• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA MUTU LINGKUNGAN HIDUP DI PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI KELURAHAN RAJA KOTA PANGKALAN BUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA MUTU LINGKUNGAN HIDUP DI PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI KELURAHAN RAJA KOTA PANGKALAN BUN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA MUTU LINGKUNGAN HIDUP DI PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI KELURAHAN RAJA

KOTA PANGKALAN BUN

Eny Rusmita

Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Antakusuma Jl. Iskandar No. 63 Kode Pos 74112 Pangkalan Bun

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab menurunnya mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja dengan metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif terhadap karakteristik fisik dan non fisik permukiman. Kemudian analisis deskriptif evaluatif dengan teknik analisis faktor untuk mengetahui faktor-faktor penyebab menurunnya mutu lingkungan hidup di wilayah studi. Hasil dari studi ini adalah faktor-faktor penyebab menurunnya mutu lingkungan hidup permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja yaitu lokasi permukiman, ketersediaan sarana transportasi, kondisi sanitasi lingkungan, tingkat keamanan, bencana banjir, kondisi drainase, bencana kebakaran, tingkat pelayanan listrik, budaya masyarakat, tingkat pelayanan fasilitas umum, tingkat pelayanan air bersih, kondisi jaringan jalan, kondisi persampahan, tingkat pendidikan masyarakat, mata pencaharian penduduk dan hubungan bertetangga. Selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai arahan penataan permukiman bantaran sungai pada penelitian selanjutnya.

Keyword : Bantaran Sungai, Mutu Lingkungan Hidup, Pemukiman

CAUSE FACTORS DECREASE THE ENVIRONMENT QUALITY IN THE RIVER SETTLEMENT OF RAJA VILLAGE, PANGKALAN BUN CITY

Abstract

This study aims to determine the causes of the decline in environmental quality in the riverbank settlement of Raja Kelurahan with the analytical method used is descriptive analysis of physical characteristics and non-physical settlements. Then evaluative descriptive analysis with factor analysis techniques to determine the factors that cause declining environmental quality in the study area. The results of this study are the causes of the decline in the environmental quality of the Raja River riverbank settlement, namely the location of settlements, the availability of transportation facilities, environmental sanitation conditions, security levels, flood disasters, drainage conditions, fire disasters, electricity service levels, community culture, community level services for public facilities, level of clean water services, road network conditions, waste conditions, community education level, people's livelihoods and neighboring relations. Furthermore, the results of this study can be used as directives for structuring riverbank settlements in future studies

Kata Kunci : Riverbanks, Quality of the Environment, Settlements

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pangkalan Bun adalah Ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat yang terletak di Tepi Sungai Arut. Kota Pangkalan Bun merupakan kota yang awal berkembangnya pada abad ke-19 di bantaran Sungai Arut yang merupakan salah satu anak Sungai Kahayan yang membelah Propinsi Kalimantan Tengah. Keberadaan sungai masih menjadi urat nadi di Kota Pangkalan Bun, dimana

sungai sebagai jalur transportasi ke daerah-daerah terpencil terutama sebagai jalur transportasi lokal yang menghubungkan ke pusat-pusat perdagangan dan jasa, pertanian penduduk, dan tempat-tempat idustri , sungai juga sebagai sebagai sumber mata pencarian penduduk lokal yaitu mencari ikan, sopir taksi air dan lain-lain. Untuk mengatasi permasalahan permukiman di bantaran sungai, maka perlu adanya suatu penataan permukiman di bantaran sungai. Terutama untuk menjaga

(2)

keberlangsungan sungai sebagai urat nadi kota. Pemerintah Kota Pangkalan Bun telah mengeluarkan Kebijakan RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota) dengan membagi wilayah kota untuk kawasan Bantaran Sungai Arut sebagai area pertokoan atau perdagangan dan jasa, permukiman, pasar serta kawasan wisata tepi air. Perkembangan kawasan di Bantaran Sungai Arut tidak seperti yang diharapkan oleh pemerintah, banyak permasalahan yang timbul di kawasan permukiman Bantaran Sungai Arut kota Pangkalan Bun yang menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran sungai. Permasalahan yang muncul di permukiman Bantaran Sungai Arut Kota Pangkalan Bun seperti yang terdapat di Kelurahan Raja sebagai wilayah studi.

Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Menurunnya mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja Kota Pangkalan Bun yang ditandai dengan berbagai permasalahan sebagai berikut:

 Kondisi pinggiran sungai yang kotor disebabkan oleh kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai. Dimana sampah-sampah berserakan dan mengapung di bawah rumah penduduk serta pada saat banjir di musim penghujan, sampah-sampah tersebut menggenang di sekitar rumah penduduk.  Kondisi di bantaran sungai

Arut Kota Pangkalan Bun yang sering mengalami banjir pada musim penghujan serta

kebakaran pada musim kemarau. Bencana banjir menyebabkan banyak hunian penduduk di bantaran sungai yang tergenang. Sedangkan kebakaran biasanya banyak menghanguskan rumah penduduk yang sebagian besar terbuat dari kayu serta jarak antar hunian masyarakat yang relatif rapat.

 Kebiasaan masyarakat sehari-hari yang menggunakan sungai untuk keperluan mandi, cuci dan kakus.

 Masih kurangnya kepedulian masyarakat dan pemerintah

untuk mengatasi

permasalahan permukiman terutama untuk mengatasi masalah sampah di wilayah studi.

2. Pemerintah belum melakukan upaya penataan permukiman yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang ada di permukiman bantaran sungai Kota Pangkalan Bun khususnya Kelurahan Raja.untuk lebih jelasnya kondisi wilayah studi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.

Kondisi Sanitasi Wilayah Studi

(3)

Gambar 2.

Kondisi Sampah di Wilayah Studi

Sumber: Data Primer, 2017 Gambar 3.

Kondisi Jalan di Bantaran Sungai Wilayah Studi

Sumber: Data Primer, 2017

Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat diperoleh beberapa rumusan masalah yaitu Faktor apa saja yang menjadi penyebab menurunnya mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja Kota Pangkalan Bun?

Lokasi Penelitian

Lokasi studi yang diteliti adalah permukiman Kelurahan Raja yang terletak di bantaran Sungai Arut Kota Pangkalan Bun dengan lebar sungai lebih dari 100 m. Adapun batas wilayah studi yaitu sebagai berikut:

 Sebelah Timur :Kelurahan Sidorejo

 Sebelah Sebelah Barat : Sungai Arut  Sebelah Utara :Kelurahan Baru  Sebelah Selatan :Jalan Pangeran

Antasari

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini:

Gambar 4.

Peta Wilayah Studi

Sumber: Data Diolah, 2017

Lingkup Pembahasan

Materi yang akan dibahas dalam penelitian Penataan Permukiman Bantaran Sungai di Kelurahan Raja Kota Pangkalan Bun yaitu sebagai berikut:  Mengidentifikasi dan menganalisis

Karakteristik fisik dan non-fisik permukiman yang meliputi:

 Karakteristik fisik

- Pembahasan mengenai kondisi topografi, bencana banjir dan kebakaran, kondisi permukiman yang mencakup kondisi struktur bangunan hunian, tingkat kenyaman hunian, tingkat kenyamanan lingkungan serta kondisi kepadatan bangunan

- Karakteristik sarana yang dibahas yaitu penyediaan sarana yang mendukung kegiatan dan kehidupan masyarakat dalam permukiman di wilayah studi. Sarana yang diteliti mencakup sarana pendidikan, peribadatan, perdagangan, kesehatan, sarana

(4)

pemerintahan dan pelayanan umum serta ruang terbuka. - Karakteristik prasarana

permukiman yang mencakup kondisi jalan, ketersediaan sarana transportasi, telepon, listrik, air bersih, drainase, sanitasi dan sampah.

