13
TERIMA (OVERAN) PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA
Honesty Diana Morika Stikes Syedza Saintika Padang
Email : honesty_morika@yahoo.com ABSTRAK
Beban kerja yang tinggi dapat berpengaruh terhadap terlaksananya proses timbang terima. Sehingga dapat mengakibatkan kesalahan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan di rumah sakit semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Timbang Terima (Overan) Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang. Penelitian ini bersifat survey analitik dengan desain cross
sectional study yang telah dilakukan di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang pada 07 April
sampai 10 April 2017. Populasi dalam penelitian perawat yang bekerja di ruang rawat inap Multazam, Zam-zam, AsSyafa dan AlMarwah, sebanyak 32 orang dengan teknik sampel
adalah total sampling. Hasil penelitian didapatkan 14 (82.4%) timbang terima pasien
terlihat kurang baik dikarenakan beban kerja perawat yang tinggi dibandingkan dengan 7 (46.7%) timbang terima pasien kurang baik namun memiliki beban kerja perawat yang rendah dan ada hubungan antara beban kerja perawat dengan timbang terima pasien (overan) di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang tahun 2017 (pvalue = 0.040). Disimpulkan bahwa ada hubungan beban kerja perawat dengan pelaksanaan timbang terima. Diharapkan kepada pihak rumah sakit dapat mengevaluasi pelaksanaan timbang terima pasien dan beban kerja masing-masing staf sehingga dalam penyampaian kondisi dan kebutuhan pasien dapat terlaksana dengan baik.
Kata Kunci : Beban Kerja Perawat, Timbang Terima Pasien
ABSTRACT
A high workload can affect the implementation process of weighing received. So could cause errors in the implementation of nursing actions in hospitals is increasing. This study aims to determine the relationship Workload Nurse with Weigh Thank (Overan) Patients in patient wards Islam Ibnu Sina Hospital, Padang.This research is an analytic survey with cross sectional study design was done in Islam Ibnu Sina Hospital in Padang on April 7 till April 10, 2017. The population of the research nurses working in the inpatient unit Multazam, Zam-zam, AsSyafa and AlMarwah, as many as 32 people with sampling technique is total sampling. The results showed 14 (82.4%) Weigh thank the patients look less well due to the workload of nurses compared with 7 (46.7%) Weigh receive patients less good but has a workload of nurses were low and there was a relationship between the workload of nurses to weigh receive patients (overan) in the inpatient unit Islam Ibnu Sina Hospital of Padang in 2017 (p value = 0.040). It was concluded that there is a connection with the implementation of the nurse work load weigh received. It is expected that the hospital can accept patients weighing evaluate implementation and workload so that each staff in the delivery of patient's condition and needs to be done well.
14
PENDAHULUAN
Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan tidak terlepas dari pelayanan keperawatan yang
berkesinambungan. Bentuk
pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien adalah
melalui pemberian asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien, keluarga serta masyarakat. Pelayanan keperawatan
yang diberikan sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan yang dimiliki baik secara mandiri maupun
bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lainnya yang dibentuk dari manjemen keperawatan (Tribowo, 2013).
Ghufron (2016)
menginformasikan bahwa
komunikasi berbagai informasi yang
diberikan oleh perawat dalam
pertukaran shift, yang lebih dikenal
dengan timbang terima (handover)
sangat membantu dalam perawatan
pasien. Timbang terima yang
dilaksanakan dengan baik dapat
membantu mengidentifikasi
kesalahan serta memfasilitasi
kesinambungan perawatan pasien selain itu komunikasi pada timbang
terima (handover) memiliki
hubungan yang sangat penting dalam menjamin kesinambungan, kualitas dan keselamatan dalam pelayanan kesehatan pada pasien.
