• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Timbang Terima (Overan) Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Timbang Terima (Overan) Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

13

TERIMA (OVERAN) PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA

Honesty Diana Morika Stikes Syedza Saintika Padang

Email : honesty_morika@yahoo.com ABSTRAK

Beban kerja yang tinggi dapat berpengaruh terhadap terlaksananya proses timbang terima. Sehingga dapat mengakibatkan kesalahan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan di rumah sakit semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Timbang Terima (Overan) Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang. Penelitian ini bersifat survey analitik dengan desain cross

sectional study yang telah dilakukan di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang pada 07 April

sampai 10 April 2017. Populasi dalam penelitian perawat yang bekerja di ruang rawat inap Multazam, Zam-zam, AsSyafa dan AlMarwah, sebanyak 32 orang dengan teknik sampel

adalah total sampling. Hasil penelitian didapatkan 14 (82.4%) timbang terima pasien

terlihat kurang baik dikarenakan beban kerja perawat yang tinggi dibandingkan dengan 7 (46.7%) timbang terima pasien kurang baik namun memiliki beban kerja perawat yang rendah dan ada hubungan antara beban kerja perawat dengan timbang terima pasien (overan) di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang tahun 2017 (pvalue = 0.040). Disimpulkan bahwa ada hubungan beban kerja perawat dengan pelaksanaan timbang terima. Diharapkan kepada pihak rumah sakit dapat mengevaluasi pelaksanaan timbang terima pasien dan beban kerja masing-masing staf sehingga dalam penyampaian kondisi dan kebutuhan pasien dapat terlaksana dengan baik.

Kata Kunci : Beban Kerja Perawat, Timbang Terima Pasien

ABSTRACT

A high workload can affect the implementation process of weighing received. So could cause errors in the implementation of nursing actions in hospitals is increasing. This study aims to determine the relationship Workload Nurse with Weigh Thank (Overan) Patients in patient wards Islam Ibnu Sina Hospital, Padang.This research is an analytic survey with cross sectional study design was done in Islam Ibnu Sina Hospital in Padang on April 7 till April 10, 2017. The population of the research nurses working in the inpatient unit Multazam, Zam-zam, AsSyafa and AlMarwah, as many as 32 people with sampling technique is total sampling. The results showed 14 (82.4%) Weigh thank the patients look less well due to the workload of nurses compared with 7 (46.7%) Weigh receive patients less good but has a workload of nurses were low and there was a relationship between the workload of nurses to weigh receive patients (overan) in the inpatient unit Islam Ibnu Sina Hospital of Padang in 2017 (p value = 0.040). It was concluded that there is a connection with the implementation of the nurse work load weigh received. It is expected that the hospital can accept patients weighing evaluate implementation and workload so that each staff in the delivery of patient's condition and needs to be done well.

(2)

14

PENDAHULUAN

Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan tidak terlepas dari pelayanan keperawatan yang

berkesinambungan. Bentuk

pelayanan keperawatan yang

diberikan kepada pasien adalah

melalui pemberian asuhan

keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien, keluarga serta masyarakat. Pelayanan keperawatan

yang diberikan sesuai dengan

kompetensi dan kewenangan yang dimiliki baik secara mandiri maupun

bekerja sama dengan tenaga

kesehatan lainnya yang dibentuk dari manjemen keperawatan (Tribowo, 2013).

Ghufron (2016)

menginformasikan bahwa

komunikasi berbagai informasi yang

diberikan oleh perawat dalam

pertukaran shift, yang lebih dikenal

dengan timbang terima (handover)

sangat membantu dalam perawatan

pasien. Timbang terima yang

dilaksanakan dengan baik dapat

membantu mengidentifikasi

kesalahan serta memfasilitasi

kesinambungan perawatan pasien selain itu komunikasi pada timbang

terima (handover) memiliki

hubungan yang sangat penting dalam menjamin kesinambungan, kualitas dan keselamatan dalam pelayanan kesehatan pada pasien.

Timbang terima pasien

(Handover) adalah salah satu bentuk

komunikasi efektif perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift,

sebagai petunjuk praktik

memberikan informasi mengenai

kondisi terkini pasien, tujuan

pengobatan, rencana perawatan serta

menentukan prioritas pelayanan

(Nursalam, 2014; Rushton, 2010). Pelaksanaan timbang terima pasien

pada dasarnya mentransfer

perawatan dan tanggung jawab dari

satu perawat ke perawat lain

sehingga dapat memberikan

perawatan yang aman dan

berkualitas (Commission on Safety

and Quality in Health

Care/ACSQHC, 2009).

