• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RPJMN DAN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RPJMN DAN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 1

PEDOMAN INDIKATOR

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

DALAM RPJMN DAN RENSTRA

KEMENTERIAN KESEHATAN

TAHUN 2020-2024

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2020

351.077

Ind

p

(3)

PEDOMAN INDIKATOR

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

DALAM RPJMN DAN RENSTRA

KEMENTERIAN KESEHATAN

TAHUN 2020-2024

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2020

351.077

Ind

p

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 351.077

Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal p Kesehatan Masyarakat

Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat Dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2020

ISBN 978-623=301-002-3

1. Judul I. MINISTRY OF HEALTH PLANNING II. HEALTH POLICY

(4)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 3

KATA SAMBUTAN

Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020-2024 telah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dimana Target-target dari 17 SDGs beserta indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda pembangunan Indonesia ke depan.

Pada agenda ke 3 Pembangunan Nasional; meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing; sektor kesehatan harus fokus untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health

Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung

oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Strategi yang digunakan untuk mencapai hal tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian penyakit, pembudayaan perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.

Kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti dengan indikator-indikator pendukung. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang tengah disusun juga memuat indikator yang selaras dan mendukung indikator RPJMN 2020-2024.

Indikator merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukan atau mengindikasikan keberhasilan suatu program dan datanya didapatkan melalui pencatatan dan pelaporan. Setiap indikator yang dilaporkan kepada pusat perlu dimonitor capaiannnya.

Saya harap dengan adanya pedoman indikator RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 ini, pelaksanaan pencatatan dan pelaporan program kesehatan masyarakat dapat berjalan lancar, sesuai dengan definisi operasional dan formula yang telah ditetapkan serta datanya dilaporkan secara rutin sesuai ketentuan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah menyusun buku pedoman ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh pemegang program kesehatan masyarakat di Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya.

Jakarta, 14 September 2020

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Ttd

(5)

KATA SAMBUTAN

Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020-2024 telah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dimana Target-target dari 17 SDGs beserta indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda pembangunan Indonesia ke depan.

Pada agenda ke 3 Pembangunan Nasional; meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing; sektor kesehatan harus fokus untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health

Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung

oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Strategi yang digunakan untuk mencapai hal tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian penyakit, pembudayaan perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.

Kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti dengan indikator-indikator pendukung. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang tengah disusun juga memuat indikator yang selaras dan mendukung indikator RPJMN 2020-2024.

Indikator merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukan atau mengindikasikan keberhasilan suatu program dan datanya didapatkan melalui pencatatan dan pelaporan. Setiap indikator yang dilaporkan kepada pusat perlu dimonitor capaiannnya.

Saya harap dengan adanya pedoman indikator RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 ini, pelaksanaan pencatatan dan pelaporan program kesehatan masyarakat dapat berjalan lancar, sesuai dengan definisi operasional dan formula yang telah ditetapkan serta datanya dilaporkan secara rutin sesuai ketentuan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah menyusun buku pedoman ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh pemegang program kesehatan masyarakat di Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya.

Jakarta, 14 September 2020

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Ttd

dr. Kirana Pritasari, MQIH

KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasioal Tahun 2020-2024 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, maka Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020-2024.

Pedoman ini memberikan informasi secara detail tentang indikator dan target yang seharusnya dicapai dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 sehingga mudah dipahami oleh daerah dan mengurangi kesalahan pencatatan pelaporan program kesehatan masyarakat. Pedoman ini memuat informasi tentang indikator, cara perhitungan, definisi operasional, pelaksana kegiatan, tempat pelaksaaan, waktu pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan, serta waktu pelaporan.

Peningkatan kualitas pedoman indikator ini menjadi perhatian kami, masukan dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pedoman di tahun yang akan datang. Semoga pedoman ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program di masa mendatang.

Jakarta, 14 September 2020

Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat, Ttd

drg. Kartini Rustandi, M. Kes

(6)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 5

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ... 3 KATA PENGANTAR ... 4 DAFTAR ISI ... 5 DAFTAR TABEL ... 9

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ... 10

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ... 13

BAB 1 PENDAHULUAN ... 13

1.1. Latar Belakang ... 13

1.2. Tujuan ... 14

1.3. Sasaran ... 14

1.4. Dasar Hukum ... 14

BAB 2 INDIKATOR DAN TARGET PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RPJMN DAN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ... 15

2.1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada RPJMN Tahun 2020-2024 ... 15

2.2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Renstra Tahun 2020-2024 ... 19

2.2.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat ... 19

2.2.2. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga ... 19

2.2.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat ... 20

2.2.4. Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga ... 20

2.2.5. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan ... 20

2.2.6. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ... 21

2.2.7. Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat ... 21

BAB 3 INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT PADA RPJMN TAHUN 2020-2024 ... 22

3.1. Angka Kematian Ibu (AKI) ... 22

(7)

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ... 3

KATA PENGANTAR ... 4

DAFTAR ISI ... 5

DAFTAR TABEL ... 9

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ... 10

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ... 13

BAB 1 PENDAHULUAN ... 13

1.1. Latar Belakang ... 13

1.2. Tujuan ... 14

1.3. Sasaran ... 14

1.4. Dasar Hukum ... 14

BAB 2 INDIKATOR DAN TARGET PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RPJMN DAN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ... 15

