• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Problem Based Introduction (PBI) dan Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Problem Based Introduction (PBI) dan Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan A"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE

DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISPESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)”.

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Konsentrasi

Pendidikan Ekonomi

Oleh

ASEP MUNIR HIDAYAT 1302288

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE

DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISPESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)”.

Oleh

Asep Munir Hidayat

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister

Pendidikan (M.Pd) pada program studi Pendidikan Ekonomi SPs UPI

Bandung

© Asep Munir Hidayat 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto

(3)

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE

DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISPESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)”. Bandung, Juli 2015

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PENGUJI I PENGUJI II

Prof. Dr. H. Disman, M.S Dr. H. Edi Suryadi, M.Si NIP 19590209 198412 1001 NIP 19600412 198603 1002

PEMBIMBING PENGUJI III

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.S Dr. Dadang Dahlan, M.Pd NIP 19611022 198603 1002 NIP 19600122 198403 1002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

ABSTRAK

Asep Munir Hidayat. 2015. “Pengaruh Metode Problem Based Introduction

(PBI) dan Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)”. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.S

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode Guided Discovery terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X Jurusan Akuntansi di SMK Negeri 1 Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan bentuk Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design. Teknik Analisis data dengan statistik parametrik yang meliputi uji beda rata-rata (paired sampels t-test dan independent samples t-test), gain score dan perhitungan effect size dengan menggunakan bantuan SPSS versi 21.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode Guided Discovery pada kelas eksperimen. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode Guided Discovery lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode Konvensional (ceramah).

Hasil penelitian ini merekomendasikan model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode Guided Discovery sebagai metode pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

(5)

ii

ABSTRACT

Munir Asep Hidayat. 2015. "Effect of Problem Based Method Introduction

(PBI) and Discovery Methods Against Critical Thinking Ability of Students

(Quasi-Experimental Study On Economic Subjects Introduction Basic

competence Elasticity Demand and Supply of Accounting Department in Class

X SMK Negeri 1 Bandung Academic Year 2014/2015) ".

Supervisor: Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.S

The study was conducted to determine the effect of the methods Problem Based

Introduction (PBI) and Discovery method to the critical thinking skills of students

of class X Accounting Department at SMK Negeri 1 Bandung. The method used is

a quasi experiment with form Nonequivalent (pretest and posttest) Control Group

Design. Data analysis techniques with statistical parametric covering different

test average (paired t-test the samples and independent samples t-test), the gain

scores and effect size calculation using SPSS version 21.0 The results showed that

the use of methods Problem Based Introduction (PBI) and Discovery more

effectively can improve critical thinking skills instead of the Conventional

methods (lectures)

(6)

vii ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Teori Belajar ……… 11

2.2. Konsep Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) .. 14

2.2.1 Pengertian Model Problem Based Introduction (PBI) ………… 14

2.2.2 Landasan Teoritik Model Problem Based Inrtroduction (PBI) .. 15

2.2.3 Ciri-ciri PBI ... 16

2.2.4 Karakteristik PBI ... 17

2.2.5 Tujuan Problem Based Inrtroduction (PBI) ... 17

2.2.5.1 Keunggulan Model Pembelajaran PBI ... 18

2.2.5.2 Kelemahan Model Pembelajaran PBI ... 19

(7)

viii ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.2.6.1 Pengetian Metode Pembelajaran Diskusi ... 22

2.2.6.2 Pemecahan Masalah Sebagai Tujuan Diskusi ... 23

2.2.7 Konsep Model Pembelajaran Discovery ... 24

2.2.7.1 Pengertian Model Pembelajaran Discovery ... 24

2.2.7.2 Tujuan Model Discovery ... 25

2.2.7.3 Langkah-Langkah Metode Discopery ... 26

2.2.7.4 Jenis-jenis Model Pembelajaran Discopery ... 27

2.2.8 Metode Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) ... 27

2.2.8.1 Pengertian Metode Guided Discovery ... 27

2.2.8.2 Keunggulan Metode Guided Discovery ... 29

2.2.8.3 Kelemahan Metode Guided Discovery ... 29

2.2.8.4 Langkah-langkah Metode Guided Discovery... 30

2.2.9 Konsep Kemampuan Berpikir Kritis ... 31

2.2.9.1 Pengertian Berpikir ... 31

2.2.9.2 Pengertian Berpikir Kritis ... 33

2.2.9.3 Keunggulan Kemampuan Berpikir Kritis ... 34

2.2.9.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 35

2.2.10 Penelitian yang Relevan ... 37

2.3. Kerangka Pemikiran ... 39

2.4. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 44

3.2 Desain Penelitian ... 44

3.2.1 Subyek Penelitian ... 46

3.2.2 Operasionalisasi Variabel... 46

3.2.3 Alat Tes ... 49

3.2.4 Rancangan Analisis Data ... 50

(8)

ix ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.4.2 Reliabilitas ... 52

3.2.4.3 Tingkat Kesukaran ... 54

3.2.4.4 Daya Pembeda ... 56

3.2.4.5 Teknik Analisi Data ... 58

3.2.4.6 Langkah-langkah Penelitian ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Tempat Penelitian ... 63

4.2 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 64

4.2.1 Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 64

4.2.2 Pembelajaran Kelas Kontrol ... 65

4.3 Pengujian Hipotesis ... 66

4.3.1 Uji Hipotesis Pertama ... 66

4.3.2 Uji Hipotesis Kedua ... 70

4.3.3 Uji Hipotesis Ketiga ... 75

4.3.4 Uji Hipotesis Keempat ... 79

4.3.5 Uji Hipotesis Kelima ... 86

4.3.6 Uji Hipotesis Keenam ... 91

4.4Pembahasan Penelitian ... 97

4.4.1 Pembahasan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan dengan Menggunakan Model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi pada Kelas Eksperimen... 97

(9)

x ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.4.3 Pembahasan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Antara

Sebelum dan Sesudah Perlakuan dengan Menggunakan

Metode Konvensional pada Kelas Kontrol………... 101 4.4.4 Terdapat Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antara Kelas

Eksperimen yang Menggunakan Model Problem Based

Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan Kelas Kontrol yang

Menggunakan Konvensional………... 102 4.4.5 Terdapat Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antara Kelas

