama : Betty Safitri

NRP : H34076035

Disetujui, Pembimbing

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1 002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(17)

vii   

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lintau, Padang Sumatra Barat pada tanggal 23 juni 1986. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syafrudin dan Ibunda Syaflidar,Msi.

(19)

ix   

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang begitu besar dan luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul Analisis Pemasaran Telur Ayam Kampung (Studi Kasus Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat). Skripsi ini menganalisis tentang sistem tataniaga telur ayam kampung yang bertujuan untuk melihat saluran pemasaran yang terbentuk, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya, keterpaduan pasar ditingkat peternak dan tingkat pengencer.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga diperlukan saran dan kritik untuk perbaikan. Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, September 2009

(20)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr.Ir Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen avaluator pada seminar proposal dan dosen penguji utama yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi perbaikan tugas akhir ini.

3. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji komisi pendidikan yang banyak memberikan saran.

4. Prof. Sofyan Iskandar selaku kepala Balai Penelitian Ternak yang telah banya memberikan saran dan informasi mengenai peternakan.

5. Ade Zulkarnain selaku ketua HIMPULI (Himpunan Peternakan Unggas Indonesia) dan pendiri KEPRAKS (Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi) yang telah banyak memberikan data dan pengarahan. 6. Bapak Bambang, Bapak Budi, selaku peternak yang banyak memberikan

informasi seputar peternakan khususnya telur ayam kampung.

7. Kepada seluruh responden dan narasumber yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data dan informasi demi terselesainya penelitian ini. 8. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Studi Manajemen Agribisnis atas

bantuannya dalam memberikan informasi serta fasilitas studi.

9. Orang tua Papa Syafrudin dan Mama Syaflidar, MSi serta keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

10. Kedua adek ku Silva Berlus Coni dan Rahmatul Fajra terima kasih telah menjadi adik yang baik dan sumber inspirasi.

11. Sermatutar Thopan Dollarisko atas motivasi dan semangatnya.

(21)

xi   

13. Syahrul Ramdhani selaku pembahas pada seminar hasil.

14. Teman-teman DC.8 Wati, keira, Miles, Fitri, Laras, Yati dan Rahma terima kasih atas semangat, canda dan tawa,

15. Teman-teman MAB 41 Dedi , rendi, rasyid, devi, koko, ai, komar, ujang, taufik, ilham, tata, sally, sekar, rini,hilda, memel, chaca, indah, agre,dan lainnya serta Ekstensi Agribisnis angkatan 3 terima kasih atas kerjasama, kekompakan dan semangatnya.

Akhirnya, semoga amal dan kebaikan Bapak / Ibu dan rekan-rekan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Amin.

Bogor, September 2009

(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL...

xv

DAFTAR GAMBAR ...

xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...

xviii

I PENDAHULUAN ...

1

1.1

Latar Belakang ...

1

1.2

Perumusan Masalah ...

7

1.3

Tujuan Penelitian ...

9

1.4

Kegunaan Penelitian ...

9

1.5

Ruang Lingkup Penelitian ...

10

II TINJAUAN PUSTAKA

...

11

2.1

Karakteristik Telur Ayam Kampung ...

11

2.2

Penelitian Pemasaran Produk Agribisnis ...

14

III KERANGKA PEMIKIRAN

...

20

3.1

Kerangka Pemikiran Teoritis ...

20

3.1.1 Sistem Pemasaran ...

20

3.1.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran ...

22

3.1.3 Fungsi-fungsi Pemasaran ...

24

3.1.4 Struktur Pasar ...

27

3.1.5 Perilaku Pasar ...

28

3.1.6 Keragaan Pasar ...

29

a. Marjin Pemasaran ...

29

b. Farmer’s Share ...

32

c. Rasio Keuntungan dan Biaya ...

33

3.1.7 Efisiensi Pemasaran ...

32

3.2

Kerangka Pemikiran Operasional ...

34

(23)

xiii   

b. Farmer’s Share ...

42

c. Rasio Keuntungan dan Biaya ...

42

4.4.5 Efisiensi Pemasaran ...

42

4.5 Defenisi Operasional ...

43

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...

45

5.1 Letak dan Keadaan Geografis Lokasi Penelitian ...

45

5.1.1 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk ...

46

5.1.2 Sarana dana Prasarana ...

48

5.2 Karakteristik Peternak Responden ...

49

5.2.1 Umur dan Pengalaman Usahatani

Peternak Responden ...

49

5.2.2 Luas dan Status Kepemilikan Lahan ...

51

5.2.3 Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian ...

51

5.2.4 Skala Usaha Peternak...

53

5.3 Karakteristik Pedagang ...

54

5.3.1 Usia Responden ...

55

5.3.2 Tingkat Pendidikan Pedagang Responden ...

55

5.3.3 Status Usaha ...

56

5.3.4 Pengalaman Berusaha ...

56

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Lembaga Pemasaran ...

59

6.2 Analisis Saluran Pemasaran ...

60

6.2.1 Pola Saluran Pemasaran 1 ...

63

6.2.2 Pola Saluran Pemasaran II ...

65

6.2.3 Pola Saluran Pemasaran III ...

66

6.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran ...

67

6.3.1 Fungsi Pemasaran Oleh Peternak ...

69

6.3.2 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Pengumpul ...

71

6.3.3 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Grosir ...

72

6.3 4 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Pengecer...

74

6.4 Analisis Struktur Pasar ...

76

6.5

Struktur

Pasar

...

79

6.5.1 Keadaaan Produk ...

79

6.5.2 Hambatan Keluar Masuk Pasar ...

80

6.5.3 Informasi Pasar...

80

6.6 Analisis Perilaku Pasar ...

81

6.6.1 Praktek Pembelian dan Penjualan ...

81

6.6.2 Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran harga ...

84

6.6.3 Kerjasaman Antara Lembaga Pemasaran ...

85

6.7 Keragaan Pasar ...

86

6.7.1 Marjin Pemasaran...

86

6.7.2

Farmer’s share ...

90

(24)

6.7 Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Kampung ...

93

VII KESIMPULAN DAN SARAN ...

95

7.1 Kesimpulan ...

95

7.2 Saran ...

97

DAFTAR PUSTAKA

...

98

(25)

xv   

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.

Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2008………… 1

2.

Produksi dan Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung,

Ayam Ras dan Itik) Indonesia Tahun 2002-2006 ...

2

3.

Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan untuk Jenis Makanan

di Kabupaten Bogor Tahun 2007 ...

5

4.

Fungsi-fungsi Pemasaran ...

39

5.

Karakteristik Struktur Pasar Berdasarkan Sudut

Penjual dan Pembeli. ...

40

6.

