• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Strategik Pondok Pesantren dalam Mencetak Kader Da i Multi Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manajemen Strategik Pondok Pesantren dalam Mencetak Kader Da i Multi Bahasa"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Diterima: Oktober 2020. Disetujui: November 2020. Dipublikasikan: Desember 2020 357

Volume 5, Nomor 4, 2020, 357-374 DOI 10.15575/tadbir.v5i4.957 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/tadbir ISSN: 2623-2014 (Print)ISSN: 2654-3648 (Online)

Manajemen Strategik Pondok Pesantren dalam

Mencetak Kader Da’i Multi Bahasa

Winda Siti M.S.1*, Dindin Solahudin2 & Arif Rahman3

2Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

13Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

*Email : [email protected]

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis manajemen strategik yang terdiri dari formulasi, implementasi serta evaluasi strategi Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah dalam rangka mencetak kader da’i multi bahasa. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik observasi, studi dokumentasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Manajemen Strategik Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah terdiri dari 3 unsur:

Pertama, formulasi dilakukan dengan membuat berbagai program kegiatan yang mendukung dalam mencetak kader da’i multi bahasa. Kedua, implementasi berupa pelaksanaan berbagai program disertai prosedur program yang telah ditentukan, serta adanya pembentukan dan pelaksanaan organisasi santri untuk membantu merealisasikan setiap program kegiatan. Ketiga, evaluasi yang dilakukan Pondok Pesantren dalam mencetak kader da’i multi bahasa yaitu dengan melakukan berbagai penilaian, seperti penilaian tertulis melalui berbagai ujian tulis, serta penilaian secara lisan mengenai kebahasaan.

Kata Kunci : Manajemen Strategik; Pesantren; Kader Da’i; Multi Bahasa

ABSTRACT

This paper aims to analyze strategic management which consists of the formulation, implementation and evaluation of strategies in Al-Ihsan Baleendah Islamic Boarding School in order to produce multi-language cadres. The method used in the research is descriptive method with a qualitative approach. Data collection is done by using observation techniques, documentation studies, interviews, and literature studies. The results of the study show that the Strategic Management of Al-Ihsan Baleendah Modern Islamic Boarding School consists of 3 elements: First, the formulation is carried out by making various program activities that support the printing of multi-language cadres. Second, implementation in the form of implementing various programs accompanied by program procedures that have been determined, as well as the establishment and implementation of santri organizations to help realize each activity program. Third, the evaluation conducted by Pondok Pesantren in printing multi-language cadres is by conducting various assessments, such as written assessments through various written examinations, and verbally evaluating linguistics.

(2)

358 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374 PENDAHULUAN

Pondok pesantren merupakan suatu lembaga dakwah Islam yang didalamnya terdapat fasilitas tempat tinggal bagi para santri dalam menuntut ilmu agama Islam yang diajarkan oleh para ustadz atau kiai untuk mendapatkan bekal kelak menjadi calon kader da’i. Pondok pesantren ini dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke-13. Beberapa abad kedepan, lembaga ini semakin berkembang dengan tersedianya fasilitas pembelajaran, dan fasilitas tempat tinggal bagi para santri yang kemudian dinamakan pesantren (Khusnurdilo, 2005: 1).

Lembaga pesantren yang pada saat penjajahan Belanda dan Jepang mengalami berbagai rintangan dalam memajukan dan mengembangkannya, kini lembaga tersebut semakin berkembang pesat dengan berusaha memulihkan dan mengembangkan ilmu, terkhusus ilmu agama di Indonesia. Hingga saat ini, pondok pesantren mulai terkenal dan banyak peminatnya. Selain itu, pondok pesantren mulai melengkapi berbagai fasilitas yang dibutuhkan para santri, seperti tempat untuk mengaji, kamar tidur, kamar mandi, lapangan olahraga, dan bahkan saat ini sudah banyak lembaga pesantren yang mendirikan sekolah umum dan perguruan tinggi.

Demikian pula, kurikulum pesantren pun berkembang, tidak hanya belajar

kitab kuning seperti bandongan dan sorogan saja, namun diseimbangkan dengan

sistem pembelajaran modern, seperti belajar bahasa asing (Bahasa Inggris dan Bahasa Arab), kemudian menambahkan kurikulum akademik (pemerintah), seperti fisika, matematika, sosiologi, sejarah, biologi. Begitu pula dengan tenaga pengajarnya, yang mana pada zaman dahulu hanya dipimpin atau digurui oleh seorang kiai yang merupakan pimpinan atau pendiri pondok pesantren tersebut, kini tenaga pengajar yang berpusat pada kiai mulai berkurang.

Pengurus pesantren umumnya merekrut alumni-alumni dari pondok pesantren, perguruan tinggi, khususnya dari perguruan tinggi Islam untuk bersedia menjadi pengajar di pesantren tersebut. Keadaan pesantren yang sudah mengalami perkembangan, baik dalam hal fasilitas, kurikulum, maupun tenaga pengajar memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat muslim di Indonesia. Di era globalisasi saat ini, dimana semakin berkembangnya teknologi, maraknya budaya luar yang masuk ke Indonesia khususnya agama Islam, dan persaingan begitu ketat, membuat setiap orang khususnya pihak pesantren bertindak lebih hati-hati dalam mengawasi lingkungan pesantren.

Salah satu yang dapat dilakukan dalam menghadapi persaingan tersebut yaitu dengan melakukan pembinaan kepada para santri agar menjadi kader da’i yang berorientasi global, yaitu kader da’i yang berkualitas, multi bahasa, dan profesional. Dalam mencetak kader da’i yang berorientasi global, maka dibutuhkan suatu konsep manajemen stategik agar dapat memberikan hasil yang terkelola dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Konsep tersebut di

(3)

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374 359

awali dengan menganalisis formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

Tahapan konsep manajemen strategik yang diaplikasikan di pondok pesantren yang diteliti ini diawali dengan mendefinisikan visi misi yang melibatkan

beberapa pihak di pondok pesantren serta mengadakan study banding ke Pondok

Modern Gontor dan beberapa pondok pesantren lainnya, selanjutnya yaitu menganalisis lingkungan. Setelah melakukan analisis lingkungan, yaitu merumuskan strategi untuk mencetak kader da’i multi bahasa. Salahsatu strategi yang dilakukan di pondok pesantren yang diteliti ini yaitu dengan mengadakan pembinaan kepada para santri agar kelak menjadi kader da’i yang berorientasi global. Pembinaan ini bertujuan untuk menghadapi era globalisasi saat ini, dimana persaingan semakin ketat, dan bertujuan pula untuk mencetak kader da’i multi bahasa. Dalam upaya mewujudkan misi dan mengelola strategi di atas agar mencapai tujuan yang optimal, maka Pondok Pesantren mengaplikasikan tahapan manajemen strategik.

