• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL. 13 s.d. 19 April 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAN KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL. 13 s.d. 19 April 2020"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

1

DAN

13 s.d. 19 April 2020

I. Pasar Global

Pasar Saham.Bursa saham AS menguat pada perdagangan pekan lalu.

Indeks Dow Jones ditutup menguat 2,21 persen ke level 24.242,50 pada perdagangan sepekan lalu, indeks S&P 500 menguat 3,04 persen ke level 2.874,56, dan indeks Nasdaq menguat 6,09 persen ke level 8.650,14. Selama sepekan, pergerakan bursa saham AS didorong oleh laporan kinerja Q1-2020, dan sejumlah rilis data ekonomi, serta rencana Pemerintah AS untuk segera membuka kembali perekonomiannya.

Pada pekan lalu, bursa saham AS memasuki musim pelaporan kinerja keuangan Q1-2020. Sejumlah emiten di sektor keuangan melaporkan penurunan kinerja keuangan yang cukup signifikan. Di sisi lain, emiten-emiten di sektor teknologi memiliki kinerja cukup bagus di tengah pandemi Covid-19 dan memberikan dorongan positif bagi bursa saham.

Sentimen selanjutnya datang dari sejumlah rilis data ekonomi, seperti penjualan ritel dan initial jobless claim. Data retail sales pada bulan Maret menunjukkan penurunan sebesar 8,7 persen, yang merupakan penurunan terbesar dalam sejarah. Selain itu, data initial jobless claim pada pekan lalu masih cukup tinggi di angka 5,2 juta, namun lebih rendah bila dibandingkan dengan pekan sebelumnya yang sebesar 6,6 juta.

Indikator 17 April 2020 Perubahan (%)

WoW YoY Ytd

T1 Nilai Tukar/USD ----Euro 0.92 (0.56) (3.27) (3.09) Yen 107.54 0.86 3.96 0.99 GBP 0.80 0.39 (3.92) (6.06) Real 5.23 (2.48) (33.30) (29.89) Rubel 73.97 (0.30) (15.76) (19.33) Rupiah 15,465.00 2.61 (10.11) (11.53) Rupee 76.38 (0.15) (10.14) (7.01) Yuan 7.07 (0.54) (5.43) (1.59) KRW 1,217.95 (0.75) (7.12) (5.34) SGD 1.42 (0.72) (4.96) (5.74) Ringgit 4.37 (1.39) (5.50) (6.81) Baht 32.58 0.26 (2.36) (8.71) Peso 50.91 (0.60) 1.67 (0.51) T2 --- Pasar Modal ---DJIA 24,242.49 2.21 (8.72) (15.05) S&P500 2,874.56 3.04 (1.05) (11.03) FTSE 100 5,786.96 (0.95) (22.43) (23.27) DAX 10,625.78 0.58 (13.06) (19.80) KOSPI 1,914.53 2.89 (13.52) (12.88) Brazil IBrX 867.56 (0.66) (32.49) (31.45) Nikkei 19,897.26 2.05 (9.93) (15.89) SENSEX 31,588.72 1.38 (19.29) (23.43) JCI 4,634.82 (0.31) (28.77) (26.43) Hangseng 24,380.00 0.33 (18.63) (13.51) Shanghai 2,838.49 1.50 (12.67) (6.94) STI 2,614.60 1.68 (21.90) (18.87) FTSE KLCI 1,407.34 3.67 (13.11) (11.42) SET 1,239.24 0.91 (26.02) (21.56) PSEi 5,789.97 5.07 (26.10) (25.91)

T3 --- Surat Berharga Negara ---

Yield 5 th, (FR 81) 7,23 (13) n/a 85 Yield 10 th, (FR82) 7,86 (5) n/a 83 T4 Komoditas ---Brent Oil 28.08 (10.80) (58.60) (56.18) CPO 2,285.00 (4.35) 8.45 (24.86) Gold 1,682.82 (0.82) 31.90 10.91 Coal 62.00 (2.52) (26.58) (8.42) Nickel 12,042.00 3.17 (4.97) (14.14) T5 Rilis Data

---Interest Rate Kanada Apr : 0,25 Mar : 0,25 Industrial Production Tiongkok Mar : (1,1) Feb : (13,5)

CPI (YoY) Uni Eropa Mar : 0,7 Feb : 1,2

Selandia Baru Q1 :2,5 Q4 : 1,9 Retail Sales (MoM) AS Mar : (8,7) Feb : (0,4)

Employment Change Australia Mar : 5,9 Rb Feb : 26,7 Rb Initial Jobless Claims AS Apr : 6,61 Jt Apr : 5,25 Jt

GDP (YoY) Tiongkok Q1 : (6,8) Q4 : 6,0 Highlight Minggu Ini

Bursa saham AS pada perdagangan pekan lalu masih melanjutkan penguatan pekan sebelumnya. Pergerakan bursa saham AS dipengaruhi oleh laporan kinerja Q1-2020, sejumlah rilis data ekonomi, dan rencana Pemerintah AS untuk segera membuka kembali perekonomiannya.

Indeks dolar AS pada pekan lalu menguat sebesar 0,30 persen dari posisi 99,48 menjadi 99,78, sementara yield US Treasury tenor 10 tahun bergerak turun 7 bps di level 0,65 persen. Naiknya yield obligasi pemerintah AS didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap safe haven asset karena pelemahan data retail sales dan initial jobless claim.

Harga minyak Brent kontrak berjangka acuan global melemah 10,80 persen ke level US$28,08 per barel. Pelemahan harga minyak dipengaruhi oleh adanya oversupply akibat adanya lockdown di banyak negara. Sejumlah analis memperkirakan oversupply akan sebesar 10 juta barel per hari akibat turunnya proyeksi permintaan minyak ke level 6,9 juta barel per hari.

Dari pasar keuangan domestik, IHSG melemah 0,31 persen kelevel 4.634,82 secara mingguandengan investor nonresiden mencatatkan

net sell sebesar Rp2,22 triliun dalam sepekan, yield SUN seri benchmark

bergerak turun antara 5 bps hingga 23 bps. Sementara itu, nilai tukar rupiah menguat 2,61 persen terhadap dolar AS ke level Rp15.465. Secara

ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level Rp14.503 per US$.

Di tengah masa pandemi global, Pemerintah Indonesia berhasil menerbitkan global bond sebesar US$4,3 miliar atau setara Rp69 triliun untuk memenuhi kebutuhan penanganan Covid-19. Penerbitan global bond kali ini dipandang sebagai sebuah keberhasilan. Selain berhasil menerbitkan bond dengan tingkat yield yang relatif rendah di tengah volatilitas global, likuiditas valas yang diperoleh dari penerbitan bond

juga berdampak positif pada stabilitas nilai tukar rupiah

(2)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

2

Gambar 4. Slope US Yield curve dan Resesi Gambar 2. Yield treasury AS tenor 10 tahun turun 8 bps

pada hari Jumat (17/4) Terakhir, pernyataan Presiden Trump yang akan segera membuka perekonomian AS menjadi sentimen penguat bursa saham. Trump menyatakan

bahwa AS telah melewati puncak pandemi Covid-19, sehingga bisa segera membuka kembali roda perekonomiannya. Di kesempatan yang sama ia juga memberikan harapan pada para investor dengan menyatakan bahwa perekonomian AS akan langsung meroket begitu dibuka kembali setelah wabah Covid-19 selesai.

Dari kawasan Eropa, bursa saham FTSE 100 Inggris melemah, sedangkan bursa saham DAX Jerman masih melanjutkan penguatan pekan sebelumnya. Melemahnya bursa saham FTSE 100 di Inggris disebabkan oleh kekhawatiran investor terhadap wabah Covid-19 yang masih mewabah di Inggris. Selama sepekan lalu, angka kasus baru dan kematian di Inggris akibat Covid-19 masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara di kawasan Eropa lainnya. Untuk itu, Pemerintah Inggris memutuskan untuk

memperpanjang masa lockdown hingga 3 minggu ke depan.

Kondisi sebaliknya terjadi di Jerman. Meskipun angka pasien positif Covid-19 lebih banyak dibandingkan dengan Inggris, Jerman berhasil menekan angka kematian ke level terendah di kawasan. Penanganan pasien Covid-19 di Jerman yang dianggap baik tersebut meningkatkan kepercayaan investor di bursa saham.

Sentimen-sentimen tersebut berpengaruh terhadap pergerakan bursa saham di Inggris dan Jerman pada pekan lalu. Bursa saham FTSE 100 di Inggris melemah sebesar 0,95 persen ke level 5.786,96, sedangkan bursa saham DAX di Jerman menguat sebesar 0,58 persen ke level 10.625,78.

