• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sri Dinengsih 1 Tati Hartati 2. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017 ISSN Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sri Dinengsih 1 Tati Hartati 2. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017 ISSN Abstrak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017 ISSN 2086-9266

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PEMBINAAN KADER

DALAMANYA MENIADI KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM

KEGIATAN POSYANDU DI DESA BABELAN KOTA WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BABELAN I KABUPATEN BEKASI

Sri Dinengsih

1

Tati Hartati

2

Program studi DIV Kebidanan – Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Jakarta

Abstrak

Keaktifan kader posyandu secara Nasional hingga tahun 2011 baru mencapai 78% dari target 80% Posyandu Sebagai unit pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat, dalam pergerakannya dijalankan oleh para kader terpilih dari wilayah sendiri yang terlatih dan terampil untuk melaksanakan kegiatan rutin di Posyandu maupun diluar hari buka posyandu.Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Peran kader sangat penting dalam mencapai target kesehatan nasional karena kesehatan adalah milik bersama dan butuh kerjasama dari berbagai lintas sektor dan programPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, pembinaan kaderdan lamanya menjadi kader dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu. Penelitian ini dilakukan di desa babelan kota wilayah kerja puskesmas babelan I kabupaten bekasi dimulai bulan April – Mei tahun 2016. Penelitian ini mengunakan desain observasional dengan metode pendekatan

cross sectional. Dengan data sekunder dan primer. Sampel penelitian ini adalah kader yang terdaftar di wilayah kerja puskesmas babelan I berjumlah 109 responden. Teknik pengolahan data dan analisis penelitian ini mengunakan statistic dengan aplikasi sofware SPSS 18 dengan uji statistik Chi Square dan disajikan dalam bentuk tabel dan tekstular. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan keaktifan kader dengan hasil P value 0,000, pada variabel pembinaan kader berhubungan dengan keaktifan kader dengan nilai P. 0,005, dan variabel lamanya menjadi kader tidak berhubungan dengan keaktifan kader dengan nilai P. 0.460. Diperlukan kaderisasi kader, penyegaran tentang pentingnya kegiatan posyandu di tengah masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Pemberian penghargaan bagi kader yang sudah lama menjadi kader.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pembinaan, Lamanya kader, Keaktifan kader

Abstract

The activeness of posyandu cadres nationally up to 2011 only reached 78% of the target 80% Posyandu As a community-based health service unit, the movement is run by elected cadres from their own areas who are trained and skilled to carry out routine activities in Posyandu or outside the open posyandu . The success of posyandu can not be separated from the hard work of cadres who volunteer to manage posyandu in their respective areas. The role of cadres is very important in achieving the national health targets because health is a common property and requires cooperation from various cross sectors and programsThe research aims to determine the relationship between knowledge, coaching and the length of time to become a cadre with the activeness of cadres in posyandu activities. This research was conducted in the village of babelan city of working area of puskesmas babelan I district of bekasi started from April to May 2016. This research use observational design with cross sectional approach method. With secondary and primary data. The sample of this study is the cadres registered in the work area of puskesmas babelan I amounted to 109 respondents. Data processing techniques and analysis of this research using statistics with SPSS 18 software applications with Chi Square statistical test and presented in tabular and textual form. The result of this research shows that there is a significant correlation between the knowledge variables with the activeness of the cadres with the result of P value 0,000, the cadre coaching variables are related to the liveliness of the cadres with P value of 0.005, and the variable becomes the cadre is not related to the liveliness of the cadre with P value 0.460. Cadres needed cadres, refreshing about the importance of posyandu activities in the community as an effort to empower the community. Award for cadres who have long been a cadre.

(2)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017 ISSN 2086-9266

Pendahuluan

Pelayanan Terpadu yang disingkat Posyandu

adalah : “Suatu wadah komunikasi alih

teknologi

dalam

pelayanan

kesehatan

masyarakat dari keluarga berencana dari

masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

masyarakat dengan dukungan pelayanan serta

pembinaan tehnis dari petugas kesehatan dan

keluarga berencana yang mempunyai nilai

strategis untuk pengembangan sumber daya

manusia sejak dini”

.1

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

yang

paling

memasyarakat

dewasa

ini

Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari program pembangunan secara keseluruhan. Jika dilihat dari kepentingan masyarakat, pembangunan kesehatan masyarakat desa merupakan kegiatan swadaya masyarakat yang bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui perbaikan status kesehatan. Jika di lihat dari kepentingan pemerintah, maka pembangunan kesehatan masyarakat desa merupakan usaha memperluas jangkauan layanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun swasta dengan peran aktif dari masyarakat sendiri. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dalam bidang kesehatan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat yang bersangkutan.2

Millenium Develpoment Goals (MDGs) atau

Tujuan Pembangunan Milenium adalah Deklarasi milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dimulai September tahun 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 20159

.

