• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan juga sablon. Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan juga sablon. Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

64

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung Wisata Sablon) merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang produksi pakaian dan juga sablon. Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung Wisata Sablon) didirikan pada tahun 2015 tepatnya pada tanggal 9 agustus, yang langsung diresmikan oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil. Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung Wisata Sablon) terletak diwilayah RW 05 Muararajeun Lama, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung.

Awal mula adanya Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung Wisata Sablon) atas dasar keinginan masyarakat RW 05 dalam berbisnis dibidang produksi pakaian dan sablon, sehingga Ketua RW 05 langsung mengajukan kepada kelurahan setempat untuk dibuatnya wadah bagi para warga untuk memulai bisnis. Pada saat dibuatnya Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung Wisata Sablon) hanya ada sekitar 15 pelaku usaha, dan sekarang sudah mencapai 23 pelaku usaha.

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu kerangka organisasi yang merupakan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang harus dilakukan

(2)

oleh segenap unsur organisasi itu sendiri, dalam rangka mencapai suatu tujuan perusahaan yang telah digariskan sebelumnya.

Dengan adanya struktur organisasi yang baik, maka akan tercipta kerja sama dan hubungan kerja yang serasi antar anggota organisasi dan antar bagian dalam organisasi. Adapun struktur organisasi yang terdapat pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung Wisata Sablon) adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1.

Struktur Organisasi Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung Wisata Sablon)

Sumber: Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung 4.2 Hasil Analisis

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian berkaitan dengan analisis pengaruh teknologi informasi dan e-commerce terhadap keunggulan bersaing Sentra Produksi Kaos Muararajeun. Selanjutnya data yang telah terkumpul kemudian dikodekan (coding) serta diolah menggunakan analisis

KETUA IBRAHIM W.KETUA IYANG SEKERTARIS RIDA BENDAHARA NENI KOORDINATOR STEAM DESIE KOORDINATOR JAHIT ANDRI KOORDINATOR SABLON IGO

(3)

deskriptif untuk mengetahui tanggapan responden terhadap setiap variabel yang diteliti, kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi berganda (multiple

regression) dengan responden penelitian sebanyak 23 responden.

4.2.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada para pelaku usaha di Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung Wisata Sablon), penulis memperoleh data karakteristik yang terdiri dari jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan.

a. Karakteritik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-Laki 16 70%

7

2 Perempuan 7 30%

Total 23 100%

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner 2018

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan banyaknya responden berdasarkan jenis kelamin. dapat diketahui sebagian besar responden yang diteliti sebanyak 70% berjenis kelamin laki-laki atau sebanyak 16 orang, sedangkan 30% lainnya berjenis kelamin perempuan atau sebanyak 7 orang dari total populasi atau sampel jenuh sebanyak 23 responden.

Berdasarkan fakta di lapangan menunjukan bahwa mayoritas para pelaku usaha adalah laki – laki, karena mereka beranggapan bahwa laki-laki akan lebih

(4)

kompeten dalam menjalankan usaha dan mengambil resiko, terutama jika usaha yang dijalankan berupa usaha produksi kaos yang biasanya hanya dimengerti oleh laki-laki seperti pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung Wisata Sablon).

Sesuai pernyataan menurut Wrightsman & Deaux dalam Waskito (1986) dalam jurnal Rachel Arinii et al (2010:134) mengatakan bahwa “Seorang laki-laki akan dianggap lebih kompeten dan Iebih berani mengambil risiko.”

b. Karakteritik Responden Berdasarkan Usia

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase

1 20 - 25 tahun 0 0%

2 26 - 30 tahun 1 5%

3 31 - 40 tahun 15 65%

4 > 40 tahun 7 30%

Total 23 100%

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner 2018

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan banyaknya responden berdasarkan usia. dapat diketahui sebagian besar responden yang diteliti sebanyak 25 orang atau 65% adalah responden yang berusia sekitar 31 - 40 tahun, dan yang paling sedikit adalah responden yang usianya antara 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 1 orang atau 5%.

Berdasarkan fakta di lapangan menunjukan bahwa mayoritas para pelaku usaha pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung Wisata

(5)

Sablon) berada pada usia diatas 40 tahun. Hal ini dikarenakan rata – rata yang sudah mempunyai pengalaman yang cukup adalah para pelaku usaha yang usianya sudah memasuki kepala empat.

