• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh DPK terhadap Jumlah Bank syaria

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh DPK terhadap Jumlah Bank syaria"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh DPK terhadap Jumlah Bank syariah di

Indonesia 2007-2012 pada BPRS

DENDY F AMIN

WAHYU E. N. REPI

ANDREW MANDOLANG

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

KOTA MANADO

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Lembar Pengesahan ... ii

Daftar Isi ... iii

Abstrak ... iv

I. Pendahuluan ... 3

1.1Latar Belakang ... 3

1.2Rumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 8

II. Landasan Teori ... 9

III. Metode Penelitian ... 11

IV. Pembahasan ... 14

V. Penutup ... 16

5.1Simpulan ... 16 5.2Saran ...

Daftar Pustaka ...

(3)

Abstrak

Peran lembaga keuangan dalam suatu perekonomian sangatlah vital sebab sektor inilah yang dinilai dapat mampu menggairahkan atau melesukan suatu iklim perekonomian dengan kebijakan-kebijakannya, sehingga pembangunan dan pertambahan unit-unit bank syariah dinilai akan mampu untuk menjawab persoalan yang terjadi, bank syariah memiliki mekanisme yang unik dengan tidak menerapkan bunga yang harus dibayarkan, tetapi lebih mengutamakan pada sistem bagi hasil, sehingga tidak akan memberatkan bagi calon nasabah hal inilah yang membuat jumlah bank syariah mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal tersebut diindikasikan terjadi akibat informasi sistem pembayaran yang diterapkan oleh bank syariah sudah dipahami dan terdengar langdung oleh para calon nasabah.

Kata Kunci : Dana Pihak Ketiga, Jumlah Unit Bank Pembangunan Rakyat Syariah,

Globalisasi

Abstract

The role of financial institution in an economy is really vital for this sector, which is considered can be able to excite or melesukan a temperate economy, with his policies so that development and increase bank syariah units is going to be able to answer problems that occur, bank syariah mechanisms unique with do not implement the flowers must be paid, but prioritize on a system for result, so it will not burdensome for prospective customers this is what makes the number of syariah banks increased every year.It indicated been caused by the information a payments processing system applied by syariah banks have understood and sounded langdung by the prospective customers.

Keywords : Third Party Funds, The Number Of Units Bank Syariah Development The

(4)

B A B I

P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang

Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan (idle fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (Lukman Dendawijaya, 2003). Di dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

Berdasarkan definisi pasal 1 UU No. 10 tahun 1998 diketahui bahwa kegiatan utama bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Kegiatan menghimpun dana tersebut dilakukan dengan mencari alternatif sumber dana, dan salah satu sumber utama bank berasal dari masyarakat. Menurut Lukman Dendawijaya (2003) dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola bank. Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya di bank dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu sesuai kebutuhan. Semakin besar dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat menunjukkan besarnya kepercayaan masyarakat untuk menempatkan dananya di bank. Dari berbagai sumber dana yang berhasil dihimpun oleh bank, kemudian bank menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat secara efektif dan efisien.

Sejak tahun 1997 ketika Indonesia dilanda krisis perbankan maka terjadi pembuktian kalau sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan di dunia ini, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena menanamkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu perbankan syariah. Meskipun kala itu hanya ada satu lembaga keuangan perbankan syariah, namun, diakui oleh banyak kalangan bahwa system yang dianut dapat menjawab tantangan krisis yang terjadi pada tahun 1997-1998 (Khaidar,2007). Ini membuat perbankan syariah yang merupakan warisan dari umat Islam dikenal bukan hanya oleh orang Islam tetapi juga orang non-islam.

(5)

kembali diuji. Oleh karena itu, pemain industri perbankan syariah harus menerapkan strategi untuk fokus mempertahankan eksistensi agar kemudian dapat menaikkan posisinya pada situasi pasar yang tidak menentu ini dengan mempertahankan prinsip yang ada. Mengadopsi strategi survival menjadi suatu keharusan bagi manajemen bank syariah agar tetap bisa menjalankan fungsi intermediasi di waktu krisis. Strategi ini mencakup pertama, Strategi Konsolidasi. Strategi ini diaplikasikan melalui perlindungan dan penguatan posisi bersaing bank syariah di pasar. Ini tidak berarti manajemen hanya diam menyaksikan dinamika pasar dan invasi pesaing. Manajemen harus fokus pada core competence bank syariah terutama komitmen pada penerapan prinsip-prinsip syariah, kekuatan struktur modal, dan ketersediaan dana pihak ketiga. Kesadaran untuk memenuhi kompetensi akan membantu peningkatan sumber daya yang dimiliki sehingga memberikan posisi bersaing yang lebih baik.

Kedua, Keunggulan Biaya. Pencapaian tingkat keuntungan bagi pemegang saham dan deposan yang lebih tinggi dari biasanya akan memudahkan bank syariah menerapkan strategi konsolidasi di atas. Cara terbaik adalah dengan memotong biaya operasional (service cost) yang dikeluarkan. Sesungguhnya struktur modal bank syariah tidak mengandung utang sehingga tidak ada pembayaran bunga tetap kepada deposan atau shahibul maal lainnya. Hal ini memberikan keunggulan bersaing bagi bank syariah dibanding bank konvensional karena tekanan terhadap manajemen terkait pengambilan risiko dan keputusan investasi akan sedikit mengendur. Oleh karena itu, biaya manajerial relatif lebih mudah ditangani daripada biaya bunga.

Ketiga, Merger dan Akuisisi. Berdasarkan pengalaman lembaga keuangan maupun non-keuangan, strategi ini merupakan strategi yang paling umum direkomendasikan. Penggabungan usaha akan berpengaruh positif terhadap skala ekonomi, kemampuan bersaing dan bersinergi bank syariah. Namun ada sedikit catatan yang perlu diperhatikan, yaitu merger dua bank syariah yang lemah hanya akan menghasilkan sebuah bank syariah yang tidak cukup kuat. Perbedaan sifat (sumber dan penggunaan dana, struktur biaya) antara bank syariah dan bank konvensional juga harus benar-benar dipertimbangkan jika diterapkan pada dua jenis bank yang berlainan.

(6)

keuangan global akan memberikan bank syariah peluang yang cukup terbuka untuk memasuki pasar yang selama ini kurang terjamah. Pasar ini menyediakan nasabah dari sektor baru seperti pembiayaan UMKM, pemberdayaan perempuan, dan kebutuhan pendanaan APBD bagi pemerintah daerah. Ini akan memberikan peluang emas bagi bank syariah untuk memenangkan sektor-sektor baru. Bank syariah dapat memperluas aktivitas pembiayaan dan mendiversifikasi sumber dananya melalui pendirian kantor cabang baru atau berafiliasi dengan bank di segmen pasar yang belum banyak tersentuh ini.

Kedua, Strategi Diversifikasi. Bank syariah bisa mengeluarkan produk baru atau melakukan inovasi terhadap produk yang sudah ada, tentu dengan persetujuan Dewan Pengawas Syariah. Hal ini dapat dikerjakan bersamaan dengan pengenalan segmen pasar yang baru. Strategi ini meliputi pergerakan bank syariah menuju pasar dengan menawarkan produk baru. Bank syariah dapat merambah pasar dengan membawa produk baru pada industri keuangan, seperti pendirian dan investasi di asuransi syariah, reksadana syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya. Selain itu, bank syariah dapat melakukan diversifikasi investasinya di luar sektor keuangan melalui investasi langsung ke sektor riil seperti pabrik-pabrik manufaktur, rumah sakit, dan perusahaan industri lain.

Ketiga, Kepemimpinan Dinamis. Krisis juga otomatis memaksa bank syariah mengubah sasarannya secara mendalam dan struktural. Oleh karena itu, pimpinan bank syariah dituntut mengambil tindakan yang responsif, cerdas, dan cukup fleksibel. Karakter kepemimpinan yang unik dan kuat akan menjadi faktor penentu berhasil tidaknya penerapan strategi-strategi yang telah disusun. Para manajer puncak harus mampu mengendalikan aktivitas operasional bank syariah secara stabil melewati badai krisis. Manajer-manajer bank syariah saat ini ditantang untuk lebih berani mengambil keputusan bersifat strategis sebagai bentuk respon atas situasi yang mendesak. Para manajer muda juga dapat diberi kesempatan untuk mengawal bank syariah dan mencoba melakukan berbagai terobosan baru yang inovatif.

Kombinasi usaha di atas diharapkan dapat mewujudkan orientasi industri perbankan syariah nasional menuju kesesuaian dengan fenomena krisis yang terjadi. Sebuah cara yang terintegrasi merupakan isu utama dari strategi-strategi ini. Kerjasama diantara bank syariah akan mempunyai peranan yang signifikan dalam mereduksi efek buruk dari krisis keuangan global. Strategi ini juga berarti membangun kesadaran untuk saling membantu dalam

(7)

islamiyah). Sebuah strategi komprehensif yang menyatukan industri perbankan syariah kita di barisan terdepan.

Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya menerapkan prinsip bagi hasil dan resiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem perbankan nasional, bank syariah mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian. Peranan perbakan syariah dalam aktivitas ekonomi Indonesia tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional (Banoon dan Malik,2007). Keberadaaan bank syariah diharapkan dapat mendorong perkonomian suatu negara.

Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekomomian adalah : kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadailan social ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata, stabilitas nilai uang, mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil, serta pelayanan yang efektif (Setiawan, 2006).

Momentum perkembangan ekonomi yang kondusif juga berdampak positif terhadap perkembangan perbankan syariah. Volume usaha perbankan syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) meningkat 48,6% (yoy) dari posisi Rp100,3 triliun pada tahun 2010, menjadi Rp149,0 triliun pada tahun 2011 (Grafik 1.1). Laju pertumbuhan volume usaha tersebut selain lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan industri secara nasional, sehingga pangsa perbankan syariah terhadap industri perbankan meningkat menjadi 4,0%. Sejalan dengan ekspansi dimaksud, fungsi intermediasi perbankan syariah masih dipertahankan pada tingkat yang cukup optimal, tercermin dari Financing to

(8)

Perkembangan Aset Perbankan Syariah

Secara regional, perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat terjadi di sejumlah daerah. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan atau penyaluran pembiayaan terutama di kawasan Sumatera, kawasan Bali dan Nusatenggara serta kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua yang melebihi laju pertumbuhan secara nasional. Selain itu, beberapa daerah di kawasan Jawa juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi.

Pada tahun 1998 diberlakukannya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan sebagai pengganti Undang-undang No. 7 tahun 1992. Dengan adanya Undang-undang tersebut perbankan syariah di Indonesai mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk berkembang, menyelenggarakan kegiatan usaha, termasuk memberikan kesempatan kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang yang melaksanakan operasional perbankan yang berdasarkan prinsip syariah.

(9)

Dana-dana yang dimaksud meliputi dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana yang bersumber dari lembaga lainnya, dan dana yang bersumber dari masyarakat.

Dana yang bersumber dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Dana tersebut dapat berasal dari simpanan berupa tabungan, giro, dan deposito. Lukman Dendawijaya

(2003) mengemukakan bahwa “dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai

80%-90% dari seluruh dana yang dikelola bank”. Bank melakukan berbagai cara untuk

menjaga kepercayaan dan memberi rasa aman bagi nasabah, yaitu dengan menjaga tingkat likuiditasnya. Untuk dapat meyalurkan kredit sebesar-besarnya sektor perbankan berlomba-lomba untuk melakukan penghimpunan dana dari masyarakat. Dengan demikian meningkatnya pertumbuhan dana pihak ketiga akan menyebabkan meningkatnya pertumbuhan kredit.

Dengan potensi ini maka Indonesia dengan kemajuan bank syariah bisa menciptakan identitas perbankan sendiri di tengah-tengah ekonomi dunia. Namun yang perlu dicermati adalah bagaimana kuatnya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap pertumbuhan bank Syariah..

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap perkembangan perbankan syariah di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Mengetahui seberapa besar pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

(10)

B A B II

L AN D A S A N T E O R I

1.1Sumber Dana Bank

Umber dana yang terlihat pada sisi pasiva neraca atau yang disebut pula dengan manajemen pasiva adalah suatu proses dimana bank mengembangkan sumber-sumber dana yang nontradisional melalui pinjaman di pasar uang atau dengan menerbitkan instrumen utang digunakan secara menguntungkan terutama untuk memenuhi alokasi yang produktif.

Secara umum manajemen pasiva mencakup aktivitas dalam rangka mengumpulkan dana dari masyarakat serta sumber lainnya dan menetapkan komposisi dana tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam arti sempit, manajemen pasiva diartikan dengan kebutuhan likuiditas, yaitu aktivitas mencari dana pada waktu yang diperlukan.

Dana Masyarakat ( Dana Pihak Ketiga )

Adalah dana yang diperoleh dari masyarakat dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang Rupiah ataupun dalam Valas. Pada sebagian besar bank, dana masyarakat ini pada umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank. Hal ini sesuai dengan fungsi bank yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat.

Terdapat beberapa jenis instrumen yang dapat digunakan oleh bangk, untuk menghimpun dana dari masyarakat, yaitu :

a. Giro, merupakan simpanan masyarakat dalam bentuk Rupiah atau Valas pada bank yang transaksinya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, Bilyet Giro, atau perintah bayar lainnya atau bisa juga dengan pemindah bukuan. b. Tabungan, merupakan simpanan pihak ketiga dalam Rupiah atau Valas pada bank

yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu dari masing-masing bank penerbit, tetapi tidak dapat ditarik deng cek, Bilyet Giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

(11)

1. Deposito berjangka, yaitu simpanan pihak ketiga dalam bentuk Rupiah atau Valas yang diterbitkan atas nama nasabah pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan

2. Sertifikat Deposito, yaitu deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan atau surat berharga atas unjuk Rupiah yang merupakan surat pengakuan hutang dari bank dan lembaga keuangan non bank yang dapat diperjualbelikan dalam pasar uang.

(12)

B A B III

M E T O D E P E N E L I T I A N

3.1 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder time series tahun 2007-2012 yang bersumber dari Bank Indonesia (BI).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan cara mendatangi langsung instansi terkait (BI Manado) untuk mengambil dan mengumpulkan data yang telah diolah dan yang telah tersedia di instansi tersebut. Selain itu, sebagai penunjang data peneltitian maka dilakukan studi kepustakaan dan eksplorasi serta searchingdata melalui internet.

3.3 Definisi Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan dan diukur sebagai berikut :

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Statistik Inferensia ; Analisis ini dipakai untuk menganalisa hal-hal berikut :

a. Besarnya proporsi atau sumbangan DPK terhadap variasi naik turunnya perkembangan jumlah BPRS dengan menggunakan rumus koefisien determinasi yakni : koefisien korelasi di kuadratkan ( r2 )

b. Pengaruh jumlah uang beredar terhadap inflasi , melalui analisis regresi sederhana dengan rumus sebagai berikut :

(13)

Y = Jumlah unit BPRS a = Intercept

b = Koefisien regresi

X = Dana Pihak Ketiga ( independent variable )

Rumus untuk mencari b ( koefisien regresi ) adalah sebagai berikut :

n . ∑XY - ∑X . ∑Y

b =

n . ∑X2 –(∑X)2

Rumus untuk mencari a ( intercept ) adalah sebagai berikut :

∑Y - b∑X

a =

n

c. Untuk mengetahui tingkat ketelitian perkiraan digunakan rumus kesalahan baku atau

standar error sebagai berikut :

S

Sb =

∑X2 –( ∑X)2/n

dimana : S adalah standarr error of estimate dengan rumus : ∑ y – b2 ∑x2

S =

(14)

d. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas (Dana Pihak Ketiga) terhadap variabel tidak bebas (jumlah unit BPRS) dilakukan pengujian terhadap parameter pendugaan secara parsial dengan menggunakan uji t – student dengan :

t = b –β / Sb

dimana apabila :

t hitung ≥ t tabel ( α/2,n – k ), maka Ho ditolak berarti ada pengaruh antara DPK

(15)

B A B IV

P E M B A H A S A N

4.1 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah BPRS

TAHUN JUMLAH UNIT BPRS

2005 95

2006 105

2007 114

2008 131

2009 138

2010 150

2011 155

2012 158

Seiring dengan makin berkembangnya kegiatan perekonomian di Indonesia dari tahun ke tahun, dan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap mekanisme transaksi dari bank syariah sendiri sehingga mengakibatkan berkembangnya bank syariah dari tahun ke tahun seperti pada tabel diatas. Hal inilah yang mengakibatkan jumlah Dana Pihak Ketiga yang berasal dari masyarakat yang masuk ke Bank syariah mengalami peningkatan.

(16)

Hasila analisis regresi sederhana Dana Pihak Ketiga terhadap jumlah unit BPRS dengan menggunakan program e-views sebagai berikut :

Y = 1,125 + 0,268 xi

Se (0,297) (0,021)

R2 = 0,9632

Hasil analisis pendugaan parameter X yaitu Dana Pihak Ketiga mempunyai tanda positif (+), hal ini sesuai dengan teori dimana jika Dana Pihak Ketiga di Indonesia bertambah maka jumlah BPRS akan meningkat, cateris paribus.

Besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap jumlah unit BPRS diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,268. Hal ini berarti bahwa jika Dana Pihak Ketiga bertambah 1 % maka jumlah unit BPRS akan meningkat sebesar 26,8 %

Hasil analisis diperoleh nilai koefisien determinasi (r2) sebesar 0,96 . Hal ini berarti bahwa besarnya proporsi atau sumbangan Dana Pihak Ketiga terhadap naik - turunnya jumlah BPRS di Indonesia adalah sebesar 96 % , sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

(17)

B A B V

P E N U T U P

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah dana pihak ketiga mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan jumlah unit pada Bank Perbankan Rakyat Syariah sehingga ketika ekonomi global sudah masuk sampai ke Indonesia, bukan hanya bank konvensional yang merasakan dampaknya secara langsung tetapi bank syariah juga, karena pada era globalisasi arus uang dan barang akan bergerak dengan sangat cepat dengan jumlah yang besar, selain itu dengan masuknya era globalisasi diharapkan agar bank syariah di Indonesia dapat berkembang pesat, seperti halnya di negara-negara lain yang secara notabene jumlah penduduk muslimnya tidak sebesar dengan jumlah penduduk muslim di Indonesia.

5.2 Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. Statistik Perbankan Syariah 2013

Sangadji Etta dan Sopiah. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian, PENERBIT ANDI, Yogyakarta. 2010

(19)

Lampiran 1

TAHUN

Jaringan Kantor

Perbankan Syariah BPRS

(jumlah bank)

Dana Pihak Ketiga

(juta)

2005 92 340,892

2006 105 521,152

2007 114 717,858

2008 131 975,815

2009 138 1,250,603

2010 150 1,603,778

2011 155 2,095,333

Referensi

Dokumen terkait

Boto,Rosa Mimaa Gaba Caiga, nee yewemonimo mani kedin “KENGI BEYE AKKI ÉBANO ADANI ANTE WEÑWNANI EMEPOKE WADEPO INANI MINKAYONTA GAMENO NANI AYOMO EMEPOKE GO MEA

Dengan memfokuskan pada kebijakan Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH), kajian ini mencoba melihat peluang-peluang bagi masyarakat setempat dan pihak lain untuk berperan serta

pemasaran harus mengambil keputusan- keputusan besar seperti ciri (features) apa yang harus dirancang untuk sebuah produk baru, harga yang harus ditawarkan kepada

bahwa bagi mahasiswa baru Universitas Diponegoro Tahun Akademik 2015/2016 yang telah terdaftar sebagai mahasiswa baru Universitas Diponegoro akan diterima secara resmi

Dana yang terkumpul di Baitul Mal ini dikelola oleh pengelola ( amil ). Penelitian ini berjudul “Manajemen Baitul Mal Pendistribusian Zakat di Kabupaten Aceh

keagamaan pada santri taman pendidikan Al-Quran Al-Asyhar. Sumberagung yang mencakup: tinjauan tentang nilai-nilai

Terkait dengan tugas tersebut, PPID Utama Kabupaten Bima menetapkan standar layanan informasi dalam rangka penyelenggraan pelayanan publik dengan menyediakan sarana,

Berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan utama kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan