• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kediri, Penyusun. Laporan Akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kediri, Penyusun. Laporan Akhir"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir i uji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayatnya Laporan “Feasibility Studi (FS) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Kediri” ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.

Maksud Penyusunan Feasibility Study (FS) IPLT di Kota Kediri adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan lahan IPLT bagi warga Kota Kediri untuk melakukan pengolahan lumpur tinja pada beberapa tahun kedepan.

Akhir kata semoga penyusunan Laporan Feasibility Studi (FS) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Kediri yang dilakukan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya masyarakat di wilayah perencanaan dan Pemerintah Kota Kediri sebagai bahan bagi Pemerintah Kota Kediri dalam rangka mengatasi masalah sanitasi lingkungan, khususnya dalam hal pengolahan lumpur tinja.

Kediri, 2019

Penyusun

P

(2)

Laporan Akhir ii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR PETA...vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-1 1.1. Latar Belakang ... 1-1 1.2. Maksud dan Tujuan ... 1-2 1.2.1. Maksud ... 1-2 1.2.2. Tujuan ... 1-2 1.3. Dasar Hukum ... 1-3 1.4. Ruang Lingkup ... 1-3 1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah ... 1-3 1.4.2. Ruang Lingkup Kegiatan ... 1-4 1.5. Sistematika Pembahasan ... 1-4 BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN ... 2-1 2.1. Kebijakan Peraturan Perundang-Undangan ... 2-1 2.2. Kebijakan Terkait RTRW Provinsi Jawa Timur ... 2-4 2.2.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Pengembangan Kediri dan Sekitarnya ... 2-7 2.2.2. Rencana Pola Ruang Wilayah ... 2-11 2.3. Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan RTRW Kota Kediri Tahun 2011-2030 ... 2-13 2.3.1. Tujuan Penataan Ruang ... 2-13 2.3.2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang... 2-13 2.3.3. Rencana Struktur Ruang ... 2-17 2.3.4. Rencana Pola Ruang ... 2-28 BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 2-1 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Situbondo ... 3-1 3.1.1. Batas Administrasi ... 3-1 3.1.2. Kondisi Fisik ... 3-5 3.1.2.1. Topografi ... 3-5 3.1.2.2. Geologi dan Jenis Tanah ... 3-7 3.1.2.3. Klimatologi ... 3-9 3.1.2.4. Hidrologi ... 3-9 3.1.3. Penggunaan Lahan ... 3-9 3.1.4. Kependudukan ... 3-14 3.1.4.1. Jumlah Penduduk ... 3-14

(3)

Laporan Akhir iii 3.1.4.2. Kepadatan Penduduk ... 3-15 3.1.5. Potensi Bencana Alam ... 3-15 3.2. Gambaran Lokasi Pembangunan IPLT ... 3-18 3.2.1. Alternatif Lokasi 1 ... 3-18 3.2.1.1. Status Tanah dan Batas Lokasi ... 3-18 3.2.1.2. Kondisi Fisik Dasar ... 3-19 3.2.1.3. Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi ... 3-19 3.2.1.4. Kondisi Fasilitas Perkotaan ... 3-21 3.2.1.5. Kondisi Utilitas Perkotaan ... 3-21 3.2.1.6. Kondisi Lingkungan Sekitar Lokasi Alternatif 1 ... 3-22 3.2.2. Alternatif Lokasi 2 ... 3-22 3.2.2.1. Status Tanah dan Batas Lokasi ... 3-22 3.2.2.2. Kondisi Fisik Dasar ... 3-23 3.2.2.3. Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi ... 3-24 3.2.2.4. Kondisi Fasilitas Perkotaan ... 3-25 3.2.2.5. Kondisi Utilitas Perkotaan ... 3-26 3.2.3. Alternatif Lokasi 3 ... 3-27 3.2.3.1. Status Tanah dan Batas Lokasi ... 3-27 3.2.3.2. Kondisi Fisik Dasar ... 3-28 3.2.3.3. Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi ... 3-28 3.2.3.4. Kondisi Fasilitas Perkotaan ... 3-30 3.2.3.5. Kondisi Utilitas Perkotaan ... 3-30 3.2.4. Alternatif Lokasi 4 ... 3-31 3.2.4.1. Status Tanah dan Batas Lokasi ... 3-31 3.2.4.2. Kondisi Fisik Dasar ... 3-32 3.2.4.3. Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi ... 3-33 3.2.4.4. Kondisi Fasilitas Perkotaan ... 3-34 3.2.4.5. Kondisi Utilitas Perkotaan ... 3-34 3.2.5. Alternatif Lokasi 5 ... 3-35 3.2.5.1. Status Tanah dan Batas Lokasi ... 3-35 3.2.5.2. Kondisi Fisik Dasar ... 3-36 3.2.5.3. Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi ... 3-37 3.2.5.4. Kondisi Fasilitas Perkotaan ... 3-38 3.2.5.5. Kondisi Utilitas Perkotaan ... 3-38 3.2.6. Alternatif Lokasi 6 ... 3-39 3.2.6.1. Status Tanah dan Batas Lokasi ... 3-39 3.2.6.2. Kondisi Fisik Dasar ... 3-39 3.2.6.3. Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi ... 3-40 3.2.6.4. Kondisi Fasilitas Perkotaan ... 3-41 3.2.6.5. Kondisi Utilitas Perkotaan ... 3-41 3.2.7. Alternatif Lokasi 7 ... 3-42 3.2.7.1. Status Tanah dan Batas Lokasi ... 3-42 3.2.7.2. Kondisi Fisik Dasar ... 3-43 3.2.7.3. Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi ... 3-44 3.2.7.4. Kondisi Fasilitas Perkotaan ... 3-44

(4)

Laporan Akhir iv 3.2.7.5. Kondisi Utilitas Perkotaan ... 3-45 BAB 4. ANALISA PENILAIAN KELAYAKAN... 4-1 4.1. Kriteria Penilaian Kelayakan ... 4-1 4.1.1. Aspek Teknis ... 4-1 4.1.2. Aspek Finansial ... 4-2 4.1.3. Aspek Sosial Ekonomi ... 4-5 4.1.4. Aspek Lingkungan ... 4-6 4.1.5. Aspek Regulasi ... 4-8 4.1.6. Rekapitulasi Penilaian Kelayakan ... 4-9 4.2. Azas Manfaat ... 4-10 4.3. Analisa Penilaian Kelayakan ... 4-11 4.3.1. Aspek Teknis ... 4-11 4.3.1.1. Luas Lahan ... 4-11 4.3.1.2. Jarak Tempuh Ke Wilayah Pelayanan... 4-11 4.3.1.3. Kemiringan Lahan IPLT ... 4-11 4.3.1.4. Waktu Tempuh IPLT Ke Wilayah Pelayanan Terjauh ... 4-12 4.3.1.5. Jarak Dengan TPA (kemungkinan tertimbun sampah) ... 4-12 4.3.1.6. Jarak dengan Permukiman ... 4-12 4.3.1.7. Jenis Tata Guna Lahan Sesuai RTRW ... 4-13 4.3.1.8. Jarak Ke Badan Air Penerima ... 4-13 4.3.1.9. Legalitas Lahan ... 4-13 4.3.1.10. Dukungan Masyarakat ... 4-14 4.3.1.11. Batas Administrasi Wilayah ... 4-15 4.3.1.12. Jenis Tanah ... 4-15 4.3.2. Aspek Finansial ... 4-19 4.3.2.1. Kemampuan Pembiayaan ... 4-19 4.3.2.2. Analisis Investasi ... 4-20 4.3.3. Aspek Sosial Ekonomi ... 4-31 4.3.3.1. Persepsi Atas Terbangunnya IPLT ... 4-31 4.3.3.2. Dampak Sosial Ekonomi ... 4-31 4.3.4. Aspek Lingkungan ... 4-33 4.3.4.1. Komponen Lingkungan... 4-33 4.3.4.2. Perkiraan Dampak ... 4-33 4.3.4.3. Sarana Dan Prasarana Penunjang ... 4-34 4.3.5. Aspek Regulasi ... 4-36 4.3.6. Rekapitulasi Penilaian Kelayakan ... 4-38 BAB 5. KONSEP PENGEMBANGAN ... 5-1 5.1. Konsep Jalur Pencapaian (Aksesibilitas) ... 5-1 5.2. Proses Pengolahan Lumpur Tinja ... 5-1 5.2.1. Proses Pengolahan Fisik ... 5-2 5.2.2. Proses Pengolahan Biologis ... 5-3 5.2.3. Proses Pengolahan Kimia... 5-3 5.3. Unit Bagian Pengolahan IPLT ... 5-4

(5)

Laporan Akhir v 5.3.1. Pengolahan Pendahuluan ... 5-4 5.3.4.1. Unit Penerima dan Manual Bar Screen ... 5-4 5.3.4.2. Grift Chamber ... 5-5 5.3.4.3. Grease Trap ... 5-6 5.3.4.4. Bak Ekualisasi ... 5-7 5.3.2. Unit Pemekatan dan Stabilisasi Lumpur ... 5-8 5.3.2.1. Unit Pemekatan Lumpur ... 5-8 5.3.2.2. Unit Pemekatan dan Stabilisasi Lumpur ... 5-10 5.3.3. Unit Stabilisasi Cairan ... 5-12 5.3.3.1. Unit Pengolahan Anaerobik ... 5-13 5.3.3.2. Unit Pengolahan Aerobik ... 5-15 5.3.3.3. Unit Pengolahan Kombinasi (Anaerobik dan Aerobik) ... 5-20 5.3.3.4. Unit Penghilangan Organisme Patogen ... 5-21 5.3.4. Unit Pengeringan Lumpur ... 5-23 5.3.4.1. Sludge Drying Bed ... 5-23 5.3.4.2. Belt Filter Press ... 5-24 5.3.4.3. Vacuum Filter Press ... 5-25 5.4. Konsep Penerapan Bangunan Gedung Hijau ... 5-26 BAB 6. PENUTUP ... 6-1 6.1. Kesimpulan ... 6-1 6.2. Saran ... 6-3