Sesuai pernyataan menurut Sjabadhyni (2001:273) dalam Sri Porwani (2016:44) mengatakan bahwa, “Wirausaha yang memulai pada usia tua tidak memiliki rentang masa yang panjang sebagai wirausaha sebagaimana orang yang memulai di usia muda. Mereka biasanya lebih cepat berhasil karena faktor pengalaman yang mereka miliki.”

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase

1 SD 0 0% 2 SMP 0 0% 3 SMA 20 87% 4 S1 2 8% 5 S2 1 5% Total 23 100%

Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner 2018

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan banyaknya responden berdasarkan Pendidikan terkhir. dapat diketahui sebagian besar responden yang diteliti sebanyak 20 orang atau 87% adalah responden yang memiliki Pendidikan terkahir SMA, dan yang paling sedikit adalah responden yang memiliki Pendidikan terakhir S2 sebanyak 1 orang atau 5%.

(6)

Berdasarkan fakta di lapangan menunjukan bahwa mayoritas para pelaku usaha pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung (Kampung Wisata Sablon) memiliki pendidikan terakhir minimal SMA. Hal ini dikarenakan rata – rata para pelaku usaha lebih tertarik untuk langsung memulai bisnis karena faktor lingkungan yang mayoritas adalah wirausaha.

Sesuai pernyataan menurut Linan (2008) dalam Eri Wirandana et al (2017:76) menyatakan bahwa, “kewirausahaan terbentuk oleh berbagai factor personal dan lingkungan seperti keterampilan kewirausahaan dan nilai dan dukungan dari kewirausahaan di lingkungan dekat mereka.”

4.2.2 Hasil Analisis Deskriptif

Gambaran data hasil penelitian dapat digunakan untuk memperkaya pembahasan, melalui gambaran data tanggapan responden dapat diketahui bagaimana tanggapan responden terhadap setiap variabel yang sedang diteliti. Untuk melihat melihat jawaban atau penilaian responden terhadap setiap pernyataan yang diajukan dalam kuesioner, maka dilakukan analisis deskriptif dengan pendekatan distribusi frekuensi dan persentase, sedangkan untuk melihat penilaian responden terhadap setiap variabel yang diteliti dapat dilihat dari nilai prosentase dari hasil skor aktual dan ideal yang diperoleh. Adapun untuk keperluan analisis distribusi jawaban responden disajikan dalam bentuk garis kontinum. Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti, dilakukan kategorisasi terhadap persentase skor tanggapan responden yang diperoleh dengan dengan menggunakan kriteria menurut Umi Narimawati (2010:46) sebagai berikut:

(7)

Tabel 4.3

Kriteria Persentase Tanggapan Responden

No % Jumlah Skor Kriteria

1 20 – 36% Tidak Baik

2 36,01 – 52,00% Kurang Baik

3 52,01 – 68,00% Cukup Baik

4 68,01 – 84,00% Baik

5 84,01% - 100% Sangat Baik

Sumber : Umi Narimawati (2007:85)

Berikut disajikan tanggapan responden pada setiap variabelnya masing-masing berdasarkan variabel penelitian sebagai berikut.

4.2.2.1 Gambaran Mengenai Teknologi Informasi (X1)

Berdasarkan hasil kuesioner dari 23 responden, variabel teknologi

informasi akan terungkap melalui jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti dalam kuesioner yang diberikan kepada responden. Variabel teknologi informasi diukur menggunakan tiga item pernyataan. Untuk mengetahui gambaran mengenai variabel tersebut secara menyeluruh, diperoleh tanggapan mengenai teknologi informasi dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4

Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Teknologi Informasi

No Indikator Item Skor

Aktual

Skor

Ideal (%) Kriteria

1 Banyak komputer yang

dimiliki 1 47 115 40,90% Kurang Baik

2 Kemampuan pengunnan

teknologi 1 38 115 33% Kurang Baik

3 Penggunaan internet 1 57 115 49% Kurang Baik

Total 3 142 345 41,1% Kurang Baik

(8)

Jika disajikan dalam bentuk gambar garis kontinum, nilai persentase skor tersebut adalah sebagai berikut