Eksperimen yang Menggunakan Metode Guided Discovery

dengan Kelas Kontrol yang Menggunakan Metode

Konvensional (Ceramah)……….…. 104 4.4.6 Terdapat Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antara Kelas

Eksperimen yang Menggunakan Model Problem Based

Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan Kelas yang

Menggunakan Metode Guided Discovery ……… 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 110

5.2 Saran ... 111

(10)

xi ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

1.1 Nilai UAS Mata Pelajaran Ekonomi Berdasarkan KKM…... 3

1.2 Analisis Soal Ujian Akhir Semester Ganjil... 3

1.3 Rekapitulasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis ………... 5

2.1 Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah...…... 20

2.2 Sintaks Metode Guided Discovery…...…………... 31

2.3 Tingkatan Berpikir dalam Bloom..…...…………... 32

2.4 Basic Activities in Critical Thinking…...…………. 36

2.5 Penelitian yang Relevan…...…………... 37

3.1 Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group design …….. 45

3.2 Langkah-langkah Problem Based Introduction (PBI)... 47

3.3 Langkah-langkah Metode Guided Discovery... 48

3.4 Variabel Kemampuan Berpikir Kritis...…….……….... 49

3.5 Rekapitulasi Validitas...……..…... 52

3.6 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas...………… 53

3.7 Reliability Statistics………...…….………... 53

3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran...……..…... 54

3.9 Tingkat Kesukaran Butir Soal...……..…... 56

3.10 Interpretasi Daya Pembeda...…….………... 57

3.11 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal...…….………... 58

3.12 Kriteria Peningkatan Gain...…….………... 59

4.1 Kualifikasi Pendidikan Guru SMK Negeri 1 Bandung..…... 63

(11)

xii ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LANJUTAN DAFTAR TABEL

4.3 Deskriptif Statistik Kemampuan Berpikir Kritis Kelas

Eksperimen (PBI) tipe Diskusi..…...

66

4.4 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Kemampuan Berpikir

Kritis Kelas Eksperimen Metode (PBI) tipe Diskusi...

67

4.5 Paired Samples Correlations Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas Eksperimen dengan Perlakuan Model Problem Based

Introduction (PBI) tipe Diskusi...……..…...

69

4.6 Paired Samples Test Kemampuan Berpikir Kritis Kelas

Eksperimen dengan Perlakuan Model Problem Based

Introduction (PBI) tipe Diskusi...……..…...

69

4.7 N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen

dengan Perlakuan Model Problem Based Introduction (PBI)

tipe Diskusi...……..…...

70

4.8 Deskriptif Statisitik Kemampuan Berpikir Kritis Kelas

Eksperimen dengan Perlakuan Metode Guided Discovery...

71

4.9 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas

Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen dengan

Perlakuan Metode Guided Discovery...………….

71

4.10 Paired Samples Correlations Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas Eksperimen dengan Perlakuan Metode Guided

Discovery………...

73

(12)

xiii ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelas Eksperimen dengan Perlakuan Metode Guided

Discovery………...

4.12 N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen

dengan Perlakuan Metode Guided Discovery………..……....

74

4.13 Deskriptif Statisitik Kemampuan Berpikir Kritis Kelas

Kontrol dengan Perlakuan Metode Konvensional………..….

75

4.14 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol………..…..

76

4.15 Paired Samples Correlations Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol dengan Perlakuan Metode Konvensional……

78

4.16 Paired Samples Test Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol dengan Perlakuan Metode Konvensional……

78

4.17 N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol…. 79

4.18 Rata – rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Model Problem Based Introduction (PBI) tipe

Diskusi dan Kelas Kontrol Metode Konvensional…………..

80

4.19 Deskriptif Statistik N- Gain Berpikir Kritis Kelas

Eksperimen Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi

dan Kelas Kontrol Metode Konvensional...…...

81

4.20 Hasil uji Normalitas dan uji Homogenitas N-Gain Berpikir

Kritis Kelas Eksperimen Model Problem Based

Introduction (PBI) tipe Diskusi dan Kelas Kontrol Metode

Konvensional...…….………...

82

4.21 Independent Samples Test Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas Eksperimen Model Problem Based Introduction

(PBI) tipe Diskusi dan Kelas Kontrol Metode Konvensional.

84

4.22 Hasil Uji Anova dan Eta ……….... 85

(13)

xiv ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Eksperimen Metode Guided Discovery dan Kelas Kontrol

Metode Konvensional...…….………….……...

LANJUTAN DAFTAR TABEL

4.24 Deskriptif Statistik N- Gain Berpikir Kritis Kelas

Eksperimen Metode Guided Discovery dan Kelas Kontrol

Metode Konvensional...

87

4.25 Hasil uji Normalitas dan uji Homogenitas N-Gain Berpikir

Kritis Kelas Eksperimen Metode Guided Discovery dan

Kelas Kontrol Metode Konvensional...

88

4.26 Independent Samples Test Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas Eksperimen Metode Guided Discovery dan Kelas

Kontrol Metode Konvensional...

90

4.27 Hasil Uji Anova dan Eta... 91

4.28 Rata – rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Model Problem Based Introduction (PBI) tipe

Diskusi dan Metode Guided Discovery...

92

4.29 Deskriptif Statistik N- Gain Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas Eksperimen Model Problem Based Introduction

(PBI) tipe Diskusi dan Metode Guided Discovery...

93

4.30 Hasil uji Normalitas dan Homogenitas N-Gain Kemampuan

Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Model Problem Based

Introduction (PBI) tipe Diskusi dan Metode Guided

Discovery.....……….

94

4.31 Independent Samples Test Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas Eksperimen Model Problem Based Introduction

(14)

xv ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(PBI) tipe Diskusi dan Metode Guided Discovery...

4.32 Hasil Uji Anova dan Eta... 97

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Kemampuan Berpikir Kritis ... 42

3.1

4.1

Langkah-langkag Penelitian ……….

Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen Model Problem

Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan Kelas Kontrol....

62

80

4.2 Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen Metode Guided

Discovery dan Kelas Kontrol...

86

4.3 Rata–rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelas

Eksperimen Metode Pembelajaran Problem Based

Introduction (PBI) dan Metode Pembelajaran Guided

Discovery……….