Jumah Penduduk Kabupaten Bogor per Kecamatan

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006 ...

47

7.

Komposisi Sebaran Penduduk Berdasarkan Umur

dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor Tahun 2008 ...

47

8.

Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang Bekerja Menurut

Jenis Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin

di Kabupaten Bogor Tahun 2006 ...

48

9.

Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan

Umur di Kabupaten Bogor, Tahun 2009 ...

50

10.

Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Pengalaman

dalam Usahaternak Telur Ayam Kampung, tahun 2009 ...

50

11.

Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Luas Lahan pada

Usahaternak di Kabupaten Bogor, Tahun 2009 ...

51

12.

Karakteristik Peternak Responden di Kabupaten Bogor

Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun 2009 ...

52

13.

Karakteristik Peternak Responden di Kabupaten Bogor

Berdasarkan Mata Pencaharian , Tahun 2009 ...

52

14.

Skala Usaha Peternak di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jumlah

Ternak yang diusahakan ...

54

15.

Komposisi Umur Pedagang Responden ...

55

16.

Komposisi Tingkat Pendidikan Pedagang Responden ...

56

17.

Komposisi Pengalaman Berusaha Pedagang Responden ...

57

(26)

19.

Sistem Pemasaran dan Lokasi Pemasaran Telur oleh Responden

Pedagang ...

58

20.

Fungsi-fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh Lembaga-lembaga

Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor ...

68

21.

Fungsi-fungsi Pemasaran dari Lembaga Pemasaran

Komoditas Telur Ayam Kampung ...

69

22.

Analisis Struktur Pasar Komoditas Telur Ayam Kampung

Di Kabupaten Bogor ...

76

23.

Analisis Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Telur Ayam

Kampung di Kabupaten Bogor Tahun 2009 ...

90

(27)

xvii   

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.

Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk

Pertanian di Indonesia ...

23

2.

Tingkatan Saluran Pemasaran ...

24

3.

Konsep Marjin Pemasaran ...

30

4.

Skema Kerangka Pemikiran ...

35

5.

Pola Saluran Pemasaran Telur Ayam Kampung di

(28)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1.

Produksi Telur Ayam Buras Menurut Provinsi

Tahun 2002-2006 (Ton) ...

101

2.

Perkembangan Produksi Ternak dan Kontribusi Berbagai Jenis

Ternak Terhadap Produksi Daging, Telur, Susu di Kabupaten Bogor

102

3.

Pencapaian Target Produksi Hasil Ternak di Kabupaten Bogor...

102

4.

Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Bogor

Tahun 2003-2008 ...

103

5.

Perkembangan Produksi Asal Ternak Tahun 2003-2008 ...

103

6.

Perkembangan Produksi Asal Ternak Tahun 2003-2008 ...

104

7.

Perkembangan Konsumsi Protein Hewani Tahun 2003-2008 ...

104

8.

Harga Rata-Rata Komoditas Peternakan Tahun 2008 ...

105

9.

Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh

Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran I ...

106

10.

Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh

Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran II ...

107

11.

Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh

Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran III ...

108

12.

Marjin Pemasaran Telur Ayam Kampung pada Saluran I,II,III

di Kabupaten Bogor Tahun 2009 ...

109

13.

Kuisioner Untuk Peternak ...

110

14.

Kuisioner Untuk Pedagang ...

115

15.

Contoh Produk Telur yang Dihasilkan oleh Peternakan Trias Farm… 120

16.

Tahapan dalam Proses Produksi DOC di Peternakan Trias Farm……. 121

(29)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri perunggasan nasional merupakan andalan subsektor peternakan

yang mempunyai peranan besar dalam perekonomian negara terutama sebagai

penghasil bahan makanan protein tinggi, menyediakan lapangan kerja yang luas

dan meningkatkan nilai tambah hasil pertanian yang sangat signifikan. Subsektor

peternakan sebagai salah satu bagian dalam bidang pertanian diharapkan mampu

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Indonesia, terutama dalam konsumsi

kebutuhan protein dalam rangka mendapatkan hidup yang berkualitas melalui

pemenuhan makanan yang seimbang.

Jumlah populasi unggas dari tahun ke tahun selalu mengalami

peningkatan, terutama ayam buras atau yang sering disebut ayam kampung

walaupun pada beberapa komoditas terjadi penurunan pada tahun 2007 karena

masuknya penyakit baru yang berasal dari Vietnam1 , Hongkong dan Thailand ini

yang dikenal dengan flu burung. Akan tetapi populasi ayam kampung dan jenis

unggas lainnya kembali membaik dan menunjukkan peningkatan.

Tabel 1. Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2008

Unggas Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

Ayam Buras/Native

Chicken

276.989 278.954 291.085 272.251 290.803

Ayam Ras

Petelur/Layer

93.416 84.790 100.202 111.489 116.474

Ayam Ras

Pedaging/Broiler

778.970 811.189 797.527 891.659 1.075.885

Itik/Duck 32.573 32.405 32.481 35.867 36.931

Puyuh/Quail - - - 6.640,1 8.524,2

Merpati/Pigion - - - 162,5 175,6

       1

http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net [2 mei 2009]

(30)

Sumber: Statistik Peternakan 2008

Perkembangan industri perunggasan merupakan salah satu penggerak

dalam sektor pertanian Indonesia. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh

Direktorat Jenderal Produksi Peternakan 2008 menunjukkan bahwa tingkat

konsumsi telur nasional sejak tahun 2002 terjadi peningkatan sampai dengan

tahun 2006. Peningkatan konsumsi telur nasional tersebut dapat disebabkan harga

yang relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya

seperti daging sapi, kerbau, kambing, domba, babi, ayam, ikan, susu maupun

protein lainnya. Hanya saja pada tahun 2004 jumlah konsumsi telur indonesia mengalami pertumbuhan negatif (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh adanya isu

flu burung, usaha ternak unggas menghadapi permasalahan dan mengancam

keberlanjutannya. Semakin menurunnya efisiensi biaya produksi karena semakin

mahalnya biaya produksi.

Biaya produksi terbesar pada usaha ternak ayam kampung adalah biaya

pakan. Biaya pakan bisa mencapai 80 persen dari seluruh total biaya produksi.

Secara umum, formula ransum atau pakan khusus unggas terdiri dari jagung,

bungkil kedelai, dedak padi, pollard, tepung ikan dan bahan lainnya. Berdasarkan

informasi tersebut maka dapat disimpulkan kebutuhan produk perunggasan saat

[image:30.612.134.509.474.667.2]

ini masih memiliki potensi untuk lebih dikembangkan.

