• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN

EKONOMI

(Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Dedi Supriadi

1009656

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN

EKONOMI

(Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)

Oleh Dedi Supriadi

S.Pd UPI Bandung, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

© Dedi Supriadi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN

EKONOMI

(Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)

Tesis ini disetujui oleh:

Bandung, Juni 2013

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Disman, MSi

NIP. 19590209 198412 1 001

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS

NIP. 19611022 198603 1 002

Mengetahui,

Ketua Program

Magister Pendidikan Ekonomi S.Ps UPI

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Pemahaman Konsep

pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa

Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)” ini serta

seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dengan pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2013

Yang Membuat Pernyataan

Dedi Supriadi

(5)

ABSTRAK

Dedi Supriadi (1009656) “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi ”,di bawah

bimbingan Prof. Dr. H. Disman, M.Si dan Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MSi.

Penelitian ini dilatarbelakangi dari anggapan bahwa koopertif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga perlu diterapkan dalam proses belajar mengajar.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini berdasarkan kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran lebih berpusat kepada guru (teacher center) dan tidak melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hingga pada akhirnya siswa kurang dalam memahami konsep, hanya sebatas pada menghafal konsep saja. Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif jigsaw.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Penelitian ini menggunakan metode eksprimen kuasi yang dilakukan terhadap siswa kelas X (sepuluh) MAN 1 Garut yang terdiri 36 siswa kelas eksprimen dan 36 siswa kelas kontrol. Data penelitian dikumpulkan melalui tes tertulis (pre test 1, 2, 3, 4 dan post test 1, 2, 3,4), soal pilihan ganda yang berjumlah 35 soal yaitu 9 soal pada tahap 1, 9 soal pada tahap 2, 8 soal pada tahap 3 dan 9 soal pada tahap 4, sementara angket siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan tentang penggunaan model kooperatif tipe jigsaw, sedangkan observasi berisi tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Setelah dilakukan analisis data menggunakan uji–t, hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum diberikan treatmen pemahaman konsep siswa pada kelas eksprimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan. Setelah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diterapkan, pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan yang lebih baik (kelas eksprimen) dibandingkan dengan siswa yang menerapkan pembelajaran secara konvensional (kelas kontrol). N-gain pemahaman konsep untuk kelas eksprimen pada tahap 1 adalah 0.55 tergolong sedang, tahap 2 adalah 0.78 tergolong tinggi, tahap 3 adalah 0.63 tergolong sedang, dan tahap 4 adalah 0.73 tergolong tinggi. Sedangkan kelas tahap 1 adalah 0.37 tergolong rendah, tahap 2 adalah 0.48 tergolong rendah, tahap 3 adalah 0.44 tergolong rendah, dan tahap 4 adalah 0.46 tergolong rendah. Dengan demikian proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat membantu siswa dalam memahami konsep siswa dalam belajar.

(6)

ABSTRACT

Dedi Supriadi (1009656) "Effect of Type Jigsaw Cooperative Learning Model for Students Understanding the Concept of Economic Subjects", under the guidance of

Prof. Dr.. H. Disman, M.Si and Prof.Dr.. H. Eeng Ahman, MSi.

This research is motivated from the assumption that koopertif jigsaw type is a model of learning that can enhance students' understanding of concepts, so it needs to be applied in teaching and learning. Issues raised in this study based on the fact that encountered in the field showed that the learning process is more centered on the teacher (teacher center) and does not involve students actively in the learning process. Less until eventually students in understanding the concept, was limited to just memorizing concepts. One effort to improve students' understanding by implementing cooperative learning jigsaw. This study aims to determine whether there are differences between the students' increased understanding of the concept of class experiments using models with a jigsaw type learning control with conventional classroom. This study uses a quasi experiment conducted on the class X Man 1 Garut graders comprised 36 experimental and 36 control class students. Data were collected through a written test (pre-test 1, 2, 3, 4 andpost-test 1, 2, 3,4) MCQs 9 totaled 35 about the matter at stage 1, stage 2 9 questions, 8 questions on stage 3 and stage 4 about 9, while the student questionnaire used to determine the response / responses about using jigsaw cooperative models, whereas observation contains student activity during the learning process. After analyzing the data using t-test, the results showed that before the treatments given student understanding of the concept of class and class control experiment did not differ significantly. Once the jigsaw cooperative learning model applied, increase students' understanding of the concept of increasing the better (class experiment) compared to students who apply conventional learning (control class). N-gain understanding of concepts for a class experiment at stage 1 is 0:55 classified as moderate, stage 2 is 0.78 is high, phase 3 is 0.63 classified as moderate, and stage 4 is relatively high 0.73. While phase 1 is 0:37 class is low, phase 2 is relatively low 0:48, 0:44 3rd stage is relatively low, and stage 4 is 0:46 still low. N-gain. Learning process that uses a jigsaw cooperative learning model greatly assist students in understanding the concept of students in learning.

(7)

DAFTAR ISI

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1.2. Rumusan Masalah ... 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 1.3.1 Tujuan Penelitian ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka ... 2.1.1. Konsep Belajar dan Pembelajaran ...

2.1.1.1 Pengertian Belajar ... 2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran ... 2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran ... 2.1.1.4 Komponen-Komponen Pembelajaran ... 2.1.1.5 Metode Pembelajaran ... 2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif... 2.1.2.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.2.3 Landasan Teori Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.2.4 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran

Kooperatif ... 2.1.2.5 Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 2.1.4. Hasil Belajar ...

2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar ... 2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil

Belajar ... 2.1.5 Pemahaman Konnsep ... 2.2 Penelitian Terdahulu ... 2.3 Kerangka Pemikiran ... 2.4 Hipotesis Penelitian ...

12

BAB III METODE PENELITIAN

(8)

3.5 Instrumen Penelitian (Alat Tes) ... 3.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 3.8 Tahapan Penelitian ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 4.2 Hasil Penelitian ... 4.2.1. Analisis Data Hasil Pre Test ... 4.2.2. Analisis Data Hasil Post Test ... 4.2.3. Analisis Data Hasil Pre Test dan Post Test ... 4.2.4. Analisis Data Peningkatan (N-Gain) ... 4.3 Pembahasan ...

