• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA SECURAI SELATAN KECAMATAN BABALAN KABUPATEN LANGKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA SECURAI SELATAN KECAMATAN BABALAN KABUPATEN LANGKAT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA SECURAI SELATAN KECAMATAN

BABALAN KABUPATEN LANGKAT Rini Susanti

Akademi Kebidanan Langkat Surel : rini2018ab@gmail.com

Abstrac : Hypertension is still a public health problem because it is a disease The Silent Killer (often encountered without symptoms). Hypertension is often referred to as the assassin (the silent killer), because it is a deadly disease, is not accompanied by symptoms first as a memorial for the victims. although it appears, the symptoms are often considered to be the usual distractions, so that victims will realize too late arrival of the disease. The purpose of this study was to determine the factors associated with hypertension in the elderly in the village of South Securai District of Babalan Langkat. Quantitative research using cross sectional design. The population in this study are all good elderly with hypertension or who do not have hypertension, the number of samples in this study as many as 79 people were selected by proportional random sampling by using the formula Slovin.

The results showed that factors associated with hypertension in the elderly is a family history of as many as 43 people (54.4%) with p. Value 0004, the consumption of drugs as many as 49 people (62%) with p. Value 0.005 and cooking oil consumption by 41 people (51.9%) with p. Value 0,003, while factors that are not associated with hypertension in the elderly are the age, sex, excess weight, smoking habits, physical activity, and consumption of coffee. It is hoped that related agencies conduct public education efforts, associated with hypertension risk factors that should be done on an ongoing basis to decrease the incidence of hypertension is a disease that has a high risk of death. The need for health measures for the elderly that is carrying out promotive, preventive, curative and rehabilitative services by local health authorities.

Keywords: Factors Related, Hypertension and Elderly

Abstrak: Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan karena merupakan penyakit The Silent Killer (sering kali dijumpai tanpa gejala).Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. meskipun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia baik yang mengalami hipertensi maupun yang tidak mengalami hipertensi, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 79 orang yang dipilih secara proporsional random sampling dengan menggunakan rumus Slovin. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia adalah riwayat keluarga sebanyak 43 orang ( 54,4%) dengan p. Value 0.004, konsumsi obat sebanyak 49 orang (62%) dengan p. Value 0,005 dan konsumsi minyak jelantah sebanyak 41 orang (51,9%) dengan p. Value 0,003, Sedangkan faktor- faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia adalah usia, jenis kelamin, berat badan berlebih, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan konsumsi kopi.

Diharapkan agar instansi terkait melakukan Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan faktor-faktor risiko hipertensi yang hendaknya dilakukan secara terus-menerus untuk

(2)

menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan salah satu penyakit yang memiliki risiko kematian tinggi. Perlunya upaya kesehatan bagi usia lanjut yakni melaksanakan promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif oleh petugas kesehatan setempat.

Kata Kunci : Faktor- Faktor Yang Berhubungan, Hipertensi dan Lansia PENDAHULUAN

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan karena merupakan penyakit The Silent Killer (sering kali dijumpai

tanpa gejala).

Hipertensiseringkalidisebutsebagaipembu nuhgelap (silent killer), karenatermasukpenyakit yang mematikan, tanpadisertaidengangejalagejalanyalebihd ahulusebagaiperingatanbagikorbannya.K alaupunmuncul,gejalatersebutseringkalidi anggapgangguanbiasa,sehinggakorbanny aterlambatmenyadariakandatangnyapeny akit. Data Riskesdas 2013, Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %). Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat (6) dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi ketiga setelah ISPA dan diare dengan jumlah kasus 9.580 dan data terakhir pada bulan Agustus 2015 diperoleh hasil adanya peningkatan peringkat hipertensi menjadi peringkat ke dua dengan jumlah 6.047 orang.

Menurut hasil penelitian Yulia (7) tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan Hipertensi pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan hipertensi lansia yaitu status obesitas, aktivitas fisik. Secara teori diketahui bahwa faktor penyebab hipertensi di antaranya adalah obesitas dan inaktifitas fisik namun pada survey pendahuluan yang dilakukan diperoleh tidak semua lansia yang mengalami obesitas mengalami hipertensi justru lansia yang memiliki berat badan normal diserta dengan kebiasaannya mengonsumsi obat steroid dengan aktifitas yang cukup padat lebih cenderung mengalami hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, pekerjaan, berat badan berlebih, kebiasaan merokok, konsumsi obat, aktivitas fisik, konsumsi minyak jelantah dan konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat.

