• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Desa Berdering di "Desa Karampuang" Kabupaten Mamuju

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Desa Berdering di "Desa Karampuang" Kabupaten Mamuju"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

' !

PROGRAM DESA BERDERING DI "DESA KARAMPUANG" KABUPATEN MAMUJU

DESA BERDERING'S PROGRAM IN "KARAMPUANG VILLAGE" MAMUJU DISTRICT

Bambang Riawallll. Eko Peneliti Komunikasi dan Media

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya JI.Raya Ketajen No: 35 Tlp 031- 8011944 Sidoarjo-Jawa Timur

e-mail : briawaneko@yahoo.co.id

(naskah diterima tgl 15 Oktober 2012, dan disetujui terbit tgl 23 Nopember 2012)

Abastract

This reseach seeks to answer the emering issue of what are factor led to the failure of Program Desa Berdering at Karampuang Village, Mamuju District. This evaluative study attempts to describe the contributing factors of the failure of the program at the village. According, there are 3 sources in this study, i.e. Head ofKarampuang village, villagers whose land are occupied by public telepohone infrastructure as well as the Rhead of Communication and Technology Office ofDepartement of Transportation, Communi-cation and Information Technology Office ofMamuju Regency. It can be concluded from the results that there are lack of coordination among Rural Telecommunications and Information Technology Center, local government and managing partners led to the emergence of problems. The low participation ofKarampyang village toward this project was due to the fact that the public expectation did not conform with the provision of the government, therefore the people werw being apathetic in addressing the issue. In addition, the technology provided by the govern-ment are not as good as the current one used by Karampuang villagers.

Keywords: Program Desa Berdering, Media Theory Abstraksi

Penelitian ini berupaya mencari jawaban ter-hadap permasalahan yang muncul, yakni faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan program desa berdering di Desa karampuang, Kecamatan Mamuju. Penelitian bersifat evaluatif, berupaya menggambar-kan faktor-faktor yang menyebabmenggambar-kan program yang dilaksanakan di desa ini gagal. Terkait dengan itu, narasumber dalam penelitian ini ada tiga (3) orang, yakni: Kepala Desa karampuang, penduduk desa yang lahannya ditempati infrastruktur telepon um.um serta Kepala Bidang Komunikasi dan Informatika Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika kabupaten Masyarakat Telematika clan Informasi Volume: 3 I No: 2 I 2012

Mamuju. Dari temuan dilapangan dapat disimpulkan bahwa tidak adanyakordinasi antara Balai telekomuni-kasi dan Informatika Pedesaan dengan pemerintah daerah sertarekanan pelaksanamenyebabkanmunculnya kendala di lapangan. Rendahnya partisipasi penduduk Desa karampuang terhadap proyek ini disebabkan karena apa yang diinginkan oleh penduduk desa tidak sesuai dengan pemberian pemerintah, sehingga dalam pelaksanaan penduduk desa bersikap apatis. Selain itu teknologi yang diterapkan oleh teknologi itu tidak sebaik teknologi yang dimanfaatkan penduduk Desa karampuang saat ini.

Kata kunci: Program Desa berdering, Teori Media PENDAHULUAN

Lat~u Befakang

Penelitian ini berawal dari tugas kedinasan untuk pengumpulan data "Penelitian Pemanfaatan Program USO di Masyarakat di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi barat". Sesuai dengan konsep penelitian tersebut, salah satu syarat desa yang dijadikan sampel penelitian adalah desa yang mendapat bantuan program USO (Universal Service Obligation) dari pemerintah pusat berupa, yakni "Program Desa Berdering, Program Desa Pinter atau Program Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK). Sedangkan obyek penelitian yang ditulis dalam artikel ini khusus difokuskan di Desa Karampuang Kabupaten Mamuju. Berdasar data yang ada di Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mamuju, tahun 2010 terdapat 18 desa yang mendapat bantuan dari pemerintah pusat berupa Program Desa berdering. Kecamatan Mamuju mendapat jatah satu desa, yakni Desa Karampuang.

Desa Karampuang tahun 2010 pemah didatangi oleh beberapa orang yang bertugas untuk memasang telepon um.um di desa tersebut. Kenyataan pada saat dilakukan pengumpulan data lapangan, pada tanggal 107

(2)

28 Mei sampai dengan 2 Juni 2012, sekitar satu setengah tahun, perangkat telepon yang dijanjikan belum dikirim ke yang bersangkutan, sehinggaProgram Desa Berdering yang diberikan dapat dikatakan gagal. Mengetahui hal tersebut, maka muncullah ide penulis untuk mengkaji permasalahan tersebut secara khusus. Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah, faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan "Program Desa Berdering di Desa Karampuang, Kecamatan Mamuju". Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis fakor apa saja yang menyebabkan kegagalan dari "Program Desa Berdering di Desa Karampuang" serta mencari solusi pemecahan dari kegagalan program tersebut.