4.3.1. Pembelajaran Ekonomi melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 4.3.2. Analisis Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa .. 4.3.3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 4.3.4. Tanggapan Siswa tentang Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rentang Nilai Hasil UN Mata Pelajaran Ekonomi ... 7

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 24

Tabel 2.2 Pembagian Kelompok dan Permasalahan ... 42

Tabel 2.3 Dimensi Kategori Pemahaman menurut Anderson ... 49

Tabel 2.4 Dimensi Kategori Pemahaman menurut Winkel ... 52

Tabel 2.5 Dimensi Kategori Pemahaman menurut Nana Sudjana ... 52

Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu ... 53

Tabel 3.1 Desain Quasi Eksperimen ... 62

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep ... 64

Tabel 3.3 Kisi-ksi Angket Tanggapan Siswa ... 65

Tabel 3.4 Kriteria Validitas dan Harga Koefisien Korelasi ... 66

Tabel 3.5 Rekapitulasi Validitas Item Instrumen Pemahaman Konsep ... 67

Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Realibilitas ... 69

Tabel 3.7 Realibility Statistics ... 70

Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 71

Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 71

Tabel 3.10 Interpretasi Daya Pembeda ... 73

Tabel 3.11 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 74

Tabel 3.12 Kriteria Peningkatan Gain ... 76

Tabel 4.1 Deskripsi Fasilitas pada MAN I Garut ... 84

Tabel 4.2 Deskripsi Guru pada MAN I Garut ... 85

Tabel 4.3 Deskripsi Siswa pada MAN I Garut ... 86

Tabel 4.4 Deskripsi Skor Pre Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 87

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 89

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varians Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 90

Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Skor Pre Test Pemahaman Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 91

(10)

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Post Test Pemahaman Konsep Siswa

Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 94

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Varians Post Test Pemahaman Konsep

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 95

Tabel 4.11 Hasil Uji Mann-Whitney Test Post Test Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 96

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Pre Test dan Post Test Pemahaman

Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 97

Tabel 4.13 Hasil Uji Paired T Test Pre Test dan Post Test Kelas

Eksperimen dan Kontrol ... 98

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas N-Gain Pemahaman Konsep Siswa

Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 99

Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Pemahaman Konsep Kelas

Eksperimen dan Kontrol ... 100

Tabel 4.16 Hasil Uji Mann-Whitney N-Gain Pemahaman Konsep Siswa

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol ... 101

Tabel 4.17 Peningkatan Skor Pemahaman Konsep Siswa Pre Test dan

Post Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 102

Tabel 4.18 Pembagian Kelompok Ahli ... 106

Tabel 4.19 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 115

Tabel 4.20 Penilaian Aktivitas Siswa Berdasarkan Jumlah dan Kategori .. 117

Tabel 4.21 Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perencanaan Pembelajaran ...2

Gambar 2.1 Proses Kelompok Diskusi Kelompok Expert ...43

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 59

Gambar 3.1 Alur Penelitian ...82

(12)

BAB I

PENDAHULAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka

mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Dengan

paradigma baru, praktik pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang

lebih bertumpu pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung

secara sosial dan kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan

pengetahuannya sendiri dalam konteks sosial, dan belajar dimulai dari

pengetahuan awal dan perspektif budaya.

Dalam proses pembelajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus

dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Pertumbuhan dan perkembangan siswa

merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua sekolah dan guru, dan itu berarti

sangat keliru jika guru hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran

pada bidang studinya saja.

Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk

watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.

Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang lain. Oleh karena

itu dalam proses pembelajaran di kelas, guru tidak hanya berbekal pengetahuan

berkenaan dengan bidang studi yang diajarkan, akan tetapi perlu

mempertimbangkan aspek-aspek pembelajaran secara holistik yang mendukung

terwujudnya pengembangan potensi-potensi peserta didik.

Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan,

membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan,

dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah

(13)

dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai

kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran

pada satuan pendidikan dasar dan menengah yang meliputi perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,

dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran

yang efektif dan efisien.

Sumber: Munthe (2011: 12)

Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya

peningkatan keberhasilan pembelajaran, yaitu mengelola program belajar

mengajar diantaranya; a) merumuskan tujuan instruksional, b) mengenal dan

dapat menggunakan metode mengajar, c) memilih dan menyusun prosedur

instruksional yang tepat, d) melaksanakan program belajar mengajar, e) mengenal

kemampuan (entry behavior) anak didik, dan f) merencanakan dan melaksanakan

pengajaran remedial. (Muhibbin Syah, 2004:229).

Dari gambar 1.1. diatas merupakan gambaran bahwa seorang guru harus

mampu mendesain pembelajaran sebelum melaksanakannya di kelas. Dimana

guru mendesain pembelajaran dimulai dari menentukan materi/bahan ajar,

(14)

materi. Selanjutnya menentukan metode/strategi pembelajaran yang disesuaikan

dengan materi dan kompetensi atau tujuan pembelajaran, setelah itu mendesain

evaluasi pembelajaran yang disesuaikan materi, kompetensi, dan metode/strategi

pembelajaran.

Dalam standar proses, perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus

dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata

pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian

kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

Maka dari itu, seorang guru dituntut untuk menguasai perencanaan proses

pembelajaran agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi peserta

didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

Fakta di lapangan menyatakan bahwa sebagian besar dari para guru dalam

menyusun perencanaan pembelajaran dilakukan hanya untuk memenuhi

formalitas administratif saja, bukan didasarkan pada kebutuhan pembelajaran.

Misalnya ketika menjelang akreditasi sekolah dilaksanakan, para guru dengan

sibuknya menyiapkan perangkat-perangkatnya dimulai dari menyusun program

semesteran hingga menyusun Silabus dan RPP. Padahal hal tersebut harus

dipersiapkan sebelum proses pembelajaran dimulai pada awal semester, karena

merupakan suatu kewajiban bagi seorang guru dalam mempersiapkan perangkat

pembelajaran. Hal seperti diatas memang nyata terjadi di lapangan, dan

seharusnya hal tersebut tidaklah terjadi. Jika hal seperti ini dibiarkan, maka lama

kemudian dikhawatirkan akan mempengaruhi proses pembelajaran, dan pada

akhirnya akan mempengaruhi pada kualitas pembelajaran.

Terlebih salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting

dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode

berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran

yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran

diperoleh secara optimal. Oleh karena itu menurut Fathurrohman dan Sutikno

(15)

“salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah

bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan dalam proses pembelajaran yang sama pentingnya dengan

komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan”.

Metode merupakan fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran dalam

upaya mencapai tujuan. Oleh karena itu, bahan pelajaran yang disampaikan tanpa

memperhatikan penggunaan metode justru akan mempersulit guru dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan

pembelajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat.

Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif

dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa

metode adalah suatu cara yang memiliki strategis dalam proses pembelajaran.

Dikatakan demikian karena metode dapat mempengaruhi kegiatan belajar

mengajar.

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran akan

menjadi kendala dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak

bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode

semata-mata berdasarkan kehendak guru dan bukan atas dasar kebutuhan siswa,

atau karakter situasi kelas.

Dalam menetapkan metode pembelajaran, bukan tujuan yang

menyesuaikan dengan metode atau karakter anak, tetapi metode hendaknya

menjadi “variable dependen” yang dapat berubah dan berkembang sesuai

kebutuhan. Karena itu, efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada

kesesuaian antara metode dengan semua komponen pembelajaran yang telah

diprogramkan dalam suatu pembelajaran. Untuk itu diperlukan keterampilan dari

seorang guru untuk memilih, bahkan mengembangkan metode yang sesuai dengan

kebutuhan pembelajaran.

Era sekarang ini telah banyak menawarkan berbagai metode pembelajaran

inovatif dan kreatif yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Dengan

(16)

yang sudah disediakan formatnya oleh Depdiknas maupun yang tersedia di

internet melalui pengunduhan yang disediakan oleh para bloger. Jadi tidak ada

alasan bagi seorang guru untuk tidak mengaplikasikan dan mengembangkan

berbagai metode pembelajaran pada saat pembelajaran berlangsung.

Sering ditemukan di berbagai sekolah, bahkan dari pengalaman penulis

sebagai siswa, sebagian besar para guru di sekolah dalam kegiatan proses

pembelajaran hanya sebatas menyampaikan informasi. Proses belajar hanya

berpusat pada guru saja, siswa hanya menjadi objek yang hanya menerima

informasi atas apa yang disampaikan oleh guru. Hingga pada akhirnya proses

pembelajaran menjadi monoton, tidak menarik, bahkan sebagian siswa juga

responnya kurang dalam menanggapi apa yang disampaikan oleh guru. Jika hal ini

terus dibiarkan, maka akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran di kelas.

Proses pembelajaran yang kualitasnya rendah dikhawatirkan dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa.

Berbicara mengenai hasil belajar, Sudjana (2011:2) menyatakan bahwa:

“hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan dari diri siswa setelah melalui proses belajar. Hasil belajar siswa tidak hanya menggambarkan ketercapaian tujuan instruksional namun juga sebagai bahan refleksi bagi upaya perbaikan proses belajar mengajar.”

Hasil belajar merupakan akhir dari proses pembelajaran atau dikenal

dengan output pembelajaran, dimana output pembelajaran dihasilkan dari input

(peserta didik) setelah melakukan proses pembelajaran (guru, metode, model,

strategi, media, dll). Untuk mengukur berhasil atau tidaknya proses pembelajaran,

dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dengan demikian hasil

belajar sangatlah dipengaruhi oleh proses belajar mengajar. Dengan proses belajar

diharapkan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa karena belajar

merupakan aktivitas yang mengharapkan tingkah laku pada individu belajar.

“Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor”

(17)

Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2011:22), mengklasifikasikan

hasil belajar secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif,

ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ranah ini terdiri dari enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Selama ini ukuran efektivitas hasil belajar masih menggunakan nilai ujian

akhir nasional. Ujian Nasional merupakan salah satu indikator yang menunjukkan

tinggi rendahnya mutu pendidikan, karena nilai ujian nasional bebas dari

intervensi dan rekayasa proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah.

Dengan demikian, diharapkan peningkatan mutu pendidikan di segala jenjang

dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.

Pada tahun 2012, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyusun

Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional sebagai acuan dalam penyelenggaran

Ujian Nasional Nasional Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah,

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas, Madrasah

Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Kejuruan

Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan acuan tersebut, yang tertuang pada bab

VI mengenai kelulusan dari satuan pendidikan menyatakan bawa peserta didik

dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata dari semua nilai akhir (NA) mencapai

paling rendah 5,5 (lima koma lima) dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah

(18)

masih rendah. Nilai UN yang ditetapkan lebih rendah dari pada nilai KKM yang

ditetapkan di sekolah.

Hal seperti diatas tercermin pada sekolah yang ada di Kabupaten Garut,

salah satunya adalah MAN 1 Garut. Sebagai contoh, pada tahun ajaran 2011/2012

rata-rata nilai ujian nasional pada mata pelajaran ekonomi yang diperoleh siswa

adalah 6.81, dengan nilai tertinggi 8.3, terendah 4.5, dan standar deviasi 0.88

(Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional (DIKHUN) MA Negeri 1 Garut Tahun

Pelajaran 2011/2012). Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional

idealnya untuk masing-masing indikator ketuntasan belajar (mastery

learning)/KKM adalah sebesar 7,50. Dengan demikian, rata-rata Nilai UN MA

Negeri 1 Garut masih jauh di bawah standar ketuntasan belajar. Itupun diambil

dari nilai akhir yang merupakan penggabungan dari nilai ujian nasional (UN)

digabung dengan nilai sekolah (US). Jika nilai yang diambil murni dari nilai UN,

maka rata-rata nilai ujian nasional yang diperoleh siswa adalah 6.25, dengan nilai

tertinggi 8.75, terendah 2.5, dan standar deviasi 1,39.

Akan lebih jelas lagi ketika kita melihat rentang nilai hasil UN pada mata

pelajaran ekonomi pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1

Rentang Nilai Hasil UN Mata Pelajaran Ekonomi

Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

0 – 6,99 76 58.46%

7,00 – 7,99 47 36.15%

8,00 – 100,00 7 5.38%

Jumlah 130 100 %

Sumber: Data diolah dari Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional (DIKHUN) MA Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2011/2012

Berdasarkan pada tabel 1.1 menunjukkan adanya kesenjangan antara yang

diharapkan dengan kenyataan, hal ini terlihat bahwa masih terdapat hasil belajar

sebagian siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi mendapatkan nilai kurang dari 7,00

sebesar 58, 46 %, dengan frekuensi 76 orang dan yang mendapatkan nilai 7,00 –

7,99 hanya 47,15% tidak mencapai 50%. Jika mengikuti standar ideal yang

(19)

58, 46 % atau sebanyak 76 orang siswa tidak lulus. Ini merupakan masalah yang

sangat serius untuk dapat diatasi segera. Jika hal ini dibiarkan secara terus

menerus, bagaimana nasib pendidikan kita, terlebih pada kualitas SDM kita.

Maka perlu adanya upaya dalam meningkatkan kualitas proses

pembelajaran. Salah satu yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan

menggunakan beberapa metode pembelajaran yang cocok sesuai dengan

pembahasan materi/mata pelajaran. Menurut Puger (2008:5), untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang dapat

mengembangkan penanaman konsep, penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar

siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan pemahaman,

penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar siswa adalah dengan menggunakan

metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Dengan menggunakan

metode pembelajaran kooperatif, maka pengungkapan konsep-konsep dalam suatu

bidang studi dapat diwujudkan melalui cara-cara yang rasional, komunikatif,

edukatif, dan kekeluargaan.

Upaya mengembangkan potensi siswa dalam pembelajaran saat ini

khususnya pada mata pelajaran ekonomi adalah dengan model pembelajaran

kooperatif (Cooperative Learning). “Pembelajaran kooperatif adalah sistem

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama

dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur” (Lie, 2008:12).

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk memberikan tanggung jawab

kepada siswa tentang keberhasilan kelompoknya dan juga membantu teman

lainnya untuk sukses bersama. Pembelajaran kooperatif mengharuskan siswa

bekerja sama dan saling bergantung secara positif antar satu sama lain dalam

konteks struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward. Gagasan dibalik

pembelajaran ini adalah bagaimana materi pelajaran dirancang sedemikian rupa

sehingga siswa dapat bekerja sama untuk mencapai sasaran-sasaran pembelajaran.

Huda (2012:8) menyatakan bahwa:

“hampir semua penelitian tentang pembelajaran kooperatif mulai dari SD

(20)

hanya itu, pembelajaran ini terbukti mampu meningkatkan sikap toleran siswa

terhadap teman-temannya yang berbeda etnis, level kemampuan, dan gender”.

Uniknya, tidak hanya siswa yang bisa memperoleh keuntungan dari

pembelajaran kooperatif. Guru pun juga bisa berkolaborasi dengan

kolega-koleganya dalam suasana kooperatif untuk mencari pendekatan-pendekatan

alternatif yang memungkinkan efektivitas aplikasi pembelajaran kooperatif di

ruang kelas mereka.

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu metode jigsaw. Satu hal

yang dapat diambil manfaat dari kelas jigsaw pertama dan terpenting itu adalah

cara yang sangat efisien untuk mempelajari materi. Namun yang lebih penting,

proses jigsaw mendorong siswa untuk mendengarkan, melibatkan diri, dan

berempati dengan memberikan masing-masing anggota kelompok merupakan

bagian penting untuk bermain dalam kegiatan pembelajaran. Anggota kelompok

harus bekerja sama sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama, setiap orang

tergantung pada semua yang lain. Dalam metode ini, siswa belajar secara

bekerjasama dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan berbagai

persoalan. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong

royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga dapat melatih siswa untuk lebih

aktif, lebih berani mengemukakan pendapat dan bertanggung jawab serta bekerja

sama. Dengan kondisi kelas yang demikian akan menumbuhkan semangat siswa

dalam belajar, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Seorang guru

yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya sebagai guru di

depan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah menggunakan

bermacam-macam metode pembelajaran yang bervariasi yang dapat menarik minat belajar

siswa dan guru tidak hanya cukup dengan memberikan ceramah di depan kelas.

Dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan dapat

meningkatkan hasil pembelajaran dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

pada mata pelajaran ekonomi di kelas terlebih pada siswa-siswi MA Negeri 1

Garut yang belum mencapai hasil belajar optimal. Berdasarkan masalah yang

(21)

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw Terhadap

Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di MA Negeri 1 Garut”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mengidentifikasi masalah

sejauh mana keefektifan metode pembelajaran tersebut dapat diterapkan, maka

dirumuskanlah dalam lingkup pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan

sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas

eksprimen?

2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep pada siswa antara sebelum dan

dengan menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol?

3. Apakah peningkatan pemahaman konsep pada siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa

yang menggunakan metode konvensional?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan

sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas

eksprimen.

2. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep pada siswa antara sebelum

dan sesudah menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol.

3. Untuk mengetahui apakah peningkatan pemahaman konsep pada siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode konvensional.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini adalah :

(22)

Penelitian ini dapat memperkuat teori pembelajaran, terutama pada pembelajaran

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Secara Praktis

a. Dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran Ekonomi, yaitu

masalah rendahnya hasil belajar terutama pada pemahaman konsep pada

mata pelajaran ekonomi.

b. Sebagai bahan informasi kepada guru ekonomi tentang keefektifan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar siswa terutama pemahaman konsep.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan mengkaji metode dan langkah-langkah yang dilakukan

peneliti dalam melaksanakan penelitian. Fokus permasalahan yang akan dikaji

pada bab ini adalah metode penelitian, desain penelitian, obyek penelitian,

sampel, intrumen dan analisis instrumen, tahapan penelitian penelitian, serta

teknik pengumpulan dan pengolahan data.

3.1 Metode Penelitian

Seorang peneliti harus menentukan metode yang akan digunakan dalam

penelitiannya. Hal ini perlu dilakukan karena metode merupakan cara yang akan

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Mc.Millan dan Schumacher (2001 ;

50) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen merupakan “research in wich

independent variable ismanipulated to investigate cause and effect relationship

between the independent and dependent variable”. Sejalan dengan yang

diungkapkan Mc. Millan dan Schumacher diatas, Subana (2001 : 95) menyatakan bahwa “metode eksperimen merupakan metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk hubungan sebab-akibat melalui pemanipulasian variabel independen

(misalnya: treatment, stimulus, kondisi) dan menguji perubahan yang diakibatkan

oleh pemanipulasian tadi.

Sementara itu, Nazir (2005:64) juga menyatakan yang berkaitan dengan metode penelitian eksperimen. “Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut

dengan cara memberikan perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen serta menyediakan kelompok kontrol untuk perbandingan”. Lebih jauh dia mengatakan percobaan-percobaan itu dilakukan untuk menguji hipotesis serta untuk

menemukan hubungan-hubungan kausal yang baru. Akan tetapi, walaupun

hipotesis telah dapat diuji dengan metode percobaan, tetapi penerimaan atau

penolakan hipotesis bukanlah merupakan penemuan suatu kebenaran yang mutlak.

Metode eksperimen seperti yang diuraikan oleh para pakar dalam uraian di

(24)

terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Selain itu, penelitian eksperimen

adalah bertujuan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta

berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan

perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk

pembandingnya. Maka berdasarkan pernyataan diatas, peneliti memilih metode

penelitian ini dengan menggunakan metode eksperimen. Pemilihan metode ini

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu menguji pengaruh

penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep

siswa.

3.2 Desain Penelitian

Jenis desain eksperimen yang digunakan adalah Nonequivalent (Pretest

and Posttest) Control Group Design. Menurut Creswell (1994 :132),

Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design merupakan

pendekatan yang paling populer dalam quasi eksperimen, kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dipilih bukan dengan cara random. Kedua kelompok diberi

pre test dan post test dan hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan.

The most commonly used quasi-experimental design ineducational

research is the nonequivalent control groups design. In this design, research

participants are not randomly assigned to experimental and control groups, and

both groups take a pretes tand posttest. Except for random assignment, the steps

involved in this design are the same as for the pretest-posttest experimental

control group design.

Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa desain quasi eksperimen yang

paling banyak digunakan dalam penelitian pendidikan adalah non equivalent

control group design. Dalam desain ini, partisipan penelitian baik pada kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Diluar dari

pemilihan partisipan atau responden, langkah-langkah dalam desain ini sama

(25)

Tabel 3.1

Desain Quasi Eksperimen

Kelompok Pre-Test Perlakuan Pos-Tes

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 - O2

McMillan & Schumacher (2001), Fraenkel & Walen (1993)

Keterangan :

 O1 = Tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

 O2 = Tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

 X = Perlakuan dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw

3.3 Obyek Penelitian

Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari

suatu penelitian. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari suatu

penelitian yang dilakukan. Penelitian ini mengungkapkan pengaruh pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu objek

yang akan diteliti adalah hasil belajar siswa melalui dimensi pemahaman konsep.

3.4 Sampel Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MAN 1

Garut sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas X (sepuluh)

MAN 1 Garut. Jumlah kelas X (sepuluh) di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut

sebanyak 9 kelas. Sedangkan penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan

random sampling, yaitu mengambil dua kelas dari populasi secara tidak acak, hal

ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri relatif yang dimiliki, populasi yang

ada adalah normal dan homogen, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah dua

kelas.

Untuk memastikan homogenitas antara kedua kelas tersebut, maka

dilakukan uji beda rata-rata hasil tes awal kedua kelas. Dan ternyata hasilnya

(26)

dapat dilanjutkan. Pengelompokan sampel terdiri dari satu kelas eksperimen dan

satu kelas kontrol. Dalam hal ini, peneliti mengambil 2 (dua) sampel kelas, yaitu

kelas eksperimen (X-C) dan kelas kontrol ( X-D)

3.5 Instrumen Penelitian (Alat Test)

Instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana penggunaan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan pemahaman konsep

siswa dalam mata pelajaran ekonomi. Menurut (Arikunto, 2006: 151) “instrument

penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.

Sementara itu instrument yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan tes, lembar observasi, dan angket.

3.5.1. Tes

Dalam hal ini, tes yang digunakan termasuk tes pemahaman konsep siswa

dengan teknik pilihan ganda (multiple choice), yaitu tes yang digunakan untuk

mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes dalam

penelitian ini terdiri dari tes awal (Pre test), yaitu tes yang dilakukan sebelum

perlakuan dan tes akhir (Post test), yaitu tes yang dilakukan setelah perlakuan. Hal

ini dilakukan karena peneliti ingin mengamati sejauh mana perbedaan hasil

belajar tersebut terjadi sebelum dan setelah pembelajaran dilangsungkan pada

kelas eksperimen. Pre test dilaksanakan untuk mengukur kemampuan awal siswa,

sementara itu post test dilakukan setelah pembelajaran (setelah diberikan

perlakuan pada kelas eksperimen) dilakukan.

Untuk mengukur pemahaman konsep siswa dikembangkan instrumen (tes)

yang akan diberikan penilaian menggunakan teknik tes obyektif dengan bentuk soal

(27)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep

No Kategori & Proses

(28)

3.5.2. Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati secara tertulis dan

penilaian aktifitas individual siswa di dalam kelompok diskusi. Lebih rinci lagi

mengenai penjelasannya dapat dilihat pada lampiran 4 (empat).

3.5.3. Angket Tanggapan Siswa

Jenis angket yang diberikan adalah skala sikap dengan menggunakan

penskoran skala likert (pada lampiran 5), dimana setiap siswa diminta untuk

memberikan persetujuan terhadap pernyataan yang diberikan sesuai dengan yang

mereka alami selama proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 3.3 kisi-kisi angket tanggapan siswa di bawah ini:

Table 3.3

Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa

No Indikator Pertanyaan Pernyataan Jumlah

soal Positif Negatif

1

Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah

model yang baru bagi siswa dan dapat

meringankan tugas guru di kelas

1 2 2

2

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membuat siswa termotivasi dalam belajar ekonomi, menghilangkan kejenuhan dalam belajar ekonomi dan mengubah pandangan siswa terhadap pelajaran ekonomi

4,10,13 3,15 5

3

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membantu siswa dalam memahami konsep ekonomi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi

9,14,17

,19 7,12 6

4

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw melatih siswa dalam mengemukakan ide-ide dan meningkatkan pemahaman dalam kegiatan diskusi kelompok

5,6,11,

18 8 5

5

Harapan penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dalam pengajaran materi ekonomi lainnya

20 16 2

Jumlah 13 7 20

3.6 Analisis Uji Tes

Untuk mengetahui kualitas tes tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji

(29)

beberapa hal diantaranya validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya

pembeda.

Berikut ini adalah perhitungan uji coba instrumen yang akan digunakan

dalam penelitian ini yaitu:

3.6.1. Validitas

Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada tiap

butir soal dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas

yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor

total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga

untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi Pearson

product Moment.

Adapun untuk menghitung koefisisen korelasi digunakan Pearson Product

Moment ( Pearson r)

: merupakan jumlah kuadrat skor X ΣY2

: merupakan jumlah kuadrat skor Y

Sebuah tes dikatakan mempunyai koefisien korelasi jika terdapat korelasi

antara -1,00 sampai +1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan,

sedangkan koefisien positif menunjukkan kesejajaran. Kriteria koefisien korelasi

menurut Arikunto (2006:75) adalah:

Tabel 3.4.

Kriteria Validitas & Harga Koefisien Korelasi Harga Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah

(30)

Selanjutnya uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan

adalah r (0,05;60) = 0, 284. Berkenaan dengan hal tersebut dibawah ini disajikan

tabel hasil uji validitas pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran Ekonomi

yang diolah dengan menggunakan program aplikasi computer SPSS seri 18.

Tabel 3.5

Rekapitulasi Validitas Item Instrumen Pemahaman Konsep Butir

Soal

Corrected Item - Total

Correlation (r hitung)

r tabel

Validitas

(31)

20 0.395 0,284 Valid Tabel Lanjutan, Validitas Item Instrumen

Butir Soal

Corrected Item - Total

Correlation (r hitung)

r tabel

Validitas

(32)

Uji coba soal tes pemahaman konsep ini terdiri dari 50 soal berbentuk

pilihan ganda. Berdasarkan hasil uji coba, terdapat 35 soal yang telah valid dan 15

soal yang tidak valid. Jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan post test

berjumlah 35 soal (lampiran 6).

3.6.2. Reliabilitas

Reliabilitas tes kemampuan ditentukan melalui perhitungan koefisien

korelasi dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha. Rumus ini digunakan

mengingat jawaban siswa bervariasi dan bukan hanya benar atau salah

(Ruseffendi, 2005:160). Adapun rumusnya sebagai berikut:

dengan :

r = koefisien reliabilitas

n = banyak soal

Si 2 = variansi skor soal tertentu (soal ke-i)

ΣSi

2

= jumlah varians skor seluruh soal menurut skor soal tertentu

St 2 = varians skor seluruh soal menurut skor siswa perorangan

Tabel 3.6

Klasifikasi Tingkat Reliabilitas

Besarnya r Tingkat Reliabilitas

0,90 < r ≤1,00 Sangat tinggi

0,70 < r ≤0,90 Tinggi

0,40 < r ≤0,70 Sedang

0,20 < r ≤0,40 Rendah

r ≤0,20 Sangat rendah

Selanjutnya nilai r yang diperoleh dari perhitungan ditafsirkan dengan

menggunakan interpretasi nilai r dari Guilford (Suherman & Kusumah, 2003:139)

(33)

Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefisien reliabilitas tes pilihan

ganda sebesar 0, 855 yang berarti soal-soal dalam tes yang diujicobakan memiliki

reliabilitas tinggi. Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai

berikut:

Tabel 3.7

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.855 50

3.6.3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab item

dengan benar dan banyaknya penjawab item (Arikunto, 2002:128). Tingkat

kesukaran merupakan suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah

mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Keterangan:

P : Indeks Kesukaran.

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Skor tes pemahaman siswa berbentuk pilihan ganda dengan skor

terkecilnya 0 dan skor terbesarnya 1. Selanjutnya, jawaban yang benar dihitung 1

dan jawaban yang salah dihitung 0. Banyaknya jawaban benar untuk kelompok

atas dan kelompok bawah digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu

butir soal. Untuk mengklasifikasikan tingkat kesukaran soal, digunakan

interpretasi tingkat kesukaran dikemukakan oleh Suherman dan Kusumah

(34)

Tabel 3.8

Interpretasi Tingkat kesukaran

Harga TK Klasifikasi

TK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < TK ≤0,30 Soal sukar

0,30 < TK ≤0,70 Soal sedang

0,70 < TK < 1,00 Soal mudah

TK = 1,00 Soal terlalu mudah

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran 35 butir soal tes

pemahaman siswa terdapat 16 soal dengan kategori sedang, 14 soal dalam

kategori mudah dan 5 soal dalam kategori sukar. Hasil perhitungan tingkat

kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9

Tingkat Kesukaran Butir Soal

No Jumlah Jawaban

Benar

Jawaban Benar/

Jumlah Siswa Kriteria

1 28 0.78 Mudah

2 23 0.64 Sedang

3 26 0.72 Mudah

4 22 0.61 Sedang

5 18 0.5 Sedang

6 19 0.53 Sedang

7 9 0.25 Sukar

8 24 0.67 Sedang

9 15 0.42 Sedang

(35)

Tabel lanjutan, tingkat kesukaran butir soal

No Jumlah Jawaban

Benar

Jawaban Benar/

Jumlah Siswa Kriteria

11 21 0.58 Sedang

12 16 0.44 Sedang

13 24 0.67 Sedang

14 8 0.22 Sukar

15 30 0.83 Mudah

16 9 0.25 Sukar

17 17 0.47 Sedang

18 27 0.75 Mudah

19 30 0.83 Mudah

20 27 0.75 Mudah

21 25 0.69 Sedang

22 26 0.72 Mudah

23 29 0.81 Mudah

24 32 0.89 Mudah

25 9 0.25 Sukar

26 29 0.81 Mudah

27 19 0.53 Sedang

28 22 0.61 Sedang

29 25 0.69 Sedang

30 30 0.83 Mudah

31 6 0.17 Sukar

32 32 0.89 Mudah

33 28 0.78 Mudah

34 24 0.67 Sedang

(36)

3.6.4. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda setiap butir soal tes hasil belajar siswa diawali

dengan pengurutan skor total seluruh soal dari yang terbesar ke yang terkecil

seperti pada perhitungan tingkat kesukaran soal. Kemudian dilanjutkan dengan

menentukan kelompok atas dan kelompok bawah. Perhitungan daya pembeda soal

menggunakan skor kelompok atas dan kelompok bawah. Adapun harganya

dihitung dengan rumus berikut:

Keterangan:

DP = daya pembeda

JBA = Jumlah jawaban benar untuk kelompok atas

JBB = Jumlah jawaban benar untuk kelompok bawah

N = Jumlah siswa kelompok atas atau kelompok bawah

Penentuan jawaban benar dan salah dari soal tes pemahaman konsep yang

berbentuk uraian ini sama seperti pada perhitungan tingkat kesukaran butir soal

tes. Jumlah jawaban benar untuk masing-masing kelompok selanjutnya digunakan

untuk menghitung harga DP dengan rumus di atas. Untuk mengklasifikasikan

daya pembeda soal, diggunakan interpretasi daya pembeda yang dikemukakan

oleh Suherman dan Kusumah (2003:161). Interpretasi daya pembeda dari tes yang

dilakukan itu disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.10

Interpretasi Daya Pembeda

Nilai DP Klasifikasi

DP ≤0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤0,20 Jelek

0,20 DP ≤0,40 Cukup

(37)

0,70 < DP ≤1,00 Sangat baik

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda 35 butir soal pemahaman

konsep terdapat 20 butir soal dalam klasifikasi cukup serta 8 butir soal dalam

klasifikasi baik, dan sisanya 7 dalam klasifikasi jelek. Selanjutnya semuanya akan

digunakan untuk mengukur tes pemahaman konsep dalam penelitian. Hasil

perhitungan daya pembeda butir soal tes pemahaman konsep dapat dilihat pada

tabel 3.11 sebagai berikut:

Tabel 3.11

Interpretasi Daya Pembeda, Butir Soal

(38)

23 17 12 0.28 Cukup

24 18 14 0.22 Cukup

25 8 1 0.39 Cukup

Tabel lanjutan interpretasi daya pembeda

No Total Skor Atas

Total Skor Bawah

Daya

Pembeda Klasifikasi

26 16 13 0.17 Jelek

27 13 6 0.39 Cukup

28 15 7 0.44 Baik

29 17 8 0.5 Baik

30 17 13 0.22 Cukup

31 6 0 0.33 Cukup

32 18 14 0.22 Cukup

33 15 13 0.11 Jelek

34 14 10 0.22 Cukup

35 15 7 0.44 Baik

Pengujian kesahihan tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, tingkat

kesukaran dan daya pembeda dilakukan dengan menggunakan SPSS 18,0 setelah

instrumen tes di-judgement oleh pembimbing terlebih dahulu.

3.7. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Analisis data yang diuji secara statistik dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Menskor tiap lembar jawaban tes siswa sesuai dengan kunci jawaban.

b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan post tes. Jawaban yang

benar diberi nilai 1 (satu) dan jawaban salah diberi nilai 0 (nol).

c. Mengubah nilai ke dalam bentuk persentase dengan cara:

d. Menghitung nilai rata-rata keseluruhan dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa

(39)

e. Menghitung Normalisasi Gain antara nilai rata-rata pretes dan nilai rata-rata

post tes secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus (David E. Meltzer,

2002).

Tabel 3.12

Kriteria Peningkatan Gain

Gain Ternormalisasi (G) Kriteria Peningkatan

G < 0,5 Peningkatan rendah

0,5 ≤G ≤0,7 Peningkatan sedang

G > 0,7 Peningkatan tinggi

f. Melakukan uji normalitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah

berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat

untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Pengujian normalitas

untuk jumlah data lebih dari 30 orang menggunakan Chi-square (χ2) dengan derajat

kebebasan tertentu sebesar banyaknya kelas interval dikurangi satu (dk = k - 1)

dengan rumus :

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% dengan kriteria:

 Jika diperoleh harga χ2hitung< χ2tabel, maka data terdistribusi normal

 Jika diperoleh harga χ2

hitung> χ2 tabel, maka data tidak terdistribusi normal

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan SPSS 18.0 untuk

menguji apakah sampel yang diselidiki berdistribusi normal atau tidak dilakukan

dengan kaidah Asymp Sig atau nilai p. Pada penelitian ini, uji normalitas

(40)

maupun pada kelompok kontrol. Interpretasi hasil uji normalitas dilakukan

dengan melihat nilai sig.

Adapun interpretasi dari uji normalitasnya sebagai berikut.

a. Jika nilai sig lebih besar dari tingkat alpha 5% (sig > 0,05), dapat disimpulkan

bahwa data berasal dari populasi yang sebarannya berdistribusi normal.

b. Jika nilai sig lebih kecil dari tingkat alpha 5% (sig < 0,05), dapat disimpulkan

bahwa data tersebut menyimpang atau berdistribusi tidak normal.

g. Melakukan uji homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji terhadap kesamaan (homoginitas)

beberapa bagian sampel, yaitu seragam tidaknya varian sampel yang diambil dari

populasi yang sama. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data sampel

pada setiap kelompok dapat dikatakan homogen atau tidak, dan bisa atau tidaknya

digabung untuk dianalisis lebih lanjut. Dalam hal ini, untuk menguji homogenitas

data normalisasi gain dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus :

(Sugiyono 2012:276)

2. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus :

dk pembilang = n-1 (untuk varians terbesar) dk penyebut = n-1 (untuk

varians terkecil)

• Jika diperoleh harga Fhitung< Ftabel, maka kedua variansi homogen. • Jika diperoleh harga Fhitung> Ftabel, maka kedua variansi tidak homogen. Dalam penelitian ini perhitungan homogenitas dilakukan dengan menggunakan

bantuan komputer program SPSS 18.0. Uji homogenitas dilakukan pada skor hasil

pretest dan posttest dengan ketentuan jika nilai signifikansi hitung lebih besar dari

taraf signifikansi 0,05 (5%) maka skor hasil tes tersebut tidak memiliki perbedaan

varian atau homogen.

(41)

Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data nilai pre test dan data Normalized Gain

(N-Gain). Menurut Sugiyono (2012:273), untuk sampel independen (tidak

berkorelasi) mempunyai ketentuan, sebagai berikut:

Jika kedua data terdistribusi normal dan variansnya homogen maka dilanjutkan

dengan uji t (test t). Adapun langkah-langkah uji t adalah sebagai berikut:

1) Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

2) Membuat Ha dan Homodel statistik

3) Mencari rata-rata (x), standar deviasi (s), varians (s2) dan korelasi

4) Mencari nilai t dengan rumus:

2 = Rata-rata sampel ke-2

S12 = varians sampel ke-1

Jika kedua data terdistribusi normal tetapi variansnya tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji t’ ( test t’) dengan rumus sebagai berikut :

(42)

S1 = standar deviasi data skor pretes S2 = standar deviasi data skor postes n1 = jumlah siswa pada saat pretes n2 = jumlah siswa pada saat postes

Uji hipotesis dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan teknik

uji-t. Uji-t digunakan untuk untuk menguji apakah nilai rata-rata dari kedua

kelompok tersebut memiliki perbedaan yag signifikan atau tidak. Taraf

diterimanya hipotesis diuji dengan taraf signifikansi 5%. Apabila nilai thitung lebih

besar dari nilai –ttabel pada tingkat signifikansi 5% maka tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Akan tetapi,

apabila nilai thitung lebih kecil dari nilai –ttabel pada tingkat signifikansi 5% maka

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Untuk menghitung uji hipotesis ini menggunakan bantuan

komputer program SPSS 18. Jika salah satu atau kedua data terdistribusi tidak

normal maka langkah selanjutnya digunakan tes Mann-Whitney. Tes ini dipilih

karena kajian ini menggunakan dua sampel independen dan bila data tidak

berdistribusi normal.