KAJIAN TEORITIS

Hipertensi atau penyakit tekanan

darah tinggi adalah suatu gangguan

pada

pembuluh

darah

yang

mengakibatkan suplai oksigen dan

nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai kejaringan tubuh

yang membutuhkannya. Tubuh akan

bereaksi lapar, yang mengakibatkan

jantung harus bekerja lebih keras

untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Bila kondisi tersebut berlangsung

lama dan menetap, timbullah gejala

yang

disebut

sebagai

penyakit

(3)

tekanan darah tinggi. Hipertensi

seringkali disebut sebagai pembunuh

gelap (silent killer), karena termasuk

penyakit yang mematikan, tanpa

disertai dengan gejala- gejalanya

lebih dulu sebagai peringatan bagi

korbannya.(12)

Pengertia Lansia

Lansia merupakan kelompok umur

dimana terjadi penurunan kondisi

fisik/biologis,

kondisi

psikologis,

serta

perubahan

kondisi

sosial.

Menurut UU No.13 Tahun 1998

dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke

atas adalah yang paling layak disebut

usia lanjut. Menurut Smith dan Smith

(1999), menggolongkan usia lanjut

menjadi tiga yaitu:

young old

(65-74

tahun);

middle old

(75-84 tahun) dan

old-old

(lebih dari 85 tahun).3

Sedangkan menurut

WHO, lansia

dapat diklasifikasikan menjadi usia

pertengahan (middle age) 45-59

tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun,

lansia tua (old) 75-90 tahun, lansia

sangat tua (very old) diatas 90

tahun.(15)

Fatofisiologi Hipertensi pada lansia

Mekanisme yang

mengontrol

konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat

vasomotor,

pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia

simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan

pusat

vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui

system saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin,

yang akan merangsang serabut saraf

pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana

dengan

dilepaskannya

noreepineprin

mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai

faktor

seperti

kecemasan

dan

ketakutan

dapat

mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap

rangsang

vasokonstriksi.

Individu

dengan hipertensi sangat sensitiv

terhadap norepinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional, yaitu mempelajari hubungan antara variabel dependen (hipertensi) dan variabel independen (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, pekerjaan, berat badan berlebih, kebiasaan merokok, konsumsi obat, aktivitas fisik, konsumsi minyak jelantah dan konsumsi kopi melalui pengukuran sesaat atau hanya satu kali saja serta dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Desain cross sectional digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Februari di wilayah Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia elderly mulai dari usia 60- 74 tahun baik yang mengalami hipertensi dengan tekanan darah sistole >140 mmhg dan tekanan darah diastole >90 maupun lansia yang tidak menderita hipertensi dengan jumlah total lansia sebanyak 371 orang. Sampel dalam penelitian dipilih secara proporsional dan ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin sebanyak 79 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik proporsional random sampling

Metode pengumpulan data menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan observasi oleh peneliti secara langsung kepada responden. Analisis bivariat dilakaukan menggunakan uji chi

(4)

square pada tingkat kepercayaan 95% dan multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1.Distribusi Frekuensi

Karakteristik Lansia Di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Karakteristik Juml ah (%) Umur a. 60-64 tahun 42 53.2 b. 65-69 tahun 28 35.4 c. ≥70 tahun 9 11.4 Total 79 100. 0 Jenis Kelamin a. Laki- Laki 35 44.3 b. Perempuan 44 55.7 Total 79 100. 0 Suku a. Jawa 51 64.6 b. Banjar 28 35.4 Total 79 100. 0 Agama a. Islam 79 100 Pekerjaan a. Pedagang 4 5.1 b. Wiraswasta 7 8.9 c. Petani 60 75.9 d. IRT 8 10.1 Pendidikan a. SD 31 39.2 b. SMP 41 51.9 c. SMA 7 8.9 Total 79 100 % Berdasarkan tabel 1. Menunjukkan bahwa responden yang berumur 60-64 tahun sebanyak 42 orang (53,2%), responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang (55,7%), responden dengan suku jawa sebanyak 51

orang (64,6%), responden semuanya beragama Islam, responden yang bekerja sebagai petani sebanyak 60 orang (75,9%), dan responden dengan pendidikan terakhir SMP sebanyak 41 orang (51,9%).

Riwayat Keluarga

Berdasarkan tabel 2. Menunjukkan bahwa responden yang yang mempunyai riwayat/genetik penyakit hipertensi sebanyak 43 orang (54,4%), dan responden yang tidak mempunyai riwayat/genetik penyakit hipertensi sebanyak 36 orang (45,6%).

Riwayat keluarga/genetik penyakit hipertensi dapat dilihat pada tabel 2. sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga Lansia Di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan

Variabel Jumlah (%) Riwayat

Keluarga/genetik

Ada riwayat 43 54.4

tidak ada riwayat 36 45.6

Total 79 100.0

Indeks Masa Tubuh

Tabel 3. Distribusi Berat Badan Lansia Di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Variabel Jumlah (%) IMT

TidakObesitas 46 58.2

Obesitas 33 41.8

Total 79 100.0

Berdasarkan tabel 3. didapatkan bahwa responden yang tidak mengalami obesitas berdasarkan IMT sebanyak 46 orang (58,2%) dan responden yang mengalami obesitas berdasarkan IMT sebanyak 33 orang (41,8%).

(5)

Tabel 4. Distribusi Kebiasaan Lansia Di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Variabel Jumlah (%) Kebiasaan merokok Perokok 44 55.7 bukan perokok 35 44.3 Total 79 100.0 Riwayat merokok 1. Sudah berapa lama anda merokok a. 1-10 tahun 44 100 b. >10 tahun - - 2. Berapa batang anda merokok sehari a. <10 batang/hari 25 56,8 b. > 10 batang 19 43,2 Total 44 100

Berdasarkan tabel 4. didapatkan bahwa responden yang merokok sebanyak 44 orang (55,7%) dan responden yang tidak merokok sebanyak 35 orang (44,3%). Responden seluruhnya merokok selama 1-10 tahun, dan responden yang merokok <10 batang sehari sebanyak 25 orang (56,8%) dan responden yang merokok >10 batang sehari sebanyak 19 orang (43,2).

Kebiasaan Konsumsi Obat Luar Tabel 5. Distribusi Frekuensi

Konsumsi Obat Lansia Di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Variabel Jumlah (%) Konsumsi obat Ya 49 62.0 Tidak 30 38.0 Total 79 100.0 Konsumsi obat 1. Sudah berapa lama anda mengonsu msi obat a. ≤ 1 tahun b. ≥ 2 tahun 49 100 2. Berapa banyak obat yang anda konsumsi dalam 1 hari a. ≤ 2 butir/hari 49 100 b. ≥ 2 butir/hari - - Total 55 100

Berdasarkan tabel 5. menunjukkan bahwa responden yang mengonsumsi obat sebanyak 49 orang (62%) dan responden yang tidak mengonsumsi obat sebanyak 30 orang (38%). Responden seluruhnya mengonsumsi obat >2 tahun dan mengonsumsi obat <2butir perhari. Aktifitas Fisik

Tabel.6 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Lansia Di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Variabel Jumlah (%) Aktifitas fisik Ya 75 94.9 Tidak 4 5.1 Total 79 100.0 Aktifitas fisik 1. Berapa menit tiap kali anda melakukan olah raga? a. < 30 menit/hari 4 5 b. > 30 menit 75 95 Total 79 100

Berdasarkan tabel 6. Didapatkan bahwa responden yang melakukan aktifitas fisik sebanyak 75 orang (94,4%) dan responden yang tidak melakukan aktifitas fisik sebanyak 4 orang (5,1%). Responden yang melakukan aktifitas

(6)

fisik >30 menit perhari sebanyak 75 orang (95%) dan responden yang melakukan aktifitas fisik <30 menit perhari sebanyak 4 orang (5%).

Konsumsi Minyak Jelantah Tabel 7.Distribusi Frekuensi

Kebiasaan Konsumsi Minyak Jelantah Di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Variabel Jumlah (%) Konsumsi Minyak jelantah Ya 41 51.9 Tidak 38 48.1 Total 79 100.0 Konsumsi minyak jelantah Variabel Jumlah (%) 1. Berapa lama sudah mengonsumsi minyak jelantah a. ≤ 1 tahun b. ≥ 2 tahun 41 100

2. Berapa kali anda mengonsumsi minyak jelantah dalam 1 hari a. ≤ 1 kali b. ≥ 2 kali 41 100 Total 41 100

Berdasarkan tabel 7. didapatkan bahwa responden yang mengonsumsi minyak jelantah sebanyak 41 orang (51,9%) dan responden yang tidak mengonsumsi minyak jelantah sebanyak 38 orang (48,1%). Responden seluruhnya mengonsumsi minyak jelantah selama >2 tahun dan mengonsumsi >2 kali perhari. Kebiasaan Mengonsumsi Kopi

Tabel 8. Distribusi Frekuensi

Kebiasaan Konsumsi Kopi Di Desa Securai Selatan

Kecamatan Babalan Variabel Jumlah (%) Konsumsi Kopi Ya 54 68.4 Tidak 25 31.6 Total 79 100.0 Konsumsi kopi 1. Berapa gelas/ cangkir mampu anda habiskan dalam 1 hari a. ≤ 2 gelas/ cangkir/ hari 13 24 b. ≥ 3 gelas/ cangkir/ hari 41 76 Total 54 100

Berdasarkan tabel 8 didapatkan bahwa responden yang mengonsumsi kopi sebanyak 54 orang (68,4) dan responden yang tidak mengonsumsi kopi sebanyak 25 orang (31,6%). Responden yang mengonsumsi kopi >3 gelas sehari sebanyak 41 orang (76%) dan respoden yang mengonsumsi kopi <3 gelas sebanyak 13 orang (24%).

Responden Penderita Hipertensi Tabel 9. Distribusi Penderita

Hipertensi Pada Lansia Di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Variabel Jumlah (%) Hipertensi Ya > 140/90 55 69.6 Tidak <140/90 24 30.4 Total 79 100.0

Berdasarkan tabel 9 didapatkan bahwa responden yang menderita hipertensi sebanyak 55 orang (69,6%) dan responden yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 24 orang (30,4%). Analisis Bivariat

Tabel 10. Tabulasi Silang Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia

(7)

Variabel hipertensi Total Df p. Value ya Tida k Umur 60-64 thn 31 11 42 12 ,371 65-69 thn 18 10 28 > 70 thn 6 3 9 Total 55 24 79

Berdasarkan tabel 10 hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,371.

Tabel 11. Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian hipertensi pada lansia di desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Variabel hipertensi Total df p. Value ya Tidak jenis kelamin Lk 22 13 35 .1 ,326 Pr 33 11 44 Total 55 24 79

Berdasarkan tabel 11. hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,326

Tabel 12 Tabulasi Silang Hubungan Riwayat keluarga dengan Kejadian hipertensi pada lansia di desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Variabel hipertensi Total df p. Value ya Tida k riwayat keluarga Ada 36 7 43 1 0,004 tidak ada 19 17 36 Variabel hipertensi Total df p. Value ya Tida k riwayat keluarga Ada 36 7 43 1 0,004 tidak ada 19 17 36 Total 55 24 79

Berdasarkan tabel 12. hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,004.

Tabel 13. Tabulasi Silang Hubungan IMT dengan Kejadian hipertensi pada lansia di desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Variabel hipertensi Total df p. Value ya Tida k IMT tidak obesita s 31 15 46 1 ,804 obesita s 24 9 33 Total 55 24 79

Berdasarkan tabel 13. hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara IMT dengan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,804.

Tabel 14 Tabulasi Silang Hubungan kebiasaan merokok dengan Kejadian hipertensi pada lansia di desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Variabel hipertensi Total df p. Value ya Tida k kebiasaan merokok ya 29 15 44 1 ,468 tidak 26 9 35 Total 55 24 79

(8)

Berdasarkan tabel 14 hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,468.

Tabel 15 Tabulasi Silang Hubungan kebiasaan konsumsi obat dengan Kejadian hipertensi pada lansia di desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Variabel hipertensi Total df p. Value ya Tida k konsumsi obat Ya 40 9 49 1 ‘005 Tida k 15 15 30 Total 55 24 79

Berdasarkan tabel 15 hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi obat dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai p=0,005.

Tabel 16 Tabulasi Silang Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian hipertensi pada lansia di desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Variabel hipertensi Total df p. Valu e ya Tida k aktifitas fisik >30 menit 52 23 75 1 1,000 <30 menit 3 1 4 Total 55 24 79

Berdasarkan tabel 15 hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai p=1,000.

Tabel 17 Tabulasi Silang Hubungan konsumsi minyak jelantah dengan Kejadian hipertensi pada lansia di desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Variabel hipertensi Total df p. Value ya Tida k konsums i jelantah Ya 35 6 41 1 ,003 Tida k 20 18 38 Total 55 24 79

Berdasarkan tabel 17. hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi jelantah dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai p=0,003.

Tabel 18 Tabulasi Silang Hubungan konsumsi kopi dengan Kejadian hipertensi pada lansia di desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Variabel hipertensi Total df p. Value ya Tida k konsumsi kopi Ya 38 16 54 1 1,000 Tida k 17 8 25 Total 55 24 79

Berdasarkan tabel 18. hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai p=1,000.

Analisis Multivariat

Tabel 19Faktor- Faktor Yang BerhubunganDenganHipert ensiPadaLansia Di DesaSecurai Selatan

(9)

KecamatanBabalanKabupat enLangkat Bivariat p. value RO Probabilita s RO Umur* kejadianhipertensi 0,76 2 - p=RO/(1+ RO)x 100% 76,2 % Jeniskelamin* kejadianhipertensi 0,32 6 0,564 36,06 % Riwayatkeluarga* kejadianhipertensi 0,00 4 4,602 82,14 % IMT* kejadianhipertensi 0,80 4 0,775 43,6 % Kebiasaanmeroko k* kejadianhipertensi 0,46 8 0,669 40 % Konsumsiobat* kejadianhipertensi 0,00 5 4,444 81,6 % Aktifitasfisik* kejadianhipertensi 1,00 0 0,754 42,9 % Konsumsijelantah * kejadianhipertensi 0.00 3 5,250 84 % Konsumsi kopi* kejadianhipertensi 1,00 0 1,118 52,7 %

Variable yang dimasukkandalamanalisis multivariate denganujiregresi logistic adalah variable yang mempunyainilaip. value < 0,25. Variable tersebutadalah: riwayatkeluarga,

konsumsiobatdankonsumsijelantah. Untukmelihat variable apasaja yang

mempengaruhikejadianhipertensipadalan siadapatdilihatdarivariable in equation di bawahini:

Tabel 20 Faktor- Faktor Yang BerpengaruhTerhadapKeja dianHipertensiPadaLansia Di DesaSecurai Selatan KecamatanBabalanKabupat enLangkat

Variable in the equation

B S.E. Wal d df Sig. Exp (B) 95.0% C.I.for EXP(B) Low Up Lo U Lo Up Lo Up w p w w RIW KEL -1.231 .57 9 4.5 19 1 .03 4 .29 2 .09 4 .90 9 OBT -1.279 .56 9 5.0 48 1 .02 5 .27 8 .09 1 .84 9 JLTH -1.369 .59 1 5.3 71 1 .02 0 .25 4 .08 0 .81 0 Cons tant 1.058 .51 5 4.2 21 1 .04 0 2.8 82 Persamaan regresi yang terbentuk menyatakan bahwa semakin besar pengaruh variabel dalam penelitian ini yaitu riwayatkeluarga, kebiasaan konsumsiobat,

kebiasaankonsumsijelantah, maka akan menyebabkan risiko terjadinya hipertensi lansia di DesaSecurai Selatan KecamatanBabalanKabupatenLangkatTa hun 2016, semakin besar. Secara keseluruhan persamaan regresi yang terbentuk dapat memprediksi tinggi atau rendahnya pengaruh faktor yang hubungannya dengan kejadian hipertensi Variabel dominan yang berhubungan dengan hipertensi lansia adalah konsumsiminyakjelantah.

Pembahasan

Berdasarkan hasil chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan umur dengan kejadian hipertensi pada lansia

dengan nilai p=0,371.

Hasilpenelitianinisejalandenganpenelitian margareth8Hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,605 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok umur ≥60 tahun dan <60 tahun adalah 1,215 (95% CI=0,570-2,593). Oleh karena terdapat nilai 1 maka umur bukan sebagai faktor risiko untuk kejadian hipertensi.

Kemungkinan alasan umur tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia adalah lansia yang ada di desa securai selatan masih produktif, masih sangat aktif dan masih sangat kuat

(10)

dalam melakukan aktifitasnya terutama di lahan pertanian.

Berdasarkan hasil chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai p=0,326. Hal ini sesuai dengan penelitian Hasurungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi (p=0,405). Odds Ratio (OR) hipertensi pada kelompok laki-laki dan perempuan. Padadasarnyaprevalensiterjadinyahiperte nsipadapriasamadenganwanita.

Namunsebelummengalami menopause, wanitaterlindungidaripenyakitkardiovask ularkarenaaktivitashormon estrogen yang berperandalammeningkatkankadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar

kolesterol HDL yang

tinggimerupakanfaktorpelindungdalamm encegahterjadinya proses aterosklerosis. Berdasarkan hasil chi square didapatkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai p=0,004.

Penelitianinisejalandenganpenelitian margareth8 Hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,000 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok ada riwayat keluarga dan tidak ada riwayat keluarga adalah 3,106 (95% CI=1,898-5,083) artinya adanya riwayat keluarga merupakan faktor risiko untuk kejadian hipertensi.