Dari kawasan Asia, mayoritas indeks saham di bursa saham utama negara-negara kawasan Asia ditutup menguat pada perdagangan saham pekan lalu. Investor memandang bahwa pandemi Covid-19 di kawasan Asia dapat tertangani dengan baik. Pada pekan lalu, bursa saham Kospi di Korea Selatan menguat 2,89 persen ke level 1.914,53, bursa saham Nikkei di Jepang menguat 2,05 persen ke level 19.897,26, bursa saham Hangseng di Hong Kong menguat 0,33 persen ke level 24.380,33, bursa saham Shanghai di Tiongkok menguat 1,50 persen ke level 2.838,49, bursa saham STI di Singapura menguat 1,68 persen ke level 2.614,60, dan bursa saham FTSEKLCI di Malaysia menguat 3,67 persen ke level 1.407,34.

Pasar Uang. Indeks dollar AS berbalik menguat sebesar 0,30 persen dalam sepekan terhadap enam mata uang utama dunia dari posisi 99,48 pada Jumat (10/4) menjadi 99,78 pada akhir perdagangan pekan lalu (17/4).

Investor mulai beralih pada safe haven asset setelah rilis data ekonomi AS yang menimbulkan kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi global dari wabah virus corona akan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Departemen Perdagangan AS pada Rabu (15/4) melaporkan bahwa penjualan ritel AS bulan Maret mengalami rekor penurunan terburuk dalam sejarah akibat tutupnya aktivitas bisnis dalam rangka mengendalikan penyebaran wabah virus corona. Data penjualan ritel AS bulan Maret turun 8,7 persen (mom) dan merupakan penurunan bulanan terbesar sejak 1992. Sementara itu, Aktivitas manufaktur di kawasan New York juga melemah melampaui periode the Great Recession. Empire State Manufacturing Index mencapai -78,2, lebih buruk dibandingkan periode krisis keuangan yang mencapai -34,3. Namun, daya tarik dollar AS sebagai aset safe haven berkurang pada akhir pekan lalu setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk memulai kembali aktivitas ekonomi AS selama beberapa minggu mendatang. Sejauh ini, penutupan di seluruh AS telah menyebabkan 22 juta orang Amerika kehilangan pekerjaan.

Gambar 3. Fed Balance Sheet dan government bond yields

(3)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

3

Gambar 6. Selain minyak Brent dan WTI, harga hard commodities yang diamati menguat secara mingguan

Gambar 5. Harga minyak mentah Brent, minyak mentah WTI, dan batubara ICE Newcastle melemah secara

mingguan

Pasar Obligasi. Yield US Treasury tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu (17/4) ditutup di level 0,65 persen atau turun 7 bps bila dibandingkan penutupan pekan sebelumnya di angka 0,72 persen. Tingkat imbal hasil obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun pada pekan lalu berbalik turun dibandingkan dengan pekan sebelumnya, didorong oleh naiknya permintaan

US treasury bond akibat melemahnya sejumlah data indikator ekonomi, seperti

initial jobless claim dan retail sales. Pelemahan tersebut mendorong investor beralih ke safe haven asset.

Pasar Komoditas.Harga minyak Brent kontrak berjangka acuan global turun tajam pada perdagangan pekan lalu. Harga minyak Brent acuan global melemah 10,80 persen ke level US$28,08 per barel. Meskipun OPEC+ telah menyepakati pemangkasan produksi minyak hingga 9,7 juta barel per hari, sejumlah analis memperkirakan masih terjadi over supply minyak mentah sebesar 10 juta barel per hari akibat adanya pandemi Covid-19 yang memaksa banyak negara menerapkan kebijakan lockdown. Pelemahan harga minyak berlanjut setelah OPEC+ merevisi permintaan minyak mentah ke level 6,9 juta barel per hari.

Harga komoditas batu bara ICE Newcastle pada pekan lalu (17/4) ditutup melemah 2,52 persen ke level US$62,00 per metriks ton dibandingkan dengan penutupan pekan sebelumnya di level US$63,60 per metriks ton. Dengan begitu, harga batu bara telah melemah selama tiga pekan berturut-turut.

Pelemahan harga batu bara pada pekan lalu dipengaruhi oleh tiga sentimen utama. Pertama, lesunya impor batu bara di negara-negara konsumen batu bara terbesar di Asia hingga pertengahan April. Selama dua pekan pertama di bulan April, Tiongkok mengimpor batu bara sebesar 8 juta ton, lebih rendah pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 9,8 juta ton. Kebutuhan batu bara Tiongkok untuk dua bulan ke depan diperkirakan akan berkurang mengingat kondisi hidrologis yang baik, akan mendukung pembangkit listrik tenaga air Tiongkok. Refinitiv memperkirakan, volume penurunan kebutuhan batu bara dapat mencapai 0,7 juta ton pada April dan 1,3 juta ton pada Mei. Sementara itu, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang juga menunjukkan kinerja impor batu bara yang menurun. Impor batu bara termal Korsel dan Jepang dari Australia tercatat masing-masing mengimpor 2,3 dan 5,3 juta ton pada dua pekan pertama bulan April. Volume impor tersebut masih jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu Korsel mengimpor batu bara termal sebesar 5,5 juta ton, sementara Jepang mengimpor 7 juta ton.

Sentimen kedua, datang dari salah satu bank terbesar di Jepang, Mizuho, yang pada Rabu (15/4) mengirimkan surat kepada investornya sebagai bentuk komitmen untuk mengurangi penyaluran kredit ke sektor pembangkit listrik tenaga batu bara. Kreditor terbesar di sektor pembangunan pembangkit listrik bertenaga batu bara tersebut akan menghentikan penyaluran kredit untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru. Mizuho juga akan memangkas saldo kredit untuk sektor pembangkit listrik bertenaga batu bara sebesar 300 miliar yen, menjadi setengahnya mulai Maret dan akan berhenti membiayai secara total pada 2050. Keputusan tersebut diambil Mizuho setelah mendapat tekanan dari investornya dari Eropa dan jaringan pemerhati lingkungan, Kiko Network.

Sentimen terakhir, berasal dari kajian terbaru IMF yang membahas mengenai prospek ekonomi global tahun ini. IMF menyebutkan pandemi Covid-19 adalah sebuah fenomena 'Great Lockdown' yang memicu terjadinya resesi global. Dalam laporannya itu, IMF memperkirakan ekonomi global akan terkontraksi sebesar 3 persen pada 2020.

Gambar 7. Semua harga soft commodities melemah secara mingguan

(4)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

4

Dari komoditas CPO, harga CPO berjangka kontrak acuan di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pekan lalu melemah sebesar 4,35 persen. Harga CPO ditutup melemah ke level 2.285 Ringgit/ton pada Jumat (17/4) dari penutupan pekan sebelumnya di level 2.389 Ringgit/ton. Pelemahan harga CPO pada pekan lalu terjadi ditengah pembatasan aktivitas sosial di masyarakat untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Pembatasan tersebut diperkirakan akan menyebabkan konsumsi atas CPO menurun. Direktur Jenderal Dewan Sawit Malaysia, Ahmad Parveez Ghulam Kadir mengatakan bahwa permintaan sawit dunia tertekan hebat karena kebijakan

lockdown di seluruh dunia. Namun, kabar penemuan obat Covid-19 oleh perusahaan farmasi asal AS, Gilead Sciences, meredam pelemahan harga CPO lebih dalam.

IHSG melemah 0,31 persen pada perdagangan minggu lalu ke level 4.634,82 dan diperdagangkan di kisaran 4.463,81 – 4.747,73. Investor non residen mencatatkan net sell pada perdagangan pekan lalu, dengan total mencapai Rp2,22 triliun dan tercatat jual bersih sebesar Rp4,56 triliun

secara mtd dan Rp14,87 triliun secara ytd. Nilai rata-rata

transaksi perdagangan harian selama sepekan terpantau turun dari level Rp7,49 triliun ke level Rp6,48 triliun pada pekan lalu.

Dari pasar SBN, yield SUN seri benchmark pada Jumat (17/4) bergerak turun antara 5 hingga 23 bps dibandingkan posisi Kamis (9/4). Yield

obligasi tenor 5 tahun menjadi seri benchmark yang mengalami penurunan

yield paling besar sebesar 23 bps, sedangkan tenor 10 tahun menjadi yang terkecil sebesar 5 bps.Berdasarkan data setelmen BI tanggal 16 April 2020, kepemilikan investor non residen turun sebesar Rp2,34 triliun (0,25 persen) dibandingkan posisi Kamis (9/4), dari Rp924,22 triliun (32,40 persen) ke posisi Rp921,88 triliun (32,12 persen).

Nilai tukar Rupiah menguat sebesar 2,61 persen pada sepekan lalu ke level 15.465 per US$. Secara year to date Rupiah tercatat melemah sebesar 11,53 persen terhadap US$. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah relatif

meningkat selama sepekan lalu, sebagaimana tercermin dari

perkembangan spread harian antara nilai spot dan non deliverable forward 1 bulan yang bergerak naik dalam rentang Rp118 sampai Rp311 per US$, lebih

tinggi dibanding spread Rp-29 sampai Rp245 per US$ pada pekan

sebelumnya. Pekan lalu, Rupiah diperdagangkan di kisaran 15.438 – 15.813 per US$. Secara ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level Rp14.503 per US$.

III. Perekonomian Internasional

Dari kawasan AS, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat pada Kamis (16/4) kembali melaporkan jumlah klaim tunjangan pengangguran (Initial Jobless Claims) pada pekan yang berakhir 11 April 2020 sebesar 5,2 juta, turun dibandingkan pekan sebelumnya yang sebanyak 6,6 juta. Sehingga dalam empat pekan, total sebanyak 22,0 juta AS telah mengisi klaim pengangguran. Angka tersebut sedikit lebih rendah dari yang pernah terjadi sejak November 2009 atau pasca the Great Depression yang sebanyak 22,4 juta pekerjaan. Selanjutnya, data penjualan ritel AS mengalami penurunan selama dua bulan berturut-turut dan mencapai rekor penurunan terbesar sejak tahun 1992 pada Maret 2020. Penjualan ritel AS turun 8,7 persen (mom) pada Maret 2020, melebihi penurunan pada bulan sebelumnya sebesar 0,4 persen. Penurunan terbesar disumbang oleh penjualan pakaian dan aksesoris yang turun 50,5 persen dari bulan sebelumnya. Sementara itu, penjualan makanan dan minuman naik 25,6 persen (mom) pada Maret 2020. Belanja konsumen turun selama upaya mitigasi pandemi virus corona dimana banyak bisnis yang tutup dan social distancing yang dilakukan masyarakat.

Gambar 9. Tekanan terhadap Rupiah lebih rendah

dibanding pekan sebelumnya

Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia sepekan: Rupiah

terapresiasi, IHSG menguat, dan yield SBN seri

benchmark turun

Gambar 10. Nilai tukar mata uang utama Asia yang diamati tercatat bervariasi terhadap dolar AS secara

(5)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

5

Gambar 12.Inflasi Zona Euro tercatat sebesar 0,7 persen

yoy pada Maret 2020

Gambar 13. PDB Tiongkok melemah sebesar 6,8 persen yoy

pada Q1 2020 Dari kawasan Eropa, Inflasi (CPI) di Zona Euro pada Maret 2020 tercatat di

angka 0,7 persen (yoy) dan untuk Inflasi inti (Core CPI) tercatat pada level 1,0 persen (yoy). Sektor pelayanan memberi kontribusi terbesar dengan peningkatan 0,6 persen, sedangkan sektor energi turun paling besar sebanyak -0,45 persen.

Produksi industri di zona Eropa turun tipis pada Februari, bahkan sebelum pemberlakuan luas kebijakan lockdown secara luas. Secara bulanan, produksi turun 0,1 persen, jauh berkurang dibandingkan catatan pada Januari yang naik hingga 2,3 persen. Secara tahunan, produksi turun hingga 1,9 persen.

Dari kawasan Asia Pasifik, Perekonomian Tiongkok tumbuh negatif untuk pertama kalinya sejak 1992 pada Q1-2020. Biro Statistik Tiongkok melaporkan, Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok tumbuh negatif 6,8 persen pada periode Januari-Maret jika dibandingkan QI-2019 lalu. Pandemi Covid-19 menjadi pendorong utama pelemahan di negara kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia. Pada Q1-2020, penjualan ritel turun 19 persen dari tahun lalu. Sementara produksi industri turun 8,4 persen. Dari data terbaru, selama Januari dan Februari aktivitas ekspor dan manufaktur juga anjlok.

Tiongkok juga mengumumkan neraca perdagangan bulan Maret yang menunjukkan penurunan, namun penurunan tersebut tidak seburuk prediksi pelaku pasar. Ekspor Tiongkok denominasi dolar AS pada bulan Maret turun 6,6 persen (yoy) jauh lebih baik dibandingkan prediksi Reuters yakni penurunan sebesar 14 persen (yoy). Sementara impor pada periode yang sama turun 0,9 persen (yoy), lebih bagus daripada prediksi penurunan 9,5 persen (yoy). Akibatnya neraca dagang Tiongkok mengalami surplus US$ 19,9 miliar, lebih tinggi ketimbang prediksi US$18,55 miliar.

