• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Metanol Daun Flamboyan (Delonix Regia Raf.) Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Metanol Daun Flamboyan (Delonix Regia Raf.) Secara In Vitro"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

UJI AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK METANOL

DAUN FLAMBOYAN (Delonix regia Raf.)

SECARA IN VITRO

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Priska Y. Haninuna

PO. 530333215679

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program pendidikan Ahli Madya Farmasi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI FARMASI

KUPANG

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

UJI AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK METANOL

DAUN FLAMBOYAN (Delonix regia Raf.)

SECARA IN VITRO

Oleh :

Priska Y. Haninuna

PO. 530333215679

Telah disetujui untuk mengikuti ujian Kupang, 02 Agustus 2018

Pembimbing

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

UJI AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK METANOL

DAUN FLAMBOYAN (Delonix regia Raf.)

SECARA IN VITRO

Oleh :

Priska Y. Haninuna

PO. 530333215679

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 03 Agustus 2018

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah Ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis diberikan hikmat untuk menyelesaikan penelitian dan menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul Uji Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Metanol Daun Flamboyan (Delonix regia Raf.) Secara InVitro.

Tujuan dari penelitian ini yakni untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat dari daun Flamboyan. Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ragu Harming Kristina, S.KM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang.

2. Ibu Maria Hilaria, S.Si., S.Farm., Apt., M.Si selaku Ketua Prodi Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang

3. Bapak Putra J. P. Tjitda, S.Si., M.Sc selaku penguji II sekaligus pembimbing yang senantiasa membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Bapak Samuel D. I. Makoil, S.Farm., Apt selaku penguji I yang telah membimbing, memberi masukan serta motivasi kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Prodi Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang.

5. Ibu Lely A. V. Kapitan, S.Pd., S.Farm., Apt., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing, memberi masukan serta motivasi kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

(6)

vi

6. Bapak Falentinus S. Duly, A.Md.F dan Ibu Asmaira Br. Tarigan, A.Md.F selaku pembimbing di Laboratorium yang setia membimbing dan mengarahkan selama proses penelitian.

7. Orang tua tercinta Bapak dan Mama, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan cinta kasih, dan mendukung penulis dalam doa selama proses perkuliahan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

8. Yang terkasih Adibu alfa yang selalu membantu, mendukung dalam doa selama proses perkuliahan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah

9. Sahabat-sahabat Maya, Tya, Meisha, Minda, Tasya, Aning, Uchy, PPA IO-721, KTB SyOG Ka Astrit, Niki, Elsa, Ayu, PMK Farmalis, KTB Sakura, Boy, Liany, Megha, Rio, dan Ape yang selalu memberi dukungan dan doa.

10. Teman-teman seperjuangan Reguler A angkatan 16 dan tim Tabir Surya Daun Flamboyan Meisha Alunpah dan Anggilia Lalus yang selalu membantu, mendukung selama proses penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak kekurangan baik materi maupun cakupan pembahasan dalam penulisan karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan guna meyempurnakan penulisan selanjutnya.

Kupang, Juli 2018

(7)

vii INTISARI

Telah dilakukan penelitian tentang Uji Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Metanol Daun Flamboyan (Delonix Regia Raf.). Tanaman Flamboyan merupakan jenis tanaman pohon tinggi dengan familia Fabaceae yang berkhasiat sebagai tabir surya karena mengandung senyawa aktif flavonoid dan fenolik yang merupakan senyawa polifenol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas tabir surya ekstrak metanol daun flamboyan dengan menghitung nilai Sun Protection Factor (SPF), persen transmisi eritema (%Te), dan persen transmisi pigmentasi (%Tp). Daun Flamboyan diekstraksi dengan metode maserasi selama 5 hari dan remaserasi selama 2 hari menggunakan pelarut metanol p.a dan memiliki persentase rendemen sebesar 12,70%. Selanjutnya dilakukan skrining fitokimia dan uji aktivitas tabir surya secara in vitro dengan metode Spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukan ekstrak metanol daun flamboyan mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan fenolik. Berdasarkan uji aktivitas tabir surya ekstrak metanol yang dibuat dalam 5 konsentrasi menunjukan adanya aktivitas tabir surya yang maksimal pada nilai SPF dengan konsentrasi 600 ppm (6,967), 800 ppm (13,300), dan 1000 ppm (25,191). Nilai persen transmisi eritema (%Te) pada konsentrasi 800 ppm (10,682%) dan 1000 ppm (6,145%). Nilai persen transmisi pigmentasi pada konsentrasi 200 ppm (72,587%), 400 ppm (53,975%), 600 ppm (39,813%), 800 ppm (29,890%), dan 1000 ppm (22,452%).

Kata Kunci : Daun Flamboyan, Delonix Regia Raf., Aktivitas Tabir Surya, SPF, %Te, %Tp

(8)

viii DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul...i Lembar Persetujuan...ii Lembar Pengesahan...iii Lembar Pernyataan...iv Kata Pengantar...v Intisari...vii Daftar Isi...viii Daftar Tabel...ix Dartar Gambar...x Daftar Lampiran...xi BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan ... 3 D. Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Tanaman Flamboyan ... 4

B. Sinar Ultraviolet (UV)... 5

C. Kulit ... 6

D. Tabir Surya ... 6

E. Sun Protection Factor (SPF) ... 7

F. Maserasi ... 8

G. Spektrofotometri UV-Vis ... 8

BAB III METODE PENELITIAN... 10

A. Jenis Penelitian ... 10

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

C. Variabel Penelitian ... 10

D. Populasi dan Sampel ... 11

E. Definisi Operasional... 11

F. Alat dan Bahan ... 12

G. Prosedur Penelitian... 13

H. Analisis Data ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

A. Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Flamboyan (Delonix Regia Raf.) ... 19

B. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Daun Flamboyan ... 20

C. Penentuan Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Metanol Daun Flamboyan ... 22

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 29

A. Simpulan ... 29

B. Saran ... 29

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penggolongan Potensi Tabir Surya ... 7

Tabel 2. Keefektifan Sediaan Tabir Surya Berdasarkan Nilai SPF. ... 8

Tabel 3. Hasil Identifikasi Ekstrak Metanol Daun Flamboyan ... 20

Tabel 4. Nilai Sun Protection Factor (SPF) Ekstrak Metanol ... 23

Tabel 5. Nilai Persen Transmisi Eritema (%Te) Ekstrak Metanol... 25

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Daun Flamboyan ... 5

Gambar 2. Grafik Nilai Sun Protection Factor (SPF) Ekstrak Metanol... 24

Gambar 3. Nilai Persen Transmisi Eritema (%Te) Ekstrak Metanol ... 26

Gambar 4. Grafik Nilai Persen Transmisi Pigmentasi Ekstrak Metanol ... 27

Gambar 5. Proses Maserasi ... 34

Gambar 6. Proses Evaporasi ... 34

Gambar 7. Proses Penguapan Ekstrak ... 35

Gambar 8. Ekstrak Kental ... 35

Gambar 9. Hasil Identifikasi Ekstrak Flavonoid ... 36

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian ... 32

Lampiran 2. Skema Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Flamboyan ... 33