Hasil penelitian terdahulu yang membahas mengenai Manajemen Strategik Pondok Pesantren yaitu skripsi karya Asep Kurniawan yang berjudul Manajemen Strategik Pondok Pesantren dalam Menyiapkan Kader Da’i yang Berkualitas. Penelitian selanjutnya yaitu skripsi karya Solahudin Majid yang berjudul Manajemen Strategi Pesantren dalam Mengembangkan Bakat dan Minat Santri. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini yakni bahwa penelitian saat ini lebih memfokuskan kepada manajemen strategik pondok pesantren dalam mencetak kader da’i multi bahasa, yang mana dalam setiap formulasi, implementasi, serta evaluasinya hanya fokus membahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan program kebahasaan.

Lokasi penelitian skripsi dilakukan di salahsatu pondok pesantren yang ada di Baleendah, yakni Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, yang berada di jalan Adipati Agung, No.40 Bandung. Awal mula berdirinya pondok pesantren ini dilatarbelakangi oleh kedatangannya alumni dari Pondok Modern Gontor, diantaranya yaitu Ustadz Mahrus As’ad, Ustadz Dede Rohanda, dan Ustadz Suismanto untuk menemui Ustadz K.H. Ujang Muhammad HM., yang mana beliau merupakan alumni senior dari Pondok Modern Gontor yang pada saat itu menjabat sebagai pimpinan di sebuah lembaga pendidikan umum yang berada di Jl. Denki Selatan V Kodya Bandung. Tujuan mereka menemui K.H. Ujang Muhammad HM, yaitu ingin menyampaikan maksud untuk mendirikan lembaga pesantren yang memiliki nuansa seperti Pondok Pesantren Modern Gontor, salahsatunya seperti diwajibkannya berbicara bahasa Asing dalam sehari-hari yaitu bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Dengan berbagai usaha, perjuangan menghadapi berbagai rintangan dan do’a yang maksimal dalam memenuhi maksud tersebut, maka berdirilah sebuah pondok pesantren yang akhirnya diberi nama Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah. Peneliti memilih lokasi tersebut dengan

(4)

360 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374

alasan sebagai berikut: Pertama, objek dan permasalahan penelitian ini sesuai

dengan ranah jurusan peneliti; kedua, adanya ketertarikan terhadap berbagai

program kegiatan serta pengelolaan dari bidang pengasuhan santri dalam membagi tugas untuk membimbing para santri dalam mencetak kader da’i multi bahasa;

ketiga, objek penelitian di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah ini tidak sulit dijangkau, sehingga waktu untuk observasi lebih efisien, dan tidak mengeluarkan biaya dan tenaga yang besar.

Dari latarbelakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat

dirumuskan beberapa masalah dengan rumusan masalah sebagai berikut: Pertama,

bagaimana formulasi strategi Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

dalam mencetak kader da’i multi bahasa ?; kedua, bagaimana implementasi strategi

Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah dalam mencetak kader da’i multi

bahasa ?; ketiga, bagaimana evaluasi strategi Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan

Baleendah dalam mencetak kader da’i multi bahasa ?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif. Alasannya yaitu karena metode deskriptif dapat membantu menggambarkan suatu objek secara tepat, jelas, dan menyeluruh (Sadiah, 2015: 79). Kemudian dilihat dari proses pengumpulan datanya ialah dengan melalui observasi, dan wawancara bersama pimpinan bidang pengasuhan santri, serta pembina dan pengurus organisasi santri Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, kemudian melalui metode studi dokumentasi, dan studi kepustakaan yang berkaitan dengan manajemen pondok pesantren khususnya dalam hal pembinaan kepada para santri dalam mencetak kader da’i yang berorientasi global, yakni kader da’i multi bahasa. Maka dengan melakukan proses pengumpulan seperti itu akan menghasilkan data yang konkret, dan tersusun.

LANDASAN TEORITIS

Teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori manajemen strategik, pondok pesantren, dan kader da’i. Manajemen strategik merupakan ilmu

dan seni dari proses pembuatan (formulating), penerapan (implementing), serta

evaluasi (evaluating) berbagai keputusan strategis antar fungsi yang mungkin dapat

tercapainya berbagai tujuan yang diharapkan dalam organisasi (Wahyudi,

1996:15). Adapun tahapan manajemen strategik yaitu: Pertama, tahap formulasi.

Proses dalam tahap ini yaitu mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan tujuan jangka panjang, menyusun strategi

alternatif, memilih strategi khusus. Kedua, tahap implementasi. Proses dalam tahap

ini yaitu membangun suatu tujuan tahunan, kebijakan jangka pendek, motivasi karyawan, mengalokasikan sumber daya, mengembangkan budaya yang

(5)

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374 361

evaluasi. Proses dalam tahap ini yaitu me-review faktor internal dan eksternal,

mengukur kinerja, mengambil tindakan koreksi (Kadmasasmita, 2005: 4).

Menurut M. Arifin, pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan diakui pula oleh masyarakat sekitar dengan menerapkan sistem asrama yang mana para santri mendapatkan ilmu agama dengan mengikuti pengajian yang dipimpin oleh seorang pemimpin di asrama tersebut dengan ciri khas yang sifatnya karismatik juga independen dalam segala hal (Majid, 2018: 67-83).

Menurut Lembaga Research Islam (Pesantren Luhur) menjelaskan pesantren yaitu “sebuah tempat tinggal serta tempat berkumpulnya para santri dalam menuntut ilmu agama Islam”. Dilihat dari segi otonominya, Hiroko Horikoshi mengungkapkan bahwa tujuan pesantren yaitu melatih para santri agar mempunyai kemampuan yang mandiri (Majid, 2018: 67-83).