Timbang terima pasien
(Handover) adalah salah satu bentuk
komunikasi efektif perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift,
sebagai petunjuk praktik
memberikan informasi mengenai
kondisi terkini pasien, tujuan
pengobatan, rencana perawatan serta
menentukan prioritas pelayanan
(Nursalam, 2014; Rushton, 2010). Pelaksanaan timbang terima pasien
pada dasarnya mentransfer
perawatan dan tanggung jawab dari
satu perawat ke perawat lain
sehingga dapat memberikan
perawatan yang aman dan
berkualitas (Commission on Safety
and Quality in Health
Care/ACSQHC, 2009).
Tujuan dilakukannya timbang terima adalah menyampaikan hal-hal
penting yang perlu segera
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. Informasi harus dijamin akurat agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pemberian pelayanan bagi pasien
(Cahyono, 2008). Penyampaian
informasi saat timbang terima harus
menggunakan komunikasi yang
efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan mudah dipahami
resipien/penerima informasi
(Alvarado, 2013).
Masalah yang berkaitan
dengan pelaksanaan timbang terima
pasien merupakan keprihatinan
internasional, sebagaimana
dilaporkan Cohen & Hilligos (2013) dalam studinya yaitu dari 899
kejadian malpraktek ditemukan
(32%) kesalahan penggunanaan
komunikasi yang dirincikan dalam
komunikasi terapeutik dalam
timbang terima pasien yang
menimbulkan kesalahan dalam
penyampaian informasi, kesalahan
tentang rencana keperawatan
(54,7%), kesalahan pada tes
penunjang (10%), ketidakefektifan pengawasan kepala ruangan dalam proses timbang terima (51,2%) (Cohen & Hilligos, 2013).
15
Komunikasi terhadap
berbagai informasi mengenai
perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Riesenberg,2010).
Alvarado,et al. (2006),
mengungkapkan bahwa
ketidakakuratan informasi dapat
menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian
sentinel yaitu kejadian yang
mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius di rumah sakit
disebabkan karena buruknya
komunikasi. Pernyataan
penelitidiatas sejalan dengan
pernyataan Angood (2007) yang mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil kajian data terhadap adanya
adverse event, near miss dan sentinel
event di rumah sakit, masalah yang
menjadi penyebab utama adalah komunikasi.
Smith, et al. (2008)
mengungkapkan bahwa rumah sakit merupakan organisasi pada profesi
dengan berbagai karakteristik,
komunikasi pada timbang terima memiliki hubungan yang sangat
penting dalam menjamin
kesinambungan, kualitas dan
keselamatan dalam pelayanan
kesehatan pada pasien. Akibat
penurunan prokdutifitas kerja
perawat karena meningkatnya beban
kerja yang berlebihan ini
kemungkinan dapat berpengauh
terhadap terlaksananya proses
timbang terima di suatu rumah sakit. Sehingga potensi terjadinya kejadian kejadian sentinel yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera yang derius di rumah sakit semakin tinggi.
Beban kerja adalah frekuensi
rata-rata dari masing-masing
pekerjaan dalam jangka waktu
tertentu. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah
dapat mengakibatkan seorang
perawat menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kesehatan, dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan pelayanan kesehatan
langsung dan sisanya 39,9%
digunakan untuk kegiatan penunjang (Suyanto, 2009). Sedangkan menurut
Tarwaka,(2004) beban kerja
merupakan perbedaan antara
kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntunan pekerja dengan tuntutan pekerja yang dihadapi. Jadi beban kerja perawat merupakan waktu yang diperlukan perawat sesuai dengan tuntutan tugas yang harus dilakukan perawat dalam memberikan pelayanan.
Faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah
rata-rata jam perawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan langsung pada pasien melebihi dari kemampuan seseorang, keinginan untuk berprestasi kerja,
tuntutan pekerjaan tinggi serta
dokumentasi asuhan keperawatan (Munandar, 2008).
Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Supardi (2007)
didapatkan bahwa kondisi kerja memperlihatkan kontribusi paling besar terhadap terjadinya stres kerja kemudian tipe kepribadian dan beban
kerja. Akibat negatif dari
16 berlebihan ini sangat berpengaruh
terhadap produktifitas tenaga
kesehatan dan tentu saja berpengaruh
terhadap produktifitas perawat.
Perawat merasakan bahwa jumlah perawat yang ada tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang
harus diselesaikan (Munandar,
2008).
Beberapa rumah sakit di Indonesia, rata-rata jumlah tenaga
dibanding dengan pasien tidak
seimbang. Karena pemerintah
membandingkan perawat dengan
jumlah tempat tidur, bukan
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Banyaknya pasien yang masuk mengharuskan rumah sakit memiliki perawat yang berkualitas dan berdedikasi tinggi sehingga diharapkan memiliki kinerja yang baik.
Hasil penelitian Ghufron
(2016) analisis pengaruh beban kerja
perawat terhadap pelaksanaan
timbang terima dengan uji regresi logistik pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh nilai nilai α = 0,004 dengan kesimpulan ada pengaruh
beban kerja perawat terhadap
pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap di rumah sakit wava husada Kepanjen Malang.
Penelitian yang dilakukan
oleh Sudirman, (2013), Data
ketenagaan yang didapat di instalansi
Penyakit Dalam Rumah Sakit
Mohammad Hoesin (RSMH)
Palembang beban kerja perawat dirasakan sangat tinggi, jumlah tempat tidur (TT) pasien 162 TT dengan jumlah tenaga 65 orang atau rasio 2:5 ini menunjukkan kalau RSMH Palembang belum mencapai standar, menurut Depkes rasio antara perawat dan TT adalah 3:2. Dari
fenomena tersebut dapat dilihat bahwa jumlah perawat dibanding dengan pasien tidak seimbang. Selain itu juga perawat tersebut mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Ketidak seimbangan antara jumlah perawat dengan pasien jelas akan menimbulkan beban kerja perawat. Yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan pelayanan
langsung pada pasien serta
melaksanakan tindakan
keperawatan.
Gambaran pelayanan Rumah Sakit Ibnu Sina Padang pada 3 bulan terakhir Oktober, November dan
Desember 2017 dapat dilihat Bad
Occipandy Rate (BOR) 65% - 80%,
Length Of Stay (LOS) 2.96 – 3.82,
Turn Over Interval (TOI) 0.95 –
2-32, dengan tingkat ketergantungan pasien total care, parcial care dan
minimal care, menurut standar
DepKes perhitungan tenaga dengan jumlah tempat tidur pasien 28 orang
dibutuhkan tenaga 25 orang.
Berdasarkan fenomena tersebut,
maka peneliti telah melakukan
penelitian tentang “Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Timbang Terima Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2017”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
survey analitik dengan desain
penelitian cross sectional study
dengan populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di ruang rawat inap Multazam, Zam Zam, As Shafa dan Al Marwah yang berjumlah 32 orang perawat. Terdiri
17 dari 7 orang perawat di ruang rawat
inap Multazam, 9 orang perawat di ruang rawat inap Zam Zam, 8 orang perawat di ruang rawat inap As Shafa dan 8 orang perawa di ruang rawat inap Al Marwah di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang tdengan jumlah sampel yang diteliti 32 orang dengan teknik pengambilan sampel total populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang digunakan
untuk mengukur pelaksanaan
timbang terima dan beban kerja
perawat. Analisis data yang
digunakan univariat untuk
mengetahui masing – masing
distribusi frekuensi yang diteliti dan bivariat dengan menggunakan uji
statistic Chi-square dengan tingkat
kepercayaan (CI) 95% dengan nilai (α = 0,05).
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian digambarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Timbang Terima Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang
No Timbang Terima Pasien f %
1 2 Kurang Baik Baik 21 11 65.6 34.4 Jumlah 32 100
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh atau 21 responden (65.6%) didapatkan timbang terima pasien
kurang baik di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang
No Beban Kerja Perawat f %
1 2 Tinggi Rendah 17 15 53.1 46.9 Jumlah 32 100
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari
separoh 17 (53.1%) responden
didapatkan beban kerja perawat
dalam kategori tinggi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.
18 Tabel 3: Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Timbang Terima di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Timbang Terima Pasien Beban Kerja
Perawat Kurang Baik Baik Total %
P Value f % f % Tinggi 14 82.4 3 17.6 17 100 0.040 Rendah 7 46.7 8 53.3 15 100 Jumlah 21 65.6 11 34.4 32 100 Berdasarkan tabel 3 diatas
didapatkan bahwa dari 32 responden timbang terima pasien kurang baik
lebih banyak ditemukan pada
responden dengan beban kerja
perawat tinggi sebanyak 14 (82.4%),
dibandingkan responden dengan
beban kerja perawat rendah sebanyak 7 (46.7%). Setelah dilakukan uji
statistic Chi-Square didapatkan ρ value = 0,040 (ρ ≤ 0,05) maka hasil
statistic bermakna yaitu Ada
Hubungan Antara Beban Kerja Perawat Dengan Timbang Terima (overan) Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.
PEMBAHASAN
Berdasarkan uji statistik
Chi-Square didapatkan ρ value = 0,040
(ρ ≤ 0,05) maka hasil statistik bermakna yaitu Ada Hubungan Antara Beban Kerja Perawat Dengan Pelaksanaan Timbang Terima Pasien (Handover) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2017. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian
Ghufroon (2016) yang berjudul
pengaruh beban kerja perawat
terhadap pelaksanaan timbang terima perawat (handover) di ruang rawat inap rumah sakit Wava Husada Kepanjen Malang bahwa sebanyak 60 responden setelah dilakukan uji analisis data menggunakan sistem komputerisasi SPSS dengan uji Regresi logistik sederhana. Hasil
Penelitian didapatkan adanya
pengaruh beban kerja perawat
terhadap pelaksanaan timbang terima
perawat (handover) dengan ρ value= 0,004.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Martini (2007) tentang adanya hubungan antara beban kerja dengan praktek pendokumentasian asuhan keperawatan dengan hasil Pvalue sebesar 0,011 (sig<0,05).
Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widiastuti (2005) ada hubungan yang positif antara beban kerja dengan kinerja. Beban kerja dipengaruhi oleh kapasitas kerja, seseorang yang bekerja dengan beban kerja yang maksimal akan
menyebabkan produktivitas
menurun. Penelitian ini didukung
oleh Minarsih (2011) adanya
hubungan antara beban kerja perawat dengan produktivitas kerja perawat diIRNA non bedah (penyakit dalam) RSUP DR. M. Djamil Padang.
Marquis dan Houston (2000) mendefenisikan beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas
19 yang dilakukan oleh seorang perawat
selama bertugas disuatu unit
pelayanan keperawatan. Beban kerja
(workload) biasanya diartikan
sebagai patient days yang merujuk
pada jumlah prosedur, pemeriksaan
kunjungan (visite) pada klien.
Disebutkan pula beban kerja adalah jumlah total waktu keperawatan baik
secara langsung/tidak langsung
dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang diperlukan oleh klien dan jumlah perawat yang di
perlukan untuk memberikan
pelayanan tersebut.
Menurut Carayon dan Gurses dalam Muslimah Febrima (2015), Beban kerja dapat berupa beban kerja kuantitatif maupun kualitatif. Mayoritas yang menjadi beban kerja pada beban kerja kuantitatif adalah banyaknya pekerjaan yang harus
dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan klien,
sedangkan beban kualitatif adalah tanggung jawab yang tinggi dalam memberikan asuhan kepada klien. Beban kerja yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya kegagalan kolaborasi antara perawat dan dokter, keluarnya perawat, ketidakpuasan
kerja perawat serta penurunan
performa kerja perawat dan
komunikasi yang buruk antar
perawat dengan pasien pada saat timbang terima sehinga produktivitas kerja menurun.