 Karakteristik non fisik

Karakteristik non fisik yang dibahas mencakup kependudukan (tingkat kepadatan penduduk dan tingkat pertambahan penduduk), tingkat pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, budaya masyarakat, hubungan bertetangga dan kedekatan dengan keluarga.

 Melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja dengan teknik analisis fakor menggunakan software SPSS 12.0 for windows.

METODE PENELITIAN Metode pengumpulan Data

 Pengumpulan Data Primer a. Wawancara

b. Observasi lapangan c. Kuisioner

Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin

 

2 1 N e N n   Dimana : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Derajat kepercayaan

Nilai tingkat kesalahan/ margin error dalam penelitian ini yaitu sebesar 10%, hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan sebesar 90%. Jumlah hunian yang terdapat di permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja Kota pangkalan Bun adalah sebesar 413 hunian yang tersebar di 6 RT yaitu RT 1, RT 2, RT 3, RT 4, RT 5 dan RT 15. Perhitungan sampel untuk responden di wilayah studi yaitu sebagai berikut:

81 51 , 80 1 ) 10 , 0 ( 413 413 2     n sampel

Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah sampel yang diperoleh yaitu sebesar 81 responden. Jumlah responden dibulatkan menjadi 100 orang guna untuk memperoleh kelengkapan data. Responden tersebar di setiap RT yang letak huniannya tepat berada di bantaran sungai dan responden yang letak huniannya dekat dengan jalan lingkungan dan jalan utama. Selanjutnya, kuisioner disebar pada 6 RT dengan jumlah responden pada masing-masing RT dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1.

Jumlah Responden di Permukiman Bantaran Sungai Kelurahan Raja

No. Lokasi Jumlah Hunian Banyaknya Responden 1. RT 01 85 21 2. RT 02 35 9 3. RT 03 102 24 4. RT 04 91 22 5. RT 05 62 15 6. RT 15 38 9 Total 413 100

Sumber: Data diolah, 2017

 Pengumpulan Data sekunder a. Studi Literatur

(5)

Metode Analisis

 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif berupa gambaran tentang karakteristik fisik dan non fisik permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja.

 Analisis deskriptif evaluatif

Analisis deskriptif evaluatif yaitu mengindentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja Kota Pangkalan Bun.

Teknik Analisis Faktor

Variabel Analisis Faktor − X1= Lokasi Permukiman

− X2= Tingkat Pelayanan Air Bersih − X3= Ketersediaan Sarana Transportasi − X4= Legalitas Tanah

− X5= Tingkat Kenyamanan Lingkungan

− X6= Rata-rata anggota rumah tangga − X7= Harga rumah/tanah

− X8= Jumlah KK per Rumah − X9= Kondisi Jaringan Jalan − X10= Tingkat Pelayanan Listrik − X11= Kondisi Sanitasi Lingkungan − X12= Kondisi kesehatan masyarakat − X13= Mata Pencaharian Penduduk − X14= Tingkat Keamanan

− X15= Bencana Kebakaran

− X16= Tingkat kenyamanan hunian − X17= Kondisi Drainase

− X18= Kondisi kepadatan bangunan − X19= Tingkat Pendidikan Masyarakat − X20= Bencana Banjir

− X21= Kondisi Topografi

− X22=Tingkat pertambahan penduduk − X23= Tingkat Pelayanan Telepon − X24=Tingkat Pelayanan Fasilitas

Umum

− X25= Kondisi Struktur Bangunan − X26= Kedekatan dengan keluarga

− X27= Besarnya Ruang Terbuka Hijau − X28= Kondisi Persampahan

− X29=Tingkat kepadatan penduduk − X30= Hubungan bertetangga − X31= Budaya Masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Karakteristik Fisik

Pemukiman

Topografi di wilayah permukiman bantaran Sungai Kelurahan Raja secara umum merupakan daerah yang relatif datar dengan kemiringan 0-15% serta di pengaruhi oleh pasang surut air laut. Kondisi topografi juga berpengaruh terhadap hunian di permukiman bantaran Sungai Kelurahan Raja yang sebagian besar hunian berbentuk panggung. Gambar 5.