Kerangka pemikiran

Hipotesa awal yang diturunkan dalam penelitian ini, ada dua faktor penyebab kegagalan, yakni: (1) Lemahnya koordinasi antar instansi terkait dan (2) Rendahnya partisipasi masyarakat desa terhadap program bantuan Uso. Lemahnyakoordinasi ditandai tidak adanya komunikasi an.tar Lembaga baik di pusat maupun daerah secara formal. Kementerian Komunikasi dan Informasi , yang dalam pelaksanaan dikerjakan Balai Penyedia dan pengelola Pembiayaan Telekomu-nikasi dan Informatika (BP3TI), dipercayakan kepada pihak ketiga yakni rekanan yang melaksanakan proyek USO. Tetapi mereka tidak melakukan koor-dinasi dan komunikasi dengan pemerintah daerah setempat, sehingga partisipasi masyarakat desa seba-gai penerima bantuan kurang apresiatif. Rendahnya partisipasi masyarakat desa terjadi karena tidak ketemunyakebutuhan masyarakat desa dengan instansi yang memberi bantuan. J.P. Chaplin dalam bukunya Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2006:5) menje-laskan yang dimaksud dengan need (kebutuhan, keperluan) adalah sebarang kekurangan, ketiadaan atau ketidak mampuan yang dirasakan seseorang sehinggamerusakkesejahteraannya. Gunamemperjelas perbedaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. DesaKarampuang secara administrasi berada dalam wilayah Kecamatan Mamuju yang terdiri dari · empat Kelurahan dan empat desa. Empat kelurahan dan tiga desa berada disepanjang pantai Selat Makasar, sedang Desa Karampuang terletak di sebuah pulau di Selat Makasar denganjarak sekitar tujuh mil dari Kota Mamuju.

Sebagai ibukota kabupaten dan ibukota provinsi, sudah selayaknya apabila wilayah Kecamatan Mamuju mendapat aliran listrik dari PLN. Tetapi fasilitas listrik tersebut hingga penelitian ini dilaksanakan masih belum belum dapat dinikmati penduduk Desa Karampuang. Maka tidak salahjika seluruh penduduk desa membutuhkan adanya Program Listrik Masuk

Desa seperti halnya desa desa yang ada di daratan lain, bukan internet. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika berpendapat karena letak Desa Karampuang terpisah dengan desa dan kelurahan lain, maka guna memperlancar arus komunikasi, Desa Karampuang membutuhan sarana komunikasi sehingga desa tersebut perlu mendapat bantuan Program Desa Berdering untuk tahun 2010.

Alasan pemberian bantuan tersebut juga tidak salah, karena sesuai dengan tugas yang diemban kementerian yakni Menuju Masyarakat Informasi Indonesia, maka kementrian berupaya agar semua desa se-Indonesia tidak mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Hanya saja tampak kurang cermat ketika melalakukan persiapan dan analisis penempatannya, tanpa koordinasi (informan,2012). Perbedaan antara kebutuhan masyarakat ( Program Listrik Masuk Desa) dengan bantuan dari pemerintah ( Prgram Desa Berdering) ini mempengaruhi partisipasi masyarakat desa. Semakin dekat antara kebutuhan dan bantuan, maka partisipasi masyarakat desa semakin tinggi. Begitu sebaliknya semakin jauh perbedaan antara kebutuhan dan bantuan yang diterima, maka semakin rendah pula partispasi masyarakat desa. Atau dengan kata lain, kesesuaian antara kebutuhan dan bantuan mempunyai hubungan signifikan dengan partisipasi masyarakat desa.

Menurut Santoso,(2005) partisipasi masyarakat secara sadar, kritis, sukarela, murni, dan bertanggung jawab memang baik. Tetapi justru yang baik itulah yang tidak mudah dilaksanakan, karena persyaratan-persyaratan untuk melaksanakan dan mencapainya berat dan sulit. Batasan antara partisipasi murni masyarakat dan partisipasi semu memangbatasannya sangat tipis. Maka dibutuhkan kejelian dalam menilai partisipasi masyarakat, apakah masuk partisipasi murni atau partisipasi semu. Terkait dengan kehadiran telepon (Program Desa Berdering) tidak terlepas dengan Teori Media. Menurut Marshall Mc Luhan dalam (Stephen W. Littlejohn; 2008) menyatakan bahwa manusia beradaptasi terhadap lingkungan melalui keseimbangan atau rasio pemahaman tertentu, dan media utama dari masa tersebut menghadirkan rasio pemahaman tertentu yang mempengaruhi persepsi. McLuhan memandang setiap media sebagai sebuah perpanjangan pikiran manusia.