Seseorang yang anggota keluarganya memiliki riwayat penyakit tertentu lebih beresiko untuk mengidap penyakit tertentu jika dibandingkan dengan individu lain yang keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang

diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status sosial), berperan besar dalam menentukan tekanan darah

Berdasarkan hasil chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan IMT dengan kejadian hipertensi pada lansia

dengan nilai p=0,804.

Penelitianinisejalandenganpenelitian margareth8Hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,301 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang obesitas dan tidak obesitas adalah 1,377 (95% CI =0,742-2,555). Oleh karena terdapat nilai 1 maka status gizi bukan sebagai faktor risiko untuk kejadian hipertensi.

Berdasarkan hasil chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yulia(7) di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering (2011) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok 70,97% dan pada yang tidak memiliki kebiasaan merokok 20,55%.

Kemungkinan alasan tidak

berhubungannya kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi lansia adalah tidak ditelitinya berapa jumlah rokok yang diisap perhari. Selain dari lamanya kebiasaan merokok, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang diisap perharia serta aktifitas para lansia yang cukup berat sebagai petani dapat membantu peningkatan kerja jantung, Orang-orang yang aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.

Berdasarkan hasil chi square didapatkan bahwa tidak terdapat

(11)

hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai p=0,058.

Penelitianinisejalandengandenganpeneliti anpuspita sari(39)proporsi pre hipertensi tertinggi pada responden dengan aktivitas fisik tidak cukup 55,6% dan terendah pada yang aktivitas fisik cukup yaitu 43,8%. Berdasarkan hasil analisisstatistik dengan uji chi-square, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian pre hipertensi (p>0,05). Ratio prevalence pre hipertensi pada penduduk dengan aktivitas fisik cukup dan tidak cukup adalah 0,788 (95% CI=0,440-1,411).

Kemungkinan alasan mengapa aktifitas fisik bukan merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi dikarenakan meskipun para lansia yang ada di Desa Securai Selatan Kecamatan Babalan sudah menginjak usia senja namun semangat para lansia untuk bekerja sangat besar, mayoritas lansia bekerja sebagai petani yang selalu menghabiskan waktunya di lahan pertaniannya akibatnya mereka selalu melakukan aktifitas kerja yang cukup berat. Orang-orang yang aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.

Berdasarkan hasil chi square didapatkan bahwa terdapat hubungan konsumsi minyak jelantah dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai p=0,003. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nawal Laeli (41) menunjukkan bahwa paling banyak responden menggunakan minyak jelantah dengan kategori sering yaitu 42,2%, kategori selalu yaitu 39,8%, sedangkan kategori jarang yaitu 18,1%. Sebanyak 83,1% responden mengalami hipertensi dan 16,9% tidak hipertensi. Minyak jelantah adalah minyak goreng bekas pakai. Minyak goreng yang selama proses penggorengannya, selanjutnya menjadi minyak jelantah dan banyak

membentuk senyawa- senyawa yang bersifat karsinogenik biasanya juga banyak mengandung zat- zat pengotor yaitu sisa sisa hasil gorengan, kadar air serta asam lemak bebas yang tinggi sehungga berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi karena dapat menimbulkan banyak penyakit seperti kanker dan penyempitan pembuluh darah.(34) tingginya penggunaan minyak jelantah membuat pergeseran pola penyakit di masyarakat yang semula di dominasi penyakit menular dan infeksi, saat ini telah beralih ke penyakit degeneratif antara lain: PJK, Hipertensi dan kanker. Kandungan asam lemak minyak jelantah meningkatkan kadar LDL yang menyebabkan penumpukan lapisan lemak dalam pembuluh darah yang mengakibatkan tersumbatnya pembuluh darah. dengan demikian akan menyebabkan hipertensi.(42

Berdasarkan hasil chi square didapatkan bahwa terdapat hubungan konsumsi obat dengan kejadian hipertensi pada lansia

dengan nilai p=0,005.

Berbandingterbalikdenganpenelitian yang dilakukanolehartiyaningrum(40)bahwater dapathubunganantarakonsumsiobatantihi pertensidengankejadianhipertensidengan p value=0,010;OR=3,095). Konsumsi Obat anti inflamasi nonsteroid juga merupakan salah satu penyebab peningkatan tekanan darah pada lansia seperti prednisone, deksametasone, vitamin, dan ibu propen.