Tabel 2. Produksi dan Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung, Ayam Ras dan Itik) Indonesia Tahun 2002-2006

Tahun

Produksi Telur (000 ton)

Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung, Ayam

Ras dan Itik) Ayam

Kampung Ayam Ras Itik Nasional (ton)

2002 161,69 614,41 169,65 831.238

2003 177,02 611,54 185,04 967.522

2004 172,15 762,04 173,22 894.461

2005 175,40 681,10 195,00 1.041.661

2006 181,10 751,00 201,70 1.116.920

(31)

3   

Produksi yang selalu meningkat harus selalu diimbangi dengan konsumsi

yang optimal agar semua produk terserap oleh pasar. Sifat permintaan telur ayam

adalah (income estic demand), yang berarti bila pendapatan penduduk meningkat

maka konsumsi telur juga meningkat. Peningkatan konsumsi dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang mendukung peningkatan hal tersebut. Diantaranya adalah

faktor-faktor seperti peningkatan kesadaran konsumsi gizi, peningkatan

pendapatan, tingkat pendidikan dan peningkatan jumlah penduduk. Di masa yang

akan datang, pedapatan per kapita akan meningkat terutama pada negara-negara

yang saat ini termasuk low and middle income countries. Dengan demikian,

konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Indonesia, misalnya menurut

perkiraan pada tahun 20052 pendapatan per kapita akan meningkat menjadi US$

2.500 dan konsumsi telur diperkirakan akan mencapai 4,07 kg per kapita. Dengan

memanfaatkan data proyeksi penduduk tahun 2005 dan proyeksi konsumsi telur

per kapita pada tahun yang sama, maka diperkirakan konsumsi telur pada tahun

tersebut mencapai 979,70 ribu ton.

Telur ayam kampung merupakan salah satu jenis makanan yang diminati

oleh masyarakat luas, karena memiliki nilai gizi terutama kadar protein yang

tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya yaitu sebesar 16,3 persen. Selain itu

telur ayam kampung baik dikonsumsi dalam jumlah besar karena memiliki kadar

lemak yang rendah yaitu sebesar 11,5 persen. Akhir-akhir ini gejala back to

nature (kembali ke alam) menjadi suatu hal yang menarik. Masyarakat kelas

menengah ke atas yang semula mengandrungi segala sesuatu yang serba teknologi

kini mulai berubah ke situasi yang serba alami. Kecendrungan permintaan daging

dan telur ayam kampung yang terus meningkat tampaknya ikut dipengaruhi oleh

fenomena tersebut. Persepsi masyarakat tentang ayam kampung adalah ayam yang

asli, masih berbau alam, dan belum tercemar oleh zat-zat berbahaya. Terlepas

dari itu semua merupakan peluang untuk perkembangan telur ayam kampung.

Melihat telur ayam kampung sebagai salah satu komoditas yang memiliki

keunggulan-keunggulan tersebut, sebagian masyarakat menyadari peluang bisnis

yang muncul dalam usaha budidaya telur ayam kampung. Peluang bisnis ini

      

2

 www.bi.go,id/SIPUK/ayamras_petelur/pemasaran [20 mei 2009] 

(32)

kemudian menarik minat masyarakat untuk turut mengembangkannya dan

lokasi-lokasi budidaya telur ayam kampung pun bermunculan.

Di Indonesia, beberapa tempat di pulau jawa menjadi setra produksi telur

ayam kampung yang cukup besar Jawa Barat merupakan salah satu provinsi

dengan produksi telur ayam buras terbesar ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa

Timur. Menurut Badan Statistik Peternakan 2006, menyatakan bahwa Provinsi

Jawa Barat selalu mengalami peningkatan produksi dari tahun ke tahun terutama

dari tahun 2002 sampai 2006. Rata-rata produksi telur ayam buras mengalami

peningkatan setiap tahunnya mencapai 19 persen.

Jawa Barat, khususnya wilayah Bogor memiliki kondisi alam yang sesuai

bagi budidaya telur ayam kampung, hal ini menjadi faktor pendorong utama bagi

usaha pertumbuhan telur ayam kampung. Disamping itu jumlah penduduk

wilayah Bogor merupakan populasi tertinggi di Jawa Barat. Usaha-usaha

budidaya telur ayam kampung yang berkembang memiliki skala usaha yang

berbeda, dan pada akhirnya akan bermuara pada perbedaan kemampuan

penawaran telur ayam kampung kepada konsumen. Dengan skala usaha yang

berbeda tersebut, pengusaha-pengusaha ayam kampung akan memiliki saluran

pemasaran yang berbeda pula, sesuai dengan keterbatasan pasokan yang

dimilikinya.

Prospek ekonomi dari komoditas peternakan sangat menguntungkan saat

ini. Salah satu sektor peternakan yang mempunyai prospek yang cukup

menjanjikan untuk dikembangkan adalah sektor peternakan unggas. Hal ini

didukung oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat sepanjang tahun

sehingga kebutuhan/ konsumsi akan pangan meningkat tajam.

Adapun jumlah pengeluaran per kapita perbulan berdasarkan jenis

makanan penduduk Kabupaten Bogor (Tabel 3 ). Pada tabel dibawah terlihat

pengeluaran terbesar konsumsi untuk protein hewani yaitu ikan, dan setelahnya

telur dan susu yaitu berjumlah Rp. 11.777/ orang/ bulan. Hal ini menyatakan

bahwa telur merupakan sumber protein hewani yang pokok dan sangat digemari

(33)
[image:33.612.131.507.89.527.2]

5   

Tabel 3. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan untuk Jenis Makanan di Kabupaten Bogor Tahun 2007

Jenis Barang

Jumlah Pengeluaran (000 rupiah)

Rata-rata per

kapita < 60 60 s.d

79 80 s.d 99 100 s.d 149 150 s.d 199 200 s.d 299 300 s.d 499 > 500

Padi-padian 36 39 41 36 39 41 41 40 40

Umbi-umbian 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Ikan 5 7 9 5 7 9 13 19 11

Daging 0,81 8

1 3 0,818 1 3 7 18 6

Telur dan susu 2 4 7 2 4 7 12 28 11

Sayur-sayuran 4 6 8 4 6 8 11 16 9

Kacang-kacangan

3 5 6 3 5 6 8 10 7

Buah-buahan 1 2 3 1 2 3 6 15 5

Minyak dan lemak

4 5 6 4 5 6 8 10 7

Bahan minuman 2 3 5 2 3 5 7 10 6

Bumbu-bumbuan

2 3 4 2 3 4 5 6 4

Konsumsi lainnya

2 4 5 2 4 5 8 12 7

Makanan dan minuman siap saji

9 16 27 9 16 27 44 100 41

Minuman alkohol

9 13 46 9 13 46 101 348 107

Tembakau 8 14 21 8 14 21 30 44 25

Jumlah 87 115 152 87 115 152 209 335 189

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

Hal ini bertolak belakang dengan kondisi kebutuhan yang meningkat tetapi

upaya peningkatan dari pemenuhan kebutuhan itu sendiri diabaikan. Disini

dibutuhkan peranan pemasaran sebagai jembatan yang menghubungkan perbedaan

kepentingan antara produsen dan konsumen, yaitu penyedia kebutuhan konsumen

dan memperlancar upaya untuk pemenuhan kebutuhan.