Pada tahun 1990, Mark Poster meluncurkan buku dengan "The Second media Age, (Stephen W. Littlejohn; 2008) yang menandai periode baru dimana teknologi interaktif dan komunikasi jaringan, khususnya dunia maya akan mengubah masyarakat. Inilah yang sering disebut dengan Teori Media Barn, untuk membedakan dengan Teori Media Klasik dari

(3)

Mc Luhan. Perbedaan antara Teori Media Klasik dengan TeoriMedia barn terletakpada "penekanan". Teori Media Klasik menekankan pada "penyiaran", sedang Teori Media Barn titik tekannya pada ')aringan". Penelitian terkait tentang Program Desa berdering menurut pengamatan penulis belum banyak yang dipublikasikan sehingga sulit untuk mencari bahan rujukan. Namun pemberitaan yang mengetengahkan keberhasilan serta kegagalan dari program ini banyak dimuat, seperti tentang keberhasilan yang dimuat di http://ictfiles.com/new/news/FYI /2012/05/24/ menkominfo _ desa _ berdering_jangkau_ 32800 _ desa yang diunduh pada tanggal 18 September 2012:

"Program desa berdering sudah selesai di 32.800 desa clan saat ini sudah dinikmati masyarakat terutama dalam pengembangan teknologi informasi," kata Menkominfo, Tifatul Sembiring di sela pembukaan Pekan Informasi Nasional (PIN) di Manado, Pelaksa-naan program desa berdering tersebut bekerja sama dengan operator termasuk operator selular yang ada diseluruh Indonesia".

Memang banyak pemberitaan terkait dengan peresmian Pekan Informasi Nasional (PIN) yang diselenggarakan di Manado. Disisi lain, banyak pemberitaan dari berbagai daerah tentang kegagalan dari program ini, dimana semua data tersebut di unduh pada tanggal 18 September 2012.

http ://www.baluankepri.com/news/ an am bas/ 19245-program-desa-berdering-belum-berfungsi.html, dengan judul:Program Desa Berdering Belum Berfungsi yang ditulis tanggal 18 Oktober 2011.

http://www.jurnas.com/halaman/9/2012-02-10/ 198596,denganjudul: Desa Berdering Dinilai Menipu Publik yang ditulis tanggal 10 Feb 2012

http://koranbogor.com/2012/04/20/perangkat- desa-berdering-di-kabupaten-sorong-tak-bisa-berfungsi/, dengan judul:Perangkat" Program Desa Berdering" di Kabupaten Sorong Tak Bisa Berfungsi http ://www.kaltengpos.web.id/?menu =detail _ atas&idm=9685, dengan judul: Telepon Desa Rusak Total ditulis tangga105 Juni 2012 11:58:34 WIB Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat evaluasi, yakni mengkaji efektivitas atau keberhasilan suatu program. (Kriyantoro; 2006) Lebih jauh dijelaskan bahwa penelitian evaluatif dapat dibedakan menjadi dua, yakni evaluasi sumatif adalah penelitian yang dilaku-kan setelah program berakhir dan evaluasi formatif apabila penelitian dilakukan bersamaan dengan pro-gram yang sedang berjalan. Terkait dengan penelitian

ini, maka penelitian evaluasi sumatifkarena program dianggap sudah selesai. Penelitian kualitatif ini me-ngambil narasumber/informan sebanyak tiga (3) orang yang terkait dengan pelaksanaan program ini, yakni: Kepala Bagian Komunikasi dan lnformatika Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mamuju, Kepala Desa Karampuang dan seorang perangkat desa (Kasi Pembangunan Desa Karampuang), dimana halaman rumahnya dipasang perangkat telepon umum. Sedang pihak pelaksana, dalam hal ini ICON+ (PT. Indonesia Comnets Plus) tidak dilibatk:an sebagai narasumber dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada tiga (3) narasumber/informan dengan focus tertentu, yakni mengapa koordinasi dengan pemerintah daerah rendah, dan partisipasi masyarakat desa kurang mendukung terhadap program USO di desa yang bersangkutan.

BASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN Mata pencaharian penduduk Desa Karampuang hampir 80 % hidup dari budidaya laut, baik itu sebagai nelayan dan petani rumput laut (Mamuju Dalam Angka, 2011 ). Secara umum, kehidupan penduduk Desa lingkungan karampuang miskin. Untuk menambah penghasilan keluarga, banyak ibu rumah tangga yang bekerja di lain desa sebagai pembantu atau tukang cuci. Pagi hari penduduk Desa berbondong- bondong pergi meninggalkan pulau, baik untuk bekerja atau berbelanja ke pasar. Para pembantu dan tukang cuci yang berasal dari Desa karampuang biasanya tidak menetap, siang atau sore hari sudah kembali ke desa. Jarak antara Pulau Karampuang dengan Kota mamuju adalah tujuh mil dan untuk menu juke pulau tersebut transportasi yang ada adalah perahu bermotor. Jarak tujuh mil tersebut ditempuh selama 20 menit pada cuaca baik dan 30 menit apabila ombak atau angin besar. Setiap pagi mereka sudah berkumpul di dermaga Karampuang. Dermaga di Pulau karampuang beiada di depan Kantor Desa Karampuang, sehingga tidak kesulitan mencari kantor desa setelah turun dari perahu.

KepalaDesa : wawancara dimulai dengan Kepala Desa Karampuang di kantor desa yang bersangkutan. Ketika ditanyakan apakah di desa ini belum pemah mendapatkan bantuan program desa bordering? la menjelaskan bahwa di desa tersebut belum mendapat Program Desa Berdering.

"Memang dulu, sekitar tahun 2010 ada orang yang datang kesini sekitar 3-5 orang (saya lupa) dan mereka mengatakan bahwa desa sini mendapat bantuan telepon umum dari pemerintah. Untuk itu mereka minta kepada kita enaknya telepon umum Masyarakat Telematika clan lnformasi Volume: 3 I No: 2 I 2012 109

(4)

ditempatkan dimana. Setelah. semuanya terpasang, ternyata pesawat telepon rusak, tidak dapat digunakan. Petugas kemudian memberi tah.ukalau pesawat telepon rusak, akan diperbaiki dan membutuhkan waktu sekitar seminggu. Kenyataannya sampai sekarang petugas tersebut tidak datang kesini lagi".

Saat ditanya, apakah. tah.u adanya bantuan program

tersebut?

Kepala desa yang bernama Supriadi menjawab bah.wa:

"Saya tidak pernah minta bantuan terkait dengan pengadaan telepon umum". Setiap rumah tangga disini minimal mempunyai satu telepon seluler. Bah.kan kalau keluarga berada, hampir setiap anggota keluarga memiliki telepon seluler. Pro-vider yang beroperasi disini adalah. Telkomsel. Kalau pemerintah memberi bantuan berupa Program Desa berdering, sebenarnya menurut saya kurang tepat, sebab meskipun desa kami terpencil dalam artian tidak menjadi satu dengan desaataukelmahanlaindalamKecamatanMamuju, tetapi untuk sarana telekomunikasi desa kami tidak mengalami kendala. Satu keinginan kami adalah. adanya bantuan Program Listrik Masuk Desa, seperti desa desa lain yang mendapat ban-tuan program tersebut".

Terkait dengan kordinasi antara pemerintah. daerah. ( camat atau kabupaten) dengan kepala desa serta pihak rekanan yang mengerjakan proyek tersebut dijelaskan oleh kepala desa bah.wa tidak ada kordinasi. Kepala desa mengatakan:

"Terkait dengan Progam Desa berdering, kami tidak ada kordinasi baik itu dengan pihak kabu-paten Mamuju ataupun dengan pihakKecamatan Mamuju, apalagi dengan pihak rekanan. Tah.u-tah.u pihak rekanan yakni I CON+ datang dan menyodorkan suratkepadakami dan menyatakan kalau di desa ini akan dipasang telepon umum. Untuk itukami diminta bantuan untuk menyedia-kan lab.an yang dianggap strategis, agar dapat dengan mudah. dimanfaatkan oleh penduduk di pulauini.

Pada waktu ditanyakan upaya apa yang dilaku-kan selaku Kepala Desa Karampuang terkait dengan tidak diselesaikannya proyek tersebut,jawaban kepala desa cukup menarik perhatian peneliti :

"Ya biar saja, kami sebenarnya tidak butuh tele-pon um.um, sebab selamainikami tidakmengalami kendala pada bidang komunikasi. Hal ini disebab-kan jaringan telepon seluler Telkomsel sudah.

menjangkau di desakami. Yang menjadi kendala mungkin pada saat berbicara tiba ti.ha pembicaraan terputus bukan karena sinyal jelek, tetapi karena batrei hp habis dan kita tidak dapat mengisi (di charger) batrei hp tersebut pada siang hari karena tidak ada aliran listrik.