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan tujuan umum pesantren yaitu membina warga negara agar memiliki kepribadian Muslim sesuai ajaran Islam serta menanamkan keagamaan dalam segala hal dan membentuknya menjadi orang yang berguna untuk agama, warga dan negara. Sebagai sebuah lembaga dakwah, pesantren dinilai paling tua sehingga memiliki sejarah tersendiri. Menurut analisis Lembaga Research Islam dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim sebagai pendiri pesantren pertama dan Sunan Ampel menjadi wali pembina pertama di Jawa. Selanjutnya Sunan Gunung Djati yang menjadi pendiri pesantren khusus di daerah Cirebon (Qomar, 1996:7).

Lembaga pesantren dari tahun ke tahun mengalami berbagai perkembangan secara cepat dengan adanya sifat non-kooperatif dari para ulama kepada kebijakan politik etis pemerintah Belanda pada abad 19. Kebijakan tersebut membahas mengenai pemberian pendidikan modern dari pemerintah Belanda kepada Indonesia, termasuk budaya Barat dengan maksud memberikan balas jasanya (Khusnurdilo, 2005: 1).

Seiring dengan perkembangannya, kini beberapa pondok pesantren menerapkan aspek manajemen, organisasi, serta administrasi pengelolaan. Berdasarkan beberapa kasus, perkembangan tersebut diawali dengan adanya perubahan gaya kepemimpinan di pesantren. Perihal lain, sudah ada beberapa pesantren yang membentuk kepengurusan harian atau dinamakan “Lembaga Payung”, kepengurusan tersebut bertugas mengelola serta menangani berbagai aktivitas pesantren, seperti pendidikan formal, diniyah, majelis taklim, pengasuhan santri, dan lain sebagainya. Secara umum, kendala di pondok pesantren itu dalam hal ketersediaan sumber daya manusia yang profesional. Selain itu, penyelenggaraannya pun seringkali tidak adanya suatu perencanaan. Keadaan seperti itu, jika dilihat dari sudut pandang manajemen modern tentunya tidak baik. Kesulitan serta permasalahan tersebut menyebabkan adanya kesenjangan antara normativitas serta kondisi objektif pesantren.

(6)

362 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374

KH. Sahal Mahfudz (1994) mengemukakan:

“Jika pesantren ingin berhasil dalam mengembangkan masyarakat yang salahsatu dimensinya itu adalah pengembangan sumber daya manusia, maka yang perlu dilakukan pesantren yaitu memaksimalkan ataupun mengelola tenaga sumber daya manusia yang terampil di sebuah lingkungan. Dan sudah seharusnya pesantren dapat mempertahankan potensinya sebagai lembaga pendidikan ataupun dakwah” (Khusnurdilo, 2005: 14).

Sisi terlemah dalam manajemen pondok pesantren yaitu fungsi kaderisasi. Pada kenyataannya, tidak semua kader dapat memenuhi harapan pengkaderannya, sehingga kualitas pondok pesantren semakin berkurang seiring dengan adanya pengkaderan baru. Sistem kaderisasi ini perlu diadakan pembenahan atau evaluasi agar dapat mengapresiasi tuntutan dari masyarakat yang menginginkan semua kegiatan pesantren mendapatkan hasil yang berkualitas. Oleh karena itu, perlu adanya reorientasi dalam sistem kaderisasi dengan menerapkan sistem kaderisasi modern (Khusnurdilo, 2005: 54).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah tepatnya di Jalan Adipati Agung No. 40, suatu daerah di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Pondok Pesantren ini merupakan salahsatu pondok pesantren yang berada di wilayah Kabupaten Bandung Jawa Barat. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Dede Rohanda, sebagai Pimpinan Bidang Pengasuhan Santri, mengemukakan bahwa masyarakat sekitar pondok pesantren sangat terbuka dengan adanya pondok pesantren, dan pondok pesantren pun berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi santri khususnya bagi masyarakat sekitar pondok pesantren. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar masyarakat merasa nyaman, percaya dan ikut terbantu dalam hal spiritual di lingkungannya.

Para pendiri serta para pengasuh pondok pesantren berjuang dan berfikir semaksimal mungkin agar dapat memberikan yang terbaik, karena berdirinya pondok pesantren ini memiliki peluang besar yakni Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah milik bersama, artinya pondok pesantren ini tanpa diberi modal oleh satu keluarga. Pondok pesantren ini bukan milik seseorang, melainkan hasil dari tanah wakaf yang diberikan oleh pemerintah. Sebagai pimpinan tidak mempunyai hak menjadi pemegang ataupun pemilik pondok pesantren. Para pimpinan tidak memberikan biaya dalam pembangunan pondok pesantren, akan tetapi biaya operasional tersebut didapatkan dari biaya setiap bulan para santri serta bantuan dari pemeri Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah pondok pesantren ini bersifat wakaf, tidak menjadi milik personal akan tetapi milik semua

(7)

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374 363

umat Islam yang berada di pondok pesantren, serta siapapun bisa menjadi pimpinan dan pengurus pesantren jika orang tersebut mampu.

Pada tahun 1991, pihak Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah menghubungi pemilik tanah yang diberi kuasa oleh Kabupaten yaitu KH. Bahrul Hayat bahwa pihak pondok pesantren menginginkan tanah tersebut untuk didirikan pesantren, karena pada saat itu tanah tersebut masih kosong. Kemudian KH. Bahrul Hayat mengizinkannya untuk mendirikan pondok pesantren di tempat tersebut. Bapak Dede Rohanda mengungkapkan dengan santri sebanyak 27 orang pada waktu itu, semua pindah dari Jalan Dengki Selatan V ke Baleendah dan belum ada bangunan apa-apa. Yang pertama kali dijadikan tempat tinggal serta proses belajar mengajar para santri itu adalah masjid, setelah tahun 1997, jumlah santri bertambah menjadi 75 orang, dan belum ada santri putri. Santri putri baru diadakan pada tahun 2000. Pada tahun 2000/2001 Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah menerima santri putra serta puteri yang sampai saat ini semakin berkembang, dengan jumlah 770 santri, yang mana 120 orang santri, baik putera maupun puterinya merupakan pengurus OPPM. Selain itu, pembina ataupun ustadz yang ada di pondok pesantren berjumlah 20 orang, yakni 10 orang putera dan 10 orang puteri. Hasil penelitian ini menemukan formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi dalam mencetak kader da’i multi bahasa.