Kemungkinan alasan kebiasaan konsumsi obat tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia adalah tidak ditelitinya jenis obat yang dikonsumsi lansia sebelumnya bahkan pada saat penelitian berlangsung apakah lansia sedang mengonsumsi obat antihipertensi atau tidak.

Berdasarkan hasil chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi dengan

nilai p=1,000.

Berbandingterbalikdenganpenelitian yang dilakukanolehartiyaningrum(40)

bahwaterdapathubunganantarakonsumsi kopi dengankejadianhipertensidengan (p

(12)

value=0,033; OR=2,528). Alasan kebiasaan minum kopi bukan merupakan faktor penyebab terjadinya hipertensi pada lansia adalah aktifitas para lansia yang termasuk dalam kategori berat (Berjalan mendaki dan menggali tanah) sebagai petani dapat membantu peningkatan kerja jantung, Orang-orang yang aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah faktor riwayat penyakit keluarga/genetik, kebiasaan mengonsumsi obat, dan konsumsi minyak jelantah sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah faktor umur, jenis kelamin, IMT, kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan konsumsi kopi.

Faktor yang paling domninan berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah faktor konsumsi minyak jelantah. Saran

Kepada masyarakat khususnya lansia agar dapat mengurangi kebiasaan yang tidak baik seperti mengurangi asupan garam, makanan berlemak, jeroan, makanan yang diawetkan, minuman beralkohol dan berkafein, konsumsi rokok, mengurangi konsumsi minyak jelantah dan mengurangi kebiasaan mengonsumsi obat yang tidak perlu dan sebaiknya meningkatkan aktifitas olahraga, konsumsi sayur dan buah, serta membiasakan pola hidup sehat .

Kepada Instansi pelayanan Kesehatan Setempat untuk dapat melakukan UpayaKesehatanbagiLanjutUsiayaknimel aksanakanupayaPromotif, PerilakuHidupSehat, GiziuntukLanjutUsia, UpayaPreventif, UpayaKuratif, danUpayaRehabilitatifserta mengaktifkan kembali posyandu lansia serta pokja bina lansia untuk memantau pencegahan,

pengobatan dan perbaikan status kesehatan terhadap lansia khususnya penderita hipertensi.

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneruskan penelitian ini dan menambahkan variabel yang berkaitan dengan faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi yang tidak dibahas dalam penelitian ini seperti stress serta kebiasaan konsumsi garam pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Sustrani, Lanny, Syamsir Alam, Iwan hadibroto. Stroke. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2003

Gunawan, lany. Hipertensi tekanan darah tinggi. Yogyakarta : Kanisius;2005 Kompas.com , Health, Penderita Hipertensi Terus Meningkat [Jum`at 5

April 2013].

Diunduh [26 Septemberr 2016]. Diakses dari http://health.kompas.com/read/2013/ 04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.Ter us.Meningkat

Kuswardhani, Tuty. (2006). Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut. Diunduh pada tanggal 24 Juli

2016 dari http://www.google.co.id/#hl=id&biw=13 66&bih=568&q=perkembangan +tekanan+darah+usia+25- 60+tahun&aq=f&aqi=&aql=&oq=&fp=1 d5091427d9c3ba

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013: Departemen Kesehatan RI;2013.

Profil dinas kesehatan kabupaten langkat 2014. Stabat. Dinas kesehatan Kab. Langkat. 2015

Yulia, faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010[Skripsi] diunduh 21 Juni 2016

(13)

diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456 789/31642

Margaret Elisabeth Manik, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Pematangsiantar Tahun 2011 [Skripsi] diunduh 21 Juni 2016 diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234 56789/31642/8/Cover.pdf

Vitahealth. Hipertensi, Pt Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006

Pudiastuti, ratna dewi. Penyakit pemicu stroke (dilengkapi posyandu lansia dan posbindu PTM). Nuha Medika: yogyakarta;2011

Hipertensi , manajemen komprehensif/ tim editor, budi s. Pikir[et.al.] surabaya: Airlangga university press (AUP), 2015 Candra Widyanto, Faisalado Dan Triwibowo, Cecep, Trend Disease “ Trend Penyakit Saat Ini” Trans Info Media, Jakarta, 2013

Nugroho, Wahjudi, B.Sc.,SKM. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta;2006

Rohaendi. (2008). Hipertensi. [artikel kesehatan]diunduh tanggal 16 Juni 2016

diakses dari

http://dimasmis.blogspot.com/html. Jan, dr Tambayong. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC;2000. Pudiastuti, ratna Dewi. Penyakit pemicu stroke. Surakarta: nudmed;2011