Gambar 4.2

Garis Kontinum Penggunaan Teknologi Informasi

Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 di atas merupakan rekapitulasi jawaban

responden pada variabel displin kerja yang di ukur menggunakan empat indikator masing-masing satu item pernyataan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai persentase skor tertinggi berada pada indikator penggunaan internet sebesar 49,00 %, sedangkan persentase skor terendah berada pada indikator kemampuan pengunnan teknologi sebesar 33,00% karena kebanyakan pelaku usaha memiliki pendidikan yang hanya sampai SMA sehingga kurang adanya pendidikan lebih mengoprasikan komputer. Secara keseluruhan dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai persentase yang didapat pada variabel teknologi informasi sebesar 41,10%. Nilai 41,10% tersebut jika mengacu pada kriteria menurut Umi Narimawati (2007:85) tergolong kurang baik. Artinya sebagian responden pelaku usaha Sentra Produksi Kaos Muararajeun di Kampung Wisata Sablon Bandung bahwa penggunaan teknologi informasi dinilai kurang baik, dimana pelaku usaha harus

20% 36,0% 52,0% 68,0% 84,0% 100%

41,1%

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

(9)

lebih sering memanfaatkan teknologi informasi dapat lebih efektif membantu berjalannya produksi sehingga memudahkan dalam aktivitas usaha.

Menurut Rahmawati dalam Ni Putu Alannita I. Gusti Ngurah Agung Suaryana (2014 : 37) Teknologi informasi yaitu komputer sangat membantu kinerja dalam organisasi. Teknologi informasi dapat berjalan dengan efektif apabila anggota dalam organisasi dapat menggunakan teknologi dengan baik dan sangat penting bagi individu.

Agar lebih jelas maka peneliti menyajikan gambaran mengenai variabel tersebut berdasarkan indikatornya masing-masing. Rekapitulasi skor tanggapan responden terhadap setiap indikator mengenai displin kerja dapat dilihat pada uraian berikut di bawah ini :

Tabel 4.5

Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Komputer Yang Dimiliki

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%) 1 Memiliki komputer/laptop untuk menjalankan usaha Sangat Banyak 5 0 0 Banyak 4 1 4 Cukup Banyak 3 9 39 Tidak Banyak 2 13 57 Sangat Tidak Banyak 1 0 0 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.5 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator banyak komputer yang dimiliki pada variabel teknologi informasi yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Memiliki komputer/laptop untuk menjalankan usaha”. dimana frekuensi terendah 4% responden menyatakan Banyak dan frekuensi tertinggi 57% responden menyatakan Tidak Banyak.

(10)

Dimana mayoritas responden menjawab tidak banyak yaitu sebanyak 13 orang (56%). Hal ini dikarenakan kurangnya biaya untuk menambah komputer baru sehingga ketika ada orderan yang banyak ketika pembuatan desain akan melambat karena keterbatasan komputer.

Hal ini diperkuat oleh Chandra Wibowo Widhianto (2002:20) Bisnis tidak dapat berjalan tanpa komputer (teknologi informasi). Bahkan, teknologi informasi diperkirakan akan mengendalikan semua arah dari pola bisnis.

Tabel 4.6

Tanggapan Responden Mengenai Kemampuan Menggunakan Teknologi

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%) 2 Memiliki kemampuan penggunaan teknologi informasi Sangat Mampu 5 0 0 Mampu 4 6 26 Cukup Mampu 3 11 48 Tidak Mampu 2 5 22 Sangat Tidak Mampu 1 1 4 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.6 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator bidang penggunaan teknologi informasi pada variabel teknologi informasi yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Memiliki kemampuan penggunaan teknologi informasi”. dimana frekuensi terendah 4% responden menyatakan Sangat Tidak Mampu dan frekuensi tertinggi 48% responden menyatakan Cukup Mampu. Dimana mayoritas responden menjawab cukup mampu yaitu sebanyak 11 orang (48%). Hal ini dikarenakan tenaga ahli

(11)

yang cukup mahir menggunakan komputer, karena adanya pengalaman dalam mengoprasikan komputer.

Hal ini diperkuat Supriyanto (2004:102) Manajemen yang baik bisa menunjukkan titik-titik lemah dalam sebuah jaringan komputer, misalnya komputer yang berkinerja rendah. Dengan kemampuan ini, pengguna tak perlu memeriksa/menguji secara manual, satu-per-satu, setiap komponen jaringannya.