Lampiran 3. Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Flamboyan ... 34

Lampiran 4. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Daun Flamboyan ... 36

Lampiran 5. Perhitungan Persentase Rendemen Ekstrak Metanol ... 37

Lampiran 6. Perhitungan dan Pembuatan Seri Konsentrasi Larutan Induk ... 38

Lampiran 7. Perhitungan Nilai Sun Protection Factor (SPF) ... 40

Lampiran 8. Perhitungan Nilai Persen Transmisi Eritema (%Te) dan... 42

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian... 44

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sinar matahari merupakan sumber cahaya alami yang memiliki manfaat dan peran yang sangat penting bagi manusia untuk membantu pembentukan vitamin D yang dibutuhkan oleh tulang. Namun paparan sinar ultraviolet dari matahari yang berlebihan dapat menimbulkan efek yang merugikan pada kulit manusia. Sinar ini berdasarkan panjang gelombang dan efek fisiologi dibedakan menjadi tiga tipe yaitu UV-A (320-400 nm), UV-B (290-320 nm), dan UV-C (100-280 nm) (Moloney dkk, 2002).

Sinar Ultraviolet yang paling berbahaya adalah Sinar UV-B karena berpengaruh buruk terhadap kulit manusia baik berupa perubahan-perubahan akut seperti eritema, pigmentasi dan fotosensitivitas, maupun efek jangka panjang berupa penuaan dini dan kanker kulit (Moloney dkk, 2002). Pencegahan efek buruk paparan sinar matahari dapat dilakukan dengan penggunaan tabir surya.

Tabir surya merupakan suatu zat yang dapat menghambat penetrasi sinar UV ke dalam kulit. Bahan aktif yang umum digunakan sebagai tabir surya dibagi menjadi dua yaitu tabir surya fisik dan tabir surya kimia. Tabir surya fisik memiliki mekanisme kerja dengan cara memantulkan dan menghamburkan radiasi sinar ultraviolet dan tidak tembus cahaya, sedangkan tabir surya kimia memiliki mekanisme kerja mengabsorbsi radiasi sinar ultraviolet (Bonda, 2009).

(13)

2

Perkembangan tabir surya saat ini lebih mengarah kepada pemanfaatan bahan-bahan alam dengan alasan bahan alam lebih murah, mudah didapatkan serta diyakini tidak memiliki efek samping yang berbahaya (Tabrizi dkk, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Syukur dkk, (2001) daun Flamboyan (Delonix regia Raf.) memiliki kandungan flavonoid dan fenolik sebagai antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 4,03 mg/mL juga diketahui mempunyai khasiat sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor yang mampu menyerap sinar UV sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, peneliti ingin melakukan uji aktivitas tabir surya pada ekstrak daun flamboyan. Ekstraksi menggunakan metanol sebagai pelarut. Aktivitas ekstrak flamboyan sebagai tabir surya dilihat dari nilai Sun Protection Factor (SPF), persentase transmisi eritema (%Te) dan transmisi pigmentasi (%Tp).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak metanol daun flamboyan (Delonix regia Raf.) aktivitas sebagai tabir surya?

2. Berapakah nilai Sun protection Factor (SPF) dan persentase nilai transmisi eritema (%Te) dan transmisi pigmentasi (%Tp) ekstrak metanol daun flamboyan (Delonix regia Raf.)?

(14)

3 C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui aktivitas tabir surya ekstrak metanol daun flamboyan (Delonix regia Raf.).

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur nilai Sun protection Factor (SPF) ekstrak metanol daun flamboyan (Delonix regia Raf.).

b. Mengukur persentase nilai transmisi eritema (%Te) dan transmisi pigmentasi (%Tp) ekstrak metanol daun flamboyan (Delonix regia Raf.).

D. Manfaat 1. Bagi Peneliti

Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dipelajari dan mengembangkan kopetensi yang dimiliki.

2. Bagi Instansi

Sebagai bahan referensi dan kepustakaan pada Prodi Farmasi Kupang.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi sekaligus untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat daun flamboyan (Delonix regia Raf.).

(15)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Flamboyan

Flamboyan (Delonix regia Raf.) merupakan jenis tanaman pohon tinggi, ketinggiannya dapat mencapai 20 m. Daun penumpu bentuk garis menyirip rangkap, bentuk daun bulat telur sampai memanjang, tumpul, membulat atau melekuk. Bunga flamboyan majemuk yang berbentuk malai rata. Tabung daun kelopak pendek, taju bunga dari luar berwarna hijau kekuning-kuningan, dari dalam berwarna merah, panjang 2-3 cm. Daun mahkota merah cerah, berlaku panjang, yang paling atas terdapat bercak dan garis kuning, panjang 4-7 cm. Bakal buah bertangkai pendek. Buahnya termasuk buah polongan, menggantung, berbentuk pita, tebal, antara biji-bijinya bersekat lebar. Jumlah biji setiap polong buah adalah 10-50, letaknya melintang, memanjang (Suryowinoto, 1997). Tanaman flamboyan dapat dilihat pada Gambar 1.

Tanaman flamboyan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Fabales

Family : Fabaceace Genus : Delonix Raf Spesies : Delonix regia Raf.

(16)

5

Tanaman flamboyan secara keseluruhan mengandung beberapa golongan senyawa seperti flavonoid, alkaloida, saponin, triterpenoid, karotenoid, dan tannin (Oyedeji dkk, 2017). Bagian daun diketahui mengandung asam fenolik (Sing, 2014).

Gambar 1. Daun Flamboyan B. Sinar Ultraviolet (UV)

Sinar ultraviolet (UV) adalah salah satu sinar yang dipancarkan oleh matahari yang dapat mencapai permukaan bumi selain cahaya tampak dan sinar inframerah (Setiawan, 2010).

Sinar matahari terdiri dari berbagai spektrum dengan panjang gelombang yang berbeda, dari inframerah yang terlihat hingga spektrum ultraviolet. Panjang gelombang sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu UV-A (320-400 nm), UV-B (290-320 nm), dan UV-C (100-280 nm) (Moloney dkk, 2002).

(17)

6 C. Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan dari luar (Lachman, 2007).

Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, dimana pada orang dewasa beratnya kira-kira delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit berfungsi sebagai termostat dalam mempertahankan suhu tubuh, melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme, sinar ultraviolet, dan berperan pula dalam mengatur tekanan darah (Lachman, 2007). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinasi (Kusantati, 2008).