2.1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada RPJMN Tahun 2020-2024 ... 15

2.2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Renstra Tahun 2020-2024 ... 19

2.2.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat ... 19

2.2.2. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga ... 19

2.2.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat ... 20

2.2.4. Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga ... 20

2.2.5. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan ... 20

2.2.6. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ... 21

2.2.7. Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat ... 21

BAB 3 INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT PADA RPJMN TAHUN 2020-2024 ... 22

3.1. Angka Kematian Ibu (AKI) ... 22

3.2. Angka Kematian Bayi (AKB) ... 22

3.3. Angka Kematian Neonatal (AKN) ... 23

3.4. Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada Balita ... 23

3.5. Prevalensi Wasting (Kurus dan Sangat Kurus) pada Balita ... 24

3.6. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ... 25

3.7. Cakupan Kunjungan Antenatal ... 27

3.8. Cakupan Kunjungan Neonatal ... 28

3.9. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan 3.10. Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi ... 29

3.11. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif ... 32

3.12. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) ... 33

3.13. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi ... 34

3.14. Persentase Balita yang Dipantau Pertumbuhan dan Perkembangannya ... 36

3.15. Jumlah Balita yang Mendapatkan Suplementasi Gizi Mikro ... 37

3.16. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) ... 38

3.17. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) ... 39

3.18. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air Minumnya sesuai Standar ... 41

3.19. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ... 42

3.20. Jumlah Pedoman/Regulasi/Rekomendasi Kebijakan Penerapan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ... 44

3.21. Persentase Kabupaten/Kota dengan Minimal 80% Posyandu Aktif ... 45

3.22. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif ... 47

3.23. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja ... 48

3.24. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia ... 50

3.25. Jumlah Fasyankes yang Memiliki Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar ... 51

3.26. Jumlah Tenaga Kesehatan yang Dilatih Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ... 53

BAB 4 INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT PADA RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 ... 55

4.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat ... 55

4.1.1. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) ... 55

4.1.2. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ... 56

4.1.3. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ... 57

(8)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 7

4.1.4. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan

(SBS) ... 59

4.2. Indikator Kinerja Kegiatan Gizi Masyarakat ... 61

4.2.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi ... 61

4.2.2. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita ... 63

4.2.3. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif ... 64

4.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga ... 65

4.3.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir ... 65

4.3.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Balita ... 68

4.3.3. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Usia Anak Usia Sekolah dan Remaja ... 69

4.3.4. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi ... 72

4.3.5. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia ... 75

4.4. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan ... 77

4.4.1. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) ... 77

4.4.2. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) ... 78

4.4.3. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air Minumnya sesuai Standar ... 80

4.4.4. Jumlah Fasyankes yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar ... 81

4.4.5. Persentase Tempat dan Fasilitas umum (TFU) yang Dilakukan Pengawasan sesuai Standar ... 83

4.4.6. Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang Memenuhi Syarat sesuai Standar ... 85

4.5. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ... 86

4.5.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ... 86

4.5.2. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif ... 88

4.6. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olahraga ... 90

4.6.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja ... 90

4.6.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga ... 91

4.7. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat ... 92

(9)

4.1.4. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan

(SBS) ... 59

4.2. Indikator Kinerja Kegiatan Gizi Masyarakat ... 61

4.2.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi ... 61

4.2.2. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita ... 63

4.2.3. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif ... 64

4.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga ... 65

4.3.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir ... 65

4.3.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Balita ... 68

4.3.3. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Usia Anak Usia Sekolah dan Remaja ... 69

4.3.4. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi ... 72

4.3.5. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia ... 75

4.4. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan ... 77

4.4.1. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS) ... 77

4.4.2. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) ... 78

4.4.3. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air Minumnya sesuai Standar ... 80

4.4.4. Jumlah Fasyankes yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar ... 81

4.4.5. Persentase Tempat dan Fasilitas umum (TFU) yang Dilakukan Pengawasan sesuai Standar ... 83

4.4.6. Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang Memenuhi Syarat sesuai Standar ... 85

4.5. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ... 86

4.5.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ... 86

4.5.2. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif ... 88

4.6. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olahraga ... 90

4.6.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja ... 90

4.6.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga ... 91

4.7. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat ... 92

4.7.1. Nilai Reformasi Birokrasi pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat ... 92

4.7.2. Persentase Kinerja RKA-K/L pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat ... 93

BAB 5 PENCATATAN DAN PELAPORAN ... 95

5.1. Pendahuluan ... 95

5.2. Pencatatan ... 95

5.3. Pelaporan ... 95

BAB 6 PENUTUP ... 97

(10)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 9

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh cara penghitungan indikator

pelayanan kesehatan usia reproduksi ... 31 Tabel 2. Contoh cara penghitungan indikator

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh cara penghitungan indikator

pelayanan kesehatan usia reproduksi ... 31 Tabel 2. Contoh cara penghitungan indikator

pelayanan kesehatan usia reproduksi ... 74

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT NOMOR: HK.02.02/I/836/2020

TENTANG

PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGI KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, telah

disusun indikator program kesehatan masyarakat tahun 2020-2024;

b. bahwa agar indikator program kesehatan masyarakat tahun 2020-2024 sebagaimana dimaksud dalam huruf a dapat dipahami oleh seluruh penanggung jawab program Kesehatan Masyarakat baik pusat maupun daerah, maka perlu disusun Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasionl dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat tentang Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024;

Mengingat : 1. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6178);

(12)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 11

3. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);

4. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 174;

5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10) 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024.