Formulasi Strategi

Langkah-langkah pada formulasi strategi mendeskripsikan penentuan kemana lembaga dakwah ini akan melangkah, dan bagaimana cara menuju kepada hal tersebut. Hal ini sangat esensial dalam sebuah perencanaan manajemen strategic (Taufiqurokhman, 2016: 23). Formulasi strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah dalam mencetak kader da’i multi bahasa dapat dibagi menjadi beberapa hal, yaitu:

Pertama, Visi dan Misi. Menurut bapak Dede Rohanda selaku pimpinan

Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah bidang pengasuhan santri mengungkapkan bahwa perumusan visi dan misi melibatkan beberapa orang sesepuh di pondok pesantren. Yang terlibat dalam perumusan visi misi diantaranya KH. Ujang Muhammad HM, DR. KH. Mahrus As’ad, M. Ag, KH. Uwes Qorni, SS., M. Pd, KH. Dede Rohanda, S. Pd, H. Nurbayan, M.Pd.I, dan H. Imam Tohari. Pada saat pendirian pondok pesantren, yaitu tahun 1989, belum terbentuknya visi misi. Saat itu pondok pesantren masih berada di jalan Dengki Selatan V Bandung. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1991 pondok pesantren pun pindah ke Baleendah dan pada tahun 1997 dirumuskanlah visi dan misi agar pondok pesantren semakin berkembang dan dapat tercapainya tujuan yang diharapkan. Visi misi ini dirumuskan setelah berdirinya pesantren di Baleendah, yaitu tahun 1997.

(8)

364 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374

Patokan pertama dalam mendirikan pesantren ini yaitu dengan melakukan

study banding ke Pondok Modern Gontor, yang kedua yaitu dengan melihat ke pesantren-pesantren lain yang ada di Jawa Barat, khususnya pesantren yang terdekat. Program yang mengikuti pondok pesantren Gontor, salahsatu diantaranya yaitu program dalam penggunaan bahasa Asing sehari-hari, tidak lain salahsatu tujuannya yaitu membekali para santri dalam menghadapi persaingan global yang semakin berkembang. Latar belakang perumusan visi misi Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah yaitu pihak pondok pesantren hendak membentuk para santri agar dapat berkomunikasi dan terjalin kedekatan dengan masyarakat. Masyarakat tersebut ada yang bersifat daerah, nasional, dan internasional. Seperti dalam golongan masyarakat yang bersifat daerah, para santri ditanamkan untuk dapat membiasakan diri mengamalkan marhabaan, tahlilan, shalawat nabi. Dalam golongan masyarakat yang bersifat nasional, para santri ditanamkan untuk dapat mengikuti berbagai macam perlombaan. Terakhir yaitu golongan masyarakat yang bersifat Internasional, para santri ditanamkan untuk dapat menggunakan 2 bahasa Asing yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris dalam kesehariannya, dilatih pula muhadhoroh, muhadatsah, serta mufrodat.

Kedua, Analisis Lingkungan. Analisis lingkungan dibagi menjadi 2, yaitu

analisis lingkungan dalam yang terdiri dari strenght (kekuatan), dan weakness

(kelemahan), serta analisis lingkungan luar yang terdiri dari opportunity (peluang),

dan threat (ancaman). Berikut analisis lingkungan di Pondok Pesantren Modern

Al-Ihsan Baleendah: (1) Strenght (Kekuatan): Pertama, secara kelembagaan Pondok

Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah di dukung penuh oleh Yayasan Al-Ihsan

Baleendah; kedua, para pengajar serta para pengurus pondok pesantren selalu

bersikap disiplin. Setiap kegiatan yang ada di pondok pesantren berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Mulai dari kegiatan sehari-hari yakni dari bangun tidur sampai tidur kembali. Kemudian dari kegiatan mingguan, bulanan serta tahunan. Sehingga sangat sedikit program yang tidak terealisasi. Hampir

semua program terealisasi; ketiga, sering mendapatkan juara ataupun prestasi dalam

perlombaan-perlombaan di dalam maupun di luar pondok pesantren. Dengan seringnya mendapatkan juara ataupun prestasi khususnya di luar pondok pesantren, maka menjadi kekuatan tersendiri bagi pondok pesantren sebagai pondok yang dapat dipercaya oleh kalangan masyarakat dalam mencetak kader da’i

di masa depan; keempat, sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana

ataupun fasilitas yang ada di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

sangat memadai sesuai dengan kebutuhan para santri; kelima, fasilitas untuk

program kebahasaan tercukupi. Para pengajar serta pengasuhan pondok pesantren baik pengasuhan santri maupun OPPM berusaha membuat program khususnya dalam bidang kebahasaan agar dapat memberikan fasilitas kepada para santri

dalam belajar bahasa, diantaranya: mengadakan club bahasa Arab, club bahasa

(9)

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374 365

serta menghadirkan pengajar yaitu syekh dan alumni Mesir; keenam, alumni santri

pondok pesantren yang berkualitas. (2) Weakness (Kelemahan) : Pertama, visi misi

yang telah ditetapkan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah belum sepenuhnya menjadi pedoman serta arahan dalam mencetak kader da’i multi

bahasa; kedua, program bahasa tidak optimal; ketiga, masih ada santri yang keluar

pondok pesantren tanpa izin pengurus; keempat, para pengajar serta para pengasuh

santri kurang disiplin dalam menggunakan bahasa asing sehari-hari, sehingga

belum bisa menjadi contoh untuk para santri; kelima, ada sebagian data-data

program dari bidang pengasuhan santri yang tidak tertulis ataupun tidak terdata

dengan rapi dalam sebuah dokumen; keenam, kekurangan guru tahfidz yang

menetap di pondok pesantren. (3) Opportunity (peluang): Pertama, banyak alumni

pondok pesantren yang berperan di perguruan tinggi dalam bidang pendidikan;

kedua, di luar pesantren, para santri maupun para pengajar selalu di undang untuk mengisi khutbah jum’at, syukuran haji, syukuran pengajian khitanan, serta

pernikahan; ketiga, para santri yang telah mendapatkan juara ataupun prestasi akan

di undang untuk mengisi seminar, motivasi dan sebagainya kepada para santri

lainnya; keempat, pihak pondok pesantren tidak putus silaturahim dengan para

alumni yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri. (4) Threat (ancaman): Pertama,

tanah yang digunakan pondok pesantren belum sepenuhnya menjadi milik pondok

pesantren; kedua, warga merasa terganggu dengan penggunaan jalanan umum yang

selalu diramaikan oleh para pedagang sekitar asrama santri putri saat hari libur.