(6)

Laporan Akhir vi Tabel 2.1 Relevansi Peraturan Perundangan terhadap Rencana Pembangunan IPLT ... 2-2 Tabel 2.2 Rencana Fungsi Wilayah Berdasarkan RTRW Jawa Timur ... 2-9 Tabel 2.3 Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur 2011-2031 ... 2-11 Tabel 3.1 Luas Wilayah Kota Kediri ... 3-1 Tabel 3.2 Penggunaan Lahan Kota Kediri ... 3-10 Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kota Kediri Tahun 2018 ... 3-14 Tabel 3.4 Kepadatan Penduduk Kota Kediri Tahun 2018 ... 3-15 Tabel 4.1 Kriteria Penilaian Aspek Teknis ... 4-1 Tabel 4.2 Kriteria Penilaian Aspek Ekonomi ... 4-5 Tabel 4.3 Kriteria Penilaian Aspek Sosial Ekonomi ... 4-5 Tabel 4.4 Kriteria Penilaian Aspek Lingkungan ... 4-7 Tabel 4.5 Kriteria Penilaian Aspek Regulasi ... 4-9 Tabel 4.6 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan ... 4-9 Tabel 4.7 Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan IPLT Kota Kediri ... 4-14 Tabel 4.8 Analisa Penilayan Kelayakan Aspek Teknis Pembangunan IPLT ... 4-15 Tabel 4.9 APBD Kota Kediri Tahun 2019 ... 4-19 Tabel 4.10 Time line Assumption ... 4-22 Tabel 4.11 Asumsi Dasar Pelayanan IPLT ... 4-23 Tabel 4.12 Biaya Pengangkutan Lumpur Tinja ... 4-23 Tabel 4.13 Biaya Manajemen ... 4-24 Tabel 4.14 Biaya Pengolahan Lumpur Tinja ... 4-24 Tabel 4.15 Total Biaya Tahunan ... 4-24 Tabel 4.16 Proyeksi Biaya Tahunan ... 4-25 Tabel 4.17 Penetapan Tarif Dasar Pelayanan IPLT ... 4-26 Tabel 4.18 Perkiraan Pendapatan IPLT Kota Kediri ... 4-26 Tabel 4.19 Perkiraan Pendapatan IPLT Kota Kediri ... 4-27 Tabel 4.20 NPV, BCR dan Payback Period Pembangunan IPLT ... 4-28 Tabel 4.21 Hasil Analisa Investasi Pembangunan IPLT ... 4-29 Tabel 4.22 Analisa Penilayan Kelayakan Aspek Finansial Pembangunan IPLT ... 4-29 Tabel 4.23 Analisa Penilayan Kelayakan Aspek Sosial Ekonomi ... 4-31 Tabel 4.24 Analisa Penilayan Kelayakan Aspek Lingkungan ... 4-34 Tabel 4.25 Analisa Penilayan Kelayakan Aspek Lingkungan ... 4-37 Tabel 4.26 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan Pembangunan IPLT ... 4-38 Tabel 4.27 Urutan Prioritas Kelayakan Lokasi Pembangunan IPLT Kota Kediri ... 4-40 Tabel 6.1 Kesimpulan Penilaian Kelayakan Pembangunan IPLT Kota Kediri ... 6-1

(7)

Laporan Akhir vii Peta 2.1 Rencana Sistem Perwilayahan Provinsi Jawa Timur ... 2-6 Peta 2.2 Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Timur ... 2-10 Peta 2.3 Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur ... 2-12 Peta 2.4 Rencana Struktur Ruang Kota Kediri ... 2-26 Peta 2.5 Rencana Fungsi Perwilayahan Kota Kediri ... 2-27 Peta 2.6 Rencana Pola Ruang Kota Kediri ... 2-35 Peta 3.1 Orientasi Wilayah Kota Kediri ... 3-3 Peta 3.2 Batas Administrasi Kota Kediri ... 3-4 Peta 3.3 Kelerengan Lahan Kota Kediri ... 3-6 Peta 3.4 Jenis Tanah Kota Kediri ... 3-8 Peta 3.5 Curah Hujan Kota Kediri ... 3-11 Peta 3.6 Hidrologi Kota Kediri ... 3-12 Peta 3.7 Penggunaan Lahan Kota Kediri ... 3-13 Peta 3.8 Kawasan Rawan Bencana Kota Kediri ... 3-17

(8)

Laporan Akhir viii Gambar 2.1 Rencana Struktur Ruang Perkotaan Kediri ... 2-7 Gambar 2.2 Rencana Sistem Kegiatan WP Kediri dan Sekitarnya ... 2-8 Gambar 3.1 Prosentase Luas Wilayah Kota Kediri ... 3-2 Gambar 3.2 Lokasi Alternatif 1 ... 3-18 Gambar 3.3 Kondisi Lokasi Alternatif 1 ... 3-18 Gambar 3.4 Permukiman Sekitar Lokasi Alternatif 1 ... 3-19 Gambar 3.5 Lahan Pertanian Sekitar Lokasi Alternatif 1 ... 3-20 Gambar 3.6 Makam Cina ... 3-20 Gambar 3.7 Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi Alternatif 1 ... 3-21 Gambar 3.8 Lokasi Alternatif 2 ... 3-23 Gambar 3.9 Kondisi Lokasi Alternatif 2 ... 3-23 Gambar 3.10 Permukiman Sekitar Lokasi Alternatif 2 ... 3-24 Gambar 3.11 Lahan Pertanian Sekitar Lokasi Alternatif 2 ... 3-25 Gambar 3.12 Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi Alternatif 2 ... 3-25 Gambar 3.13 Lokasi Alternatif 3 ... 3-27 Gambar 3.14 Kondisi Lokasi Alternatif 3 ... 3-27 Gambar 3.15 Permukiman Sekitar Lokasi Alternatif 3 ... 3-29 Gambar 3.16 Lahan Pertanian Sekitar Lokasi Alternatif 3 ... 3-29 Gambar 3.17 Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi Alternatif 3 ... 3-30 Gambar 3.18 Lokasi Alternatif 4 ... 3-32 Gambar 3.19 Kondisi Lokasi Alternatif 4 ... 3-32 Gambar 3.20 Permukiman Sekitar Lokasi Alternatif 4 ... 3-33 Gambar 3.21 Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi Alternatif 4 ... 3-34 Gambar 3.22 Lokasi Alternatif 5 ... 3-36 Gambar 3.23 Permukiman Sekitar Lokasi Alternatif 5 ... 3-37 Gambar 3.24 Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi Alternatif 5 ... 3-37 Gambar 3.25 Lokasi Alternatif 6 ... 3-39 Gambar 3.26 Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi Alternatif 6 ... 3-41 Gambar 3.27 Lokasi Alternatif 7 ... 3-43 Gambar 3.28 Penggunaan Lahan Sekitar Lokasi Alternatif 7 ... 3-44 Gambar 4.1 Sistematika Kajian Keuangan ... 4-19 Gambar 5.1 Konsep Potongan Melintang Arahan Jalan Akses Menuju Lokasi Terpilih ... 5-1 Gambar 5.2 Teknologi Pengolahan Lumpur Tinja ... 5-2 Gambar 5.3 Contoh Unit Penerima dan Penyaring Manual ... 5-5 Gambar 5.4 Contoh Grift Chamber ... 5-6 Gambar 5.5 Skematik Grease Trap ... 5-7 Gambar 5.6 Contoh Bak Ekualisasi ... 5-8 Gambar 5.7 Contoh Gravity Thickener ... 5-9 Gambar 5.8 Contoh Unit Sedimentasi Primer ... 5-10

(9)

Laporan Akhir ix Gambar 5.9 Contoh Unit Anaerobic Digester ... 5-11 Gambar 5.10 Contoh Unit Tangki Imhoff Terbuka ... 5-11 Gambar 5.11 Contoh Unit Solid Separation Chamber ... 5-12 Gambar 5.12 Skema Kolam Anaerobik ... 5-13 Gambar 5.13 Skema Anaerobic Baffled Reactor ... 5-14 Gambar 5.14 Skema Upflow Anaerobic Baffled Filter (UABF) ... 5-15 Gambar 5.15 Contoh Unit Kolam Aerasi ... 5-16 Gambar 5.16 Contoh Unit Oxydation Ditch ... 5-17 Gambar 5.17 Contoh Unit Trickling Filter ... 5-18 Gambar 5.18 Contoh Unit Cascade Aerator ... 5-19 Gambar 5.19 Contoh Unit Ammonia Stripping ... 5-20 Gambar 5.20 Contoh Kolam Fakultatif ... 5-21 Gambar 5.21 Contoh Kolam Maturasi ... 5-22 Gambar 5.22 Skema Free Water Surcface Constructed Wetland... 5-23 Gambar 5.23 Contoh Unit Sludge Drying Bed ... 5-24 Gambar 5.24 Skema Belt Filter Press ... 5-25 Gambar 5.25 Contoh dan Skema Vacuum Filter Press ... 5-25 Gambar 5.26 Layout IPLT Lokasi Alternatif 3 ... 5-26 Gambar 5.27 Tahap Penyelegaraan Bangunan Gedung Hijau ... 5-26 Gambar 5.28 Persyaratan Teknis Perecanaan ... 5-27 Gambar 5.29 Persyaratan Pengolahan Tapak ... 5-28 Gambar 5.30 Persyaratan Efisiensi Energi ... 5-28 Gambar 5.31 Persyaratan Efisiensi Air ... 5-29 Gambar 5.32 Persyaratan Kualitas Udara Ruangan ... 5-29 Gambar 5.33 Persyaratan Pengendalian Penggunaan Material ... 5-30 Gambar 5.34 Persyaratan Pengolahan Sampah ... 5-30 Gambar 5.35 Persyaratan Pengelolaan Air Limbah ... 5-31

(10)

Laporan Akhir 1-1

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

ada umumnya dapat dikatakan bahwa setiap hari manusia membuang kotoran dari tubuhnya dan setiap hari pula manusia mandi, mencuci pakaian, peralatan dapur dan peralatan makan dan minum yang mengandung sisa-sisa makanan. Dengan kata lain, manusia menghasilkan limbah rumah tangga (domestic waste water) setiap hari.

Membuang limbah secara langsung ke badan air penerima dapat menimbulkan pencemaran dan ancaman penyakit menular, karena alam tidak dapat segera menyerap dan menetralkannya. Hal ini dikarenakan jumlah limbah yang diserap dan dinetralkan lebih rendah daripada jumlah yang dibuang dalam kurun waktu yang sama. Lama kelamaan tingkat pencemaran yang terjadi semakin tinggi, sedangkan untuk membangun instalasi pengolahan air limbah diperlukan biaya yang besar.

Luas wilayah Kota Kediri adalah 63,40 km² atau (6.340 ha) dan merupakan kota sedang di Provinsi Jawa Timur. Terletak di daerah yang dilalui Sungai Brantas dan di antara sebuah lembah di kaki gunung berapi, Gunung Wilis dengan tinggi 2552 meter. Kota berpenduduk 281.978 (tahun 2016) jiwa ini berjarak ±130 km dari Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur terletak antara 07°45'-07°55'LS dan 111°05'-112°3' BT.[6] Dari aspek topografi, Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 meter di atas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-40%

Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak di bagian timur sungai, meliputi Kecamatan Kediri dan Kecamatan Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kecamatan Mojoroto yang mana di bagian barat sungai ini merupakan lahan kurang subur yang sebagian masuk kawasan lereng Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang (300 m).

Seluruh wilayah kota Kediri berbatasan dengan Kabupaten Kediri, dengan batas wilayah sebagai berikut:

▪ Sebelah Utara : Kecamatan Gampengrejo dan Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri ▪ Sebelah Selatan : Kecamatan Kandat, Kecamatan Ngadiluwih, dan Kecamatan Semen,

Kabupaten Kediri

▪ Sebelah Timur : Kecamatan Ngasem, Kecamatan Wates dan Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri

(11)

Laporan Akhir 1-2 ▪ Sebelah Barat : Kecamatan Banyakan dan Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri

Kota Kediri berencana membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) berdasarkan instruksi dari Dinas Pekerjaan Umum Pusat dengan payung hukum Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu pembangunan IPLT bertujuan untuk menampung dan mengolah hasil pengurasan lumpur tinja tersebut sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak menimbulkan masalah kesehatan dan kenyamanan lingkungan kota sehingga masyarakat yang ingin melakukan pengurasan tangki septik tidak perlu lagi menggunakan jasa truk tinja, yang nantinya hanya akan menambah berat beban Kota Kediri dalam mengatasi masalah sanitasi lingkungannya, atau menggunakan truk tinja milik swasta yang tidak jelas ke mana nantinya mereka akan membuang limbah tinja tersebut mengingat Kota Kediri belum memiliki sarana IPLT sendiri.

Studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Arti yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga non profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Mungkin dipertimbangkan berbagai faktor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut, dan sebagainya.

1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1. Maksud

Maksud Penyusunan Feasibility Study (FS) IPLT di Kota Kediri adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan lahan IPLT bagi warga Kota Kediri untuk melakukan pengolahan lumpur tinja pada beberapa tahun kedepan.

1.2.2. Tujuan

Tujuan Penyusunan Feasibility Study (FS) IPLT di Kota Kediri adalah menganalisis kelayakan pembangunan IPLT Kota Kediri dari aspek teknis, finansial, sosial ekonomi, lingkungan dan regulasi.

(12)

Laporan Akhir 1-3 1.3. Dasar Hukum

Dasar hukum yang digunakan sebagai landasan pekerjaan Penyusunan Feasibility Study (FS) IPLT di Kota Kediri adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

2. Undang-Undang Nomor 51 Prp th 1960 ttg Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya;

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961. Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda yang ada di Atasnya;

4. Undang-Undang 11 tahun 1974 tentang Pengairan

5. Undang-Undang 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

7. Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.05 /2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 37/2015 tentang Izin Penggunaan Air dan/atau Sumber Air

11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011—2031;

13. Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kediri Tahun 2011—2031;

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang akan dibahas dalam laporan

Penyusunan Feasibility Study (FS) IPLT

di Kota Kediri

ini terdapat 2 macam meliputi ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup kegiatan. 1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah

Lokasi dari kegiatan Penyusunan Penyusunan Feasibility Study (FS) IPLT di Kota Kediri ini berada di Kecamatan Mojoroto

(13)

Laporan Akhir 1-4 1.4.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Penyusunan Feasibility Study (FS) IPLT Kota Kediri adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data Kondisi Wilayah Perencanaan 2. Analisis Konsep Pengelolaan Lumpir Tinja

3. Perumusan Konsep Perencanaan IPLT

1.5. Sistematika Pembahasan

Dalam laporan Penyusunan Feasibility Study (FS) IPLT Kota Kediri ini, sistematika pembahasan diatur sesuai dengan tatanan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan uraian tentang latar belakang penyusunan; maksud dan tujuan; dasar hukum yang digunakan; Ruang Lingkup; lingkup serta sistematika Penyusunan Feasibility Study (FS) IPLT Kota Kediri

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN WILAYAH

Bab ini berisikan uraian mengenai Kebijakan wilayah perencanaan yang meliputi kebijakan RTRW Propinsi, RTRW Kota Kediri dan Studi serta Kajian Strategis Pembangunan Kota Kediri.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bab ini berisikan uraian mengenai kondisi wilayah perencanaan yang meliputi kondisi Kota Kediri pada umumnya dan konsdisi eksisting alternatif lokasi pembangunan IPLT BAB IV ANALISA PENILAIAN KELAYAKAN

Bab ini berisikan aspek-aspek yang dipergunakan dalam penilaian kelayakan Pembangunan IPLT Kota Kediri.

BAB V KONSEP PENGEMBANGAN

Bab ini berisikan konsep pengembangan yang dapat diterapkan di dalam Pembangunan IPLT Kota Kediri

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan serta rekomendasi terkait Pembangunan IPLT Kota Kediri

(14)

Laporan Akhir 2-1

2.

TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1. Kebijakan Peraturan Perundang-Undangan

Dasar peraturan perundang-undangan digunakan dalam pembangunan IPLT adalah sebagai berikut:

1. Undang Undang 11 tahun 1974 tentang Pengairan

2. Undang Undang 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

3. Undang Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 4. Peraturan Pemerintah 36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan UU 28/2002 tentang

Bangunan Gedung

5. Peraturan Pemerintah No. 122 tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.05 /2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28/2015 tentang

Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 37/2015 tentang Izin Penggunaan Air dan/atau Sumber Air

10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68/ 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.04/2017 tentang Penyelenggaraan SPALD

Relevansi peraturan perundangan dengan rencana pembangunan IPLT Kota Kediri dapat dilihat pada tabel berikut.

(15)

Laporan Akhir 2-2 Tabel 2.1 Relevansi Peraturan Perundangan terhadap Rencana Pembangunan IPLT

No Peraturan Perundang

undangan Materi Pengaturan

Undang-Undang No 11 tahun 1974 tentang Pengairan 1 UU 11 tahun 1974 tentang

Pengairan

Pemerintah menetapkan tata cara pembinaan dalam rangka kegiatan pengairan menurut bidangnya masing-masing sesuai dengan fungsi-fungsi dan peranannya, meliputi:

▪ Melakukan pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air yang dapat merugikan penggunaannya serta lingkungannya.

2 Peraturan Pemerintah No. 122 tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum

1) Penyelenggaraan SPAM harus dilaksanakan secara terpadu dengan penyelenggaraan sanitasi untuk mencegah pencemaran Air Baku dan menjamin keberlanjutan fungsi penyediaan Air Minum 2) Penyelenggaraan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. Penyelenggaraan SPAL; dan b. Pengelolaan sampah Pasal 34

1) Penyelenggaraan SPAL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf a meliputi pengelolaan:

a. Air limbah domestik; dan b. Air limbah nondomestik.

2) Ketentuan mengenai penyelenggaraan SPAL untuk pengelolaan air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diatur dengan Peraturan Menteri.

3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.04/2017 tentang Penyelenggaraan SPALD

Muatan pengaturan:

Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi penyelenggara SPALD untuk memberikan pelayanan pengelolaan air limbah domestik kepada seluruh masyarakat.

