ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE
DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISPESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung
Tahun Ajaran 2014/2015)”.
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Konsentrasi
Pendidikan Ekonomi
Oleh
ASEP MUNIR HIDAYAT 1302288
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE
DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISPESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung
Tahun Ajaran 2014/2015)”.
Oleh
Asep Munir Hidayat
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Pendidikan (M.Pd) pada program studi Pendidikan Ekonomi SPs UPI
Bandung
© Asep Munir Hidayat 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE
DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISPESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung
Tahun Ajaran 2014/2015)”. Bandung, Juli 2015
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PENGUJI I PENGUJI II
Prof. Dr. H. Disman, M.S Dr. H. Edi Suryadi, M.Si NIP 19590209 198412 1001 NIP 19600412 198603 1002
PEMBIMBING PENGUJI III
Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.S Dr. Dadang Dahlan, M.Pd NIP 19611022 198603 1002 NIP 19600122 198403 1002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
ABSTRAK
Asep Munir Hidayat. 2015. “Pengaruh Metode Problem Based Introduction
(PBI) dan Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)”. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.S
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode Guided Discovery terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X Jurusan Akuntansi di SMK Negeri 1 Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan bentuk Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design. Teknik Analisis data dengan statistik parametrik yang meliputi uji beda rata-rata (paired sampels t-test dan independent samples t-test), gain score dan perhitungan effect size dengan menggunakan bantuan SPSS versi 21.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode Guided Discovery pada kelas eksperimen. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode Guided Discovery lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode Konvensional (ceramah).
Hasil penelitian ini merekomendasikan model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode Guided Discovery sebagai metode pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
ii
ABSTRACT
Munir Asep Hidayat. 2015. "Effect of Problem Based Method Introduction
(PBI) and Discovery Methods Against Critical Thinking Ability of Students
(Quasi-Experimental Study On Economic Subjects Introduction Basic
competence Elasticity Demand and Supply of Accounting Department in Class
X SMK Negeri 1 Bandung Academic Year 2014/2015) ".
Supervisor: Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.S
The study was conducted to determine the effect of the methods Problem Based
Introduction (PBI) and Discovery method to the critical thinking skills of students
of class X Accounting Department at SMK Negeri 1 Bandung. The method used is
a quasi experiment with form Nonequivalent (pretest and posttest) Control Group
Design. Data analysis techniques with statistical parametric covering different
test average (paired t-test the samples and independent samples t-test), the gain
scores and effect size calculation using SPSS version 21.0 The results showed that
the use of methods Problem Based Introduction (PBI) and Discovery more
effectively can improve critical thinking skills instead of the Conventional
methods (lectures)
vii ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka ... 11
2.1.1 Teori Belajar ……… 11
2.2. Konsep Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) .. 14
2.2.1 Pengertian Model Problem Based Introduction (PBI) ………… 14
2.2.2 Landasan Teoritik Model Problem Based Inrtroduction (PBI) .. 15
2.2.3 Ciri-ciri PBI ... 16
2.2.4 Karakteristik PBI ... 17
2.2.5 Tujuan Problem Based Inrtroduction (PBI) ... 17
2.2.5.1 Keunggulan Model Pembelajaran PBI ... 18
2.2.5.2 Kelemahan Model Pembelajaran PBI ... 19
viii ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.2.6.1 Pengetian Metode Pembelajaran Diskusi ... 22
2.2.6.2 Pemecahan Masalah Sebagai Tujuan Diskusi ... 23
2.2.7 Konsep Model Pembelajaran Discovery ... 24
2.2.7.1 Pengertian Model Pembelajaran Discovery ... 24
2.2.7.2 Tujuan Model Discovery ... 25
2.2.7.3 Langkah-Langkah Metode Discopery ... 26
2.2.7.4 Jenis-jenis Model Pembelajaran Discopery ... 27
2.2.8 Metode Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) ... 27
2.2.8.1 Pengertian Metode Guided Discovery ... 27
2.2.8.2 Keunggulan Metode Guided Discovery ... 29
2.2.8.3 Kelemahan Metode Guided Discovery ... 29
2.2.8.4 Langkah-langkah Metode Guided Discovery... 30
2.2.9 Konsep Kemampuan Berpikir Kritis ... 31
2.2.9.1 Pengertian Berpikir ... 31
2.2.9.2 Pengertian Berpikir Kritis ... 33
2.2.9.3 Keunggulan Kemampuan Berpikir Kritis ... 34
2.2.9.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 35
2.2.10 Penelitian yang Relevan ... 37
2.3. Kerangka Pemikiran ... 39
2.4. Hipotesis Penelitian ... 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 44
3.2 Desain Penelitian ... 44
3.2.1 Subyek Penelitian ... 46
3.2.2 Operasionalisasi Variabel... 46
3.2.3 Alat Tes ... 49
3.2.4 Rancangan Analisis Data ... 50
ix ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.2.4.2 Reliabilitas ... 52
3.2.4.3 Tingkat Kesukaran ... 54
3.2.4.4 Daya Pembeda ... 56
3.2.4.5 Teknik Analisi Data ... 58
3.2.4.6 Langkah-langkah Penelitian ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Tempat Penelitian ... 63
4.2 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 64
4.2.1 Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 64
4.2.2 Pembelajaran Kelas Kontrol ... 65
4.3 Pengujian Hipotesis ... 66
4.3.1 Uji Hipotesis Pertama ... 66
4.3.2 Uji Hipotesis Kedua ... 70
4.3.3 Uji Hipotesis Ketiga ... 75
4.3.4 Uji Hipotesis Keempat ... 79
4.3.5 Uji Hipotesis Kelima ... 86
4.3.6 Uji Hipotesis Keenam ... 91
4.4Pembahasan Penelitian ... 97
4.4.1 Pembahasan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan dengan Menggunakan Model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi pada Kelas Eksperimen... 97
x ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.4.3 Pembahasan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Antara
Sebelum dan Sesudah Perlakuan dengan Menggunakan
Metode Konvensional pada Kelas Kontrol………... 101 4.4.4 Terdapat Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antara Kelas