D. Tabir Surya

Tabir surya adalah suatu zat yang dapat mengurangi efek berbahaya dari paparan sinar ultraviolet pada kulit. Secara umum, tabir surya memiliki mekanisme kerja yaitu partikel dari radiasi sinar UV dinamakan foton bertemu dengan sepasang elektron pada molekul tabir surya (Bonda, 2009). Tabir surya dapat menyerap sedikitnya 85% sinar matahari pada panjang gelombang 290-320 nm untuk UV-B tetapi dapat meneruskan sinar pada panjang gelombang lebih dari 320 nm untuk UV-A (Suryanto, 2012).

Menurut Tranggono dkk (2007), tabir surya dapat dikategorikan sebagai sunblock (zat yang dapat menyerap hampir semua sinar UV-B dan sinar UV-A) apabila memiliki persentase transmisi eritema <1% dan

(18)

7

persentase transmisi pigmentasi 3-40%. Eritema merupakan salah satu tanda terjadinya proses inflamasi akibat pancaran sinar UV, sedangkan pigmentasi adalah perubahan warna kulit seseorang yang disebabkan adanya penyakit atau perlukaan yang bisa menimbulkan perubahan warna yang lebih gelap akibat peningkatan jumlah melanin (Yuliastuti, 2002).

Penggolongan tabir surya didasarkan pada persen transmisi sinar UV, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penggolongan Potensi Tabir Surya

Klasifikasi Produk

Persen Transmisi Sinar Ultraviolet (%) Erythemal range Tanning range

Total block <1,0 3-40

Extra protection 1-6 42-86

Regular suntan 6-12 45-86

Fast tanning 10-18 45-86

E. Sun Protection Factor (SPF)

Sun Protection Factor (SPF) merupakan indikator universal yang menjelaskan tentang keefektifan dari suatu produk atau zat yang bersifat UV protektor, semakin tinggi nilai SPF dari suatu produk atau zat aktif tabir surya maka semakin efektif melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV (Dutra dan Olivera, 2004).

Harga SPF dapat ditentukan secara in vivo dan in vitro. Pengujian aktivitas serapan sinar UV secara in vitro dapat dilakukan dengan teknik Spektroskopi UV yang diukur pada rentang panjang gelombang sinar UV (200-400 nm). Nilai SPF 22 merupakan perbandingan Minimal Erythema Dose (MED) pada kulit manusia yang terlindungi tabir surya dengan MED

(19)

8

tanpa perlindungan tabir surya. Keefektifan tabir surya berdasarkan nilai SPF dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keefektifan Sediaan Tabir Surya Berdasarkan Nilai SPF (Wilkinson dan Moore, 1982).

No. Nilai SPF Kategori proteksi tabir surya

1. 2-4 Proteksi minimal 2. 4-6 Proteksi sedang 3. 6-8 Proteksi ekstra 4. 8-15 Proteksi maksimal 5. >15 Proteksi ultra F. Maserasi

Maserasi merupakan salah satu metode dalam ekstraksi yang menggunakan suhu kamar. Metode ini cocok digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Pada penyarian dengan cara meserasi, perlu dilakukan pengadukan. sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan luar sel (Baraja, 2008).

G. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari Spektrometer dan Fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan Fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2007). Pada umumnya konfigurasi dasar dari Spektrofotometer UV-Vis berupa susunan peralatan adalah sebagai berikut:

(20)

9 1. Sumber radiasi

Sumber radiasi yang dipakai pada Spektrofotometer adalah lampu deuterium, lampu tungsten, dan lampu merkuri. Radiasi ultra lembayung yang kebanyakan dipakai adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium (Underwood, 2001).

2. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis (Underwood, 2001).

3. Kuvet

Kuvet atau sel merupakan wadah sampel yang dianalisis (Underwood, 2001).

4. Detektor

Detektor merupakan salah satu bagian dari Spektrofotometer yang penting oleh sebab itu detektor akan menentukan kualitas dari Spektrofotometer adalah merubah signal elektronik (Underwood, 2001).

5. Amplifier

Amplifier dibutuhkan pada saat sinyal listrik elekronik yang dilahirkan setelah melewati detektor untuk menguatkan karena penguat dengan resistensi masukan yang tinggi sehingga rangkaian detektor tidak terserap habis yang menyebabkan keluaran yang cukup besar untuk dapat dideteksi oleh suatu alat pengukur. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil (Underwood, 2001).

(21)

10 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium farmakognosi, Laboratorium kimia, dan Laboratorium Instrumen Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2018 C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak metanol daun flamboyan 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah aktivitas tabir surya berupa nilai Sun Protection Factor (SPF), Persen Transmisi Eritema (%Te) dan Persen Transmisi Pigmentasi (%Tp).

3. Variabel Pengganggu

Varibel pengganggu dari penelitian ini adalah cara ekstraksi, penyimpanan ekstrak, pembuatan larutan uji, tahapan penggunaan Spektrofotometri.

(22)

11 D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi tanaman daun Flamboyan (Delonix regia Raf.) yang berasal dari kelurahan Namosain Kota kupang.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun flamboyan yang dibuat menjadi ekstrak metanol dengan konsentrasi 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm.

E. Definisi Operasional

1. Daun flamboyan adalah daun yang diambil dari Kelurahan Namosain Kota Kupang.

2. Ekstrak Metanol daun flamboyan adalah ekstrak kental yang diperoleh dari hasil maserasi serbuk daun flamboyan menggunakan pelarut metanol.

3. Aktivitas tabir surya adalah kemampuan tabir surya dalam menghambat penetrasi sinar UV ke dalam kulit yang dapat ditentukan berdasarkan nilai Sun Protection Factor (SPF), persen transmisi eritema (%Te) dan persen transmisi pigmentasi (%Tp).

4. Tabir surya merupakan suatu zat yang secara fisik atau kimia dapat menghambat penetrasi sinar UV ke dalam kulit.

5. Persentase transmisi eritema/pigmentasi adalah perbandingan jumlah energi sinar UV yang diteruskan oleh sediaan tabir surya pada spektrum

(23)

12

eritema/pigmentasi dengan jumlah faktor keefektifan eritema/pigmentasi pada tiap panjang gelombang.

6. Sun Protection Factor (SPF) merupakan indikator yang menjelaskan tentang keefektifan dari suatu produk atau zat yang bersifat UV protektor, yang dikategorikan menjadi semakin tinggi nilai SPF dari suatu produk atau zat aktif tabir surya maka semakin efektif melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV.

F. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer, gelas ukur, cawan porselin, tabung reaksi, pipet tetes, sendok tanduk, gelas kimia, batang pengaduk, bejana maserasi, labu takar, timbangan analitik (Type EW-220-3NM), evaporator (Eyela type N-1000), oven (Wicbinder), hotplate, penangas air (Memmert), pengayak 60 mesh, blender, Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu Type UV-1700).

2. Bahan

Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah daun flamboyan dan bahan yang memiliki kualitas pro analisis (p.a) adalah metanol (Merck), H2SO4 (Merck), FeCl3 (Merck), NaOH (Merck), asam asetat (Merck), etanol 70%, Reagen Mayer (HgCl2 + KI), HCl (Merck), alumunium foil, kertas saring, dan tisu.

(24)

13 G. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Bahan

Daun flamboyan diambil di Kelurahan Namosain Kota Kupang. 2. Pembuatan Serbuk Simplisia

Daun flamboyan yang diambil dicuci dengan air mengalir, lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah itu diserbukkan dan diayak dengan pengayak 60 mesh, lalu ditimbang sesuai kebutuhan.

3. Maserasi Serbuk Simplisia Daun Flamboyan

Sebanyak 200 gram serbuk simplisia daun flamboyan dimasukan dalam bejana maserasi, lalu dibasahi serbuk menggunakan metanol secukupnya. Larutan maserat didiamkan selama 15-30 menit, kemudian ditambahkan metanol sebanyak 800 mL. Bejana maserasi ditutup rapat dan disimpan pada tempat yang terhindar sinar matahari langsung selama 5 hari sambil sekali-kali diaduk. Setelah 5 hari campuran diserkai dan diambil filtratnya. Ampas dilakukan remaserasi menggunakan metanol sebanyak 200 mL. Hasil maserat atau ekstrak cair disimpan dalam bejana tertutup dan dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari, kemudian diuapkan dengan alat evaporator pada suhu 60 °C sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian dipekatkan lagi menggunakan waterbath. Kemudian dihitung % rendemen menggunakan rumus:

% Rendemen =

(25)

14

4. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Daun Flamboyan a. Identifikasi Flavonoid

Ekstrak kental 0,1 g dilarutkan dalam 10 mL etanol kemudian dibagi ke dalam empat tabung reaksi. Tabung pertama digunakan untuk kontrol positif, tabung kedua, ketiga dan keempat berturut-turut ditambahkan NaOH dan H2SO4 pekat. Warna pada tabung dibandingkan dengan tabung kontrol. Jika terjadi perubahan warna makan positif mengandung flavonoid (Gafur dkk, 2013).

b. Identifikasi Alkaloida

Ekstrak 0,5 gram dalam tabung reaksi ditambahkan 2 mL etanol 70% kemudian diaduk, ditambahkan 5 mL HCl 2 N, dipanaskan pada penangas air. Setelah dingin, campuran disaring dan filtrat ditambahkan 2-3 tetes Reagen Mayer. Sampel kemudian diamati hingga keruh atau ada endapan (Khoirani, 2013).

c. Identifikasi Saponin

Ekstrak ditimbang sebanyak 0,1 gram dilarutkan dengan air panas sebanyak 15 mL kemudian dipanaskan selama 5 menit. Selanjutnya disaring dan filtratnya diambil sebanyak 10 mL dan dimasukan ke dalam tabung reaksi. Larutan kemudian dikocok sampai adanya busa/buih. Ditambahkan 1 tetes HCl 2 N. Uji positif adanya saponin pada larutan jika busa/buih bertahan selama 10 menit (Gafur dkk, 2013).

(26)

15 d. Identifikasi tanin

Sampel dilarutkan ke dalam metanol sampai sampel terendam semuanya. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau (Gafur dkk, 2013).

e. Identifikasi Fenolik

Ekstrak ditimbang sebanyak 0,1 gram, kemudian ditambahkan 20 mL larutan FeCl3. Uji positif adanya fenolik pada larutan ditandai dengan terbentuknya warna hijau sampai biru kehitaman (Gafur dkk, 2013). 5. Pembuatan Larutan Uji

Sebanyak 100 mg ekstrak ditimbang dalam labu ukur 100 mL kemudian dilarutkan dengan etanol p.a sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 ppm kemudian diencerkan lagi hingga didapatkan konsentrasi 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm.

6. Penentuan Nilai Sun Protection Factor (SPF)

Uji aktivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Larutan ekstrak metanol daun flamboyan yang telah dibuat dalam 5 seri konsentrasi kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang antara 200-400 nm.

7. Penentuan Nilai Transmisi Eritema dan Pigmentasi

Larutan ekstrak metanol daun flamboyan yang telah dibuat dalam 5 seri konsentrasi diukur absorbansinya pada panjang gelombang antara 292,5-337,5 nm untuk menghitung persentase transmisi eritema dan pada

(27)

16

panjang gelombang 292,5-372,5 nm untuk menghitung persentase pigmentasi.

H. Analisis Data

1. Nilai Sun Protection Factor (SPF)

Nilai Sun Protection Factor (SPF) dihitung terlebih dahulu luas daerah dibawah kurva serapan (AUC) dari nilai serapan pada panjang gelombang 200-400 nm dengan interval 5 nm. Nilai AUC dihitung menggunakan rumus berikut:

{ }

Aa = absorbansi pada panjang gelombang a nm Ab = absorbansi pada panjang gelombang b nm dPa-b = selisih panjang gelombang a dan b

Nilai total AUC dihitung dengan menjumlahkan nilai AUC pada tiap segmen panjang gelombang. Nilai SPF masing-masing konsentrasi ditentukan menggunakan rumus berikut:

Keterangan :

λn = panjang gelombang terbesar λ1 = panjang gelombang terkecil

(28)

17 2. Nilai persen eritema

Nilai persen eritema dihitung dari data pengamatan nilai transmitan pada berbagai panjang gelombang dapat dihitung persen transmisi eritema dengan cara sebagai berikut :

1) Nilai transmisi eritema ΣT.Fe. Perhitungan nilai transmisi eritema tiap panjang gelombang (panjang gelombang 292,5-317,5 nm).

2) Banyaknya fluks eritema yang diteruskan oleh bahan tabir matahari (Ee) dihitung dengan rumus : Ee = ΣT.Fe

3) Kemudian % transmisi eritema dihitung dengan rumus :

Keterangan :

T = Nilai transmisi Fe = Fluks eritema

Ee = ΣT. Fe = banyaknya fluks eritema yang diteruskan oleh ekstrak pada panjang gelombang 292,5 - 317,5 nm

3. Persen transmisi pigmentasi

Nilai persen transmisi pigmentasi dihitung dengan cara sebagai berikut : 1) Nilai transmisi pigmentasi ΣT.Fp. Perhitungan nilai transmisi

pigmentasi tiap panjang gelombang (panjang gelombang 322,5-372,5 nm).

