PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI
(Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Dedi Supriadi
1009656
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI
(Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)
Oleh Dedi Supriadi
S.Pd UPI Bandung, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
© Dedi Supriadi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI
(Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)
Tesis ini disetujui oleh:
Bandung, Juni 2013
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Disman, MSi
NIP. 19590209 198412 1 001
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS
NIP. 19611022 198603 1 002
Mengetahui,
Ketua Program
Magister Pendidikan Ekonomi S.Ps UPI
Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Pemahaman Konsep
pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa
Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)” ini serta
seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dengan pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2013
Yang Membuat Pernyataan
Dedi Supriadi
ABSTRAK
Dedi Supriadi (1009656) “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi ”,di bawah
bimbingan Prof. Dr. H. Disman, M.Si dan Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MSi.
Penelitian ini dilatarbelakangi dari anggapan bahwa koopertif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga perlu diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini berdasarkan kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran lebih berpusat kepada guru (teacher center) dan tidak melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hingga pada akhirnya siswa kurang dalam memahami konsep, hanya sebatas pada menghafal konsep saja. Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif jigsaw.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Penelitian ini menggunakan metode eksprimen kuasi yang dilakukan terhadap siswa kelas X (sepuluh) MAN 1 Garut yang terdiri 36 siswa kelas eksprimen dan 36 siswa kelas kontrol. Data penelitian dikumpulkan melalui tes tertulis (pre test 1, 2, 3, 4 dan post test 1, 2, 3,4), soal pilihan ganda yang berjumlah 35 soal yaitu 9 soal pada tahap 1, 9 soal pada tahap 2, 8 soal pada tahap 3 dan 9 soal pada tahap 4, sementara angket siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan tentang penggunaan model kooperatif tipe jigsaw, sedangkan observasi berisi tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Setelah dilakukan analisis data menggunakan uji–t, hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum diberikan treatmen pemahaman konsep siswa pada kelas eksprimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan. Setelah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diterapkan, pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan yang lebih baik (kelas eksprimen) dibandingkan dengan siswa yang menerapkan pembelajaran secara konvensional (kelas kontrol). N-gain pemahaman konsep untuk kelas eksprimen pada tahap 1 adalah 0.55 tergolong sedang, tahap 2 adalah 0.78 tergolong tinggi, tahap 3 adalah 0.63 tergolong sedang, dan tahap 4 adalah 0.73 tergolong tinggi. Sedangkan kelas tahap 1 adalah 0.37 tergolong rendah, tahap 2 adalah 0.48 tergolong rendah, tahap 3 adalah 0.44 tergolong rendah, dan tahap 4 adalah 0.46 tergolong rendah. Dengan demikian proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat membantu siswa dalam memahami konsep siswa dalam belajar.
ABSTRACT
Dedi Supriadi (1009656) "Effect of Type Jigsaw Cooperative Learning Model for Students Understanding the Concept of Economic Subjects", under the guidance of
Prof. Dr.. H. Disman, M.Si and Prof.Dr.. H. Eeng Ahman, MSi.
This research is motivated from the assumption that koopertif jigsaw type is a model of learning that can enhance students' understanding of concepts, so it needs to be applied in teaching and learning. Issues raised in this study based on the fact that encountered in the field showed that the learning process is more centered on the teacher (teacher center) and does not involve students actively in the learning process. Less until eventually students in understanding the concept, was limited to just memorizing concepts. One effort to improve students' understanding by implementing cooperative learning jigsaw. This study aims to determine whether there are differences between the students' increased understanding of the concept of class experiments using models with a jigsaw type learning control with conventional classroom. This study uses a quasi experiment conducted on the class X Man 1 Garut graders comprised 36 experimental and 36 control class students. Data were collected through a written test (pre-test 1, 2, 3, 4 andpost-test 1, 2, 3,4) MCQs 9 totaled 35 about the matter at stage 1, stage 2 9 questions, 8 questions on stage 3 and stage 4 about 9, while the student questionnaire used to determine the response / responses about using jigsaw cooperative models, whereas observation contains student activity during the learning process. After analyzing the data using t-test, the results showed that before the treatments given student understanding of the concept of class and class control experiment did not differ significantly. Once the jigsaw cooperative learning model applied, increase students' understanding of the concept of increasing the better (class experiment) compared to students who apply conventional learning (control class). N-gain understanding of concepts for a class experiment at stage 1 is 0:55 classified as moderate, stage 2 is 0.78 is high, phase 3 is 0.63 classified as moderate, and stage 4 is relatively high 0.73. While phase 1 is 0:37 class is low, phase 2 is relatively low 0:48, 0:44 3rd stage is relatively low, and stage 4 is 0:46 still low. N-gain. Learning process that uses a jigsaw cooperative learning model greatly assist students in understanding the concept of students in learning.
DAFTAR ISI
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1.2. Rumusan Masalah ... 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 1.3.1 Tujuan Penelitian ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ... 2.1.1. Konsep Belajar dan Pembelajaran ...
2.1.1.1 Pengertian Belajar ... 2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran ... 2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran ... 2.1.1.4 Komponen-Komponen Pembelajaran ... 2.1.1.5 Metode Pembelajaran ... 2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif... 2.1.2.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.2.3 Landasan Teori Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.2.4 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif ... 2.1.2.5 Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 2.1.4. Hasil Belajar ...
2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar ... 2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar ... 2.1.5 Pemahaman Konnsep ... 2.2 Penelitian Terdahulu ... 2.3 Kerangka Pemikiran ... 2.4 Hipotesis Penelitian ...
12
BAB III METODE PENELITIAN
3.5 Instrumen Penelitian (Alat Tes) ... 3.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 3.8 Tahapan Penelitian ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 4.2 Hasil Penelitian ... 4.2.1. Analisis Data Hasil Pre Test ... 4.2.2. Analisis Data Hasil Post Test ... 4.2.3. Analisis Data Hasil Pre Test dan Post Test ... 4.2.4. Analisis Data Peningkatan (N-Gain) ... 4.3 Pembahasan ...