Eksperimen yang Menggunakan Model Problem Based
Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan Kelas Kontrol yang
Menggunakan Konvensional………... 102 4.4.5 Terdapat Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antara Kelas
Eksperimen yang Menggunakan Metode Guided Discovery
dengan Kelas Kontrol yang Menggunakan Metode
Konvensional (Ceramah)……….…. 104 4.4.6 Terdapat Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antara Kelas
Eksperimen yang Menggunakan Model Problem Based
Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan Kelas yang
Menggunakan Metode Guided Discovery ……… 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 110
5.2 Saran ... 111
xi ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Nilai UAS Mata Pelajaran Ekonomi Berdasarkan KKM…... 3
1.2 Analisis Soal Ujian Akhir Semester Ganjil... 3
1.3 Rekapitulasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis ………... 5
2.1 Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah...…... 20
2.2 Sintaks Metode Guided Discovery…...…………... 31
2.3 Tingkatan Berpikir dalam Bloom..…...…………... 32
2.4 Basic Activities in Critical Thinking…...…………. 36
2.5 Penelitian yang Relevan…...…………... 37
3.1 Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group design …….. 45
3.2 Langkah-langkah Problem Based Introduction (PBI)... 47
3.3 Langkah-langkah Metode Guided Discovery... 48
3.4 Variabel Kemampuan Berpikir Kritis...…….……….... 49
3.5 Rekapitulasi Validitas...……..…... 52
3.6 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas...………… 53
3.7 Reliability Statistics………...…….………... 53
3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran...……..…... 54
3.9 Tingkat Kesukaran Butir Soal...……..…... 56
3.10 Interpretasi Daya Pembeda...…….………... 57
3.11 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal...…….………... 58
3.12 Kriteria Peningkatan Gain...…….………... 59
4.1 Kualifikasi Pendidikan Guru SMK Negeri 1 Bandung..…... 63
xii ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LANJUTAN DAFTAR TABEL
4.3 Deskriptif Statistik Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen (PBI) tipe Diskusi..…...
66
4.4 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Kemampuan Berpikir
Kritis Kelas Eksperimen Metode (PBI) tipe Diskusi...
67
4.5 Paired Samples Correlations Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen dengan Perlakuan Model Problem Based
Introduction (PBI) tipe Diskusi...……..…...
69
4.6 Paired Samples Test Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen dengan Perlakuan Model Problem Based
Introduction (PBI) tipe Diskusi...……..…...
69
4.7 N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen
dengan Perlakuan Model Problem Based Introduction (PBI)
tipe Diskusi...……..…...
70
4.8 Deskriptif Statisitik Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen dengan Perlakuan Metode Guided Discovery...
71
4.9 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen dengan
Perlakuan Metode Guided Discovery...………….
71
4.10 Paired Samples Correlations Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen dengan Perlakuan Metode Guided
Discovery………...
73
xiii ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelas Eksperimen dengan Perlakuan Metode Guided
Discovery………...
4.12 N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen
dengan Perlakuan Metode Guided Discovery………..……....
74
4.13 Deskriptif Statisitik Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Kontrol dengan Perlakuan Metode Konvensional………..….
75
4.14 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol………..…..
76
4.15 Paired Samples Correlations Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol dengan Perlakuan Metode Konvensional……
78
4.16 Paired Samples Test Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol dengan Perlakuan Metode Konvensional……
78
4.17 N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol…. 79
4.18 Rata – rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Model Problem Based Introduction (PBI) tipe
Diskusi dan Kelas Kontrol Metode Konvensional…………..
80
4.19 Deskriptif Statistik N- Gain Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi
dan Kelas Kontrol Metode Konvensional...…...
81
4.20 Hasil uji Normalitas dan uji Homogenitas N-Gain Berpikir
Kritis Kelas Eksperimen Model Problem Based
Introduction (PBI) tipe Diskusi dan Kelas Kontrol Metode
Konvensional...…….………...
82
4.21 Independent Samples Test Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen Model Problem Based Introduction
(PBI) tipe Diskusi dan Kelas Kontrol Metode Konvensional.
84
4.22 Hasil Uji Anova dan Eta ……….... 85
xiv ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Eksperimen Metode Guided Discovery dan Kelas Kontrol
Metode Konvensional...…….………….……...
LANJUTAN DAFTAR TABEL
4.24 Deskriptif Statistik N- Gain Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen Metode Guided Discovery dan Kelas Kontrol
Metode Konvensional...
87
4.25 Hasil uji Normalitas dan uji Homogenitas N-Gain Berpikir
Kritis Kelas Eksperimen Metode Guided Discovery dan
Kelas Kontrol Metode Konvensional...
88
4.26 Independent Samples Test Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen Metode Guided Discovery dan Kelas
Kontrol Metode Konvensional...
90
4.27 Hasil Uji Anova dan Eta... 91
4.28 Rata – rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Model Problem Based Introduction (PBI) tipe
Diskusi dan Metode Guided Discovery...
92
4.29 Deskriptif Statistik N- Gain Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen Model Problem Based Introduction
(PBI) tipe Diskusi dan Metode Guided Discovery...
93
4.30 Hasil uji Normalitas dan Homogenitas N-Gain Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Model Problem Based
Introduction (PBI) tipe Diskusi dan Metode Guided
Discovery.....……….
94
4.31 Independent Samples Test Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen Model Problem Based Introduction
xv ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(PBI) tipe Diskusi dan Metode Guided Discovery...
4.32 Hasil Uji Anova dan Eta... 97
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Kemampuan Berpikir Kritis ... 42
3.1
4.1
Langkah-langkag Penelitian ……….
Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen Model Problem
Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan Kelas Kontrol....
62
80
4.2 Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen Metode Guided
Discovery dan Kelas Kontrol...
