• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK : Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kelas XI SMKN 1 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK : Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kelas XI SMKN 1 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Hendi Susanto, 2015 “Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Pemahaman Konsep Dan Kreativitas

Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Prakarya dan

Kewirausahaan Kelas XI SMKN 1 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015) “ Dosen Pembimbing Prof . Dr. H. Disman, M.S.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Project Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep dan kreativitas peserta didik kelas XI pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan SMK Negeri 1 Bandung.

Metode Penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan bentuk Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design.Teknik Analisa data dengan statistik parametrik yang meliputi uji beda rata-rata (paired samples t-test dan independent samples t-test), gain score dan perhitungan effect size dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 21.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode Project Based learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional (ceramah).Penggunaan metode Project Based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik lebih baik dibanding metode Konvensional. Terdapat perbedaan peningkatan kreativitas siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode Project Based learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional (ceramah).Penggunaan metode Project Based learning dapat meningkatkan kreativitas siswa lebih baik dibanding metode Konvensional (ceramah).

(2)

ABSTRACT

Hendi Susanto, 2015 "The Influence of Project Based Learning Methods To Understanding of Concept And Creativity Students At A craft and Entrepreneurship Lesson Class XI student of SMK Negeri 1 Bandung Academic Year 2014-2015" Supervisor : Prof . Dr. H. Disman, M.S.

The purpose of this study to determine the effect of the use of Project Based Learning method Against understanding of concepts and Creativity Students At A craft and Entrepreneurship Lesson Class XI student of SMK Negeri 1 Bandung.

This method used in this research is quasi experimental with Nonequivalent (Pretest and Post) Control Group Design. The data analysis techinique with parametric statistical test of difference ( paired samples t-test and independent samples t-test), gain score and effect size calculations using SPSS version 21.

The results of study show that there are differences in the increased understanding of the concept of class experiments using Project Based Learning method was higher than the control class using conventional methods (lectures). The using Project Based Learning method can improve the understanding of the concept of learners better than conventional methods. There are differences in the increase of student creativity experimental class using Project Based Learning method was higher than the control class using conventional methods (lectures) .The Using Project Based Learning method can improved students' creativity better than conventional methods (lectures).

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia juga merupakan syarat untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan yang berkualitas. Untuk itu sangat dibutuhkan kecocokan dalam penerapan pola metode pembelajaran dalam suatu mata pelajaran yang memerhatikan masukan (input), proses belajar sehingga akan sangat menentukan hasil belajar yang sesuai dalam segi teori maupun praktek. Metode pembelajaran dalam setiap pelajaran harus diperhatikan sehingga sikap aktif, kreatif, dan inovatif akan terwujud.

Trilling dan Fadel (2009: 24) sadar akan cepatnya perubahan zaman yang juga mempengaruhi bentuk pembelajaran seperti apa yang dapat menghasilkan lulusan yang mampu bekerja dan sukses beberapa tahun ke depan. Dapat dibayangkan, dunia akan semakin “kecil” karena kemajuan teknologi dan transportasi, informasi dan budaya dapat tersebar dengan sangat cepat, dan pekerjaan yang bersifat rutin akan tergantikan oleh mesin dan teknologi.

Selain itu, lingkungan pekerjaan akan selalu berhubungan dengan teknologi tinggi, dengan masalah yang kurang jelas atau belum pernah ditemukan sebelumnya, dan kecenderungan dalam dunia kerja untuk bekerja sebagai tim dan menciptakan sesuatu yang baru, bukan lagi berkompetisi antar individu karena sangat mungkin pekerjaan tersebut adalah pekerjaan lintas disiplin ilmu.

(4)

2

arsip, dan lain-lain) dan manual task (tugas atau pekerjaan yang lebih menggunakan kerja fisik, contoh: sopir, petugas keamanan, pramusaji, dan lain-lain), seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.1 Grafik Persentase Kebutuhan jenis Pekerjaan

Pada gambar 1.2, terlihat peningkatan kebutuhan jenis abstract task sejak tahun 1960 hingga diprediksi mencapai lebih dari 65% pada tahun 2020. Sebaliknya, jenis pekerjaan yang rutin dilakukan (routine tasks) dan manual task akan semakin menurun. Gambar ini menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan yang tersedia pada tahun 2020 lebih banyak untuk jenis pekerjaan abstract task seperti dokter, pengusaha, ilmuwan, desainer, dan lain-lain dibandingkan dengan kebutuhan akan sopir, pramusaji, petugas keamanan, dan sejenisnya. Sebelum itu, Trilling dan Fadel (2009: 9) juga menyatakan bahwa sistem pendidikan di dunia harus mempersiapkan peserta didiknya untuk pekerjaan-pekerjaan pada level tinggi -dimana kebutuhan akan pengetahuan yang membutuhkan keterampilan kompleks, keahlian, dan kreatifitas- dan pekerjaan lainnya yang saat ini belum ada.

(5)

lokal maupun global, kehidupan dan karir, serta tanggungjawab personal dan sosial termasuk juga terhadap budaya).

Sebelum itu, pada tahun 2009, Bernie Trilling dan Charles Fadel juga mengajukan keterampilan yang diperlukan pada abad 21, yang disebutnya The 21st Century Skills. Tidak jauh berbeda dengan Binkley, menurut Trilling dan Fadel, berpikir kritis dan kreatif serta metakognisi termasuk dalam keterampilan yang diperlukan pada abad 21.Oleh karena itu pembelajaran hendaknya diarahkan untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif agar peserta didik mampu menghadapi dan menjawab tantangan di masa mendatang.

Russefendi (1988:239) menjelaskan untuk mengungkapkan atau menjaring manusia kreatif itu sebaiknya kita menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka (divergen), pertanyaan yang jawabannya bisa lebih dari sebuah dan tidak bisa diperkirakan dari sebelumnya. Di samping itu pertanyaan divergen menuntut yang ditanya untuk menduga, membuat hipotesis, mengecek benar tidaknya hipotesis, meninjau penyelesaian kita secara menyeluruh dan mengambil kesimpulan. Hal ini juga diperkuat oleh Silver (1997:77) yang mengatakan bahwa menggunakan masalah terbuka dapat memberi peserta didik banyak pengalaman dalam menafsirkan masalah, dan mungkin membangkitkan gagasan yang berbeda bila dihubungkan dengan penafsiran yang berbeda.

(6)

4

Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban. Dalam pemecahan masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah.

Pehkonen (1997:65) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kombinasi antara berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan masalah. Dalam berpikir kreatif dua bagian otak akan sangat diperlukan. Keseimbangan antara logika dan kreativitas sangat penting. Jika salah satu menempatkan deduksi logis terlalu banyak, maka kreativitas akan terabaikan.

