• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Bogor memiliki total luas wilayah 298 838 304 Ha dengan luas wilayah berdasarkan pola penggunaan tanah dikelompokan menjadi kebun campuran seluas 85 202.5 Ha (28.48 persen), kawasan terbangun/pemukiman 47 831.2 Ha (15.99 persen), semak belukar 44 956.1 Ha (15.03 persen), hutan vegetasi lebat/perkebunan 57 827.3 Ha (19.33 persen), sawah irigasi/tadah hujan 23 794 Ha (7.95 persen), tanah kosong 36 351.9 Ha (12.15 persen).

Kabupaten Bogor terdiri dari 411 Desa dan 17 Kelurahan (total 428 Desa/Kelurahan), 3 768 RW dan 14 951 RT yang tercakup dalam 40 kecamatan. Berdasarkan karakteristik wilayah dan untuk memudahkan pengembangannya, maka Kabupaten Bogor dibagi dalam 3 wilayah yaitu :

1. Wilayah Barat meliputi 13 (tiga belas) kecamatan, yaitu Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Tenjolaya, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan dan Kecamatan Rumpin.

2. Wilayah Tengah meliputi 20 (dua puluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojonggede, Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas dan kecamatan Tamansari.

3. Wilayah Timur meliputi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Putri,

Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, Tanjungsari dan Kecamatan Cariu.

Secara administratif Kabupaten Bogor sebelah utara berbatasan dengan Kota Depok, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, sebelah barat data berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah timur daya berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah Tenggara berbatasan dengan kabupaten Cianjur dan di tengah berbatasan dengan Kota Bogor. Suhu rata-rata di Kabupaten Bogor sekitar 20º-30ºC, dengan rata-rata tahunan 25ºC, kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah dengan rata-rata 1.2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata–rata sebesar 146.2 mm/bulan.

Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Rancabungur wilayah tengah dari Kabupaten Bogor. Desa Mekarsari dipilih sebagai lokasi penelitian karena terdapat satu kelompok tani yang fokus pada budidaya dan pemasaran pepaya california, sedangkan Desa Rancabungur dipilih karena letaknya yang berdekatan dengan Desa Mekarsari dan petani pepaya di Desa Rancabungur tidak tergabung dalam kelompok tani. Desa Mekarsari memiliki luas wilayah 204 024 Ha dengan ketinggian ± 170 mdpl curah hujan 200 mm/tahun dan kelembaban dengan suhu rata-rata 290C–320C dengan total jumlah penduduk 6 506 jiwa. Batas wilayah Desa Mekarsari sebelah utara adalah Desa Candali Kecamatan Rancabungur, sebelah timur adalah Desa Rancabungur Kecamatan Rancabungur, sebelah selatan adalah Desa Cidokom Kecamatan Rumpin dan sebelah barat adalah Desa Karihkil Kecamatan Ciseeng.

Desa Rancabungur memiliki luas wilayah 277 000 Ha dengan ketinggian ± 184 mdpl, curah hujan 200 mm/tahun dan kelembaban dengan suhu rata-rata 270C–320C dengan total jumlah penduduk 8 206 jiwa. Batas wilayah Desa Rancabungur sebelah utara adalah Desa Mekarsari/Cimulang Kecamatan Rancabungur, sebelah timur adalah Desa Pasirgaok Kecamatan Rancabungur, sebelah selatan adalah kali cisadane Kecamatan Ciampea dan sebelah barat adalah Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur.

Mata pencaharian petani di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari paling banyak adalah buruh tani karena lahan yang dimiliki oleh petani sudah banyak berkurang seperti yang tercantum dalam tabel 7. Berkurangnya lahan yang dimiliki oleh petani disebabkan karena petani banyak yang menjualnya untuk kemudian dibuat pemukiman atau disewakan kembali oleh pemilik tanah ntuk digarap oleh buruh tani. Itulah sebabnya mata pemacaharian terbanyak kedua adalah petanii penggarap yang menggarap lahan milik orang lain.