KESATU : Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini.

KEDUA : Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU sebagai panduan bagi penanggung jawab program kesehatan masyarakat tingkat pusat, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi, pencatatan dan pelaporan program kesehatan masyarakat.

(13)

3. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);

4. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 174;

5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10) 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024.

KESATU : Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini.

KEDUA : Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU sebagai panduan bagi penanggung jawab program kesehatan masyarakat tingkat pusat, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi, pencatatan dan pelaporan program kesehatan masyarakat.

KETIGA : Pelaksanaan Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 dicatat dalam aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan Masyarakat dan dilaporkan secara berjenjang.

KEEMPAT : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 September 2020 DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT, Ttd KIRANA PRITASARI

(14)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 13

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT

NOMOR HK.02.02/I/836/2020

TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Pembangunan Indonesia tahun 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing, sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Dalam Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020 tentang RPJMN, disebutkan arah dan kebijakan strategi RPJMN 2020-2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi yang dijabarkan dalam Program Prioritas (PP), Kegiatan Prioritas (KP), Proyek Prioritas (PP) dan Proyek K/L. Masing-masing memiliki indikator dan target tahun 2020-2024.

Secara bersamaan, Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, dimana Direktorat Jenderal Kesehatan Mayarakat mengusulkan 4 (empat) Indikator Kinerja Program (IKP) dan 20 (dua puluh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Tiap indikator RPJMN dan Renstra 2020-2024 perlu dijelaskan secara rinci, mulai dari definisi operasional, cara perhitungan, mekanisme pencatatan dan pelaporan serta petugas yang ditunjuk untuk melaporkan indikator tersebut.

(15)

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT

NOMOR HK.02.02/I/836/2020

TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Pembangunan Indonesia tahun 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing, sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Dalam Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020 tentang RPJMN, disebutkan arah dan kebijakan strategi RPJMN 2020-2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi yang dijabarkan dalam Program Prioritas (PP), Kegiatan Prioritas (KP), Proyek Prioritas (PP) dan Proyek K/L. Masing-masing memiliki indikator dan target tahun 2020-2024.

Secara bersamaan, Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, dimana Direktorat Jenderal Kesehatan Mayarakat mengusulkan 4 (empat) Indikator Kinerja Program (IKP) dan 20 (dua puluh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Tiap indikator RPJMN dan Renstra 2020-2024 perlu dijelaskan secara rinci, mulai dari definisi operasional, cara perhitungan, mekanisme pencatatan dan pelaporan serta petugas yang ditunjuk untuk melaporkan indikator tersebut.

Oleh sebab itu, untuk memudahkan dan menyamakan persepsi antara pengelola program kesehatan masyarakat tingkat pusat dan daerah dalam memahami indikator tersebut, maka Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun buku Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesehatan Masyarakat menurut RPJMN dan Renstra tahun 2020-2024.

1.2. Tujuan

Memberikan panduan bagi penanggung jawab program kesehatan masyarakat tingkat pusat dan daerah dalam melakukan pencatatan dan pelaporan indikator program kesehatan masyarakat pada RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024.

1.3. Sasaran

Penanggung jawab program kesehatan masyarakat di dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan Puskesmas.

1.4. Dasar Hukum

1) Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

2) Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standard Pelayanan Minimal

4) Peraturan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024

5) Peraturan Presiden RI Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan

6) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 656 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Kesehatan

7) Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional No.5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024

8) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standard Pelayanan Minimal Kesehatan Bidang Kesehatan

(16)
(17)

BAB 2

INDIKATOR DAN TARGET

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

DALAM RPJMN DAN RENSTRA TAHUN 2020-2024

2.1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada RPJMN 2020-2024

PP/KP/PRO-P/

PROYEK KL INDIKATOR RPJMN 2020-2024 2020 2021 2022 2023 2024 TARGET PP: Peningkatan

Akses dan Mutu Pelayanan

Kesehatan

Angka kematian ibu (AKI) (per 100.000 kelahiran hidup)

230 217 205 194 183 Angka kematian bayi

(AKB) (per 1000 kelahiran hidup)

20.6 19.5 18.6 17.6 16 Angka kematian neonatal

(per 1.000 kelahiran hidup)

12.9 12.2 11.6 11 10 Prevalensi stunting

(pendek dan sangat pendek) pada balita (persen)

24.1 21.1 18.4 16 14

Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita (persen) 8.1 7.8 7.5 7.3 7 KP: Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga bencana (KB), dan kesehatan reproduksi Pro P: Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan 87 89 91 93 95 Cakupan kunjungan antenatal (persen) 80 85 90 92 95 Cakupan kunjungan neonatal (persen) 86 88 90 92 95