Dengan demikian untuk memunculkan kreativitas diperlukan kebebasan berpikir tidak di bawah kontrol dan tekanan. Silver (1997:76) menjelaskan bahwa menggunakan masalah terbuka dapat memberi peserta didik banyak sumber pengalaman dalam menafsirkan masalah, dan mungkin pembangkitan solusi berbeda dihubungkan dengan penafsiran yang berbeda. Peserta didik tidak hanya dapat menjadi fasih dalam membangkitkan banyak masalah dari sebuah situasi, tetapi mereka dapat juga mengembangkan fleksibilitas dengan mereka membangkitkan banyak solusi pada sebuah masalah.

(7)

Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain:

a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.

b. Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru. c. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan

dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

d. Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

Hasil observasi lebih lanjut memperlihatkan bahwa tingkat berpikir kreatif peserta didik SMKN 1 Bandung masih tergolong rendah yakni sebesar 37,17%.

Tabel 1.1

Pencapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta didik Kelas XI SMKN 1 Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015

Kelas

Jumlah Peserta didik

(8)

6

Pengolahan data pada Tabel 1.1, merupakan hasil dari jumlah peserta didik menjawab benar pada setiap item soal dibagi jumlah peserta didik dikali 100%. Setiap indikator berpikir kreatif menunjukan bahwa rata-rata kemampuan peserta didik dalam berpikir kreatif masih di bawah 50%. Hal tersebut menunjukkan tingkat kemampuan berpikir kreatif yang masih rendah.

Penulis mendapati bahwa salah satu penyebab rendahnya tes formatif yang dicapai oleh peserta didik SMKN 1 Bandung disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional. Sehingga membuat peserta didik menjadi jenuh dan tidak terlatih untuk menjadi seorang pemikir yang kreatif.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran melibatkan sejumlah faktor komponen manajemen pendidikan yang erat kaitannya dengan pengelolaan keseluruhan proses pembelajaran termasuk didalamnya penggunaan berbagai metode pembelajaran. Dalam konteks ini peserta didik perlu diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya sehingga efektivitas pembelajaran dapat ditingkatkan. Hal tersebut didasarkan bahwa variasi kemampuan peserta didik dalam belajar tidak lepas dari metode pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga perlu dicari metode yang tepat dalam upaya mewujudkan keberhasilan pembelajaran yang diharapkan.

Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan kurikulum serta potensi peserta didik merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap Guru. Ketepatan pemilihan metode akan berpengaruh terhadap hasil belajar dan keberhasilan peserta didik mengikuti proses pembelajaran. Munculnya mata pelajaran-mata pelajaran baru yang up to date tentunya harus disajikan sedemikian rupa sehingga menarik minat peserta didik untuk mendalami dan menguasainya.

(9)

diperlukan bagi peserta didik untuk memahami konsep secara utuh sehingga peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berfikirnya untuk menghubungkan konsep dasar dengan situasi yang sebenarnya dilapangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Atty Sri Sulastri selaku guru mata pelajaran Kewirausahaan kelas XI di SMK Negeri 1 Bandung diperoleh informasi bahwa pemahaman konsep peserta didik terhadap mata pelajaran kewirausahaan masih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai evaluasi semester ganjil sebagai berikut

Tabel 1. 2

Nilai Rata-Rata UAS Ganjil Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas XI SMK Negeri 1BandungTahun Pelajaran 2014/2015

NO Kelas Nilai Rata-Rata KKM

1 XI AK 1 69,66 75,00

2 XI AK 2 70,56 75,00

3 XI AK 3 72,91 75,00

4 XI AK 4 74,25 75,00

Rata-Rata Nilai 71,84 75,00

Sumber: SMK Negeri 1 Bandung

(10)

8

Tabel 1.3

Indikator Penilaian Pemahaman Konsep Mata Pelajaran Kewirausahaan Peserta didik Kelas XI SMKN 1 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015

No

soal Indikator Reaksi peserta didik terhadap soal Skor

1-30

Menyatakan ulang sebuah konsep

Salah mengidentifikasi unsur-unsur yang

diketahui, ditanyakan 0

Dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan untuk memperoleh bagian dari penyelesaian

1 Mengkalsifikasi

objek-objek

Memilih strategi yang tidak relevan 0 Memilih strategi pemecahan sesuai dengan prosedur dan jawaban masih benar 1 Memberi contoh

dan non contoh

Tidak dapat menghubungkan antara fakta,

data dan konsep yang didapat 0

Dapat menghubungkan antara fakta, data dan konsep yang didapat jawaban dan jawaban

Menyelesaikan masalah tetapi tidak menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban

0 Menyelesaikan masalah serta dapat menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban

1

Tabel 1.4

Analisis Pengukuran Pemahaman Konsep Mata Pelajaran Kewirausahaan Peserta didik Kelas XI SMKN 1 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015

Kelas

(11)

Dari Tabel diatas, dapat dilihat bahwa skor maksimal untuk soal pemahaman konsep adalah 30. Dari 140 peserta didik, tidak ada satu orang pun peserta didik yang mendapat skor 30. Mayoritas mereka mendapat skor 11-15, sebanyak 86 peserta didik atau 61% dari jumlah seluruh peserta didik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman konsep peserta didik kelas XI SMKN 1 Bandung terhadap pelajaran kewirausahaan masih rendah.

Rendahnya pemahaman konsep dan kurangnya kreativitas peserta didik dalam pembelajaran kewirausahaan tidak terlepas dari pembelajaran yang dilakukan selama ini masih tergolong monoton. Artinya, metode pembelajaran, bahan ajar, maupun strategi pembelajaran yang digunakan masih konvensional. Metode ceramah masih sering mendominasi dalam kegiatan pembelajaran kewirausahaan.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka perbaikan proses pembelajaran melalui upaya pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam pembelajaran merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dilakukan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan memunculkan kreativitas peserta didik pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan adalah dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).

Pembelajaran berbasis proyek adalah metode pembelajaran sistematis, mengikutsertakan pelajar dalam mempelajari pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan authentic, dan perancangan produk dan tugas (Sumarmi, 2005, hlm. 171). Hampir senada dengan Kunandar (2013:279) yang menyatakan,“ Pembelajaran proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu

(12)

10

Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivistik. Ausubel (dalam Slameto, 2003:25), menyatakan bahwa “Faktor yang paling penting dalam mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui peserta didik”. Belajar bermakna timbul jika peserta didik mencoba menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga dalam pembelajaran peserta didik dituntut untuk dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri agar struktur konsep atau pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik mengalami perubahan.

Guru dapat membantu peserta didik dalam mengkontruksi pengetahuannya dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi dari guru menjadi sangat bermakna dan relevan bagi peserta didik, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menetapkan ide-ide mereka sendiri untuk belajar. Disini peserta didik dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Yamin (2008, hlm.34) menyatakan bahwa,”Guru dapat memberi peserta didik “tangga” yang dapat membantu peserta didik mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun diupayakan agar peserta didik sendiri yang memanjat “tangga” tersebut”.

Penerapan Project Based Learning telah menunjukkan bahwa pendekatan tersebut sanggup membuat peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan faham konstruktivisme. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara langsung, membuat presentasi untuk orang lain, mengkomunikasikan hasil aktivitasnya kepada orang lain, bekerja dalam kelompok, memberikan usul atau gagasannya untuk orang lain dan berbagai aktivitas lainnya. Semuanya menggambarkan tentang bagaimana semestinya orang dewasa belajar agar lebih bermakna.

(13)

menuntun (driving question) peserta didik untuk memanfaatkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui pengalaman. Dengan pembelajaran berbasis proyek peserta didik belajar dari pengalamannya dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan pemahaman konsep dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah atau dalam penyelesaian suatu tugas yang diberikan kepada peserta didik. Selain itu peserta didik akan menjadi lebih mandiri, bertanggungjawab dan lebih dewasa serta dapat mengimplementasikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan masalah serta dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.

Mengacu kepada keseluruhan paparan di atas, dan dalam upaya memahami konsep dan memecahkan masalah rendahnya kreativitas peserta didik dalam pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMK Negeri 1 Bandung, maka penulis perlu melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kelas XI SMKN 1 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pernyataan permasalahan di atas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian.

1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Project Based Learning pada kelas eksperimen?

(14)

12

3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah pada kelas kontrol?

4. Apakah terdapat perbedaan kreativitas peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah pada kelas kontrol? 5. Apakah peningkatan pemahaman konsep peserta didik antara kelas

eksperimen yang menggunakan metode Project Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah ? 6. Apakah peningkatan kreativitas peserta didik antara kelas eksperimen yang

menggunakan metode Project Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode PJBL terhadap kreativitas peserta didik sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Project Based Learning pada kelas eksperimen.

2. Untuk mengetahui perbedaan kreativitas peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Project Based Learning pada kelas eksperimen.

3. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah pada kelas kontrol.

(15)

5. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan metode Project Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah

6. Untuk mengetahui peningkatan kreativitas peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan metode Project Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan ada manfaat baik secara teoritis maupun praktis:

1. Manfaat secara teoritis

a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik SMKN 1 Bandung dengan menerapkan metode PjBL dalam proses pembelajaran di kelasnya untuk mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan.

b. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kreativitas peserta didik SMK dengan menerapkan metode PjBL dalam proses pembelajaran di kelasnya untuk mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan.

c. Penelitian ini mampu memberikan dukungan empiris terhadap khasanah teori dan konsep pembelajaran terutama bagi konsep metode Project Based Learning (PjBL), yang mendorong untuk pengkajian lebih mendalam.

(16)

14

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi peserta didik, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini merupakan masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang metode pembelajaran, terutama dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep dan kreativitas peserta didik

c. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode pembelajaran dan pemanfaatan media untuk pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di sekolah

d. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dengan menggunakan metode Project Based Learning (PjBL) dalam proses pembelajaran

(17)
(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian maka jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen dengan metode pembelajaran Prroject Based Learning (PjBL) dan kelas kontrol dengan metode ceramah.

Metode eksperimen adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (treatment/perlakuan) terhadap variabel dependen (hasil) dalam kondisi yang terkendalikan ( Sugiyono, 2013:160). Penelitian ini dilaksanakan dalam suasana kelas normal yang sudah ada di SMK Negeri 1 Bandung tanpa mengubah komposisi kelas yang sudah ada dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih tanpa adanya penugasan random

Alasan penggunaan metode ini dikarenakan keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan, sehingga masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen (variabel terikat), dimana hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen (Sugiyono, 2008:109). Selain itu, alasan lain penggunaan metode ini adalah karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang homogen untuk digunakan dalam penelitian (Sugiyono,2008:114) .

3.2 Desain Penelitian

(19)

diberi pre test dan post test dan hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan.

Dengan treatment yang dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Sebelum perlakuan (treatment) dilakukan, peserta didik terlebih dahulu mengerjakan pre-test untuk mengetahui pengetahuan awal terhadap materi yang akan diberikan, lalu setelah itu peserta didik diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dan setelah pembelajaran peserta didik diberi test. Instrumen pre-test dan post-test dibuat sama untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan kreativitas peserta didik terhadap materi yang telah diberikan.

Desain yang digunakan dapat diilustrasikan pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3. 1

Kuasi eksperimen bentuk

Nonequivalent Pretest- Post test Control Group Design

Kelas Pretest Perlakuan Postest Peningkatan

Eksperimen O1 X1 O2 Y

Kontrol O3 X2 O4 Y’

Keterangan :

O1 : Pre-Test kelompok kelas eksperimen

O2 : Post-Test kelompok kelas eksperimen

O3 : Pre-Test kelompok kelas Kontrol

O4 : Post-Test kelompok kelas kontrol

X1 : Metode pembelajaran Problem Based Learning

X2 : Metode pembelajaran ceramah

(20)

53

3.3 Subjek Penelitian

Subjek Penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari suatu penelitian yang dilakukan. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMK Negeri 1 Bandung Tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian yang akan dilakukan adalah tentang pengaruh metode Project Based Learning terhadap Pemahaman konsep dan kreativitas peserta didik di SMK Negeri 1 Bandung Kelas XI Kompetensi Keahlian Akuntansi. Penentuan subyek penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 2 dari 4 kelas dan dipilih kelas XI AK 2 dan XI AK 3. Dengan pertimbangan melihat dari nilai rata-rata kelas ujian akhir semester ganjil kelas XI AK 2 dan XI AK 3 hampir sama (homogen) yaitu XI AK 2 nilai rata-rata kelasnya sebesar 70,56 sedangkan XI AK 3 nilai rata-rata kelasnya sebesar 72,91.Dari kedua kelas tersebut ditentukan kelas XI AK 2 yang terdiri dari 36 orang peserta didik sebagai kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan metode Project Based Learning, sedangkan kelas XI AK 3 sebagai kelas kontrol terdiri dari 35 orang peserta didik yang mendapatkan pembelajaran dengan metode ceramah.