Tabel 4.7

Tanggapan Responden Mengenai Penggunaan Internet

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%) 3 Menggunakan internet untuk menjalankan usaha Sangat Sering 5 0 0 Sering 4 5 22 Cukup Sering 3 7 30 Tidak Sering 2 9 39 Sangat Tidak Sering 1 2 9 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.7 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator penggunaan internet pada variabel teknologi informasi yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Menggunakan internet untuk menjalankan usaha”. dimana frekuensi terendah 9% responden menyatakan Sangat Tidak Sering dan frekuensi tertinggi 39% responden menyatakan Tidak Sering Dimana mayoritas responden menjawab tidak mampu yaitu sebanyak 9 orang (39%). Hal ini dikarenakan mayoritas pelaku usaha kurang sering dalam menggunakan internet.

(12)

Hal ini diperkuat oleh Endro Prihastono (2010:1) Penggunaan internet dalam bisnis berubah dari fungsi sebagai alat untuk pertukaran informasi secara elektronik menjadi alat untuk aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran, penjualan, dan pelayanan pelanggan.

4.2.2.2 Gambaran Mengenai Penggunaan E-Commerce (X2)

Berdasarkan hasil kuesioner dari 23 responden, variabel e-commerce akan

terungkap melalui jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti dalam kuesioner yang diberikan kepada responden. Variabel

E-commerce diukur menggunakan tujuh item pernyataan. Untuk mengetahui

gambaran mengenai variabel tersebut secara menyeluruh, diperoleh tanggapan mengenai e-commerce dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.8

Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Penggunaan E-Commerce

No Indikator Skor

Aktual

Skor

Ideal % Kategori

1 Pilihan dan nilai 73 115 63% Cukup Baik

2 Kinerja dan layanan 68 115 59% Cukup Baik

3 Tampilan dan nuansa 57 115 50% Kurang Baik

4 Periklanan 61 115 53,30% Cukup Baik

5 Atensi pribadi 60 115 53% Cukup Baik

6 Hubungan komunitas 72 115 63% Cukup Baik

7 Keamanan dan keandalan 79 115 69% Baik

Total 470 805 58,38% Cukup Baik

(13)

Jika disajikan dalam bentuk gambar garis kontinum, nilai persentase skor tersebut adalah sebagai berikut

Gambar 4.3

Garis Kontinum Penggunaan E-Commerce

Tabel 4.8 dan Gambar 4.2 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada variabel e-commerce yang di ukur menggunakan tujuh indikator masing-masing satu item pernyataan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai persentase skor tertinggi berada pada indikator keamanan dan keandalan 69,00 %, sedangkan persentase skor terendah berada pada indikator tampilan dan nuansa sebesar 50% karena kebanyakan pelaku usaha memiliki pendidikan yang hanya sampai SMA sehingga kurang adanya pendidikan lebih tentang tampilan web terutama halaman katalog kaos yang lebih menarik untuk pelanggan. Secara keseluruhan dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai persentase yang didapat pada variabel e-commerce sebesar 58,38%. Nilai 58,38% tersebut jika mengacu pada kriteria menurut Umi Narimawati (2007:85) tergolong cukup baik. Artinya sebagian responden pelaku usaha Sentra Produksi Kaos Muararajeun di Kampung Wisata Sablon Bandung bahwa penggunaan e-commerce dinilai cukup baik,

20% 36,0% 52,0% 68,0% 84,0% 100%

58,38%

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

(14)

dimana memakai e-commerce dapat menjangkau pasar yang luas dan memudahkan transaksi dengan konsumen .

Menurut (Ibnu Dwi Lesmono, 2015:59) Apabila belum mengadopsi

e-commerce, disarankan untuk mulai mengadopsi ecommerce dalam aktivitas

usahanya karena e-commerce memberikan berbagai macam manfaat terhadap aktivitas bisnis UKM seperti memperluas pemasaran produk, mempermudah berhubungan dengan konsumen serta efisien.