(18)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 17

PP/KP/PRO-P/

PROYEK KL INDIKATOR RPJMN 2020-2024 2020 2021 2022 2023 2024 TARGET Pelatihan tenaga

kesehatan dalam kegawatdaruratan maternal dan neonatal

Jumlah tenaga kesehatan yang dilatih

kegawatdaruratan maternal dan neonatal

960 960 960 960 960 Pro-P: Peningkatan KB dan Kesehatan Reproduksi Pelayanan kesehatan usia reproduksi Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

120 200 320 470 514

KP: Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat

Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif

40 45 50 55 60 Persentase ibu hamil

Kurang Energi Kronik (KEK)

16 14.5 13 11.5 10 Prevalensi wasting (kurus

dan sangat kurus) pada balita

8.1 7.8 7.5 7.3 7 Pro-P: Penurunan

Stunting Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi

51 70 90 100 100

Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil

Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

16 14.5 13 11.5 10

Pemantauan tumbuh kembang balita

Persentase balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya

60 70 75 80 85 Suplementasi gizi

mikro pada balita

Jumlah balita yang mendapatkan

suplementasi gizi mikro

(19)

PP/KP/PRO-P/

PROYEK KL INDIKATOR RPJMN 2020-2024 2020 2021 2022 2023 2024 TARGET Pelatihan tenaga

kesehatan dalam kegawatdaruratan maternal dan neonatal

Jumlah tenaga kesehatan yang dilatih

kegawatdaruratan maternal dan neonatal

960 960 960 960 960 Pro-P: Peningkatan KB dan Kesehatan Reproduksi Pelayanan kesehatan usia reproduksi Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

120 200 320 470 514

KP: Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat

Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif

40 45 50 55 60 Persentase ibu hamil

Kurang Energi Kronik (KEK)

16 14.5 13 11.5 10 Prevalensi wasting (kurus

dan sangat kurus) pada balita

8.1 7.8 7.5 7.3 7 Pro-P: Penurunan

Stunting Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi

51 70 90 100 100

Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil

Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

16 14.5 13 11.5 10

Pemantauan tumbuh kembang balita

Persentase balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya

60 70 75 80 85 Suplementasi gizi

mikro pada balita

Jumlah balita yang mendapatkan

suplementasi gizi mikro

90.000 140.000 190.000 240.000 290.000

PP/KP/PRO-P/

PROYEK KL INDIKATOR RPJMN 2020-2024 2020 2021 2022 2023 2024 TARGET Pelaksanaan surveilans dan intervensi gizi berkualitas di kabupaten/kota Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi 51 70 90 100 100 KP: Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420 Pro-P: Pengembangan Lingkungan Sehat Persentase desa/kelurahan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS) 40 50 60 70 90 Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420 Pembinaan pelaksanaan kabupaten/kota sehat Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420 Pembinaan pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Persentase desa/kelurahan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

40 50 60 70 90

Pengawasan

kualitas air minum Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar 60 64 68 72 76 Pro-P: Penguatan Promosi Germas Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas 30 35 40 45 50 Persentase kabupaten/kota dengan minimal 80% Posyandu Aktif 25 35 50 60 70

(20)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 19

PP/KP/PRO-P/

PROYEK KL INDIKATOR RPJMN 2020-2024 2020 2021 2022 2023 2024 TARGET Pembinaan kabupaten/kota dalam menerapkan kebijakan Germas Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas 30 35 40 45 50 Pelaksanaan kesehatan kerja di tempat kerja Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja 308 334 360 385 411 Penyusunan pedoman/regulasi/ rekomendasi kebijakan penerapan Germas Jumlah pedoman/regulasi/ rekomendasi kebijakan penerapan Germas 3 6 9 12 15 Pembinaan

Posyandu aktif Persentase kabupaten/kota

melaksanakan pembinaan posyandu aktif 51 70 90 100 100 ProP: Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Pelayanan kesehatan lansia Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia 45 50 55 60 65 ProP: Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3 Medis dan Limbah B3 Terpadu Pengelolaan limbah

medis Jumlah Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar

(21)

PP/KP/PRO-P/

PROYEK KL INDIKATOR RPJMN 2020-2024 2020 2021 2022 2023 2024 TARGET Pembinaan kabupaten/kota dalam menerapkan kebijakan Germas Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas 30 35 40 45 50 Pelaksanaan kesehatan kerja di tempat kerja Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja 308 334 360 385 411 Penyusunan pedoman/regulasi/ rekomendasi kebijakan penerapan Germas Jumlah pedoman/regulasi/ rekomendasi kebijakan penerapan Germas 3 6 9 12 15 Pembinaan

Posyandu aktif Persentase kabupaten/kota

melaksanakan pembinaan posyandu aktif 51 70 90 100 100 ProP: Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Pelayanan kesehatan lansia Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia 45 50 55 60 65 ProP: Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3 Medis dan Limbah B3 Terpadu Pengelolaan limbah

medis Jumlah Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar

2.600 3.000 4.850 6.250 8.800

2.1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Renstra 2020-2024 2.1.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat

No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Persentase persalinan di

fasilitas pelayanan kesehatan (PF)

87 89 91 93 95

2 Persentase desa/

kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

40 50 60 70 90

3 Persentase Ibu hamil Kurang

Energi Kronis (KEK) 16 14.5 13 11.5 10 4 Persentase kabupaten/

kota yang menerapkan

kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas)

30 35 40 45 50

2.1.2. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga

No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Jumlah kabupaten/kota yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

120 200 320 470 514 2 Jumlah kabupaten/kota yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita

120 200 320 470 514 3 Jumlah kabupaten/kota yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja

125 150 200 275 350

4 Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

120 200 320 470 514 5 Persentase kabupaten/kota yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia

(22)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 21

2.1.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat

No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Persentase kabupaten/kota yang

melaksanakan surveilans gizi 51 70 90 100 100 2 Persentase Puskesmas mampu

tatalaksana gizi buruk pada balita 10 20 30 45 60 3 Persentase bayi usia kurang dari

6 bulan mendapat ASI Eksklusif 40 45 50 55 60 2.1.4. Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga

No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Jumlah kabupaten/kota yang

melaksanakan kesehatan kerja 308 334 360 385 411 2 Jumlah kabupaten/kota yang

melaksanakan kesehatan olahraga 308 334 360 385 411 2.1.5. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan

No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Persentase desa/kelurahan dengan

Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

40 50 60 70 90

2 Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420 3 Persentase sarana air minum yang

diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar

60 64 68 72 76

4 Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar

2.600 3.000 4.850 6.250 8.800 5 Persentase tempat pengelolaan

pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar

38 44 50 56 62

6 Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar

(23)

2.1.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat

No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Persentase kabupaten/kota yang

melaksanakan surveilans gizi 51 70 90 100 100 2 Persentase Puskesmas mampu

tatalaksana gizi buruk pada balita 10 20 30 45 60 3 Persentase bayi usia kurang dari

6 bulan mendapat ASI Eksklusif 40 45 50 55 60 2.1.4. Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga

No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Jumlah kabupaten/kota yang

melaksanakan kesehatan kerja 308 334 360 385 411 2 Jumlah kabupaten/kota yang

melaksanakan kesehatan olahraga 308 334 360 385 411 2.1.5. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan

No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Persentase desa/kelurahan dengan

Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

40 50 60 70 90

2 Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420 3 Persentase sarana air minum yang

diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar

60 64 68 72 76

4 Jumlah fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar

2.600 3.000 4.850 6.250 8.800 5 Persentase tempat pengelolaan

pangan (TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar

38 44 50 56 62

6 Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar

55 60 65 70 75

2.1.6. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Persentase kabupaten/kota yang

menerapkan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat

30 35 40 45 50

2 Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif

51 70 90 100 100

2.1.7. Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat

No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Nilai reformasi birokrasi pada

program pembinaan kesehatan masyarakat

56.5 57.5 58.5 59.5 60

2 Persentase kinerja RKAKL pada program pembinaan kesehatan masyarakat

(24)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 23

BAB 3

INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

PADA RPJMN TAHUN 2020-2024

3.1. Angka Kematian Ibu (AKI) 3.1.1. Definisi Operasional

Kematian ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk kehamilan ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola), dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental.

3.1.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, abortus, dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 100.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.1.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data

Data dapat didapatkan dari Sensus Penduduk (SP) yang dilakukan 10 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali (diantara 2 Sensus Penduduk).

3.2. Angka Kematian Bayi (AKB) 3.2.1. Definisi Operasional

Kematian bayi adalah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

3.2.2. Rumus Penghitungan Indikator

Angka Kematian Bayi adalah jumlah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 1.000 kelahiran hidup di wilayah tersebut dan pada kurun waktu yang sama dibagi 1.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.2.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data

Data dapat didapatkan dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan 5 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali.

(25)

BAB 3

INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

PADA RPJMN TAHUN 2020-2024

3.1. Angka Kematian Ibu (AKI) 3.1.1. Definisi Operasional

Kematian ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk kehamilan ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola), dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental.

3.1.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, abortus, dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 100.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.1.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data

Data dapat didapatkan dari Sensus Penduduk (SP) yang dilakukan 10 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali (diantara 2 Sensus Penduduk).

3.2. Angka Kematian Bayi (AKB) 3.2.1. Definisi Operasional

Kematian bayi adalah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

3.2.2. Rumus Penghitungan Indikator

Angka Kematian Bayi adalah jumlah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 1.000 kelahiran hidup di wilayah tersebut dan pada kurun waktu yang sama dibagi 1.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.2.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data

Data dapat didapatkan dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan 5 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali.

3.3. Angka Kematian Neonatal (AKN) 3.3.1. Definisi Operasional

Kematian Neonatal adalah kematian bayi lahir hidup pada masa 0-28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

3.3.2. Rumus Penghitungan Indikator

Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi lahir hidup yang terjadi pada masa 0-28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 1.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. 3.3.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data

Data bisa didapatkan dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan 5 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali.

3.4. Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada Balita 3.4.1. Definisi Operasional

Balita stunting (pendek dan sangat pendek) adalah anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) memiliki Z-score kurang dari -2SD.