Tujuan dilakukannya timbang terima adalah menyampaikan hal-hal

penting yang perlu segera

ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. Informasi harus dijamin akurat agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pemberian pelayanan bagi pasien

(Cahyono, 2008). Penyampaian

informasi saat timbang terima harus

menggunakan komunikasi yang

efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan mudah dipahami

resipien/penerima informasi

(Alvarado, 2013).

Masalah yang berkaitan

dengan pelaksanaan timbang terima

pasien merupakan keprihatinan

internasional, sebagaimana

dilaporkan Cohen & Hilligos (2013) dalam studinya yaitu dari 899

kejadian malpraktek ditemukan

(32%) kesalahan penggunanaan

komunikasi yang dirincikan dalam

komunikasi terapeutik dalam

timbang terima pasien yang

menimbulkan kesalahan dalam

penyampaian informasi, kesalahan

tentang rencana keperawatan

(54,7%), kesalahan pada tes

penunjang (10%), ketidakefektifan pengawasan kepala ruangan dalam proses timbang terima (51,2%) (Cohen & Hilligos, 2013).

(3)

15

Komunikasi terhadap

berbagai informasi mengenai

perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Riesenberg,2010).

Alvarado,et al. (2006),

mengungkapkan bahwa

ketidakakuratan informasi dapat

menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian

sentinel yaitu kejadian yang

mengakibatkan kematian atau cedera

yang serius di rumah sakit

disebabkan karena buruknya

komunikasi. Pernyataan

penelitidiatas sejalan dengan

pernyataan Angood (2007) yang mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil kajian data terhadap adanya

adverse event, near miss dan sentinel

event di rumah sakit, masalah yang

menjadi penyebab utama adalah komunikasi.

Smith, et al. (2008)

mengungkapkan bahwa rumah sakit merupakan organisasi pada profesi

dengan berbagai karakteristik,

komunikasi pada timbang terima memiliki hubungan yang sangat

penting dalam menjamin

kesinambungan, kualitas dan

keselamatan dalam pelayanan

kesehatan pada pasien. Akibat

penurunan prokdutifitas kerja

perawat karena meningkatnya beban

kerja yang berlebihan ini

kemungkinan dapat berpengauh

terhadap terlaksananya proses

timbang terima di suatu rumah sakit. Sehingga potensi terjadinya kejadian kejadian sentinel yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera yang derius di rumah sakit semakin tinggi.

Beban kerja adalah frekuensi

rata-rata dari masing-masing

pekerjaan dalam jangka waktu

tertentu. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah

dapat mengakibatkan seorang

perawat menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kesehatan, dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan pelayanan kesehatan

langsung dan sisanya 39,9%

digunakan untuk kegiatan penunjang (Suyanto, 2009). Sedangkan menurut

Tarwaka,(2004) beban kerja

merupakan perbedaan antara

kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntunan pekerja dengan tuntutan pekerja yang dihadapi. Jadi beban kerja perawat merupakan waktu yang diperlukan perawat sesuai dengan tuntutan tugas yang harus dilakukan perawat dalam memberikan pelayanan.

Faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah

rata-rata jam perawatan yang

dibutuhkan untuk memberikan

pelayanan langsung pada pasien melebihi dari kemampuan seseorang, keinginan untuk berprestasi kerja,

tuntutan pekerjaan tinggi serta

dokumentasi asuhan keperawatan (Munandar, 2008).

Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Supardi (2007)

didapatkan bahwa kondisi kerja memperlihatkan kontribusi paling besar terhadap terjadinya stres kerja kemudian tipe kepribadian dan beban

kerja. Akibat negatif dari

(4)

16 berlebihan ini sangat berpengaruh

terhadap produktifitas tenaga

kesehatan dan tentu saja berpengaruh

terhadap produktifitas perawat.

Perawat merasakan bahwa jumlah perawat yang ada tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang

harus diselesaikan (Munandar,

2008).

Beberapa rumah sakit di Indonesia, rata-rata jumlah tenaga

dibanding dengan pasien tidak

seimbang. Karena pemerintah

membandingkan perawat dengan

jumlah tempat tidur, bukan

berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Banyaknya pasien yang masuk mengharuskan rumah sakit memiliki perawat yang berkualitas dan berdedikasi tinggi sehingga diharapkan memiliki kinerja yang baik.