4.3.1. Pembelajaran Ekonomi melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 4.3.2. Analisis Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa .. 4.3.3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 4.3.4. Tanggapan Siswa tentang Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rentang Nilai Hasil UN Mata Pelajaran Ekonomi ... 7
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 24
Tabel 2.2 Pembagian Kelompok dan Permasalahan ... 42
Tabel 2.3 Dimensi Kategori Pemahaman menurut Anderson ... 49
Tabel 2.4 Dimensi Kategori Pemahaman menurut Winkel ... 52
Tabel 2.5 Dimensi Kategori Pemahaman menurut Nana Sudjana ... 52
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu ... 53
Tabel 3.1 Desain Quasi Eksperimen ... 62
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep ... 64
Tabel 3.3 Kisi-ksi Angket Tanggapan Siswa ... 65
Tabel 3.4 Kriteria Validitas dan Harga Koefisien Korelasi ... 66
Tabel 3.5 Rekapitulasi Validitas Item Instrumen Pemahaman Konsep ... 67
Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Realibilitas ... 69
Tabel 3.7 Realibility Statistics ... 70
Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 71
Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 71
Tabel 3.10 Interpretasi Daya Pembeda ... 73
Tabel 3.11 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 74
Tabel 3.12 Kriteria Peningkatan Gain ... 76
Tabel 4.1 Deskripsi Fasilitas pada MAN I Garut ... 84
Tabel 4.2 Deskripsi Guru pada MAN I Garut ... 85
Tabel 4.3 Deskripsi Siswa pada MAN I Garut ... 86
Tabel 4.4 Deskripsi Skor Pre Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 87
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 89
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varians Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 90
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Skor Pre Test Pemahaman Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 91
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Post Test Pemahaman Konsep Siswa
Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 94
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Varians Post Test Pemahaman Konsep
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 95
Tabel 4.11 Hasil Uji Mann-Whitney Test Post Test Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ... 96
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Pre Test dan Post Test Pemahaman
Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 97
Tabel 4.13 Hasil Uji Paired T Test Pre Test dan Post Test Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 98
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas N-Gain Pemahaman Konsep Siswa
Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 99
Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Pemahaman Konsep Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 100
Tabel 4.16 Hasil Uji Mann-Whitney N-Gain Pemahaman Konsep Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol ... 101
Tabel 4.17 Peningkatan Skor Pemahaman Konsep Siswa Pre Test dan
Post Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 102
Tabel 4.18 Pembagian Kelompok Ahli ... 106
Tabel 4.19 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 115
Tabel 4.20 Penilaian Aktivitas Siswa Berdasarkan Jumlah dan Kategori .. 117
Tabel 4.21 Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perencanaan Pembelajaran ...2
Gambar 2.1 Proses Kelompok Diskusi Kelompok Expert ...43
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 59
Gambar 3.1 Alur Penelitian ...82
BAB I
PENDAHULAN
1.1.Latar Belakang Penelitian
Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka
mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Dengan
paradigma baru, praktik pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang
lebih bertumpu pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung
secara sosial dan kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan
pengetahuannya sendiri dalam konteks sosial, dan belajar dimulai dari
pengetahuan awal dan perspektif budaya.
Dalam proses pembelajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Pertumbuhan dan perkembangan siswa
merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua sekolah dan guru, dan itu berarti
sangat keliru jika guru hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran
pada bidang studinya saja.
Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk
watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang lain. Oleh karena
itu dalam proses pembelajaran di kelas, guru tidak hanya berbekal pengetahuan
berkenaan dengan bidang studi yang diajarkan, akan tetapi perlu
mempertimbangkan aspek-aspek pembelajaran secara holistik yang mendukung
terwujudnya pengembangan potensi-potensi peserta didik.
Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan,
dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan menengah yang meliputi perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien.
Sumber: Munthe (2011: 12)
Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya
peningkatan keberhasilan pembelajaran, yaitu mengelola program belajar
mengajar diantaranya; a) merumuskan tujuan instruksional, b) mengenal dan
dapat menggunakan metode mengajar, c) memilih dan menyusun prosedur
instruksional yang tepat, d) melaksanakan program belajar mengajar, e) mengenal
kemampuan (entry behavior) anak didik, dan f) merencanakan dan melaksanakan
pengajaran remedial. (Muhibbin Syah, 2004:229).
Dari gambar 1.1. diatas merupakan gambaran bahwa seorang guru harus
mampu mendesain pembelajaran sebelum melaksanakannya di kelas. Dimana
guru mendesain pembelajaran dimulai dari menentukan materi/bahan ajar,
materi. Selanjutnya menentukan metode/strategi pembelajaran yang disesuaikan
dengan materi dan kompetensi atau tujuan pembelajaran, setelah itu mendesain
evaluasi pembelajaran yang disesuaikan materi, kompetensi, dan metode/strategi
pembelajaran.
Dalam standar proses, perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata
pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Maka dari itu, seorang guru dituntut untuk menguasai perencanaan proses
pembelajaran agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi peserta
didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
Fakta di lapangan menyatakan bahwa sebagian besar dari para guru dalam
menyusun perencanaan pembelajaran dilakukan hanya untuk memenuhi
formalitas administratif saja, bukan didasarkan pada kebutuhan pembelajaran.
Misalnya ketika menjelang akreditasi sekolah dilaksanakan, para guru dengan
sibuknya menyiapkan perangkat-perangkatnya dimulai dari menyusun program
semesteran hingga menyusun Silabus dan RPP. Padahal hal tersebut harus
dipersiapkan sebelum proses pembelajaran dimulai pada awal semester, karena
merupakan suatu kewajiban bagi seorang guru dalam mempersiapkan perangkat
pembelajaran. Hal seperti diatas memang nyata terjadi di lapangan, dan
seharusnya hal tersebut tidaklah terjadi. Jika hal seperti ini dibiarkan, maka lama
kemudian dikhawatirkan akan mempengaruhi proses pembelajaran, dan pada
akhirnya akan mempengaruhi pada kualitas pembelajaran.
Terlebih salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting
dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode
berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran
yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran
diperoleh secara optimal. Oleh karena itu menurut Fathurrohman dan Sutikno
“salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan dalam proses pembelajaran yang sama pentingnya dengan
komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan”.