Standar prosedur : Pedoman Pemantauan Pertumbuhan Standar sarana/fasilitas : antropometri kit, aplikasi ePPGBM

Standar tenaga : mampu melakukan pemantauan pertumbuhan 3.4.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah balita stunting (pendek dan sangat pendek) dibagi jumlah balita yang diukur indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) dikali 100%

3.4.3. Pelaksana Kegiatan

Dilaksanakan oleh tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan pengukuran panjang/tinggi badan

3.4.4. Tempat Pelaksaaan

Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini

3.4.5. Waktu Pelaksanaan

(26)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 25

3.4.6. Pencatatan dan Pelaporan

1) Pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas, baik di Posyandu maupun fasilitas pendidikan anak usia dini

2) Hasil pengukuran dicatat/dientri ke dalam ePPGBM untuk mengetahui kategori status gizinya berdasarkan indeks PB/U atau TB/U

3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan 3.4.7. Sumber Data

1) Pemantauan pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus 2) Survei Status Gizi Indonesia

3.4.8. Waktu Pelaporan Setiap tahun

3.4.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak

2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan

3) Panduan Pemantauan Pertumbuhan bagi Kader Posyandu 4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi

5) Panduan Sistem Informasi Gizi

3.5. Prevalensi Wasting (Kurus dan Sangat Kurus) pada Balita 3.5.1. Definisi Operasional

Anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan Z-score kurang dari -2SD. Menurut Permenkes Nomor 2 Tahun 2020, balita wasting (kurus dan sangat kurus) adalah balita gizi kurang dan gizi buruk.

Standar prosedur : pedoman pemantauan pertumbuhan Standar sarana/fasilitas : antropometri kit, aplikasi ePPGBM

Standar tenaga : mampu melakukan pemantauan pertumbuhan 3.5.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah alita memiliki indeks BB/PB-TB <-2SD dibagi seluruh jumlah balita yang diukur indeks BB/PB-TB dikali 100%

3.5.3. Pelaksana Kegiatan

Tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan pengukuran dan penimbangan

(27)

3.4.6. Pencatatan dan Pelaporan

1) Pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas, baik di Posyandu maupun fasilitas pendidikan anak usia dini

2) Hasil pengukuran dicatat/dientri ke dalam ePPGBM untuk mengetahui kategori status gizinya berdasarkan indeks PB/U atau TB/U

3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan 3.4.7. Sumber Data

1) Pemantauan pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus 2) Survei Status Gizi Indonesia

3.4.8. Waktu Pelaporan Setiap tahun

3.4.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak

2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan

3) Panduan Pemantauan Pertumbuhan bagi Kader Posyandu 4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi

5) Panduan Sistem Informasi Gizi

3.5. Prevalensi Wasting (Kurus dan Sangat Kurus) pada Balita 3.5.1. Definisi Operasional

Anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan Z-score kurang dari -2SD. Menurut Permenkes Nomor 2 Tahun 2020, balita wasting (kurus dan sangat kurus) adalah balita gizi kurang dan gizi buruk.

Standar prosedur : pedoman pemantauan pertumbuhan Standar sarana/fasilitas : antropometri kit, aplikasi ePPGBM

Standar tenaga : mampu melakukan pemantauan pertumbuhan 3.5.2. Rumus Perhitungan Indikator

Jumlah alita memiliki indeks BB/PB-TB <-2SD dibagi seluruh jumlah balita yang diukur indeks BB/PB-TB dikali 100%

3.5.3. Pelaksana Kegiatan

Tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan pengukuran dan penimbangan

3.5.4. Tempat Pelaksanaan

Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak usia dini

3.5.5. Waktu Pelaksanaan

Pemantauan pertumbuhan setiap bulan 3.5.6. Pencatatan dan Pelaporan

1) Penimbangan dan pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas, baik di Posyandu maupun fasilitas pendidikan anak usia dini 2) Hasil penimbangan dan pengukuran dicatat/dientri ke dalam ePPGBM

untuk mengetahui kategori status gizinya berdasarkan indeks BB/TB 3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

3.5.7. Sumber Data

1) Pemantauan Pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus 2) Survei Status Gizi Indonesia

3.5.8. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap tahun 3.5.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak

2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan

3) Panduan Pemantauan Pertumbuhan bagi Kader Posyandu 4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi

5) Panduan Sistem Informasi Gizi

3.6. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 3.6.1. Definisi Operasional

Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.

3.6.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu dibagi jumlah sasaran ibu bersalin yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu, dikali 100%.

(28)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 27

3.6.3. Pelaksana Kegiatan

Dokter/dokter spesialis kandungan atau bidan atau perawat dengan ketentuan tenaga penolong minimal dua orang terdiri dari:

a. Dokter dan bidan, atau b. Dokter dan perawat, atau c. 2 orang bidan, atau d. Bidan dan perawat 3.6.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah sakit, praktek mandiri bidan)

3.6.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan dilaksanakan setiap ada ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan

3.6.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin dalam kohort ibu dan melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.6.7. Waktu Pelaporan Setiap bulan 3.6.8. Sumber Data

Laporan rutin

3.6.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN)

2) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

5) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(29)

3.6.3. Pelaksana Kegiatan

Dokter/dokter spesialis kandungan atau bidan atau perawat dengan ketentuan tenaga penolong minimal dua orang terdiri dari:

a. Dokter dan bidan, atau b. Dokter dan perawat, atau c. 2 orang bidan, atau d. Bidan dan perawat 3.6.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah sakit, praktek mandiri bidan)