Undang-Undang 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 4 UU 28 tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung

Bab IV Persyaratan Bangunan Gedung, Bagian Ketiga Persyaratan Tata Bangunan, Paragraf 3 Persyaratan Kesehatan Pasal 24

1) Sistem sanitasi merupakan kebutuhan sanitasi yang harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan

2) Sistem sanitasi pada bangunan gedung dan lingkungannya harus dipasang sehingga mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan serta tidak menganggu lingkungan

3) (3) Ketentuan mengenai sistem sanitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan PP 5 PP 36 tahun 2005 tentang

peraturan pelaksanaan Undang Undang 28/2002 tentang Bangunan Gedung

Persyaratan kesehatan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi dan penggunaan bahan bangunan gedung

Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, bangunan gedung harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

6 UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab V Pengendalian 7 Peraturan Pemerintah No.27/2012

1) Setiap usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan

(16)

Laporan Akhir 2-3

No Peraturan Perundang

undangan Materi Pengaturan

2) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:

a. Penyusunan Amdal dan UKL-UPL

b. Penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan c. Permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan. Bab II

Penyusunan Amdal dan UKL-UPL 8 Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No.05 /2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis

Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup

1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal

2) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

3) (3) Untuk menentukan rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemrakarsa melakukan penapisan sesuai dengan tata cara penapisan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Terhadap hasil penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota menelaah dan menentukan wajib tidaknya rencana Usaha dan/atau Kegiatan memiliki Amdal

9 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kritera wajib amdal wajib memiliki UKL- UPL

2. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL UPL wajib membuat SPPL

10 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68/ 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan acuan mengenai baku mutu air limbah domestik kepada:

a. Pemerintah Daerah Provinsi dalam menetapkan baku mutu air limbah domestik yang lebih ketat;

(17)

Laporan Akhir 2-4

No Peraturan Perundang

undangan Materi Pengaturan

b. b. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dalam menerbitkan izin lingkungan, SPPL, dan/atau izin pembuangan air limbah; dan

c. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pengolahan air limbah domestik dalam menyusun perencanan pengolahan air limbah domestik, dan penyusunan dokumen lingkungan hidup.

Pengaturan terkait pemanfaatan Sempadan Sungai dan Danau 11 Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat No. 28/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau

Ketentuan bangunan yang dapat dibangun dalam sempadan sungai dan danau

12 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 37/2015 tentang Izin Penggunaan Air dan/atau Sumber Air

1. Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemohon dan pemberi izin dalam proses perizinan penggunaan air dan/atau sumber air untuk kegiatan usaha.

2. Peraturan Menteri ini bertujuan untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan izin penggunaan air dan/atau sumber air untuk kegiatan usaha

2.2. Kebijakan Terkait RTRW Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW-P) Jawa Timur Tahun 2011-2031, sistem perkotaan di wilayah Provinsi Jawa Timur ditetapkan sebagai berikut:

1. PKN (Pusat Kegiatan Nasional). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKN memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional atau melayani beberapa provinsi. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN di Provinsi Jawa Timur adalah Kawasan Perkotaan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang. 2. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKW memiliki

fungsi pelayanan dalam lingkup provinsi atau beberapa kabupaten. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW di Provinsi Jawa Timur adalah Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan.

Selain itu, terdapat pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari dapat ditetapkan sebagai PKW Promosi (PKWp). Kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk berfungsi sebagai PKWp di Provinsi Jawa Timur adalah Pasuruan dan Batu.

3. PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan pada lingkup lokal, yaitu skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKL di Provinsi Jawa Timur yakni Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil.

(18)

Laporan Akhir 2-5 Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLp oleh kabupaten masing-masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.

Perwilayahan Jawa Timur dibagi dalam 8 Wilayah Pengembangan, meliputi :

1) WP Germakertosusila Plus, meliputi: Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep, dengan pusat pelayanan di Kota Surabaya.

2) WP Malang Raya, meliputi: Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, dengan pusat pelayanan di Kota Malang.

3) WP Madiun dan sekitarnya, meliputi: Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi, dengan pusat pelayanan di Kota Madiun.

4) WP Kediri dan sekitarnya, meliputi: Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung, dengan pusat pelayanan di Kota Kediri.

5) WP Probolinggo–Lumajang, meliputi: Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang, dengan pusat pelayanan di Kota Probolinggo.

6) WP Blitar, meliputi: Kota Blitar, Kabupaten Blitar, dengan pusat pelayanan di Kota Blitar. 7) WP Jember dan sekitarnya, meliputi: Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, dan

Kabupaten Situbondo, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Jember.

8) WP Banyuwangi, meliputi: Kabupaten Banyuwangi, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Banyuwangi.

Arahan Sistem Pusat Pelayanan untuk WP Kediri dan Sekitarnya yaitu :

WP Kediri dan sekitarnya, meliputi: Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung, dengan pusat pelayanan di Kota Kediri. Fungsi WP Kediri dan sekitarnya adalah: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan dan industri. Fungsi pusat pengembangan adalah: pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, dan kesehatan.

(19)

Laporan Akhir 2-6 Peta 2.1 Rencana Sistem Perwilayahan Provinsi Jawa Timur

(20)

Laporan Akhir 2-7 2.2.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Pengembangan Kediri dan Sekitarnya

A. Struktur Pusat Permukiman

Perkembangan perkotaan Kediri berpola ke semua arah dengan intensitas yang lebih tinggi adalah ke arah utara, selatan dan timur. Struktur perkotaan diarahkan meliputi: kearah utara Perkotaan Grogol, Perkotaan Gampengrejo dan Perkotaan Banyakan, kearah selatan mengarah ke Perkotaan Kandat dan Perkotaan Ngadiluwih, sedangkan kearah timur mengarah ke Perkotaan Gurah. Keberadaan industri rokok di wilayah Kediri, mendorong perluasan kawasan perkotaan di wilayah Kediri. Sehingga kawasan di sekitar lokasi industri menjadi bagian dari struktur pusat permukiman di wilayah ini. Dengan demikian kawasan perkotaan pusat WP Kediri lebih besar dari Kota Kediri

Gambar 2.1 Rencana Struktur Ruang Perkotaan Kediri

B. Sistem Kegiatan

Sektor pertanian, perkebunan dan pertambangan masih menjadi andalan dan merupakan faktor pendorong bagi pembangunan WP Kediri dan sekitarnya. Kegiatan perkotaan yang diarahkan dapat mendorong perkembangan wilayah adalah industri tembakau. Keterkaitan Kota Kediri sebagai pusat WP dengan Perkotaan Nganjuk, Perkotaan Tulungagung dan Perkotaan Trenggalek sebagai pusat sub WP diharapkan dapat menjadi pendorong satu sama lain sehingga tercipta pengembangan wilayah yang seimbang.

(21)

Laporan Akhir 2-8 Kegiatan Perkotaan Nganjuk diarahkan ke kegiatan perdagangan/jasa sedangkan kegiatan di wilayah hinterland-nya diarahkan meliputi kegiatan perkebunan, pertanian, peternakan, dan pariwisata.

Kegiatan Perkotaan Tulungagung diarahkan meliputi kegiatan pemerintahan, perdagangan jasa, pendidikan sedangkan kegiatan di wilayah hinterland-nya meliputi kegiatan pertanian, pariwisata, dan perkebunan. Sedangkan fungsi Perkotaan Trenggalek diarahkan sebagai kegiatan perkebunan, pertanian, pertambangan, pariwisata pantai dan perikanan. Pengembangan perkotaan pusat sub WP dan perkotaan kecil diharapkan akan mampu mendorong kegiatan perekonomian wilayah sekitarnya

(22)

Laporan Akhir 2-9

C. Pengembangan Pusat Pelayanan

Kebijakan Sistem Prasarana Wilayah Pendukung Struktur Pemanfaatan Ruang yang berpengaruh bagi pengembagan wilayah Kabupaten Situbondo :

1. Jalan nasional merupakan jalan arteri Yogjakarta – Madiun – Surabaya. 2. Jalan tol antar wilayah mulai dari Ngawi – Surabaya – Banyuwangi. 3. Dry port Kabupaten Jombang.

4. Konservasi rel mati ditujukan pada ruas-ruas potensial. 5. Pengembangan angkutan masal cepat perkotaan.

6. Pemerintah memberi dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan telematika. 7. Pengembangan energi baru dan terbarukan meliputi : energi mikrohidro, energi angin, energi

surya.

Tabel 2.2 Rencana Fungsi Wilayah Berdasarkan RTRW Jawa Timur

Perkotaan/ Wilayah Rencana Fungsi

Wilayah Rencana Pengembangan Fasilitas Yang Dibutuhkan Rencana Pengembangan Infrastruktur

Kota Kediri Pusat pemerintahan,

perdagangan, jasa industri, pendidikan, dan kesehatan a. Fasilitas pemerintahan: ▪ Kantor Kota/Kabupaten ▪ Polres/Polresta b. Fasilitas perdagangan: ▪ Pengembangan pasar swalayan modern ▪ Pengembangan pasar tradisional ▪ Pengembangan ruko dan pertokoan c. Fasilitas jasa: ▪ Lembaga keuangan (bank, koperasi) d. Fasilitas industri: ▪ Kawasan industri estate ▪ IPAL e. Fasilitas pendidikan: ▪ SMA/MA/SMK f. Fasilitas kesehatan: ▪ Pengembangan rumah sakit tipe B ▪ Puskesmas rawat inap ▪ Pengembangan jalan arteri primer ▪ Pengembangan jaringan jalan tembus potensial lintas ▪ Terminal kargo ▪ Pengembangan jalur komuter perkeretaapian dan pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track) ▪ Pengembangan

jaringan jalan didalam kota ▪ Pengembangan sub

terminal agrobis

(23)

Laporan Akhir 2-10 Peta 2.2 Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Timur

(24)

Laporan Akhir 2-11 2.2.2. Rencana Pola Ruang Wilayah

Rencana pola ruang Provinsi Jawa Timur secara garis besar diwujudkan dalam rencana kawasan lindung, kawasan budi daya serta kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Pola ruang kawasan ini ditekankan pada kesesuaian fungsi wilayah, mengingat besarnya pergeseran pemanfaatan kawasan lindung untuk kawasan budi daya. Maka diperlukan penanganan dan pengembalian fungsi lindung, sedangkan pada kawasan budi daya dioptimalkan pemanfaatannya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan untuk kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, kegiatan yang dikembangkan diarahkan untuk tidak mengganggu keseimbangan ekosistem pesisir.