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah

sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan Negara-negara di dunia. Konsep SDGs melanjutkan konsep MDGs dimana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi kerangka pembangunan yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep MDGs diganti SDGs9

Target utamanya mengetaskan kemiskinan, tapi di Indonesia akan menggunakan tiga indikator

terkait dengan dokumen SDGs, yaitu pembangunan manusia yang meliputi pendidikan dan kesehatan, lingkungan yang berskala kecil dan lingkungan yang besar berupa keterbatasan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang baik9

WHO memperkirakan diseluruh duniasetiap tahunnya lebih dari 585.000 jiwa per tahun meninggal saat hamil atau bersalin. Menurut data WHO sebanyak 99% kematian ibu akibat persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. AKI di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 516 / 1000 KH, sedangkan pada tahun 2011 AKB 42 / 1000 KH. Jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di Sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran7

AKI di Asia Tenggara tahun 2011 yaitu Singapura hanya 6/1000 KH, Malaysia 41/1000 KH, Thailand sebanyak 44/1000 KH dan Filipina 170/100.000 KH. Berdasarkan Human Development Report 2012, AKB mencapai 31/1000 KH, angka itu 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia, 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika di bandingkan Thailand. Tingginya AKI dan AKB menempatkan Indonesia pada urutan teratas di ASEAN10

Target AKI di indonesia pada tahun 2015 adalah 102 / 100.000 KH dan AKB 15 / 1000 KH. Sementara itu berdasarkan survei Demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (AKI) yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 / 100.000 KH dan angka kematian bayi (AKB) mencapai 32 / 1000 KH.Sementara itu, laporan dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan menunjukkan jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan pada tahun 2013 sebanyak 5019. Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estiminasi SDKI pada tahun 2012 mencapai 160.681 anak. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Bayi (AKB) dipropinsi Jawa Barat berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012, AKI mencapai 86,3 / 100.000 KH dan AKB mencapai 5,2 / 1000 KH. Banten menduduki posisi ke-5 secara nasional. Jumlah penduduk yang tinggi, kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, serta kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat di

(3)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017 ISSN 2086-9266

Banten menjadi penyebab tingginya AKI yaitu

189/100.000 KH dan AKB sebanyak 818 kasus. Di Jawa Timur AKI 2012 97,4/100.000 KH, AKB tahun 2012 turun menjadi 25,85/ 100.000 KH. Sedangkan di DKI Jakarta tahun 2013 AKI 93/100.000 KH, AKB 32/ 1000 KH.8

Salah satu usaha Depkes untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi adalah dibentuknya kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat6

Terdapat 289.635 Posyandu pada tahun 2014 di Indonesia, dari jumlah tersebut posyandu pratama sebanyak 13,06%, madya sebanyak 27,74%, purnama 31,s6% dan mandiri sebanyak 8,71% Keaktifan kader posyandu secara Nasional hingga tahun 2011 baru mencapai 78% dari target 80% dan pada tahun 2011 mencapai cakupan program/partisipasi masyarakat sangat bervariasi mulai dari terendah 10% sampai tertinggi 80% 6 Kegiatan di posyandu harus didukung oleh keaktifan kader, di DKI Jakarta keaktifan kader paling baik dibandingkan dengan Banten dan Jawa Timur. DKI mempunyai struktur organisasi dan manajemen posyandu sangat bagus karena di dukung oleh sumber daya manusia yang baik. Di Kabupaten Bekasi peran serta masyarakat di bidang kesehatan juga diwujudkan dengan adanya 7356 orang kader yang tersebar di 2167 posyandu. Posyandu ini tersebar di seluruh desa di wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Bekasi10

Kenyataan di lapangan menunjukkan masih ada posyandu yang mengalami keterbatasan kader, yaitu tidak semua kader aktif dalam setiap kegiatan posyandu sehingga pelayanan tidak berjalan lancar. Keterbatasan kader disebabkan adanya kader drop out karena lebih tertarik bekerja ditempat lain yang memberikan keuntungan ekonomis, karena ikut suami, kader sebagai relawan merasa jenuh dan tidak adanya penghargaan kepada kader yang dapat memotivasi mereka untuk bekerja dan faktor-faktor lainnya seperti kurangnya pelatihan serta adanya keterbatasan pengetahuan dan pendidikan yang seharusnya dimiliki kader 5

Sebagai unit pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat, dalam pergerakannya posyandu dijalankan oleh para kader terpilih dari wilayah sendiri yang terlatih dan terampil untuk melaksanakan kegiatan rutin di Posyandu maupun diluar hari buka posyandu.Keberhasilan posyandu

tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Peran kader sangat penting dalam mencapai target kesehatan nasional karena kesehatan adalah milik bersama dan butuh kerjasama dari berbagai lintas sektor dan program5

Salah satu upaya pemerintah di bidang kesehatan yaitu dengan menggalakkan kembali kegiatan posyandu yaitu dengan mengadakan pelatihan untuk kader-kader posyandu, memberi bantuan dana untuk kegiatan posyandu serta memberikan penghargaan terhadap kader yang berprestasi5 Desa Babelan Kota adalah salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Babelan I di Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Bila dibandingkan dengan desa lainnya diwilayah kerja Puskesmas Babelan I, desa Babelan Kota merupakan desa yang paling rendah tingkat keaktifan kader posyandunya. Dari 150 orang kader Posyandu, hanya 69 orang kader yang aktif (46%). Sedangkan desa lainnya seperti desa Kedung Pengawas 78%, Kelurahan Kebalen 80%, dan Kelurahan Bahagia 86%. Hal ini menunjukkan masih rendahnya keaktifan kader dalam kegiatan posyandu, khususnya di posyandu perkampungan karena diharapkan keaktifan kader di wilayah kerja puskesmas Babelan I dapat mencapai 100% 9

Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, pembinaan kader dan lamanya menjadi kader dengan keaktifan kader Desa Babelan Kota wilayah kerja Puskesmas Babelan I Kabupaten Bekasi Tahun 2016.

Metode

Penelitian ini mengunakan desain penelitian desain observasional dengan metode pendekatan

cross sectional. Dilakukan pada seluruh kader posyandu desa babelan kota periode April - Mei tahun 2016

Populasi dalam penelitian ini diambil dengan cara

total population yaitu seluruh kader posyandu dengan sample yang memenuhi criteria sejumlah 109 orang.

Kriteria inklusi pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

a. Kader yang dapat berkomunikasi dengan baik, termasuk diantaranya tidak memahami apa yang dimaksud dalam pertanyaan yang diajukan.

(4)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017 ISSN 2086-9266

b. Kader memiliki nomer telepon.

c. Kader yang bersedia di jadikan subjek penelitian atau responden

Kriteria eksklusi pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

a. Kader yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik, termasuk diantaranya tidak memahami apa yang dimaksud dalam pertanyaan yang diajukan

b. Kader tidak memiliki nomer telepon.

c. Kader yang tidak bersedia di jadikan subjek penelitian atau responden.

Jenis data yang dikumpulkan melalui data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden dan yang di isi sendiri oleh responden

Uji validitas dan reabilitas dari instrument penelitian dengan tujuann kuesioner sebagai alat instrument menjadi jelas dan mudah dipahami oleh responden, pengujian validitas dan reabilitas diolah mengunakan SPSS statistic 18. Nilai validitas butir pertanyaan setiap variabel yang nilainya < 0.325 tidak diikut sertakan dalam perhitungan selanjutnya.seluruh butir pertanyaan dalam penelitian ini dinyatakan valid.

Data yang terkumpul (data mentah/raw data) dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk 1. Penyajian Karakteristik respon dan berupa

distribusi frekwensi responden yang akan disajikan dalam bentuk tabel umum dan dijelaskan secara tulisan (tekstular/naratif). 2. Penyajian Analisa data yang disajikan dalam

bentuk tabel.

3. Penyajian dari hipotesis penelitian berdasarkan dari hasil pengolahan data Hasil

Instrument penelitian ini memiliki reabilitas sebesar 0,9077 ( 0,898-0,925) dan karakteristik umur dari

109 responden,kader yang berumur

20 – 35 tahun sebanyak

56 orang (51,4%)

dan kader yang berumur <20 dan>35 tahun

sebanyak 53 orang (48,6 %). kader yang

tidak bekerja sebanyak

66orang (60,6%)

dan

responden yang bekerjayaitu 43 orang

(39,4%). kader yang aktif sebanyak 44 orang

(40,4%) dan kader yang kurang aktif

sebanyak

65 orang (59,6 %)

. kader yang

memiliki pengetahuan baik sebanyak 45

orang (41,3%) dan kader yang memiliki

pengetahuan kurang sebanyak

64 orang

(58,7%)

kader yang memiliki lamanya

menjadi kader baru (< 3 tahun ) sebanyak

84

orang (77,1%)

dan kader lama (> 3 tahun)

yaitu 25 orang (22,9%). kader yang mendapat

pembinaan sebanyak

63orang (57,8%)

dan

yang tidak mendapat pembinaan sebanyak

46orang (42,2%).

Dari Hasil uji chi square menunjukan nilai

P

value

= 0,000< a=0,05 artinya ada hubungan

secara statistik antara keaktifan kader dengan

pengetahuan,

Ho

ditolak.

Dari

hasil

perhitungan

OR

= 76,700 (268,742-21,890)

artinya kader dengan pengetahuan kurang

memiliki resiko 76,700 kali lebih besar

kurang aktif menjadi kader dibandingkan

dengan kader yang berpengetahuan baik.

Untuk variabel pembinaan menunjukan hasil

chi square

nilai

P value

= 0,005< a=0,05

artinya ada hubungan secara statistik antara

keaktifan kader dengan pembinaan kader, Ho

ditolak. Dari hasil perhitungan

OR

= 3,500

(8,097-1,513) artinya kader yang tidak

mendapatkan pembinaan memiliki resiko

3,500 kali lebih besar kurang aktif menjadi

kader dibandingkan dengan kader yang

mendapatkan pembinaan. Variabel lamanya

menjadi kader dengan hasil uji chi square

menunjukan nilai P

Pvalue

= 0,460 > a=0,05

artinya tidak ada hubungan secara statistik

antara keaktifan kader dengan kurun waktu

menjadi kader, Ho gagal ditolak. Dari hasil

perhitungan

OR

= 1,594 (4,100-0,620) artinya

kader dengan kurun waktu yang baru menjadi

kader memiliki resiko 1,594 kali lebih besar

kurang aktif menjadi kader dibandingkan

dengan kader yang memiliki kurun waktu

yang lama menjadi kader.

Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keaktifan KaderDi Desa Babelan Kota Di Wilayah Puskesmas Babelan I Bekasi Tahun 2016

Variab el penget ahuan Keaktifan kader OR CI 95% P valu e Ak tif Kurang Aktif Total f % f % F % 76,7 00 268,7 42-21,89 0 0,00 0 Baik 3 9 86,6 6 13, 4 45 100 Kurang 5 7,8 5 9 92, 2 64 100 Jumlah 4 4 46,3 6 5 59, 7 109 100

(5)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017 ISSN 2086-9266

Hubungan Antara Pembinaan Dengan

KeaktifanKader Di Desa Babelan Kota Di

Wilayah

PuskesmasBabelan

I

Bekasi

Tahun 2016

Hubungan Kurun Waktu Menjadi Kader

Dengan Keaktifan Kader Di Desa Babelan

Kota Di WilayahPuskesmas Babelan I

Bekasi Tahun 2016

Diskusi

Dari hasil pengujian hipotesa dapat di simpulkan sebagai berikut :

Pertama,

kelompok pengetahuan yang ada

hubungan

dengan

keaktifan

kader

di

Posyandu

yang

paling

banyak

adalah

pengetahuan cukup karena kelompok ini

dangan mudah menerima informasi dan

pengetahuan tentang posyandu dan kegiatan

dalam bidang kesehatan lainnya

,

karena

semakin baik / cukup pengetahuan seseorang

maka semakin baik pola pikirnya termasuk

dalam memahami masalah-masalah kesehatan

yang ada kaitannya dengan kader posyandu,

sehingga dengan ini dapat mempengaruhi

keaktifan, kinerja kader secara maksimal dan

kenyataan di lapangan disarankan kepada

pihak puskesmas terutama pemegang program

promkes, bidan dan pembina desa dalam

rangka peningkatan keaktifan kader sebagai

wujud kinerja kader terhadap pelaksanaan

kegiatan posyandu, peningkatan pemahaman

dan pengetahuan perlu dilaksanakan melalui

pemberian informasi yang cukup kepada

kader

atau

dengan

menyelenggarakan

pelatihan-pelatihankepada

kader

yang

bersangkutan ataupun refresing kader untuk

kader-kader yang lama.

Kedua

Kader yang telah dilakukan pembinaan

dengan rutin akan lebih memiliki motivasi

untuk meningkatkan kegiatan posyandu

sehingga menjadikannya kader yang aktif,

pembinaan kader dilakukan didesa babelan

kota hanya dilakukan 1-2 kali/tahun, hal ini

terlalu jauh jaraknya sehingga masih kurang

untuk

memotivasi

para

kader

dalam

keaktifannya dikegiatan posyandu. Sehingga

disarankan kepada pihak puskesmas terutama

pemegang program promkes, bidan dan

pembina desauntuk melakukan kaderisasi

setahun

sekali

agar

kader-kader

tetap

termotivasi

untuk

melakukan

kegiatan

posyandu dan menyelenggarakan pelatihan

kepada

kader

yang

bersangkutan

dan

pemberian imbalan sebagai wujud motivator,

aspek ini perlu mendapat perhatian karena

setiap aktivitas memerlukan suatu bentuk

penghargaan pada aktivitas kerja yang

dilaksanakan

Ketiga

kader yang lamanya menjadi kader > 3

tahun akan lebih terdorong motivasinya untuk

aktif

dalam

mengikuti

posyandu

dibandingkan dengan kader yang lamanya

menjadi kader < 3 tahun, karena menjadi

kader atas keinginan sendiri dan sesuai

dengan

pergantian

kepala

desa

yang

dilakukan pemilihan dalam waktu 8 tahun

sekali.

Lama

kerja

berkaitan

dengan

pengalaman.Pengalaman

mempunyai

pengaruh terhadap keaktifan seseorang dalam

bekerja. Di beberapa daerah pergantian kader

identik dengan pergantian kepala desa, namun

ada beberapa hal lain yang menyebabkan

Varia bel Pemb inaan Keaktifan kader O R CI 95% P value Aktif Kurang aktif Total f % f % f % 3,5 00 8,09 7-1,51 3 0,005 Ya 3 3 52,3 30 47, 7 63 100 Tidak 1 1 23,9 35 76, 1 46 100 Jumla h 4 4 46,3 65 59, 7 10 9 100 Variabe l Kurun waktu Pemanfaatan posyandu O R C I 95 % P val ue Aktif Kurang aktif Total f % f % f % 1, 5 9 4 4, 10 0-0, 62 0 0,4 60 Baru (< 3th) 36 42, 8 48 57, 2 84 100 Lama (> 3th) 8 32 17 68 25 100 Jumlah 44 40, 3 65 59, 7 10 9 100

(6)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017 ISSN 2086-9266

lamanya

kader

bekerja

sesuai

dengan

keinginan mereka sendiri. Saran kepada pihak

puskesmas terutama pemegang program

promkes, bidan dan pembina desa

berdasarkan hasil penelitian ini mengenai

lama menjadi kader dapat terlihat bahwa

masih ada kader yang lama menjadi kader < 1

tahun sehingga dengan adanya pengalaman

kerja kader yang masih belum lama ini

diharapkan agar kader tersebut dapat lebih

meningkatkan keaktifannya dalam kegiatan

posyandu sehingga kelangsungan posyandu

dapat dipertahankan dan diharapkan adanya

pemberian penghargaan bagi kader-kader

posyandu yang lama menjadi kader dan bagi

yang berprestasi diikutsertakan dalam lomba

kader.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih banyak kader yang kurang aktif dalam kegiatan posyandu, ada hubungan antara pengetahuan dan pembinaan kader dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu, tidak ada hubungan antara lamanya menjadi kader dengan keaktifan kader

Masih perlu penelitian lanjutan tentang keaktifan kader dengan variabel-variabel lain dalam skala lebih luas mengingat upaya pemberdayaan masyarakat adalah posyandu meski banyak lembaga-lembaga lain di masyarakat namun posyandu menjadi langkah pertama untuk menurunkan angka kesakitan pada ibu dan anak dan upaya pertama dalam pemberdayaan masyarakat

Melaksanakan kaderisasi setahun sekali agar

kader-kader

tetap

termotivasi

untuk

melakukan

kegiatan

posyandu

dan

menyelenggarakan pelatihan kepada kader

yang bersangkutan dan pemberian imbalan

sebagai wujud motivator para kader untuk

berperan

serta

secara

aktif

dalam

melaksanakan kegiatan posyandu

Daftar Pustaka

1.

Alamsyah (2009)

Thesis Drop Out

Kader.

Jakarta Timur, Urindo.

2.

Andi, O. (2008)

Pengantar Pendidikan

Kesehatan

dan

Ilmu

perilaku

Kesehatan,

Jakarta, Rineka Cipta.

3.

Arikunto (2006)

Populasi dan sampel,

Jakarta, Rineka Cipta.

4.

Depdikbud

(2010)

Kamus

Besar

Bahasa Indonesia Jilid 10,

Jakarta,

Balai Pustaka.

5.

Depkes (2007)

Buku Pegangan Kader

Seri PSM no 1 dan 2

Jakarta, Balai

Pustaka.

6.

Depkes (2007)

Kebijakan dan strategi

nasional

kesehatan

di

Indonesia,

Jakarta.

7.

Depkes

(2009)

Pemberdayaan

Masyarakat,

Jakarta.

8.

Depkes

(2010)

Pedoman

Kerja

Puskesmas Jilid II,

Jakarta.

9.

Depkes

(2010)

Pedoman

Kerja

Puskesmas Jilid IV,

Jakarta.

10.

Depkes (2015)

Pusat Litbang Depkes

,

Jakarta

11.

Depkes

(2014)

Profil

Kesehatan

Indonesia,

Jakarta

12.

Dinas Kesehatan Bekasi. (2010)

Profil

Dinas Kesehatan,

Bekasi.

13.

Direktorat Bina Gizi. (2011)

Buku

Panduan Kader Posyandu,

Jakarta,

Kementrian Kesehatan RI.

14.

Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat

(2007)

Rencana Strategi Pembinaan

Posyandu Dalam Pelita V,

Jakarta,

Departemen Kesehatan RI.

15.

Hastono, S. P. (2007) analisis data

kesehatan.

fakultas

Kesehatan

Masyarakat.

Depok,

Universitas

Indonesia.

16.

Manuaba, I. B. G. (2007 )

memahami

kesehatan reproduksi wanita,

Jakarta,

EGC.

17.

Menkes RI, (2011)

infodatin, Data

danInformasi,

http://www.infodokterku.

com.Diunduh tanggal 22 mei 2016

18.

Muningdjaya

(2007)

Manajemen

Kesehatan,

Jakarta, EGC.

19.

Notoatmodjo, S. (2008)

Metedologi

Penelitian Kesehatan,

Jakarta, Rineka

Cipta.

(7)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017 ISSN 2086-9266

20.

Notoatmodjo, S. (2012)

Metedologi

Penelitian Kesehatan,

Jakarta, Rineka

Cipta

21.

Pusat Litbang Depkes (2015)

22.

Pusat Promosi Kesehatan (2014) Kemenkes RI,

23.

Puskesmas

Babelan

I.

(2015)

ProfilKesehatanPuskesmasBabelan

1,

Bekasi.

24.

Poerwadarminta, W. (2007)

Kamus

Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-7,

Jakarta, Balai Pustaka.

25.

SDKI 2010,

Angka kematian ibu dan

bayi,

http://www.jevuska.com. Diunduh

tanggal 22 mei 2016

26.

Siagian,(2010)

KeramahanMembuat

Kita

Produktif

,http://www.B.I

Indonesia.com.Di unduh tanggal 1 mei

2016.

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran nilai tahanan jenis batuan, melakukan uji pemompaan bertingkat ( step drawdown test ), uji pemompaan menerus debit tetap (

Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 butir 4, begitu pun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 butir 5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah

Saldo persediaan dan piutang usaha pada akhir tahun 2007 membentuk 54% dari total aktiva perusahaan atau 76% dari aktiva lancar perusahaan yang memberi pengaruh penting

Untuk menilai kepuasan pada konsumen baru kecap manis SRK, ketika konsumen baru menikmati kecap tersebut dengan rasa yang enak dan harga yang murah tetapi botol kemasannya

Skripsi ini bertujuan untuk membuat game kususnya pada handphone yang berplatform java dimana sekarang masyarakat kita umumnya lebih menyukai segala sesuatu yang bersifat

Menurut Ketua Panitia Kejuaraan Renang Antar-Pelajar se-Jawa Barat 2015, Victor Yogya, dalam rilis yang diterima Tribun, kegiatan ini merupakan salah satu wujud kepedulian Radio

(「その」 adalah singkatan dari 「それ + の」 sehingga akan secara langsung memodifikasi kata bendanya karena adanya partikel 「の」 yang melekat. Kata lain yang sama

Frekuensi Tingkat Kematangan Gonad berdasarkan selang kelas ukuran panjang ikan tetet (Johnius belangerii) di Perairan Gebang pada bulan pengamatan (April-September)..