• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN MULTIKULTUR BERBASIS BUDAYA LOKAL PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BAJAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN MULTIKULTUR BERBASIS BUDAYA LOKAL PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BAJAWA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |15

ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN MULTIKULTUR

BERBASIS BUDAYA LOKAL PADA SEKOLAH DASAR DI

KECAMATAN BAJAWA

Dimas Qondias

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Citra Bakti

Ngada-NTT

dimasqondias@yahoo.com Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat guru tentang perlunya pengembangan pendidikan multikultur berbasis budaya lokal di sekolah dasar kecamatan bajawa. Penelitian ini melihat apakah pembelajaran disekolah dasar perlu adanya pengembangan pendidikan multikultur berbasis budaya lokal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random

sampling untuk menentukan sekolah yang memiliki siswa multikultur dan simple random

sampling untuk menentukan subyek yang akan diberikan pendapat tentang pendidikan

multikultur berbasis budaya lokal. Besarnya anggota sampel penelitian ini adalah 73 orang yang ditentukan dengan menggunakan table Krejcie dan Morgan. Untuk mengukur besaran kesetujuan pengembangan pendidikan multikultur berbasis budaya lokal digunakan kuesioner pendidikan multikultur berbasis budaya lokal. Data dianalisis secara deskriptif dengan mengacu pada skala teoretik. Hasil penelitian yang diperoleh dari 73 responden menunjukan pada rata-rata 122 (sangat setuju), ini berarti bahwa pendidikan multikultur berbasis budaya lokal sangat setuju dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah dasar. Kata-kata kunci: analisis kebutuhan, pendidikan multikultur, berbasis budaya lokal

(2)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |16

THE

NEED ANALYSIS OF LOCAL CULTURE-BASED MULTI-CULTURE

EDUCATION IN ELEMENTARY SCHOOLS IN

BEJAWA SUB-DISTRICT

Abstract

This study aims at investigating the teachers’ opinions about the necessaries of developing local culture-based multi-culture education in elementary schools in Bejawa sub-district. This study also investigates whether instructions in elementary schools need a development of local culture-based multi-culture education or not. This study belonged to descriptive qualitative study. The sampling technique used was purposive random sampling technique to determine the schools which students were having multi-culture. Simple random sampling was used to determine the subject who would be asked the opinion about local culture-based multi-culture education. The amount of the sample was 73 respondents which were chosen by using Krejcie and Morgan table. To determine the agreement of the development of local culture-based multi-culture education, questionnaires about local culture-based multi-culture education were used. The data was analyzed descriptively which the purpose were about theoretic scale. The results gathered from 73 respondents show that the mean score is 122 (Strongly Agree), it means that the respondents agree with the development of local culture-based multi-culture education in the instructions in elementary schools.

Keywords: need analysis, multi-culture education, local culture-based PENDAHULUAN

Globalisasi membawa kemajuan zaman yang begitu pesat dan memicu masyarakat untuk bersaing di segi ekonomi, untuk meningkatkan taraf hidup manusia dewasa ini manusia melakukan perpindahan yang dimana sering disebut imigrasi. Fenomena tersebut sudah lumrah kita jumpai di kota-kota besar yang dimana memberikan kesempatan setiap manusia untuk meningkatkan taraf hidupnya. Hal tersebut tidak lepas peran pendidikan seorang manusia yang harus meningkatkan taraf hidupnya. Pendidikan di gadang-gadang sebagai masalah pemicu utama meningkatkan kehidupan manusia Tanpa kita sadari perkembangan pendidikan tidak terlepas dari adanya globalisasi di bidang IPTEK dan ekonomi yang membawa determinasi yang cukup besar.

Pada umumnya tujuan dari pendidikan adalah untuk meningkatkan kehidupan manusia. Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tantangan pendidikan di Indonesia sangat kompleks bersifat makro dan mikro. Apabila kita lihat bahwa guru banyak mengalami masalah terutama dalam mengelola kelas dan menghadapi siswa yang heterogen.