Metode merupakan fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran dalam
upaya mencapai tujuan. Oleh karena itu, bahan pelajaran yang disampaikan tanpa
memperhatikan penggunaan metode justru akan mempersulit guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan
pembelajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat.
Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif
dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa
metode adalah suatu cara yang memiliki strategis dalam proses pembelajaran.
Dikatakan demikian karena metode dapat mempengaruhi kegiatan belajar
mengajar.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran akan
menjadi kendala dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak
bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode
semata-mata berdasarkan kehendak guru dan bukan atas dasar kebutuhan siswa,
atau karakter situasi kelas.
Dalam menetapkan metode pembelajaran, bukan tujuan yang
menyesuaikan dengan metode atau karakter anak, tetapi metode hendaknya
menjadi “variable dependen” yang dapat berubah dan berkembang sesuai
kebutuhan. Karena itu, efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada
kesesuaian antara metode dengan semua komponen pembelajaran yang telah
diprogramkan dalam suatu pembelajaran. Untuk itu diperlukan keterampilan dari
seorang guru untuk memilih, bahkan mengembangkan metode yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran.
Era sekarang ini telah banyak menawarkan berbagai metode pembelajaran
inovatif dan kreatif yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Dengan
yang sudah disediakan formatnya oleh Depdiknas maupun yang tersedia di
internet melalui pengunduhan yang disediakan oleh para bloger. Jadi tidak ada
alasan bagi seorang guru untuk tidak mengaplikasikan dan mengembangkan
berbagai metode pembelajaran pada saat pembelajaran berlangsung.
Sering ditemukan di berbagai sekolah, bahkan dari pengalaman penulis
sebagai siswa, sebagian besar para guru di sekolah dalam kegiatan proses
pembelajaran hanya sebatas menyampaikan informasi. Proses belajar hanya
berpusat pada guru saja, siswa hanya menjadi objek yang hanya menerima
informasi atas apa yang disampaikan oleh guru. Hingga pada akhirnya proses
pembelajaran menjadi monoton, tidak menarik, bahkan sebagian siswa juga
responnya kurang dalam menanggapi apa yang disampaikan oleh guru. Jika hal ini
terus dibiarkan, maka akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran di kelas.
Proses pembelajaran yang kualitasnya rendah dikhawatirkan dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa.
Berbicara mengenai hasil belajar, Sudjana (2011:2) menyatakan bahwa:
“hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan dari diri siswa setelah melalui proses belajar. Hasil belajar siswa tidak hanya menggambarkan ketercapaian tujuan instruksional namun juga sebagai bahan refleksi bagi upaya perbaikan proses belajar mengajar.”
Hasil belajar merupakan akhir dari proses pembelajaran atau dikenal
dengan output pembelajaran, dimana output pembelajaran dihasilkan dari input
(peserta didik) setelah melakukan proses pembelajaran (guru, metode, model,
strategi, media, dll). Untuk mengukur berhasil atau tidaknya proses pembelajaran,
dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dengan demikian hasil
belajar sangatlah dipengaruhi oleh proses belajar mengajar. Dengan proses belajar
diharapkan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa karena belajar
merupakan aktivitas yang mengharapkan tingkah laku pada individu belajar.
“Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor”
Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2011:22), mengklasifikasikan
hasil belajar secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif,
ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ranah ini terdiri dari enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Selama ini ukuran efektivitas hasil belajar masih menggunakan nilai ujian
akhir nasional. Ujian Nasional merupakan salah satu indikator yang menunjukkan
tinggi rendahnya mutu pendidikan, karena nilai ujian nasional bebas dari
intervensi dan rekayasa proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah.
Dengan demikian, diharapkan peningkatan mutu pendidikan di segala jenjang
dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Pada tahun 2012, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyusun
Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional sebagai acuan dalam penyelenggaran
Ujian Nasional Nasional Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah,
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas, Madrasah
Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Kejuruan
Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan acuan tersebut, yang tertuang pada bab
VI mengenai kelulusan dari satuan pendidikan menyatakan bawa peserta didik
dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata dari semua nilai akhir (NA) mencapai
paling rendah 5,5 (lima koma lima) dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah
masih rendah. Nilai UN yang ditetapkan lebih rendah dari pada nilai KKM yang
ditetapkan di sekolah.
Hal seperti diatas tercermin pada sekolah yang ada di Kabupaten Garut,
salah satunya adalah MAN 1 Garut. Sebagai contoh, pada tahun ajaran 2011/2012
rata-rata nilai ujian nasional pada mata pelajaran ekonomi yang diperoleh siswa
adalah 6.81, dengan nilai tertinggi 8.3, terendah 4.5, dan standar deviasi 0.88
(Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional (DIKHUN) MA Negeri 1 Garut Tahun
Pelajaran 2011/2012). Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional
idealnya untuk masing-masing indikator ketuntasan belajar (mastery
learning)/KKM adalah sebesar 7,50. Dengan demikian, rata-rata Nilai UN MA
Negeri 1 Garut masih jauh di bawah standar ketuntasan belajar. Itupun diambil
dari nilai akhir yang merupakan penggabungan dari nilai ujian nasional (UN)
digabung dengan nilai sekolah (US). Jika nilai yang diambil murni dari nilai UN,
maka rata-rata nilai ujian nasional yang diperoleh siswa adalah 6.25, dengan nilai
tertinggi 8.75, terendah 2.5, dan standar deviasi 1,39.
Akan lebih jelas lagi ketika kita melihat rentang nilai hasil UN pada mata
pelajaran ekonomi pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1
Rentang Nilai Hasil UN Mata Pelajaran Ekonomi
Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
0 – 6,99 76 58.46%
7,00 – 7,99 47 36.15%
8,00 – 100,00 7 5.38%
Jumlah 130 100 %
Sumber: Data diolah dari Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional (DIKHUN) MA Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2011/2012
Berdasarkan pada tabel 1.1 menunjukkan adanya kesenjangan antara yang
diharapkan dengan kenyataan, hal ini terlihat bahwa masih terdapat hasil belajar
sebagian siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi mendapatkan nilai kurang dari 7,00
sebesar 58, 46 %, dengan frekuensi 76 orang dan yang mendapatkan nilai 7,00 –
7,99 hanya 47,15% tidak mencapai 50%. Jika mengikuti standar ideal yang
58, 46 % atau sebanyak 76 orang siswa tidak lulus. Ini merupakan masalah yang
sangat serius untuk dapat diatasi segera. Jika hal ini dibiarkan secara terus
menerus, bagaimana nasib pendidikan kita, terlebih pada kualitas SDM kita.