Tabel 3.2

Deskripsi Subjek Penelitian

Kelas Jumlah Peserta

didik

Laki-Laki Perempuan

Eksperimen 36 2 34

Kontrol 35 1 34

3.4 Variabel Penelitian

(21)

3.4.1 Pemahaman Konsep

Menurut Bloom dalam Anderson, at.al (2001) ada 7 indikator yang dapat dikembangkan dalam tingkatan proses koqnitif pemahaman (Understand). Katagori proses koqnitif, indikator dan definisinyaditunjukan seperti pada tabel 3.3 di bawah ini:

Tabel 3.3

Katagori dan Proses Pemahaman Kognitif

Katagori dan Proses koqnitif (Categories &

Cognitive Processes)

Indikator Definisi (definition)

Pemahaman

(Understand)

Membangun makna berdasarkan tujuan pembelajaran, mencakup, komunikasi oral, tulisan dan grafis(Construct meaning from instructional messages, including oral, written, and graphic communication)

1.Interpretasi (interpreting)

 Klarifikasi (Clarifying)  Paraphrasing (Prase)

 Mewakilkan (Representing)  Menerjemahkan (Translating)

Mengubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain (Changing from one form of representation to another ) 2.Mencontohkan

(exemplifying)

Menggambarkan (Illustrating)  Instantiating

Menemukan contoh khusus atau ilustrasi dari suatu dimiliki oleh suatu katagori

(Determining that

(22)

55

 Menggeneralisasikan (generalizing )

(Abstracting a general theme or major point(s)) 5.Inferensi (inferring) Menyimpulkan (Concluding)

 Mengektrapolasikan (Extrapolating )  Menginterpolasikan

(Interpolating )

Memprediksikan (Predicting)

Penggambaran kesimpulan logis dari informasi yang disajikan (Drawing a logical conclusion from presented information)

6.Membandingkan (comparing)

Mengontraskan (Contrasting) Memetakan (Mapping) Menjodohkan (Matching)

Mencari hubungan antara dua ide, objek atau hal hal

 mengkontruksi model (Constructing models)

Mengkontruksi model sebab akibat dari suatu sistem (Constructing a cause and effect model of a system )

Terdapat 6 indikator pemahaman konsep (PK) yang diukur dalam tes ini yaitu: (1) interpretasi (Interpreting), (2) memberi contoh (exempliying), (3) melakukan generalisasi (summarizing), (4) membuat kesimpulan (inferring), (5) membandingkan (comparing) dan (6) menjelaskan (explaining, seperti terlihat pada tabel 2

Tabel 3.4

Matriks nomor soal untuk tiap indikator pemahaman konsep (PK)

Indikator Pemahaman Konsep (Understanding Concept)

(23)

3.4.2 Kreativitas Peserta didik

Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru antara unsur yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas seseorang dapat dilihat dari tingkah laku atau kegiatannya yang kreatif

Definisi Konsep : Kreativitas adalah kemampuan berfikir divergen atau proses

berfikir yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan secara benar dan bermanfaat.

Definisi Operasional : Kreativitas adalah skor siswa yang diperoleh dari tes

kreativitas yang mengukur perilaku : (1) kelancaran, (2) keluwesan,(3) keaslian, dan (4) elaborasi. Dari hasil definisi operasional ini kisi-kisinya dapat disusun sebagai berikut :

Tabel 3. 5

Kisi-kisiPenyusunan Instrumen Variabel kreativitas menurut Guilford

(dalam Munandar, 2009)

NO TES INDIKATOR NOMOR

SOAL 1. Kelancaran berpikir (fluency of thinking),

1. Interpretasi (interpreting) 4 1 - 4

2. Membandingkan ( comparing) 4 5 - 8

3. Memberikan contoh (exemplifying) 4 9 - 12

4. Menginferensi (inferring) 5 13 - 17

5. Meringkas (summarizing) 3 19 - 20

6. Menjelaskan (explaining) 5 21 - 25

(24)

57

cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.

2 Essay

2. Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.

2

3 Essay

3. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan

dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

3 dan 5

4 Essay

4. Originalitas (originality), yaitu kemampuan

untuk mencetuskan gagasan unik atau

kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli. 4

(25)

3.4.3Project Based Learning

Tabel 3.6: Sintaksis Pembelajaran Berbasis Proyek

Tahap Kegiatan Guru dan Peserta Didik

Tahap 1 :

Penentuan proyek

 Guru memberi tugas proyek kepada peserta didik.

 Peserta didik diberi kesempatan untuk

memilih/menentukan proyek yang akan dikerjakannya

baik secara kelompok ataupun mandiri.

Tahap 2 :

Perancangan

langkah-langkah

penyelesaian proyek

 Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta

pengelolaannya.

 Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas

yang dapat mendukung tugas proyek, pengintegrasian

berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek,

perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat

mendukung penyelesaian tugas proyek, dan kerja

sama antar anggota kelompok.

Tahap 3 :

Penyusunan jadwal

pelaksanaan proyek

 Peserta didik di bawah pendampingan guru

melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah

dirancangnya.

 Berapa lama proyek itu harus diselesaikan tahap demi tahap.

Tahap 4 :

Penyelesaian proyek

 Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang

dapat dilakukan dalam kegiatan proyek diantaranya

melalui:

a) membaca, b) meneliti, c) observasi, d) interviu, e)

merekam, f) berkarya seni, g) mengunjungi objek

(26)

59

Tahap Kegiatan Guru dan Peserta Didik

hingga penyelesaian proyek.

 Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam

menyelesaikan tugas proyek.

teknologi/prakarya dipresentasikan dan/atau

dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan

guru atau masyarakat dalam bentuk pameran produk

pembelajaran.

Tahap 6:

Evaluasi proses dan

hasil proyek

2. Guru dan peserta didik pada akhir proses

pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas

dan hasil tugas proyek.

3. Proses refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan

secara individu maupun kelompok.

4. Pada tahap evaluasi, peserta didik diberi kesempatan

mengemukakan pengalamannya selama

menyelesaikan tugas proyek yang berkembang

dengan diskusi untuk memperbaiki kinerja selama

menyelesaikan tugas proyek.

5. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap

proses dan produk yang telah dihasilkan.

3.5 Alat Test

(27)

perlakuan pada kelompok eksperimen, sehingga diperoleh gain, yaitu selisih antara skor pretest dan skor posttest. Adapun alat tes yang digunakan untuk penelitian ini terdiri atas dua alat tes untuk pemahaman konsep berupa soal pilihan berganda sebanyak 25 soal dan untuk kreativitas peserta didik berupa soal uraian (essay) sebanyak 5 soal.