Keberagaman siswa tidak terlepas dari meledaknya penduduk yang disuatu daerah. Di pertengahan tahun 1997 kekisruhan etnik terjadi di banyak tempat di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dimana bangsa Indonesia pada saat itu menghadapii krisis multi dimensi. Kekisruhan etnik tersebut telah menggugah kesadaran baru diantara

(3)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |17 komponen bangsa Indonesia bahwa kebanggaan akan kehidupan berbangsa satu di atas kebhinekaan adalah sebuah angan-angan belaka. Ini membuktikan bahwa kekokohan bangunan supra-struktur Negara kebangsaan sangat rapuh.

Apabila kita menelisik system pendidikan nasional dimasa lalu, pendidikan lebih cenderung berseragam budaya nasional yang berdiri di atas puncak-puncak budaya daerah. Dapat dikatakan pendidikan diselenggarakan secara monokultur yang dimana rentan terhadap konflik SARA. SARA merupakan konflik yang berlatar belakang suku, agama,ras (Purwasito 2002). Prasangka dan diskriminasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Apabila kita lihat bahwa prasangka ini dapat merugikan pertumbuhan dan perkembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Menurut Soelaeman (2000) bahwa prasangka dapat diartikan sebagai suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi. Prasangka itu akan muncul apabila karena minimnya pendidikan seseorang, sehingga kurangnya pengetahuan, fakta dari kejadian dan dominasi kepentingan golongan maupun kelompok. Keadaan seperti inilah yang sering menyebabkan kesenjangan dan menghasilkan suatu konflik, karena kurangnya pemahaman kelompok masyarakat terhadap budaya yang berbeda di suatu daerah.

Menurut Mulyana 2003, budaya merupakan gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu. Budaya merupakan suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna,, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi-generasi melalui usaha individu atau kelompok (Mulyana dan rakhmat,2003). Menurut Rian (2013) Budaya memiliki banyak arti, budaya berarti budi atau akal budi atau pikiran. Kebudayaan berasal dari kata budayah yang dapat kita artikan sebagai hasil rasa, cipta, dan karsa manusia.

Untuk lebih optimalkan pendidikan yang menekankan keberagaman budaya diperlukan pendidikan multikultur yang diiringi dengan budaya local disuatu daerah sebagai salah satu alat untuk menekan dan meminimalisir potensi konflik antar etnik, agama dan ras. Intinya, pada dasarnya peran dari orang tua, sekolah, organisasi keagamaan dan sebagainya, bertanggung jawab menjadikan anak-anak untuk memahami multikultur, akan tetapi peran yang paling penting untuk mengajarkan pendidikan multikultur ini adalah dari pihak sekolah. Oleh karena itu melalui program pendidikan multikultur yang di konsepsi dengan baik dan dilaksanakan secara berkesinambungan agar terbentuk sebuah masyarakat terhadap keragaman budaya yang dibutuhkan bagi masa kini dan masa depan bangsa Indonesia dan dunia.

Menurut Hafizh (2012) Pendidikan multikultur adalah sebuah tawaran model pendidikan yang mengusung ideologi yang memahami, menghormati, dan menghargai harkat dan martabat manusia di manapun dia berada dan dari manapun datangnya (secara

(4)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |18 ekonomi, sosial, budaya, etnis, bahasa, keyakinan, atau agama, dan negara). Pendidikan multikultural secara inhern merupakan dambaan semua orang, lantaran keniscayaannya konsep “memanusiakan manusia”. Pasti manusia yang menyadari kemanusiaanya dia akan sangat membutuhkan pendidikan model pendidikan multikultural ini. Sedangkan Menurut (Tilaar dalam Hafizh 2012) pendidikan multikultural sebagai merupakan suatu wacana lintas batas yang mengupas permasalahan mengenai keadilan sosial, musyawarah, dan hak asasi manusia, isu-isu politik, moral, edukasional dan agama. Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat plural (Anzis 2013). Menurut Suparlan (2006), berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme adalah demokratis, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, suku bangsa, keyakinan, keagaman ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan publik, HAM, hak budaya komunitas dan konsep lainnya.

Pendidikan berbasis budaya lokal merupakan upaya untuk mengintegrasikan budaya lokal dalam proses pendidikan yang mana proses pendidikan tidak hanya fokus terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi melainkan juga dengan mempelajari budaya lokal. Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda. Keunggulan dari potensi daerah itu sangatlah beragam. Dengan kebergaman potensi daerah ini pengembangan potensi dan keunggulan daerah perlu diperhatikan sehingga pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa tidak asing dengan daerahnya sendiri dan memahami potensi dan nilai-nilai serta budaya daerahnya sendiri.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah pendidikan multikultur berbasis budaya lokal perlu dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah dasar? Dengan tujuan untuk mengetahui pendapat guru tentang perlunya pengembangan pendidikan multikultur berbasis budaya lokal di sekolah dasar.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuatitatif deskriptif. Pendekatan ini digunakan untuk mengungkap yang menjadi masalah dalam penelitian ini. Sugiyono 2012 menyatakan penelitian kuantitatif digunakan pada realitas/gejala/fenomena yang dapat teramati dan terukur. Penelitian yang dilakukan ini ingin mengungkap fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan yang terkait dengan usaha dalam rangka terpenuhinya kebutuhan pendidikan multikultur berbasis budaya lokal.

Penelitian ini dilakukan di kecamatan bajawa kabupaten ngada yang dimana di kecamatan bajawa ini terdapat banyak keragaman etnik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SD di kecamatan Bajawa yang ada sebanyak 27 sekolah dasar di kecamatan Bajawa. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive random sampling untuk mencari sekolah yang memiliki siswa multikultur. dari 27 sekolah dasar yang ada di bajawa di ambil 7

(5)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |19 sekolah yang memiliki keragaman etnis. Setelah di tentukan sekolah dasar yang dimana siswanya memiliki multikultur dilanjutkan dengan pengambilan sampel dengan simple

random sampling untuk menentukan subjek yang akan di berikan pendapat tentang

pendidikan multikultur berbasis budaya lokal.

Tabel 1 Data Sekolah Dasar di Kecamatan Bajawa. No Nama Sekolah Jumlah Guru Penentuan Subjek

1 SDI Bobou 12 11 2 SDI Bajawa 15 11 3 SDI Lebijaga 16 11 4 SDK Regina Pacis 13 10 5 SDK Tanalodu 11 10 6 SDK Ngedukelu 10 10 7 SDK Kisanata 11 10 88 73

Sumber : Dinas Pendidikan dan kebudayaan kab Ngada

Setelah ditentukan subjek dalam penelitian ini akan dilanjutkan dengan pemberian kuisioner yang telah disediakan dengan menggunakan model skala likert yang telah ditetapkan. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan skala 5 teoritik, untuk menetukan kesetujuan atau kesesuaian pendidikan multikultur berbasis budaya lokal disekolah dasar dapat ditentukan sebagai berikut:

Tabel 2 Skala Penilaian atau kategori/ Klasifikasi pada skala lima Teoritis RENTANG SKOR KLASIFIKASI

120 - 150 Sangat Setuju 100 - 119 Setuju

80 - 99 Ragu-Ragu 60 - 79 Tidak Setuju 30 - 59 Sangat Tidak Setuju HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tanggapan dari 73 responden dari 7 sekolah yang berada di kabupaten ngada diperoleh rata-rata 122, hal ini menjawab bahwa pendidikan multikultur berbasis budaya lokal setuju untuk dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah dasar. Bila dilihat secara terperinci dari 73 responden, bahwa terdapat 49 responden atau sebesar 67% yang menyatakan sangat setuju apabila pembelajaran disekolah dasar dikembangkan pendidikan multikultur berbasis budaya lokal. Terdapat 24 responden atau sebesar 34% yang menyatakan setuju apabila pembelajaran disekolah dasar dikembangkan pendidikan multikultur. Hasil ini menjawab bahwa pendidikan multikultur berbasis budaya lokal di sekolah dasar sangat perlu diberikan oleh siswa SD di

(6)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |20 kecamatan bajawa, perlunya pengembangan ini di karenakan di kecamatan bajawa ini banyak memiliki ragam budaya/ etnik. Selain penduduk asli kecamatan bajawa banyak juga pendatang dari jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Bali yang menetap di Bajawa, oleh karena itu ragam budaya di daerah bajawa ini sangat banyak dan tidak tertutup kemungkinan akan terjadi gesekan-gesekan yang menimbulkan kekisruhan diantara etnik yang berbeda.

SIMPULAN DAN SARAN

Pendidikan multikultur dapat ditekankan pada tema multikultur dan di integrasikan dalam pembelajaran di sekolah dasar. Terlihat bahwa dari 73 responden guru sekolah dasar dibajawa menyatakan kata sepakat bahwa pendidikan multikultur berbasis budaya lokal sangat perlu di kembangkan kedalam pembelajaran di sekolah dasar. Hal ini dipertegas dengan rata-rata yang diperoleh secara keseluruhan sebesar 122 (sangat setuju).

Berdasarkan hasil temuan penelitian dianjurkan saran atau rekomendasi sebagai berikut. 1) dalam kegiatan belajar mengajar disekolah, guru sebagai orang yang paling dekat dengan siswa disarankan untuk mempelajari dan memahami unsur-unsur pendidikan multikultur berbasis budaya lokal, sehingga nantinya dapat bersikap dan berprilaku yang mencerminkan nilai-nilai multikulturalisme, yang dimana adanya pengakuan perbedaan siswa, adil dalam memberikan penilaian. 2) Kepada pengambil kebijakan dalam pendidikan disarankan untuk menjalankan program pendidikan multikultur berbasis budaya lokal ini hendaknya disediakan kebijakan paying hukum dalam pelaksanaannya sehingga guru tidak bimbang dalam mengimplementasikannya. 3) Dengan adanya penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan waktu dan peneliti oleh sebab itu peneliti berharap akan ada penelitian lain yang mengambil wilayah yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Anzis. 2013. Pendidikan Multikultur. http://anzisarna.blogspot.com. Diakses 10 Juli 2013 Purwasito. 2003. Komunikasi multikultur. Surakarta Muhamadiyah Universiti: Press. Soelaeman, M. 2000. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT Refika Aditama

Mulyana, D. 2003. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hafizh, M. 2012. Pengertian multikultur. http://www.referensi makalah.com/pengertian-pendidikan-multikultural. Diakses pada 10 Juli 2013.

Suparlan. 2006. Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultur. http://www.sercpps.ohion.edu/news/ciud/artikel. Diakses 10 juli 2013.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Koyan, 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Undiksha

Gambar

Tabel 1 Data Sekolah Dasar di Kecamatan Bajawa.  No  Nama Sekolah  Jumlah Guru  Penentuan Subjek

Referensi

Dokumen terkait

• Analisis kuantitatif oleh penyerapan Sinar X  untuk penentuan unsur nomor atom yang tinggi dalam matriks unsur nomor atom lebih rendah..

Akibat hukum yang bisa timbul dari adanya konflik norma pengaturan mengenai Parate Eksekusi tersebut adalah tidak adanya kepastian hukum karena adanya

Berdasarkan data hasil analisis QSPM yang dilakukan dapat di terapkan didalam perusahaan adalah strategi SO (Strengths-Opportunities) dengan cara memamfaatkan

Terkait dengan hal tersebut, Garuda Indonesia belum melakukan evaluasi yang berhubungan dengan tujuan diadakannya kerjasama Garuda Indonesia dengan Liverpool FC,

Informasi yang digali dari narasumber tersebut diantaranya adalah tentang proses pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan Komunitas Difabel Desa Sidomulyo, strategi

Oleh itu, penelitian ini mencoba untuk menganalisa satu persoalan yang menarik bagi mengetahui sejauh mana gerakan JT mampu mempengaruhi proses pembangunan

Berikut adalah data yang didapat dari website Taman Nasional Bali Barat terkait Jalak Bali

Hal ini sesuai dengan pengamatan penelitian yang mengungkapkan bahwa faktor pendukung dalam menerapkan fungsi administrasi perkantoran modern di Kecamatan Barombong