Agar lebih jelas maka peneliti menyajikan gambaran mengenai variabel tersebut berdasarkan indikatornya masing-masing. Rekapitulasi skor tanggapan responden terhadap setiap indikator mengenai displin kerja dapat dilihat pada uraian berikut di bawah ini :

Tabel 4.9

Tanggapan Responden Mengenai Pilihan dan Nilai

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%)

4

Sering memasarkan produk yang menarik, harga yang bersaing, memberi jaminan kepuasan dan dukungan dari pelanggan Sangat Sering 5 1 4 Sering 4 7 31 Cukup Sering 3 10 43 Tidak Sering 2 5 22 Sangat Tidak Sering 1 0 0 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.9 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator pilihan dan nilai pada variabel e-commerce yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Sering memasarkan produk yang menarik, harga yang bersaing, memberi jaminan kepuasan dan dukungan dari pelanggan”. dimana frekuensi terendah 4% responden menyatakan Sangat Sering dan frekuensi

(15)

tertinggi 43% responden menyatakan Cukup Sering. Dimana mayoritas responden menjawab cukup sering yaitu sebanyak 10 orang (43%). Hal ini dikarenakan pelaku usaha sering memberikan pilihan produk yang sesuai dengan pasar dan memberikan kepuasan kepada pelanggan.

Hai ini diperkuat oleh Yusnidar dkk (2014:316) nilai produk terhadap niat berbelanja secara online, dan kepercayaan juga sangat perpengaruh terhadap niat konsumen berbelanja secara online.

Tabel 4.10

Tanggapan Responden Mengenai Kinerja dan Layanan

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%)

5

Sering menjalankan proses belanja dan pembelian dengan cepat Sangat Sering 5 2 9 Sering 4 4 17 Cukup Sering 3 8 35 Tidak Sering 2 9 39 Sangat Tidak Sering 1 0 0 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.10 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator kinerja dan layanan pada variabel e-commerce yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Sering menjalankan proses belanja dan pembelian dengan cepat”. dimana frekuensi terendah 9% responden menyatakan Sangat Sering dan frekuensi tertinggi 39% responden menyatakan Tidak Sering. Dimana mayoritas responden menjawab cukup sesuai yaitu sebanyak 9 orang (39%). Hal ini dikarenakan pelaku usaha belum terbiasa melakukan pembelian dan penjualan lewat e-commerce, oleh karena itu kinerja dan layanan menjadi melambat.

(16)

Hal ini diperkuat Donni Prabowo (2015:23) Dari perspektif layanan,

e-commerce merupakan satu alat yang memenuhi keinginan perusahaan, konsumen,

dan manajemen dalam memangkas service cost ketika meningkatkan mutu barang dan kecepatan pelayanan.

Tabel 4.11

Tanggapan Responden Mengenai Tampilan dan Nuansa

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%)

6

Sering menggunakan situs web, area belanja, produk multimedia, halaman katalog, dan fitur belanja yang menarik

Sangat Sering 5 0 0 Sering 4 3 13 Cukup Sering 3 6 26 Tidak Sering 2 13 57 Sangat Tidak Sering 1 1 4 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.11 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator tampilan dan nuansa pada variabel e-commerce yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Sering menggunakan situs web, area belanja, produk multimedia, halaman katalog, dan fitur belanja yang menarik”. dimana frekuensi terendah 4% responden menyatakan Sangat Tidak Sering dan frekuensi tertinggi 57% responden menyatakan Tidak Sesuai. Dimana mayoritas responden menjawab cukup sesuai yaitu sebanyak 13 orang (57%). Hal ini dikarenakan para pelaku usaha kurang memaksimalkan tampilkan katalog berbagai macam kaos dan beberapa fitur untuk melihat material yang digunakan.

Hal ini diperkuat oleh Rizkysari Meimaharani dan Diana Laily (2014:127) Website harus berbasis web responsive, sehingga dapat diakses menggunakan semua gadget yang dimiliki oleh konsumen dengan tampilan yang baik.

(17)

Tabel 4.12

Tanggapan Responden Mengenai Periklanan

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq

Persentase (%)

7 Sering mengiklankan produk lewat internet

Sangat Sering 5 1 4 Sering 4 3 13 Cukup Sering 3 6 26 Tidak Sering 2 13 57 Sangat Tidak Sering 1 0 0 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.12 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator periklanan dan insentif pada variabel e-commerce yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Sering mengiklankan produk lewat internet”. dimana frekuensi terendah 4% responden menyatakan Sangat Sering dan frekuensi tertinggi 57% responden menyatakan Tidak Sering. Dimana mayoritas responden menjawab cukup sesuai yaitu sebanyak 13 orang (57%). Hal ini dikarenakan iklan yang wirausaha agar dapat lebih mengenalkan produk agar bisa dikelal secara luas, dengan ini penjualan akan meningkat.