Ketiga, Tujuan dan Sasaran. Arah serta wijhah Pondok Pesantren Modern

Al-Ihsan Baleendah secara umum yaitu membentuk pribadi santri yang memiliki keseimbangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), IMTAQ (Iman dan

Taqwa) serta life skill (kecakapan hidup) bahasa Asing.

Keempat, Pembuatan Strategi. Pembuatan strategi dalam mencetak kader da’i di bidang kepesantrenan, yaitu dengan mewajibkan berbicara sehari-hari menggunakan 2 bahasa asing, yakni bahasa Arab dan bahasa Inggris, mengajarkan

berpidato 3 bahasa, mengadakan club bahasa Arab, dan club binaan terhadap santi

yang akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri, mengadakan serta mengikuti berbagai perlombaan seperti perlombaan pidato.

Formulasi strategi ini sesuai dengan konsep manajemen strategik dimulai dari kegiatan perancangan visi dan misi lalu menganalisis situasi internal dan eksternal agar menemukan kesamaan strategi antara kekuatan internal yang dimiliki perusahaan dan peluang yang ada di lingkungan eksternal, kemudian menyelaraskan antara ancaman yang bersifat eksternal serta kelemahan yang bersifat internal. Selanjutnya yaitu menentukan strategi yang akan digunakan untuk menyelaraskan visi misi serta analisis lingkungan (Solihin, 2012: 64).

Formulasi strategik akan dimulai dari perumusan misi dan tujuan organisasi, serta bagaimana lingkungan organisasi baik ektsernal maupun internal yang akan mempengaruhi terhadap perumusan serta perkembangan misi dan tujuan

(10)

366 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374

organisasi serta bagaiamana organisasi melakukan analisis terhadap lingkungan eksternal dan internal dalam suatu organisasi (Kulsum, 2018: 87).

Implementasi Strategi

Implementasi manajemen strategik melibatkan pelaksanaan program spesifik, pembuatan rangkaian tindakan suatu struktur alternatif (seperti tim multifungsi), penugasan tanggungjawab secara spesifik ataupun memprosesnya secara individu maupun grup tertentu, serta mengorganisasi proses (Taufiqurokhman, 2016: 23). Implementasi strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah dalam mencetak kader da’i multi bahasa, dapat dibagi menjadi beberapa hal, yaitu:

Pertama, Pelaksanaan Program. Berdasarkan hasil wawancara bersama ustadz Ildan, selaku pengurus bidang pengasuhan santri putera mengungkapkan bahwa dasar program wajib Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah terdiri dari tiga bagian, yaitu bahasa, seni, serta pramuka. Pelaksanaan strategi dalam program bahasa diantaranya ada muhadhoroh (pidato) menggunakan 3 bahasa, muhadatsah (latihan percakapan bahasa Arab dan Inggris), mufrodat (menghafal kosakata bahasa Arab), latihan-latihan bagi santri yang akan mengikuti

perlombaan, dan mengadakan club 3 bahasa, club tahfidz qur’an, juga binaan

terhadap santri yang akan ke luar negeri. Dan rencana jangka panjang akan mengoptimalkan pelaksanaan TOEFL secara independen. Program bahasa pun menjadi program wajib di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, karena bahasa salahsatu hal yang penting untuk dipelajari agar santri mampu bersaing dengan dunia luar, kemudian bahasa Asing merupakan bahasa Internasional, dan bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an. Itulah alasan pentingnya menerapkan program bahasa. Muhadhoroh atau pidato dilaksanakan setiap seminggu tiga kali, yaitu: malam rabu untuk bahasa Inggris, malam jum’at untuk bahasa Indonesia, dan hari minggu pukul 10.00 WIB untuk bahasa Arab. Kemudian untuk program muhadatsah dilaksanakan seminggu dua kali yaitu pada hari rabu dan jum’at. Sedangkan program mufrodat dilaksanakan setiap hari, selain rabu dan jum’at. Kegiatan muhadhoroh ini dibagi menjadi 8 kelompok, yang mana 1 kelompoknya itu kurang lebih ada 20 orang. Dan di setiap kelas terdapat 2 orang pengurus OPPM bidang bahasa, yaitu kelas V KMI, yang menilai berjalannya kegiatan muhadhoroh. Kegiatan muhadhoroh ini masuk kedalam nilai raport para santri, yang mana aspek penilaiannya yaitu kedisiplinan, ketepatan waktu, teks muhadhoroh, kehadiran selama muhadhoroh. Dalam setiap muhadhoroh, yang tampil itu kurang lebih 7 sampai 8 orang. Sisanya yang pada saat itu tidak tampil diberi tugas untuk dapat mengambil intisari dari apa yang disampaikan oleh santri yang tampil muhadhoroh. Kemudian minimal H-1 kegiatan muhadhoroh berlangsung, para santri yang akan tampil muhadhoroh wajib memberikan teks muhadhoroh kepada para pengurus OPPM di kelompoknya masing-masing untuk

(11)

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374 367

di periksa terlebih dahulu mana yang harus di perbaiki atau ditambahkan. Program

club bahasa yang dibuat oleh para pengurus belum lama terbentuk. Penyelenggara

program club bahasa ini yaitu dari pihak OPPM. Diantaranya ada club debat santri,

club bahasa Arab, dan club bahasa Inggris. Yang saat ini sudah mulai berjalan yaitu

program club bahasa Arab untuk kelas 5-6, sedangkan club selanjutnya yang baru

direncanakan dan belum diimplementasikan yaitu club bahasa Inggris untuk kelas

1-4, serta club debat santri. Tujuan adanya club bahasa ini agar dapat memudahkan

para pengurus OPPM dalam mempersiapkan para santri untuk mengikuti perlombaan-perlombaan yang diadakan dari luar pondok pesantren agar memiliki persiapan yang lebih matang. Tujuan lainnya yaitu agar dapat mencetak santri lulusan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah yang cakap dalam berbahasa. Penyelenggara dari pihak para pengasuh serta para pengajar saling bekerjasama untuk membentuk binaan terhadap santri yang ingin belajar ke luar negeri, khususnya Mesir. Program binaan ini telah berlangsung sekitar kurang

lebih 4 tahun. Untuk club binaan ke luar negeri dipersiapkan agar para santri dapat

melanjutkan pendidikan ke luar negeri, khususnya di Timur Tengah, yang mana pembinanya yaitu alumni Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah yang telah menyelesaikan belajarnya di Al-Azhar, Mesir, juga dibina oleh seorang Syekh. Rencana program jangka panjang akan mengadakan TOEFL secara independen. Saat beberapa tahun sebelumnya, pernah mengadakan program TOEFL hanya saja penanggung jawab TOEFL tersebut melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, sehingga sempat tidak berjalan efektif.