2) Banyaknya fluks pigmentasi yang diteruskan oleh bahan tabir surya (Ep) dihitung dengan rumus Ep = ΣT.Fp

(29)

18 Keterangan : T = nilai transmisi Fp = fluks pigmentasi

Ep = ΣT.Fp = banyaknya fluks pigmentasi yang diteruskan oleh ekstrak pada panjang gelombang 322,5 – 372,5 nm

(30)

19 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Flamboyan (Delonix Regia Raf.) Pembuatan ekstrak dimulai dari pengambilan simplisia daun flamboyan di Kelurahan Namosain, Kota Kupang dengan kriteria daun berwarna hijau yang masih segar. Kriteria ini digunakan karena pada saat pengambilan tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif dan pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi sehingga mempunyai mutu yang baik (Agoes, 2007). Daun Flamboyan selanjutnya disortasi basah dan dicuci dengan air mengalir dengan tujuan memisahkan daun dari partikel pengotor.

Proses selanjutnya dilakukan pengeringan dengan cara diangin-anginkan agar tidak merusak komponen senyawa aktif yang terkandung dalam daun flamboyan. Setelah itu, simplisia yang telah kering dihaluskan menggunakan blender dan diayak dengan ayakan No.60 mesh sesuai dengan derajat kehalusan untuk daun.

Serbuk daun flamboyan yang dihasilkan kemudian diekstraksi menggunakan metode maserasi. Metode ini lebih dipilih dengan tujuan untuk menjaga senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan. Maserasi dilakukan selama 5 hari dan selanjutnya dilakukan remaserasi selama 2 hari menggunakan pelarut metanol. Remaserasi dilakukan dengan harapan senyawa aktif yang terkandung dalam daun flamboyan dapat terekstrasi secara optimal. Maserat yang diperoleh diuapkan menggunakan rotary

(31)

20

evaporator pada suhu 64 °C yang mana suhu tersebut sesuai dengan titik didih metanol sehingga pelarut dapat menguap dan diperoleh ekstrak kental. Ekstrak metanol daun flamboyan yang diperoleh memiliki persentase rendemen sebesar 12,70%.

B. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Daun Flamboyan

Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya senyawa yang terkandung dalam daun flamboyan seperti senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan fenolik. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Identifikasi Ekstrak Metanol Daun Flamboyan

Identifikasi Pereaksi Hasil Keterangan

Flavonoid a. Tabung 1 sebagai kontrol b.Tabung 2 ditambah NaOH c. Tabung 3 ditambah H2SO4 pekat a. Warna kuning b. Coklat muda c. Coklat tua Positif Positif

Alkaloid Reagen Mayer keruh Positif

Saponin a. Air panas, dikocok b.HCl 2 N, dikocok a. Adanya buih/busa b. Buih/busa bertahan Positif Positif

Tanin FeCl3 1% Hijau

kehitaman

Positif

Fenolik FeCl3 1% Biru

kehitaman

Positif

Identifikasi flavonoid pada ekstrak kental dilakukan dengan melarutkan ekstrak dalam 10 mL etanol 70% kemudian dibagi menjadi 3

(32)

21

tabung. Tabung 1 digunakan sebagai kontrol, tabung kedua ditambahkan NaOH, dan tabung 3 ditambahkan H2SO4 pekat. Hasil positif ditandai dengan perbedaan warna pada tabung 2 dan tabung 3. Tabung 2 menunjukan warna coklat muda setelah ditambahkan NaOH dan tabung 3 saat ditambahkan H2SO4 pekat menghasilkan warna coklat tua yang diduga ekstrak metanol daun flamboyan mengandung flavonoid (Gafur dkk, 2013).

Identifikasi berikutnya yakni identifikasi alkaloid. Identifikasi diawali dengan cara ekstrak kental ditambahkan 2 mL etanol 70% kemudian diaduk lalu ditambahkan 5 mL HCl 2 N, campuran disaring dan ditambah reagen Mayer. Hasil identifikasi alkaloid pada ekstrak menunjukan adanya perubahan ekstrak menjadi keruh yang mana diduga ekstrak metanol daun flamboyan mengandung komponen alkaloid (Khoirani, 2013).

Identifikasi saponin dilakukan dengan melarutkan ekstrak dengan air panas yang kemudian dipanaskan dan filtratnya diambil sebanyak 10 mL lalu dikocok. Hasil identifikasi saponin pada ekstrak menunjukan adanya busa/buih yang mana diduga ekstrak metanol daun flamboyan mengandung komponen saponin (Gafur dkk, 2013).

Identifikasi tanin dilakukan dengan melarutkan ekstrak dengan metanol lalu ditambahkan FeCl3 1%. Hasil identifikasi tanin pada ekstrak menunjukan adanya perubahan warna menjadi hijau kehitaman yang mana diduga ekstrak metanol daun flamboyan mengandung komponen tanin (Gafur dkk, 2013).

(33)

22

Identifikasi fenolik diawali dengan cara ekstrak ditambahkan 20 mL larutan FeCl3 1%. Hasil identifikasi fenolik pada ekstrak menunjukan adanya perubahan warna menjadi biru kehitaman yang mana diduga ekstrak metanol daun flamboyan mengandung komponen fenolik (Gafur dkk, 2013).

C. Penentuan Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Metanol Daun Flamboyan Tabir surya adalah sediaan yang dirancang untuk dapat mengurangi efek yang berbahaya dari terpaparnya kulit pada sinar ultraviolet. Secara umum, tabir surya memiliki mekanisme kerja yaitu sinar UV yang dipancarkan ketika bertemu dengan tabir surya akan diabsorbsi (Bonda, 2009).

Sinar ultraviolet (UV) adalah sinar yang dipancarkan oleh matahari yang berada pada panjang gelombang 200-400 nm. Sinar UV dibedakan menjadi 3, yaitu sinar UV-A, UV-B, dan UV-C, yang ketiganya mempunyai panjang gelombang dan efek radiasi yang berbeda. Sinar UV-A dengan panjang gelombang 320-400 nm mempunyai efek radiasi, berupa pigmentasi yang menyebabkan kulit berwarna coklat dan kemerahan. Sinar UV-B dengan panjang gelombang 290-320 nm memiliki efek radiasi yang menyebabkan eritema (kemerahan) hingga dapat menyebabkan kanker kulit bila terlalu lama terkena radiasi ini.

Sinar UV-C dengan panjang gelombang 200-290 nm tertahan pada lapisan atmosfer paling atas dari bumi dan tidak sempat masuk ke bumi karena adanya lapisan ozon (Tranggono dkk, 2007). Sehingga dalam penelitian ini, aktivitas tabir surya diukur dari panjang gelombang 290-400

(34)

23

nm (UV-A dan UV-B). Penentuan efektivitas tabir surya didasarkan pada Persen Transmisi Eritema dan Persen Transmisi Pigmentasi serta dengan menghitung nilai SPF (Sun Protection Factor).

Tabel 4. Nilai Sun Protection Factor (SPF) Ekstrak Metanol Daun Flamboyan (Delonix Regia Raf.)

Nilai SPF Replikasi 200 ppm 400 ppm 600 ppm 800 ppm 1000 ppm 1 1,974 3,765 7,637 14,906 28,931 2 1,925 3,753 7,382 14,382 28,019 3 1,780 3,201 5,881 10,611 18,623 rata-rata 1,893 3,573 6,967 13,300 25,191 kategori proteksi minimal proteksi minimal proteksi ekstra proteksi maksimal proteksi ultra

Sun Protection Factor (SPF) merupakan indikator universal yang menjelaskan tentang keefektifan dari suatu produk atau zat yang bersifat UV protektor, semakin tinggi nilai SPF dari zat aktif tabir surya maka semakin efektif melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV (Dutra dan Olivera, 2004).

Pengukuran nilai SPF ekstrak metanol daun flamboyan dilakukan secara in vitro dengan metode Spektrofotometri pada rentang panjang gelombang sinar ultraviolet. Masing-masing konsentrasi diukur nilai absorbansi (A) pada panjang gelombang 290-400 nm dengan interval 5 nm dan dilakukan 3 kali pengulangan. Berdasarkan Tabel 4 hasil pengukuran nilai SPF diperoleh nilai rata-rata SPF konsentrasi (200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm) berturut-turut sebesar 1,893; 3,573; 6,967; 13,300; 25,191.

(35)

24

Nilai rata-rata SPF pada konsentrasi 200 ppm dan 400 ppm sebesar 1,893 dan 3,573 dimana kedua nilai SPF masuk dalam kategori proteksi minimal. Proteksi minimal adalah kategori penilaian aktivitas tabir surya dimana suatu zat aktif mampu melindungi kulit dari sinar UV-B tetapi hanya sementara. Pada konsentrasi yang lebih besar yakni konsentrasi 600 ppm nilai SPF sebesar 6,967 dan nilai tersebut masuk dalam kategori proteksi ekstra. Proteksi ekstra adalah kategori penilaian aktivitas tabir surya dimana suatu zat aktif mampu mencegah paparan sinar matahari dengan mengabsorbsi 95% atau lebih radiasi sinar UV. Kategori proteksi maksimal ditunjukan pada konsentrasi 800 ppm yakni 13,300. Kategori proteksi maksimal adalah kategori penilaian aktivitas tabir surya dimana suatu zat aktif mampu melindungi kulit dari paparan sinar matahari dalam waktu yang lama. Kategori proteksi ultra pada konsentrasi 1000 ppm yakni 25,191. Proteksi ultra adalah kategori penilaian aktivitas tabir surya dimana zat aktif mampu melindungi kulit dari paparan sinar matahari dengan mengabsorbsi radiasi sinar UV dalam waktu yang lama.

Gambar 2. Grafik Nilai Sun Protection Factor (SPF) Ekstrak Metanol Daun Flamboyan (Delonix Regia Raf.)

0 5 10 15 20 25 30 0 200 400 600 800 1000 S PF ppm

(36)

25

Berdasarkan Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan nilai SPF semakin tinggi. Dimana konsensentrasi 200 ppm memiliki nilai SPF terkecil yaitu 1,893 dan konsentrasi 1000 ppm memiliki nilai SPF terbesar yaitu 25,191. Selain menghitung nilai SPF, Penentuan aktivitas tabir surya juga dilakukan dengan menghitung nilai transmisi eritema (%Te), dan hasil pengukuran %Te ditunjukan pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Persen Transmisi Eritema (%Te)Ekstrak Metanol Daun Flamboyan ( Delonix Regia Raf.)

Nilai Eritema Replikasi 200 ppm 400 ppm 600 ppm 800 ppm 1000 ppm I 55,613 31,667 17,423 9,872 5,295 II 55,556 30,298 17,077 9,598 5,455 III 59,788 35,818 21,025 12,577 7,685 rata-rata 56,986 32,594 18,508 10,682 6,145 Kategori Fast tanning Fast tanning Fast Tanning Regular suntan Extra protection

Eritema merupakan salah satu tanda terjadinya proses inflamasi akibat pancaran sinar UV. Persen Transmisi eritema didapatkan dari nilai konversi absorbansi sampel yang diukur pada panjang gelombang 292,5-317,5 nm menjadi nilai persen transmisi. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali replikasi dan diperoleh nilai rata-rata %Te pada konsentrasi 200, 400, dan 600 ppm masuk kategori fast tanning yang berarti sampel memiliki aktivitas sebagai tabir surya namun aktivitasnya lemah, tetapi pada konsentrasi 800 ppm sampel menunjukkan aktivitas sebagai tabir surya yang lebih baik dari kategori fast tanning bahkan sampel dengan konsentrasi 1000 ppm dalam

(37)

26

kategori extra protection menunjukkan aktivitas tabir surya yang lebih maksimal.

Gambar 3. Nilai Persen Transmisi Eritema (%Te) Ekstrak Metanol Daun Flamboyan (Delonix regia Raf.)

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi menyebabkan semakin rendah nilai persen transmisi eritema dimana konsentrasi 200 ppm memiliki nilai persen transmisi eritema terbesar yaitu 56,986% dan konsentrasi 1000 ppm memiliki nilai persen transmisi eritema terkecil yaitu 6,145%. Konsentrasi 1000 ppm mempunyai kemampuan melindungi kulit dari paparan sinar matahari lebih besar daripada konsentrasi 200 ppm.

Tabel 6. Nilai Persen Transmisi Pigmentasi Ekstrak Metanol Daun Flamboyan (Delonix regia Raf.)

Replikasi Nilai Pigmentasi

200 ppm 400 ppm 600 ppm 800 ppm 1000 ppm I 71,395 52,591 38,169 28,248 20,529 II 71,846 52,624 38,596 28,697 21,506 III 74,521 56,711 42,673 32,725 25,32 rata-rata 72,587 53,975 39,813 29,890 22,452 Kategori Ekstra protection Ekstra protection

Total block Total block Total block 0 10 20 30 40 50 60 0 200 400 600 800 1000 % Te ppm

(38)

27

Pigmentasi adalah perubahan warna kulit yang disebabkan adanya penyakit atau perlukaan yang bisa menimbulkan perubahan warna yang gelap. Persen Transmisi Pigmentasi didapatkan dari nilai konversi absorbansi sampel yang diukur pada panjang gelombang 322,5-372,5 nm menjadi nilai %T. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata %Tp (Tabel 6) dan pada konsentrasi rendah ekstrak metanol daun flamboyan sudah menunjukkan aktivitas tabir surya dengan kategori ekstra protection, yang berarti ekstrak memiliki kemampuan lebih untuk memproteksi kulit sehingga kulit terlindungi dari paparan sinar UV A penyebab pigmentasi, sedangkan pada konsentrasi 600, 800, dan 1000 ppm masuk dalam kategori total block atau sunblock yang berarti bahwa ekstrak memiliki kemampuan memproteksi secara total sinar UV A penyebab pigmentasi.

Gambar 4. Grafik Nilai Persen Transmisi Pigmentasi Ekstrak Metanol Daun Flamboyan (Delonix regia Raf.)

Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi, memberikan nilai persen transmisi pigmentasi yang semakin rendah

0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 200 400 600 800 1000 % Tp ppm

(39)

28

dimana konsensentrasi 200 ppm memiliki nilai persen transmisi eritema terbesar yaitu 72,587% dan konsentrasi 1000 ppm memiliki nilai persen transmisi eritema terkecil yaitu 22,452%. Konsentrasi 200 ppm mempunyai kemampuan melindungi kulit dari paparan sinar matahari lebih kecil daripada konsentrasi 1000 ppm.

Berdasarkan data yang diperoleh yaitu nilai SPF, nilai persen transmisi eritema (%Te), dan nilai persen transmisi pigmentasi (%Tp) dapat dilihat bahwa ekstrak metanol daun flamboyan yang dibuat dalam 5 seri konsentrasi yaitu 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm memiliki aktivitas tabir surya yang baik. Nilai SPF ekstrak metanol daun flamboyan mulai menunjukan potensi maksimal pada konsentrasi 600 ppm, nilai %Te pada konsentrasi 800 ppm dan untuk nilai %Tp pada konsentrasi 200 ppm, sudah dapat menyerap sinar UV-A dengan baik.

(40)

29 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Ekstrak metanol daun flamboyan memiliki aktivitas tabir surya.

2. Ekstrak metanol daun flamboyan mengandung senyawa Flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan fenolik.

3. Ekstrak metanol daun flamboyan memiliki nilai SPF pada konsentrasi 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm berturut-turut 1,893, 3,573, 6,967, 13,300, dan 25,191. Nilai persen transmisi eritema pada konsentrasi 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm berturut-turut sebesar 56,986%, 32,594%, 18,508%, 10,682% dan 6,145%. Nilai persen transmisi pigmentasi pada konsentrasi 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm berturut-turut 72,587%, 53,975%, 39,813%, 29,890%, dan 22,452%.

B. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat membuat formula tabir surya ekstrak metanol daun flamboyan (Delonix Regia Raf.).

2. Dapat melakukan fraksinasi dengan beberapa pelarut untuk mendapatkan kemampuan sebagai tabir surya yang lebih baik lagi.

(41)

30

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2007. Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB. Bandung.

Baraja, M., 2008. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus Elastica Nois Ex Blume Terhadap Artemia Salina Leach Dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi. Fakultas Farmasi dan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Bonda, C., 2009. Sunscreen Photostability 101. Happi:72-75. http://shows.happi.com/arti-cles/2009/10/sunscreen-photostability-101. accessed 10 Februari 2018.

Dutra, E. dan Olivera, A. D., 2004. Determination of Sun Protecting Factor (SPF) of Sunscreen by Ultraviolet Spectrophotometry. Brazilian Journal Pharmaceutical Sciences. 40(3):381-385.

Gafur, M., Isa, L., dan Bialangi, N., 2013. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dari Daun Jamblang (Syzygium Cuminy). Skripsi. Program Studi Kimia, FMIPA, UN Gorontalo. Gorontalo.

Khoirani, N., 2013. Karakteristik Simplisia Dan Standarisasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum Americanum). Skripsi. Program Studi Farmasi, FK dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayahtullah. Jakarta.

Khopkar, S., 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan Dari Basic Concepts of Analytical Chemistry Oleh Saptoraharjo. UI Press, Jakarta. Kusantati, H., 2008. Tata Kecantikan Kulit. Departemen Pendidikan Nasional,

Jakarta.

Lachman, leon, 2007. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. UI Press, Jakarta. Moloney, F. J., Collins, S., dan Murphy, G.M., 2002. Sunscreen: Safety, Efficacy

and Appropriate Use, Am.J.Clin.Dermatol.,3(3), 185-191.

Oyedeji, O.A., Azeez, L.A., dan Osifade, B.G., 2017. Chemical and Nutritional Composition of Flame of Forest (Delonix Regia) Seeds and Seed Oil, S. Afr. J. Chem. Departemen of Sciens Laboratory, 70:16-20.

Setiawan, T., 2010. Uji Stabilitas Fisik Dan Penentuan Nilai SPF Krim Tabir Surya Yang Mengandung Ekstrak Daun The Hijau (Camelia Sinensis L.),

(42)

31

Oktilmetoksisinamat Dan Titanium Dixoksida. Skripsi. Program Studi Farmasi, FMIPA. Universitas Indonesia. Depok.

Sing, S., 2014. A REVIEW:Introduction To Genus Deloni. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3:2042-2055.

Suryanto, E. 2012. Fitokimia Antioksidan. Putra Media Nusantara. Surabaya. Suryowinoto, sutarni M., 1997. Flora Eksotika, Tanaman Peneduh. Kanisius.

Yogyakarta.

Syukur, R., Alam, G., Mufidah, Rahim, A., dan Tayeb, R., 2011. Aktivitas Antiradikal Bebas Beberapa Ekstrak Tanaman Familia Fabaceae. JST Kesehatan. 1(1):61-67.

Tabrizi, H., S. A. Mortazavi dan Kamalinejad, M., 2013. An In Vitro Evaluation of Various Rosa damascene Flower Extracts as a Natural Antisolar Agent. International Journal of Cosmetic Science. 25(6):259-265.

Tranggono, Retno, I., dan Fatmas, L., 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Underwood, A.. dan Day, R.., 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta. Wilkinson, J. B. dan Moore, R.., 1982. Harry’s Cosmeticology 7th Edition, VII.

ed. Chemical Publishing Company. New York.

Yuliastuti, I., 2002. Pemodelan Dan Sintesis Senyawa Penyerap Sinar UV 3,4 Dimetoksi Heksilsinamat Berdasarkan Pendekatan Kimia Komputasi. Proceeding Seminar nasional. FMIPA UGM. Yogyakarta. 26 Oktober 2002.

(43)

32 LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian

Daun flamboyan

Pengambilan, sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering dan penyerbukan.

Aktivitas tabir surya

Diukur absorbansi nilai SPF dan %Te dan %Tp menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.

Ekstrak metanol daun flamboyan Serbuk simplisia Daun

flamboyan

Ditimbang, diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol.

(44)

33

Lampiran 2. Skema Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Flamboyan

Pengambilan daun Flamboyan

Sortasi basah

Pencucian

Pengeringan dengan cara diangin-anginkan

Sortasi kering

Penyerbukan dan pengayakan

Serbuk simplisia daun Flamboyan Daun Flamboyan

(45)

34

Lampiran 3. Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Flamboyan

Gambar 5. Proses Maserasi

(46)

35

Gambar 7. Proses Penguapan Ekstrak

(47)

36

Lampiran 4. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Daun Flamboyan

Uji Flavonoid H2SO4 pekat Uji Flavonoid kontrol Uji Flavonoid NaOH Gambar 9. Hasil Identifikasi Ekstrak Flavonoid

(48)

37

Lampiran 5. Perhitungan Persentase Rendemen Ekstrak Metanol Daun Flamboyan

a. Perhitungan Presentase Rendemen Rumus :

% rendemen =

Data : Bobot Cawan Kosong = 55,97 g Bobot Cawan + Ekstrak = 81,38 g Bobot Ekstrak Kental = 25,41 g Bobot Serbuk Daun Sisik Naga = 200 g

% rendemen ekstrak etanol =

=

= 12,70 %

Jadi, dari perhitungan diatas diperoleh persen rendemen ekstrak metanol daun Flamboyan adalah 12,70 %.

(49)

38

Lampiran 6. Perhitungan dan Pembuatan Seri Konsentrasi Larutan Induk Larutan Induk sampel dibuat konsentrasi 1000 ppm dengan menimbang 100 mg ekstrak etanol daun kemangi hutan, dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, lalu ditambahkan etanol 70% hingga tanda batas.

Perhitungan Pembuatan Seri Konsentrasi menggunakan rumus: N1 x V1 = N2x V2

No Konsentrasi (ppm) Volume larutan induk (mL)

1 200 5 2 400 10 3 600 15 4 800 20 5 1000 25 a. 200 ppm N1 x V1 = N2x V2 1000x V1= 200 x 25 mL V1= 5 mL

Dipipet sebanyak 5 mL larutan induk 1000 ppm, dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, lalu ditambahkan etanol 70% sampai tanda batas.

b. 400 ppm

N1 x V1 = N2x V2

1000 x V1= 400 x 25 mL V1=10 mL

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk 1000 ppm, dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, lalu ditambahkan etanol 70% sampai tanda batas.

(50)

39 c. 600 ppm

N1 x V1 = N2x V2

1000 x V1= 600 x 25 mL V1=15 mL

Dipipet sebanyak 15 mL larutan induk 10000 ppm, dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, lalu ditambahkan etanol 70% sampai tanda batas.

d. 800 ppm

N1 x V1 = N2x V2

1000 x V1= 800 x 25 mL V1= 20 mL

Dipipet sebanyak 20 mL larutan induk 1000 ppm, dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, lalu ditambahkan etanol 70% sampai tanda batas.

e. 1000 ppm

N1 x V1 = N2x V2 1000x V1= 1000 x 25 mL V1 =25 mL

Dipipet sebanyak 25 mL larutan induk 1000 ppm, dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, lalu ditambahkan etanol 70% sampai tanda batas.

(51)

40

Lampiran 7. Perhitungan Nilai Sun Protection Factor (SPF) Rumus :

{ }

AUC = L1+L2+L3...Ln

Contoh perhitungan nilai SPF konsentrasi 1000 ppm replikasi 1

(52)

41 1,461 SPF =28,931

Perhitungan Nilai Rata-rata SPF 1000 ppm

(53)

42

Lampiran 8. Perhitungan Nilai Persen Transmisi Eritema (%Te) dan Nilai Persen Transmisi Pigmentasi (%Tp)

a. Contoh perhitungan Nilai Persen Transmisi Eritema dan Nilai Persen Transmisi Pigmentasi Konsentrasi 1000 ppm Replikasi 1

Panjang gelombang

(nm)

Fluks eritema %Te Ee %Te

292,5 0,110 3,500 0,385 5,295 297,5 0,672 4,500 3,024 302,5 1,000 5,300 5,300 307,5 0,200 6,100 1,220 312,5 0,136 7,100 0,966 317,5 0,112 8,300 0,930 Jumlah 2,233 11,824 Panjang gelombang (nm) Fluks pigmentasi %Tp Ee %Tp 322,5 0,107 10,100 1,081 20,529 327,5 0,102 12,500 1,275 332,5 0,093 15,500 1,442 337,5 0,079 18,700 1,477 342,5 0,066 22,200 1,465 347,5 0,057 25,600 1,459 352,5 0,044 28,800 1,267 357,5 0,045 31,600 1,422 362,5 0,035 34,200 1,197 367,5 0,031 36,700 1,138 372,5 0,026 39,400 1,024 Jumlah 0,694 14,247

b. Contoh Perhitungan Nilai Transmisi Eritema dan Pigmentasi Konsentrasi 1000 ppm Rumus :

(54)

43

c. Perhitungan Nilai Rata-rata %Te dan %Tp 1000 ppm

(55)

44 Lampiran 9. Surat Izin Penelitian

(56)

45 Lampiran 10. Surat Selesai Penelitian

Gambar

Gambar 1. Daun Flamboyan  B.  Sinar Ultraviolet (UV)
Tabel 1. Penggolongan Potensi Tabir Surya
Tabel  2. Keefektifan  Sediaan  Tabir  Surya  Berdasarkan  Nilai  SPF  (Wilkinson dan Moore, 1982)
Tabel 3. Hasil Identifikasi Ekstrak Metanol Daun Flamboyan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puisi dengan judul Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi karya Subagio Sastrowardoyo merupakan refleksi realitas sosial pada zamannya yang kaya akan nilai-nilai karakter yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama , terdapat perbedaan motivasi belajar yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang

Pernyataan tersebut bila dikaitkan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru dewasa yang tidak patuh dalam minum obat anti tuberkulosis akan susah

Secara khusus partisipasi lebih seorang manajer dalam keikutsertaan selama proses penyusunan anggaran menumbuhkan rasa keadilan yang lebih tinggi, agar individu tidak

dengan adanya kebijakan yang tertulis dari manajemen KUD diharapkan dapat mengikat pihak agen dan unit pengolahan susu dalam melakukan produksi dan pemasaran

Ketiga kelompok tersebut dapat mengganggu terciptanya kualitas audit, karena masing-masing kepentingan ini akan memberikan tekanan pada auditor untuk

Pada Bab III Metode Penelitian akan menguraikan tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan

Penelitian ini disusun untuk mengetahui bagaimana pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor terhadap audit judgment pada kantor akuntan publik di