86
4.3 Rata–rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen Metode Pembelajaran Problem Based
Introduction (PBI) dan Metode Pembelajaran Guided
Discovery……….
1
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan sebuah inti dari kegiatan
pendidikan di sekolah. Sebagai inti dari kegiatan pendidikan, proses pembelajaran
adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Tujuan
pembelajaran itu ditunjukkan oleh adanya perubahan dalam diri peserta didik
yang mengarah kepada hal yang positif atau sering disebut dengan prestasi.
Seperti tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalain diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Akhir dari proses pembelajaran adalah mengembangkan potensi peserta
didik yang berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau
intelektual, serta pengembangan keterampilan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan potensi peserta didik diperlukan suatu kemampuan
dalam proses pembelajaran salah satunya kemampuan berpikir kritis karena dapat
membantu dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari. Hal ini
sejalan dengan pendapat Abidin, (2014:2) pembelajaran mengandung dua
karakteristik utama, yakni bahwa (1) proses pembelajaran melibatkan proses
mental peserta didik secara maksimal yang menghendaki aktivitas peserta didik
untuk berpikir kritis, dan (2) pembelajaran diarahkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik. Berpikir kritis mengandung
aktivitas mental dalam hal memecahkan masalah yang menganalisis asumsi,
memberi rasional, mengevaluasi, melakukan penyelidikan, dan mengambil
2
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
mengembangkan kreativitas peserta didik pada strategi pembelajaran ekonomi
dengan memberikan peserta didik pada strategi pembelajaran ekonomi dengan
memberikan sebanyak mungkin Pekerjaan Rumah (PR) dan mengerjakan Lembar
Kerja Siswa (LKS), dilakukan dengan asumsi makin banyak diberikan PR dan
mengerjakan LKS, makin tinggi daya serap peserta didik. Namun pada diri
peserta didik diakui adanya kebosanan dan kejenuhan. Mengkaji jenis PR dan
LKS yang banyak diberikan dalam strategi pembelajaran ekonomi, ternyata
materinya sebagian besar terdapat pada buku pegangan peserta didik, sehingga
guru hanya mengulang pelajaran.
Upaya yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah di atas agar
memiliki peran berpikir kritis dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas agar
terjadinya peran aktif peserta didik di setiap kelas dalam bentuk model
pembelajaran. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam penggunaan
model pembelajaran karena guru merupakan pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Guru harus memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas. Guru harus mampu menjalankan fungsi
utamanya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan
pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional.
Berdasarkan hasil pra-penelitian dan wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Euis
Sri Mulyanti selaku guru mata pelajaran pengantar ekonomi kelas X di SMK
Negeri 1 Bandung diperoleh informasi bahwa sedikitnya peserta didik yang
bertanya ketika proses pembelajaran berlangsung. Selain itu peneliti juga
memperoleh nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil kelas X Jurusan Akuntansi.
Berikut ini presentase nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil sebagai berikut:
3
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Tabel 1.1
Nilai UAS Mata Pelajaran Ekonomi Berdasarkan KKM pada Tahun 2014/2015.
Sumber: SMK Negeri 1 Bandung (diolah).
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar peserta
didik pada mata pelajaran ekonomi kelas X-AK 2, X-AK 3, dan X-AK 4,
presentase peserta didik berada dibawah KKM lebih besar daripada peserta didik
yang diatas KKM bahkan kurang dari separuh peserta didik yang mencapai diatas
KKM. Hal ini, memerlukan upaya konkrit untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis melalui hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran
ekonomi sangatlah rendah. Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis peserta
didik tidak hanya dilihat dari perolehan nilai peserta didik saja. Akan tetapi dapat
dilihat dari soal-soal yang digunakan dalam ujian akhir semester ganjil. Berikut
ini hasil analisis soal ujian akhir semester ganjil untuk mata pelajaran pengantar
ekonomi.
Tabel 1.2
Analisis Soal Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kelas X SMK Negeri 1 Bandung Kompetensi Keahlian Akuntansi
Tahun Pelajaran 2014/2015
Proses Kognitif C1 C2 C3 C4 C5 C6
Jumlah 14 31 5 - - -
Sumber: SMK Negeri 1 Bandung.
Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa soal ujian akhir semester ganjil
untuk mata pelajaran pengantar ekonomi hanya pada ranah kognitif C1, C2, dan Kelas Jumlah
Siswa
Siswa Yang Berada Dibawah KKM
Siswa Yang Berada Diatas KKM
X-AK 1 36
X-AK 2 36
X-AK 3 36
4
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
C3 saja. Sedangkan soal yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis peserta didik yaitu soal dengan ranah kognitif C4 dan C5. Karena
menurut Bloom Anderson, (2010: 101-102) ranah kognitif C4 (mengaplikasikan),
C5 (menganalisis), C6 (Mencipta) merupakan high thingking level. Kemampuan
berpikir kritis merupakan salah satu dari kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Tsui Linda S. Behar-Horenstein, (2011: ) “Teaching
students higher-order cognitive skills, including critical thinking. Serta didukung
juga oleh pendapat Lang Hellmut R dan David N. Evans, (2006: 461) bahwa“
Critical Thinking as fair mindedly interpreting, analyzing, or evaluating
information, arguments, or experiences with a set of reflective attitude skills, and
abilities to guide our thoughts, beliefs, and actions”. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa soal UAS yang dibuat belum tentu mengukur kemampuan
berpikir kritis peserta didik. Artinya guru tidak pernah memberikan atau membuat
tes yang mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik. Implikasinya yaitu
kemampuan berpikir kritis peserta didik akan lemah dikarenakan soal-soal yang
dibuat hanya berisikan ranah kognitif C1, C2, dan C3.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Euis Sri Mulyanti
selaku guru mata pelajaran pengantar ekonomi kelas X di SMK Negeri 1 Bandung
diperoleh informasi bahwa pembelajaran yang dilakukan pada mata pelajaran
ekonomi saat ini masih tergolong monoton. Artinya, metode pembelajaran, bahan
ajar, maupun strategi pembelajaran yang digunakan masih terhitung konvensional
(ceramah). Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga peserta
didik kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan peserta didik
hanya memperhatikan guru yang sedang mendemonstrasikan materi pelajaran
serta mencatat hal-hal yang sekiranya penting. Watts Finkelstein Neal dan
Thomas Hanson, (2011: 49) melaporkan bahwa di setiap negara mata pelajaran
ekonomi itu sangat diperlukan dalam jejang pendidikan menengah. Akan tetapi
faktanya tidak didukung dengan proses pembelajaran yang berkualitas, dalam
proses pembelajaran guru hanya menggunakan buku teks.