3.6 Analisis Uji Alat Tes

Untuk mengetahui kualitas instrumen tes tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji coba instrumen terhadap peserta didik. Instrumen tes yang berkualitas dapat ditinjau dari beberapa hal diantaranya validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda. Adapun penjelasan dari hal tersebut adalah:

3.6.1 Validitas

Pengujian validitas alat tes dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat tes dalam mengukur pemahaman konsep dan kreativitas peserta didik yang disesuaikan dengan indikator yang ada. Sugiyono (2008:137) menjelaskan bahwa “instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.” Menurut Sugiyono (2008:271) validitas terdiri dari konstruk (permukaan), validitas isi (content Validity) dan validitas eksternal. Untuk menguji validitas isi maka dapat digunakan pendapat dari para ahli (Judgment expert). Dimana para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun. Para ahli akan memberi pendapat instrument dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau dirombak total.

(28)

61

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antar bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment ( Riduwan, 2013: 110), adalah:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan :

rhitung = Koefisien korelasi ∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

√ Keterangan :

t = Nilai thitung

r = Koefisien korelasi hasil rhitung n = Jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk=n-2). Kaidah keputusan :

Jika thitung> ttabel berarti valid

thitung< ttabel berarti tidak valid

Selanjutnya uji validitas tiap item alat tes dilakukan dengan membandingkan rhitung dengan rtabel. Tiap item alat tes dikatakan valid apabila pada taraf signifikasi α = 0,05 didapat rhitung ≥ rtabel. Berikut ini hasil uji validitas butir alat tes dengan menggunakan SPSS versi 21.0 pada α = 0,05 dengan derajat bebas (df) = N – 2. Jumlah butir soal pada uji coba alat tes kali ini adalah 30 soal, dengan sampel 48 peserta didik (df = 48-2= 46). Maka rtabel dengan siginifikansi

(29)

data untuk validitas alat tes pemahaman konsep menggunakan SPSS versi 21.0 disajikan pada tabel 3.4

Tabel 3.7

Rekapitulasi Validitas Item Alat Tes Pemahaman Konsep

Butir

Soal

r hitung r tabel Validitas

1 0,515 0,329 Valid

2 0,340 0,329 Valid

3 0,341 0,329 Valid

4 0,443 0,329 Valid

5 0,369 0,329 Valid

6 0,551 0,329 Valid

7 0,340 0,329 Valid

8 0,352 0,329 Valid

9 0,450 0,329 Valid

10 0,387 0,329 Valid

11 0,082 0,329 Tidak Valid

12 0,438 0,329 Valid

13 0,335 0,329 Valid

14 0,425 0,329 Valid

15 0,395 0,329 Valid

16 0,039 0,329 Tidak Valid

17 0,341 0,329 Valid

18 0,352 0,329 Valid

19 0,341 0,329 Valid

20 0,438 0,329 Valid

21 0,485 0,329 Valid

(30)

63

25 0,068 0,329 Tidak Valid

26 0,413 0,329 Valid

27 0,352 0,329 Valid

28 0,109 0,329 Tidak Valid

29 0,365 0,329 Valid

30 0,283 0,329 Tidak Valid

Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan Produk Momen Pearson, terdapat 25 soal yang telah valid dan 5 soal tidak valid. Jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan post test berjumlah 25 soal.

Tabel 3.8

Rekapitulasi Validitas Item Alat TesKreativitas

Butir

Soal

r hitung r tabel Validitas

1 0,414 0,329 Valid

2 0,617 0,329 Valid

3 0,730 0,329 Valid

4 0,502 0,329 Valid

5 0,420 0,329 Valid

6 0,302 0,329 Tidak Valid

7 0,200 0,329 Tidak Valid

Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan Produk Momen Pearson, terdapat 5 soal yang telah valid dan 2 soal tidak valid. Jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan post test berjumlah 5 soal.

3.6.2 Realibilitas

(31)

memadai jika koefesien alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,70. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

r = n 1n x 1 ∑SS i2 t2 Keterangan:

r = Koefisien realibilitas n = Jumlah soal

S12 = Variansi skor soal tertentu (soal ke 1)

ΣSi2 = Jumlah varians skor seluruh soal menurut skor soal

tertentu

St2 = Varians skor seluruh soal menurut skor peserta didik

perorangan

Tabel 3. 9

Klasifikasi Tingkat Reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas

0,90< r ≤1,00 Sangat tinggi 0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi 0,40 < r ≤ 0,70 Sedang 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

r ≤ 0,20 Sangat rendah

Nilai r yang diperoleh dari perhitungan ditafsirkan dengan menggunakan interpretasi nilai r dari Guilford dan data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS 21 untuk mengetahui nilai Alpha.

(32)

65

a. Uji Reliabilitas AlatTes Pemahaman

Tabel 3.10

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.758 30

Dari hasil analisis didapat nilai Alpha sebesar 0.758, sedangkan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 5% dengan n=36 didapat sebesar 0.329 Maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir soal tersebut reliabel.

b. Uji Reliabilitas Alat Tes Kreativitas

Tabel 3.11

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.353 7

Dari hasil analisis didapat nilai Alpha sebesar 0.353, sedangkan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 5% dengan n=36 didapat sebesar 0.329 Maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir soal tersebut reliabel.

3.6.3 Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab item dengan benar dan banyaknya penjawab item (Arikunto, 2002:128). Tingkat kesukaran merupakan suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(33)

Keterangan :

P : Indeks Kesukaran

B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar Js : Jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Untuk mengklasifikasikan tingkat kesukaran soal, digunakan interpretasi tingkat kesukaran dikemukan oleh Suherman dan Kusumah (2003). Interpretasi tersebut disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3. 12

Interpretasi Tingkat Kesukaran

Harga TK Klarifikasi

TK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < TK ≤ 0,30 Soal Sukar 0,30 < TK ≤ 0,70 Soal Sedang 0,70 < TK < 1,00 Soal Mudah

TK = 1,00 Soal terlalu mudah

Perhitungan tingkat kesulitan alat tes pemahaman konsep dilakukan menggunakan program ANATES versi 4.0.5 yang dikembangkan oleh Karnoto dan Yudi Wibisono pada tahun 2004. Adapun hasil dari perhitungannya di sajikan pada tabel 3.8.

Tabel 3.13

Tingkat Kesukaran Butir Soal Pemahaman Konsep

No Indeks Tingkat Kesukaran Klasifikasi

1 0,5946 Sedang

2 0,5676 Sedang

3 0,4324 Sedang

4 0,6486 Sedang

(34)

67

No Indeks Tingkat Kesukaran Klasifikasi

8 0,5405 Sedang

9 0,6757 Sedang

10 0,5135 Sedang

11 0,7838 Mudah

12 0,4324 Sedang

13 0,6486 Sedang

14 0,6486 Sedang

15 0,6486 Sedang

16 0,7568 Mudah

17 0,5405 Sedang

18 0,5676 Sedang

19 0,5405 Sedang

20 0,6757 Sedang

21 0,6216 Sedang

22 0,6757 Sedang

23 0,6216 Sedang

24 0,6216 Sedang

25 0,7838 Mudah

26 0,6757 Sedang

27 0,5676 Sedang

28 0,7568 Mudah

29 0,5946 Sedang

30 0,9459 Mudah

Tabel 3.14

Tingkat Kesukaran Butir Alat Tes Kreativitas

No Indeks Tingkat Kesukaran Klasifikasi

1 0,6000 Sedang

2 0,4000 Sedang

(35)

No Indeks Tingkat Kesukaran Klasifikasi

4 0,3125 Sedang

5 0,3125 Sedang

6 0,5750 Sedang

7 0,3125 Sedang

3.6.4 Daya Pembeda

Setiap butir soal tes hasil belajar peserta didik diawali dengan pengurutan skor total seluruh seluruh soal yang dari yang terbesar ke yang terkecil seperti pada perhitungan tingkat kesukaran soal. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan kelompok atas dan kelompok bawah. Perrhitungan daya pembeda soal menggunakan skor kelompok atas dan kelompok bawah. Adapun harganya dihitung dengan rumus berikut;

DP=

Keterangan:

DP = Daya pembeda

JBA = Jumlah jawaban benar untuk kelompok atas JBB = Jumlah jawaban benar untuk kelompok bawah

N = Jumlah peserta didik kelompok atas atau kelompok bawah

(36)

69

Tabel 3. 15

Interpretasi Daya Pembeda

Nilai DP Klasifikasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Untuk uji daya beda terhadap alat tes pemahaman konsep maka pengujian dilakukan menggunakan program ANATES versi 4.0.5 yang dikembangkan oleh Karno To dan Yudi Wibisono pada tahun 2004. Hasil dari uji daya beda alat tes pemahaman konsep terdapat pada tabel 3.10.

Tabel 3.16

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal pilihan ganda

No Daya Pembeda Klasifikasi

1 0,50 Baik

2 0,60 Baik

3 0,40 Baik

4 0,50 Baik

5 0,40 Baik

6 0,60 Baik

7 0,40 Baik

8 0,40 Baik

9 0,50 Baik

10 0,60 Baik

11 0,20 Cukup

12 0,80 Baik Sekali

(37)

No Daya Pembeda Klasifikasi

14 0,50 Baik

15 0,50 Baik

16 0,10 Jelek

17 0,50 Baik

18 0,40 Baik

19 0,50 Baik

20 0,50 Baik

21 0,70 Baik Sekali

22 0,50 Baik

23 0,30 Cukup

24 0,60 Baik

25 0,10 Jelek

26 0,50 Baik

27 0,50 Baik

28 0,20 Cukup

29 0,50 Baik

30 0,20 Cukup

Tabel 3.17

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal pilihan Essay

No Daya Pembeda Klasifikasi

1 0,350 Cukup

C 0,500 Baik

3 0,400 Baik

4 0,275 Cukup

5 0,175 Jelek

(38)

71

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda 30 butir soal pemahaman konsep terdapat6 butir soal dalam klasifikasi baik serta 18 butir soal dalam klasifikasi cukup, dan sisanya 6 dalam klasifikasi jelek.

Berdasarkan 30 soal pilihan berganda yang diuji cobakan, terdapat 25 soal pilihan berganda yang dapat digunakan dalam tes pemahaman konsep . Rincian hasil uji coba soal tersebut dapat dilihat pada tabel

Tabel 3.18

Rincian Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep

(39)

Butir

Rincian Hasil Uji Coba Tes Kreativitas

Butir

Sedang Cukup Dipakai

2 Valid Sedang Baik Dipakai

3.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Analisis data yang diuji secara statistik dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(40)

73

3. Mengubah nilai ke dalam bentuk persentase dengan cara: Persentase = skor maksimumskor perolehan x 100 (Arikunto, 2009:236)

Tabel 3. 20

Kriteria Persentase Tes Kemampuan kreativitas peserta didik

No. Persentase Kategori Persentase Kategori

1 81% - 100% Sangat Kreatif

2 66% - 80% Kreatif

3 56% - 65% Cukup kreatif

4 41% - 55% Kurang kreatif

5 0% - 40% Tidak kreatif

Sumber: Adaptasi dari Arikunto (2009 : 236)

4. Menghitung nilai rata-rata keseluruhan dan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik untuk masing-masing kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah.

Nilai rata-rata =

x 100%

5. Menghitung normalisasi Gain antara nilai rata pretes dan nilai rata-rata postes secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus (David E. Meltzer, 2002)

Normalisasi Gain =

x 100%

Tabel 3. 21

Kriteria Peningkatan Gain

Gain Ternormalisasi (G) Kriteria Peningkatan

G<0,5 Peningkatan Rendah

0,5≤G≤0,7 Peningkatan Sedang

(41)

3.8 Uji Hipotesis Penelitian

Hipotesis Pertama

Untuk hipotesis pertama dan kedua menguji pemahaman konsep peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran dengan metode Project Based Leraning maka diuji dengan menggunakan Paired Dependent. Jika data pretest dan post test berdistribusi normal dan homogen maka pengujian dilakukan menggunakan statistik Parametik menggunakan Paired Samples t Test,tetapi apabila data tidak berdistribusi normal atau tidak homogen maka pengujian dilakukan menggunakan statistik Nonparametik menggunakan Wicolxon’s Matched Pairs Test (Wilcoxon Signed Rank Test).

Uji hipotesis dilakukan menggunakan SPSS 21.0 dengan Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas Asymp.Sig (sig 2-tailed) ≤0,05 (α), baik menggunakan Paired Samples t Test maupun menggunakan Wicolxon’s Matched Pairs Test (Wilcoxon Signed Rank Test).

Hipotesis Kedua

Untuk hipotesis kedua menguji kreativitas peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran dengan metode Project Based Leraning maka diuji dengan menggunakan Paired Dependent. Jika data pretest dan post test berdistribusi normal dan homogen maka pengujian dilakukan menggunakan statistik Parametik menggunakan Paired Samples t Test,tetapi apabila data tidak berdistribusi normal atau tidak homogen maka pengujian dilakukan menggunakan statistik Nonparametik menggunakan Wicolxon’s Matched Pairs Test (Wilcoxon Signed Rank Test).

(42)

75

Hipotesis ketiga

Untuk hipotesis ketiga menguji pemahaman konsep peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah maka diuji dengan menggunakan Paired Dependent. Jika data pretest dan post test berdistribusi normal dan homogen maka pengujian dilakukan menggunakan statistik Parametik menggunakan Paired Samples t Test,tetapi apabila data tidak berdistribusi normal atau tidak homogen maka pengujian dilakukan menggunakan statistik Nonparametik menggunakan Wicolxon’s Matched Pairs Test (Wilcoxon Signed Rank Test).

Uji hipotesis dilakukan menggunakan SPSS 21.0 dengan Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas Asymp.Sig (sig 2-tailed) ≤0,05 (α), baik menggunakan Paired Samples t Test maupun menggunakan Wicolxon’s Matched Pairs Test (Wilcoxon Signed Rank Test).

Hipotesis keempat

Untuk hipotesis keempat menguji kreativitas peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah maka diuji dengan menggunakan Paired Dependent. Jika data pretest dan post test berdistribusi normal dan homogen maka pengujian dilakukan menggunakan statistik Parametik menggunakan Paired Samples t Test,tetapi apabila data tidak berdistribusi normal atau tidak homogen maka pengujian dilakukan menggunakan statistik Nonparametik menggunakan Wicolxon’s Matched Pairs Test (Wilcoxon Signed Rank Test).

(43)

Hipotesis Kelima

Untuk uji hipotesis kelima dalam penelitian ini di dasarkan pada data peningkatan pemahaman konsep, yaitu N-Gain nilai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menghitung Normalized Gain (N-Gain) digunakan rumus sebagai berikut:

)

Jika data N-Gainuji normalitas dan uji homogenitas terpenuhi, maka dilanjutkan dengan statistik parametik menggunakanIndependent Sample t Test. Dan apabila data N-Gain tidak normal maupun tidak homogen maka dilanjutkan pengujian statistik Nonparametik menggunakan Mann Whitney U Test. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara duakelompok sampel yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang lebih tinggi.

Hipotesis Keenam

Untuk uji hipotesis kelima dalam penelitian ini di dasarkan pada data peningkatan pemahaman konsep, yaitu N-Gain nilai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menghitung Normalized Gain (N-Gain) digunakan rumus sebagai berikut:

)

(44)

77

Adapun kriteria uji adalah nilai p-value (Sig) ≤ 0,05 (2tailed test) atau p-value (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test) maka Ho ditolak. Dan selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen dan variabel dependen maka gunakan Effect Size. Secara umum ukuran pengaruh (Effect Size) dapat diukur

Hipotesis dan Statistik Uji

(45)
(46)

79

3.9 Skenario Pembelajaran Metode Project Based Learning dengan

Metode Ceramah

Tabel 3. 24

Skenario Pembelajaran

Metode Problem Based Learning

Metode Ceramah

Kegiatan Awal

1. Apersepsi

2. Guru membahas tujuan pembelajaran, dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek

Kegiatan Awal

1. Apersepsi 2. Motivasi

(47)

4. Guru meminta peserta didik untuk bertanya

Kegiatan Inti

1. Penentuan Proyek

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menginformasikan metode PJBL dalam melaksanakan pembelajaran. Memotivasi peserta didik untuk terlibat pada aktivitas penentuan tema / topik bisnis plan yang akan mereka buat.

2. Perancangan langkah-langkah

penyelesaiaan proyek

Guru memberikan arahan dan merancang langkah-langkah pembuatan bisnis plan kepada peserta didik

3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek

Masing-masing individu membuat jadwal pelaksanaan pembuatan bisnis plan , dibawah pendampingan guru.

4. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi

dan monitoring guru.

Langkah ini adalah langkah

pengimplementasian rancangan bisnis plan yang telah dibuat.

5. Penyusunan laporan dan persentasi /publikasi hasil proyek.

Hasil proyek dalam bentuk produk yaitu pembuatan bisnis plan. Dimana bisnis plan ini dipersentasikan didepan guru dan

Kegiatan Inti

1. Guru memberikan materi baru atau menjelaskan tugas yang harus diselesaikan peserta didik

2. Guru meminta peserta didik membaca materi baru, atau mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam Lembar Kerja Peserta didik (LKS)

3. Guru menyebutkan kembali konsep-konsep baru dan membandingkan dengan konsep-konsep atau ide-ide sebelumnya.

4. Guru menggolongkan dan membuat kategori untuk membuat perbedaan 5. Peserta didik merumuskan

kesimpulan dengan kalimatnya sendiri

6. Peserta didik perlu memiliki konsistensi tentang generalisasi pada pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya

7. Guru meminta peserta didik untuk menerapkan satu konsep dalam situasi yang berbeda

(48)

81

Pada tahap evaluasi peserta didik diberi kesempatan mengemukakan

pengalamannya selama menyelesaikan tugas pembuatan bisnis plan. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan. Kegiatan Akhir

6. Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek.

7. Proses refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.

Kegiatan Akhir

1. Guru dan peserta didik melakukan refleksi

2. Penilaian

3. Peserta didik mengerjakan soal-soal evaluasi yang terdapat pada buku teks

3.10 Langkah-Langkah Penelitian

1. Tahap pendahuluan. Pada tahap ini, peneliti melakukan studi lapangan dan mencari informasi terkait dengan permasalahan dan fenomena yang terjadi di SMK Negeri 1 Bandung khususnya pada proses pembelajaran mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Selanjutnya peneliti melakukan studi literatur lebih mendalam tentang Metode pembelajaran Project Based Learning, Pemahaman konsep dan kreativitas peserta didik..

2. Tahap persiapan. Pada tahap ini, peneliti menentukan materi yang akan digunakan dalam penelitian, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, merancang alat tes, melakukan uji coba alat tes, mengolah data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data. 3. Tahap Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan pretest

(49)

mendapatkan perlakuan dengan menggunakan metode Project Based Learning sedangkan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan dengan menggunakan metode ceramah. setelah diberikan sebuah perlakuan proses selanjutnya yaitu melakukan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Posttest dilakukan untuk mengukur kpemahaman konsep dan kreativitas peserta didik setelah diberikan perlakuan.

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan latarbelakang masalah, tujuan penelitian, hasil pengolahan data dan pembahasan hasil. Kesimpulan-kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat perbedaan pemahaman konsep peserta didik sebelum dan sesudah

pembelajaran dengan menggunakan metode Project Based Learning pada kelas eksperimen. Artinya dibandingkan antara sebelum dan sesudah

pembelajaran menggunakan metode Project Based Learning hasil posttest lebih tinggi dibanding pretest. Pemahaman konsep peserta didik sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Project Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode Project Based Learning. Dengan demikian Metode Project Based Learning sangat nyata meningkatan pemahaman konsep peserta didik.