Tabel 7 Keadaan penduduk Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari berdasarkan mata pencaharian

No Mata Pencaharian Desa Mekarsari Desa Rancabungur

Jumlah orang % Jumlah orang % 1 Petani

- Petani pemilik tanah

- Petani penggarap - Buruh tani 60 113 350 2.3 4.3 13.3 87 156 540 3.3 4.2 14.5 2 PNS 18 0.7 25 0.7 3 PNS Polri 3 0.1 8 0.2 4 PNS TNI 3 0.1 10 0.3 5 Pensiunan PNS/Polri/TNI 5 0.2 20 0.5 6 Karyawan swasta 75 2.8 150 4.0 7 Wiraswasta 79 3.0 88 2.4 8 Pedagang 256 9.7 316 8.5 9 Buruh Industri 1 410 53.4 2 154 57.9 10 Lain-lain 268 10.0 168 4.5 Total 2 652 100.00 3 491 100.00

Sumber : Data Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur 2014

Peruntukan lahan untuk tegalan/kebun di Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur cukup besar seperti yang terlihat pada tabel 8 dibandingkan dengan pemukiman dan perumahan hal tersebut mengindikasikan bahwa potensi perkebunan di kedua desa tersebut masih cukup besar terutama dalam hal pengembangan usahatani pepaya california.

Tabel 8 Pemanfaatan lahan di Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur

No Peruntukan lahan Desa Mekarsari Desa Rancabungur

Luas Lahan (Ha) Luas Lahan (Ha)

1 Pemukiman dan Perumahan 35 20

2 Tanah Sawah 47 35 3 Empang/kolam 20 2.25 4 Perkebunan 1.24 5 5 Tegalan/Kebun 67 30.5 6 Lain-lain 25 11 Total 195.24 103.75

Sumber : Data Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur 2014

Karakteristik Petani Responden

Petani yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 21 orang yang terdiri dari 10 petani anggota kelompok tani yang diambil berdasarkan sensus seperti yang terlihat pada tabel 9. Usia tanaman pada saat penelitian untuk petani anggota kelompok tani berkisar antara 12 – 26 bulan

Tabel 9 Sampel petani yang tergabung dalam kelompok tani No Nama Luas lahan (m2) Jumlah pohon (batang) Usia Tanaman (Minggu) Produksi per panen (kg) Panen per minggu (kali) 1 Kiki W 30 000 3 000 25 2 300 2 2 M. Ruslan 17 000 2 500 18 1 100 2 3 Edi S 15 000 2 200 26 1 000 2 4 Kurnia 15 000 2 000 20 1 000 2 5 Heriyanto 8 000 500 20 350 2 6 Encep 7 000 500 14 400 1 7 Jamal 3 500 380 18 300 1 8 Seng Cum 3 000 350 12 200 1 9 Didin 1 000 200 24 100 1 10 Abdul Manaf 1 500 250 12 200 1

Petani anggota kelompok tani sangat fokus dalam membudidayakan pepaya california karena kelompok tani yang terbentuk adalah kelompok tani khusus pepaya california di bawah pembinaan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor dan BP3K seperti yang terlihat pada gambar 2

Petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani yang dijadikan responden adalah sebanyak 11 petani dengan cara snowball sampling seperti yang terlihat pada tabel 10.

Tabel 10 Sampel petani non kelompok tani

No Nama Luas lahan (m2) Jumlah pohon (batang) Usia Tanaman (Minggu) Produksi per panen (kg) Panen per minggu (kali) 1 Pepen 15 000 2 500 36 2 100 2 2 H. Enduh 10 000 1 500 18 650 1 3 Sumantri 10 000 1 000 8 800 1 4 A.Bandi 8 000 2 000 38 2 000 2 5 Sama 2 500 550 18 500 2 6 Miun 2 000 200 24 65 2 7 Oeh 1 500 160 8 160 1 8 Aleh 1 500 180 12 100 2 9 Komar 1 500 150 12 70 1 10 Atin 1 250 250 18 200 2 11 Acep 1 000 400 12 300 2

Pada umumnya petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani melaksanakan budidaya pepaya dengan cara tumpang sari dengan menanam pohon singkong, jagung, pepaya dan kacang tanah sehingga pepaya california yang dihasilkan tidak terlalu maksimal seperti yang terlihat pada gambar 3

Responden diklasifikasikan berdasarkan usia, tingkat pendidikan, lama bertani pepaya, luas lahan dan status kepemilikan lahan. Pengklasifikasian dilakukan karena berpengaruh kepada usia produktif dan proses pengambilan keputusan petani dalam proses penjualan pepaya. Berdasarkan usia petani non kelompok tani dan kelompok tani diklasifikasikan usia 30–40 tahun, 41–50 tahun, 51–60 tahun dan diatas 60 tahun.