Dalam buku Kecamatan Mamuju DalamAngka 2011, terdapat dua desa yang tidak dialiri jaringan listrik dari PLN, yakni Desa Karampuang dan Desa Batupannu. Desa Karampuang berada di satu pulau denganjarak tujuh

Km

jauhnya dari kota kecamatan, sedang Desa Batupannu merupakan desa berada di area perbukitan denganjarak sekitar 12

Km.

Dengan demikian, kedua desa ini mengandalkan listrik dari non PLN. Jumlah.nya untuk Desa karampuang seba-nyak 416 rumah. tangga dan untuk Desa Batupannu sebanyak 61 rum.ah tangga (BPS KecamatanMamuju DalamAngka 2011 ). Kalau dihitung, jumlah. kepala keluarga sebanyak 739 KK sedang jumlah. rumah. tangga yang memanfaatkan listrik non PLN sebanyak 416 rumah. tangga, artinya 62,4 % rumah. penduduk Desa karampuang memanfaatkan listri sedang sisanya sebanyak 37 ,6 % menggunakan penerangan dari minyak tanah (Mamuju DalamAngka,2011 ).

Jumlah penduduk di Desa Karampuang sebanyak 2.937 jiwa, sekitar 75% diantaranya memiliki hp untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pentingnya hp ini bagi kehidupan penduduk Karampuang

ini

dibukti.kan setiap rum.ah tangga memiliki minimal satu hp. Kalau dihitung secara kasar, 75% dari 2937 jiwa, maka jumlah orang yang memiliki hp sebanyak 2203 orang, dan apabila umlah tersebut dibagi rata dengan jumlah. KK, maka diperoleh data setiap rumah tangga memiliki 2,98 hp (Mamuju Dalam Angka,2011 ).

Kasmah : adalah. perempuan berusia 38 tah.un ini

menceriterakankan pengalam dan pengetahuan mereka ketika berdiskusi dengan peneliti sebagai berikut:

Pada akhir tah.un 2010, bapak kepala desa memanggil saya dan menyampaikan maksudnya untuk memasang peralatan telepon umum di halaman rumah. saya. Permilihan rumah. saya selain berada di depan dermaga juga karena perangkat tersebut perlu mendapat pengawasan. Kasmah mengatakan bah.wa ada perangkat yang dimanfaatkan untuk dirinya sendiri, perangkat tersebut adalah. elemen listrik tenaga surya. Karena perangkat telepon tidak dapat digunakan, dan karena tiang elemen listrik tenaga surya berada di pekarangan rumahnya, maka seijin bapakkepaladesa, maka diman-faatkanlah. tistrik tenaga surya itu untuk kebutuhan 110 Masyarakat Telematika dan lnformasi Volume: 3 I No: 2 I 2012

(5)

rumah tangganya. Dengan demikian, hanya rumah Kasmah saja yang tetap ada pasokan listrik pada siang hari dan malam hari. Ditanya mengapa penduduk atau perangkat desa tidak menanyakan kepada aparat diatasnya, Kasmah menjawab : " Tidak tahu". Menurutnya kalaupun kepala desa tidak menanyakan, masyarakat sebenarnya tidak menuntut, sebab mereka (masyarakat) sudah memiliki hp, sehingga keberadaan telepon umum tidak begitu diharapkan.

Kepala Bidang Kominfo Kabupaten

Mam,,.lu:

Bapak Mega, sebagai Kepala Bidang Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mamuju mengatakan :

"Saya sempat marah kepada petugas, karena kami merasa tidak mengajukan nama desa-desa yang mendapat bantuan pemasangan telepon umum, tahu-tahu kami diberi nama desa yang menerima. Mereka tidak pemah berkordinasi dengan kami sebagai dinas yang diberi wewenang oleh bupati berdasarkan Surat Keputusan Bupati. Hal ini dibuktikan kami tidak mendapat surat atau tembusan dari Bapak Bupati Mamuju sebagai penguasa di daerah. Lucunya, ada dua desa yang berada di wilayah Kabupaten Mamuju Utara dimasukkan ke Kabupaten Mamuju.

Kami juga merasa tersinggung karena secara resmi pihak pelaksana tidak menulis surat kepada kami sebagai aparat pemerintah. Kami hanya mendapat foto copy-an surat yang ditujukan kepada camat dan lurah di wilayah Indonesia Bagian Timur, jadi surat itu tidak khusus pada camat atau lurah masing-masing, tetapi secara umum kepada camat atau lurah/ kepala desa yang desanya mendapat bantuan Program Desa Berdering. Sehingga kami merasa dilangkahi. Untuk itu saya jelaskan kepada petugas yang datang menghadap saya waktu itu bahwa dinas tidak mau tahu dan tidak bertanggung jawab terhadap segala urusan yang berkait dengan Program Desa berdering"

Ketika ditanya apa alasan Bapak Mega berkata seperti itu, beliau menuturkan sebagai berikut:

"Seperti diketahui, bahwa sebagian besar desa di wilayah Kabupaten Mamuju ini termasuk desa tertinggal, sehingga apabila tahu kalau ada desa atau kelurahan lain yang mendapat bantuan, para kepala desa atau lurah akan datang kepada kami uuntuk memprotes atau menuntut kenapa desa atau kelurahannya tidak mendapat bantuan. Kalau kami sebagai penguasa du daerah diajak bicara dan melakukan kordinasi, kami dapat menjelaskan kepada para kepala desa atau lurah kriteria desa yang mendapat bantuan, sehingga Masyarakat Telematika dan lnformasi Volume: 3 I No: 2 I 2012

meraka paham mengapa mereka tidak mendapat bantuan. Tetapi kalau kami tidak diajak bicara, kami tidak bisa memberi penjelasan kepada kepala desa atau lurah yang datang kemari" Pada saat ditanya, apakah ada kepala desa atau lurah yang menanyakan masalah tersebut (Program Desa berdering), dijawab banyak kepala desa yang memper-tanyakan apa kriteria suatu desa mendapat bantuan tersebut dan mengapa desanya tidak mendapat bantuan meskipun masuk dalam kriteria tersebut. Secara tegas beliau menjelaskan bahwa semua ini yang menentukan pusat. Pada kunjungan pertama, tujuan penulis selain minta ijin untuk melakukan penelitian di Desa Karampuang Kecamatan Mamuju, Bapak Mega tidak mengetahui kalau pelaksanaan Program Desa Berdering di Desa Karampuang ini gagal. Pada kunjungan kedua, penulis mengatakan bahwa temyata telepon umum yang seharusnya sudah terpasang pada akhir tahun 20 I 0 sampai sekarang belum terpasang, barulah Bapak Mega kaget, sebab sampai sekarang tidak ada keluhan dari kepala desa terkait dengan gagalnya pemasangan telepon umum. Menuurut beliau:

"Wah, saya tidak tahu kalau di Desa karampuang Program desa Berdering mengalami kegagalan. Ini berarti untuk wilayah Kabupaten Mamuju ada dua desa yang gagal, selain Desa Karampuang di Kecamatan Mamuju, adalah satu desa di Kecamatan Tapalang Barat, tetapi saya lupa desanya, apakah Desa Labuang Rano atau Desa Lebani. Untuk Kecamatan tapalang Barat terdapat tiga desa yang mendapat bantuan, yakni: Labuang rano, Lebani dan Tanete Pao. Tetapi kepala desa dari Kecamatan Tapang barat telahmelapor kepada kami tentang kegagalan program tersebut dan menuntut kami untuk melanjutkan. Saya jawab bahwa program itu berasal dari pusat sedang daerah tidak tahu apa-apa, sehingga saya juga tidak bisa berbuat apa-apa. Selain tidak ada anggaran, kami takut disalahkan oleh pusat. Dan sekarang kami tahu bahwa sudah ada dua desa yang gagal dalam Program Desa berdering" Sebagai aparat di daerah, beliau merasa tersinggung sebab tidak ada satu suratpun yang ditujukan kepada dinas terkait di daerah. Kalaupun dinas mendapat, surat itu hanyalah pemberitahuan saja, sehingga hubungan antara pelaksana dengan pemerintah daerah lepas sama sekali, dan sebagai konsekuensinya, peme-rintah daerah tidak dapat mengawasi pelaksanaan proyek yang ada di wilayahnya disebabkan proyek tersebut dananya bukan dari APBD.

(6)

Pembahasan

Sesuai dengan permasalahan, ada dua hal yang dibahas dalam penelitian ini, yakni masalah lemahnya kordinasi dan rendahnya partisipasi masyarakat. Lemahnyakordinasi: Pada bagian lain telah dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan USO terse but, pihak ketiga atau kontraktor pemenang tender dari BP3TI langsung langsung berhubungan dengan kepada desa K.arang-puang, tanpa melakukan kordinasi dengan aparat pemerintah diatasnya. Sebagai pihak swasta, apa yang dilakukan tersebut bisa dikatakan sah-sah saja sebab prinsipnya adalah berhubungan dengan birokrasi seminimmungkin dengan tujuanmemangkas anggaran. Berdasarkan pengakuan Kepala Bidang Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mamuju, tidak ada satu suratpun yang dialamatkan kepada intansi tersebut dan memberi tugas untuk mengawasi proyek terse but sehingga dapat berjalan dengan baik. Selain itu juga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi. Menurut mereka hal ini sangat diperlukan sebab se-suatu kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat cenderung mendatangkan masalah. Surat yang dituju-kan kepada aparat pemerintah penerima prorgam, yakni kepala desa seakan akan mengabaikankeberadaan aparat pemerintah yang berada di tengah, yakni Dinas Provinsi dan Dinas KKbupaten/ kota pada masing masing daerah, sehingga apabila timbul masalah, mereka dapat memberikan solusi terbaik.

Kasihan sekali Menteri Komunikasi dan

Informa-tika yang dengan bangga menyatakan Program Desa

Ber-dering sudah dilaksanakan sesuai dengan target, tetapi kenyataan di lapangan banyak yang mengalami kega-galan. Hal ini telah dijelaskan temyata banyak proyek Desa Berdering yang tidak sesuai dengan yang diha-rapkan masyarakat sebagai pengguna jasa komunikasi tersebut. Munculnya permasalahan ini temyata menjadikan instansi yang terkait saling melemparkan tanggung jawab, sehingga tidak ada solusi yang kongkrit agar masyarakat desa yang menerima program tersebut banggamenerima bantuan dari pemerintah. Pada tataran filosofi dan ideology program tersebut sangat baik dan muliya, karena bertujuan untuk memasyarakatkan akses informasi. Tetapi realitasnya sangat berbeda jauh dengan tujuan yang disasar.

Secara makro hal tersebut merupakan dampak, dari kurang baiknya sistem yang digunakan dalam sebiah organisasi. BP3TI yang diberikan kewenangan untuk menjadi BLU penuh pengelola USO temyata tidak didukung dengan tata kelola organisasi, dan sistem yang cukup memadai. Besaran financial yang dikelola untuk membiayai program USO, tidak menjamin kualitan layanan yang dilaksanakan ketika sistem tata kelola, dan SDM organisasi kurang berdaya

memberikan dukungan, baik secara ekstemal maupun internal. Implikasinya masyarakat yang menjadi taru-annya. Hal inilah yang menjadikan partisipasi masya-rakat kurang merespon program bantuan USO di berbagai daerah khususnya di desa Karampuang Mamuju.

Rendahnya partisipasi masyarakat: Sesuai dengan

kerangka pemikiran, rendahnya partisipasi masyarakat sedikit banyak ditentukan karena perbedaan sudut pandang tentang kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat dengan pandangan dari pemerintah untuk memutuskan suatu kebutuan yang dirasakan oleh masyarakat desa. Kenyataan di lapangan, meskipun Desa K.arampuang letaknya terpencil, tetapi dari segi telekomunikasi, penduduk desa tidak mengalami kendala. Yang sangat dibutuhkan oleh penduduk desa adalah listrik dari PLN, guna menghidupkan suasana desa. Program Desa berdering terse but teknologinya berada dibelakang dari teknologi yang dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berkomunikasi saat ini. Sebagian besar masyarakat sudah menggunakan hp atau telepon mobile, sedang telepon umum bersifat statis. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa pertisipasi masyarakat Desa karampuang begitu rendah.

Mc Luhan dalam bukunya Richard West yang berjudul Pengantar Teori komunikasi, (Richard West dan Lynn H, Turner, 2007) menyatakan bahwa medium adalah pesan (medium is the message) Pemyataan terse but diungkap Mc Luhan pada tahun 1964, dan pada tahun 1967, Mc Luhan dan Fiore mengklaim bahwa selain medium merupakan pesan (medium is the message), mediumjuga merupakan "massage". Dengan mengubah satu huruf, mereka dengan kreatif memberikan pandangan baru mengenai media. McLuhan menyatakan bahwa kita tidak hanya dipengaruhi oleh media, tetapi kita dapat tergoda karenanya. Dari uraian diatas, muncul kesan bahwa media lebih menampakkan sebagai gaya hidup dibanding dengan kegunaan dari media tersebut.

Apabila pemyataan dari McLuhan tentang Teori Media ini dikaitkan dengan partisipasi Penduduk Desa Karampuang terhadap pelaksanaan Program Desa Berdering yang rendah, maka dapat dibenarkan. Masyarakat beranggapan pada era sekarang ini, media (telepon) yang digunakan adalah yang bersifat bergerak (mobile) sehingga dapat digunakan kapan saja, dimana saja. Sedang penggunaan media (telepon) yang statis (faed) mulai ditinggalkan, sebab

untuk menggunakan seseorang harus pergi ketempat dimana telepon itu berada. Perbedaan teknologi tersebut menyebabkan penduduk Desa Karampuang partisipasinya rendah, karena tidak merasa diuntungkan dengan adanya prorgam tersebut.