Untuk memperkuat hasil temuan wawancara maka dilakukan pra
5
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
kritis yang diisi oleh peserta didik kelas X-AK 2, hal ini dilakukan untuk
mengetahui berapa persen jumlah peserta didik yang mampu menjawab soal
dengan indikator berpikir kritis, maka di buat tabel rekapitulasi presentasi sebagai
berikut:
Tabel 1.3
Rekapitulasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas X-AK 2 SMK N 1 Bandung
Skor Jumlah Peserta didik Presentase (%)
0 - -
10 - -
20 4 6,45%
30 6 17,53%
40 17 50,00%
50 5 14,58%
60 3 8,52%
70 1 2,92%
80 - -
90 - -
100 - -
Jumlah 36 100%
Sumber : Pra Penelitian data diolah
Berdasarkan data diatas yang merujuk pada indikator berpikir kritis tidak
ada peserta didik yang mencapai skor ideal dari 80-100. Peserta didik hanya
mampu mengerjakan soal dengan memperoleh skor dibawah skor ideal yakni
berada pada rentang 20 – 70. Peserta didik terbanyak hanya mampu menjawab
dengan skor 40 mencapai 50% dari jumlah peserta didik. Perolehan data diatas
dapat menggambarkan bahwa peserta didik belum mampu mencapai kemampuan
berpikir kritis. Permasalahan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis
peserta didik inilah yang menjadi tantangan bagi guru dalam menjawab tuntutan
kurikulum 2013 sehingga dapat membantu peserta didik untuk mencapai
kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
beranggapan perlu adanya suatu solusi untuk mengatasi permasalahan
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Salah satu obat atau solusi untuk
6
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
menggunakan model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) tipe
Diskusi dan metode pembelajaran Guided Discovery.
Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan
metode pembelajaran Guided Discovery dapat dijadikan pendekatan yang efektif
untuk kegiatan proses pembelajaran berpikir kritis. Proses pembelajaran ini
membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri. Peserta didik harus
mengansumsi, mengumpulkan informasi, menginterpretasi data, menginferensi,
menganalisis, dan mengevaluasi. Model Problem Based Introduction (PBI) tipe
Diskusi dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, keterampilan berpikir kritis
dan melibatkan peserta didik dalam pengalaman nyata. Menurut Arends et al.,
(2001), Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi adalah model yang
berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan peserta
didik dalam proses pembelajaran dan pemecahan masalah otentik.
Selain itu metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode
pembelajaran Guided Discovery merupakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menemukan sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis,
logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuanya dengan
penuh percaya diri. Menurut Mulyasa dalam Soedjadi, (2005: 110) metode
Guided Discovery adalah poses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan
sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud adalah mengamati,
mencerna, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan
membuat kesimpulan. Metode Guided Discovery memiliki kelebihan yaitu
memungkinkan para siswa menemukan sendiri informasi-infornasi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional. Ini berarti berpengaruh terhadap
peran guru sebagai penyampai informasi kearah peran guru sebagai pengelola
interaksi belajar mengajar kelas. Ditandai pula bahwa metode penemuan tidak
7
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Dalam mengaplikasikan metode Guided Discovery guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan proses pembelajaran peserta didik sesuai dengan tujuan.
Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan proses pembelajaran teacher oriented
menjadi student oriented.
Menurut Watson & Glaser dalam Filsaime, (2008: 60) memandang
berpikir kritis sebagai sebuah gabungan sikap, pengetahuan, dan kecakapan.
Kemampuan berpikir kritis perlu ada dalam proses pembelajaran. Berpikir kritis
merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual peserta didik. Keterampilan berpikir tingkat
tinggi meliputi keterampilan pemecahan masalah, keterampilan pengambilan
keputusan, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan berpikir kreatif.
Kemampuan dalam berpikir kritis akan memberikan arahan yang lebih tepat
dalam berpikir, bekerja, dan membantu lebih akurat dalam menentukan
keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya.
Menurut Johnson, (2008: 185) tujuan dari berpikir kritis adalah untuk
mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti
maksud di balik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Berpikir kritis
membantu kita meneliti perilaku kita dan menilai sikap kita. Karena berpikir kritis
merupakan proses berpikir yang bisa dikembangkan oleh setiap orang, maka harus
diajarkan di sekolah-sekolah.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan melalui jenjang pendidikan yang beragam.
Jenjang pendidikan tersebut dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi. Salah satu
pendidikan pada jenjang pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan yang diharapkan menciptakan
peserta didik yang berkualitas dan dapat mengembangkan potensi yang
8
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Bandung merupakan salah satu SMK Negeri yang diharapkan mampu
menyiapkan peserta didiknya yang berkualitas.
Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar pada mata pelajaran pengantar ekonomi, maka peneliti
perlu melakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan Metode
Guided Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi pada kelas
eksperimen?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode
Guided Discovery pada kelas eksperimen?
3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode
Konvensional?
4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model
Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan kelas kontrol
yang menggunakan metode Konvensional?
5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
9
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Guided Discovery dengan kelas kontrol yang menggunakan metode
Konvensional?
6. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model
Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan metode kelas
yang menggunakan metode Guided Discovery?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk
memperoleh informasi mengenai:
1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi pada kelas eksperimen.