Potongan Melintang Permukiman Bantaran Sungai Wilayah Studi

Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan hasil survey, sebanyak 62% responden memiliki hunian yang tergenang pada saat banjir. Hunian yang tergenang saat banjir adalah hunian yang dekat dengan sungai. Hal ini menyebabkan kondisi dinding hunian sebagian besar kondisinya sudah rapuh. Kondisi hunian tersebut juga berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan hunian. Dimana sebesar 13% hunian yang memiliki dinding yang rusak/rapuh menjadi tidak nyaman untuk ditempati. Tingkat kenyamanan hunian juga

(6)

ditentukan oleh ketersediaan jaringan listrik, dimana masyarakat merasa nyaman tinggal di huniannya karena jaringan listrik yang sudah mampu menjangkau hunian masyarakat. Terkait dengan lokasi permukiman yang berada di pusat kota juga menyebabkan masyarakat merasa nyaman tinggal di permukiman bantaran Sungai Kelurahan Raja.

Kepadatan bangunan di permukiman bantaran Sungai Kelurahan Raja ditandai dengan jarak hunian yang hanya 0,5 meter sampai 1 meter tiap hunian. Jarak antar hunian yang kurang dari 1 meter akan rentan terhadap bahaya kebakaran karena akan mempermudah menyebarnya api jika terjadi kebakaran. Gambar 6.

Kepadatan Hunian Bantaran sungai

Sumber: Data Primer, 2017

Ketersediaan sarana permukiman seperti sarana kesehatan, Sarana Perdagangan, Sarana Peribadatan, Sarana Pendidikan, Ruang Terbuka, Sarana Pemerintahan dan Fasilitas Umum, di wilayah studi sudah cukup baik dan mampu melayanai penduduk di wilayah Kelurahan Raja. Adapun prasarana permukiman yang masih menjadi kendala adalah ketersediaan air bersih, dimana sebesar 53% masyarakat bantaran Sungai Kelurahan Raja yang memanfaatkan PDAM sebagai sumber air bersih untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari menilai kualitas air yang kurang baik jika digunakan untuk mencuci baju seperti menimbulkan noda kuning pada pakaian.

Terkait dengan budaya masyarakat di permukiman bantaran sungai, masyarakat sudah terbiasa dengan kegiatan MCK di sungai. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan ekosistem sungai guna untuk menjaga kesehatan masyarakat sendiri dan lingkungan hunian. Terkait dengan tingkat kenyamanan lingkungan, maka kondisi persampahan yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan lingkungan menjadi tidak nyaman dan juga berpengaruh terhadap tingkat kesehatan masyarakat seperti munculnya penyakit malaria.

Berdasarkan hasil survey, sebagian besar masyarakat di bantaran Sungai Kelurahan Raja membuang sampah ke sungai yaitu sebesar 78%. Hal ini karena tidak adanya pengelolaan sampah yang baik dan terpadu. Tidak adanya pengelolaan sampah yang baik ditandai dengan tidak adanya petugas sampah dan TPS di setiap RT. Masyarakat menjadi terbiasa membuang sampah ke sungai tanpa memperhatikan kebersihan sungai, sehingga merusak keindahan lingkungan permukiman. Sampah-sampah tersebut berserakan di bawah hunian penduduk dan menggenang terutama pada saat banjir.

Lokasi permukiman sebagai pusat kota, maka kondisi jalan yang sudah memadai akan sangat mempermudah akses masyarakat untuk bepergian terutama menuju pusat-pusat perdagangan. Kondisi jalan lingkungan di permukiman bantaran Sungai Kelurahan Raja secara umum sudah memadai, hal

(7)

ini terlihat dari jumlah prosentase sebesar 58% masyarakat yang menilai memadai terhadap kondisi jaringan jalan karena sebagian besar jalan lingkungan sudah terbuat dari semen. Namun, ada beberapa jalan lingkungan yang perlu mendapat perhatian adalah Jalan gertak tersebar di setiap RT dengan kondisi sebagian jalan ada yang sudah mulai rusak. Jalan gertak yang berfungsi sebagai titian di setiap RT terbuat dari kayu memiliki lebar bermacam-macam mulai dari 1 meter hingga 3 meter. Peta kondisi jalan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 7.