(7)

PENUTUP

Karena merasa sesuai dengan tupoksinya, Balai Telekomunikasi dan lnformatika Perdesaan bekerja sendiri tanpamelakukan kordinasi dengan pemerintah daerah sehingga dimungkinkan tidak dapat mengawasi seluruh program yang diembannya. Disisi lain, pemerintah daerah "merasa kecolongan" karena ada program yang masuk ke wilayahnya tanpa melakukan kordinasi terlebih dahulu dengan pemerintah daerah. Lemah atau tidak adanya kordinasi ini menyebabkan pemerintah daerah tidak mampu berbuat apa terkait dengan kendala-kendala yang terjadi di lapangan. Hal ini terbukti dengan adanya protes dari beberapa kepala desa terkait dengan tidak dipilihnya desanya sebagai penerima progam bantuan. Selain itu juga tidak dapat berbuat apa-apa manakala program yang dilaksanakan tersebut mengalami kegagalan seperti yang terjadi di Desa karampuang, Kecamatan Mamuju, Kabupaten mamuju ini.

Karena pemilihan desa tidak melalui masukan dari daerah, maka desa yang terpilih menerima bantuan seringkali tidak sesuai dengan kriteria yang dimaksud bantuan yang diberikan oleh Kementerian Kominfo tersebut kurang atau tidak tepat, karena meskipun di desa itu belum masuk jaringan telepon dari PT. Telkom, tetapi sebagian besar penduduk sudah menggunakan hp untuk berkomunikasi. Karena bantuan yang diberikan oleh pemerintah tidak sesuai dengan keinginan penduduk desa, maka partisipasi mereka rendah. Mereka tidak menuntut kepada pemerintah meskipun proyek yang ada di desanya mengalami kegagalan, sebab tanpa adanya telepon umum yang dipasang pemerintah, mereka sudah dapat melakukan komunikasi sendiri.

Saran

Ada baiknya pemerintah pusatmelakukankorclinasi dengan pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah mendapat tugas untuk mengawasi serta mencarikan solusi terbaik apabila program tersebut menghadapi hambatan atau rintangan. Perlu dilakukan survei lapangan terlebih dahulu, atau kalau sudah ada kordinasi akan lebih mudah apabila pemerintah daerah mengusulkan desa mana saja yang dapat me-nerima bantuan dengan kriteria yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat.

Masyarakat Telematika dan Informasi Volume: 3 I No: 2 I 2012

Daftar Pustaka

Blake, Reed H. Dan Edwin 0. Haroldsen. 2005 A. Taxonomy of Concepts in Communication

(Taksonomi Konsep Komunikasi). Surabaya: Papyrus Surabaya.

Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi.

Jakarta: P, T, Raya Grafindo Persada.

Hamad, Ibnu.2007. Perkembangan Metode Penelitian Kualitatif. Makalah disampaikan pada "Temu

ilmiah Peneliti Badan Litbang SDM Depkominfo", Bogor 22 nopember 2007

Hamijoyo, Santoso S. 2005. Komunikasi Pertisipatoris. Bandung: Humaniora.

Littlejohn, Stephen W. And karen A. Foss. (2008).

Theories of Human Communication (Teori

Komunikasi). Jakarta: Salemba Humanika. Mulyana,Deddy. 2003 Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analysis and Application (Pengantar Teori Komunikasi,

Analisis dan Aplikasi). Jakarta: Salemba Humanika.

Referensi

Dokumen terkait

Perbadaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu yang diuji peneliti larutan bunga cengkeh dengan konsentrasi 5% terhadap bakteri Streptococcus mutans apakah ada

Pada Penelitian ini variabel yang digunakan adalah data yang diperoleh dari website BPS (Badan Pusat Statistik) yaitu Jumlah Keberangkatan Penumpang Pada Penerbangan Domestik

Penelitian sebelumnya yang menunjukkan keadilan persepsian dan komitmen terhadap tujuan merupakan dua variabel yang sangat penting yang menghubungkan

Menurut Abdul (2011), Bangunan yang terdapat di Bandar Taiping ianya masih boleh digunakan dan utuh hasil daripada peninggalan pihak British dan pedagang

Sampel wilayah, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sampel desa yaitu 3 desa yang ada di Kecamatan Singaparna, dengan kriteria desa sebagai berikut : desa yang dekat,

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan perangkat lunak pendeteksi warna berdasarkan kepekatan warna emas maka dapat disimpulkan bahwa penentuan posisi dan jarak

DAT Draw a Tree – Menggambar Pohon a Bahan  Kertas HVS 70mgr ukuran A4  pensil HB  tidak pakai penghapus  alas menggambar harus licin dan keras b Waktu : 10 menit c Instruksi

Tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum secara umum adalah: (1) merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum; (2) menerima, meneliti, dan menetapkan