2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode
Guided Discovery pada kelas eksperimen.
3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode
Konvensional.
4. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model
Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan kelas kontrol
yang menggunakan metode Konvensional.
5. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan metode
Guided Discovery dengan kelas kontrol yang menggunakan metode
Konvensional.
6. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model
Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dengan metode kelas
10
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan mamfaat untuk kepentingan teoritis
dan praktis sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat bermamfaat untuk memberikan
sumbangan bagi pengembangan ilmu – ilmu model dan metode
pembelajaran yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran peserta
didik. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang tepat akan
meningkatkan peserta didik dalam mencapai nilai kriteria ketuntasan
minimal yang ditetapkan oleh guru yang bersangkutan dan sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang di tetapkan
oleh sekolah.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini bagi guru ekonomi hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan rekomendasi penggunaan model
pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan
Metode pembelajaran Guided Discovery pada mata pelajaran ekonomi
44
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Berdasarkan hipotesis penelitian maka jenis penelitian ini adalah
penelitian Quasi Eksperimental Design,yang terdiri dari dua kelompok penelitian
yaitu kelas eksperimen dengan model pembelajaran Problem Based Introduction
(PBI) tipe Diskusi dan metode pembelajaran Guided Discoverydan kelas kontrol dengan metode Ceramah. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran
tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) tipe
Diskusi dan metode pembelajaran Guided Discovery. Mc Millan dan Schumacher
(2001: 402) menegaskan bahwa penelitian Quasi EksperimentalDesign adalah “a
type of experirment wich research participants are not randomly assigned to the experimental and control group”. Individu tidak secara acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok eksperimen maupun dalam kelompok kontrol.
3.2 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini kelas eksperimen maupun kelas kontrol dipilih tidak
secara random sehingga desain dalam penelitian ini berbentuk desain “ Non-equivalent Group Design” (Pretest and Posttest). Menurut Sugiyono, (2013: 170)
Non-equivalent Group Design (Pretest and Posttest) merupakan pendekatan yang
paling populer dalam kuasi eksperimen, kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dipilih bukan dengan cara random. Ketiga kelas tersebut diberi pretest dan
posttest dan hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan. Kelompok
eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunankan model pembelajaran
45
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Tabel 3.1
Nonequivalent Pretest-PosttestControl Group design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test Peningkatan
Eksperimen I O1 X1 O2 Y1
Eksperimen II O3 X2 O4 Y2
Kontrol O5 - O6 Y3
Sumber: Sugiyono, (2013: 170
Keterangan :
O1,O3,O5= Kemampuan Berpikir Kritis peserta didik Sebelum ada Treatment
X1= Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi
X2= Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery
_ = Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol dengan menggunakan Metode Konvensional
02= Hasil Belajar peserta didik setelah ada perlakuan Model
Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI )tipe Diskusi
04= Hasil Belajar peserta didik setelah ada perlakuan Metode Pembelajaran Guided Discovery
06= Hasil Belajar peserta didik setelah ada perlakuan Metode Konvensional
Y1 = Selisih O2 dan O1
Y2 = Selisih O4 dan O3
Y3 = Selisih O6 dan O5
Pada penelitian eksperimen terdapat pengujian hipotesis untuk
menentukan kondisi setelah dilakukannya perlakuan” Syamsuddin dan Vismaia,
46
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
3.2.1 Subyek Penelitian
Subjek Penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari suatu
penelitian yang dilakukan. Penelitian yang akan dilakukan adalah tentang
pengaruh modelProblem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode
Guided Discovery terhadap hasil belajar berupa kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMK Negeri 1 Bandung Kelas X Kompetensi Keahlian
Akuntansi. Penentuan subyek penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling sebanyak 3 dari 4 kelas dan dipilih kelas X-AK 2, dan X-AK
3. Dengan pertimbangan melihat dari nilai rata-rata kelas ujian akhir semester
ganjil kelas X-AK 2, dan X-AK 3, hampir sama (homogen) yaitu X-AK 2 nilai
rata-rata kelasnya sebesar 70,56. X-AK 3 nilai rata-rata kelasnya sebesar 71,68
sedangkan X-AK 1 nilai rata-rata kelasnya sebesar 72,91. Dari ketiga kelas
tersebut ditentukan kelas X-AK 2, dan X-AK 3,yang terdiri dari 72 orang peserta
didik sebagai kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan
modelProblem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi dan metode Guided Discovery, sedangkan kelas X-AK 1 sebagai kelas kontrol terdiri dari 36 orang
peserta didik yang mendapatkan pembelajaran dengan metodeKonvensional
(ceramah).
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu
objek dengan objek yang lainHatch dan Farhady dalam Sugiyono, (2008: 60).
Suharsimi Arikunto, (2009: 96) menyatakan bahwa "Variabel adalah objek
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian".
Menurut Kerlinger dalam Sugiyono (2008: 58) menyatakan bahwa
“variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.” Sedangkan menurut Kedder (2008: 59) menyatakan bahwa “variabel adalah suatu kualitas
47
ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
PENGARUH METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti, yaitu:
1. Model PembelajaranProblem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi
merupakan salah satu konsep tipe model pembelajaran yang berlandaskan
paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan peserta didik dalam
belajar dan pemecahan masalah otentik. Metode pembelajaran yang
melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah dengan dibentuk
ke dalam kelompok-kelompok belajaryang beranggotakan 6-7 orang peserta
didik.