Hasil penelitian Ghufron

(2016) analisis pengaruh beban kerja

perawat terhadap pelaksanaan

timbang terima dengan uji regresi logistik pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh nilai nilai α = 0,004 dengan kesimpulan ada pengaruh

beban kerja perawat terhadap

pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap di rumah sakit wava husada Kepanjen Malang.

Penelitian yang dilakukan

oleh Sudirman, (2013), Data

ketenagaan yang didapat di instalansi

Penyakit Dalam Rumah Sakit

Mohammad Hoesin (RSMH)

Palembang beban kerja perawat dirasakan sangat tinggi, jumlah tempat tidur (TT) pasien 162 TT dengan jumlah tenaga 65 orang atau rasio 2:5 ini menunjukkan kalau RSMH Palembang belum mencapai standar, menurut Depkes rasio antara perawat dan TT adalah 3:2. Dari

fenomena tersebut dapat dilihat bahwa jumlah perawat dibanding dengan pasien tidak seimbang. Selain itu juga perawat tersebut mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Ketidak seimbangan antara jumlah perawat dengan pasien jelas akan menimbulkan beban kerja perawat. Yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan

untuk memberikan pelayanan

langsung pada pasien serta

melaksanakan tindakan

keperawatan.

Gambaran pelayanan Rumah Sakit Ibnu Sina Padang pada 3 bulan terakhir Oktober, November dan

Desember 2017 dapat dilihat Bad

Occipandy Rate (BOR) 65% - 80%,

Length Of Stay (LOS) 2.96 – 3.82,

Turn Over Interval (TOI) 0.95 –

2-32, dengan tingkat ketergantungan pasien total care, parcial care dan

minimal care, menurut standar

DepKes perhitungan tenaga dengan jumlah tempat tidur pasien 28 orang

dibutuhkan tenaga 25 orang.

Berdasarkan fenomena tersebut,

maka peneliti telah melakukan

penelitian tentang “Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Timbang Terima Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2017”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah

survey analitik dengan desain

penelitian cross sectional study

dengan populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di ruang rawat inap Multazam, Zam Zam, As Shafa dan Al Marwah yang berjumlah 32 orang perawat. Terdiri

(5)

17 dari 7 orang perawat di ruang rawat

inap Multazam, 9 orang perawat di ruang rawat inap Zam Zam, 8 orang perawat di ruang rawat inap As Shafa dan 8 orang perawa di ruang rawat inap Al Marwah di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang tdengan jumlah sampel yang diteliti 32 orang dengan teknik pengambilan sampel total populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner yang digunakan

untuk mengukur pelaksanaan

timbang terima dan beban kerja

perawat. Analisis data yang

digunakan univariat untuk

mengetahui masing – masing

distribusi frekuensi yang diteliti dan bivariat dengan menggunakan uji

statistic Chi-square dengan tingkat

kepercayaan (CI) 95% dengan nilai (α = 0,05).

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian digambarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Timbang Terima Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang

No Timbang Terima Pasien f %

1 2 Kurang Baik Baik 21 11 65.6 34.4 Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh atau 21 responden (65.6%) didapatkan timbang terima pasien

kurang baik di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang

No Beban Kerja Perawat f %

1 2 Tinggi Rendah 17 15 53.1 46.9 Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari

separoh 17 (53.1%) responden

didapatkan beban kerja perawat

dalam kategori tinggi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

(6)

18 Tabel 3: Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Timbang Terima di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina

Timbang Terima Pasien Beban Kerja

Perawat Kurang Baik Baik Total %

P Value f % f % Tinggi 14 82.4 3 17.6 17 100 0.040 Rendah 7 46.7 8 53.3 15 100 Jumlah 21 65.6 11 34.4 32 100 Berdasarkan tabel 3 diatas

didapatkan bahwa dari 32 responden timbang terima pasien kurang baik

lebih banyak ditemukan pada

responden dengan beban kerja

perawat tinggi sebanyak 14 (82.4%),

dibandingkan responden dengan

beban kerja perawat rendah sebanyak 7 (46.7%). Setelah dilakukan uji

statistic Chi-Square didapatkan ρ value = 0,040 (ρ ≤ 0,05) maka hasil

statistic bermakna yaitu Ada

Hubungan Antara Beban Kerja Perawat Dengan Timbang Terima (overan) Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

PEMBAHASAN

Berdasarkan uji statistik

Chi-Square didapatkan ρ value = 0,040

(ρ ≤ 0,05) maka hasil statistik bermakna yaitu Ada Hubungan Antara Beban Kerja Perawat Dengan Pelaksanaan Timbang Terima Pasien (Handover) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2017. Hasil penelitian ini

sesuai dengan hasil penelitian

Ghufroon (2016) yang berjudul

pengaruh beban kerja perawat

terhadap pelaksanaan timbang terima perawat (handover) di ruang rawat inap rumah sakit Wava Husada Kepanjen Malang bahwa sebanyak 60 responden setelah dilakukan uji analisis data menggunakan sistem komputerisasi SPSS dengan uji Regresi logistik sederhana. Hasil

Penelitian didapatkan adanya

pengaruh beban kerja perawat

terhadap pelaksanaan timbang terima

perawat (handover) dengan ρ value= 0,004.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Martini (2007) tentang adanya hubungan antara beban kerja dengan praktek pendokumentasian asuhan keperawatan dengan hasil Pvalue sebesar 0,011 (sig<0,05).

Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Widiastuti (2005) ada hubungan yang positif antara beban kerja dengan kinerja. Beban kerja dipengaruhi oleh kapasitas kerja, seseorang yang bekerja dengan beban kerja yang maksimal akan

menyebabkan produktivitas

menurun. Penelitian ini didukung

oleh Minarsih (2011) adanya

hubungan antara beban kerja perawat dengan produktivitas kerja perawat diIRNA non bedah (penyakit dalam) RSUP DR. M. Djamil Padang.

Marquis dan Houston (2000) mendefenisikan beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas

(7)

19 yang dilakukan oleh seorang perawat

selama bertugas disuatu unit

pelayanan keperawatan. Beban kerja

(workload) biasanya diartikan

sebagai patient days yang merujuk

pada jumlah prosedur, pemeriksaan

kunjungan (visite) pada klien.

Disebutkan pula beban kerja adalah jumlah total waktu keperawatan baik

secara langsung/tidak langsung

dalam memberikan pelayanan

keperawatan yang diperlukan oleh klien dan jumlah perawat yang di

perlukan untuk memberikan

pelayanan tersebut.

Menurut Carayon dan Gurses dalam Muslimah Febrima (2015), Beban kerja dapat berupa beban kerja kuantitatif maupun kualitatif. Mayoritas yang menjadi beban kerja pada beban kerja kuantitatif adalah banyaknya pekerjaan yang harus

dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan kesehatan klien,

sedangkan beban kualitatif adalah tanggung jawab yang tinggi dalam memberikan asuhan kepada klien. Beban kerja yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya kegagalan kolaborasi antara perawat dan dokter, keluarnya perawat, ketidakpuasan

kerja perawat serta penurunan

performa kerja perawat dan

komunikasi yang buruk antar

perawat dengan pasien pada saat timbang terima sehinga produktivitas kerja menurun.

Produktivitas kerja

dipengaruhi oleh beberapa factor seperti beban kerja, kapasitas kerja, dan beban kerja tambahan akibat lingkungan kerja yang merupakan

factor dominan menurunnya

produktivitas kerja karyawan

(Budiono, 2005). Menurut Potter dan Perry (2005) timbang terima

adalah proses transfer atau

perpindahan informasi penting untuk asuhan keperawatan pasien secara holistik dan aman yang bertujuan agar pelayanan yang diberikan oleh

setiap perawat saling

berkesinambungan. Timbang terima merupakan serah terima tanggung jawab dan pemberian informasi atas keadaan pasien antar petugas atau transisi dalam perawatan pasien yang dilakukan melalui komunikasi verbal dan nonverbal (Cahyono, 2008).

Menurut analisa peneliti,

beban kerja yang tinggi akan memungkinkan timbulnya stres kerja. Stres kerja adalah situasi faktor

yang terkait dengan pekerjaan,

berinteraksi dengan factor dari dalam diri individu dan mengubah kondisi fisiologi dan psikologi sehingga berdampak pada pekerjaan yang

dilakukannya. Keadaannya

menyimpang dari normal ini

menimbulkan kelalaian dan

kesalahan-kesalahan fatal yang

mungkin terjadi dalam penyampaian informasi kondisi pasien pada saat

timbang terima pasien yang

dilakukan oleh perawat pada setiap pergantian shift.