Hal ini diperkuat oleh Mujiyana (2012:162) Program periklanan dan pemasaran melalui internet produk UMKM berpengaruh terhadap tinggat penjualan produk UKMKM.

(18)

Tabel 4.13

Tanggapan Responden Mengenai Atensi Pribadi

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%)

8

Sering menerima saran dari pelanggan melalui email, serta memberi dukungan interaktif untuk semua pelanggan Sangat Sering 5 0 0 Sering 4 4 17 Cukup Sering 3 6 26 Tidak Sering 2 13 57 Sangat Tidak Sering 1 0 0 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.13 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator atensi pribadi pada variabel e-commerce yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Selalu menerima saran dari pelanggan melalui email, serta memberi dukungan interaktif untuk semua pelanggan”. dimana frekuensi terendah 17% responden menyatakan Sering dan frekuensi tertinggi 57% responden menyatakan Tidak Sering. Dimana mayoritas responden menjawab cukup sesuai yaitu sebanyak 13 orang (57%). Hal ini dikarenakan saran atau keluhan pelanggan masih jarang melalui email, para pelanggan memberikan saran atau keluhan secara langsung kepada pelaku usaha.

Hal ini diperkuat Alvi Furwanti Ahvie, dan Deny Danar Rahayu (2009:23) Complaint and Suggestion System (Sistem Keluhan dan Saran) Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan perlu menyediakan kesempatan yang luas dan nyaman bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat dan keluhan mereka. Media yang bisa digunakan antara lain kotak saran, saluran bebas pulsa, website, dsb.

(19)

Tabel 4.14

Tanggapan Responden Mengenai Hubungan Komunikasi

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%) 9 Sering berkomunikasi dengan pelanggan, pemasok dan perwakilan perusahaan melalui newsgroup dan ruang bincang Sangat Sering 5 1 4 Sering 4 9 39 Cukup Sering 3 5 22 Tidak Sering 2 8 35 Sangat Tidak Sering 1 0 0 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.14 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator hubungan komunikasi pada variabel e-commerce yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Selalu berkomunikasi dengan pelanggan, pemasok dan perwakilan perusahaan melalui newsgroup dan ruang bincang”. dimana frekuensi terendah 4% responden menyatakan sangat sering dan frekuensi tertinggi 39% responden menyatakan Sering. Dimana mayoritas responden menjawab cukup sesuai dan sesuai yaitu sebanyak 9 orang (39%). Hal ini dikarenakan hubungan dengan pemasok sudah menggunakan group chat, sehingga akan mudah mengetahui stok material yang akan dibeli.

Hal ini sama seperti yang dinyatakan Rulia Puji Hastanti (2015:3) Beberapa fungsi komunikasi e-commerce berupa fasilitas yang memberikan fungsi komunikasi, seperti : chatting, web base email dan lain-lain.

(20)

Tabel 4.15

Tanggapan Responden Mengenai Keamanan dan Keandalan

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%) 10 Selalu melakukan keamanan informasi pelanggan di setiap transaksi dan memberikan informasi terpercaya, serta pemenuhan pesanan yang dapat diandalkan Sangat Aman 5 3 13 Aman 4 7 30 Cukup Aman 3 10 44 Tidak Aman 2 3 13 Sangat Tidak Aman 1 0 0 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.15 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator keamanan dan keandalan pada variabel e-commerce yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Selalu melakukan keamanan informasi pelanggan di setiap transaksi dan memberikan informasi terpercaya, serta pemenuhan pesanan yang dapat diandalkan”. dimana frekuensi terendah 13% responden menyatakan Sangat Aman dan frekuensi tertinggi 44% responden menyatakan Cukup Aman. Dimana mayoritas responden menjawab cukup sesuai yaitu sebanyak 10 orang (44%). Hal ini dikarenakan dari setiap transaksi yang dilakukan akan dimintai bukti transaksi dan informasi pelanggan berupa identitas, sehingga akan lebih aman dan terpercaya.

Hal ini diperkuat oleh Hidayatulah Himawan (2008:323) Keamanan merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan dalam mengaplikasikan e-commerce.