Menurut Ibrahim dan Nur, (2005: 13) model Problem Based
Inrtroduction (PBI) tipe Diskusi terdiri dari lima tahap yaitu tahap 1 Orientasi
siswa pada masalah, tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap 3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap 5 Mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Tabel 3.2
Langkah-langkah Model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap-1 Orientasi siswa kepada
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,Menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya
Tahap-2 Mengorganisasi siswa
untukbelajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap-3 Membimbing penyelidikanindividual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap-4 Mengembangkan danmenyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
48
2. Metode Pembelajaran Guided Discovery sering disebut metode penemuan terbimbing, dalam metode Guided Discovery, parasiswa diberi bimbingan
singkat untuk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau
hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh siswa. Menurut Mulyasa dalam
Soedjadi, (2005:110) metode Guided Discovery adalah poses mental dimana
siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental
yang dimaksud adalah mengamati, mencerna, menggolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan membuat kesimpulan.
Tabel 3.3
Sintaks Metode Guided Discovery (Penemuan Terbimbing)
No Fase-fase Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan, mengelompokkan dan menjelaskan prosedur discovery
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta guru menjelaskan aturan dalam metode pembelajaran dengan penemuan terbimbing
2 Guru menyampaikan suatu masalah
Guru mejelaskan masalah secara sederhana
3 Peserta didik memperoleh data eksperimen
Guru
mengulangipertanyaanpadapesertadidikt entangmasalahdenganmengarahkansiswa untukmendapatinformsi yang membantu proses inquiry danpenemuan
4 Peserta didik membuat hipotesis dan penjelasan
Guru membantu peserta didik dalam membuat prediksi dan mempersiapkan penjelasan masalah
5 Analisis proses peneman Guru membimbing peserta didik berfikir tentang proses intelektual dan proses penemuan dan menghubungkan dengan pelajaran lain.
3. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis yang dimaksud dalam kajian ini adalah berpikir kritis yang
didefinisikan sebagai keterampilan yang aktif mengenai masalah-masalah,
pertanyaan yang sulit dengan menerapkan metode-metode penalaran yang
49
Tabel 3.4
Variabel Kemampuan Berpikir Kritis
VARIABEL INDIKATOR UKURAN
Kemampuan Berpikir Kritis [Ennis (Costa, 1988:54)] Elementary Clarification (MemberikanPenjelasanSede rhana)
Membedakan dengan memfokuskan
pertanyaan
Menganalisis argumen
Bertanya dan menjawab pertanyaan
klarifikasi dan pertanyaan yang menantang
Basic Support (MembangunKeterampilanD
asar)
Mempertimbangkan kredibilitas suatu
sumber
Mengobservasi dan mempertimbangkan
observasi
Inference (Menyimpulkan) Membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi
Membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
Membuat dan mempertimbangkan
keputusan Advance Clasification
(MembuatKlasifikasiLanjut)
Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi
Mengidentifikasi asumsi
Strategies and tactics
(Strategidan Taktik)
Memutuskan suatu tindakan
Berinteraksi dengan orang lain
Berdasarkan indikator-indikator di atas maka dikembangkan instrument
untukmengukur kemampuan berpikir kritis kepada siswa yang diukur
menggunakan teknik penilaian tes tertulis dengan bentuk instrument pilihan
ganda.
3.2.3 Alat Tes
Alat tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan
berpikir kritis. Pretest diberikan sebelum perlakuan dengan tujuan mengetahui
skor kemampuan berpikir kritis awal peserta didik sebelum perlakuan. Sementara
Posttest diberikan setelah perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan
skor kemampuan berpikir kritispeserta didik setelah perlakuan, sehingga diperoleh
50
3.2.4 Rancangan Analisis Data
Nana Syaodih (2012: 228) mengatakan bahwa persyarat yang harus
dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian seperti tes hasil belajar yaitu validitas,
reliabilitas, tingkat kesulitan butir soal dan daya pembeda.
3.2.4.1Validitas
Pengujian validitas alat tes dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat tes
dalam mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik yang disesuaikan
dengan indikator yang ada. Sugiyono (2008: 137) menjelaskan bahwa “alat test
yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur)
itu valid. Valid berarti alat test yang digunakan dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur”.
Menurut Sugiyono, (2008: 271) validitas terdiri dari konstruk
(permukaan), validitas isi (content Validity) dan validitas eksternal. Untuk
menguji validitas isi maka dapat digunakan pendapat dari para ahli (Judgment
expert). Dimana para ahli diminta pendapatnya tentang alat tes yang telah
disusun. Para ahli akan memberi pendapat alat tes dapat digunakan tanpa
perbaikan, ada perbaikan, atau dirombak total. Dalam penelitian ini pengujian
terhadap isi dari alat tes divalidasi oleh dosen pembimbing untuk menilai
kesesuaian isi materi dari alat tes tersebut. Alat tes untuk kemampuan berpikir
kritis telah dilakukan satu kali pada kelas XI-PS 2 SMK Negeri 1 Bandung.
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi
antar bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara
mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment Riduwan, (2013: 110),
adalah:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
rhitung = Koefisien korelasi
51
∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :
√
√
Keterangan :
t = Nilai thitung
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk=n-2). Kaidah keputusan :
Jika thitung> ttabel berarti valid
thitung< ttabel berarti tidak valid
Selanjutnya uji validitas tiap item alat tes dilakukan dengan
membandingkan rhitung dengan rtabel. Tiap item tes dikatakan valid apabila
pada taraf signifikansi α = 0.05 didapat rhitung ≥rtabel. Berikut ini hasil uji validitas butir alattespada α = 0.05. Jumlah butir soal pada uji coba alat tes
kali ini adalah 20 soal dengan jumlah responden 30 peserta didik
(df=30-2=28). Maka diperoleh rtabel dengan signifikansi untuk uji dua arah 0.05
adalah r (0.05;28)=0.361. Berdasarkan hal tersebut berikut ini tabel hasil uji
validitas kemampuan berpikir kritis untuk kompetensi dasar elastisitas
permintaan dan penawaran yang diolah dengan menggunakan program
52
Tabel 3.5
Rekapitulasi Validitas Item Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Butir
Soal r hitung r table Validitas
1 0.605 0.361 Valid
2 -0.005 0.361 Tidak Valid
3 0.565 0.361 Valid
4 -0.012 0.361 Tidak Valid
5 -0.374 0.361 Tidak Valid
6 0.458 0.361 Valid
7 0.793 0.361 Valid
8 0.622 0.361 Valid
9 0.837 0.361 Valid
10 0.636 0.361 Valid
11 0.740 0.361 Valid
12 0.055 0.361 Tidak Valid
13 0.400 0.361 Valid
14 0.046 0.361 Tidak Valid
15 0.453 0.361 Valid
16 0.460 0.361 Valid
17 0.756 0.361 Valid
18 0.670 0.361 Valid
19 0.612 0.361 Valid
20 0.379 0.361 Valid
3.2.4.2Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil
pengukuran Nana Syaodih, (2012: 229). Selanjutnya Joko Sulistyo (2012: 46)
mengatakan bahwa uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi
alatukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap
konsisten jika pengukuran tersebut diulang.