(15)

1

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan sebuah inti dari kegiatan

pendidikan di sekolah. Sebagai inti dari kegiatan pendidikan, proses pembelajaran

adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Tujuan

pembelajaran itu ditunjukkan oleh adanya perubahan dalam diri peserta didik

yang mengarah kepada hal yang positif atau sering disebut dengan prestasi.

Seperti tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalain diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Akhir dari proses pembelajaran adalah mengembangkan potensi peserta

didik yang berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau

intelektual, serta pengembangan keterampilan peserta didik sesuai dengan

kebutuhan. Pengembangan potensi peserta didik diperlukan suatu kemampuan

dalam proses pembelajaran salah satunya kemampuan berpikir kritis karena dapat

membantu dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari. Hal ini

sejalan dengan pendapat Abidin, (2014:2) pembelajaran mengandung dua

karakteristik utama, yakni bahwa (1) proses pembelajaran melibatkan proses

mental peserta didik secara maksimal yang menghendaki aktivitas peserta didik

untuk berpikir kritis, dan (2) pembelajaran diarahkan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik. Berpikir kritis mengandung

aktivitas mental dalam hal memecahkan masalah yang menganalisis asumsi,

memberi rasional, mengevaluasi, melakukan penyelidikan, dan mengambil

(16)

2

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

mengembangkan kreativitas peserta didik pada strategi pembelajaran ekonomi

dengan memberikan peserta didik pada strategi pembelajaran ekonomi dengan

memberikan sebanyak mungkin Pekerjaan Rumah (PR) dan mengerjakan Lembar

Kerja Siswa (LKS), dilakukan dengan asumsi makin banyak diberikan PR dan

mengerjakan LKS, makin tinggi daya serap peserta didik. Namun pada diri

peserta didik diakui adanya kebosanan dan kejenuhan. Mengkaji jenis PR dan

LKS yang banyak diberikan dalam strategi pembelajaran ekonomi, ternyata

materinya sebagian besar terdapat pada buku pegangan peserta didik, sehingga

guru hanya mengulang pelajaran.

Upaya yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah di atas agar

memiliki peran berpikir kritis dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas agar

terjadinya peran aktif peserta didik di setiap kelas dalam bentuk model

pembelajaran. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam penggunaan

model pembelajaran karena guru merupakan pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Guru harus memiliki

pengetahuan dan wawasan yang luas. Guru harus mampu menjalankan fungsi

utamanya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan

pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional.

Berdasarkan hasil pra-penelitian dan wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Euis

Sri Mulyanti selaku guru mata pelajaran pengantar ekonomi kelas X di SMK

Negeri 1 Bandung diperoleh informasi bahwa sedikitnya peserta didik yang

bertanya ketika proses pembelajaran berlangsung. Selain itu peneliti juga

memperoleh nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil kelas X Jurusan Akuntansi.

Berikut ini presentase nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil sebagai berikut:

(17)

3

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Tabel 1.1

Nilai UAS Mata Pelajaran Ekonomi Berdasarkan KKM pada Tahun 2014/2015.

Sumber: SMK Negeri 1 Bandung (diolah).

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar peserta

didik pada mata pelajaran ekonomi kelas X-AK 2, X-AK 3, dan X-AK 4,

presentase peserta didik berada dibawah KKM lebih besar daripada peserta didik

yang diatas KKM bahkan kurang dari separuh peserta didik yang mencapai diatas

KKM. Hal ini, memerlukan upaya konkrit untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis melalui hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran

ekonomi sangatlah rendah. Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis peserta

didik tidak hanya dilihat dari perolehan nilai peserta didik saja. Akan tetapi dapat

dilihat dari soal-soal yang digunakan dalam ujian akhir semester ganjil. Berikut

ini hasil analisis soal ujian akhir semester ganjil untuk mata pelajaran pengantar

ekonomi.

Tabel 1.2

Analisis Soal Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kelas X SMK Negeri 1 Bandung Kompetensi Keahlian Akuntansi

Tahun Pelajaran 2014/2015

Proses Kognitif C1 C2 C3 C4 C5 C6

Jumlah 14 31 5 - - -

Sumber: SMK Negeri 1 Bandung.

Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa soal ujian akhir semester ganjil

untuk mata pelajaran pengantar ekonomi hanya pada ranah kognitif C1, C2, dan Kelas Jumlah

Siswa

Siswa Yang Berada Dibawah KKM

Siswa Yang Berada Diatas KKM

X-AK 1 36

X-AK 2 36

X-AK 3 36

(18)

4

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

C3 saja. Sedangkan soal yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan

berpikir kritis peserta didik yaitu soal dengan ranah kognitif C4 dan C5. Karena

menurut Bloom Anderson, (2010: 101-102) ranah kognitif C4 (mengaplikasikan),

C5 (menganalisis), C6 (Mencipta) merupakan high thingking level. Kemampuan

berpikir kritis merupakan salah satu dari kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal

ini sesuai dengan pendapat Tsui Linda S. Behar-Horenstein, (2011: ) “Teaching

students higher-order cognitive skills, including critical thinking. Serta didukung

juga oleh pendapat Lang Hellmut R dan David N. Evans, (2006: 461) bahwa“

Critical Thinking as fair mindedly interpreting, analyzing, or evaluating

information, arguments, or experiences with a set of reflective attitude skills, and

abilities to guide our thoughts, beliefs, and actions”. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa soal UAS yang dibuat belum tentu mengukur kemampuan

berpikir kritis peserta didik. Artinya guru tidak pernah memberikan atau membuat

tes yang mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik. Implikasinya yaitu

kemampuan berpikir kritis peserta didik akan lemah dikarenakan soal-soal yang

dibuat hanya berisikan ranah kognitif C1, C2, dan C3.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Euis Sri Mulyanti

selaku guru mata pelajaran pengantar ekonomi kelas X di SMK Negeri 1 Bandung

diperoleh informasi bahwa pembelajaran yang dilakukan pada mata pelajaran

ekonomi saat ini masih tergolong monoton. Artinya, metode pembelajaran, bahan

ajar, maupun strategi pembelajaran yang digunakan masih terhitung konvensional

(ceramah). Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga peserta

didik kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan peserta didik

hanya memperhatikan guru yang sedang mendemonstrasikan materi pelajaran

serta mencatat hal-hal yang sekiranya penting. Watts Finkelstein Neal dan

Thomas Hanson, (2011: 49) melaporkan bahwa di setiap negara mata pelajaran

ekonomi itu sangat diperlukan dalam jejang pendidikan menengah. Akan tetapi

faktanya tidak didukung dengan proses pembelajaran yang berkualitas, dalam

proses pembelajaran guru hanya menggunakan buku teks.