Fungsi kawasan lindung yang harus tersedia di Provinsi Jawa Timur secara keseluruhan mencapai 558.996 Ha atau sekitar 11,7 % dari luas wilayah. Sedangkan fungsi kawasan budidaya di Propinsi Jawa Timur seluruhnya mencapai 4.220.979 Ha atau sekitar 88,31% dari luas wilayah.

Tabel 2.3 Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur 2011-2031

(25)

Laporan Akhir 2-12 Peta 2.3 Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur

(26)

Laporan Akhir 2-13 2.3. Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan RTRW Kota Kediri Tahun 2011-2030

2.3.1. Tujuan Penataan Ruang

Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Kediri adalah mewujudkan Kota Kediri sebagai sentra Pendidikan, Industri, Perdagangan-Jasa dan Pariwisata, berskala regional yang nyaman dan berkelanjutan.

2.3.2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

Kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang wilayah Kota Kediri meliputi kebijakan dan strategi pengembangan pusat pelayanan regional, pengembangan sistem pusat pelayanan dan pengembangan sistem prasarana wilayah

A. Kebijakan dan strategi struktur ruang wilayah kota meliputi:

1. Kebijakan pengembangan Kota Kediri sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dengan strategi : a. meningkatkan aksesibilitas Kota Kediri dengan wilayah sekitarnya yag meliputi: Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Blitar dan Kota Blitar; dan

b. mengembangkan fungsi utama Kota Kediri sebagai pusat: Pendidikan, Industri, Perdagangan-Jasa dan Pariwisata berskala regional.

2. Kebijakan pengembangan Kota Kediri sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Andalan Kediri – Tulungagung – Blitar, dengan strategi :

a. mengembangkan pusat perdagangan produk unggulan kota; b. mengembangkan sentra pariwisata belanja dan budaya; c. mengembangkan industri berbasis agro; dan

d. melakukan kerjasama dengan wilayah sekitar secara sinergis dalam pengembangan infrastruktur dan ekonomi daerah.

3. Kebijakan pengembangan sistem pusat pelayanan kota, dengan strategi : a. membagi wilayah kota menjadi 3 Bagian Wilayah Kota (BWK); b. membentuk pusat pelayanan kota secara berhirarki;

c. mengembangan pusat pelayanan kota dengan fungsi utama sebagai pusat perbelanjaan dan pusat pelayanan umum pada kawasan pusat kota;

d. meningkatkan aksesibilitas antara pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota dan pusat lingkungan; dan

e. menyediakan RTH, prasarana pejalan kaki, sektor informal pada kawasan pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota dan pusat lingkungan.

(27)

Laporan Akhir 2-14 4. Kebijakan pengembangan sistem prasarana wilayah, dengan strategi :

a. mengembangkan sistem prasarana jalan dan kereta api secara terpadu;

b. mengembangkan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) Banaran dan jaringan baru; c. mengembangkan daerah pelayanan energi ke seluruh wilayah Kota Kediri.

d. meningkatkan kapasitas pelayanan telekomunikasi secara terestrial atau sistem kabel ke seluruh kawasan permukiman dan kawasan fungsional kota lainya; dan

e. mengembangkan jaringan telepon seluler dengan penggunaan menara bersama antar operator dalam satu sistem pengelolaan;

f. meningkatkan pengamanan sepanjang aliran sungai Brantas;

g. mempertahankan jaringan irigasi untuk mendukung pengembangan sawah; h. melindungi sumber – sumber mata air dan daerah resapan air; dan

i. meningkatkan penggunaan sumur resapan perkotaan. j. memperluas jaringan air minum;

k. mengembangkan sistem pengolahan limbah secara terpusat;

l. meningkatkan pengelolaan sistem persampahan dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle);

m. melakukan normalisasi sistem drainase kota;

n. menyediakan prasarana dan sarana jalan pejalan kaki pada kawasan fungsional dan sepanjang jalan utama kota; dan

o. menyediakan jalur evakuasi bencana pada lokasi permukiman padat, kawasan perdagangan dan industri.

B. Kebijakan dan strategi pola ruang wilayah kota meliputi: Kebijakan dan strategi pola ruang wilayah Kota Kediri, terdiri dari: A. Kebijakan pemantapan kawasan lindung, meliputi:

1. Pemantapan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, dengan strategi :

a. memulihkan fungsi kawasan yang mengalami kerusakan; b. mengembangkan vegetasi yang memiliki fungsi lindung;dan

c. menjaga luasan dan fungsi dari kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya.

2. Pemantapan kawasan perlindungan setempat, dengan strategi :

a. membatasi perkembangan kawasan terbangun dengan mengembangkan RTH pada kawasan sempadan sungai;

(28)

Laporan Akhir 2-15 b. membatasi perkembangan permukiman dan mengembangkan RTH pada kawasan

sempadan mata air; dan

c. menjaga luasan dan fungsi dari kawasan yang memberikan perlindungan setempat. 3. Pemantapan kawasan cagar budaya, dengan strategi :

a. mempertahankan dan memelihara keaslian benda dan kawasan cagar budaya; dan b. melakukan konservasi dan preservasi benda dan kawasan cagar budaya yang

kondisinya menurun.

4. Pemantapan ruang terbuka hijau minimal 30% dari luas kota, dengan strategi : a. mempertahankan ruang terbuka hijau yang sudah ada;

b. menyediakan RTH publik dan privat pada kawasan yang baru;

c. menambah penyediaan RTH publik dalam bentuk taman kota, taman lingkungan, lapangan olahraga, jalur hijau, makam, dan hutan kota; dan

d. meningkatkan intensitas penghijauan pada kawasan lindung; 5. Penetapan kawasan rawan bencana, dengan strategi :

a. menyediakan sarana dan prasarana penanggulangan bencana; dan b. menyediakan jalur evakuasi bencana pada kawasan rawan bencana.

B. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, meliputi: 1. Pengembangan kawasan budidaya, dengan strategi :

a. mengembangkan perumahan berkepadatan tinggi yang mengutamakan bangunan vertikal pada BWK B;

b. mengembangkan perumahan berkepadatan sedang secara menyebar pada BWK A dan C;

c. mengembangkan perumahan berkepadatan rendah pada wilayah pinggiran kota pada BWK A dan C;

d. meningkatkan fungsi rumah terintegrasi dengan fungsi lain seperti ruko dan rukan; e. meningkatkan kualitas perumahan pada kawasan kumuh melalui perbaikan kondisi

lingkungan perumahan;

f. mengembangkan pasar induk dan pasar tradisional;

g. mengembangkan kawasan pusat perbelanjaan secara berhierarki sesuai skala pelayanan;

h. mengembangkan kawasan khusus perdagangan dan jasa di pusat pelayanan kota yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan wisata;

(29)

Laporan Akhir 2-16 i. menyediakan lokasi khusus untuk toko cinderamata dan wisata kuliner khas Kota

Kediri;

j. mengelola dan menata ruang untuk sektor informal di kawasan perdagangan; k. melengkapi setiap kawasan budidaya dengan prasarana pejalan kaki dan RTH; l. mengembangkan kawasan perkantoran baru dan perkantoran swasta;

m. menetapkan kawasan industri kecil atau industri rumah tangga sebagai kawasan sentra industri;

n. melengkapi sistem pengolahan limbah pada sentra industri;

o. menyediakan sentra pemasaran atau outlet industri kecil sekaligus sebagai toko cindramata;

p. mengembangkan kawasan industri secara khusus pada wilayah timur kota; q. mengembangkan galeri khusus untuk pariwisata budaya;

r. mengembangkan wisata alam Gunung Klotok;

s. menyediakan akomodasi wisata, promosi wisata dan menggelar event wisata bersakala regional – nasional;

t. mempertahankan sawah beririgasi teknis pada lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan

u. mengembangkan kawasan peruntukan lain untuk menunjang fungsi utama kota. 2. Pengelolaan dan penataan sector informal, dengan strategi :

a. menyediakan ruang bagi sektor informal yang berdekatan dengan kawasan fungsional kota;

b. menyediakan lahan untuk sektor informal secara khusus pada setiap sub pusat pelayanan kota; dan

c. menyedikan sarana prasarana bagi sektor informal.

3. Pengembangan Ruang Terbuka non Hijau (RTnH), dengan strategi :

a. memanfaatkan RTnH sebagai bagian ruang terbuka kota untuk kegiatan masyarakat;dan

b. mendorong penataan fungsi kawasan yang mendukung perkembangan kawasan fungsional kota.

4. Pengembangan ruang evakuasi bencana, dengan strategi menyediakan kawasan untuk ruang evakuasi bencana melalui penggunaan RTH dan bangunan umum.