3.6.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan dilaksanakan setiap ada ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan

3.6.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin dalam kohort ibu dan melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.6.7. Waktu Pelaporan Setiap bulan 3.6.8. Sumber Data

Laporan rutin

3.6.9. Pedoman Pelaksanaan

1) Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN)

2) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

5) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan

3.7. Cakupan Kunjungan Antenatal (Persen) 3.7.1. Definisi Operasional

Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4x dengan distribusi waktu 1x pada trimester 1, 1x pada trimester ke 2, 2x pada trimester ke 3 di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

Pelayanan antenatal 4 kali dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T yaitu: 1) pengukuran berat badan dan tinggi badan;

2) pengukuran tekanan darah;

3) pengukuran lingkar lengan atas (LiLA);

4) pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);

5) penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin; 6) pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi; 7) pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet; 8) tes laboratorium;

9) tata laksana/penanganan kasus; dan 10) temu wicara (konseling)

3.7.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4x dengan distribusi waktu 1x pada trimester 1, 1x pada trimester ke 2, 2x pada trimester ke 3 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah sasaran seluruh ibu hamil yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama dikali 100%.

3.7.3. Pelaksana Kegiatan

Dokter umum/dokter spesialis kandungan atau bidan atau dilakukan oleh tim yang melibatkan perawat

3.7.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di Polindes, Poskesdes, fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah sakit, tempat praktek mandiri bidan)

3.7.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan minimal 4 kali dengan ketentuan: a. Satu kali pada trimester pertama

b. Satu kali pada trimester kedua c. Dua kali pada trimester ketiga

(30)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 29

3.7.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil ke dalam kohort ibu dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.7.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap bulan 3.7.8. Pedoman Pelaksanaan

1) Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu

2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

3.8. Cakupan Kunjungan Neonatal (Persen) 3.8.1. Definisi Operasional

Cakupan bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada usia 3 – 7 hari, dan 1 kali pada usia 8 – 28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

Pelayanan neonatal esensial setelah lahir (6 jam-28 hari), meliputi: a. konseling perawatan bayi baru lahir dan asi ekslusif

b. memeriksa kesehatan dengan pendekatan MTBM

c. Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasyankes atau belum nedapatkan injeksi vitamin K1

d. Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia <24 jam yang lahir tidak ditolong oleh tenaga kesehatan

e. Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi 3.8.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada usia 3 – 7 hari, dan 1 kali pada usia 8 – 28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh sasaran bayi baru lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali 100%. Sasaran bayi baru lahir = sasaran kelahiran hidup.

(31)

3.7.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil ke dalam kohort ibu dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.7.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap bulan 3.7.8. Pedoman Pelaksanaan

1) Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu

2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

3.8. Cakupan Kunjungan Neonatal (Persen) 3.8.1. Definisi Operasional

Cakupan bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada usia 3 – 7 hari, dan 1 kali pada usia 8 – 28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

Pelayanan neonatal esensial setelah lahir (6 jam-28 hari), meliputi: a. konseling perawatan bayi baru lahir dan asi ekslusif

b. memeriksa kesehatan dengan pendekatan MTBM

c. Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasyankes atau belum nedapatkan injeksi vitamin K1

d. Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia <24 jam yang lahir tidak ditolong oleh tenaga kesehatan

e. Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi 3.8.2. Rumus Penghitungan Indikator

Jumlah bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada usia 3 – 7 hari, dan 1 kali pada usia 8 – 28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh sasaran bayi baru lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali 100%. Sasaran bayi baru lahir = sasaran kelahiran hidup.

3.8.3. Pelaksana Kegiatan

Dokter/dokter spesialis anak atau bidan atau perawat 3.8.4. Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan di Polindes, Poskesdes, fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah sakit, tempat praktek mandiri bidan)

3.8.5. Waktu Pelaksanaan

Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan minimal 3 kali dengan ketentuan: a. Satu kali pada usia 6 – 48 jam

b. Satu kali pada usia 3 – 7 hari c. Satu kali pada 8 – 28 hari 3.8.6. Pencatatan dan Pelaporan

Petugas yang melayani mencatat pelayanan kunjungan neonatal ke dalam kohort bayi dan melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.8.7. Waktu Pelaporan

Dilaporkan setiap bulan 3.8.8. Pedoman Pelaksanaan

1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak

2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial

3) Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial

3.9. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi

3.9.1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi adalah:

1) Minimal 50% Puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin)

Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin) adalah:

a. Puskesmas yang memberikan pelayanan :

• konseling/komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi calon pengantin dan

(32)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 31

• skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi meliputi: (pemeriksaan berat badan, tinggi badan, penentuan indeks masa tubuh, pemeriksaan Lingkar Lengan Atas/LiLA) dan tanda anemia (pemeriksaan konjungtiva dan pemeriksaan Hb)

b. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau perawat dan atau petugas gizi)

2) Seluruh Puskesmas di wilayah kerja mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan

Puskesmas yang mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan dengan metoda cara modern (AKDR/pil/suntik/kondom/MAL/implan/ vasektomi) dilakukan dalam kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan. KB Pasca Persalinan (KB PP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada pasangan usia subur setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan tujuan untuk menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan.

Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan). Mempunyai minimal 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang kompeten yaitu :

a. dokter dan atau

b. bidan yang sudah mendapatkan pelatihan Contraceptive Technolgy Update

(CTU)/pelatihan keluarga berencana (KB)/orientasi KB Pasca Persalinan

(KBPP)

3.9.2. Rumus Penghitungan Indikator

Rumus perhitungan definisi operasional:

1) Jumlah Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin) dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya minimal 50% maka memenuhi kriteria 2) Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan

dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya mencapai 100% (seluruh) maka memenuhi kriteria

Rumus perhitungan indikator:

Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

Contoh kasus :

Di Provinsi “G” terdapat 4 Kabupaten/Kota. Kemudian telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi. Rekapitulasi hasil pelayanan kesehatan reproduksi di Provinsi “G” pada akhir tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(33)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 31

• skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi meliputi: (pemeriksaan berat badan, tinggi badan, penentuan indeks masa tubuh, pemeriksaan Lingkar Lengan Atas/LiLA) dan tanda anemia (pemeriksaan konjungtiva dan pemeriksaan Hb)

b. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau perawat dan atau petugas gizi)

2) Seluruh Puskesmas di wilayah kerja mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan

Puskesmas yang mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan dengan metoda cara modern (AKDR/pil/suntik/kondom/MAL/implan/ vasektomi) dilakukan dalam kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan. KB Pasca Persalinan (KB PP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada pasangan usia subur setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan tujuan untuk menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan.

Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan). Mempunyai minimal 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang kompeten yaitu :

a. dokter dan atau

b. bidan yang sudah mendapatkan pelatihan Contraceptive Technolgy Update

(CTU)/pelatihan keluarga berencana (KB)/orientasi KB Pasca Persalinan

(KBPP)

3.9.2. Rumus Penghitungan Indikator

Rumus perhitungan definisi operasional:

1) Jumlah Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin (kespro catin) dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya minimal 50% maka memenuhi kriteria 2) Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan

dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya mencapai 100% (seluruh) maka memenuhi kriteria

Rumus perhitungan indikator:

Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi

Contoh kasus :

Di Provinsi “G” terdapat 4 Kabupaten/Kota. Kemudian telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi. Rekapitulasi hasil pelayanan kesehatan reproduksi di Provinsi “G” pada akhir tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 32

Tabel 1. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan reproduksi

Kabupaten/ Kota Jumlah Puskes mas Puskesmas yang memberikan pelayanan kespro catin

Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan

KBPP Keterangan

(a) (b) (c) (d) (e)

1. Kabupaten A 4 2 (50%) 2 (50%) Tidak (karena

Pusk mampu dan memberikan pelayanan KBPP belum 100%)

Puskemas A Memberikan pelayanan

kespro catin, meliputi konseling/KIE dan skrining kesehatan ya Memberikan pelayanan KB PP 20 orang Mempunyai 1 orang petugas kompeten tidak

Puskesmas B Memberikan pelayanan

kespro catin, meliputi skrining kesehatan, tetapi tidak melakukan

konseling/KIE tidak Memberikan pelayanan KB PP 30 orang Mempunyai 2 orang petugas kompeten ya

Puskesmas C Tidak memberikan

pelayanan kespro catin, meliputi konseling/KIA dan skrining kesehatan

tidak Memberikan pelayanan KB PP 50 orang Mempunyai 4 orang petugas kompeten ya

Puskesmas D Memberikan pelayanan

kespro catin, meliputi konseling/KIA dan skrining kesehatan ya Tidak melakukan pelayanan KB PP Mempunyai 2 orang petugas kompeten tidak 2. Kota B 5 3 (60%) 5 (100%) Ya (sesuai kriteria)

3. Kabupaten C 8 3 (37,5%) 8 (100%) Tidak (Pusk

yang memberikan pelayanan kespro catin (< 50%) 4.Kabupaten D 6 4 (67%) 6 (100%) Ya (sesuai kriteria)

Hasil rekapitulasi selama setahun, jumlah kabupaten di Provinsi G yang telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi sebanyak 2 kabupaten/kota.

3.9.3. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan adalah pengelola program kesehatan reproduksi/keluarga berencana dinas kesehatan kabupaten/kota, pengelola program kesehatan reproduksi di Puskesmas, pengelola program keluarga berencana di Puskesmas.

Gambar

Tabel 1. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan reproduksi
Tabel 2. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan reproduksi

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo disusun berdasarkan dan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), sesuai

Rencana strategis BPJS Kesehatan di tahun 2015 ini, disusun berdasarkan arah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019 Indonesia di bidang

Di dalam rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2020 - 2024, arah kebijakan dan strategi pembangunan Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan

Untuk memenuhi amanat tersebut dan sesuai dengan Perpres Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 serta Permenko Nomor 2

Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Melalui Rencana Kerja Strategis (Renstra) Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Kupang 2020 – 2024 yang berisi rencana- rencana strategis dalam penyelenggaraan

Di dalam rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2020 - 2024, arah kebijakan dan strategi pembangunan Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu

Jembrana 2016-2021 I-3 Keterkaitan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2016 – 2021 dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 adalah