Hal ini membuktikan adanya

hubungan beban kerja perawat

dengan pelaksanaan timbang terima pasien, dimana semakin tingginya

beban kerja perawat dapat

menyebabkan kesalahan dalam

penyampaian dan pengartian

informasi yang diberikan perawat pada saat pertukaran shift saat timbang terima pasien, sehingga penyampaian komunikasi yang tidak

tepat dan pelaksanaan timbang

terima yang jarang tepat waktu disebabkan karena ketidakhadiran perawat atau karena beban kerja

(8)

20 perawat yang berat sehingga perawat

tidak mengikuti timbang terima secara efektif di sebabkan karena

kegiatan yang banyak yang

dilakukan oleh perawat maka hal ini

akan menyebabkan pasien beresiko

mendapatkan asuhan keperawatan yang tidak sesuai dengan keadaan kebutuhannya.

Peneliti juga menemukan

sebanyak 3 (17.6%) responden timbang terima baik namun beban

kerja perawat tinggi. Hal ini

disebabkan stres kerja atau beban

kerja adalah dikarenakan adanya

ketidakseimbangan antara

karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya

beberapa atribut tertentu dapat

mempengaruhi daya tahan stres

seorang karyawan (Astuti,2011).

Beban kerja yang tinggi dapat teratasi dengan adanya penyesuaian diri terhadap lingkungan kerja dan karakteristik masing masing individu ditempat kerja tersebut, sehingga tidak mempengaruhi kinerja atau

pelaksanaan asuhan keperawatan

(Astuti, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian

sebesar 7 (46.7%) responden

pelaksanaan timbang terima kurang baik namun beban kerja perawat rendah. Hal ini jika dilihat dari

kuisioner 34.4% responden

mengatakan bahwa kurangnya

pengawasan atau evaluasi kepala

ruangan mengenai kesiapan

pelaksanaan timbang terima, timbang terima tidak tepat waktu dan tidak di hadiri oleh semua perawat, timbang terima jarang di pimpin oleh katim dan ada terlihat timbang terima hanya di lakukan di nurse station.

Berdasarkan lama bekerja terlihat 7 responden tersebut berada pada kategori lama bekerja < 5 tahun

sehingga juga mempengaruhi

keterampilan pelaksanaan timbang

terima. Begitu pula dengan semakin

lama perawat bekerja, maka

kemampuannya dalam melaksanakan pelaksanaan timbang terima akan

lebih baik. sehingga tingkat

kecakapan atas pekerjaan yang

menjadi tugasnya akan semakin tinggi karena didukung dengan kemampuan dan pengalaman kerja yang memadai akan membuahkan hasil/kinerja yang tinggi bagi tenaga kerja (Astriana, 2012).

Menurut analisa peneliti,

bahwasannya dengan tingkat beban kerja tinggi terdapat pelaksanaan timbang terima baik disebabkan karena selain lama masa kerja yang menjadi pengalaman bagi seseorang dalam mengasah keterampilan dan kemampuan juga di pengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat kerja,

dengan adanya adaptasi dan

penyesuaian tempat lingkungan kerja

memudahkan seseorang dalam

berinteraksi antar rekan kerja

sehingga memudahkan perawat

dalam pelaksanaan timbang terima. Selain itu adanya dukungan sosial yang baik yang terjalin baik sesama rekan kerja maupun pasien.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan diatas maka

penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal mengenai Hubungan

Beban Kerja Perawat Dengan

Timbang Terima (Overan) Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

(9)

21

hubungan beban kerja perawat

dengan timbang terima (Overan) pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2017 dengan (ρ value = 0,040).

SARAN

Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan atau sumbangan pemikiran bagi pihak rumah sakit diharapkan mengevaluasi tentang beban kerja masing-masing staf serta mengontrol pelaksanaan timbang terima yang sesuai dengan ketentuan

yang berlaku sehingga dalam

penyampaian kondisi dan kebutuhan pasien dapat terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alvarado, K., Lee, R.,

Christoffersen, E., Fram, N., Boblin, S., Poole, N., et al.

(2006). Transfer of

acountability :

Transforming shift

handover to enhance patient

safety. Health Care

Quarterly.

Angood. (2007). Why The Joint

Comission Cares About

Handoffs Strategy. Forum :

Redusing Rish During

Handoffs.

Budiono, (2005). Bunga Rampai

Higiene Perusahaan

Ergonomi (HIPERKES) dan

Kesehatan Dan

Keselamatan Kerja. Badan

Penerbit Universitas

Diponegoro Semarang.

Cahyono, J. (2008) Membangun

Budaya Keselamatan

Pasien dalam Praktik

Kedokteran. Yogyakarta :

Penerbit Kanisius.

Chaboyer, W. McMurray, A., Wallis, M., & Chang, H. Y. (2008). Standard operating protocol for implementing bedside

handover in nursing.

Journal of Nursing

Management.

Ghufron, (2016). Pengaruh Beban

Kerja Perawat Terhadap

Pelaksanaan imbang

Terima (Handover) Perawat

di Ruang Rawat Inap

Rumah sakit Wava Husada

Kepanjen Malang.

Gillies, D.A. (2006). Nursing

Management A System Approach Third Edition.Philadelphia : W.B Saunders. Martini (2007). Hubungan Kareakteristi perawat<

Sikap< beban kerja,

Ketersediaan Fasilitas

dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rawat Inap BPRSUD Kota

Salatiga : Fakultas Ilmu

Kesehatan Masyarakat

Universita Diponegoro

Semarang

Minarsih, M. (2011). Hubungan

beban kerja perawat dengan produktifitas kerja perawat diIRNA non bedah (penyakit dalam) RSUP dr. M.Djamil

Padang. Skripsi program

studi ilmu keperawatan

UNAND Padang.

Marquis dan Huston (2012).

Kepemimpinan dan

Management Keperawatan :

teori dan aplikasi. Alih Bahasa. Edisi ke-4. Jakarta :EGC

Munandar, A. S. (2001) Stres dan

(10)

22

industry dan organisasi,

edisi 1, UI Press, Jakarta.

Nursalam. (2015). Aplikasi alam

Praktik Keperawatan

Profesional. Edisi 5. Jakarta

: Salemba Medika

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1, edisi

7. Jakarta : Salemba

Medika.

Riesenberg, A, L., Leitzsch, J., & Cunningham, M. (2010).

Nursing handoffs : A

systemic review of the

literature : surprisingly

little is known about what

constitutes best practice.

American Journal of

Nursing.

Supardi (2007), Analisa Stres Kerja

Pada Kondisi Dan Beban

Kerja Perawat Dalam

Klasifikasi Pasien Di Ruang

Rawat Inap Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan: Fakultas Ilmu

Kesehatan. Universitas

Sumatera Utara 2007

Suyanto, (2009). Mengenal

Kepemimpinan dan

Manajemen Keperawatan di

Rumah Sakit. Jogjakarta;

Mitra Cendikia Press.

Tarkawa,dkk (2004). Ergonomi

untuk Keselamatan,

Kesehatan, Kerja dan

Produktifitas. UNIBA

PRESS : Jakarta.

Widiastuti. (2005). Pengaruh Beban

Kerja, Motivasi dan

Kemampuan terhadap

Pegawai Administrasi di

Bagian TU Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah. Tesis Universitas

Gambar

Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Timbang Terima Pasien di  Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari analisis ini menunjukkan bahwa bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia, tidak hanya tidak dapat dipisahkan dari lieratur etniknya dan nilai- nilai budayanya,

perlindungan hukum terhadap pasien rawat inap sebagai konsumen. Pendekatan secara sosiologis merupakan pendekatan yang bertujuan. untuk melihat bagaimana proses

Tool yang digunakan dalam melakukan percobaan recover memiliki kemampuan bagus untuk merecover file, tool ini mampu merecover file yang telah hilang tanpa merusak

Sedangkan data yang digunakan oleh dinas perkebunan dan kehutanan kabupaten garut pada tahun 2002, luas kawasan hutan Garut 120.478,32 hektar atau 39,31% dari luas kabupaten

Bagi yang telah memiliki User ID atau Email dan Password Aktif Danamon Online Banking, dapat melakukan aktivasi dengan langkah-langkah sbb:..  Klik Aktivasi di

Adegan dan dialog dalam scene 17 (13:19) episode 1 memperlihatkan bahwa Jupri dan Ujang sedang melakukan pekerjaan baru yang lebih baik dari sebelumnya dengan menjadi

Desain Perancangan Aplikasi Pembentukan Kelompok Belajar Siswa Berdasar Metode Spin Wish Berbasis Website

Berdasarkan hasil wawancara dengan junior administrasi pelayanan pelanggan PLN Area Makassar Selatan, terdapat bebarapa kendala-kendala yang dihadapi dalam memberikan