IV. Perekonomian Domestik

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13-14 April 2020

memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR)

sebesar 4,50 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,25 persen. Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang saat ini masih relatif tinggi, meskipun Bank Indonesia tetap melihat adanya ruang penurunan suku bunga dengan rendahnya tekanan inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tumbuh melambat pada Februari 2020. Menurut laporan Bank Indonesia (BI), posisi ULN pada akhir Februari. 2020 sebesar US$407,5 miliar yang terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar US$203,3 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar US$204,2 miliar. Secara persentase, ULN Indonesia tumbuh 5,4 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,6 persen (yoy).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI surplus sebesar US$743 juta pada Maret 2020. Berdasarkan catatan BPS, ekspor Maret 2020 sebesar US$14,09 miliar, sedangkan kinerja impor lebih kecil sebesar US$13,35 miliar. Sepanjang Januari hingga Maret 2020, neraca perdagangan telah membukukan surplus sebesar US$2,62 miliar.

Gambar 11. Penjualan retail AS kembali berkontraksi pada bulan Maret 2020

(6)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

6

Selanjutnya

, global bond

yang akan tercatat di bursa saham Singapura dan Jerman tersebut akan digunakan untuk membiayai defisit APBN tahun 2020 yang diprediksi akan meningkat karena adanya kebutuhan anggaran dalam rangka penanganan pandemi Covid-19, dan menjaga perekonomian nasional dari ancaman krisis.

Tingginya kebutuhan anggaran untuk penanganan Covid-19 membuat Pemerintah memerlukan sumber-sumber pembiayaan baru yang memiliki risiko dan biaya rendah. Untuk itu,

global bond

menjadi salah satu pilihan yang paling masuk akal di tengah keterbatasan likuiditas pembiayaan di dalam negeri. Selain, cenderung memiliki

yield

yang lebih stabil,

global bond

juga menjadi

pertimbangan karena Pemerintah akan memperoleh valas yang dapat menambah likuditas di dalam negeri. Likuiditas valas sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sekaligus untuk memenuhi kebutuhan valas. Sebagai penutup, penerbitan

global bond

kali ini dipandang sebagai sebuah keberhasilan. Selain berhasil menerbitkan bond dengan tingkat

yield

yang relatif rendah di tengah volatilitas global, likuiditas valas yang diperoleh dari penerbitan

bond

juga berdampak positif pada nilai tukar rupiah dalam 2 pekan terakhir. Pada penutupan perdagangan valas pekan lalu, Rupiah berhasil menguat ke level Rp15.413 per USD setelah dalam beberapa waktu sebelumnya masih berada di atas level Rp16.000 per USD. (

RF

)

PenanggungJawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan

Penyusun: Kindy Rinaldy Syahrir, Alfan Mansur, Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho

Tajuk: Kindy Rinaldy Syahrir

Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News

Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

menutup

Spring Meeting

yang diselenggarakan

sepanjang minggu lalu. Para

pembuat kebijakan

menyampaikan pesan

mengenai kekhawatiran

yang bercampur dengan optimisme prospek ekonomi ke depan. Para Menteri Keuangan dunia mengakhiri pembicaraan di Washington

DC yang memadukan

kekhawatiran terhadap

keadaan ekonomi dunia yang bergerak melambat saat ini dengan keyakinan

akan segera pulih.

Pergeseran tren yang

menjauh dari pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral, kebijakan stimulus baru-baru ini di Tiongkok dan meredanya

ketegangan perdagangan

menjadi harapan bahwa perlambatan ekonomi akan berlangsung tidak terlalu lama meskipun tidak ada

yang memperkirakan

momentum

booming

baru.

Rally

pasar saham yang kini

terjadi cukup mengundang optimisme tentang prospek pertumbuhan untuk berbalik "menguat." Direktur Pelaksana IMF Christine

Lagarde tetap

memperingatkan dunia

berada pada "saat yang

Tajuk Minggu Ini:

Keberhasilan Penerbitan Global Bond Di Tengah Pandemi

Di tengah Pandemi Covid-19, Pemerintah Indonesia berhasil menerbitkan

global bond

senilai US$4,3 miliar atau senilai Rp69 triliun. Penerbitan

global bond

tersebut merupakan yang pertama dilakukan oleh negara di Asia dalam periode pandemi Covid-19. Dalam penerbitan yang dilakukan pada 6 April 2020 tersebut, Pemerintah menerbitkan

global bond

dalam 3 tenor yang berbeda: tenor 10 tahun senilai US$1,65 miliar, tenor 30 tahun dengan nilai US$1,65 miliar, dan US$1 miliar dengan tenor 50 tahun. Angka ini merupakan penerbitan

global bond

terbesar dalam sejarah Republik Indonesia.

Untuk

global bond

dengan tenor 50 tahun, ini merupakan surat utang dengan tenor terpanjang yang pernah diterbitkan oleh Pemerintah. Tenor 50 tahun juga merupakan yang pertama kali diterbitkan oleh negara di kawasan Asia Tenggara. Dari US$1 miliar yang ditawarkan ke investor,

global

bond

tenor 50 tahun bahkan mengalami

oversubscribed

sebesar 2,5 kali atau US$2,5 miliar. Hal tersebut menunjukkan kepercayaan investor terhadap kredibilitas surat utang Pemerintah Indonesia yang terjaga.

Tingginya kepercayaan investor terhadap kredibilitas surat utang pemerintah Indonesia juga memberikan keuntungan untuk memperoleh tingkat suku bunga optimal pada periode lelang. Bahkan, di tengah volatilitas sektor keuangan saat ini, Pemerintah Indonesia berhasil menerbitkan

global bond

dengan tingkat imbal hasil yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan periode penerbitan sebelumnya. Pada lelang yang dilakukan pekan lalu tersebut, Pemerintah berhasil memperoleh

yield

untuk tenor 10, 30, dan 50 tahun masing-masing adalah sebesar 3,90 persen, 4,25 persen, dan 4,50 persen. Untuk tenor 10 dan 30 tahun,

yield

tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan penerbitan pada tahun 2018 yang sebesar 4,78 persen dan 5,38 persen. Selain itu, apabila dibandingkan dengan negara berkembang yang lain, surat utang Pemerintah Indonesia tenor 10 tahun juga memiliki

yield

yang lebih rendah. Sebagai informasi,

yield

global bond

dengan tenor 10 tahun di negara berkembang

seperti Brazil, Meksiko, dan Turki masih berada di atas level 4,5 persen.

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal

PenanggungJawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan

Penyusun: YG Nugroho Agung Wijoyo, Risyaf Fahreza, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho, Zerah Aprial Pasimbong

Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News

Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

Yield Global Bond Indonesia Lebih Rendah Dibandingkan Sejumlah Negara Berkembang

Gambar

Gambar 1. Pasar Saham Global
Gambar 4. Slope US Yield curve dan Resesi  Gambar 2. Yield treasury AS tenor 10 tahun turun 8 bps
Gambar 6. Selain minyak Brent dan WTI, harga  hard  commodities  yang diamati menguat secara mingguan
Gambar 8.  Pasar Keuangan Indonesia sepekan: Rupiah  terapresiasi, IHSG menguat, dan  yield  SBN seri
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang experience, emotional, dan brand trust yang dialami konsumen sehingga menjadikan

Total produksi batu bara dari Balangan Coal Companies pada tahun 2020 tercatat 4,58 juta ton, atau turun 8% y-o-y dan total pengupasan lapisan penutup untuk periode yang sama mencapai

Untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Kedeputian PSA yang telah ditetapkan, maka Pusat AKreditasi Lembaga Sertifikasi sebagai salah satu Unit

Pemenuhan tujuan ini akan diakibatkan oleh pengembangan kekuatan absolut dan relatif, masa otot dan elastisitasnya, perkembangan kekuatan khusus (power atau daya tahan

Kemudian program akan melakukan pencarian string teks dengan tiap pola yang telah diprogram dan jika ditemukan string dengan pola yang sesuai maka string akan

Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2010, Okta, Hesti, Sekar, Irma, Dani, Iman, Deby, Rosyid, Banar dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu

Berdasarkan hasil rekapitulasi penelitian, secara keseluruhan faktor internal pegawai dengan skor 1255, faktor lingkungan internal organisasi dengan skor 1344, dan

Jika dilihat dari aspek gender, dapat dikaitkan dengan gender differences (perbedaan gender) dalam kebiasaan berkendara sepeda motor. Perbedaan gender yang ada dalam