Tabel 11 Gambaran usia petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani Golongan Usia

(Tahun)

Kelompok Tani Non Kelompok Tani

Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 30 – 40 6 60.00 3 27.27 41 – 50 2 20.00 2 18.18 51 – 60 - 0.00 5 45.45 ‗ > 60 2 20.00 1 9.09 Total 10 100.00 11 100.00

Pendidikan formal juga menjadi salah satu yang mendasari keputusan petani dalam proses keputusan penjualan. Semakin tinggi pendidikan formal diharapkan petani dapat lebih terbuka dalam menyikapi informasi pasar yang didapatnya sehingga petani dapat mempunyai posisi tawar yang tinggi. Pendidikan formal untuk petani responden diklasifikasikan menjadi 3 yaitu SD, SMP dan SMA.

Tabel 12 Gambaran tingkat pendidikan petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani

Tingkat Pendidikan

Kelompok Tani Non Kelompok Tani

Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) SD/Sederajat 3 30.00 9 81.82 SMP/Sederajat 5 50.00 1 9.09 SMA/Sederajat 2 20.00 1 9.09 Total 10 100.00 11 100.00

Dapat terlihat pada tabel 11 dan tabel 12 petani yang tergabung dalam kelompok tani masih berada pada usia produktif dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibanding petani non kelompok tani (Fajriah 2014), hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa anggota kelompok tani lebih berpikiran terbuka dalam mengolah informasi baik informasi mengenai budidaya maupun pemasaran karena kelompok tani memperoleh bimbingan baik dari dinas pertanian kabupaten bogor maupun dari BP3K.

Hampir sebagian besar petani yang tergabung dalam kelompok tani memiliki lama bertani dalam usahatani pepaya lebih dari 5 tahun seperti yang dapat terlihat pada tabel 13 sedangkan petani non kelompok tani yang memiliki lama bertani sekitar 5 – 10 tahun sebesar 55 persen. Hal tersebut berpengaruh pada pengalaman petani dalam melakukan budidaya untuk menghasilkan buah pepaya dengan grade yang cukup baik (grade super) dan pemasaran pepaya. Petani yang lebih dari 5 tahun dalam usahatani pepaya umumnya sudah memiliki pengalaman yang cukup dalam budidaya dan pemasaran pepaya, sedangkan petani yang kurang dari 5 tahun umumnya belum mempunyai cukup pengalaman dalam memasarkan dan menghasilkan buah dengan grade yang cukup baik.

Tabel 13 Pengalaman bertani pepaya bagi petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani

Pengalaman bertani pepaya

(Tahun)

Kelompok Tani Non Kelompok Tani

Jumlah Petani (Orang)

Persentase (%) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) < 5 1 10.00 5 45.45 5 – 10 5 50.00 6 54.55 ‗> 10 4 40.00 0 0 Total 10 100.00 11 100

Petani responden baik petani kelompok tani maupun non kelompok tani memiliki luas lahan yang beraneka ragam. Luas lahan petani anggota kelompok tani lebih dari 10 000 m2 yaitu 40 persen sedangkan petani non kelompok tani yang memiliki luas lahan lebih dari 10 000 m2 hanya 9.09 persen. Petani non kelompok tani paling banyak memiliki luas lahan 1 000–5 000 m2 yaitu sebanyak 72.73 persen seperti yang dapat dilihat di tabel 14. Petani pada kelompok tani memiliki luas lahan yang cukup besar sejak awal berdiri pengurus sudah memiliki modal yang cukup besar sehingga fokus dalam pengembangan budidaya pertanian terutama dalam mengembangkan budidaya pepaya california sedangkan petani yang tidak tergabung dengan kelompok tani memiliki keterbatasan modal dalam memperluas lahannya.

Tabel 14 Luas lahan petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani

Luas lahan (m2)

kelompok tani non kelompok tani Jumlah petani (Orang) Persentase (%) Jumlah petani (Orang) Persentase (%) 1 000 - 5 000 4 40.00 8 72.73 5 000 - 10 000 2 20.00 2 18.18 > 10 000 4 40.00 1 9.09 Total 10 100.00 11 100.00

Status kepemilikan lahan juga berpengaruh kepada keputusan petani dalam melakukan teknik budidaya dan penjualan. Petani yang memiliki sendiri lahannya dapat leluasa dalam mengambil keputusan dibandingkan petani dengan lahan sewa ataupun penggarap. Status kepemilikan lahan pada petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15 Status kepemilikan lahan petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani

Status Kepemilikan

kelompok tani non kelompok tani Jumlah petani (Orang) Persentase (%) Jumlah petani (Orang) Persentase (%) Sendiri 5 50.00 7 63.64 Sewa 3 30.00 3 27.27

Sendiri dan sewa 2 20.00 1 9.09

Total 10 100.00 11 100.00

Karakteristik Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran yang dijadikan responden sebanyak 10 orang yang diambil dengan mengikuti alur aliran produk mulai dari petani responden sampai ke pengecer. Setiap responden memiliki jenis lembaga pemasaran yang berbeda- beda seperti yang terlihat pada tabel 16.

Tabel 16 Responden menurut jenis lembaga pemasaran

No Nama Jenis Lembaga Pemasaran

1 Jaja Pedagang pengumpul kebun

2 Mistar Pedagang pengumpul kebun

3 Iing/Irman Pedagang pengumpul desa

4 Santa Pedagang pengumpul besar

5 Mad Soleh Pedagang pengumpul besar

6 Yusuf Pedagang pengumpul besar

7 Dian Pengecer

8 Mansur Pengecer

9 Samsy Pengecer

10 H. Didi Pengecer

Lembaga pemasaran di Desa Mekarsari terdiri dari kelompok tani dan pedagang pengumpul kebun. Kelompok tani menjual ke pengecer dan pasar modern (Alfamidi, Total Buah Segar, Ngesti, Istana Buah Segar, Pasar Modern di Tangerang) sedangkan pedagang pengumpul kebun menjual ke pengecer di pasar tradisional dan di toko buah pinggir jalan. Lembaga pemasaran di Desa Rancabungur terdiri dari pedagang pengumpul kebun, pedagang pengumpul desa dan petani yang juga merangkap sebagai pedagang. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut tidak hanya menjual di kawasan Rancabungur tetapi juga menjual ke daerah di luar kawasan Rancabungur seperti Jakarta, Tangerang dan Kota Bogor.

Pedagang pengumpul kebun

Pedagang pengumpul kebun adalah individu yang melakukan pembelian ke petani mulai dari pemetikan dan penjualan ke pedagang pengumpul desa dan pedagang pengumpul besar. Pedagang pengumpul kebun yang menjadi responden terdiri dari 2 orang. Pedagang pengumpul kebun membeli langsung dari petani. Dari segi karakteristik pedagang pengumpul kebun berusia 32 dan 44 tahun dengan tingkat pendidikan SMP dan SD. Pedagang pengumpul kebun 1 membeli pepaya california dari 2 petani di Desa Rancabungur dan menjual ke pedagang pengumpul desa karena volume buah yang dijual tidak terlalu banyak sedangkan pedagang pengumpul kebun 2 membeli pepaya dari 20 orang petani di Desa Mekarsari dan menjual langsung ke pedagang pengecer.

Pedagang pengumpul desa

Pedagang pengumpul desa adalah individu yang melakukan pembelian langsung dari petani termasuk pemetikan dan pedagang pengumpul kebun kemudian menjualnya langsung ke pengecer dan pedagang pengumpul besar. Pedagang pengumpul desa di Desa Rancabungur yang menjadi responden terdiri dari 1 orang. Pedagang pengumpul desa membeli pepaya dari pedagang pengumpul kebun dan petani kemudian menjual ke pedagang pengumpul besar, dan pengecer. Penjualan dilakukan berdasarkan grade yang ada. Untuk grade A dan B dijual ke pedagang pengecer dan grade B dan C dijual ke pedagang pengumpul besar. Pedagang pengumpul desa berusia 26 tahun dengan tingkat pendidikan SMP dan memiliki pengalaman berdagang pepaya california selama 5 tahun.

Pedagang pengumpul besar

Pedagang pengumpul besar adalah individu yang melakukan pembelian dari petani (tidak termasuk pemetikan/petani yang mengantar pepaya ke pedagang pengumpul besar), pedagang pengumpul kebun dan pedagang pengumpul desa kemudian menjualnya langsung ke pengecer dan konsumen akhir. Pedagang pengumpul besar yang menjadi responden terdiri dari 3 orang yaitu 2 orang masih berada pada usia produktif yaitu 30 dan 38 tahun sedangkan 1 orang berusia 60 tahun. Dari segi tingkat pendidikan 2 orang pedagang pengumpul besar lulusan SD/sederajat sedangkan 1 orang tidak lulus SD tetapi dari segi pengalaman berdagang lebih dari 5 tahun.

Pengecer

Pedagang pengecer adalah individu yang melakukan kegiatan penjualan langsung ke konsumen akhir. Pedagang pengecer yang menjadi responden terdiri dari 4 orang. Berdasarkan usia 3 orang berada di usia yang produktif yang berkisar antara 30 – 47 tahun sedangkan 1 orang berusia 60 tahun dengan tingkat pendidikan yaitu SMA sebanyak 1 orang, SMP sebanyak 2 orang dan SD sebanyak 1 orang. Dari segi pengalaman pedagang pengecer memiliki pengalaman lebih dari 3 tahun. Pedagang pengecer menjual pepaya di Kota Bogor (Pasar Anyar), Tangerang (Pasar Modern BSD) dan Jakarta.

Kelompok Tani Tirta Mekar

Dalam upaya pengembangan usahatani pepaya di Desa Mekarsari terbentuklah Kelompok Tani Tirta Mekar pada tahun 1997 dengan tujuan menciptakan sarana belajar bersama, wahana kerjasama dan menyatukan unit produksi dalam rangka mewujudkan petani dan pelaku usaha yang tangguh dan berdaya saing demi mewujudkan masyarakat tani yang sejahtera. Pergantian kepengurusan kelompok tani berlanjut pada tahun 2011 dengan susunan kepengurusan sebagai berikut :

―Kelompok Tani‖ Tirta Mekar beranggotakan 12 orang tetapi yang saat ini aktif berjumlah 10 orang, dengan rincian 4 orang merupakan pengurus dan 6 orang merupakan anggota kelompok tani. Ketua kelompok tani selain bertani pepaya california juga sebagai pemodal yang berwenang mengatur dan mengendalikan bisnis ―kelompok tani‖. Ketua kelompok menanggung risiko atas usaha kelompok tani. Fungsi kepengurusan untuk mendukung program kerja dan pelimpahan wewenang yang diberikan ketua kelompok tani termasuk berperan aktif dalam membina hubungan baik dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan maupun BP3K. Tanggungjawab pengurus kelompok tani antara lain: a) penyediaan kebutuhan modal bertani pepaya california termasuk benih, pupuk, pengendalian penyakit selama siklus tanam berlangsung; b) pendampingan dan bimbingan teknis budidaya pepaya california dalam rangka peningkatan hasil panen dan penjadwalan area panen; c) penentuan harga beli terhadap anggota dan harga jual; d) pemasaran hasil panen baik ke pasar tradisional maupun pasar modern.

Keterikatan anggota kelompok tani dengan ―kelompok tani‖ Tirta Mekar diantaranya adalah harga jual hasil panen mengacu pada ketentuan yang berlaku dikelompok tani, anggota wajib menjual hasil panennya kepada kelompok tani dengan konsekuensi sangsi dikeluarkan dari keanggotaan bagi yang melanggar hal tersebut dan anggota juga dipekerjakan pada saat proses pemanenan, pengangkutan, sortasi dan grading serta transportasi dengan kompensasi yang telah ditentukan. ―Kelompok tani‖ sebaiknya mempunyai aturan tertulis mengenai hak dan kewajiban anggota maupun pengurus berdasarkan kesepakatan bersama, termasuk di antaranya adalah pembagian tanggungjawab dan kompensasi yang diberikan kepada pengurus dan anggotanya. Saat ini yang lebih berperan dalam

Gambar 4 Struktur Organisasi Kelompok Tani Tirta Mekar KETUA Kiki Wijarnako BENDAHARA Edy Suyanto SEKRETARIS M. Ruslan RPH Manaf HUMAS Kurnia H PEMASARAN Kiki Wijarnako ANGGOTA

menentukan tugas dan wewenang pengurus serta pembagian kompensasi termasuk gaji pengurus kelompok tani adalah ketua kelompok tani.