Menurut Kusnendi (2008: 96) koefisien alpha Cronbach merupakan
statisitk uji yang paling umum digunakan para peneliti untuk menguji
53
tes diindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefesien alpha
Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,70. Adapun rumusnya adalah
sebagai berikut:
r = n 1n x 1 ∑SS i2
t2
Keterangan:
r = Koefisien realibilitas
n = Jumlah soal
S12 = Variansi skor soal tertentu (soal ke 1)
[image:34.595.111.476.184.479.2]ΣSi2 = Jumlah varians skor seluruh soal menurut skor soal tertentu St2 = Varians skor seluruh soal menurut skor peserta didik perorangan
Tabel 3.6
Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas
0,90< r ≤1,00 Sangat tinggi
0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi
0,40 < r ≤ 0,70 Sedang
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
r ≤ 0,20 Sangat rendah
Datadiujireabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha menggunakan
SPSS versi 21.0 Adapun hasil pengolahan data untuk uji reabilitas disajikan pada
tabel 3.7.
[image:34.595.217.407.568.676.2]Tabel 3.7
Reliability Statistics
Sumber: Lampiran
Berdasarkan tabel 3.7 di atas menunjukkan bahwa koefisien reabilitas alat
tes kemampuan berpikir kritis pada kompetensi dasar elastisitas permintaan dan
penawaran sebesar 0.847, sedangkan nilai r kitis (uji 2 sisi) pada signifikasi 5% Cronbach's Alpha N of Items
54
(0,05) dengan N=20 didapat sebesar 0.445. Maka dapat disimpulkan bahwa
butir-butir alat tes tersebut reliabel dengan kategori tinggi.
3.2.4.3Tingkat Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik,
disamping memenuhi validitas dan reabilitas adalah adanya keseimbangan dari
tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya
soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proposional. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam
menjawab, bukan dilihat dari sudut guru sabagai pembuat soal Nana Sudjana,
(2012:135).
Selanjutnya, Nana Sudjana (2012:137) mengatakan cara melakukan
analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = banyak siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh makin
[image:35.595.219.407.524.651.2]sulit soal tersebut Sundayana,(2010: 78), kriteria indeks kesulitan soal itu adalah :
Tabel 3.8
Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks TK Klasifikasi
TK = 0.00 Terlalu Sukar
0.00 < TK ≤ 0.30 Sukar
0.30 < TK ≤ 0.70 Sedang 0.70 < TK < 1.00 Mudah
TK = 1.00 TerlaluMudah
Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab
item dengan benar dan banyaknya penjawab item. Tingkat kesukaran
55
mudah, mudah, sedang, sukar dan terlalu sukar. Tingkat kesukaran dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
P =
Keterangan:
P = IndeksKesukaran
B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar
Js = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Skor tes kemampuan berpikir kritis peserta didikberbentuk pilihan
gandadengan skor terkecil 0 dan skor terbesar adalah 3. Selanjutnya jika
jawaban yang benar dihitung 3 dan jawaban yang salah dihitung 0.
Perhitungan tingkat kesulitan soal alat tes kemampuan berpikir kritis
dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010. Berdasarkan
hasil perhitungan tingkat kesukaran 20butir soal tes kemampuan berpikir kritis
peserta didik terdapat 2 soal dengan kategori sukar, 19 soal dengan kategori
sedang, 1 soal dengan kategori mudah, 3 soal dengan kategori terlalu mudah.
Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal menggunakan program aplikasi
56
Tabel 3.9
Tingkat Kesukaran Butir Soal
No Jumlah
Jawaban Benar
Indeks Tingkat
Kesukaran Klasifikasi
1 46 0.613 Sedang
2 73 0.973 Mudah
3 52 0.693 Sedang
4 58 0.773 Mudah
5 64 0.746 Mudah
6 51 0.68 Sedang
7 52 0.693 Sedang
8 50 0.667 Sedang
9 52 0.693 Sedang
10 49 0.653 Sedang
11 50 0.667 Sedang
12 56 0.867 Mudah
13 14 0.186 Sukar
14 48 0.706 Mudah
15 44 0.36 Sedang
16 45 0.6 Sedang
17 27 0.586 Sedang
18 51 0.68 Sedang
19 53 0.59 Sedang
20 37 0.64 Sedang
3.2.4.4Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu
(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya
Nana Sudjana, (2012: 141) mengatakan bahwa tes yang tidak memiliki daya
pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan
kemampuan siswa yang sebenarnya.Adapun harganya dihitung dengan rumus
berikut Suherman, (2003:160).