Ruhyanudin, F. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Cetakan 2. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang;2007

Khoiri, A. 2008. Pengembangan Sistem Informasi Posyandu. Diunduh 16 Juni

2016 diakses dari

http://eprints.undip.ac.id/16093/1/Abu_K hoiri.pdf

Aspiani, ns. Reny Yuli. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta:EGC;2014

Sunanto, Hardi. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas. PT Elex Media Komputindo. Jakarta;2009 Tierney, Lawrence M., dkk. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam). Salemba Medika. Jakarta;2002 Yuli aspiani, s.kep. buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskuler, jakarta, EGC;2014. Roslina. 2008. Analisa Determinan Hipertensi Esensial di Wilayah Kerja Tiga Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun

2007.http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/6783/1/09E01491.pdf Budiarto, dr Eko, Pengantar Epidemiologi Penyakit Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC: Jakarta;2006. Kusugiharjo, W. 2003. Studi Prevalensi dan Karakteristik Demografi Serta Faktor Risiko Hipertensi Pada Usia Lanjut di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman

Propinsi DIY.

http://eprints.undip.ac.id/4009/1/1681.pdf )

Syamsuni, H.A. Ilmu Resep.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2006. Sevilla, Consuelo G. Et. Al (2007). Research Methods. Rex Printing Company. Quezon City

Budiarto, E.Metodologi Penelitian kedokteran. Jakarta: EGC;2004.

(14)

Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta;2010.

Takasihaeng, J. 2002. HidupSehat di UsiaLanjut. CetakanKetiga. BukuKompas. Jakarta.

Hasurungan, J. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Lansia di Kota Depok Tahun 2002. http://eprints.lib.ui.ac.id/11652/1/80188-T13778-Polakebiasaan-TOC.pdf

Rachman, Fauzia, BerbagaiFaktor Yang BerhubunganDenganKejadianHipertensi PadaLansia (StudiKasus Di RumahSakitDr.Kariadi Semarang) [KaryaTulisIlmiah Strata I Kedokteran]. Semarang: 2011.

Kartika, Agnesia Nuarima,. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul Kabupaten Rembang. FK UNDIP, Semarang.

Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatera Barat. http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234 56789/14464/1/09E02696.pdf.

Laporan Komisi Pakar WHO, 2001. Pengendalian Hipertensi. ITB. Bandung. Sugiharto, Aris, 2007. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat. Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana UNDIP. Semarang.

Sianturi, E. 2004. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan Faktor Risiko di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan. Program Magister Epidemiologi Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana USU. Medan

Gambar

Tabel 3.    Distribusi Berat Badan  Lansia Di Desa Securai  Selatan Kecamatan Babalan   Variabel  Jumlah   (%)  IMT
Tabel 4.   Distribusi Kebiasaan Lansia  Di Desa Securai Selatan  Kecamatan Babalan  Variabel   Jumlah  (%)  Kebiasaan  merokok   Perokok  44  55.7  bukan perokok  35  44.3  Total  79  100.0  Riwayat merokok   1
Tabel 10. Tabulasi Silang Hubungan  Umur dengan Kejadian  Hipertensi pada Lansia
Tabel 12  Tabulasi Silang Hubungan  Riwayat keluarga  dengan  Kejadian hipertensi pada  lansia di desa Securai Selatan  Kecamatan Babalan  Kabupaten Langkat   Variabel    hipertensi   Total  df  p
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tuas penghubung (gambar 3.11.) sebagaimana digunakan untuk menghubungkan roda gigi yang terdapat pada eretan dengan poros pembawa sehingga eretan akan dapat

Kadar Timbal Dalam Darah Poisi Lalu Lintas Dan Hubungannya Dengan Kadar Hemoglobin, Studi Pada Polisi Lalu Lintas Yang Bertugas di Jalan Raya Kota Semarang.. Semarang: Universitas

MERUJUK Pernyataan Kehendak antara Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, Republik Indonesia dan Pemerintah Rakyat Kota Jinan, Provinsi Shandong,

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatakan motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa kelas VII

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis variabel yang diteliti tentang kejadian diare terhadap tindakan ibu pada balita di Desa Duampanua Kecamatan Anreapi Kabupaten

Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,

tentang musik gereja jemaat dapat bernyanyi dengan tempo dan not yang benar. Pemusik juga harus memperhatikan lagu dan dapat diaransement dengan baik,.. sehingga