Maka perlu adanya upaya dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Salah satu yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan
menggunakan beberapa metode pembelajaran yang cocok sesuai dengan
pembahasan materi/mata pelajaran. Menurut Puger (2008:5), untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang dapat
mengembangkan penanaman konsep, penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar
siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan pemahaman,
penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar siswa adalah dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif, maka pengungkapan konsep-konsep dalam suatu
bidang studi dapat diwujudkan melalui cara-cara yang rasional, komunikatif,
edukatif, dan kekeluargaan.
Upaya mengembangkan potensi siswa dalam pembelajaran saat ini
khususnya pada mata pelajaran ekonomi adalah dengan model pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning). “Pembelajaran kooperatif adalah sistem
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur” (Lie, 2008:12).
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk memberikan tanggung jawab
kepada siswa tentang keberhasilan kelompoknya dan juga membantu teman
lainnya untuk sukses bersama. Pembelajaran kooperatif mengharuskan siswa
bekerja sama dan saling bergantung secara positif antar satu sama lain dalam
konteks struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward. Gagasan dibalik
pembelajaran ini adalah bagaimana materi pelajaran dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat bekerja sama untuk mencapai sasaran-sasaran pembelajaran.
Huda (2012:8) menyatakan bahwa:
“hampir semua penelitian tentang pembelajaran kooperatif mulai dari SD
hanya itu, pembelajaran ini terbukti mampu meningkatkan sikap toleran siswa
terhadap teman-temannya yang berbeda etnis, level kemampuan, dan gender”.
Uniknya, tidak hanya siswa yang bisa memperoleh keuntungan dari
pembelajaran kooperatif. Guru pun juga bisa berkolaborasi dengan
kolega-koleganya dalam suasana kooperatif untuk mencari pendekatan-pendekatan
alternatif yang memungkinkan efektivitas aplikasi pembelajaran kooperatif di
ruang kelas mereka.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu metode jigsaw. Satu hal
yang dapat diambil manfaat dari kelas jigsaw pertama dan terpenting itu adalah
cara yang sangat efisien untuk mempelajari materi. Namun yang lebih penting,
proses jigsaw mendorong siswa untuk mendengarkan, melibatkan diri, dan
berempati dengan memberikan masing-masing anggota kelompok merupakan
bagian penting untuk bermain dalam kegiatan pembelajaran. Anggota kelompok
harus bekerja sama sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama, setiap orang
tergantung pada semua yang lain. Dalam metode ini, siswa belajar secara
bekerjasama dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan berbagai
persoalan. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga dapat melatih siswa untuk lebih
aktif, lebih berani mengemukakan pendapat dan bertanggung jawab serta bekerja
sama. Dengan kondisi kelas yang demikian akan menumbuhkan semangat siswa
dalam belajar, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Seorang guru
yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya sebagai guru di
depan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah menggunakan
bermacam-macam metode pembelajaran yang bervariasi yang dapat menarik minat belajar
siswa dan guru tidak hanya cukup dengan memberikan ceramah di depan kelas.
Dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan dapat
meningkatkan hasil pembelajaran dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
pada mata pelajaran ekonomi di kelas terlebih pada siswa-siswi MA Negeri 1
Garut yang belum mencapai hasil belajar optimal. Berdasarkan masalah yang
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw Terhadap
Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di MA Negeri 1 Garut”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mengidentifikasi masalah
sejauh mana keefektifan metode pembelajaran tersebut dapat diterapkan, maka
dirumuskanlah dalam lingkup pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan
sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas
eksprimen?
2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep pada siswa antara sebelum dan
dengan menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol?
3. Apakah peningkatan pemahaman konsep pada siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang menggunakan metode konvensional?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan
sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas
eksprimen.
2. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep pada siswa antara sebelum
dan sesudah menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol.
3. Untuk mengetahui apakah peningkatan pemahaman konsep pada siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode konvensional.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini adalah :
Penelitian ini dapat memperkuat teori pembelajaran, terutama pada pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Secara Praktis
a. Dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran Ekonomi, yaitu
masalah rendahnya hasil belajar terutama pada pemahaman konsep pada
mata pelajaran ekonomi.
b. Sebagai bahan informasi kepada guru ekonomi tentang keefektifan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa terutama pemahaman konsep.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan mengkaji metode dan langkah-langkah yang dilakukan
peneliti dalam melaksanakan penelitian. Fokus permasalahan yang akan dikaji
pada bab ini adalah metode penelitian, desain penelitian, obyek penelitian,
sampel, intrumen dan analisis instrumen, tahapan penelitian penelitian, serta
teknik pengumpulan dan pengolahan data.
3.1 Metode Penelitian
Seorang peneliti harus menentukan metode yang akan digunakan dalam
penelitiannya. Hal ini perlu dilakukan karena metode merupakan cara yang akan
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Mc.Millan dan Schumacher (2001 ;
50) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen merupakan “research in wich
independent variable ismanipulated to investigate cause and effect relationship
between the independent and dependent variable”. Sejalan dengan yang
diungkapkan Mc. Millan dan Schumacher diatas, Subana (2001 : 95) menyatakan bahwa “metode eksperimen merupakan metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk hubungan sebab-akibat melalui pemanipulasian variabel independen
(misalnya: treatment, stimulus, kondisi) dan menguji perubahan yang diakibatkan
oleh pemanipulasian tadi.
Sementara itu, Nazir (2005:64) juga menyatakan yang berkaitan dengan metode penelitian eksperimen. “Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut
dengan cara memberikan perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen serta menyediakan kelompok kontrol untuk perbandingan”. Lebih jauh dia mengatakan percobaan-percobaan itu dilakukan untuk menguji hipotesis serta untuk
menemukan hubungan-hubungan kausal yang baru. Akan tetapi, walaupun
hipotesis telah dapat diuji dengan metode percobaan, tetapi penerimaan atau
penolakan hipotesis bukanlah merupakan penemuan suatu kebenaran yang mutlak.
Metode eksperimen seperti yang diuraikan oleh para pakar dalam uraian di
terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Selain itu, penelitian eksperimen
adalah bertujuan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta
berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan
perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk
pembandingnya. Maka berdasarkan pernyataan diatas, peneliti memilih metode
penelitian ini dengan menggunakan metode eksperimen. Pemilihan metode ini
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu menguji pengaruh
penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep
siswa.
3.2 Desain Penelitian
Jenis desain eksperimen yang digunakan adalah Nonequivalent (Pretest
and Posttest) Control Group Design. Menurut Creswell (1994 :132),
Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design merupakan
pendekatan yang paling populer dalam quasi eksperimen, kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dipilih bukan dengan cara random. Kedua kelompok diberi
pre test dan post test dan hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan.
The most commonly used quasi-experimental design ineducational
research is the nonequivalent control groups design. In this design, research
participants are not randomly assigned to experimental and control groups, and
both groups take a pretes tand posttest. Except for random assignment, the steps
involved in this design are the same as for the pretest-posttest experimental
control group design.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa desain quasi eksperimen yang
paling banyak digunakan dalam penelitian pendidikan adalah non equivalent
control group design. Dalam desain ini, partisipan penelitian baik pada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Diluar dari
pemilihan partisipan atau responden, langkah-langkah dalam desain ini sama
Tabel 3.1
Desain Quasi Eksperimen
Kelompok Pre-Test Perlakuan Pos-Tes
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
McMillan & Schumacher (2001), Fraenkel & Walen (1993)
Keterangan :
O1 = Tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
O2 = Tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
X = Perlakuan dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
3.3 Obyek Penelitian
Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari
suatu penelitian. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari suatu
penelitian yang dilakukan. Penelitian ini mengungkapkan pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu objek
yang akan diteliti adalah hasil belajar siswa melalui dimensi pemahaman konsep.
3.4 Sampel Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MAN 1
Garut sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas X (sepuluh)
MAN 1 Garut. Jumlah kelas X (sepuluh) di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut
sebanyak 9 kelas. Sedangkan penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan
random sampling, yaitu mengambil dua kelas dari populasi secara tidak acak, hal
ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri relatif yang dimiliki, populasi yang
ada adalah normal dan homogen, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah dua
kelas.
Untuk memastikan homogenitas antara kedua kelas tersebut, maka
dilakukan uji beda rata-rata hasil tes awal kedua kelas. Dan ternyata hasilnya
dapat dilanjutkan. Pengelompokan sampel terdiri dari satu kelas eksperimen dan
satu kelas kontrol. Dalam hal ini, peneliti mengambil 2 (dua) sampel kelas, yaitu
kelas eksperimen (X-C) dan kelas kontrol ( X-D)
3.5 Instrumen Penelitian (Alat Test)
Instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan pemahaman konsep
siswa dalam mata pelajaran ekonomi. Menurut (Arikunto, 2006: 151) “instrument
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.
Sementara itu instrument yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan tes, lembar observasi, dan angket.
3.5.1. Tes
Dalam hal ini, tes yang digunakan termasuk tes pemahaman konsep siswa
dengan teknik pilihan ganda (multiple choice), yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes dalam
penelitian ini terdiri dari tes awal (Pre test), yaitu tes yang dilakukan sebelum
perlakuan dan tes akhir (Post test), yaitu tes yang dilakukan setelah perlakuan. Hal
ini dilakukan karena peneliti ingin mengamati sejauh mana perbedaan hasil
belajar tersebut terjadi sebelum dan setelah pembelajaran dilangsungkan pada
kelas eksperimen. Pre test dilaksanakan untuk mengukur kemampuan awal siswa,
sementara itu post test dilakukan setelah pembelajaran (setelah diberikan
perlakuan pada kelas eksperimen) dilakukan.
Untuk mengukur pemahaman konsep siswa dikembangkan instrumen (tes)
yang akan diberikan penilaian menggunakan teknik tes obyektif dengan bentuk soal
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep
No Kategori & Proses
3.5.2. Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati secara tertulis dan
penilaian aktifitas individual siswa di dalam kelompok diskusi. Lebih rinci lagi
mengenai penjelasannya dapat dilihat pada lampiran 4 (empat).
3.5.3. Angket Tanggapan Siswa
Jenis angket yang diberikan adalah skala sikap dengan menggunakan
penskoran skala likert (pada lampiran 5), dimana setiap siswa diminta untuk
memberikan persetujuan terhadap pernyataan yang diberikan sesuai dengan yang
mereka alami selama proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 3.3 kisi-kisi angket tanggapan siswa di bawah ini:
Table 3.3
Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa
No Indikator Pertanyaan Pernyataan Jumlah
soal Positif Negatif
1
Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah
model yang baru bagi siswa dan dapat
meringankan tugas guru di kelas
1 2 2
2
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membuat siswa termotivasi dalam belajar ekonomi, menghilangkan kejenuhan dalam belajar ekonomi dan mengubah pandangan siswa terhadap pelajaran ekonomi
4,10,13 3,15 5
3
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membantu siswa dalam memahami konsep ekonomi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi
9,14,17
,19 7,12 6
4
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw melatih siswa dalam mengemukakan ide-ide dan meningkatkan pemahaman dalam kegiatan diskusi kelompok
5,6,11,
18 8 5
5
Harapan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dalam pengajaran materi ekonomi lainnya
20 16 2
Jumlah 13 7 20
3.6 Analisis Uji Tes
Untuk mengetahui kualitas tes tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji
beberapa hal diantaranya validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya
pembeda.
Berikut ini adalah perhitungan uji coba instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
3.6.1. Validitas
Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada tiap
butir soal dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas
yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor
total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga
untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi Pearson
product Moment.
Adapun untuk menghitung koefisisen korelasi digunakan Pearson Product
Moment ( Pearson r)
: merupakan jumlah kuadrat skor X ΣY2
: merupakan jumlah kuadrat skor Y
Sebuah tes dikatakan mempunyai koefisien korelasi jika terdapat korelasi
antara -1,00 sampai +1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan,
sedangkan koefisien positif menunjukkan kesejajaran. Kriteria koefisien korelasi
menurut Arikunto (2006:75) adalah:
Tabel 3.4.
Kriteria Validitas & Harga Koefisien Korelasi Harga Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
Selanjutnya uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan
adalah r (0,05;60) = 0, 284. Berkenaan dengan hal tersebut dibawah ini disajikan
tabel hasil uji validitas pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran Ekonomi
yang diolah dengan menggunakan program aplikasi computer SPSS seri 18.
Tabel 3.5
Rekapitulasi Validitas Item Instrumen Pemahaman Konsep Butir
Soal
Corrected Item - Total
Correlation (r hitung)
r tabel
Validitas20 0.395 0,284 Valid Tabel Lanjutan, Validitas Item Instrumen
Butir Soal
Corrected Item - Total
Correlation (r hitung)
r tabel
ValiditasUji coba soal tes pemahaman konsep ini terdiri dari 50 soal berbentuk
pilihan ganda. Berdasarkan hasil uji coba, terdapat 35 soal yang telah valid dan 15
soal yang tidak valid. Jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan post test
berjumlah 35 soal (lampiran 6).
3.6.2. Reliabilitas
Reliabilitas tes kemampuan ditentukan melalui perhitungan koefisien
korelasi dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha. Rumus ini digunakan
mengingat jawaban siswa bervariasi dan bukan hanya benar atau salah
(Ruseffendi, 2005:160). Adapun rumusnya sebagai berikut:
dengan :
r = koefisien reliabilitas
n = banyak soal
Si 2 = variansi skor soal tertentu (soal ke-i)
ΣSi
2
= jumlah varians skor seluruh soal menurut skor soal tertentu
St 2 = varians skor seluruh soal menurut skor siswa perorangan
Tabel 3.6
Klasifikasi Tingkat Reliabilitas
Besarnya r Tingkat Reliabilitas
0,90 < r ≤1,00 Sangat tinggi
0,70 < r ≤0,90 Tinggi
0,40 < r ≤0,70 Sedang
0,20 < r ≤0,40 Rendah
r ≤0,20 Sangat rendah
Selanjutnya nilai r yang diperoleh dari perhitungan ditafsirkan dengan
menggunakan interpretasi nilai r dari Guilford (Suherman & Kusumah, 2003:139)
Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefisien reliabilitas tes pilihan
ganda sebesar 0, 855 yang berarti soal-soal dalam tes yang diujicobakan memiliki
reliabilitas tinggi. Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai
berikut:
Tabel 3.7
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.855 50
3.6.3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab item
dengan benar dan banyaknya penjawab item (Arikunto, 2002:128). Tingkat
kesukaran merupakan suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah
mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
P : Indeks Kesukaran.
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Skor tes pemahaman siswa berbentuk pilihan ganda dengan skor
terkecilnya 0 dan skor terbesarnya 1. Selanjutnya, jawaban yang benar dihitung 1
dan jawaban yang salah dihitung 0. Banyaknya jawaban benar untuk kelompok
atas dan kelompok bawah digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu
butir soal. Untuk mengklasifikasikan tingkat kesukaran soal, digunakan
interpretasi tingkat kesukaran dikemukakan oleh Suherman dan Kusumah
Tabel 3.8
Interpretasi Tingkat kesukaran
Harga TK Klasifikasi
TK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < TK ≤0,30 Soal sukar
0,30 < TK ≤0,70 Soal sedang
0,70 < TK < 1,00 Soal mudah
TK = 1,00 Soal terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran 35 butir soal tes
pemahaman siswa terdapat 16 soal dengan kategori sedang, 14 soal dalam
kategori mudah dan 5 soal dalam kategori sukar. Hasil perhitungan tingkat
kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut:
Tabel 3.9
Tingkat Kesukaran Butir Soal
No Jumlah Jawaban
Benar
Jawaban Benar/
Jumlah Siswa Kriteria
1 28 0.78 Mudah
2 23 0.64 Sedang
3 26 0.72 Mudah
4 22 0.61 Sedang
5 18 0.5 Sedang
6 19 0.53 Sedang
7 9 0.25 Sukar
8 24 0.67 Sedang
9 15 0.42 Sedang
Tabel lanjutan, tingkat kesukaran butir soal
No Jumlah Jawaban
Benar
Jawaban Benar/
Jumlah Siswa Kriteria
11 21 0.58 Sedang
12 16 0.44 Sedang
13 24 0.67 Sedang
14 8 0.22 Sukar
15 30 0.83 Mudah
16 9 0.25 Sukar
17 17 0.47 Sedang
18 27 0.75 Mudah
19 30 0.83 Mudah
20 27 0.75 Mudah
21 25 0.69 Sedang
22 26 0.72 Mudah
23 29 0.81 Mudah
24 32 0.89 Mudah
25 9 0.25 Sukar
26 29 0.81 Mudah
27 19 0.53 Sedang
28 22 0.61 Sedang
29 25 0.69 Sedang
30 30 0.83 Mudah
31 6 0.17 Sukar
32 32 0.89 Mudah
33 28 0.78 Mudah
34 24 0.67 Sedang
3.6.4. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda setiap butir soal tes hasil belajar siswa diawali
dengan pengurutan skor total seluruh soal dari yang terbesar ke yang terkecil
seperti pada perhitungan tingkat kesukaran soal. Kemudian dilanjutkan dengan
menentukan kelompok atas dan kelompok bawah. Perhitungan daya pembeda soal
menggunakan skor kelompok atas dan kelompok bawah. Adapun harganya
dihitung dengan rumus berikut:
Keterangan:
DP = daya pembeda
JBA = Jumlah jawaban benar untuk kelompok atas