(30)

Laporan Akhir 2-17 2.3.3. Rencana Struktur Ruang

A. Rencana Pembagian Wilayah Kota (BWK)

Pembagian wilayah kota menjadi 3 (lima) BWK Kota Kediri meliputi:

a. BWK A, meliputi seluruh wilayah Kecamatan Mojoroto mencakup Kelurahan Pojok, Campurejo, Tamanan, Banjarmlati, Bandar Kidul, Bandar Kidul, Lirboyo, Bandar Lor, Mojoroto, Sukorame, Bujel, Ngampel, Gayam, Mrican, Dermo;

b. BWK B, meliputi seluruh wilayah Kecamatan Kota mencakup Kelurahan Manisrenggo, Rejomulyo, Ngronggo, Kaliombo, Kampungdalem, Setonopande, Ringinanom, Pakelan, Setonogedong, Kemasan, Jagalan, Banjaran, Ngadirejo, Dandangan, Balowerti, Pocanan, Semampir;

c. BWK C, meliputi seluruh wilayah Kecamatan Pesantren mencakup Kelurahan Blabak, Bawang, Betet, Tosaren, Banaran, Ngletih, Tempurejo, Ketami, Pesantren, Bangsal, Burengan, Tinalan, Pakunden, Singonegaran, Jamsaren;

B. Rencana Sistem Pusat Pelayanan

1) Pusat Pelayanan Kota

Pusat kota mempunyai skala pelayanan regional dalam wilayah Kota Kediri, yang harus mampu melayani kebutuhan masyarakat Kota Kediri dan mendukung kegiatan skala regional pada hirarki di atasnya. Deliniasi untuk penentuan pusat kota berdasarkan dominasi kegiatan. Untuk Kota Kediri, pusat kota terdapat di Kecamatan Kota dengan deliniasi wilayah meliputi :

1. Kelurahan Pocanan 2. Kelurahan Setonogedong 3. Kelurahan Pakelan 4. Kelurahan Kemasan 5. Kelurahan Ringinanom 6. Kelurahan Jagalan 7. Kelurahan Setonopande

Dominasi kegiatan untuk pusat kota ini adalah : a. Pusat Pemerintahan Kota

b. Perkantoran pemerintah dan swasta c. Perdagangan jasa

d. Pendidikan

Dengan demikian, kegiatan perkotaan untuk skala regional terkonsentrasi di pusat kota. Peran kota Kediri ditinjau secara eksternal maupun internal menyangkut :

(31)

Laporan Akhir 2-18 ▪ Kedudukan Kota Kediri terhadap kegiatan sosial ekonomi kota dan wilayah belakangnya

(hinterland)

▪ Ruang fisik (spasial) Kota Kediri merupakan kesatuan dengan wilayah sekitarnya

▪ Kaitan antara pengembangan kota dengan perkembangan wilayah belakangnya, yakni pertimbangan arah pengembangan kota yang dapat meningkatkan fungsi dan peran kota serta interkasi dengan wilayah belakangnya.

▪ Pertumbuhan kegiatan sektor ekonomi dan prediksi kebutuhan ruang pengembangan

Sesuai dengan pola perkembangan dan pertumbuhan Kota Kediri serta peran Kota Kediri dalam lingkup yang lebih luas maka fungsi dan peran Kota Kediri ditentukan sebagai :

• Pusat pemerintahan

Pusat pemerintahan terdapat di pusat kota, yaitu SPP Tengah/B di Kecamatan Kota • Pusat perdagangan jasa skala regional.

Fungsi sebagai pusat perdagangan jasa skala regional, karena terdapat pasar grosir buah dan sayur skala regional, perdagangan jasa modern (Dhoho Plasa, Mall Kediri dan Sri Ratu) serta pusat pertokoan (Jl. Erlangga – Jl. Hayam Wuruk – Jl. Dhoho – Jl. Patimura – Jl. HOS Cokroaminoto dan Jl. P. Sudirman – Jl. Yos Sudarso)

• Pusat industri

Perkembangan industri yang cukup pesat, yaitu adanya Industri Rokok Gudang Garam di Kelurahan Semampir, Dandangan dan Balowerti Kecamatan Kota, Industri Pabrik Gula Mrican di Kelurahan Mrican Kecamatan Mojoroto dan Industri Pabrik Gula Pesantren, Industri Bekicot, Industri Wood di Kelurahan Pesantren Kecamatan Pesantren dan industri kecil lainnya seperti home industri tahu, getuk tenun ikat dan lain - lain.

• Pusat pendidikan

Fasilitas pendukung fungsi Kota Kediri tersebut antara lain Pesantren Lirboyo di Kelurahan Lirboyo dan Universitas Kadiri di Kelurahan Pojok Kecamatan Mojoroto, UNISKA di Kelurahan Manisrenggo dan STAIN di Kelurahan Ngronggo Kecamatan Kota.

• Pusat pelayanan kesehatan skala regional.

Perkembangan RSU. Gambiran di Kelurahan Bandar Lor, RS. Kusta di Kelurahan Mojoroto, RS. Bhayangkara di Kelurahan Dandangan, RS. AD (DKT) di Kelurahan Semampir dan RS. Baptis di Kelurahan Bangsal.

(32)

Laporan Akhir 2-19 • Pusat pelayanan pariwisata.

Fasilitas untuk menunjang perkembangan pariwisata adalah pusat wisata kuliner di pertokoan Kelurahan Pakelan, Setonogedong dan Kemasan, wisata alam dan budaya Selomangleng di Kelurahan Pojok dan wisata kota Pagora di Kelurahan Banjaran.

2) Sub Pusat Pelayanan Kota

Untuk mendukung pertumbuhan pusat kota dan penyebaran kegiatan yang tersebar untuk mengurangi beban pusat kota, Kota Kediri memiliki 3 Sub Pusat Kota (SPP) utama yang melayani Bagian Wilayah Kota (BWK). Batas wilayah pelayanan SPP utama berdasarkan batas kecamatan atau BWK. Dalam pengembangan untuk 20 tahun, rencana sub pusat pelayanan kota berkembang menjadi 5 SPP. Pembagian Sub Pusat Pelayanan Kota (SPP) adalah :

1. BWK A merupakan Kecamatan Mojoroto

Dalam BWK A terbagi menjadi 2 SPP yang berbeda dominasi kegiatannya. Pusat SPP tersebut adalah:

• SPP 1 dengan pusat di Kelurahan Bandar Lor yang dengan wilayah pelayanan seluruh Bagian Wilayah Kota (BWK) A yaitu Kecamatan Mojoroto dengan kegiatan perkantoran, perdagangan jasa, dan kesehatan.

Fungsi SPP 1 adalah : • Pemerintahan lokal, • Pendidikan,

• Kesehatan,

• Perdagangan jasa dan • Industri

• SPP 2 dengan pusat di Kelurahan Campurejo – Lirboyo dengan wilayah pelayanan seluruh Bagian Wilayah Kota (BWK) A yaitu Kecamatan Mojoroto.

Pembentukan SPP 2 dimaksudkan untuk dapat mengurangi beban pusat SPP 1. Pada deliniasi pusat SPP 2 ini, terdapat pasar lokal yang akan dikembangkan yaitu di Kelurahan Campurejo, terdapat pesantren skala regional yang tetap dipertahankan di Kelurahan Lirboyo dan pembangunan kawasan perdagangan jasa baru untuk mendukung kegiatan tersebut di Kelurahan Campursari dan Lirboyo, sehingga menjadi suatu sub pusat pelayanan baru.

Fungsi SPP 2 adalah : • Pendidikan

(33)

Laporan Akhir 2-20 • Pariwisata

• Pertanian

Sub Pusat Pelayanan (SPP) 1 dan 2 dengan pusat di Kelurahan Bandar Lor dan Kelurahan Campurejo – Lirboyo yang meliputi wilayah :

1. Kelurahan Dermo 2. Kelurahan Mrican 3. Kelurahan Gayam 4. Kelurahan Ngampel 5. Kelurahan Mojoroto 6. Kelurahan Bujel 7. Kelurahan Sukorame 8. Kelurahan Pojok 9. Kelurahan Campurejo 10. Kelurahan Lirboyo 11. Kelurahan Bandar Lor 12. Kelurahan Bandar Kidul 13. Kelurahan Banjarmlati 14. Kelurahan Tamanan 2. BWK B merupakan Kecamatan Kota

Dalam BWK B terbagi menjadi 2 SPP yang berbeda fungsi kegiatannya. Pusat SPP tersebut adalah :

• SPP 3 dengan pusat di Kelurahan Banjaran dengan wilayah pelayanan seluruh Bagian Wilayah Kota (BWK) B yaitu Kecamatan Kota dengan kegiatan perkantoran, pariwisata, pendidikan, olah raga.

Fungsi SPP 3 dengan pusat Kelurahan Banjaran mempunyai fungsi sosial : • Pemerintahan lokal,

• Perkantoran, • Industri • Pendidikan dan • Wisata belanja

• SPP 4 dengan pusat di Kelurahan Manisrenggo – Ngronggo dengan wilayah pelayanan seluruh Bagian Wilayah Kota (BWK) B yaitu Kecamatan Kota.

Untuk pengembangan tahun perencanaan dan mengurangi beban pelayanan pusat kota, maka di buat pusat SPP baru di Kelurahan Ngrenggo, yang saat ini kegiatannya

(34)

Laporan Akhir 2-21 adalah perdagangan jasa skala regional (pasar grosir), rencana pembangunan pelataran parkir mobil barang yang merupakan terminal cargo dan pembangunan wisata modern untuk menunjang kegiatan pariwisata sebagai wilayah transit. Kelurahan Ngrenggo, nantinya di sebut sebagai SPP 4, yang diharapkan dapat menyeimbangkan kegiatan wilayah perkotaan.