Berikut adalah tahapan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan

menggunakan SPSS diantaranya:

1. Untuk Hipotesis Pertama:

Oleh karena pada hipotesis pertama menguji pemahaman konsep siswa

sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran kooperatif jigsaw maka diuji

dengan menggunakan Paired Sample T Test, yaitu metode pengujian hipotesis

dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Sebelum dilakukan

pengujian Paired Sample T Test, terlebih dahulu diuji apakah kedua data

menyebar normal atau tidak.

Uji normalitas dilakukan dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

yang dianalisis dengan SPSS 18.0 dengan membandingkan probabilitas Asymp.

Sig dengan nilai alpha (α), Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas Asymp.

Sig (sig 2-tailed) > alpha (α), maka hasil tes dikatakan berdistribusi normal.

Hipotesis pengujian uji normalitas dengan menggunakan One-Sample

(43)

H0: angka signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

H1: angka signifikan (Sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.

Setelah pengujian normalitas terpenuhi, maka dilanjutkan dengan Paired

Sample T Test. Perlu diketahui bahwa kasus uji Paired sample t test ini tidak perlu

dilakukan pengujian mengenai homogenitas ragam (populasi) dari kedua data

tersebut. Pada paired t test ini menggunakan taraf signifikansi (sig 2-tailed) α =

0,05 dengan kriteria pengujian : H0 diterima, nilai signifikansi > nilai α,

sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak. Hipotesis pengujian adalah sebagai

berikut:

H0 : tidak ada perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

2. Untuk Hipotesis Kedua:

Untuk pengujian hipotesis yang kedua hampir sama dilakukan pada saat

pengujian hipotesis pertama. Jadi langkah pengujiannya mengikuti pengujian

hipotesis pertama.

3. Untuk Hipotesis Ketiga

Untuk pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan mencari perbedaan

peningkatan (n-gain) pemahaman konsep siswa yang diperoleh dengan cara

membandingkan n-gain kelas eksperimen dengan n-gain pada kelas kontrol. Maka

pengujiannya menggunakan uji independent sample t test. Namun sebelum

dilakukan uji perbedaan antara n-gain kelas eksperimen dengan n-gain kelas

kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Tahapan

yang dilakukan sama dengan tahapan yang dilakukan pada pembahasan

sebelumnya.

Jika tahapan kedua pengujian (uji normalitas dan uji homogenitas) itu

terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji independent sample t test. Uji ini

digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua

kelompok sampel yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan, rata-rata manakah

(44)

H0 : tidak ada perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas.

Dilakukan uji dua pihak (sig two tailed) dengan kriteria pengujian : H0 diterima,

jika –ttabel < thitung < + ttabel , sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak.

Namun, apabila yang terjadi pada saat pengujian normalitas maupun

homogenitas salah satunya tidak terpenuhi, maka metode pengujian yang

dilakukan adalah dengan metode pengujian non parametrik, yaitu dengan

menggunakan uji Mann Whitney U Test. Hipotesis pengujian adalah sebagai

berikut:

H0 : tidak ada perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

Dilakukan uji dua pihak, (sig two tailed) dengan kriteria pengujian : H0 diterima,

jika nilai sig > dari nilai a, sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak.

3.8. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan, dimulai

tahapan perencanaan, hingga tahap penyelesaian (akhir). Berikut adalah

penjelasan mengenai tahapan penelitian yang dilakukan, meliputi:

a. Tahap Perencanaan

1) Melakukan studi lapangan dan literatur untuk mencari masalah dan

kemungkinan solusi

2) Melakukan studi literatur lebih mendalam tentang pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dan hasil belajar berupa pemahaman konsep.

3) Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

4) Melakukan uji coba instrumen tes

5) Mengolah data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan digunakan dalam

pengambilan data

b. Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan penelitian di lapangan dimulai pada tanggal 8

Februari 2013 sampai dengan tanggal 26 April 2013. Adapun tahapan pelaksanaan

(45)

1) Melakukan pre test untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam hasil

belajar baik itu dikelompok kontrol maupun eksperimen.

2) Melakukan pembelajaran materi ajar yang telah ditentukan. Saat pembelajaran,

kelompok kontrol mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran konvensional,

sedangkan kelompok eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw

3) Melakukan post test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Post

test dilakukan untuk mengukur hasil belajar (pemahaman konsep) siswa setelah

dilakukan perlakuan.

c. Tahap Akhir

1) Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data

2) Saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang memadai.

Alur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam

melakukan penelitian. Hal ini disusun agar penelitian lebih terarah dan terencana.

(46)

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur: Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan Pemahaman Konsep

Penyusunan Rencana Pembelajaran Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Penyusunan Instrumen Tes Pemahaman Konsep

Validasi, Uji Coba, Revisi

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

(Eksperimen) Pembelajaran

konvensional pada kelas

Kontrol

Tes Akhir (Post-Test) Tes Awal (Pre-Test)

Pengolahan dan Analisis

Data

(47)

Gambar

Gambar 3.1 Gambar 4.1
Tabel 3.1 Desain Quasi Eksperimen
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep
tabel 3.3 kisi-kisi angket tanggapan siswa di bawah ini:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika terjadi gangguan didaerah kerja Relai Diferensial, maka arus dari kedua sisinya akan saling menjumlah (Id&amp;#8800;0) kemudian Relai Diferensial akan bekerja memberikan

Berikut ini adalah daftar berbagai Peraturan Daerah (PERDA) bermuatan materi keagamaan yang berlaku di berbagai provinsi dan Kabupaten Kota di Indonesia dari

Berdasarkan pertimbangan di atas, perusahaan harus bisa meningkatkan implementasi TQM karena melalui penggunaan TQM, perusahaan mampu meningkatkan audit operasional,

on fungal inoculated plant decreased the plant growth. 3) DGGE showed that community profile of endophyte bacteria between treatments were not significantly

Agar mahasiswa memahami bilangan acak, model Sistem, simulasi waktu, diagram alir, ketepatan simulasi dan teknik penekanan biaya. Kuliah mimbar Papan tulis,

Sebenarnya beberapa konsep ada pada kepala siswa dan siswa sudah tepat dalam menentukan prosedur terkait masalah yang diberikan, tetapi pada tahap akhir siswa tidak

Penurunan bilangan setana pada biosolar B20 dimungkinkan karena kadar FAME dengan asam lemak takjenuh yang ditambahkan lebih tinggi dibandingkan dengan pada sampel B10

Pendekatan pembelajaran di sekolah menengah atas (SMA) berbeda dengan pendekatan pada tingkat pendidikan dasar. Usia remaja adalah masa bermain dengan kelompok dan