(21)

4.2.2.3 Gambaran Mengenai Keunggulan Bersaing (Y)

Berdasarkan hasil kuesioner dari 23 responden, variabel keunggulan bersaing akan terungkap melalui jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti dalam kuesioner yang diberikan kepada responden. Variabel keunggulan bersaing diukur menggunakan tiga item pernyataan. Untuk mengetahui gambaran mengenai variabel tersebut secara menyeluruh, diperoleh tanggapan mengenai keunggulan bersaing dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.16

Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Keunggulan Bersaing

No Indikator Skor

Aktual

Skor

Ideal % Kategori

1 Keunikan produk 66 115 57,40 Cukup Baik

2 Kualitas produk 58 115 50,43 Kurang Baik

3 Harga bersaing 59 115 51,30 Kurang Baik

Total 183 345 53,04 Cukup Baik

Sumber : data olah kuisioner 2019

Jika disajikan dalam bentuk gambar garis kontinum, nilai persentase skor tersebut adalah sebagai berikut

Gambar 4.4

Garis Kontinum Keunggulan Bersaing

20% 36,0% 52,0% 68,0% 84,0% 100%

53,04%

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

(22)

Tabel 4.16 dan Gambar 4.3 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada variabel keunggulan bersaing yang di ukur menggunakan tiga indikator masing-masing satu item pernyataan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai persentase skor tertinggi berada pada indikator keunikan produk 57,40 %, sedangkan persentase skor terendah berada pada indikator kualitas produk sebesar 50,43% karena kebanyakan pelaku usaha di Sentra Produksi Kaos Muararajeun menjual barang yang serupa maka kualitas dari kaos tersebut tidak beda jauh sehingga pelaku usaha harus lebih meningkatkan kualitas produknya terutama dari kualitas sablon yang digunakan masih kalah dengan pesaing. Secara keseluruhan dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai persentase yang didapat pada variabel keunggulan bersaing sebesar 52,40%. Nilai 52,40% tersebut jika mengacu pada kriteria menurut Umi Narimawati (2007:85) tergolong cukup baik. Artinya sebagian responden pelaku usaha Sentra Produksi Kaos Muararajeun di Kampung Wisata Sablon Bandung bahwa keunggulan bersaing dinilai cukup baik, dimana pelaku usaha mempunyai keunggulan maupun dari harga, kulitas dan keunikan produk. Menurut (Kotler et al., 2005:461) dalam Cynthia Vanessa Djodjobo dan Hendra N. Tawas (2014:1217) Keunggulan bersaing dianggap sebagai keuntungan dibanding kompetitor yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih pada konsumen dibanding penawaran competitor.

Agar lebih jelas maka peneliti menyajikan gambaran mengenai variabel tersebut berdasarkan indikatornya masing-masing. Rekapitulasi skor tanggapan responden terhadap setiap indikator mengenai displin kerja dapat dilihat pada uraian berikut di bawah ini :

(23)

Tabel 4.17

Tanggapan Responden Mengenai Keunikan Produk

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%)

11 Berani menghasilkan produk yang unik

Sangat Berani 5 2 9 Berani 4 3 13 Cukup Berani 3 8 35 Tidak Berani 2 10 43 Sangat Tidak Berani 1 0 0 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.17 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator keunikan produk pada variabel keunggulan bersaing yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Berani menghasilkan produk yang unik”. dimana frekuensi terendah 9% responden menyatakan Sangat Berani dan frekuensi tertinggi 43% responden menyatakan Tidak Berani. Dimana mayoritas responden menjawab tidak berani yaitu sebanyak 10 orang (43%). Hal ini dikarenakan takutnya pelaku usaha rupa produk masih sama dengan produk pesaing.

Menurut Heri Setiawan (2012:14) Keunikan produk merupakan keunikan produk perusahaan yang memadukan nilai seni dengan selera pelanggan.

(24)

Tabel 4.18

Tanggapan Responden Mengenai Kualitas Produk

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%)

12

Memiliki kesesuaian desain produk dan kualitas produk Sangat Sesuai 5 0 0 Sesuai 4 5 22 Cukup Sesuai 3 4 17 Tidak Sesuai 2 13 57 Sangat Tidak Sesuai 1 1 4 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.18 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator kualitas produk pada variabel keunggulan bersaing yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Selalu melakukan keamanan informasi pelanggan di setiap transaksi dan memberikan informasi terpercaya, serta pemenuhan pesanan yang dapat diandalkan”. dimana frekuensi terendah 17% responden menyatakan Sangat Tidak Sesuai dan frekuensi tertinggi 57% responden menyatakan Tidak Sesuai. Dimana mayoritas responden menjawab tidak sesuai yaitu sebanyak 13 orang (57%). Hal ini dikarenakan kualitas produk kalah dibandingkan pesaing karena kualitas tinta kurang bagus yang menyebabkan sablon tidak awet.