Untuk memperkuat hasil temuan wawancara maka dilakukan pra

(19)

5

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

kritis yang diisi oleh peserta didik kelas X-AK 2, hal ini dilakukan untuk

mengetahui berapa persen jumlah peserta didik yang mampu menjawab soal

dengan indikator berpikir kritis, maka di buat tabel rekapitulasi presentasi sebagai

berikut:

Tabel 1.3

Rekapitulasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas X-AK 2 SMK N 1 Bandung

Skor Jumlah Peserta didik Presentase (%)

0 - -

10 - -

20 4 6,45%

30 6 17,53%

40 17 50,00%

50 5 14,58%

60 3 8,52%

70 1 2,92%

80 - -

90 - -

100 - -

Jumlah 36 100%

Sumber : Pra Penelitian data diolah

Berdasarkan data diatas yang merujuk pada indikator berpikir kritis tidak

ada peserta didik yang mencapai skor ideal dari 80-100. Peserta didik hanya

mampu mengerjakan soal dengan memperoleh skor dibawah skor ideal yakni

berada pada rentang 20 – 70. Peserta didik terbanyak hanya mampu menjawab

dengan skor 40 mencapai 50% dari jumlah peserta didik. Perolehan data diatas

dapat menggambarkan bahwa peserta didik belum mampu mencapai kemampuan

berpikir kritis. Permasalahan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis

peserta didik inilah yang menjadi tantangan bagi guru dalam menjawab tuntutan

kurikulum 2013 sehingga dapat membantu peserta didik untuk mencapai

kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

beranggapan perlu adanya suatu solusi untuk mengatasi permasalahan

kemampuan berpikir kritis peserta didik. Salah satu obat atau solusi untuk

(20)

6

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

menggunakan model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) tipe

Diskusi dan metode pembelajaran Guided Discovery.

Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan

metode pembelajaran Guided Discovery dapat dijadikan pendekatan yang efektif

untuk kegiatan proses pembelajaran berpikir kritis. Proses pembelajaran ini

membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam

benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri. Peserta didik harus

mengansumsi, mengumpulkan informasi, menginterpretasi data, menginferensi,

menganalisis, dan mengevaluasi. Model Problem Based Introduction (PBI) tipe

Diskusi dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan

kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, keterampilan berpikir kritis

dan melibatkan peserta didik dalam pengalaman nyata. Menurut Arends et al.,

(2001), Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi adalah model yang

berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan peserta

didik dalam proses pembelajaran dan pemecahan masalah otentik.

Selain itu metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode

pembelajaran Guided Discovery merupakan kegiatan pembelajaran yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan

menemukan sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis,

logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuanya dengan

penuh percaya diri. Menurut Mulyasa dalam Soedjadi, (2005: 110) metode

Guided Discovery adalah poses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan

sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud adalah mengamati,

mencerna, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan

membuat kesimpulan. Metode Guided Discovery memiliki kelebihan yaitu

memungkinkan para siswa menemukan sendiri informasi-infornasi yang

diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional. Ini berarti berpengaruh terhadap

peran guru sebagai penyampai informasi kearah peran guru sebagai pengelola

interaksi belajar mengajar kelas. Ditandai pula bahwa metode penemuan tidak

(21)

7

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Dalam mengaplikasikan metode Guided Discovery guru berperan sebagai

pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar

secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan

mengarahkan kegiatan proses pembelajaran peserta didik sesuai dengan tujuan.

Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan proses pembelajaran teacher oriented

menjadi student oriented.

Menurut Watson & Glaser dalam Filsaime, (2008: 60) memandang

berpikir kritis sebagai sebuah gabungan sikap, pengetahuan, dan kecakapan.

Kemampuan berpikir kritis perlu ada dalam proses pembelajaran. Berpikir kritis

merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam

pembentukan sistem konseptual peserta didik. Keterampilan berpikir tingkat

tinggi meliputi keterampilan pemecahan masalah, keterampilan pengambilan

keputusan, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan berpikir kreatif.

Kemampuan dalam berpikir kritis akan memberikan arahan yang lebih tepat

dalam berpikir, bekerja, dan membantu lebih akurat dalam menentukan

keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya.

Menurut Johnson, (2008: 185) tujuan dari berpikir kritis adalah untuk

mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti

maksud di balik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Berpikir kritis

membantu kita meneliti perilaku kita dan menilai sikap kita. Karena berpikir kritis

merupakan proses berpikir yang bisa dikembangkan oleh setiap orang, maka harus

diajarkan di sekolah-sekolah.

Pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat

dilaksanakan oleh lembaga pendidikan melalui jenjang pendidikan yang beragam.

Jenjang pendidikan tersebut dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi. Salah satu

pendidikan pada jenjang pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan yang diharapkan menciptakan

peserta didik yang berkualitas dan dapat mengembangkan potensi yang

(22)

8

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Bandung merupakan salah satu SMK Negeri yang diharapkan mampu

menyiapkan peserta didiknya yang berkualitas.

Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan hasil belajar pada mata pelajaran pengantar ekonomi, maka peneliti

perlu melakukan penelitian dengan judul :

“Pengaruh Model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan Metode

Guided Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model

Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi pada kelas

eksperimen?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode

Guided Discovery pada kelas eksperimen?

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode

Konvensional?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model

Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan kelas kontrol

yang menggunakan metode Konvensional?

5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

(23)

9

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Guided Discovery dengan kelas kontrol yang menggunakan metode

Konvensional?

6. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model

Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan metode kelas

yang menggunakan metode Guided Discovery?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk

memperoleh informasi mengenai:

1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model

Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi pada kelas eksperimen.

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode

Guided Discovery pada kelas eksperimen.

3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode

Konvensional.

4. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model

Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan kelas kontrol

yang menggunakan metode Konvensional.

5. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan metode

Guided Discovery dengan kelas kontrol yang menggunakan metode

Konvensional.

6. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model

Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan metode kelas

(24)

10

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan mamfaat untuk kepentingan teoritis

dan praktis sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat bermamfaat untuk memberikan

sumbangan bagi pengembangan ilmu – ilmu model dan metode

pembelajaran yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran peserta

didik. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang tepat akan

meningkatkan peserta didik dalam mencapai nilai kriteria ketuntasan

minimal yang ditetapkan oleh guru yang bersangkutan dan sesuai

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang di tetapkan

oleh sekolah.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini bagi guru ekonomi hasil penelitian

diharapkan dapat memberikan rekomendasi penggunaan model

pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan

Metode pembelajaran Guided Discovery pada mata pelajaran ekonomi

(25)

44

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian maka jenis penelitian ini adalah

penelitian Quasi Eksperimental Design,yang terdiri dari dua kelompok penelitian

yaitu kelas eksperimen dengan model pembelajaran Problem Based Introduction

(PBI) tipe Diskusi dan metode pembelajaran Guided Discoverydan kelas kontrol dengan metode Ceramah. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran

tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) tipe

Diskusi dan metode pembelajaran Guided Discovery. Mc Millan dan Schumacher

(2001: 402) menegaskan bahwa penelitian Quasi EksperimentalDesign adalah “a

type of experirment wich research participants are not randomly assigned to the experimental and control group”. Individu tidak secara acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok eksperimen maupun dalam kelompok kontrol.

3.2 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini kelas eksperimen maupun kelas kontrol dipilih tidak

secara random sehingga desain dalam penelitian ini berbentuk desain “ Non-equivalent Group Design (Pretest and Posttest). Menurut Sugiyono, (2013: 170)

Non-equivalent Group Design (Pretest and Posttest) merupakan pendekatan yang

paling populer dalam kuasi eksperimen, kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dipilih bukan dengan cara random. Ketiga kelas tersebut diberi pretest dan

posttest dan hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan. Kelompok

eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunankan model pembelajaran

(26)

45

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Tabel 3.1

Nonequivalent Pretest-PosttestControl Group design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test Peningkatan

Eksperimen I O1 X1 O2 Y1

Eksperimen II O3 X2 O4 Y2

Kontrol O5 - O6 Y3

Sumber: Sugiyono, (2013: 170

Keterangan :

O1,O3,O5= Kemampuan Berpikir Kritis peserta didik Sebelum ada Treatment

X1= Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi

X2= Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery

_ = Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol dengan menggunakan Metode Konvensional

02= Hasil Belajar peserta didik setelah ada perlakuan Model

Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI )tipe Diskusi

04= Hasil Belajar peserta didik setelah ada perlakuan Metode Pembelajaran Guided Discovery

06= Hasil Belajar peserta didik setelah ada perlakuan Metode Konvensional

Y1 = Selisih O2 dan O1

Y2 = Selisih O4 dan O3

Y3 = Selisih O6 dan O5

Pada penelitian eksperimen terdapat pengujian hipotesis untuk

menentukan kondisi setelah dilakukannya perlakuan” Syamsuddin dan Vismaia,

(27)

46

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

3.2.1 Subyek Penelitian

Subjek Penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari suatu

penelitian yang dilakukan. Penelitian yang akan dilakukan adalah tentang

pengaruh modelProblem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode

Guided Discovery terhadap hasil belajar berupa kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMK Negeri 1 Bandung Kelas X Kompetensi Keahlian

Akuntansi. Penentuan subyek penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling sebanyak 3 dari 4 kelas dan dipilih kelas X-AK 2, dan X-AK

3. Dengan pertimbangan melihat dari nilai rata-rata kelas ujian akhir semester

ganjil kelas X-AK 2, dan X-AK 3, hampir sama (homogen) yaitu X-AK 2 nilai

rata-rata kelasnya sebesar 70,56. X-AK 3 nilai rata-rata kelasnya sebesar 71,68

sedangkan X-AK 1 nilai rata-rata kelasnya sebesar 72,91. Dari ketiga kelas

tersebut ditentukan kelas X-AK 2, dan X-AK 3,yang terdiri dari 72 orang peserta

didik sebagai kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan

modelProblem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode Guided Discovery, sedangkan kelas X-AK 1 sebagai kelas kontrol terdiri dari 36 orang

peserta didik yang mendapatkan pembelajaran dengan metodeKonvensional

(ceramah).

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau

objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu

objek dengan objek yang lainHatch dan Farhady dalam Sugiyono, (2008: 60).

Suharsimi Arikunto, (2009: 96) menyatakan bahwa "Variabel adalah objek

penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian".

Menurut Kerlinger dalam Sugiyono (2008: 58) menyatakan bahwa

“variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.” Sedangkan menurut Kedder (2008: 59) menyatakan bahwa “variabel adalah suatu kualitas

(28)

47

ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti, yaitu:

1. Model PembelajaranProblem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi

merupakan salah satu konsep tipe model pembelajaran yang berlandaskan

paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan peserta didik dalam

belajar dan pemecahan masalah otentik. Metode pembelajaran yang

melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah dengan dibentuk

ke dalam kelompok-kelompok belajaryang beranggotakan 6-7 orang peserta

didik.

Menurut Ibrahim dan Nur, (2005: 13) model Problem Based

Inrtroduction (PBI) tipe Diskusi terdiri dari lima tahap yaitu tahap 1 Orientasi

siswa pada masalah, tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap 3

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap 5 Mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

Tabel 3.2

Langkah-langkah Model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1 Orientasi siswa kepada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,Menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya

Tahap-2 Mengorganisasi siswa

untukbelajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap-3 Membimbing penyelidikanindividual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap-4 Mengembangkan danmenyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

(29)

48

2. Metode Pembelajaran Guided Discovery sering disebut metode penemuan terbimbing, dalam metode Guided Discovery, parasiswa diberi bimbingan

singkat untuk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau

hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh siswa. Menurut Mulyasa dalam

Soedjadi, (2005:110) metode Guided Discovery adalah poses mental dimana

siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental

yang dimaksud adalah mengamati, mencerna, menggolong-golongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan membuat kesimpulan.

Tabel 3.3

Sintaks Metode Guided Discovery (Penemuan Terbimbing)

No Fase-fase Kegiatan Guru

1 Menyampaikan tujuan, mengelompokkan dan menjelaskan prosedur discovery

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta guru menjelaskan aturan dalam metode pembelajaran dengan penemuan terbimbing

2 Guru menyampaikan suatu masalah

Guru mejelaskan masalah secara sederhana

3 Peserta didik memperoleh data eksperimen

Guru

mengulangipertanyaanpadapesertadidikt entangmasalahdenganmengarahkansiswa untukmendapatinformsi yang membantu proses inquiry danpenemuan

4 Peserta didik membuat hipotesis dan penjelasan

Guru membantu peserta didik dalam membuat prediksi dan mempersiapkan penjelasan masalah

5 Analisis proses peneman Guru membimbing peserta didik berfikir tentang proses intelektual dan proses penemuan dan menghubungkan dengan pelajaran lain.

3. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis yang dimaksud dalam kajian ini adalah berpikir kritis yang

didefinisikan sebagai keterampilan yang aktif mengenai masalah-masalah,

pertanyaan yang sulit dengan menerapkan metode-metode penalaran yang

(30)
[image:30.595.115.517.120.410.2]

49

Tabel 3.4

Variabel Kemampuan Berpikir Kritis

VARIABEL INDIKATOR UKURAN

Kemampuan Berpikir Kritis [Ennis (Costa, 1988:54)] Elementary Clarification (MemberikanPenjelasanSede rhana)

 Membedakan dengan memfokuskan

pertanyaan

 Menganalisis argumen

 Bertanya dan menjawab pertanyaan

klarifikasi dan pertanyaan yang menantang

Basic Support (MembangunKeterampilanD

asar)

 Mempertimbangkan kredibilitas suatu

sumber

 Mengobservasi dan mempertimbangkan

observasi

Inference (Menyimpulkan)  Membuat deduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi

 Membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

 Membuat dan mempertimbangkan

keputusan Advance Clasification

(MembuatKlasifikasiLanjut)

Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi

 Mengidentifikasi asumsi

Strategies and tactics

(Strategidan Taktik)

Memutuskan suatu tindakan

 Berinteraksi dengan orang lain

Berdasarkan indikator-indikator di atas maka dikembangkan instrument

untukmengukur kemampuan berpikir kritis kepada siswa yang diukur

menggunakan teknik penilaian tes tertulis dengan bentuk instrument pilihan

ganda.

3.2.3 Alat Tes

Alat tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan

berpikir kritis. Pretest diberikan sebelum perlakuan dengan tujuan mengetahui

skor kemampuan berpikir kritis awal peserta didik sebelum perlakuan. Sementara

Posttest diberikan setelah perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan

skor kemampuan berpikir kritispeserta didik setelah perlakuan, sehingga diperoleh

(31)

50

3.2.4 Rancangan Analisis Data

Nana Syaodih (2012: 228) mengatakan bahwa persyarat yang harus

dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian seperti tes hasil belajar yaitu validitas,

reliabilitas, tingkat kesulitan butir soal dan daya pembeda.

3.2.4.1Validitas

Pengujian validitas alat tes dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat tes

dalam mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik yang disesuaikan

dengan indikator yang ada. Sugiyono (2008: 137) menjelaskan bahwa “alat test

yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur)

itu valid. Valid berarti alat test yang digunakan dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur”.

Menurut Sugiyono, (2008: 271) validitas terdiri dari konstruk

(permukaan), validitas isi (content Validity) dan validitas eksternal. Untuk

menguji validitas isi maka dapat digunakan pendapat dari para ahli (Judgment

expert). Dimana para ahli diminta pendapatnya tentang alat tes yang telah

disusun. Para ahli akan memberi pendapat alat tes dapat digunakan tanpa

perbaikan, ada perbaikan, atau dirombak total. Dalam penelitian ini pengujian

terhadap isi dari alat tes divalidasi oleh dosen pembimbing untuk menilai

kesesuaian isi materi dari alat tes tersebut. Alat tes untuk kemampuan berpikir

kritis telah dilakukan satu kali pada kelas XI-PS 2 SMK Negeri 1 Bandung.

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi

antar bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara

mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah

tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment Riduwan, (2013: 110),

adalah:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rhitung = Koefisien korelasi

(32)

51

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

Keterangan :

t = Nilai thitung

r = Koefisien korelasi hasil rhitung

n = Jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk=n-2). Kaidah keputusan :

Jika thitung> ttabel berarti valid

thitung< ttabel berarti tidak valid

Selanjutnya uji validitas tiap item alat tes dilakukan dengan

membandingkan rhitung dengan rtabel. Tiap item tes dikatakan valid apabila

pada taraf signifikansi α = 0.05 didapat rhitungrtabel. Berikut ini hasil uji validitas butir alattespada α = 0.05. Jumlah butir soal pada uji coba alat tes

kali ini adalah 20 soal dengan jumlah responden 30 peserta didik

(df=30-2=28). Maka diperoleh rtabel dengan signifikansi untuk uji dua arah 0.05

adalah r (0.05;28)=0.361. Berdasarkan hal tersebut berikut ini tabel hasil uji

validitas kemampuan berpikir kritis untuk kompetensi dasar elastisitas

permintaan dan penawaran yang diolah dengan menggunakan program

(33)
[image:33.595.180.444.150.544.2]

52

Tabel 3.5

Rekapitulasi Validitas Item Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Butir

Soal r hitung r table Validitas

1 0.605 0.361 Valid

2 -0.005 0.361 Tidak Valid

3 0.565 0.361 Valid

4 -0.012 0.361 Tidak Valid

5 -0.374 0.361 Tidak Valid

6 0.458 0.361 Valid

7 0.793 0.361 Valid

8 0.622 0.361 Valid

9 0.837 0.361 Valid

10 0.636 0.361 Valid

11 0.740 0.361 Valid

12 0.055 0.361 Tidak Valid

13 0.400 0.361 Valid

14 0.046 0.361 Tidak Valid

15 0.453 0.361 Valid

16 0.460 0.361 Valid

17 0.756 0.361 Valid

18 0.670 0.361 Valid

19 0.612 0.361 Valid

20 0.379 0.361 Valid

3.2.4.2Reliabilitas

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil

pengukuran Nana Syaodih, (2012: 229). Selanjutnya Joko Sulistyo (2012: 46)

mengatakan bahwa uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi

alatukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap

konsisten jika pengukuran tersebut diulang.

Menurut Kusnendi (2008: 96) koefisien alpha Cronbach merupakan

statisitk uji yang paling umum digunakan para peneliti untuk menguji

(34)

53

tes diindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefesien alpha

Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,70. Adapun rumusnya adalah

sebagai berikut:

r = n 1n x 1 ∑SS i2

t2

Keterangan:

r = Koefisien realibilitas

n = Jumlah soal

S12 = Variansi skor soal tertentu (soal ke 1)

[image:34.595.111.476.184.479.2]

ΣSi2 = Jumlah varians skor seluruh soal menurut skor soal tertentu St2 = Varians skor seluruh soal menurut skor peserta didik perorangan

Tabel 3.6

Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas

0,90< r ≤1,00 Sangat tinggi

0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,70 Sedang

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

r ≤ 0,20 Sangat rendah

Datadiujireabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha menggunakan

SPSS versi 21.0 Adapun hasil pengolahan data untuk uji reabilitas disajikan pada

tabel 3.7.

[image:34.595.217.407.568.676.2]

Tabel 3.7

Reliability Statistics

Sumber: Lampiran

Berdasarkan tabel 3.7 di atas menunjukkan bahwa koefisien reabilitas alat

tes kemampuan berpikir kritis pada kompetensi dasar elastisitas permintaan dan

penawaran sebesar 0.847, sedangkan nilai r kitis (uji 2 sisi) pada signifikasi 5% Cronbach's Alpha N of Items

(35)

54

(0,05) dengan N=20 didapat sebesar 0.445. Maka dapat disimpulkan bahwa

butir-butir alat tes tersebut reliabel dengan kategori tinggi.

3.2.4.3Tingkat Kesukaran

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik,

disamping memenuhi validitas dan reabilitas adalah adanya keseimbangan dari

tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya

soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proposional. Tingkat

kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam

menjawab, bukan dilihat dari sudut guru sabagai pembuat soal Nana Sudjana,

(2012:135).

Selanjutnya, Nana Sudjana (2012:137) mengatakan cara melakukan

analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Keterangan :

I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

N = banyak siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan

Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh makin

[image:35.595.219.407.524.651.2]

sulit soal tersebut Sundayana,(2010: 78), kriteria indeks kesulitan soal itu adalah :

Tabel 3.8

Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks TK Klasifikasi

TK = 0.00 Terlalu Sukar

0.00 < TK ≤ 0.30 Sukar

0.30 < TK ≤ 0.70 Sedang 0.70 < TK < 1.00 Mudah

TK = 1.00 TerlaluMudah

Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab

item dengan benar dan banyaknya penjawab item. Tingkat kesukaran

(36)

55

mudah, mudah, sedang, sukar dan terlalu sukar. Tingkat kesukaran dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P = IndeksKesukaran

B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar

Js = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Skor tes kemampuan berpikir kritis peserta didikberbentuk pilihan

gandadengan skor terkecil 0 dan skor terbesar adalah 3. Selanjutnya jika

jawaban yang benar dihitung 3 dan jawaban yang salah dihitung 0.

Perhitungan tingkat kesulitan soal alat tes kemampuan berpikir kritis

dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010. Berdasarkan

hasil perhitungan tingkat kesukaran 20butir soal tes kemampuan berpikir kritis

peserta didik terdapat 2 soal dengan kategori sukar, 19 soal dengan kategori

sedang, 1 soal dengan kategori mudah, 3 soal dengan kategori terlalu mudah.

Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal menggunakan program aplikasi

(37)
[image:37.595.172.452.109.475.2]

56

Tabel 3.9

Tingkat Kesukaran Butir Soal

No Jumlah

Jawaban Benar

Indeks Tingkat

Kesukaran Klasifikasi

1 46 0.613 Sedang

2 73 0.973 Mudah

3 52 0.693 Sedang

4 58 0.773 Mudah

5 64 0.746 Mudah

6 51 0.68 Sedang

7 52 0.693 Sedang

8 50 0.667 Sedang

9 52 0.693 Sedang

10 49 0.653 Sedang

11 50 0.667 Sedang

12 56 0.867 Mudah

13 14 0.186 Sukar

14 48 0.706 Mudah

15 44 0.36 Sedang

16 45 0.6 Sedang

17 27 0.586 Sedang

18 51 0.68 Sedang

19 53 0.59 Sedang

20 37 0.64 Sedang

3.2.4.4Daya Pembeda

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk

mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu

(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya

Nana Sudjana, (2012: 141) mengatakan bahwa tes yang tidak memiliki daya

pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan

kemampuan siswa yang sebenarnya.Adapun harganya dihitung dengan rumus

berikut Suherman, (2003:160).

DP= -

Keterangan:

DP = Daya pembeda

(38)

57

JBB = Jumlah jawaban benar untuk kelompok bawah

N = Jumlah peserta didik kelompok atas atau kelompok bawah

Penentuan jawaban benar dan salah dari soal tes kemampuan berpikir

kritis yang berbentuk pilihan ganda sama seperti pada perhitungan tingkat

kesukaran butiran soal tes.Jumlah jawaban benar untuk masing-masing

kelompok selanjutnya digunakan untuk menghitung harga DP dengan rumus

di atas.Untuk mengklasifikasikan daya pembeda soal digunakan interpretasi

daya pembeda. Interpretasi daya pembeda dari tes yang dilakukan itu

[image:38.595.181.442.307.457.2]

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.10

InterpretasiDayaPembeda

RentangNilai DP Klasifikasi

DP≤ 0,00 Sangat Rendah

0,00 <DP ≤ 0,20 Rendah

0.20 < DP ≤ 0,40 Sedang

0,40 < DP ≤ 0.70 Baik 0.70 < DP ≤ 1.00 Sangat Baik Sundayana (2010 : 78)

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda pada 20 butir soal

kemampuan berpikir kritis terdapat 3 butir soal dalam kalsifikasi baik sekali,

18 butir soal dalam klasifikasi baik, 6 butir soal dalam klasifikasi cukup, dan 3

butir soal dalam klasifikasi jelek. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal

tes kemampuan berpikir kritis yang menggunakan program Anates versi 4.0.5

(39)
[image:39.595.176.452.105.512.2]