Produktivitas kerja
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti beban kerja, kapasitas kerja, dan beban kerja tambahan akibat lingkungan kerja yang merupakan
factor dominan menurunnya
produktivitas kerja karyawan
(Budiono, 2005). Menurut Potter dan Perry (2005) timbang terima
adalah proses transfer atau
perpindahan informasi penting untuk asuhan keperawatan pasien secara holistik dan aman yang bertujuan agar pelayanan yang diberikan oleh
setiap perawat saling
berkesinambungan. Timbang terima merupakan serah terima tanggung jawab dan pemberian informasi atas keadaan pasien antar petugas atau transisi dalam perawatan pasien yang dilakukan melalui komunikasi verbal dan nonverbal (Cahyono, 2008).
Menurut analisa peneliti,
beban kerja yang tinggi akan memungkinkan timbulnya stres kerja. Stres kerja adalah situasi faktor
yang terkait dengan pekerjaan,
berinteraksi dengan factor dari dalam diri individu dan mengubah kondisi fisiologi dan psikologi sehingga berdampak pada pekerjaan yang
dilakukannya. Keadaannya
menyimpang dari normal ini
menimbulkan kelalaian dan
kesalahan-kesalahan fatal yang
mungkin terjadi dalam penyampaian informasi kondisi pasien pada saat
timbang terima pasien yang
dilakukan oleh perawat pada setiap pergantian shift.
Hal ini membuktikan adanya
hubungan beban kerja perawat
dengan pelaksanaan timbang terima pasien, dimana semakin tingginya
beban kerja perawat dapat
menyebabkan kesalahan dalam
penyampaian dan pengartian
informasi yang diberikan perawat pada saat pertukaran shift saat timbang terima pasien, sehingga penyampaian komunikasi yang tidak
tepat dan pelaksanaan timbang
terima yang jarang tepat waktu disebabkan karena ketidakhadiran perawat atau karena beban kerja
20 perawat yang berat sehingga perawat
tidak mengikuti timbang terima secara efektif di sebabkan karena
kegiatan yang banyak yang
dilakukan oleh perawat maka hal ini
akan menyebabkan pasien beresiko
mendapatkan asuhan keperawatan yang tidak sesuai dengan keadaan kebutuhannya.
Peneliti juga menemukan
sebanyak 3 (17.6%) responden timbang terima baik namun beban
kerja perawat tinggi. Hal ini
disebabkan stres kerja atau beban
kerja adalah dikarenakan adanya
ketidakseimbangan antara
karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya
beberapa atribut tertentu dapat
mempengaruhi daya tahan stres
seorang karyawan (Astuti,2011).
Beban kerja yang tinggi dapat teratasi dengan adanya penyesuaian diri terhadap lingkungan kerja dan karakteristik masing masing individu ditempat kerja tersebut, sehingga tidak mempengaruhi kinerja atau
pelaksanaan asuhan keperawatan
(Astuti, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian
sebesar 7 (46.7%) responden
pelaksanaan timbang terima kurang baik namun beban kerja perawat rendah. Hal ini jika dilihat dari
kuisioner 34.4% responden
mengatakan bahwa kurangnya
pengawasan atau evaluasi kepala
ruangan mengenai kesiapan
pelaksanaan timbang terima, timbang terima tidak tepat waktu dan tidak di hadiri oleh semua perawat, timbang terima jarang di pimpin oleh katim dan ada terlihat timbang terima hanya di lakukan di nurse station.
Berdasarkan lama bekerja terlihat 7 responden tersebut berada pada kategori lama bekerja < 5 tahun
sehingga juga mempengaruhi
keterampilan pelaksanaan timbang
terima. Begitu pula dengan semakin
lama perawat bekerja, maka
kemampuannya dalam melaksanakan pelaksanaan timbang terima akan
lebih baik. sehingga tingkat
kecakapan atas pekerjaan yang
menjadi tugasnya akan semakin tinggi karena didukung dengan kemampuan dan pengalaman kerja yang memadai akan membuahkan hasil/kinerja yang tinggi bagi tenaga kerja (Astriana, 2012).
Menurut analisa peneliti,
bahwasannya dengan tingkat beban kerja tinggi terdapat pelaksanaan timbang terima baik disebabkan karena selain lama masa kerja yang menjadi pengalaman bagi seseorang dalam mengasah keterampilan dan kemampuan juga di pengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat kerja,
dengan adanya adaptasi dan
penyesuaian tempat lingkungan kerja
memudahkan seseorang dalam
berinteraksi antar rekan kerja
sehingga memudahkan perawat
dalam pelaksanaan timbang terima. Selain itu adanya dukungan sosial yang baik yang terjalin baik sesama rekan kerja maupun pasien.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan diatas maka
penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal mengenai Hubungan
Beban Kerja Perawat Dengan
Timbang Terima (Overan) Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
21
hubungan beban kerja perawat
dengan timbang terima (Overan) pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2017 dengan (ρ value = 0,040).
SARAN
Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan atau sumbangan pemikiran bagi pihak rumah sakit diharapkan mengevaluasi tentang beban kerja masing-masing staf serta mengontrol pelaksanaan timbang terima yang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku sehingga dalam
penyampaian kondisi dan kebutuhan pasien dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alvarado, K., Lee, R.,
Christoffersen, E., Fram, N., Boblin, S., Poole, N., et al.
(2006). Transfer of
acountability :
Transforming shift
handover to enhance patient
safety. Health Care
Quarterly.
Angood. (2007). Why The Joint
Comission Cares About
Handoffs Strategy. Forum :
Redusing Rish During
Handoffs.
Budiono, (2005). Bunga Rampai
Higiene Perusahaan
Ergonomi (HIPERKES) dan
Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja. Badan
Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang.
Cahyono, J. (2008) Membangun
Budaya Keselamatan
Pasien dalam Praktik
Kedokteran. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.
Chaboyer, W. McMurray, A., Wallis, M., & Chang, H. Y. (2008). Standard operating protocol for implementing bedside
handover in nursing.
Journal of Nursing
Management.
Ghufron, (2016). Pengaruh Beban
Kerja Perawat Terhadap
Pelaksanaan imbang
Terima (Handover) Perawat
di Ruang Rawat Inap
Rumah sakit Wava Husada
Kepanjen Malang.
Gillies, D.A. (2006). Nursing
Management A System Approach Third Edition.Philadelphia : W.B Saunders. Martini (2007). Hubungan Kareakteristi perawat<
Sikap< beban kerja,
Ketersediaan Fasilitas
dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rawat Inap BPRSUD Kota
Salatiga : Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat
Universita Diponegoro
Semarang
Minarsih, M. (2011). Hubungan
beban kerja perawat dengan produktifitas kerja perawat diIRNA non bedah (penyakit dalam) RSUP dr. M.Djamil
Padang. Skripsi program
studi ilmu keperawatan
UNAND Padang.
Marquis dan Huston (2012).
Kepemimpinan dan
Management Keperawatan :
teori dan aplikasi. Alih Bahasa. Edisi ke-4. Jakarta :EGC
Munandar, A. S. (2001) Stres dan
22
industry dan organisasi,
edisi 1, UI Press, Jakarta.
Nursalam. (2015). Aplikasi alam
Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 5. Jakarta
: Salemba Medika
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1, edisi
7. Jakarta : Salemba
Medika.
Riesenberg, A, L., Leitzsch, J., & Cunningham, M. (2010).
Nursing handoffs : A
systemic review of the
literature : surprisingly
little is known about what
constitutes best practice.
American Journal of
Nursing.
Supardi (2007), Analisa Stres Kerja
Pada Kondisi Dan Beban
Kerja Perawat Dalam
Klasifikasi Pasien Di Ruang
Rawat Inap Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan: Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas
Sumatera Utara 2007
Suyanto, (2009). Mengenal
Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan di
Rumah Sakit. Jogjakarta;
Mitra Cendikia Press.
Tarkawa,dkk (2004). Ergonomi
untuk Keselamatan,
Kesehatan, Kerja dan
Produktifitas. UNIBA
PRESS : Jakarta.
Widiastuti. (2005). Pengaruh Beban
Kerja, Motivasi dan
Kemampuan terhadap
Pegawai Administrasi di
Bagian TU Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Tesis Universitas