Kedua, Prosedur Program. Muhadhoroh 3 bahasa ini terdiri dari 2 kelompok santri, yaitu kelompok santri ‘Shigor’ dan kelompok santri ‘Khibar’. Kelompok santri Shigor dapat disebut dengan kelompok santri junior yakni para santri baru baik kelas 1 tsanawiyah, maupun kelas 1 aliyah. Dalam kelompok ini, santri masih diberikan teks muhadhoroh oleh para pembina. Sedangkan kelompok santri Khibar dapat disebut dengan kelompok santri senior, yakni para santri lama kelas 2-5. Dalam kelompok ini, santri sudah diperintahkan untuk membuat teks sendiri dengan judul yang sudah ditentukan. Pengasuhan santri/ pembina muhadhoroh memilih beberapa santri yang lebih pandai dibandingkan temannya dalam menyampaikan muhadhoroh. Dan santri yang pandai muhadhoroh tersebut dipilih menjadi ketua muhadhoroh untuk dapat membimbing serta menilai santri lainnya dalam hal isi teks materi serta penyampaiannya. Prosedur program muhadatsah serta mufrodat hampir sama dengan prosedur program muhadhoroh, yakni para pengasuhan santri/pembina muhadatsah serta mufrodat memilih santri yang lebih pandai dibandingkan temannya dalam muhadatsah serta mufrodat. Lalu santri tersebut membantu santri lainnya dalam membimbing dan mengetes hafalan muhadatsah serta mufrodatnya.

Ketiga, Pengorganisasian. Dalam pengorganisasian di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, pimpinan pondok pesantren yang terdiri dari 3 orang

(12)

368 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374

tersebut, yaitu KH. Uwes Qorni, SS, M. Pd, DR. KH. Mahrus As’ad, M. Ag, dan KH. Dede Rohanda, S. Pd, membentuk tim pengasuhan santri, dan diantara tim pengasuhan santri tersebut bertugas menjadi pembina dalam kegiatan OPPM, dan tugas OPPM yaitu untuk membina dan mengawasi para anggota santri. Dalam menyalurkan kreativitas dan bakat santri di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah disediakan organisasi yang disebut OPPM (Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern) Al-Ihsan Baleendah. Organisasi ini berfungsi untuk membantu pimpinan pondok dalam merealisasikan program-program yang direncanakan. Disamping itu berfungsi sebagai sarana serta wahana latihan bermasyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan salahsatu pengurus OPPM menyebutkan bahwa: bagian-bagian/ bidang yang ada di OPPM yaitu : bagian sekretariat, bagian keuangan (bendahara), bagian WASERBA (Warung Serba Ada), bagian keamanan, bagian pengajaran, bagian penggerak bahasa, bagian penerangan, BRTK (Bagian Rumah Tangga Keasramaan), bagian rohani, bagian kesenian, bagian olahraga, bagian koperasi dapur, bagian kesehatan, bagian perpustakaan, bagian penerimaan tamu.

Implementasi strategi ini sesuai dengan konsep manajemen strategik, yang mana implementasi strategi merupakan suatu rangkaian aktivitas beserta tugas-tugas yang dibutuhkan perusahaan untuk melaksanakan setiap perencanaan strategik yang telah dirumuskan sebelumnya (Amir, 2012: 192). Manjemen strategi pada intinya adalah mengambil alternatif cara atau metode yang dianggap paling baik untuk organisasi dalam segala hal untuk menjadi pendukung gerak usaha tujuan dari organisasi, dan organisasi dituntut untuk melaksanakan manajemen strategi tersebut secara terus menerus dan fleksibel dengan tuntutan kondisi di lapangan (Majid, 2018: 70).

Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi yang dilakukan di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah dalam mencetak kader da’i multi bahasa dapat dibagi menjadi beberapa hal, diantaranya yaitu:

Pertama, Ketercapaian Visi dan Misi. Perumusan visi misi yang sudah ditetapkan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah dalam menyeimbangkan wawasan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), IMTAQ

(Iman dan Taqwa), serta life skill sebagiannya telah diajarkan di KMI (Kulliyatul

Muallimin Al-Islamiyyah).

Kedua, Ketercapaian Tujuan dan Sasaran. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan sasaran tidak jauh berbeda dengan keberhasilan dalam pencapaian visi dan misi. Diantara tujuan dan sasaran yang tercapai yaitu dalam membentuk para santri yang iantara tujuan dan sasaran yang tercapai yaitu dalam membentuk para santri yang memiliki keseimbangan antara wawasan IMTAQ (Iman dan Taqwa),

(13)

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374 369

berbahasa Asing. Dan pondok pesantren masih berusaha dalam mempersiapkan

cendekiawan muslim agar menjadi mudabbir (pendidik), muwahhid (pemersatu),

mujaddid (pembaharu), mujahid (pejuang), dan musaddid (pelurus).

Ketiga, Ketercapaian Pembuatan Strategi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Dede Rohanda selaku pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, beliau mengungkapkan bahwa pembuatan strategi yang telah dirumuskan sebelumya dapat dikatakan telah tercapai sesuai waktu yang

ditentukan. Hanya saja club bahasa yang baru terlaksana yaitu club bahasa Arab,

serta binaan terhadap santri yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Pembuatan strategi yang dibuat oleh Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah yaitu mengadakan latihan muhadhoroh 3 bahasa, mengadakan serta

mengikuti berbagai perlombaan, mengadakan club bahasa, membentuk organisasi

santri, mengadakan pelatihan keorganisasian, serta mengadakan study banding ke

pondok pesantren lainnya, khususnya Pondok Pesantren Modern Gontor.

Keempat, Ketercapaian Pelaksanaan Program dan Prosedur. Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Dede Rohanda selaku pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, beliau mengungkapkan bahwa proses evaluasi dari pelaksanaan program kegiatan di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah yaitu salahsatunya dapat diketahui dari hasil ujian di setiap mata pelajaran, yakni terdiri dari 25 mata pelajaran, baik pelajaran umum, maupun pelajaran kepesantrenan. Pelajaran umum seperti olahraga, pramuka, mata pelajaran dari Departemen Agama (DEPAG), kitab-kitab. Pelajaran kepesantrenan seperti seluruh program kebahasaan. Dalam ujian mata pelajaran kepesantrenan, terdiri dari dua bagian, yaitu: ujian bahasa Arab secara lisan, seperti muhadatsah, mutola’ah, insya, mufrodat, serta terjemah Arab. Dan ujian mata pelajaran bahasa

Inggris, seperti conversation, grammar, reading, serta translation. Ujian tersebut

dilaksanakan selama 20 hari, yakni satu minggu ujian lisan, dan 10 hari ujian tulisan. Selain ujian formal di kelas KMI, ujian non formal pun dapat dilihat dari kemampuan santri dalam berpidato 3 bahasa, mengadakan serta mengikuti perlombaan yang dapat mendukung dalam mencetak kader da’i multi bahasa. Dan semua program kegiatan serta prosedurnya dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

Kelima, Ketercapaian Pengorganisasian. Dalam mengetahui ketercapaian pengorganisasian, pimpinan pondok pesantren beserta pembina dan pengurus organisasi santri mengadakan berbagai rapat. Rapat antara pimpinan dengan para pembina dan ustadz/ustadzah dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Kemudian rapat antara para pembina putra dengan pembina putri dilaksanakan setiap dua minggu sekali, dan rapat antara para pembina dengan OPPM dilaksanakan secara kondisional. Hal-hal yang dibahas dalam rapat tersebut yakni: (1) Perihal pendidikan; (2) Perihal kepesantrenan sehari-hari; (3) Perihal program yang direncanakan; (4) Perihal program kebahasaan, (5) Perihal tahunan, yakni

(14)

370 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374

pergantian pengurus. Rapat mingguan, yakni rapat antar pengasuhan santri/pembina putera dengan pembina putri. Rapat ini dilaksanakan setiap 2 minggu sekali yakni pada malam rabu. Kemudian rapat antar pengasuhan santri/pembina dengan OPPM (Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern) Al-Ihsan yang dilaksanakan secara kondisional. Dalam kinerja pengurus/tim pengasuhan santri, mereka bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dan apabila ada pengurus yang tidak mengerjakan tugasnya, pimpinan akan bertindak untuk memberi peringatan, akan tetapi jika pengurus/santri melakukan pelanggaran yang berat, maka akan diberi sanksi berat oleh pimpinan, seperti pengusiran dari pondok pesantren. Dan hal tersebut sempat terjadi pada tahun lalu. Pengawasan yang dilakukan pimpinan kepada para pembina maupun pengurus OPPM diungkapkan oleh pak Dede Rohanda bahwa pimpinan selalu ada di sekitar pondok pesantren untuk mengawasi para santri, kemudian dalam setiap awal tahun, yaitu pada saat pengangkatan pembina serta OPPM ada pembahasan laporan umum, pimpinan menyampaikan pidato ataupun nasihat. Ada pula pelaksanaan musyawarah kerja yang diberikan materi-materi khusus. Ada pula yang selama satu minggu, para pengurus khusus mendalami masalah kepengurusan dan diajarkan mengenai organisasi. Selain itu, memperkenalkan kegiatan organisasi yang ada di luar pondok, seperti beberapa hari yang lalu selama

5 hari para OPPM mengadakan study banding ke Pondok Modern Gontor dan

jalan-jalan ke Pangandaran. Tiga hari mereka study banding ke Gontor untuk melihat

kegiatan organisasi di setiap bagiannya. Dan sisa dua harinya refreshing ke

Pangandaran. Jumlahnya yaitu 120 santri OPPM sebanyak tiga bus.

Evaluasi strategi ini sesuai dengan konsep manajemen strategik, yakni suatu proses mendapatkan informasi perihal pelaksanaan berbagai rencana bisnis serta kinerjanya dan membandingkan setiap informasi dengan standar yang telah ditentukan. Peter Drucker menuliskan bahwa agar perusahaan tumbuh dan berkembang, maka perlu beroperasi secara efektif dan efisien. Untuk mengetahui keefektifan serta keefisienan kinerja, maka perlu adanya evaluasi atas hasil kerja perusahaan tersebut (Wahyudi, 1996: 139).

Dengan berubahnya situasi lingkungan, baik dalam hal politik, ekonomi, sosial, serta teknologi akan mebuat perencana bergegas untuk mengevaluasi strategi bisnis yang telah diimplementasikan. Hal tersebut berarti para perencana perlu mengadakan penyesuaian terhadap berbagai rencana bisnis yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu mengenai visi, misi, tujuan, sasaran, pengorganisasian, serta hal yang paling utama yaitu strategi. Beberapa rencana bisnis tersebut perlu di evaluasi setiap saat pada waktu tertentu supaya setiap aktivitas perusahaan selalu berjalan sesuai dengan arah yang telah direncakana sebelumnya. Berikut ini berbagai sasaran penilaian dalam perumusan serta pelaksanaan strategi: (1) sasaran penilaian tujuan, (2) sasaran penilaian misi, (3) objek penilaian jangka panjang, (4) objek penilaian strategi induk, (5) sasaran

(15)

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374 371

penilaian struktur organisasi, (6) objek penilaian komposisi manajerial, (7) penilaian proses & gaya manajerial, (8) objek penilaian Manajemen Sumber Daya Manusia, (9) sasaran penilaian pengambilan keputusan, (10) objek penilaian sasaran berbagai bidang fungsional, (11) penilaian strategi manajemen operasional. Dari berbagai pembahasan setiap poin yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa agar suatu organisasi serta seluruh unsurnya dapat mempertahankan eksistensi serta siap tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang kokoh di masa mendatang, maka suatu perusahaan harus berani untuk melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan mengenai hal apa saja yang perlu dipertahankan, dikembangkan ataupun dirubah. (Siagian, 2008: 264). Pengendalian strategik

(strategic control) adalah usaha manajemen untuk melacak suatu strategi saat dilaksanakan, dengan mendeteksi masalah-masalah atau perubahan dengan asumsi-asumsi dasarnya, dan membuat penyesuaian yang diperlukan. Pengendalian strategik ditujukan untuk mengarahkan organisasi pada tujuan strategis jangka panjangnya dalam situasi yang tidak pasti dan seringkali berubah (Kurniawan, 2016: 65).

PENUTUP

Manajemen strategik merupakan ilmu dan seni dari proses pembuatan (formulating), penerapan (implementing), serta evaluasi (evaluating) berbagai keputusan strategis antar fungsi yang mungkin dapat tercapainya berbagai tujuan yang diharapkan dalam organisasi (Wahyudi, 1996: 15).

Manajemen strategik penting dipelajari dan diterapkan di sebuah lembaga, termasuk di lembaga dakwah, salahsatunya yakni pondok pesantren. Beberapa ilmu penting dimanfaatkan dalam pengelolaan pondok pesantren. Yang mana ilmu tersebut akan dapat membantu untuk mencapai kualitas pondok pesantren dalam membina para santri, khususnya di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah, agar dapat membantu proses dalam mencetak kader da’i multi bahasa. Manajemen strategik ini dilakukan semata-mata untuk menjadikan pondok pesantren lebih baik, efektif, semua program terealisasi secara sistematis rasional, terstrukur serta harapan yang direncanakan dapat tercapai dan berkelanjutan.

Dari sekian banyak pembahasan yang telah dipaparkan, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut: pertama, formulasi strategi Pondok Pesantren Modern

Al-Ihsan Baleendah di dasarkan dari visi dan misi, yang kemudian di analisis berdasarkan lingkungan internal serta lingkungan eksternal pondok pesantren, selanjutnya dirumuskan tujuan serta sasaran yang di tuangkan dalam sebuah pembuatan strategi yang menjadi nilai jual inti pondok pesantren. Pembuatan strategi yang dirumuskan oleh para pengurus bidang pengasuhan santri di bidang kepesantrenan yaitu mewajibkan berbicara sehari-hari menggunakan 2 bahasa asing, muhadhoroh (pidato) 3 bahasa, muhadatsah (latihan percakapan bahasa

(16)

372 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374

bahasa Arab dan club binaan terhadap santri yang akan ke luar negeri, mengadakan

serta mengikuti berbagai perlombaan, khususnya perlombaan kebahasaan, mengaplikasikan kemampuan santri & santriwati untuk terjun ke masyarakat, membentuk organisasi santri, mengadakan pelatihan keorganisasian, dan

mengadakan study banding untuk pengurus OPPM. Dan rencana jangka panjang

akan mengoptimalkan pelaksanaan TOEFL secara independen. Kedua,

implementasi strategi di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah dapat diketahui berjalan dengan baik dan efektif. Hal ini dapat dilihat dari program kegiatan, prosedur program serta pengorganisasian yang dapat mendukung para santri dalam mencetak kader da’i multi bahasa. Kegiatan muhadhoroh,

muhadatsah, mufrodat, serta club bahasa dibagi menjadi beberapa kelompok

melalui pengawasan dan penilaian dari para pengurus organisasi santri. Pondok pesantren pun mendatangkan pengajar yang berkompeten dalam bidangnya, diantaranya yaitu alumni Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah yang telah menyelesaikan belajarnya di Al-Azhar, Mesir, dan juga dibina oleh seorang

Syekh. Ketiga, evaluasi strategi Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

dalam mencetak kader da’i multi bahasa telah berjalan dengan efektif dalam setiap tahunnya. Evaluasi yang dilakukan dalam mencetak kader da’i multi bahasa yaitu dengan mengadakan penilaian-penilaian secara tertulis dan lisan. Penilaian secara tertulis dilakukan dengan mengadakan ujian tulis kebahasaan, dan penialai secara lisan dilakukan dengan mengadakan latihan muhadhoroh, mufrodat, muhadatsah serta penggunaan bahasa Asing sehari-hari. Penilaian tersebut dilaporkan setiap pergantian semester.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. T. (2012). Manajemen Strategik; Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Khadmasasmita, A. D. (2005). Manajemen Strategis; Konsep dan Aplikasi. Bandung:

Lembaga Administrasi Negara RI.

Khusnurdilo, M. S. (2005). Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.

Kulsum, U. (2018). Manajemen Strategik dalam Pengelolaan Pesantren. dalam

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah. 3(1). 84-99.

Kurniawan, A. (2016). Manajemen Strategik Pondok Pesantren dalam

Pengkaderan Da’i Berkualitas. dalam Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah. 1(1).

51-68.

Majid, S. (2018). Manajemen Strategi Pesantren dalam Mengembangkan Bakat

dan Minat Santri. dalam Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah. 3(1). 67-83.

Qomar, M. (1996). Pesantren; dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi

Institusi. Jakarta: Erlangga.

Sadiah, D. (2015). Metode Penelitian Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Siagian, S.P. (2008). Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

(17)

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 4 (2020) 357-374 373

Taufiqurokhman. (2016). Manajemen Strategik. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.

Wahyudi, A.S. (1996). Manajemen Strategik; Pengantar Proses Berfikir Strategik. Jakarta:

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatannya), (Jakarta: PT.. transfer ilmu kepada peserta didik dengan efektif dan efisien, sehingga terciptanya lingkungan belajar yang mampu meningkatkan motivasi belajar

Dari hasil perencanaan didapat 9 titik Node B baru yang merupakan daerah perumahan yang terdapat pada area blank spot sistem UMTS di wilayah Kuta Selatan,

Selain itu, masyarakat di perbatasan itu memiliki bahasa yang sama, yaitu bahasa Dawan walaupun ada mayarakat Napan yang berakomodasi terhadap bahasa Tetun Portu atau

Berdasarkan data hasil penelitian dan hasil analisis tentang “Pengaruh Persepsi Peserta Didik pada Guru PPL dalam Mengelola Kelas terhadap Motivasi Belajar Pendidikan

Karakteristik termal memegang peranan penting terhadap sifat suatu bahan karena erat dengan struktur dalam bahan itu sendiri.Termogravimetri adalah teknik

1 Kepala BRI Custody Service Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan penyusunan dan penyempurnaan ketentuan/kebijakan, strategi dan mekanisme pengembangan fitur dan

Kami masih menghitung kembali proyeksi harga saham untuk HMSP ke depan, namun demikian kami memiliki keyakinan sektor rokok akan menjadi salah satu pilihan untuk