2. terdapat perbedaan kreativitas Peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan metode Pro ject Based Learning pada kelas eksperimen. Artinya dibandingkan antara sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan

metode Project Based Learning hasil posttest lebih tinggi dibanding pretest. Kreativitas peserta didik sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Project Based Learnin lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode Project Based Learning. Dengan demikian Metode Project Based Learning sangat nyata meningkatan kreativitas peserta didik.

3. Terdapat perbedaan pemahaman konsep peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional (ceramah) pada kelas kontrol. Artinya dibandingkan antara sebelum dan sesudah pembelajaran

(51)

dibanding pretest. Pemahaman konsep peserta didik sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional (ceramah) lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional (ceramah). Metode konvensional (ceramah) dapat meningkatan pemahaman konsep peserta didik.

4. Terdapat perbedaan kreativitas Peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan metode konvensional (ceramah) pada kelas kontrol. Artinya dibandingkan antara sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan

metode konvensional (ceramah) hasil posttest lebih tinggi dibanding pretest. Kreativitas peserta didik sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional (ceramah) lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode. konvensional (ceramah) Dengan demikian Metode konvensional (ceramah) dapat meningkatan kreativitas peserta didik.

5. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep peserta didik antara kelas

eksperimen yang menggunakan metode Project Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional (ceramah).Perbedaan peningkatan tersebut dilihat dari perolehan gain skor posttest. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan metode Project Based learning lebih tinggi dibanding metode Konvensional (ceramah). Artinya penggunaan metode metode Project Based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep yang lebih efektif dibandingkan metode konvensional (ceramah).

(52)

126

posttest. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan metode Project Based learning lebih tinggi dibanding metode Konvensional (ceramah). Artinya penggunaan metode metode Project Based learning dapat meningkatkan kreativitas yang lebih efektif dibandingkan metode konvensional (ceramah).

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapatdiajukan rekomendasi yaitu penggunaan metode Project Based Learning yang mampu meningkatkan pemahaman konsep dan kreativitas peserta didik. Metode Project Based learning dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahamankonsep dan kreativitas. Adapun saran-saran dari penelitian adalah:

1. Guru-guru di SMK Negeri 1 Bandung diharapkan dapat menerapkan metode Project Based Learning terutama dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan serta dapat mengoptimalkan penggunaan fasilitas TIK yang ada baik berupa akses komputer maupun akses internet guna mendukung dalam pembelajaran berbasis proyek.

(53)

3. Guru-guru diharapkan mempersiapkan diri untuk menyediakan bahan ajar dan media maupun rencana tugas (proyek) yang akan di sampaikan kepada peserta didik dalam metode Project Based Learning agar dapat mengembangkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran.

4. Perlunya penelitian lanjutan mengenai implementasi metode pembelajaran Project Based Learning yang mengkaji untukmeningkatkan pemahaman konsep dan kreativitas peserta didik, serta pada mata pelajaran yang berbeda.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anderson, Lorin W & David R. Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arend, R.I. (2012). Learning to Teach. New York: McGraw Hill. Arend, R.I. (2008). Learning to Teach. New York: McGraw Hill. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Baharudin & Wahyuni, Esa Nur, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruz Media,

Cahyo, Agus N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar (Teraktula dan Terpopuler). Jogjakarta: DIVA Press

Conny Semiawan dkk, (1984), Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Gramedia, Jakarta.

Creswell, IW. (1994). Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. London, New Delhi: Sage Publication

Hung, D.W., & Wong, A.F.L. 2000. Activity Theory as a Framework fo Project Work in Learning Environments. Educational Technology, 40(2), 33-37.

Eveline Siregar & Hartininara. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. bogor: Ghalia Indoneisa

Griffin, P., McGaw, B., & Care, E. (Eds.). 2012. Assessment and teaching of 21st skills. New York: Springer Publishing Company.

Guilford, J.P., (1977), Way Beyond the IQ, Buffalo, Creative Learning Press.

(55)

Jauhar. M. (2003). Implementasi PAIKEM dari behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya

Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural (Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREAL). Bandung: Alfabeta

Leijten, Flip &Selena Chan. (2011). The Effectiveness Of Peer Learning In A Vocational Education Setting. Ako Aotearoa

Moon, Jennifer. (2008). Critical Thingking (An Exploration Of Theory And Practice). New York: Routledge

Munandar, S.C. U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, U. (2002). Kreativitas dan Keterbakatan (Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat). Jakarta: PT. Garamedia Pustaka Utama.

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Mathew H Olson (2008) Theories of learning,Prenada Media Group

Reni Akbar dkk, (2001), Kreativitas, Panduan bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar, Grasindo, Jakarta.

Riduan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Rosda Karya. Rusman. (2011). Metode-Metode Pembelajaran: Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Rusman. (2013). Metode-Metode Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

(56)

130

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung : Alfabeta.

Trianto,2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik; Konsep, Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Trianto. (2011) Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. (Konsep, Landasan Teori, Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Surakhmad, W. (2004). Pengantar Penelitian Ilmiah,Dasar, Metode dan teknik. Bandung: PT. Tarsito Bandung.

Syah, Muhibbin, 1999, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cet. IV Bandung: Remaja Rosdakarya

Utami Munandar (1982), Anak-Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya,Rajawali, Jakarta.

Utami Munandar (1999), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Depdiknas dan Rineka Cipta, Jakarta.

Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tujuan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Wilson,G. Brent. 1996. Constructivist Learning Environment Educational Technology. Publications Englewood Cliffs. New Jersey.

Jurnal

Berenfeld B. (1996). Linking Students to the Info-sphere. Technology Horizon in Education Journal, 23, 76 - 84.

Gambar

Gambar 1.1 Grafik Persentase Kebutuhan jenis Pekerjaan
Tabel 1. 2
Tabel 1.3 Indikator Penilaian Pemahaman Konsep Mata Pelajaran Kewirausahaan
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Artinya rata-rata peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran TTW lebih tinggi dari rata-rata peningkatan

Prakarya dan Kewirausahaan?, 2) Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar siswa pada aspek kesesuaian antara yang menggunakan aplikasi Entrefriender dengan yang menggunakan buku

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning dan Project

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Project-Based Learning lebih baik daripada

Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Pre Test Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 72 Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Post Test Pemahaman Konsep

Hasil Tes Pemahaman siswa dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning Dalam penerapan model pembelajaran Project Based Learning dilakukan tes//evaluasi pemahaman