58

Tabel 3.11

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Nomor

Soal

Indeks Daya

Pembeda Keterangan

1 0,611 Baik

2 0,000 Rendah

3 0,444 Baik

4 0,111 Rendah

5 -0,778 Sangat Rendah

6 0,333 Sedang

7 1,056 Baik Sekali

8 0,222 Sedang

9 0,667 Baik

10 0,333 Sedang

11 0,944 Baik Sekali

12 -0,532 Sangat Rendah

13 0,944 Baik Sekali

14 0,123 Rendah

15 0,667 Baik

16 0,333 Sedang

17 0,667 Baik

18 0,389 Sedang

19 0,556 Baik

20 0,500 Baik

Berdasarkan hasil ujites Validitas, Reliabilitas, Kesukaran Butir Soal, dan

Daya Pembeda pada 20 butir soal kemampuan berpikir kritis yang

menggunakan program Anates versi 4.0.5 dapat dilihat pada tabel 3.12

(40)
[image:40.595.89.543.178.586.2]

59

Tabel 3.12

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Validitas, Reliabilitas, Kesukaran, dan Daya Pembeda.

3.2.4.5Teknik Analisi Data

Analisis akan berfokus pada data hasil belajar peserta didik pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Teknik yang akan dilakukan menggunakan bantuan

software komputer SPSS versi 21.0 dengan pendekatan statistik berikut ini:

1. Menghitung tiap lembar jawaban tes peserta didik berdasarkan jawaban

peserta didik yang benar.

2. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretest dan posttest.

No Validitas Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

Korelasi Kesimpulan T K Penafsiran Pembeda Penafsiran

1 0.605 Valid 0.613 Sedang 0,611 Baik Digunakan

2 -0.005 Tidak Valid 0.973 Mudah 0,000 Rendah Tidak Digunakan 3 0.565 Valid 0.693 Sedang 0,444 Baik Digunakan

4 -0.012 Tidak Valid 0.773 Mudah 0,111 Rendah Tidak Digunakan

5 -0.374 Tidak Valid 0.746 Mudah -0,778 Sangat Rendah

Tidak Digunakan 6 0.458 Valid 0.68 Sedang 0,333 Sedang Digunakan 7 0.793 Valid 0.693 Sedang 1,056 Baik Sekali Digunakan 8 0.622 Valid 0.667 Sedang 0,222 Sedang Digunakan

9 0.837 Valid 0.693 Sedang 0,667 Baik Digunakan 10 0.636 Valid 0.653 Sedang 0,333 Sedang Digunakan 11 0.740 Valid 0.667 Sedang 0,944 Baik Sekali Digunakan

12 0.055 Tidak Valid 0.867 Mudah -0,532 Sangat Rendah

Tidak Digunakan 13 0.400 Valid 0.186 Sukar 0,944 Baik Sekali Digunakan

14 0.046 Tidak Valid 0.706 Mudah 0,123 Rendah Tidak Digunakan 15 0.453 Valid 0.36 Sedang 0,667 Baik Digunakan 16 0.460 Valid 0.6 Sedang 0,333 Sedang Digunakan 17 0.756 Valid 0.586 Sedang 0,667 Baik Digunakan

18 0.670 Valid 0.68 Sedang 0,389 Sedang Digunakan 19 0.612 Valid 0.59 Sedang 0,556 Baik Digunakan

(41)

60

3. Menghitung normalisasi Gain antara nilai rata-rata pretes dan nilai rata-rata

posttest secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus:

Tabel 3.12

KriteriaPeningkatan Gain

Gain Ternormalisasi (G) Kriteria Peningkatan

G<0,3 Peningkatan Rendah

0,3≤G≤0,7 Peningkatan Sedang

G>0,7 Peningkatan Tinggi

4. Melakukan Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi

normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk

menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Pengujian normalitas

data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Z dengan menggunakan bantuan

software komputer SPSS versi 21.0. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai

Sig. (Signifikansi) atau nilai probabilitas < 0.05 maka distribusi adalah tidak

normal, sedangkan jika nilai Sig. (Signifikansi) atau nilai probabilitas > 0.05

maka distribusi adalah normal.

5. Melakukan Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data sampel pada setiap

kelompok dapat dikatakan homogen atau tidak, dan bisa atau tidaknya

digabung untuk dianalis lebih lanjut. Dalam hal ini, untuk menguji

homogenitas data normalisasi gain dilakukan dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus

Sugiyono, (2011: 140):

(42)

61

b. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus:

dk pembilang = n-1 (untuk varians terbesar)

dk penyebut = n-1 (untuk varians terkecil)

 Jika diperoleh harga hitung ≤ tabel, maka kedua variansi

homogen

 Jika diperoleh harga Fhitung> Ftabel, maka kedua variansi tidak homogeny

6. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data nilai pre-test dan data

Normalized Gain (N-Gain). Menurut Sugiyono (2008) untuk sampel

independen (tidak berkorelasi mempunyai ketentuan, jika kedua data

berdistribusi normal dan variansnya homogen maka dilanjutkan dengan uji t

(test t). a

Gambar

Tabel 1.1 Nilai UAS Mata Pelajaran Ekonomi Berdasarkan KKM pada Tahun
Tabel 1.3 Rekapitulasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas X-AK 2
Tabel 3.1
Langkah-langkah Model Tabel 3.2 Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji aspek makanan, aspek pertumbuhan, aspek reproduksi ikan lundu (Macrones gulio) meliputi rasio kelamin, tingkat kematangan

PENGARUH LATIHAN MENGUNAKAN SUPPORT MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAAN GERAK DASAR SHOOTING DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA Universitas Pendidikan Indonesia |

ditetapkan oleh UU baik untuk faskes yang sudah maupun yang belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Korban KLL non BPJS Kesehatan namun dapat dijamin

Untuk menjadi manusia seperti itu, kata Syamsuddin, bila tidak memiliki karakter yang kuat untuk berhasil maka semua kelebihannya akan sia-sia; ketika membimbing

Walaupun terapi unne telah terbukti dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, hendaknya mahasiswa kedokteran mengetahui sistematika dan cara bagaimana urine dapat dijadikan

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara simultan antara faktor merek, kemasan, pemberian label, kualitas,

[r]

There was difference of blood plasma protein profile in fibrosarcoma mice ( M. musculus ) which treated with A.. Protein7 kDa only appeared in untreated group (group I