Ketentuan yang berlaku dalam hal penjualan hasil panen, ―kelompok tani‖ membeli pepaya dari anggota berdasarkan kualitasnya dan dihitung secara keseluruhan. Petani yang memiliki hasil panen ± 75 persen grade A maka kelompok tani akan membeli dengan harga Rp3 500,- per kg. Untuk petani dengan hasil panen ± 75 persen grade B maka kelompok tani akan membeli dengan harga Rp3 000,- per kg, sedangkan petani yang memiliki hasil panen ± 75 persen grade C maka kelompok tani akan membeli dengan harga Rp2 500,- per kg. Kelompok tani selain membeli pepaya pada anggotanya juga membeli kepada pedagang pengumpul lainnya. Pepaya yang dibeli kepada selain anggota hanyalah pepaya grade A dengan harga Rp5 000,- per kg. Kelompok tani memasarkan pepaya california berdasarkan kualitasnya. Pepaya grade A dipasarkan untuk kalangan menengah ke atas melalui pedagang pengecer yaitu Total Buah Segar, Alfamidi, The Foodhall dan Trans Market. Pepaya grade B dipasarkan untuk kalangan menengah yaitu Istana Buah Segar, Ngesti dan toko buah di pasar modern. Sedangkan sisanya yaitu grade C dijual ke pedagang pengumpul dan menjual ke pedagang pengecer untuk kalangan menengah ke bawah.

Keadaan umum agribisnis pepaya california di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari Kabupaten Bogor

Pepaya california di Kecamatan Rancabungur mulai dibudidayakan sekitar tahun 2004 dengan bibit dari PKHT IPB yaitu IPB-9. Pepaya california atau pepaya IPB-9 merupakan jenis unggul dan berumur genjah dengan batang lebih pendek dibandingkan jenis pepaya lainnya. Pepaya california dapat dipanen pada umur 9–15 bulan (setiap periode 6 bulan) dengan total biaya pada periode pertama Rp50 000,- per batang. Satu batang pohon pepaya dapat menghasilkan sekitar 40– 100 kg buah pepaya tergantung pada perawatan dan pemeliharaannya. Setelah periode pertama habis maka ada jeda sekitar 2-3 bulan untuk tanaman berbuah, periode kedua dapat dipanen pada umur 18-24 bulan dengan total biaya pemeliharaan Rp15 000,- sampai dengan Rp20 000,- per batang dan dapat menghasilkan buah pepaya sekitar 40-50 kg. Periode ketiga dapat dipanen pada usia 28-34 bulan dengan total biaya Rp15 000,- sampai dengan Rp20 000,- per batang dan dapat menghasilkan buah pepaya sekitar 30–40 kg. Setiap kali panen satu batang pohon pepaya dapat menghasilkan sekitar 1-2 kg buah pepaya.

Dalam rangka pengembangan budidaya pepaya california di Kecamatan Rancabungur, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor memberikan bantuan berupa alat saprodi, benih dan pupuk. Bantuan tersebut untuk memberikan rangsangan kepada petani untuk kembali membudidayakan pepaya california. Petani pepaya california di Kecamatan Rancabungur masih cukup trauma dengan hama penyakit yang menyebabkan petani gagal panen pada tahun 2008. Itulah sebabnya Dinas Pertanian dan Kehutanan kembali mengadakan program pengembangan budidaya pepaya california di Kecamatan Rancabungur. Pada saat ini petani pepaya california sudah mulai membudidayakan kembali pepaya california, akan tetapi untuk meminimalkan resiko gagal panen petani pepaya california umumnya melakukan tumpang sari dengan singkong, jagung, dan kacang tanah.

Dokumen terkait