Kondisi Jalan dilingkungan bantaran sungai

Sumber: Data diolah, 2017

Analisis Karakteristik Non Fisik Permukiman

Berdasarkan data dari RDTRK Tahun 2004-2014, tingkat kepadatan penduduk di Kelurahan Raja memiliki tingkat kepadatan tertinggi di Kota Pangkalan Bun yaitu 3.138 jiwa/km2. Dengan adanya pembagian wilayah kota yaitu wilayah Kelurahan Raja menjadi area pertokoan, perdagangan, pasar, permukiman dan wisata air, sehingga berpeluang untuk meningkatkan mata pencaharian penduduk di sektor perdagangan.

Analisis Faktor 1. Uji Validitas Tabel 2

Hasil Uji Validitas Pada Variabel-Variabel Yang Menyebabkan Menurunnya Mutu Lingkungan Hidup di Permukiman Bantaran Sungai Kelurahan Raja

Variabel r hitung r tabel Keterangan

(X1) 0,700 0,1966 valid (X2) 0,348 0,1966 valid (X3) 0,820 0,1966 valid (X4) 0,568 0,1966 valid (X5) 0,329 0,1966 valid (X6) 0,444 0,1966 valid (X7) 0,240 0,1966 valid (X8) 0,408 0,1966 valid (X9) 0,380 0,1966 valid (X10) 0,484 0,1966 valid (X11) 0,658 0,1966 valid (X12) 0,422 0,1966 valid (X13) 0,331 0,1966 valid (X14) 0,676 0,1966 valid (X15) 0,729 0,1966 valid (X16) 0,337 0,1966 valid (X17) 0,760 0,1966 valid (X18) 0,328 0,1966 valid (X19) 0,386 0,1966 valid (X20) 0,722 0,1966 valid (X21) 0,399 0,1966 valid (X22) 0,158 0,1966 valid (X23) 0,305 0,1966 valid (X24) 0,395 0,1966 valid (X25) 0,537 0,1966 valid (X26) 0,301 0,1966 valid (X27) 0,511 0,1966 valid (X28) 0,490 0,1966 valid (X29) 0,172 0,1966 valid (X30) 0,416 0,1966 valid (X31) 0,268 0,1966 valid 2. Uji Realibilitas Tabel 3

Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach’s Alpha Kesimpulan

(8)

Tabel 4

Hasil Uji Reliabilitas Pada Variabel-Variabel Yang Menyebabkan Menurunnya Mutu Lingkungan Hidup di Permukiman Bantaran Sungai Kelurahan Raja

Variabel Cronbach’s Alpha if Item Deleted Keterangan (X1) 0,724 Reliabel (X2) 0,733 Reliabel (X3) 0,722 Reliabel (X4) 0,727 Reliabel (X5) 0,733 Reliabel (X6) 0,730 Reliabel (X7) 0,734 Reliabel (X8) 0,730 Reliabel (X9) 0,731 Reliabel (X10) 0,729 Reliabel (X11) 0,725 Reliabel (X12) 0,730 Reliabel (X13) 0,732 Reliabel (X14) 0,724 Reliabel (X15) 0,723 Reliabel (X16) 0,732 Reliabel (X17) 0,723 Reliabel (X18) 0,732 Reliabel (X19) 0,734 Reliabel (X20) 0,722 Reliabel (X21) 0,731 Reliabel (X22) 0,736 Reliabel (X23) 0,732 Reliabel (X24) 0,734 Reliabel Variabel Cronbach’s Alpha if Item Deleted Keterangan (X25) 0,730 Reliabel (X26) 0,733 Reliabel (X27) 0,728 Reliabel (X28) 0,731 Reliabel (X29) 0,735 Reliabel (X30) 0,731 Reliabel (X31) 0,735 Reliabel

Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat diketahui bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan realibel yang ditunjukkan dari masing-masing variabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6.

Berdasarkan hasil analisis, nilai KMO yang diperoleh yaitu 0,844 jadi analisis faktor layak untuk dilakukan. Selanjutnya diperoleh 5 faktor yang terbentuk yaitu: faktor 1 terdiri dari 7 variabel yaitu lokasi ermukiman, ketersediaan sarana transportasi, bencana kebakaran, tingkat keamanan, bencana banjir, kondisi drainase dan kondisi sanitasi lingkungan. Faktor ini memberikan persentase keragaman sebesar 36,265% yang berarti bahwa variabel-variabel yang mendukung faktor 1 memberikan sumbangan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja sebesar 36,265%. Faktor 1 tetap diberi nama dengan faktor 1 hal ini karena pada faktor 1, faktor 2, faktor 3 dan faktor 4 terdapat variabel yang memiliki kesamaan yaitu antara variabel

(9)

kondisi sanitasi , kondisi drainase, tingkat pelayanan listrik, tingkat pelayanan air bersih dan kondisi persampahan yang sama-sama merupakan bagian dari utilitas.

Pada faktor 2 memberikan persentase keragaman sebesar 8,88% yang terdiri dari 3 variabel yaitu tingkat pelayanan listrik, budaya masyarakat, tingkat pelayanan, fasilitas umum yang berarti bahwa variabel tersebut mendukung faktor 2 sebagai faktor penyebab terjadinya penurunan mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja sebesar 8,88%.

Pada faktor 3 memberikan persentase keragaman sebesar 7,976% yang terdiri dari 1 variabel yaitu Tingkat pelayanan air bersih yang berarti bahwa variabel tersebut mendukung faktor 3 sebagai faktor penyebab terjadinya penurunan mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja sebesar 7,976%.

Faktor 4 memberikan persentase keragaman sebesar 7,507% yang terdiri dari 3 variabel yaitu kondisi jaringan jalan, kondisi persampahan, tingkat pendidikan masyarakat yang berarti bahwa variabel tersebut mendukung faktor 3 sebagai faktor penyebab terjadinya penurunan mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja sebesar 7,507%.

Faktor 5 memberikan persentase keragaman sebesar 6,613% yang terdiri dari 2 variabel yaitu mata pencaharian penduduk dan hubungan bertetangga yang berarti bahwa variabel tersebut mendukung faktor 3 sebagai faktor penyebab terjadinya penurunan mutu lingkungan hidup di permukiman

bantaran sungai Kelurahan Raja sebesar 6,613%.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis faktor, telah diperoleh 16 variabel sebagai faktor-faktor yang dapat menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran Sungai Kelurahan Raja Kota Pangkalan Bun yaitu: lokasi permukiman dengan nilai korelasi beban faktor 0,565, ketersediaan sarana transportasi (0,910), kondisi sanitasi lingkungan (0,653), tingkat keamanan (0,639), bencana banjir (0,605), kondisi drainase (0,923), bencana kebakaran (0,836), tingkat pelayanan listrik (0,725), budaya masyarakat (0,581), tingkat pelayanan fasilitas umum (0,565), tingkat pelayanan air bersih (0,801), kondisi jaringan jalan (0,802), kondisi persampahan (0,582), tingkat pendidikan masyarakat (0,472), mata pencaharian penduduk (0,776) dan hubungan bertetangga (0,634).

Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain adalah:

a. Pemerintah perlu memperhatikan keberadaan permukiman bantaran sungai Kelurahan Raja. Hal ini terkait dengan keberadaan Kelurahan Raja yang berada di pusat kota.

b. Adanya koordinasi antara pemerintah dan masyarakat dalam memberikan arahan penataan permukiman di bantaran sungai Kelurahan Raja agar terjalin kerjasama yang baik.

c. Penelitian tentang Faktor-faktor Penyebab Menurunnya Mutu Lingkungan Hidup di Permukiman Bantaran Sungai Kelurahan Raja

(10)

tidak membahas secara detail mengenai penataan bangunan di permukiman bantaran sungai. Hasil penelitian hanya berupa faktor-faktor yang dapat menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup di permukiman bantaran Sungai Kelurahan Raja Kota Pangkalan Bun. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut secara detail mengenai Penataan bangunan di Permukiman Bantaran Sungai Kelurahan Raja Kota Pangkalan Bun.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta

Budiharjo, Eko. (1997). Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota. Andi. Yogyakarta

---. (2004). Sejumlah Masalah Permukiman Kota. P.T. Alumni. Bandung

Khairul. 2006. Penataan Pola Ruang Permukiman Bantaran Sungai Selor Kecamatan Tanjung Selor

Kabupaten Bulungan

Berdasarkan Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat. Tesis Malang: Program Pasca Sarjana Khususnya Perencanaan Wilayah dan Kota.

Kuswartojo, Tjuk. 2005. Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Penerbit ITB. Bogor

Sardi, Santi. 2006. Pengembangan Kawasan Pantai Barat Kota Tarakan Dengan Konsep Waterfront City. Skripsi Malang : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Unibraw.

Sari, Maulien Khairina. 2005. Studi Penanganan Permukiman Tepi Sungai Kota Banjarmasin (Studi Kasus: Kelurahan Kuin Utara Kota Banjarmasin). Skripsi. Malang : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya. Sinulingga, Budi. 2005. Pembangunan

Kota Tinjauan Regional dan Lokal. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Alfabeta. Bandung

Wicaksono, Agus Dwi dan Budi Sugiarto. (2001). Modul Studio Perencanaan Desa. Malang: Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Brawijaya.

---. (1993). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

---. (2000). Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 11/KPTS/2000 mengenai Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

---. (2002). Keputusan Menteri Permakiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia No. 403/KPTSN/M/2002 Lampiran I tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

(11)

---. (2004). Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Pangkalan Bun Tahun 2004-2014. Pangkalan Bun: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pangkalan Bun.

Referensi Internet

Kirmanto, 2003. Kebijakan dan Strategi Nasional Penataan Lingkungan

permukiman Kumuh.

http://www.google.com/artikel permukiman.htm

Kurniasih, 2003. Usaha Perbaikan Permukiman Kumuh di Petukangan Utara Jakarta Selatan.

http://www.google.com/artikel permukiman.htm

Suparlon, 2003. Segi Sosial dan Ekonomi

Permukiman Kumuh.

http://www.google.com/artikel permukiman.htm

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak —Pengembangan Wisata bahari lebih efektif apabila memanfaatkan potensi yang dimiliki sebagai basis pengembangan. Kecamatan Tanggunggunung memiliki potensi

Tujuan dilaksanakanya penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi menyederhanakan pecahan pada kelas 4 Agar proses

9 Tahun 1975 yang mewajibkan pendaftaran nikah di Kantor Urusan Agama (KUA), tidak serta merta menghapuskan kebiasaan praktek nikah sirri tersebut. Kebiasaan ni- kah

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil,

Sela Selain in mete meter r pan$ pan$ang ang dapa dapat t diny diny ataka ataka n n deng dengan an cara cara mena menambahk mbahkan an awalan awal an satua satua n,

Dalam hal tidak ada permohonan oleh Wajib Pajak tetapi diketahui oleh Bupati telah terjadi kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemilihan Perguruan Tinggi Swasta adalah kualitas pengajar, prospek lulusan, pilihan jurusan yang beragam dan tersedia, fasilitas

Secara umum dapat dinyatakan bahwa penerapan prosedur operasional standar make up room oleh roomboy di Hotel Daima Padang hanya 66.66% roomboy yang