Salah satu upaya pengembangan komoditas peternakan secara umum

adalah upaya pengembangan yang terkait dengan pemasarannya. Usaha dalam

(34)

kemudahan dalam pendistribusian, kuatnya posisi petani dalam tawar-menawar,

mengembangkan dan memperluas pasar, mendorong akses yang lebih luas

terhadap informasi pasar, mengembangkan lembaga saluran distribusi,

menciptakan tertib usaha, meningkatkan perlindungan konsumen, meningkatkan

kemampuan pengusaha kecil dan golongan ekonomi menengah, meningkatkan

sarana dan prasarana pemasaran, mengurangi penyimpangan pasar agar

terciptanya suatu kondisi pemasaran yang efisien dimulai dari peternak hingga

konsumen akhir. Perlunya identifikasi masalah dalam pemasaran suatu komoditas

adalah untuk mengetahui kondisi mana yang sudah tercipta dan kondisi mana

yang masih perlu diupayakan.

Sistem pemasaran peternakan merupakan suatu kesatuan urutan

lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk

memperlancar aliran produk peternakan dari produsen awal ke tangan konsumen

akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, menambah nilai produk yang

tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dari

tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem pemasaran

komoditas. Sistem pemasaran peternakan tersebut mencakup kegiatan produktif

yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada dalam sistem pemasaran tersebut,

baik secara vertikal atau urutan penambahan kegunaan dan menciptakan nilai

tambah maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan produktif yang sama.

Tingkat produktivitas sistem pemasaran ditentukan oleh tingkat efisiensi dan

efektivitas seluruh kegiatan fungsional sistem pemasaran tersebut selanjutnya

menetukan kinerja operasi dan proses sistem.

Gonarsyah (1998) dalam Eryani, menuliskan bahwa kunci keberhasilan

pengembangan pasar domestik adalah inovasi dan peningkatan efisiensi

pemasaran. Dalam jangka pendek, peningkatan efisiensi pemasaran domestik

lebih difokuskan pada penekanan biaya pemasaran dan pemantapan organisasi

pemasaran yang ada. Dalam jangka panjang, peningkatan efisiensi difokuskan

pada upaya mencari inovasi dan alternatif baru dalam pelaksanaan fungsi-fungsi

pemasaran yang dapat menekan biaya-biaya pemasaran serta mempertimbangkan

berbagai alternatif organisasi pemasaran dari yang sepenuhnya tergantung pada

(35)

7   

vertikal. Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi

vertikal dan integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio

nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

produktif masing-masing pelaku. Sistem pemasaran tersebut sering juga disebut

sebagai saluran pemasaran atau distribusi.

Peranan pemasaran sendiri dalam peternakan/agribisnis adalah sangat

besar, karena lebih kurang 80 persen pemasaran merupakan segmen dari sistem

agribisnis dan 70 persen dari setiap pengeluaran konsumen untuk makan dan

menutupi biaya pemasaran. Permasalah yang selalu dihadapi adalah bagaimana

menciptakan sistem penanganan komoditi peternakan yang sejalan dengan

perbaikan kesejahteraan pelaku didalamnya, terutama yang berkaitan dengan

aspek-aspek perdagangan hasil peternakan

1.2. Perumusan masalah

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi dan

daerah sentra produksi telur ayam buras terbesar ke tiga setelah Jawa Tengah dan

Jawa Timur. Khususnya wilayah Bogor selain memiliki wilayah yang luas juga

memiliki jumlah populasi tertinggi di Jawa Barat serta merupakan tujuan pasar

utama produk ternak ayam pedaging dan petelur. Hal ini dilandasi oleh beberapa

alasan yaitu: adanya permintaan yang tinggi, akibat adanya perkembangan

industri kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi, jarak ke pasar utama

dekat (Jakarta), dan adanya dukungan investasi industri baik industri hulu

(industri pembibitan dan industri pakan ternak) maupun industri hilir penjualan

telur ke berbagai restoran dan rumah makan.

Pemasaran merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan usaha

produksi, karena pemasaran merupakan ujung tombak untuk menilai berhasil

tidaknya usaha yang dijalankan. Tujuan akhir dari suatu proses produksi adalah

manghasilkan produk untuk dipasarkan atau dijual dengan harapan mendapat

imbalan berupa penghasilan dan keuntungan yang memadai.

Skala usaha yang berbeda dan lokasi peternakan yang tersebar diberbagai

tempat mengakibatkan pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor

(36)

produk berfluktuasi karena adanya persaingan harga diantara produk-produk yang

dipasarkan pada suatu pasar yang terbentuk. Pada pemasaran telur ayam

kampung, harga yang diterima peternak (produsen) masih jauh lebih rendah dari

harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Harga yang diterima peternak pada

kondisi normal adalah Rp.1000,00 per butir, sementara harga yang dibayarkan

konsumen Rp.1600,00 sampai dengan Rp. 2000,00 per butir. Jika dibandingkan

dengan telur ayam ras pada kondisi normal harga yang diterima peternak adalah

Rp750 per butir sementara harga yang dibayarkan konsumen Rp 850 sampai

dengan Rp.1000 per butir. Dari kedua jenis telur diatas, harga telur ayam

kampung sangat tinggi sekali dibandingkan dengan ayam broiler. Disamping

proses produksinya yang lebih lama dibandingkan dengan telur ayam ras, telur

ayam kampung juga masih jarang diusahakan secara intensif. Selain itu proses

penyediaan DOC hingga pemasaran telur ayam kampung belum terintegrasi

seperti ayam ras kebanyakan, hal ini yang mengakibatkan perbedaan harga yang

sangat signifikan antara telur ayam kampung dengan ayam ras.

Pada pemasaran telur ayam kampung di Bogor peternak selalu berpatokan

terhadap harga jual yang terjadi didaerah Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya

Blitar sebagai sentra produksi telur ayam terbesar di Indonesia. Di daerah

tersebut harga jual telur sangat rendah dan tidak bisa menutupi harga produksi,

karena di daerah Blitar dan sekitarnya para peternak banyak mengusahakan

budidaya ayam kampung tetapi dengan skala kecil.

Pada umumnya peternak bertindak sebagai penerima harga (price taker),

sehingga menyebabkan penerimaan ditingkat peternak menjadi paling rendah. Hal

tersebut terjadi dikarenakan peternak tidak memiliki bargaining position yang

kuat dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya serta tidak memiliki

informasi yang lengkap mengenai harga jual dipasaran. Selain itu, jauhnya lokasi

pemasaran dari sentra produksi memungkinkan timbulnya resiko para peternak

seandainya peternak menjual hasil panennya langsung kepada konsume akhir,

yaitu berupa biaya transpotasi. Sedangkan jika menjual hasil panen di daerah

produksinya, peternak menghadapi resiko harga penjualan terlalu rendah.

(37)

9   

banyak pula perlakuan yang diberikan dan pengambilan keuntungan oleh setiap

lembaga pemasaran.

Proses pemasaran telur ayam kampung ini terjadi melalui beberapa

lembaga pemasaran, dimulai dari peternak sampai ke pedagang pengencer yang

pada akhirnya berhubungan dengan konsumen. Panjang atau pendeknya pola

saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap permintaan (keuntungan) peternak

pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Sehingga perlu dikaji sistem

pemasaran telur ayam kampung dengan mengidentifikasi faktor-faktor

pembentukan mekanisme pasar antara lain lembaga pemasaran, pola saluran

pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar serta keragaan

pasar sehingga terjadi permasalahan tersebut.

Melihat kondisi tersebut ada beberapa permasalahan yang terjadi dan perlu

dikaji antara lain:

1. Bagaimana sistem pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor ?

2. Apakah saluran pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor sudah

efisien yang dapat dilihat dari marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio

keuntungan biaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran yang dilakukan di

Kabupaten Bogor

2. Menganalisis efisiensi pemasaran pemasaran telur ayam kampung di

Kabupaten Bogor

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai gambaran umum

bagi pelaku dalam produksi dan pemasaran telur ayam kampung dan mengambil

kebijakan atau langkah-langkah yang berkaitan dengan kondisi dan struktur pasar,

sumbangan pemikiran kepada decision maker dalam mencari alternatif untuk

meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas telur ayam kampung di Kabupaten

(38)

bahwa informasi mengenai pasar dan bagaimana sistemnya merupakan sumber

daya yang sangat penting sebagai kunci keberhasilan untuk mengatasi kondisi

pasar yang sering mengalami fluktuasi. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini adalah

sebagai bentuk pengaplikasian ilmu-ilmu manajemen agribisnis yang telah

didapatkan selama masa perkuliahan

1.5. Ruang lingkup

Batasan penelitian ini hanya menganalisis kegiatan pemasaran komoditas

telur ayam kampung dilihat dari struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar

serta melihat apa-apa saja yang terlibat dan fungsi yang dilakukan oleh

lembaga-lembaga tersebut dalam kegiatan pemasaran komoditas telur ayam kampung.

Dalam hasil analisis tersebut dapat diidentifikasi bagaimana efisiensi pemasaran

komoditas telur ayam kampung yang kemudian memberikan gambaran secara

umum mengenai kegiatan pemasaran untuk telur ayam kampung di Kabupaten

(39)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Telur Ayam Kampung

Ayam kampung merupakan salah satu varietas dari ayam buras yang

paling banyak dikenal oleh masyarakat luas dan tersebar diseluruh pelosok tanah

air. Pengertian ayam buras meliputi seluruh ayam bukan ras atau selain ayam

negeri pedaging dan petelur. Penggolongan jenis ayam buras adalah jenis-jenis

ayam seperti ayam kampung, ayam kedu, ayam nunukan, ayam pelung ataupun

ayam hias. Selain itu, penggunaan istilah ayam kampung juga digunakan untuk

beberapa jenis ayam buras.

Menurut Sarwono Ayam buras adalah ayam jinak yang terbiasa hidup

ditengah masyarakat yang padat penduduk, mempunyai daya adaptasi tinggi

terhadap lingkungan yang berubah-rubah dan juga penyakit. Penggunaan

obat-obat untuk ayam kampung relatif sedikit, hal ini menyebabkan telur ayam

kampung lebih digemari karena lebih alami dibandingkan dengan ayam ras. Telur

ayam kampung mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan telur ayam

ras, karena memiliki rasa yang lebih gurih dan kadar kemanisannya lebih rendah

dibandingkan telur ayam ras. Telur ayam kampung tidak hanya dikonsumsi

matang tetapi sering juga dikonsumsi segar atau mentah sebagai campuran madu,

susu, atau jamu untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Selain itu, telur ayam

kampung juga banyak digunakan dalam industri obat dan kosmetik.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, ayam kampung juga memiliki

beberapa kelemahan antara lain sulitnya memperoleh bibit yang baik dan produksi

telurnya yang lebih rendah dibandingkan ayam ras. Namun, tidak semua ayam

kampung berproduksi lebih rendah dibandingkan ayam ras. Ayam kampung jenis

kedu dan nunukan mampu memproduksi telur setara dengan produksi telur ayam

ras.

Masalah yang paling menonjol dalam pemeliharaan ayam kampung adalah

tingginya tingkat kematian anak ayam ketika berumur dibawah dua bulan.

Penyebab utamanya adalah serangan penyakit. Setelah melewati umur dua bulan,

biasanya ayam kampung lebih tahan terhadap serangan penyakit dibandingkan

(40)

disebabkan oleh pengaruh pakan dan lingkungan yang kurang memadai. Menurut

Sujionohadi 2007 beberapa penyakit yang sering menyerang dan berbahaya serta

penyebab lainnya yang sering menganggu pertumbuhan ayam kampung antara

lain:

a. Tetelo/New Castle Disease (NCD)

b. Gumboro/ (Infectious Bursal Disease)

c. Marek (Leukosis Akuta)

d. Pilek Ayam (Infectious Coryza Snot)

e. Mencret

Pemanenan telur ayam dapat dimulai setelah ayam dara berumur 6 bulan.

Dalam pemanenan yang perlu diperhatikan adalah cara memungut telur karena

telur mudah rusak. Dengan sistem intensif, produksi telur yang dihasilkan

diperkirakan bisa mencapai 50 persen dengan masa produksi selama satu tahun.

Penanganan pasca panen merupakan usaha untuk menjaga agar produk tetap

berkualitas baik,dan tidak mudah rusak. Penanganan pasca panen yang dilakukan

antara lain seleksi mutu dan pengemasan. Seleksi mutu dilaksanakan berdasarkan

mutu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Klasifikasi telur yang baik antara lain

bentuk telurnya normal, kulitnya mulus dan warna kulitnya seragam.

Telur 1 merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan

kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan

antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan

lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang

enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka

ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan

sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Hampir semua orang

membutuhkan telur. Telur ayam mengandung protein 12,8 persen, telur bebek

13,1 persen dan telur puyuh 10,3 persen. Selain itu telur mengandung sejumlah

mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium dalam jumlah

yang cukup.

       1

(41)

13 

 

Telur2 ayam mengandung asam amino yang lebih baik dan lebih tinggi

dibanding ayam ras maupun ayam negeri. Hal ini yang menyebabkan semua

kandungan gizi pada ayam telur kampung bisa diserap tubuh dengan lebih baik.

Meski begitu, dari segi kandungan gizi, seperti lemak, kolesterol, vitamin, dan

lainnya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara telur ayam kampung dan

ayam ras maupun ayam negeri

Struktur sebuah telur terdiri atas sel hidup yang dikelilingi oleh kuning

telur sebagai cadangan makanan terbesar. Kedua komponen itu dikelilingi oleh

putih telur yang mempunyai kandungan air tinggi, bersifat elastis dan dapat

mengabsorpsi goncangan yang mungkin terjadi pada telur tersebut. Putih telur

dikelilingi dan dilindungi oleh kulit telur yang berfungsi untuk mengurangi

kerusakan fisik dan biologis.

Kualitas telur ditentukan oleh dua faktor, yakni kualitas luarnya berupa

kulit, cangkang dan isi telur. Faktor luar meliputi bentuk, warna, tekstur,

keutuhan dan kebersihan kulit, sedangkan faktor isi telur meliputi kekentalan

putih telur, warna serta posisi kuning telur dan ada tidaknya noda-noda pada putih

dan kuning telur. Dalam suhu ruang, telur akan mengalami kerusakan setelah

disimpan lebih dari dua minggu. Kerusakan ini biasanya ditandai bila telur

dipecahkan isinya/kuning dan putih telur tidak menggumpal lagi. Tanda-tanda

telur segar yang baik adalah bentuk kulitnya bagus, cukup tebal, tidak cacat/retak,

teksturnya baik, warnanya bersih,rongga udara dalam telur kecil, posisi kuning

telur di tengah dan tidak tidak terdapat bercak atau noda merah.

Dalam pemasaran telur dengan harga yang bagus harus dilakukan

standarisasi berdasarkan mutu, berat, keutuhan dan kebersihan kulit telur.

Berdasarkan kriteria itu, telur dikelompokkan menjadi beberapa kelompok

kualitas. Telur yang berkualitas baik mempunyai harga yang lebih mahal

dibandingkan dengan yang berkualitas tidak baik. Jika akan dijual ke pasar,

pengemasan menjadi hal yang harus diperhatikan. Menurut Agus,dkk (2001),

Pengemasan yang baik, selain mencegah telur pecah juga memudahkan

       2

www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/msg01732.html - 16k - [5 mei 2009]

(42)

pengangkutan. Secara tradisional, telur dikemas dalam kotak kayu yang diberi

jerami, hal ini sangat mudah dan kurang aman. Cara terbaik adalah mendesain

kantung khusus yang biasanya terbuat dari plastik untuk meletakkan telur, dengan

cara ini, telur dikemas rapi dan aman. Untuk pasar premium (pasar swalayan dan

supermarket), pengemasan ini telah menjadi standar.

2.2. Penelitian Pemasaran Produk Agribisnis

Pemasaran merupakan suatu kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk

memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Penelitian mengenai

pemasaran produk agribisnis telah banyak dilakukan antara lain tentang

pemasaran telur ayam ras. Hasil yang diperoleh tentu saja berbeda dengan

karakteristik tempat dan komoditi yang diteliti. Ramdhiani dan Dame (2008)

meneliti tentang permintaan telur ayam ras dan buras. Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan pasar secara umum antara lain: (1) Rata-rata

pendapatan konsumen, apabila pendapatan naik maka konsumen cenderung

membeli lebih banyak, (2) Ukuran pasar, kota yang populasinya lebih besar akan

membeli lebih banyak dari pada kota yang populasinya kecil, (3) Harga dan

ketersediaan produk-produk yang berkaitan atau produk substitusi, (4) Selera

konsumen dan (5) Pengaruh lainnya seperti perayaan hari besar agama, tahun

baru.

Ramdhiani (2008) dalam penelitiannya tentang permintaan telur ayam ras

dan ayam buras menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

ayam ras dan ayam buras di DKI Jakarta yaitu harga telur ayam ras, harga telur

ayam buras dan jumlah anggota rumah tangga. Begitu juga dengan Dame (2008)

dalam penelitiannya mengenai permintaan rumah tangga konsumen terhadap telur

ayam ras menyimpulkan bahwa, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

permintaan telur ayam buras di Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak Riau adalah

jumlah anggota keluarga dan selera. Kedua penelitian diatas tentang permintaan

telur ayam dapat disimpulkan bahwa, yang mempengaruhi permintaan telur ayam

ras maupun ayam buras adalah harga, pendapatan dan jumlah anggota keluarga

serta selera. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam

(43)

15 

 

Fungsi-fungsi pemasaran produk agribisnis secara umum telah banyak

dilakukan penelitian oleh Surya, Eryani, dan Sigalingging dalam penelitian

mereka tentang analisis pendapatan dan pemasaran produk agribisnis yang tidak

terlepas dari peranan pedagang grosir. Surya (2004) dalam penelitiannya tentang

Analisis Pendapatan dan Pemasaran Telur Ayam Ras Kotamadya Depok Provinsi

Jawa Barat mempunyai tujuan mempelajari, menganalisa serta menghitung

pendapatan usaha , mempelajari saluran pemasaran telur ayam ras berdasarkan

daerah tujuan pemasaran yang paling efisien ditinjau dari segi teknis, ekonomi,

marjin pemasaran serta farmer’s share. Selain itu juga mempunyai tujuan

mempelajari dan menganalisa fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku

pasar pada setiap lembaga pemasaran telur serta menghitung sebaran marjin

pemasaran telur pada setiap jalur pemasaran yang terjadi.

Penelitian ini menggunakan metode snowball sampling dengan jumlah

responden 30 persen dari jumlah pengencer yang melakukan pembelian ke

pedagang grosir. Saluran pemasaran telur ayam ras di Kelurahan Serua terdiri

dari 13 pola saluran pemasaran. Didalam pola saluran pemasaran tersebut

didalamnya tidak lepas dari peranan pedagang grosir. Sistem pembayaran grosir

kepada peternak yaitu sistem tunai dan sistem cek. Sistem pembayaran pengencer

kepada grosir yaitu sistem tunai dan sistem pembayaran kemudian (hutang).

Eryani (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pemasaran

Mangga Gedong Ginju (Mangifera indica L), di Kabupaten Cirebon Jawa Barat.

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mempelajari saluran pemasaran dan fungsi

pemasaran, menganalisis struktur, perilaku dan keragaan pasar, mengidentifikasi

efisiensi pemasaran. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan

wawancara langsung yang dilkakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan

jumlah respoden baik itu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang

grosir dan pedagang pengencer. Penelitian ini menyimpulkan bahwa saluran

pemasaran mangga gedong ginju hingga ke konsumen melibatkan beberapa

pelaku pemasaran diantaranya pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang

grosir, supplier, dan pengencer. Saluran yang terbentuk sebanyak sembilan

(44)

Sigalingging (2007) menyatakan dalam penelitiannya tentang Analisis

Efisiensi Pemasaran Ayam ras Pedaging (Broiler) di Kecamatan Pemijahan

Kabupaten Bogor mempunyai tujuan menganalisis saluran pemasaran ayam

broiler, menganalisis marjin pemasaran dan nilai perolehan peternak serta

menganalisis tingkat keterpaduan harga ditingkat pengencer dan harga ditingkat

peternak. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dan

purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam saluran

pemasaran yang didasarkan kepada jumlah pembeli dan penjual yang terlibat

didalam pemasaran ayam ras pedaging. Saluran yang terbentuk ditingkat peternak

hanya satu saluran yaitu peternak menjual semua produknya ke inti. Dalam

pemasaran ayam pedaging ke inti lebih banyak menjual ayam kepada pedagang

pengumpul, karena pedagang pengumpul tidak memperlakukan ukuran standar

ayam sehingga peternak akan diuntungkan karena peternak tidak melakukan

penyortiran. Volume penjualan kepada pedagang pengencer lebih besar,

sementara efisiensi harga tercapai apabila perubahan harga yang terjadi ditingkat

konsumen harus langsung ditransmisikan kepada produsen oleh pelaku pasar.

Dari beberapa saluran pemasaran pada penelitian diatas, peranan

pedagang grosir masih berperan besar. Peran pedagang grosir atau pengencer

sangatlah penting, mengingat hubungan mereka sangat dekat dan langsung

berkaitan dengan peternak seperti penelitian Surya, Eryani dan Sigalingging

menyatakan bahwa hampir semua lembaga dan saluran pemasaran tidak terlepas

dari pedagang grosir atau pengencer.

Pemasaran disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak

yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen

memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Pengukuran efisiensi

pemasaran telah dilakukan penelitian terdahulu oleh Surya, Kurniawati, dan

Sigalingging. Surya (2004) dalam penelitiannya tentang analisis pendapatan dan

pemasaran telur ayam ras menyimpulkan bahwa struktur pasar yang hadapi

peternak cenderung cenderung mendekati struktur pasar oligopoli. Struktur pasar

yang dihadapi pedagang grosir di Pasar Parung, Pasar Buncit dan Pasar Ciputat

(45)

17 

 

Gaplok cenderung monopoli. Pada tingkat pedagang pengencer cenderung

mendekati struktur pasar persaingan sempurna.

Berdasarkan nilai indeks efisiensi teknis terendah dan nilai indeks efisiensi

ekonomi serta farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran yang dimulai dari

produsen-pedagang grosir –konsumen. Farmer’s share pada setiap saluran

pemasaran berkisar antara 82,43 persen sampai 96,88 persen. Secara keseluruhan

saluran pemasaran yang terbentuk cukup baik, karena harga yang diterima

produsen dari harga jual ditingkat konsumen cukup besar. Farmer’s share selalu

bertolak belakang dengan marjin pemasaran, semakin tinggi marjin maka semakin

kecil farmer’s share yang didapat.

Sigalingging (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan

pendekatan analisis marjin, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya dan

IMC saluran pemasaran yang paling efisien terdapat pada saluran pemasaran dari

peternak langsung menjual semua produknya ke inti (pengumpul). Pemasaran

langsung ke pengumpul tidak memerlukan ukuran standar sehingga peternak lebih

diuntungkan.

Kurniawati (2007) dalam penelitiannya Analisis Pemasaran Buah stroberi

mempunyai tujuan menganalisis terjadinya perbedaan yang besar diantara harga

jual ditingkat pedagang pengencer,menganalisis sistem pemasaran pada lokasi

penelitian dengan menganalisis saluran pemasaran, lembaga pemasaran, struktur

pasar dan fungsi lembaga pemasaran serta menganalisis tingkat efisiensi.

Perilaku pasar pada pemasaran buah stroberi ini terjadi dengan melihat

sistem penentuan harga dan pembayaran harga stroberi yang terjadi serta

kerjasama diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Sistem penentuan

harga yang terjadi pada proses pemasaran buah stoberi di Desa Alamendah

berdasarkan dua cara yaitu berdasarkan penetapan berdasarkan kondisi pasar yang

sedang berlaku dan melihat kondisi kualitas dan permintaan produk. Hasil

perhitungan marjin pemasaran terbesar pada saluran satu yaitu 57,14 persen, total

marjin pemasaran berikutnya adalah pola pemasaran tiga dengan marjin sebesar

55,71 persen. Marjin pemasaran terkecil adalaha sebesar 42,86 persen.

Farmer’s share terbesar yaitu pada saluran pemasaran ke lima sebesar 60

(46)

saluran pemasaran dua, 45,71 persen pada saluran tiga serta farmer’s share

terkecil pada pola pemasaran satu sebesar 42,86 persen. Berdasarkan perhitungan

marjin pemasaran, dan farmer’s share maka saluran pemasaran buah stroberi yang

paling efisien di Desa Alamendah adalah pada saluran dimana petani langsung

menjual hasil panennya kepada pedagang pengencer. Dari penelitian diatas dapat

disimpulkan bahwa semakin pendek saluran pemasaran suatu produk, maka

semakin efisien dan semakin banyak keuntungan yang diterima petani.

Analisis pemasaran Sayuran Organik di PT Agro Lestari, Ciawi Bogor

Jawa Barat merupakan skripsi yang diangkat oleh Batubara (2009). Tujuan

penelitian tersebut adalah mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran

pemasaran sayuran organik di PT Agro Lestari, menganalisis perbedaan harga jual

ditingkat petani dan ditingkat pemasok serta menganalisis farmer’s share dan

rasio keutungan biaya untuk mendapatkan saluran pemasaran yang efisien.

Struktur pasar yang dihadapi oleh petani sayuran organik bersifat pasar

persaingan sempurna, hal ini didasarkan pada jumlah petani (penjual) yang

banyak, dimana sebagian besar penduduk didaerah perusahaan bermata pencarian

pokok sebagai petani, sehingga petani yang menjual sayuran organik bersaing

dengan petani sayuran non organik. Struktur pasar yang dihadapi pedagang

pengumpul dan petani besar yaitu perusahaan sebagai penjual dan pemasok

sebagai pembeli menghadapi struktur pasar monopsoni karena jumlah pedagang

pengumpul hanya ada satu sementara pemasok cukup banyak. Struktur pasar

yang terjadi dipemasok merupakan struktur pasar oligopoli dimana penjual

sayuran organik lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembeli (konsumen

akhir).

Penelitian ini menghasilkan tiga pola saluran pemasaran, yang

menunjukkan bahwa total marjin pemasaran terbesar terdapat pada pola

pemasaran komoditi wortel organik dan petai organik yaitu sebesar 68 persen dan

70,86 persen. Marjin pemasaran terkecil yaitu pada pemasaran komoditi

kangkung 60,02 persen. Dari kepentingan petani saluran pemasaran yang

mendapatkan keuntungan terbesar adalah pada komoditas kangkung organik

(47)

19 

 

Berdasarkan penelitian-peneliatian diatas, baik penelitian pemasaran

tentang ayam maupun penelitian pemasaran produk agribisnis lainnya, belum

terdapat penelitian mengenai analisis pemasaran telur ayam terutama telur ayam

kampung. Telur ayam kampung merupakan suatu produk yang digemari

konsumen teruatama karena masih alami,mempunyai rasa yang lebih gurih,

kandungan protein tinggi serta kandungan gizinya bagus. Agar suatu produk

mampu bersaing, diperlukan suatu pengetahuan pemasaran yang menyeluruh, dan

salah satu bentuk pengetahuan yang diperlukan pada pemasar adalah pengetahuan

terhadap saluran pemasaran, fungsi-fungsi yang ada disetiap lembaga pemasaran,

struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar. Penelitian ini menganalisis

perubahan nilai yang terjadi ketika terjadi perpindahan komoditas dari setiap

lembaga pemasaran baik dari segi perubahan fungsi, bentuk dan waktu.

Kesenjangan perubahan harga antara peternak dan konsumen akhir menjadikan

penyebab mengapa penelitian dengan judul Analisis Pemasaran Telur Ayam

Kampung di Kabupaten Bogor ini jelas berbeda dengan penelitian-penelitian

(48)

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dimaksudkan untuk memberikan gambaran

atau batasan-batasan tentang teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian

yang akan dilakukan, adalah teori mengenai variabel-variabel yang akan diteliti.

Variabel-variabel yang akan diteliti pada penelitian analisis pemasaran Telur

Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat terdiri dari saluran pemasaran,

lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur serta perilaku pasar untuk

menilai efisiensi harga. Marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan

biaya digunakan untuk menilai efisiensi pemasaran secara operasional.

3.1.1. Sistem Pemasaran

Kohl dan Uhl (1985), mendefinisikan tataniaga atau pemasaran pangan

merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa

komoditas pertanian mulai dari titik produksi (petani) sampai ke tangan

konsumen. Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan bahwa pemasaran mencakup

segala aktivitas yang diperlukan dalam pemindahan hak milik yang

menyelenggarakan saluran fisiknya termasuk jasa-jasa dan fungsi-fungsi dalam

menjalankan distribusi barang dari produsen sampai ke konsumen termasuk

didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan-perubahan

bentuk dari barang yang ditujukan untuk mempermudah penyaluran dan

memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumen. Dengan kata lain

pemasaran merupakan serangkaian fungsi yang diperlukan untuk menggerakkan

produksi mulai dari produsen utama hingga sampai ke konsumen akhir.

Di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi,

disebut tataniaga karena niaga identik dengan barang dagang sehingga tataniaga

berarti segala sesuatu yang menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan

barang-barang. Perdagangan biasanya dijalankan melalui pasar maka tataniaga

disebut juga pemasaran atau marketing. Dalam suatu sistem pemasaran terdapat

(49)

21

 

konsumen serta lembaga lain yang langsung atau tidak langsung terlibat

didalamnya. Sejauh mana tiap komponen tersebut terlibat dalam sistem

pemasaran komoditi pertanian rakyat tergantung pada aktivitas mereka dalam

membina sistem pemasaran yang sedang berlaku. Pada tiap tingkat waktu,

kegiatan komponen tersebut akan menentukan tingkat efisiensi pemasaran.

Kohl dan Uhl (2002) mendefinisikan pasar sebagai suatu arena untuk

mengatur dan menfasilitasi aktivitas bisnis serta untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dasar ekonomi mengenai: produk apa yang dihasilkan, berapa banyak

produksi, bagaimana cara memproduksi, dan bagaimana produk didistribusikan.

Sedangkan menurut Dahl and Hammond (1977), secara garis besar pasar

merupakan sejumlah lingkungan atau tempat dimana, (1) kekuatan permintaan

dan penawaran saling bertemu, (2) terbentuk harga serta perubahan harga terjadi,

(3) terjadinya perpindahan kepemilikan sejumlah barang dan jasa dan, (4)

beberapa susunan fisik dan institusi dibuktikan.

Kohl dan Uhl (2002) merumuskan pemasaran sebagai bentuk dari seg

Gambar

Tabel 1. Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2008
Tabel 2.  Produksi dan Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung, Ayam Ras dan
Tabel 3. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan untuk Jenis Makanan di Kabupaten Bogor Tahun 2007
Gambar 1: Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menganalisis bentuk saluran pemasaran telur ayam ras, menganalisis besarnya persentase margin, biaya dan keuntungan pemasaran pada berbagai

Hasil analisis pada masing-masing kelembagaan pemasaran ternak kelinci menunjukkan bahwa share harga peternak terbesar terdapat pada saluran II (peternak → pedagang

Pada pasar output kedelai lokal, saluran pemasaran paling efisien terdapat pada saluran pemasaran III dengan marjin pemasaran paling rendah serta memiliki bagian

Hasil analisis pada masing-masing kelembagaan pemasaran ternak kelinci menunjukkan bahwa share harga peternak terbesar terdapat pada saluran II (peternak → pedagang

Saluran pemasaran tipe satu merupakan saluran pemasaran yang banyak menggunakan lembaga pemasaran didalamnya yang ikut berperan dalam memasarkan telur ayam ras

Saluran pemasaran tipe satu merupakan saluran pemasaran yang banyak menggunakan lembaga pemasaran didalamnya yang ikut berperan dalam memasarkan telur ayam ras

Untuk mendapatkan pengaruh umur telur serta bobot telur terhadap fartilitas dengan daya tetas yang ideal dalam penetesan telur ayam kampung ini merupakan

Analisis Biaya, Keuntungan, dan Margin Saluran Pemasaran I dan II Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada saluran pemasaran I pedagang pengecer membeli telur ayam ras dari