Fungsi SPP 4 dengan pusat Kelurahan Ngrenggo mempunyai fungsi ekonomi: • Perdagangan dan jasa skala regional

• Pendidikan

• Transportasi regional (terminal cargo) • Wisata modern

Sub Pusat Pelayanan (SPP) 3 dan 4, dengan pusat di Kelurahan Banjaran dan Kelurahan Ngrenggo yang meliputi wilayah :

1. Kelurahan Semampir 2. Kelurahan Balowerti 3. Kelurahan Dandangan 4. Kelurahan Ngadirejo 5. Keluahan Banjaran 6. Kelurahan Kemasan 7. Kelurahan Setono Gedong 8. Kelurahan Pakelan

9. Kelurahan Kelurahan Ringinanom 10. Kelurahan Setonopande 11. Kelurahan Kampungdalem 12. Kelurahan Kaliombo 13. Kelurahan Ngronggo 14. Kelurahan Manisrenggo 15. Kelurahan Rejomulyo 16. Kelurahan Jagalan 17. Kelurahan Pocanan

3. SPP 5 dengan pusat di Kelurahan Pesantren dengan wilayah pelayanan seluruh Bagian Wilayah Kota (BWK) C yaitu Kecamatan Pesantren dengan kegiatan utama di pusat SPP tersebut adalah perkantoran, industri, pendidikan dan kesehatan.

Fungsi SPP 5 dengan pusat Kelurahan Pesantren mempunyai fungsi ekonomi : • Pemerintahan lokal

(35)

Laporan Akhir 2-22 • Industri

• Perdagangan jasa • Pertanian perkebunan

Sub Pusat Pelayanan (SPP) 5 dengan pusat Kelurahan Pesantren, yang meliputi wilayah : 1. Kelurahan Burengan 2. Kelurahan Singonegaran 3. Kelurahan Tinalan 4. Kelurahan Tosaren 5. Kelurahan Bangsal 6. Kelurahan Banaran 7. Kelurahan Pakunden 8. Kelurahan Blabak 9. Kelurahan Betet 10. Kelurahan Jamsaren 11. Kelurahan Pesantren 12. Kelrahan Ketami 13. Kelurahan Tempurejo 14. Kelurahan Ngletih 15. Kelurahan Bawang 3) Pusat Lingkungan

Berdasarkan hirarki yang berjenjang, Kota kediri memiliki 12 Pusat Lingkungan (PL). Pusat lingkungan tersebut adalah :

1. BWK A yang meliputi seluruh wilayah adminstratif Kecamatan Mojoroto, terbagi menjadi 2 SPP dan 4 PL, yaitu :

a. Pusat Lingkungan (PL) Mrican dengan pusat Kelurahan Mrican yang mempunyai kegiatan industri dan perdagangan jasa.

Fungsi kegiatan untuk PL Mrican adalah : perdagangan dan jasa, industri, pendidikan dan perumahan.

Wilayah pelayanan untuk PL Mrican meliputi : • Kelurahan Dermo

• Kelurahan Gayam • Kelurahan Ngampel

(36)

Laporan Akhir 2-23 b. Pusat Lingkungan (PL) Mojoroto dengan pusat Kelurahan Mojoroto yang mempunyai

kegiatan perkantoran, kesehatan, akomodasi wisata dan wisata kota.

Fungsi kegiatan untuk PL Mojoroto adalah : perumahan, perkantoran, agriculture market, pertanian, RTH kota.

Wilayah pelayanan untuk PL Mojoroto meliputi : • Kelurahan Bujel

• Kelurahan Sukorame

c. Pusat Lingkungan (PL) Lirboyo dengan pusat Kelurahan Lirboyo yang mempunyai kegiatan pendidikan.

Fungsi kegiatan untuk PL Lirboyo adalah : perumahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, sarana transportasi, RTH kota, wisata alam dan budaya.

Wilayah pelayanan untuk PL Lirboyo meliputi : • Kelurahan Pojok

• Kelurahan Campurejo d. Kelurahan Tamanan

Pusat Lingkungan (PL) Bandar Lor dengan pusat Kelurahan Bandar Lor yang mempunyai kegiatan perdagangan jasa, kesehatan, perkantoran dan pendidikan.

Fungsi kegiatan untuk PL Bandar Lor adalah : perumahan, perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan dan sentra industri kecil.

Wilayah pelayanan untuk PL Bandar Lor meliputi : • Kelurahan Bandar Kidul

• Kelurahan Banjar Mlati

2. BWK B yang meliputi seluruh wilayah adminstratif Kecamatan Kota, terbagi menjadi 2 SPP dan 4 PL, yaitu :

a. Pusat Lingkungan (PL) Dandangan dengan pusat Kelurahan Dandangan yang mempunyai kegiatan perdagangan jasa dan industri.

Fungsi kegiatan untuk PL Dandangan adalah : perkantoran, perdagangan dan jasa, industri dan rumah susun

Wilayah pelayanan untuk PL Dandangan meliputi : • Kelurahan Semampir

• Kelurahan Balowerti • Kelurahan Pocanan

b. Pusat Lingkungan (PL) Banjaran dengan pusat Kelurahan Banjaran yang mempunyai kegiatan perkantoran, wisata kota, olah raga dan pendidikan.

(37)

Laporan Akhir 2-24 Fungsi kegiatan untuk PL Banjaran adalah : perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata buatan, dan perumahan.

Wilayah pelayanan untuk PL Banjaran meliputi : • Kelurahan Ngadirejo

• Kelurahan Kemasan • Kelurahan Setonogedong

c. Pusat Lingkungan (PL) Setonopande dengan pusat Kelurahan Setonopande yang mempunyai kegiatan perdagangan jasa.

Fungsi kegiatan untuk PL Setonopande adalah : perdagangan dan jasa, akomodasi wisata dan wisata belanja.

Wilayah pelayanan untuk PL Setonopande meliputi : • Kelurahan Pakelan

• Kelurahan Ringinanom • Kelurahan Kampung Dalem • Kelurahan Jagalan

d. Pusat Lingkungan (PL) Ngronggo dengan pusat Kelurahan Ngronggo yang mempunyai kegiatan perdagangan jasa, rencana pengembangan transportasi dan rencana pengembangan wisata modern.

Fungsi kegiatan untuk PL Ngronggo adalah : perdagangan dan jasa, pendidikan, wisata modern, prasarana transportasi dan perumahan.

Wilayah pelayanan untuk PL Nronggo meliputi : • Kelurahan Kaliombo

• Kelurahan Manisrenggo • Kelurahan Rejomulyo

3. BWK C yang meliputi seluruh wilayah adminstratif Kecamatan Pesantren, terbagi menjadi 1 SPP dan 4 PL, yaitu :

a. Pusat Lingkungan (PL) Singonegaran dengan pusat Kelurahan Singonegaran yang mempunyai kegiatan perdagangan jasa.

Fungsi kegiatan untuk PL Singonegaran adalah : perdagangan dan jasa, pendidikan serta perumahan.

Wilayah pelayanan untuk PL Singonegaran meliputi : • Kelurahan Burengan

• Kelurahan Tinalan • Kelurahan Tosaren

(38)

Laporan Akhir 2-25 b. Pusat Lingkungan (PL) Bangsal dengan pusat Kelurahan Bangsal yang mempunyai

kegiatan kesehatan.

Fungsi kegiatan untuk PL Bangsal adalah : kesehatan, perdagangan dan jasa, prasarana transportasi, pendidikan serta perumahan.

Wilayah pelayanan untuk PL Bangsal meliputi : • Kelurahan Banaran

• Kelurahan Jamsaren

c. Pusat Lingkungan (PL) Pesantren dengan pusat Kelurahan Pesantren yang mempunyai kegiatan perdagangan jasa, perkantoran, industri, dan pendidikan.

Fungsi kegiatan untuk PL Pesantren adalah : perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, pertanian perkebunan dan perumahan.

Wilayah pelayanan untuk PL Pesantren meliputi : • Kelurahan Ketami

• Kelurahan Tempurejo • Kelurahan Ngletih • Kelurahan Bawang

d. Pusat Lingkungan (PL) Blabak dengan pusat Kelurahan Blabak yang mempunyai kegiatan perdagangan jasa dan industri.

Fungsi kegiatan untuk PL Blabak adalah : kesehatan, industri, perdagangan jasa, perumahan, pendidikan dan kesehatan.

Wilayah pelayanan untuk PL Blabak meliputi : • Kelurahan Pakunden

(39)

Laporan Akhir 2-26 Peta 2.4 Rencana Struktur Ruang Kota Kediri

(40)

Laporan Akhir 2-27 Peta 2.5 Rencana Fungsi Perwilayahan Kota Kediri

(41)

Laporan Akhir 2-28 2.3.4. Rencana Pola Ruang

A. Kawasan Lindung

1) Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Kawasan resapan air ini di Kota Kediri terdapat di Kecamatan Pesantren seluas 7,30 ha atau 0,12 % dari luas Kota Kediri tepatnya pada Kelurahan Betet, Kelurahan Pakunden dan Kelurahan Jamsaren serta Kecamatan Mojoroto seluas 57,73 ha atau 0,91 % dari luas Kota Kediri yaitu pada Kelurahan Pojok dan Kelurahan Sukorame.

2) Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan Mata Air

Rencana penetapan luas sempadan mata air di Kota Kediri secara keseluruhan adalah 22,86 ha yang tersebar di seluruh kecamatan, antara lain :

a. jarak sempadan mata air ditetapkan dengan radius 200 meter;

b. Kecamatan Mojoroto yaitu pada Kelurahan Pojok dengan luas 1,43 ha dan Kelurahan Gayam seluas 6,10 ha.

c. Kecamatan Kota Yaitu pada Kelurahan Ngadirejo dengan luas 1,28 ha, Kelurahan Rejomulyo dengan luas 2,90 ha serta Kelurahan Banjaran dengan luas 1,84 ha. d. Kecamatan Pesantren yaitu pada Kelurahan Singonegaran dengan luas 3,13 ha,

Kelurahan Blabak seluas 1,89 ha dan Kelurahan Betet dengan luas 4,26 ha. ▪ Sempadan Sungai

Rencana penetapan luas keseluruhan sempadan sungai di Kota Kediri adalah 101,15 ha yang terbagi menjadi 3 kecamatan. Sempadan sungai dibedakan menurut jenis sungai yaitu sungai besar (Sungai Berantar), sungai kecil (Kali Kedak, Kali Kresek) maupun sungai musiman.

a. penetapan jarak sempadan sungai besar ditetapkan dengan radius 100 meter dan sungai kecil ditetapkan dengan radius 50 meter;

b. Kecamatan Mojoroto memiliki sempadan sungai keseluruhan seluas 53,30 ha yang terdapat pada Kelurahan Bandar Kidul, Bandar Lor, Banjarmlati, Bujel, Dermo, Gayam, Lirboyo, Mojoroto, Mrican, Ngampel, Pojok, dan Kelurahan Sukorame.

c. Kecamatan Kota memiliki sempadan sungai keseluruhan seluas 23,67 ha yang terdapat di Kelurahan Balowerti, Banjaran, Dandangan, Kaliombo, kampungdalem, Manisrenggo, Ngadirejo, Ngronggo, Pakelan, Pocanan, Rejomulyo, Ringinanom, dan Kelurahan Semampir.

(42)

Laporan Akhir 2-29 d. Kecamatan Pesantren memiliki sempadan sungai keseluruhan seluas 25,18 ha yang terdapat di Keurahan Banaran, Bangsal, Bawang, Betet, Burengan, Jamsaren, Ketami, Ngletih, pakunden, Pesantren, Tempurejo dan Tosaren. 3) Ruang Terbuka Hijau

Di Kota Kediri, ruang terbuka hijau berupa taman yaitu Taman Alun-alun, Taman dan Lapangan Brawijaya, Taman Sekartaji, Taman Pancasila, Taman Sudanco Supriyadi, Taman Selatan Pembantu Gubernur, Taman Air Mancur, Taman Monumen dan Peta Relief, Taman Depan Dinkes, Taman Gapensi dan Stadion Brawijaya. Selain itu, terdapat space tepi jalan raya (taman median jalan) dengan lokasi menyebar dan RTH Jalur Pengaman Sungai dan Gerbang Kota.

Luas keseluruhan ruang terbuka hijau terasuk lapangan olahraga, tempat rekreasi, RTH kota, hutan, makam, jalur hijau, RTH kecamatan, kelurahan, RT/RW, stadion. Ruang terbuka hijau memiliki luas kurang lebih 448 ha atau 7% dari luas wilayah sebagai RTH publik, terdiri dari RTH kota, hutan kota, makam, jalur hijau, dan RTH kecamatan, kelurahan, RT/RW

4) Suaka Alam dan Cagar Budaya ▪ Kawasan Suaka Alam

Kawasan suaka alam yang ada di Kota Kediri berlokasi di Kecamatan Mojoroto atau kawasan Gunung Klotok dan Gunung Maskumambang, lereng kawasan Gunung Klotok dan Gunung Maskumambangyang banyak terdapat peninggalan-peninggalan sejarah, dan bangunan dan kawasan yang sedang dan akan dikembangkan sebagai fasilitas pendukung kawasan wisata.

▪ Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Di Kota Kediri, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan tersebut berada dan cenderung dikembangkan di lereng Gunung Klotok dan Gunung Maskumambang yaitu di Gua Selomangleng yang merupakan pusat pengembangan kawasan wisata kota dan dilengkapi dengan budaya museum.

Cagar budaya dan ilmu pengetahuan meliputi : a. Bangunan kuno peninggalan sejarah; b. Monumen Airlangga di Kelurahan Pojok;

c. Makam Kuno Mbah Bencolono di Kelurahan Pojok; d. Makam Sunan Geseng di Kelurahan Singonegaran;

e. Komplek Makam Islam Mbah Wasil di Kelurahan Setono Gedong; f. Komplek Tan Koen Swie di Kelurahan Jagalan; dan

(43)

Laporan Akhir 2-30 g. Komplek Mbah Gunung Sari di Kelurahan Jagalan.

5) Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana yang ada di Kota Kediri merupakan kawasan rawan bencana kota yaitu kebakaran, banjir serta erosi yang terjadi di Gunung Klotok.

Kawasan rawan bencana kebakaran disebabkan oleh beberapa hal seperti kondisi bangunan, tingkat kepadatan bangunan, dan sebagainya. Kawasan rawan bencana kebakaran di Kota Kediri terdapat di Kelurahan Dandangan, Kelurahan Ngadirejo, Kelurahan Kemasan, Kelurahan Setono Pande, Kelurahan Ringin Anom, dan Kelurahan Bandar Lor yang merupakan daerah permukiman padat.

B. Kawasan Budidaya 1) Kawasan Perumahan

Luas kawasan permukiman keseluruhan adalah 1.679,631 ha yang terbagi pada Kecamatan Kota seluas 486,602 ha, Kecamatan Mojoroto seluas 724,740 ha dan Kecamatan Pesantren seluas 468,289 ha.

2) Kawasan Perdagangan dan jasa

Luas kawasan perdagangan dan jasa di Kota Kediri secara menyeluruh adalah 148,95 ha terbagi pada Kecamatan Kota seluas 69, 38 ha, Kecamatan Mojoroto seluas 56,13 ha dan Kecamatan Pesantren seluas 23,44 ha. Terdapat kegiatan perdagangan dan jasa pada kawasan perlindungan setempat yaitu pada Kecamatan Kota seluas 2,14 ha dan Kecamatan Mojoroto seluas 0,20 ha

3) Kawasan Perkantoran

Luas kawasan perkantoran secara keseluruhan adalah 57,29 ha yang terbagi pada Kecamatan Kota seluas 26,50 ha, Kecamatan Mojoroto seluas 30,38 ha dan Kecamatan Pesantren seluas 0,416 ha.

4) Kawasan Industri

▪ Rencana pengembangan kawasan industri kecil dan sedang, meliputi pengembangan industri di Kelurahan Setonopande, Kelurahan Banjarmlati, Kelurahan Tamanan, Kelurahan Bawang, Kelurahan Ngletih dan Kelurahan Betet

▪ Mempertahankan industri besar yaitu Pabrik gula di Kecamatan Mojoroto dan Pesantren, Pabrik penggolahan kayu di Kecamatan Pesantren, Pabrik makanan di Kecamatan Pesantren dan Industri rokok di Kecamatan Kota

(44)

Laporan Akhir 2-31 ▪ Pengembangan kawasan industri antara lain :

a. Pengembangan industri pembuatan rokok di Kelurahan Semampir seluas ±29 ha dan Kelurahan Dandangan seluas ±24 ha

b. Pengembangan industri untuk pembuatan makanan di Kelurahan Betet seluas ±34 ha dan Blabak seluas ±13 ha

5) Kawasan Pariwisata

▪ Pengembangan kawasan pariwisata budaya yang meliputi : a. Monumen Airlangga di Kelurahan Pojok;

b. Makam Kuno Mbah Bencolono di Kelurahan Pojok; c. Pura di Kelurahan Pojok;

d. Makam Sunan Geseng di Kelurahan Kampung Dalem; e. Masjid Agung Kota di Kelurahan Kampung Dalem; f. Klentheng Tri Dharma di Kelurahan Ringin Anom; g. Komplek Makam Islam Mbah Wasil;

h. Masjid Aulia di Kelurahan Setono Gedong; dan i. Gereja Merah di Keluruahan Mojoroto.

▪ Pengembangan kawasan pariwisata alam yang meliputi : a. Goa Selobele di Kelurahan Gayam;

b. Goa Pudedean di Kelurahan Gayam; c. Sumber Air Ngembah di Kelurahan Gayam; d. Sumber Lo di Kelurahan Sukorame;

e. Gunung Kelotok di Kelurahan Pojok;

f. Pemandian Sumber Bulus di Kelurahan Tosaren; g. Mata Air Cakarsi di Kelurahan Betet; dan h. Sumber Air Jiput di Kelurahan Rejomulyo.

▪ Pengembangan kawasan pariwisata buatanyang meliputi : a. Dermaga Joyoboyo di Kelurahan Mojoroto;

b. Taman Sekartaji di Kelurahan Mojoroto;

c. Taman Alun – Alun di Kelurahan Kampung Dalem; d. Pemandian Pagora dan Tirtoyoso di Kelurahan Banjaran. 6) Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)

Rencana pengembangan kawasan Ruang Terbuka non Hijau (RTnH) tersebar di pusat kegiatan masyarakat di seluruh wilayah Kota Kediri. Luas kawasan ini di Kota Kediri adalah

Gambar

Gambar 2.1 Rencana Struktur Ruang Perkotaan Kediri
Gambar 2.2 Rencana Sistem Kegiatan WP Kediri dan Sekitarnya
Tabel 2.2 Rencana Fungsi Wilayah Berdasarkan RTRW Jawa Timur  Perkotaan/ Wilayah  Rencana Fungsi
Tabel 2.3 Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Timur 2011-2031

Referensi

Dokumen terkait

PKBM merupakan salah satu satuan pendidikan nonformal yang menjadi wadah kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat dengan prinsip penyelenggaraan dari, oleh

Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena

Dalam riwayat lain dengan lafadz yang berbeda.. “Jika binatang itu sebagai barang gadaian, maka debitur dibolehkan menungganginya. Dan begitu juga pada hewan ternak, maka

4). Peningkatan Kapasitas SDM dan Penataan Kelembagaan. Sasaran strategis yang ingin dicapai oleh BPS Provinsi Papua Barat adalah : 1) Tersedianya data dan informasi

post – test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa hasil belajar fisika yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads

Kemampuan menganalisis dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut,

dilakukan pada aktifitas pembelajaran sesuai dengan mesin CNC yang

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan