JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2 No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 1
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIK PADA SISWA SD
Nandang Kusnandar
Program Studi PGSD STKIP Sebelas April Sumedang
Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan pemahaman konsep matematik dikuasai oleh siswa dengan baik. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kemampuan pemahaman konsep matematik antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional serta untuk mengetahui sikap siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen terhadap siswa kelas V SDN Cilengkrang sebanyak dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 25 orang. Data penelitian ini dikumpulkan melalui tes tertulis kemampuan pemahaman, angket skala sikap untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran yang digunakan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik antara kedua kelompok sampel. Rata-rata nilai yang diperoleh kelas eksperimen yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 0,48 dan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional sebesar 0,40. Sedangkan berdasarkan pengolahan data angket, respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah positif dengan rata-rata sebesar 3,992.
Kata Kunci:Model STAD, Pemahaman Konsep Matematik
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam pembelajaran matematika, ada siswa yang mampu menyelesaikan permasalahan matematik dengan cepat, tepat, dan benar, tetapi di sisi lain, tidak sedikit pula yang tidak mampu. Untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan terkait matematika diperlukan penguasaan dan pengembangan berbagai kemampuan serta keterampilan berhitung.
Menurut Ruseffendi (2005: 36), ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa matematika itu dianggap sulit untuk
dipahami oleh siswa, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Tingkat pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.
2. Daya nalar siswa untuk mengaitkan antara satu masalah dengan masalah yang lain secara matematis masih rendah.
3. Model pembelajaran yang kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
4. Siswa beranggapan bahwa matematika itu sulit dan menjadi beban yang memberatkan.
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2 No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 2 Fungsi mata pelajaran matematika
adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan (Suherman, dkk. 2001: 55). Matematika yang dipelajari melalui pendidikan formal mempunyai peranan penting sebagai bekal pengetahuan untuk membentuk sikap serta pola pikir siswa. Ruseffendi (2005: 58) mengungkapkan bahwa dengan belajar matematika memiliki manfaat sebagai berikut.
1. Kita mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan lainnya.
2. Kita memiliki persyaratan untuk belajar bidang studi lainnya.
3. Perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis.
4. Kita diharapkan menjadi manusia yang tekun, kritis, logis, bertanggung jawab, dan mampu menyelesaikan masalah.
Pada kenyataannya, mempelajari matematika tidaklah mudah, tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan membaca, tetapi siswa juga harus mampu memahami materi yang sedang disampaikan, mampu memahami hubungan antara bagian-bagian matematika, mampu menganalisis dan menarik kesimpulan, serta memiliki sikap dan kebiasaan berpikir logis, kritis, sistematis, dan cermat. Bila siswa mempelajari matematika hanya pada konsep berhitung dan beralogaritma tanpa penekanan pada pemahaman konsep, siswa hanya akan mampu
menyelesaikan soal-soal yang bersifat dasar. Bila diberikan bentuk soal yang berbeda,
siswa akan kesulitan dalam
menyelesaikannya. Padahal apabila siswa memahami konsep, bagaimanapun bentuk soal yang diberikan, siswa akan mampu menyelesaikannya dengan benar.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memilih strategi pembelajaran, baik berupa pendekatan, teknik, model, ataupun metode yang tepat. Strategi pembelajaran yang tepat dan menarik perhatian akan membawa siswa pada suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga akan memudahkan siswa untuk menyerap dan memahami dengan baik materi yang diajarkan.
Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematik salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD). Gagasan utama dari model pembelajaran STAD ini adalah memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang diajarkan. Dalam STAD, siswa belajar berkelompok, bekerja sama dalam satu tim sehingga mempunyai kesempatan sukses yang sama. Belajar dalam satu tim ini sangat cocok untuk membangkitkan motivasi dan peran aktif
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2 No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 3 siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan pemikiran itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik pada Siswa SD”.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Manakah yang lebih baik untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematik antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional? 2. Bagaimana sikap siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
C. Manfaat Penelitian
Secara garis besar, manfaat penelitian yang dilakukan, penulis rumuskan seperti di bawah ini.
1. Bagi siswa, melalui model pembelajaran STAD diharapkan mampu meningkatkan
kompetensi pemahaman konsep
matematik, serta menganggap proses pembelajaran itu menyenangkan, yang
pada akhirnya menganggap belajar matematika secara umum menyenangkan dan tidak membosankan.
2. Bagi guru matematika, dapat dijadikan salah satu model pembelajaran alternatif dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan perbandingan dalam pengembangan penelitian lanjutan tentang model pembelajaran sebagai disiplin ilmu dalam pendidikan guru sekolah dasar.
2. METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian akan terlaksana dengan baik dan terarah, jika metode yang digunakan tepat dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Dikatakan demikian, karena keberhasilan dalam mencapai tujuan banyak dipengaruhi oleh penggunaan metode. Oleh karena itu, metode penelitian merupakan salah satu komponen penting dalam suatu penelitian. Penggunaan metode yang sesuai akan membantu dalam mencapai hasil yang
maksimal. Sugiyono (2011: 3)
mengemukakan, “Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Maksud dari metode penelitian menurut Sugiyono (2011: 72) adalah “metode yang digunakan untuk mencari pengaruh
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2 No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 4 perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan”. Jadi penelitian eksperimen dalam pendidikan adalah kegiatan penelitian yang bertujun untuk menilai suatu perlakuan/tindakan pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain.
Penelitian ini menggunakan dua kelas yang diberi perlakuan yang berbeda. Kelas yang pertama adalah kelas eksperimen, diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan untuk kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional (ekspositori). Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematik antara peserta didik yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen, dan model pembelajaran konvensional (ekspositori) pada kelas kontrol. Secara skematis, desain penelitian ini menggunakan pola pure eksperiment, yaitu:
R : O X O R : O – O Keterangan:
R : pemilihan sampel O : tes awal dan tes akhir
X : perlakuan untuk kelas eksperimen – : perlakuan untuk kelompok kontrol
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tahapan kerja yang dilakukan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan dan persiapan, terdiri dari: a. observasi lapangan dan identifikasi
masalah yang ada di lapangan; b. pemilihan populasi dan sampel;
c. pembuatan silabus dan RPP yang dikonsultasikan terlebih dahulu dengan guru matematika yang bersangkutan; d. pembuatan perangkat tes;
e. pembuatan angket.
2. Pelaksanaan penelitian, terdiri dari: a. melaksanakan tes awal;
b. melaksanakan KBM dengan
menggunakan model pembelajaran STAD pada kelas eksperimen, dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol;
c. melaksanakan tes formatif untuk setiap kali pertemuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol;
d. melaksanakan pengisian angket oleh kelas eksperimen;
e. melaksanakan tes akhir; f. pengolahan data dan analisis.
C. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan kumpulan elemen yang sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2 No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 5 yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 61).
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011: 62). Sampel harus dapat mewakili seluruh karakteristik populasi (sampel refresentatif). Tujuan penarikan sampel adalah untuk memperoleh informasi tentang populasi. Dengan menarik sampel, peneliti ingin menarik kesimpulan yang akan digeneralisasikan terhadap populasi. Sampel dari penelitian ini adalah kelas V SDN Cilengkrang Sumedang sebanyak 2 kelas, yaitu 1 kelas sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas sebagai kelas kontrol. Alasan dipilihnya kelas V adalah karena kelas V sudah merupakan kelas tinggi di tingkat sekolah dasar dan mempunyai waktu yang cukup panjang untuk persiapan menghadapi ujian nasional.
D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan (valid), maka dalam setiap penelitian harus menentukan teknik yang akan dipakai untuk mengumpulkan data. Yang digunakan dalam penelitian ini berupa data hasil tes tertulis, dan angket. Adapun prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut.
1. Menyusun soal tes tertulis berbentuk uraian yang berhubungan dengan pokok bahasan pecahan.
2. Mengadakan tes awal sebelum diberikan perlakuan.
3. Mengadakan tes akhir setelah pokok bahasan materi selesai, dilaksanakan setelah diberikan perlakuan.
4. Penilaian jawaban tes awal dan tes akhir, dilakukan dengan penskoran.
5. Merekapitulasi nilai tes awal dan tes akhir ke dalam tabel data penelitian.
6. Angket diberikan diakhir pertemuan sebelum pelaksanaan tes akhir.
7. Data yang terkumpul dianalisis dan disimpulkan.
1. Tes Kompetensi
Untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan pemahaman matematik setelah diberikan perlakuan, maka dilakukan pengolahan data hasil tes awal dan tes akhir yang hasilnya berupa data kuantitatif. Sebelum melakukan pengolahan data hasil tes tersebut, terlebih dahulu dilakukan analisis indeks gains. Selanjutnya digunakan uji statistik, yaitu uji kesamaan dua rata-rata untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional.
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2 No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 6 Angket dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Setelah data angket diperoleh, dilakukan pemberian skor untuk setiap jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Model skala yang digunakan adalah skala sikap model Likert. Data yang diperoleh dari pengisian angket berupa data kualitatif. Untuk keseluruhan data yang diperoleh, hasil analisis datanya disajikan dalam bentuk deskriptif.
Penilaian yang dipakai dalam mentransfer data kualitatif ke dalam data kuantitatif menurut Tim MKPBM (2003: 190) adalah sebagai berikut.
a. Untuk pernyataan yang bersifat positif, pemberian skornya adalah:
Tabel 3.1
Skor Pernyataan Positif
Pernyataan Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju
(STS) 1
b. Untuk pernyataan yang bersifat negatif, pemberian skornya adalah:
Tabel 3.2
Skor Pernyataan Negatif
Pernyataan Skor
Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 2
Tidak Setuju (TS) 4
Sangat Tidak Setuju
(STS) 5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Data-data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah data tes kemampuan siswa berupa tes awal (pre test) dan tes akhir
(post test) serta data angket. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan uji normalitas data dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata. Semua pengujian dilakukan dengan uji dua pihak dengan taraf signifikansi 1%.
Hasil penelitian ini didasarkan atas beberapa temuan-temuan yang direkapitulasi dalam bentuk tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Jenis Kemampuan Kelas Eksperimen Model STAD Kelas Kontrol Model Konvensional
Pretest Postest IG Pretest Postest IG
Pemahaman Konsep Matematik SMI = 20 𝑥 3,60 11,20 0,48 4,00 10,40 0,40 s 0,12 0,06
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2 No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 7
2. Pembahasan
Data hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa untuk jenis kemampuan pemahaman konsep matematik siswa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran STAD dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Rata-rata nilai tes awal kelas eksperimen yaitu 3,60 lebih rendah daripada rata-rata tes awal kelas kontrol yaitu 4,00. Tetapi setelah dilaksanakan perlakuan, rata-rata nilai tes akhir kelas eksperimen (11,20) ternyata lebih tinggi daripada rata-rata tes akhir kelas kontrol (10,40). Demikian juga untuk nilai simpangan baku kelas eksperimen lebih besar daripada nilai simpangan baku kelas kontrol.
2.1 Analisis Data Indeks Gains
Analisis data indeks gains
dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Data penelitian yang didapat dari hasil tes awal dan tes akhir dihitung dengan menggunakan teknik pengolahan indeks
gains. Dari pengolahan data indeks gains untuk siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe
student teams achievement division
diperoleh skor indeks gains tertinggi 0,70 dan skor indeks gains terendah 0,20. Untuk siswa yang pembelajarannya menggunakan model konvensional diperoleh skor indeks gains tertinggi 0,50 dan skor indeks gains
terendah 0,33. Hasil rata-rata analisis
indeks gains kelas eksperimen 0,48 dan kelas kontrol 0,40. Dari data tersebut, terlihat rata-rata indeks gains kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 4.1 Rata-rata Indeks Gains
Dari grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata indeks gains kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan jumlah indeks gains, skor maksimum indeks gains, skor minimum indeks gains, rata-rata, simpangan baku, dan deviasi standar dapat dilihat pada tabel berikut.
0 0.2 0.4 0.6 Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
In
d
ek
s
G
ain
s
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2 No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 8
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Indeks Gains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Aspek
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Skor Max Skor Min 𝒙 s Skor Max Skor Min 𝒙 s Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik 0,70 0,20 0,48 0,12 0,50 0,33 0,40 0,06
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
rata-rata untuk siswa yang
pembelajarannya menggunakan model kooperatiftipe STAD yaitu 0,48, ini berarti peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik yang dimiliki siswa berkategori “cukup”. Sedangkan rata-rata untuk siswa yang pembelajarannya menggunakan model konvensional yaitu 0,40, ini berarti peningkatan pemahaman konsep matematik siswa berkategori “cukup”.
Agar dapat diketahui dengan jelas signifikan atau tidaknya sebaran data tentang rata-rata kelas ekperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan uji statistik yaitu uji kesamaan dua rata-rata. Sebelum dilakukan uji kesamaan dua rata-rata, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dari data tersebut.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Kesimpulan yang diperoleh dari uji normalitas data, kedua kelompok sampel tidak berdistribusi normal, maka untuk menguji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan perhitungan uji wilcoxon, dengan hipotesis penelitian sebagai berikut.
Ho : µEksperimen = µKontrol
Ha : µEksperimen≠µKontrol
Keterangan:
Ho : tidak terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan pemahaman konsep matematik.
Ha : terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan pemahaman konsep matematik.
Kriteria: untuk taraf signifikansi 1 %, tolak Ho jika whitung < wtabel.
Tabel 4.4
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata dengan Uji Wilcoxon Rank
positif
Rank
negatif n whitung wtabel
Penerimaan
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2 No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 9 118 19 25 19 68 H0 ditolak Kedua model pembelajaran berbeda sangat signifikan
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah rank positif adalah 118 dan jumlah rank negatif 19. Karena jumlah rank terkecil 19, maka nilai whitung adalah 19.
Dengan taraf signifikansi 1 % (α = 1%) diperoleh wtabel yaitu w(0,01)(25) = 68.
Ternyata whitung < wtabel, maka kedua model
pembelajaran berbeda sangat signifikan. Karena 𝑥 𝑆𝑇𝐴𝐷 > 𝑥 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 ( 𝑥 𝑆𝑇𝐴𝐷 =
0,48; 𝑥 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 = 0,40), maka model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada model pembelajaran konvensional (hipotesis diterima).
2.2 Teknik Analisis Data Angket
Setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran tersebut dilakukan pengisian angket yang bersifat tertutup artinya alternatif jawaban sudah disediakan dan siswa tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapatnya. Angket tersebut diberikan kepada siswa kelas eksperimen pada pertemuan terakhir yang jumlah siswanya 25 orang.
Hasil data angket yang diperoleh, terdapat beberapa soal yang nilai
rata-ratanya cenderung netral. Seperti pada pernyataan no. 11 yaitu “Saya tidak suka soal berbentuk uraian”, dan pernyataan no. 9 yaitu “Soal-soal yang diberikan terlalu mudah untuk dikerjakan”. Hal ini bisa disebabkan karena siswa tidak mengerti maksud dari pernyataan, sehingga mereka cenderung bingung untuk menjawab dan akhirnya mereka memilih kategori jawaban yang dianggap aman.
Tabel 4.5
Rata-Rata Nilai Cenderung Netral Soal No. 11 Pernyataa n n SS S TS ST S Saya tidak suka soal berbentuk uraian. 25 1 10 11 3 Persentase (%) 10 0 4 % 40 % 44 % 12 % Tabel 4.6
Rata-Rata Nilai Cenderung Netral Soal No. 9 Pernyataa n n SS S TS ST S Soal-soal yang diberikan terlalu mudah untuk dikerjakan 25 0 8 15 2 Persentase (%) 100 % 0 32% 60% 8%
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2 No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 10 Ada juga siswa yang nilai
rata-ratanya cenderung normal yaitu seperti S04. Siswa ini bersikap sangat hati-hati dalam menjawab pernyataan-pernyataan yang diajukan, karena mungkin takut salah, sehingga dia memilih kategori jawaban yang dianggap aman.
Tabel 4.7
Rata-Rata Nilai Siswa Cenderung Netral
Subjek Jumlah
Pernyataan ∑ 𝒙
S04 20 72 3,60
Secara keseluruhan, dari hasil pengolahan data angket tersebut diperoleh 𝑥𝑡 = 3,992. Berdasarkan kategori angket
sesuai skalalikert 3 < 𝑥𝑡 < 5, maka nilai 𝑥𝑡
masuk dalam kategori positif.
Tabel 4.8 Angket Sikap Siswa
Kelas n 𝑥 𝑡𝑠 𝑥𝑡 Kategori Eksperime n 2 5 99, 8 3,99 2 Positif 3. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang telah disajikan pada bab IV, simpulan yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan pemahaman konsep matematik siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional (ekspositori).
2. Berdasarkan kategori angket skala likert,
dari hasil analisis data angket diperoleh tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah positif.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. (2007). Cooperative Learning.
Jakarta: Grasindo.
Hanna. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Metode Inkuiri untuk Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan. NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation
Standard for School Mathematics.
Reston. Va: NCTM.
Nuraeni, N. (2008). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Kecerdasan terhadap Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa SMP. Disertasi pada SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E.T. (1988). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksata Lainnya. Bandung: Tarsito.
Slavin, E. Robert. (2009). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Sugiyono. (2011). Statistika untuk
Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 2 No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 11 Suherman, E. dkk. (2001). Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI. Suherman, E. (2008). Asesmen Portofolio
Bagi Guru. Makalah.
Wardhani. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division. [Online]. Tersedia:/http://mediaukhuwwahfill ah. blogspot.com/2006/12/ model-pembelajaran -kooperatif-tipe-stad.html [25 September 2017]