• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFIKASI PERMUKAAN KARBON KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) MELALUI PROSES AKTIVASI KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODIFIKASI PERMUKAAN KARBON KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) MELALUI PROSES AKTIVASI KIMIA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MODIFIKASI PERMUKAAN KARBON KULIT KACANG TANAH

(Arachis hypogaea L.) MELALUI PROSES AKTIVASI KIMIA

Rezky Novridha*, Muhammad Zakir, Maming

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10, Tamalanrea, Makassar, Indonesia 90245, *email: [email protected]

Abstrak. Sintesis karbon aktif kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) telah dilakukan. Karbon aktif kulit kacang tanah dibuat melalui proses karbonisasi dan aktivasi kimia. Waktu kontak maksimum karbon sebelum dan setelah proses aktivasi kimia diperoleh dengan metode metilen biru. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa karbon kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) setelah aktivasi kimia memiliki waktu kontak maksimum yang lebih besar daripada karbon kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) sebelum aktivasi kimia.

Kata kunci: kulit kacang tanah, karbon aktif, karbonisasi, aktivasi, metilen biru.

Abstract. Synthesis of activated carbon from peanut shell (Arachis hypogaea L.) have been conducted. Activated carbon was made from peanut shell with carbonization and chemical activation. The maximum

contact time of carbon before and after chemical activation method obtained by the methylene blue. From the result, we conclude that carbon of peanut shell (Arachis hypogaea L.) after chemical activation method have bigger maximum contact time than carbon of peanut shell (Arachis hypogaea L.) before chemical activation method.

Keywords: peanut shell, activated carbon, carbonization, activation, methylene blue.

PENDAHULUAN

Sejalan dengan perkembangan industri di berbagai bidang, kebutuhan karbon aktif juga semakin meningkat. Karbon aktif diperlukan industri dalam proses produksi, baik industri pangan maupun non pangan. Kebutuhan karbon aktif nasional cukup tinggi, lebih dari 200 ton per bulan atau 2.400 ton per tahun, di mana sebagian di antaranya masih diimpor untuk keperluan khusus seperti industri pengolahan emas dan farmasi (Fitriani, 2008).

Bahan baku pembuatan karbon aktif berasal dari bahan yang mengandung karbon baik organik maupun bahan anorganik. Beberapa di antaranya adalah kayu, limbah kayu, tempurung kelapa, batu bara, dan limbah pertanian seperti kulit buah kopi, sabut buah coklat, sekam padi, jerami, tongkol dan pelepah jagung, bahkan bahan polimer seperti poliakrilonitril, rayon, dan resin fenol (Asano dkk,1999).

Karbon aktif adalah material berpori berupa karbon amorf dengan kandungan karbon 87-97% dan sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur, dan material lain. Karbon aktif merupakan karbon yang telah diaktivasi sehingga terjadi pengembangan struktur pori yang bergantung pada metode aktivasi yang digunakan (Prabowo, 2009; Austin, 1996). Sifat fisika dari karbon aktif terutama ditentukan oleh ukuran pori dan luas permukaannya. Karbon aktif mempunyai luas permukaan yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 500-1500 m2.g-1 dan volume

pori berkisar antara 0,7-1,8 cm3.g-1 (Cencen dan

Aktas, 2012; Cotton dan Wilkinson, 1989). Produksi material karbon aktif khususnya dari bahan alam atau biomassa menarik banyak peneliti material saat ini. Karbon aktif dapat dihasilkan dari proses karbonisasi dan aktivasi limbah organik, seperti sekam padi, kulit durian, tongkol jagung, batang jagung, serabut kelapa, tempurung kelapa,

(2)

cangkang kelapa sawit, kulit kacang tanah, dan lain-lain (Harsanti dan Ardiwinata, 2011). Karbonisasi merupakan proses pembakaran bahan baku pada suhu tinggi yang menyebabkan terjadinya dekomposisi senyawa organik yang menyusun struktur bahan baku (Ramdja dkk., 2008). Aktivasi adalah proses menghilangkan pengotor pada pori-pori karbon sehingga meningkatkan porositas karbon (Rahayu dan Adhitiyawarman, 2014).

Kulit kacang tanah merupakan salah satu limbah biomassa yang menarik untuk diteliti sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kacang tanah Indonesia pada tahun 2009 mencapai 763.507 ton. Sedangkan produksi kacang tanah lokal Sulawesi Selatan pada tahun 2009 adalah 28.781 ton yang menempatkan Sulawesi Selatan sebagai daerah penghasil kacang tanah terbesar keenam setelah Jawa timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Barat. Jika berat kulit kacang tanah 30% dari berat keseluruhan kacang tanah, maka kuantitas limbah kulit kacang tanah di Indonesia mencapai 229 ribu ton per tahun (Ensminger, dkk., 1993).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan limbah kulit kacang tanah adalah dengan mengolahnya menjadi karbon aktif. Kandungan kulit kacang tanah tersusun atas selulosa (35,7%), hemiselulosa (18,7%), lignin (30,2%), dan abu (5,9%) yang mengindikasikan bahwa kulit kacang tanah berpotensi sebagai bahan karbon aktif (Raju, dkk, 2012).

Saputro (2010) membuat karbon aktif dari kulit kacang tanah dengan variasi suhu dan waktu karbonisasi serta menggunakan aktivator H2SO4, kemudian menganalisis daya adsorbsinya

terhadap larutan iod. Hasil percobaan diperoleh bahwa karbon aktif yang paling baik adalah karbon aktif dengan suhu karbonisasi sebesar 450 °C dan waktu karbonisasi selama 90 menit, dengan daya adsorpsinya sebesar 1269 mg.g-1.

He, dkk. (2013) juga membuat karbon aktif melalui karbonisasi kulit kacang tanah dan aktivasi dengan ZnCl2. Hasilnya menunjukkan

bahwa karbon pori yang diperoleh memiliki nilai kapasitansi sebesar 264,08 F.g-1.

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yakni kulit kacang tanah, ZnCl2

(Merck p.a), metilen biru, akuades, kertas saring Whatman nomor 42, kertas saring biasa, kertas pH universal, aluminium foil, wrapper plastic, dan tissue roll.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tanur (Nabertherm 30-3000

oC), cawan porselin, lumpang, ayakan ukuran

100 mesh, pompa vakum (Vacuubrand tipe ME4C), corong Buchner, hot plate, pengaduk magnetik, desikator, statif, termometer, labu semprot plastik, alat gelas laboratorium, neraca analitik (Shimadzu AW220), oven (tipe SPNISOSFD), dan spektrometer UV-Vis 20 D+

(Shimadzu).

Preparasi Sampel

Sampel kulit kacang tanah diambil di Pasar Sentral Kab. Takalar, kemudian dibawa ke Laboratorium Kimia Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin. Selanjutnya kulit kacang tanah dicuci dengan air mengalir dan akuades, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari.

Karbonisasi

100 gram kulit kacang tanah yang kering dan bersih dikarbonisasi di dalam tanur pada variasi suhu 450, 500, dan 600 oC selama 1 jam.

Proses tersebut menghasilkan karbon kulit kacang tanah. Karbon yang diperoleh didinginkan dalam desikator, digerus, dan diayak dengan pengayak 100 mesh (Saputro, 2010).

Aktivasi

5 gram karbon kulit kacang tanah dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan 25 mL larutan ZnCl2 10%, lalu

didihkan selama 90 menit. Setelah itu, disaring menggunakan corong Buchner dan endapannya dipindahkan ke dalam cawan porselen, selanjutnya dipanaskan dalam tanur pada suhu 450 oC selama 1 jam. Karbon aktif kulit kacang

(3)

tanah kemudian dicuci dengan akuades berulang kali hingga filtrat pH netral dan dikeringkan dalam oven pada suhu 110 oC sampai diperoleh

berat konstan (Prasetyo dan Nasrudin, 2013).

Penentuan Waktu Kontak Maksimum dengan Metode Metilen Biru

Luas permukaan ditentukan dengan menggunakan metode metilen biru berdasarkan kemampuan adsorpsi karbon terhadap senyawa metilen biru. Pertama-tama, larutan metilen biru 50 ppm diencerkan menjadi 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3, dan 3,5 ppm untuk membuat deret larutan standar. Lalu larutan metilen biru 0,5 ppm diukur serapan maksimumnya pada λ 650-668 nm dengan spektrometer UV-Vis. Setelah itudiukur absorbansi deret larutan standar pada λ maksimumdan dibuat kurva kalibrasinya.

Selanjutnya 0,5 gram karbon sebelum dan setelah aktivasimasing-masing dicampurkan dengan 20 mL larutan metilen biru 50 ppm, kemudian distirer dengan variasi waktu kontak 0, 10, 15, 20, dan 40 menit.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karbonisasi

Proses karbonisasi kulit kacang tanah pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan furnace (tanur) selama 1 jam dengan variasi suhu. Tabel 1 menunjukkan pengaruh suhu terhadap proses karbonisasi.

Tabel 1. Pengaruh suhu terhadap proses

karbonisasi

Suhu dan

Waktu Hasil Pengamatan

450 oC, 1 jam karbon

500 oC, 1 jam karbon dengan sedikit abu

600 oC, 1 jam sedikit karbon dan banyak abu

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa suhu mempengaruhi karbon yang dihasilkan. Secara visual karbonisasi pada suhu 450 oC,

dihasilkan karbon tanpa abu. Sedangkan pada suhu 500 dan 600 oC, dihasilkan karbon tetapi

mengandung abu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu karbonisasi, karbon

yang dihasilkan semakin sedikit. Hal ini terjadi karena semakin besar suhu pembakaran selama proses karbonisasi, penguraian komponen-komponen yang terkandung di dalam bahan baku seperti air dan zat-zat volatil juga semakin besar (Latifan dan Susanti, 2012). Berdasarkan uraian tersebut, maka pengumpulan karbon pada penelitian ini dilakukan pada suhu karbonisasi 450 oC.

Aktivasi

Karbon kulit kacang tanah selanjutnya diaktivasi untuk mengangkat residu yang masih menutupi pori sehingga dapat menghasilkan luas permukaan yang besar pada karbon aktif. Pada penelitian ini dilakukan aktivasi kimia menggunakan ZnCl2 10% yang mempunyai sifat

higroskopis sehingga mampu menyerap kandungan air pada karbon. Selain itu, menurut Hsu dan Teng (2000), aktivator yang bersifat asam seperti ZnCl2 lebih baik digunakan untuk

bahan baku dengan kandungan selulosa yang tinggi seperti kulit kacang tanah, karena selulosa mengandung banyak gugus oksigen. Aktivator yang bersifat asam dapat bereaksi lebih baik dengan oksigen.

Pemanasan pada proses aktivasi bertujuan untuk menjamin keberlangsungan proses difusi aktivator ke bagian pori karbon. Setelah itu, dilakukan pencucian dengan akudes panas untuk menghilangkan sisa-sisa aktivator yang kemungkinan masih ada.

Penentuan Luas Permukaan dengan Metode Metilen Biru

Penentuan luas permukaan karbon diukur berdasarkan kemampuan karbon dalam mengadsorpsi metilen biru. Banyaknya metilen biru yang teradsorpsi berbanding lurus dengan luas permukaan adsorben. Gambar 1 menunjukkan kurva kalibrasi serapan metilen biru pada panjang gelombang maksimum 660 nm dengan variasi konsentrasi yang sesuai dengan hukum Lambert-Beer bahwa jumlah sinar yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi zat.

(4)

Gambar 1. Kurva deret standar metilen biru Penentuan waktu kontak antara metilen biru dengan karbon sebelum dan setelah aktivasi dilakukan untuk mengetahui waktu kontak maksimum penyerapan metilen biru. Waktu kontak maksimum merupakan waktu pada saat terjadi adsorpsi maksimum metilen biru ke dalam pori karbon. Tabel 2 dan 3 menyajikan waktu kontak maksimum karbon sebelum aktivasi dan setelah aktivasi.

Penentuan waktu kontak maksimum berdasarkan Hukum Lambert-Beer bahwa intensitas warna berbanding lurus dengan absorbansi. Semakin pekat warna metilen biru, maka semakin tinggi absorbansinya. Adsorpsi maksimum metilen biru ke dalam pori karbon ditunjukkan oleh absorbansi terkecil. Sehingga pada penelitian ini, waktu kontak maksimum untuk karbon sebelum dan setelah aktivasi masing-masing adalah 10 dan 30 menit.

Tabel 2. Waktu kontak penyerapan metilen biru pada karbon sebelum aktivasi

Waktu (menit) Absorbansi

0 0,197

10 0,174

20 0,185

30 0,227

40 0,230

Tabel 3. Waktu kontak penyerapan metilen biru pada karbon setelah aktivasi

Waktu (menit) Absorbansi

0 0,083 10 0,084 20 0,085 30 0,081 40 0,083 KESIMPULAN

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dapat dimanfaatkan sebagai karbon aktif. karbon kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) setelah aktivasi kimia memiliki waktu kontak maksimum yang lebih besar daripada karbon kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) sebelum aktivasi kimia.

DAFTAR PUSTAKA

Asano, N., Nishimura, J., Nishimiya, K., Hata, T., Imamura, Y., Ishihara, S., and Tomita, B., 1999, Formaldehide Reduction in Indoor Environments by Wood Charcoals, Wood Research,86, 7-8.

Austin, G.T., 1996, Industri Proses Kimia, Erlangga, Jakarta.

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2009, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kacang Tanah Menurut Provinsi, Jakarta.

Cencen, F., and Aktas, O., 2012, Activated Carbon for Water and Wastewater Treatment, Integration of Adsorption and Biological

Treatment, Wiley-VCH, Weinheim, Germany.

Cotton, F.A., dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI-Press, Jakarta.

Ensminger, A.H., Ensminger, M.E., Konlande, J.E., and Robson, J.R., P., 1993, Foods and Nutrition Encyclopedia Second Edition, CRC Press, New York.

Fitriani, V., 2008, Karbon Aktif Tempurung

Kelapa (online),

(http://karbon-aktif.blogspot.com, diakses 11 Oktober 2016). Harsanti, E.S., dan Ardiwinata, A.N., 2011, Arang Aktif Meningkatkan Kualitas Lingkungan,

Sinar Tani, (10-12).

He, X., Li, R., Han, J., Yu, Mo., and Wu, M., 2013, Facile Preparation of Mesoporous Carbons

y = 0.169x + 0.0369 R² = 0.990 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 A b so rb an si

Konsentrasi Metilen Biru (ppm)

(5)

for Supercapacitors by One Step Microwave Assisted ZnCl2 Activation, Materials Letters,94,

158-160.

Hsu, L. Y., and Teng, H., 2000, Influence of Different Chemical Reagents on The Preparation of Activated Carbons from Bituminous Coal,

Fuel Processing Technology, 64, 155-166. Latifan, R., dan Susanti, D., 2012, Aplikasi Karbon Aktif dari Tempurung Kluwak (Pangium Edule) dengan Variasi Temperatur Karbonisasi dan Aktivasi Fisika sebagai Elelctric Double Layer Capasitor (EDLC), Jurnal Teknik Material dan Metalurgi, 1 (1), 1-6.

Prabowo, A.L., 2009, Pembuatan Karbon Aktif dari Tongkol Jagung serta Aplikasinya untuk Adsorbsi Cu, Pb, dan Amonia, Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Indonesia, Depok. Prasetyo, Y., dan Nasrudin, H., 2013, Penentuan Konsentrasi ZnCl2 Pada Proses Pembuatan

karbon Aktif Tongkol Jagung dan Penurunan Konsentrasi Surfaktan Linier Alkyl Benzene Suphonate (LAS), Unesa Journal of Chemistry, 2

(3), 231-235.

Rahayu, A.N.R., dan Adhitiyawarman, 2014, Pemanfaatan Tongkol Jagung sebagai Adsorben Besi pada Air Tanah, JKK, 3 (3), 7-13.

Raju, G.U., Kumarappa, S., and Gaitonde, V.N., 2012, Mechanical and Physical Characterization of Agricultural Waste Reinforced Polymer Composites, J. Mater. Environ, 3 (5), 907-916. Ramdja, A.F., Halim, M., dan Handi, J., 2008, Pembuatan Karbon Aktif dari Pelepah Kelapa (Cocus nucifera), J. Tek. Kim, 15 (2), 1-8.

Saputro, M., 2010, Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea) dengan Aktivator Asam Sulfat, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh suhu terhadap proses                         karbonisasi
Tabel 2. Waktu kontak penyerapan metilen biru    pada karbon sebelum aktivasi

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya uji reliabilitas dapat dilihat masing-masing nilai cronbach alpha dari keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi

Kedudukan anak diluar nikag dalam hukum Islam adalah sebagai berikut: 1) Anak mula’nah, yaitu anak yang dilahirkan dari seorang wanita yang di li’an suaminya. Kedudukan

Terhadap 6 (enam) penawar, 3 (tiga) penawar dinyatakan lulus evaluasi administrasi, teknis dan harga sehingga dapat ditetapkan sebagai calon pemenang, yaitu :.

Dari hasil pembahasan serta analisa bebagai macam sumber-sumber energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai pembangkit altenatif energi listrik, yaitu: energi angin, energi

This thesis entitled The Effect of Gamification on English Language Anxiety and Grammar Achievement prepared and submitted by Nuria Mufidah (8212712021) has been approved and

Pajak adalah biaya yang di keluarkan oleh petani untuk membayar pajak terhadap lahan yang digunakan untuk usaha pemanfaatan lahan dengan tanaman cabe jamu .rata-rata

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan motif yang digunakan siswa SMA Negeri 4 Manado adalah ( In order Motive ) motif masa depan. Hasil penelitian mengungkapkan

internal menunjukkan bahwa toko Stationery Exspress mempunyai kekuatan cukup/sedang dan kelemahan yang cukup/sedang. Sedangkan pada analisis faktor ekstenal