JBB = Jumlah jawaban benar untuk kelompok bawah
N = Jumlah siswa kelompok atas atau kelompok bawah
Penentuan jawaban benar dan salah dari soal tes pemahaman konsep yang
berbentuk uraian ini sama seperti pada perhitungan tingkat kesukaran butir soal
tes. Jumlah jawaban benar untuk masing-masing kelompok selanjutnya digunakan
untuk menghitung harga DP dengan rumus di atas. Untuk mengklasifikasikan
daya pembeda soal, diggunakan interpretasi daya pembeda yang dikemukakan
oleh Suherman dan Kusumah (2003:161). Interpretasi daya pembeda dari tes yang
dilakukan itu disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.10
Interpretasi Daya Pembeda
Nilai DP Klasifikasi
DP ≤0,00 Sangat jelek
0,00 < DP ≤0,20 Jelek
0,20 DP ≤0,40 Cukup
0,70 < DP ≤1,00 Sangat baik
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda 35 butir soal pemahaman
konsep terdapat 20 butir soal dalam klasifikasi cukup serta 8 butir soal dalam
klasifikasi baik, dan sisanya 7 dalam klasifikasi jelek. Selanjutnya semuanya akan
digunakan untuk mengukur tes pemahaman konsep dalam penelitian. Hasil
perhitungan daya pembeda butir soal tes pemahaman konsep dapat dilihat pada
tabel 3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.11
Interpretasi Daya Pembeda, Butir Soal
23 17 12 0.28 Cukup
24 18 14 0.22 Cukup
25 8 1 0.39 Cukup
Tabel lanjutan interpretasi daya pembeda
No Total Skor Atas
Total Skor Bawah
Daya
Pembeda Klasifikasi
26 16 13 0.17 Jelek
27 13 6 0.39 Cukup
28 15 7 0.44 Baik
29 17 8 0.5 Baik
30 17 13 0.22 Cukup
31 6 0 0.33 Cukup
32 18 14 0.22 Cukup
33 15 13 0.11 Jelek
34 14 10 0.22 Cukup
35 15 7 0.44 Baik
Pengujian kesahihan tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda dilakukan dengan menggunakan SPSS 18,0 setelah
instrumen tes di-judgement oleh pembimbing terlebih dahulu.
3.7. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Analisis data yang diuji secara statistik dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menskor tiap lembar jawaban tes siswa sesuai dengan kunci jawaban.
b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan post tes. Jawaban yang
benar diberi nilai 1 (satu) dan jawaban salah diberi nilai 0 (nol).
c. Mengubah nilai ke dalam bentuk persentase dengan cara:
d. Menghitung nilai rata-rata keseluruhan dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa
e. Menghitung Normalisasi Gain antara nilai rata-rata pretes dan nilai rata-rata
post tes secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus (David E. Meltzer,
2002).
Tabel 3.12
Kriteria Peningkatan Gain
Gain Ternormalisasi (G) Kriteria Peningkatan
G < 0,5 Peningkatan rendah
0,5 ≤G ≤0,7 Peningkatan sedang
G > 0,7 Peningkatan tinggi
f. Melakukan uji normalitas.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah
berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat
untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Pengujian normalitas
untuk jumlah data lebih dari 30 orang menggunakan Chi-square (χ2) dengan derajat
kebebasan tertentu sebesar banyaknya kelas interval dikurangi satu (dk = k - 1)
dengan rumus :
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% dengan kriteria:
Jika diperoleh harga χ2hitung< χ2tabel, maka data terdistribusi normal
Jika diperoleh harga χ2
hitung> χ2 tabel, maka data tidak terdistribusi normal
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan SPSS 18.0 untuk
menguji apakah sampel yang diselidiki berdistribusi normal atau tidak dilakukan
dengan kaidah Asymp Sig atau nilai p. Pada penelitian ini, uji normalitas
maupun pada kelompok kontrol. Interpretasi hasil uji normalitas dilakukan
dengan melihat nilai sig.
Adapun interpretasi dari uji normalitasnya sebagai berikut.
a. Jika nilai sig lebih besar dari tingkat alpha 5% (sig > 0,05), dapat disimpulkan
bahwa data berasal dari populasi yang sebarannya berdistribusi normal.
b. Jika nilai sig lebih kecil dari tingkat alpha 5% (sig < 0,05), dapat disimpulkan
bahwa data tersebut menyimpang atau berdistribusi tidak normal.
g. Melakukan uji homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji terhadap kesamaan (homoginitas)
beberapa bagian sampel, yaitu seragam tidaknya varian sampel yang diambil dari
populasi yang sama. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data sampel
pada setiap kelompok dapat dikatakan homogen atau tidak, dan bisa atau tidaknya
digabung untuk dianalisis lebih lanjut. Dalam hal ini, untuk menguji homogenitas
data normalisasi gain dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus :
(Sugiyono 2012:276)
2. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus :
dk pembilang = n-1 (untuk varians terbesar) dk penyebut = n-1 (untuk
varians terkecil)
• Jika diperoleh harga Fhitung< Ftabel, maka kedua variansi homogen. • Jika diperoleh harga Fhitung> Ftabel, maka kedua variansi tidak homogen. Dalam penelitian ini perhitungan homogenitas dilakukan dengan menggunakan
bantuan komputer program SPSS 18.0. Uji homogenitas dilakukan pada skor hasil
pretest dan posttest dengan ketentuan jika nilai signifikansi hitung lebih besar dari
taraf signifikansi 0,05 (5%) maka skor hasil tes tersebut tidak memiliki perbedaan
varian atau homogen.
Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data nilai pre test dan data Normalized Gain
(N-Gain). Menurut Sugiyono (2012:273), untuk sampel independen (tidak
berkorelasi) mempunyai ketentuan, sebagai berikut:
Jika kedua data terdistribusi normal dan variansnya homogen maka dilanjutkan
dengan uji t (test t). Adapun langkah-langkah uji t adalah sebagai berikut:
1) Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat
2) Membuat Ha dan Homodel statistik
3) Mencari rata-rata (x), standar deviasi (s), varians (s2) dan korelasi
4) Mencari nilai t dengan rumus:
2 = Rata-rata sampel ke-2
S12 = varians sampel ke-1
Jika kedua data terdistribusi normal tetapi variansnya tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji t’ ( test t’) dengan rumus sebagai berikut :
S1 = standar deviasi data skor pretes S2 = standar deviasi data skor postes n1 = jumlah siswa pada saat pretes n2 = jumlah siswa pada saat postes
Uji hipotesis dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan teknik
uji-t. Uji-t digunakan untuk untuk menguji apakah nilai rata-rata dari kedua
kelompok tersebut memiliki perbedaan yag signifikan atau tidak. Taraf
diterimanya hipotesis diuji dengan taraf signifikansi 5%. Apabila nilai thitung lebih
besar dari nilai –ttabel pada tingkat signifikansi 5% maka tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Akan tetapi,
apabila nilai thitung lebih kecil dari nilai –ttabel pada tingkat signifikansi 5% maka
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Untuk menghitung uji hipotesis ini menggunakan bantuan
komputer program SPSS 18. Jika salah satu atau kedua data terdistribusi tidak
normal maka langkah selanjutnya digunakan tes Mann-Whitney. Tes ini dipilih
karena kajian ini menggunakan dua sampel independen dan bila data tidak
berdistribusi normal.
Berikut adalah tahapan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan
menggunakan SPSS diantaranya:
1. Untuk Hipotesis Pertama:
Oleh karena pada hipotesis pertama menguji pemahaman konsep siswa
sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran kooperatif jigsaw maka diuji
dengan menggunakan Paired Sample T Test, yaitu metode pengujian hipotesis
dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Sebelum dilakukan
pengujian Paired Sample T Test, terlebih dahulu diuji apakah kedua data
menyebar normal atau tidak.
Uji normalitas dilakukan dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
yang dianalisis dengan SPSS 18.0 dengan membandingkan probabilitas Asymp.
Sig dengan nilai alpha (α), Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas Asymp.
Sig (sig 2-tailed) > alpha (α), maka hasil tes dikatakan berdistribusi normal.
Hipotesis pengujian uji normalitas dengan menggunakan One-Sample
H0: angka signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
H1: angka signifikan (Sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Setelah pengujian normalitas terpenuhi, maka dilanjutkan dengan Paired
Sample T Test. Perlu diketahui bahwa kasus uji Paired sample t test ini tidak perlu
dilakukan pengujian mengenai homogenitas ragam (populasi) dari kedua data
tersebut. Pada paired t test ini menggunakan taraf signifikansi (sig 2-tailed) α =
0,05 dengan kriteria pengujian : H0 diterima, nilai signifikansi > nilai α,
sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak. Hipotesis pengujian adalah sebagai
berikut:
H0 : tidak ada perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas
H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas
2. Untuk Hipotesis Kedua:
Untuk pengujian hipotesis yang kedua hampir sama dilakukan pada saat
pengujian hipotesis pertama. Jadi langkah pengujiannya mengikuti pengujian
hipotesis pertama.
3. Untuk Hipotesis Ketiga
Untuk pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan mencari perbedaan
peningkatan (n-gain) pemahaman konsep siswa yang diperoleh dengan cara
membandingkan n-gain kelas eksperimen dengan n-gain pada kelas kontrol. Maka
pengujiannya menggunakan uji independent sample t test. Namun sebelum
dilakukan uji perbedaan antara n-gain kelas eksperimen dengan n-gain kelas
kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Tahapan
yang dilakukan sama dengan tahapan yang dilakukan pada pembahasan
sebelumnya.
Jika tahapan kedua pengujian (uji normalitas dan uji homogenitas) itu
terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji independent sample t test. Uji ini
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua
kelompok sampel yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan, rata-rata manakah
H0 : tidak ada perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas
H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas.
Dilakukan uji dua pihak (sig two tailed) dengan kriteria pengujian : H0 diterima,
jika –ttabel < thitung < + ttabel , sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak.
Namun, apabila yang terjadi pada saat pengujian normalitas maupun
homogenitas salah satunya tidak terpenuhi, maka metode pengujian yang
dilakukan adalah dengan metode pengujian non parametrik, yaitu dengan
menggunakan uji Mann Whitney U Test. Hipotesis pengujian adalah sebagai
berikut:
H0 : tidak ada perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas
H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas
Dilakukan uji dua pihak, (sig two tailed) dengan kriteria pengujian : H0 diterima,
jika nilai sig > dari nilai a, sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak.
3.8. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan, dimulai
tahapan perencanaan, hingga tahap penyelesaian (akhir). Berikut adalah
penjelasan mengenai tahapan penelitian yang dilakukan, meliputi:
a. Tahap Perencanaan
1) Melakukan studi lapangan dan literatur untuk mencari masalah dan
kemungkinan solusi
2) Melakukan studi literatur lebih mendalam tentang pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dan hasil belajar berupa pemahaman konsep.
3) Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
4) Melakukan uji coba instrumen tes
5) Mengolah data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan digunakan dalam
pengambilan data
b. Tahap Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan penelitian di lapangan dimulai pada tanggal 8
Februari 2013 sampai dengan tanggal 26 April 2013. Adapun tahapan pelaksanaan
1) Melakukan pre test untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam hasil
belajar baik itu dikelompok kontrol maupun eksperimen.
2) Melakukan pembelajaran materi ajar yang telah ditentukan. Saat pembelajaran,
kelompok kontrol mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran konvensional,
sedangkan kelompok eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw
3) Melakukan post test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Post
test dilakukan untuk mengukur hasil belajar (pemahaman konsep) siswa setelah
dilakukan perlakuan.
c. Tahap Akhir
1) Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data
2) Saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang memadai.
Alur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam
melakukan penelitian. Hal ini disusun agar penelitian lebih terarah dan terencana.
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Studi Literatur: Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan Pemahaman Konsep
Penyusunan Rencana Pembelajaran Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Penyusunan Instrumen Tes Pemahaman Konsep
Validasi, Uji Coba, Revisi
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
(Eksperimen) Pembelajaran
konvensional pada kelas
Kontrol
Tes Akhir (Post-Test) Tes Awal (Pre-Test)
Pengolahan dan Analisis
Data