DP= -
Keterangan:
DP = Daya pembeda
57
JBB = Jumlah jawaban benar untuk kelompok bawah
N = Jumlah peserta didik kelompok atas atau kelompok bawah
Penentuan jawaban benar dan salah dari soal tes kemampuan berpikir
kritis yang berbentuk pilihan ganda sama seperti pada perhitungan tingkat
kesukaran butiran soal tes.Jumlah jawaban benar untuk masing-masing
kelompok selanjutnya digunakan untuk menghitung harga DP dengan rumus
di atas.Untuk mengklasifikasikan daya pembeda soal digunakan interpretasi
daya pembeda. Interpretasi daya pembeda dari tes yang dilakukan itu
[image:38.595.181.442.307.457.2]disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.10
InterpretasiDayaPembeda
RentangNilai DP Klasifikasi
DP≤ 0,00 Sangat Rendah
0,00 <DP ≤ 0,20 Rendah
0.20 < DP ≤ 0,40 Sedang
0,40 < DP ≤ 0.70 Baik 0.70 < DP ≤ 1.00 Sangat Baik Sundayana (2010 : 78)
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda pada 20 butir soal
kemampuan berpikir kritis terdapat 3 butir soal dalam kalsifikasi baik sekali,
18 butir soal dalam klasifikasi baik, 6 butir soal dalam klasifikasi cukup, dan 3
butir soal dalam klasifikasi jelek. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal
tes kemampuan berpikir kritis yang menggunakan program Anates versi 4.0.5
58
Tabel 3.11
Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Nomor
Soal
Indeks Daya
Pembeda Keterangan
1 0,611 Baik
2 0,000 Rendah
3 0,444 Baik
4 0,111 Rendah
5 -0,778 Sangat Rendah
6 0,333 Sedang
7 1,056 Baik Sekali
8 0,222 Sedang
9 0,667 Baik
10 0,333 Sedang
11 0,944 Baik Sekali
12 -0,532 Sangat Rendah
13 0,944 Baik Sekali
14 0,123 Rendah
15 0,667 Baik
16 0,333 Sedang
17 0,667 Baik
18 0,389 Sedang
19 0,556 Baik
20 0,500 Baik
Berdasarkan hasil ujites Validitas, Reliabilitas, Kesukaran Butir Soal, dan
Daya Pembeda pada 20 butir soal kemampuan berpikir kritis yang
menggunakan program Anates versi 4.0.5 dapat dilihat pada tabel 3.12
59
Tabel 3.12
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Validitas, Reliabilitas, Kesukaran, dan Daya Pembeda.
3.2.4.5Teknik Analisi Data
Analisis akan berfokus pada data hasil belajar peserta didik pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Teknik yang akan dilakukan menggunakan bantuan
software komputer SPSS versi 21.0 dengan pendekatan statistik berikut ini:
1. Menghitung tiap lembar jawaban tes peserta didik berdasarkan jawaban
peserta didik yang benar.
2. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretest dan posttest.
No Validitas Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
Korelasi Kesimpulan T K Penafsiran Pembeda Penafsiran
1 0.605 Valid 0.613 Sedang 0,611 Baik Digunakan
2 -0.005 Tidak Valid 0.973 Mudah 0,000 Rendah Tidak Digunakan 3 0.565 Valid 0.693 Sedang 0,444 Baik Digunakan
4 -0.012 Tidak Valid 0.773 Mudah 0,111 Rendah Tidak Digunakan
5 -0.374 Tidak Valid 0.746 Mudah -0,778 Sangat Rendah
Tidak Digunakan 6 0.458 Valid 0.68 Sedang 0,333 Sedang Digunakan 7 0.793 Valid 0.693 Sedang 1,056 Baik Sekali Digunakan 8 0.622 Valid 0.667 Sedang 0,222 Sedang Digunakan
9 0.837 Valid 0.693 Sedang 0,667 Baik Digunakan 10 0.636 Valid 0.653 Sedang 0,333 Sedang Digunakan 11 0.740 Valid 0.667 Sedang 0,944 Baik Sekali Digunakan
12 0.055 Tidak Valid 0.867 Mudah -0,532 Sangat Rendah
Tidak Digunakan 13 0.400 Valid 0.186 Sukar 0,944 Baik Sekali Digunakan
14 0.046 Tidak Valid 0.706 Mudah 0,123 Rendah Tidak Digunakan 15 0.453 Valid 0.36 Sedang 0,667 Baik Digunakan 16 0.460 Valid 0.6 Sedang 0,333 Sedang Digunakan 17 0.756 Valid 0.586 Sedang 0,667 Baik Digunakan
18 0.670 Valid 0.68 Sedang 0,389 Sedang Digunakan 19 0.612 Valid 0.59 Sedang 0,556 Baik Digunakan
60
3. Menghitung normalisasi Gain antara nilai rata-rata pretes dan nilai rata-rata
posttest secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus:
Tabel 3.12
KriteriaPeningkatan Gain
Gain Ternormalisasi (G) Kriteria Peningkatan
G<0,3 Peningkatan Rendah
0,3≤G≤0,7 Peningkatan Sedang
G>0,7 Peningkatan Tinggi
4. Melakukan Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi
normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk
menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Pengujian normalitas
data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Z dengan menggunakan bantuan
software komputer SPSS versi 21.0. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai
Sig. (Signifikansi) atau nilai probabilitas < 0.05 maka distribusi adalah tidak
normal, sedangkan jika nilai Sig. (Signifikansi) atau nilai probabilitas > 0.05
maka distribusi adalah normal.
5. Melakukan Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data sampel pada setiap
kelompok dapat dikatakan homogen atau tidak, dan bisa atau tidaknya
digabung untuk dianalis lebih lanjut. Dalam hal ini, untuk menguji
homogenitas data normalisasi gain dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus
Sugiyono, (2011: 140):
61
b. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus:
dk pembilang = n-1 (untuk varians terbesar)
dk penyebut = n-1 (untuk varians terkecil)
Jika diperoleh harga hitung ≤ tabel, maka kedua variansi
homogen
Jika diperoleh harga Fhitung> Ftabel, maka kedua variansi tidak homogeny
6. Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data nilai pre-test dan data
Normalized Gain (N-Gain). Menurut Sugiyono (2008) untuk sampel
independen (tidak berkorelasi mempunyai ketentuan, jika kedua data
berdistribusi normal dan variansnya homogen maka dilanjutkan dengan uji t
(test t). a