Hal ini sama dengan yang dinyatakan Kotler dan Keller (2009:10) dalam Yudhi Soewito (2013:219) Desain produk adalah totalitas fitur yang mempengaruhi penampilan, rasa, dan fungsi produk berdasarkan kebutuhan pelanggan.

(25)

Tabel 4.19

Tanggapan Respondne Mengenai Harga Bersaing

No Pernyataan Tanggapan Bobot Freq Persentase

(%) 13 Mampu menyesuaikan harga dengan pesaing Sangat Mampu 5 2 9 Mampu 4 3 13 Cukup Mampu 3 3 13 Tidak Mampu 2 13 56 Sangat Tidak Mampu 1 2 9 Jumlah 23 100,00

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel 4.19 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator harga bersaing pada variabel keunggulan bersaing yang diukur menggunakan satu item pernyataan mengenai “Mampu menyesuaikan harga dengan pesaing”. dimana frekuensi terendah 9% responden menyatakan Sangat Mampu dan Tidak Mampu, frekuensi tertinggi 56% responden menyatakan Tidak Mampu. Dimana mayoritas responden menjawab tidak mampu yaitu sebanyak 22 orang (44%). Hal ini dikarenakan ketika menurunkan harga, pendapatan tidak sesuai dengan harga bahan baku dan biaya produksi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Heri Setiawan (2012:14) bahwa Harga bersaing merupakan kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan harga produknya dengan harga umum dipasaran.

(26)

4.3 Analisis Verifikatif

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan teknologi informasi dan e-commerce terhadap keberhasilan usaha pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung, maka dilakukan analisis regresi linier berganda yang terdiri dari persamaan regresi linier berganda, analisis korelasi, analisis koefisien determinasi dan pengujian hipotesis dengan terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.

4.3.1 Persamaan Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2012:192) menyatakan bahwa, “analisis regresi linier digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan atau diturunkan.”

Analisis regresi berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk menganalisis hubungan linier antara variable independen dengan variable dependen. Dengan kata lain untuk mengetahui besarnya pengaruh Teknologi Informasi dan E-commerce terhadap Keunggulan Bersaing. Model persamaan regresi linier berganda yang akan dibentuk adalah sebagai berikut:

Y= a + β1X1 + β2X2 Keterangan : a : Konstanta Y : Keunggulan Bersaing X1 : Teknologi Informasi X2 : E-Commerce b1 dan b2: Koefisien regresi

(27)

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.20

Persamaan Regresi Linier Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .518 1.175 .441 .664 Teknologi Informasi .439 .153 .463 2.865 .010 E-Commerce .256 .091 .452 2.795 .011

a. Dependent Variable: Keunggulan Bersaing

Sumber : data olah kuisioner 2019

Dari tabel output di atas diperoleh nilai a sebesar 0,518, β1 sebesar 0,439 dan β2 sebesar 0,256. Dengan demikian, persamaan regresi linier berganda yang akan dibentuk adalah sebagai berikut:

Y= 0,518 + 0,439X1 + 0,256X2

a. Konstanta sebesar 0,518 menunjukan bahwa ketika penggunaan teknologi informasi dan e-commerce bernilai nol dan tidak ada perubahan, maka keunggulan bersaing diprediksi akan bernilai sebesar 0,518 kali.

b. Variabel X1 yaitu penggunaan teknologi informasi memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,439 menunjukan bahwa ketika penggunaan teknologi informasi meningkat, diprediksi akan meningkatkan keunggulan bersaing sebanyak 0,439 kali.

c. Variabel X2 yaitu penggunaan e-commerce memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,256 menunjukan bahwa ketika penggunaan e-commerce meningkat, diprediksi akan meningkatkan keunggulan bersaing sebanyak 0,256 kali.

(28)

Pada persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa jika Teknologi Informasi dan E-commerce ditingkatkan maka Keunggulan Bersaing juga akan meningkat, ditingkatkan dalam arti apabila dalam indikator Teknologi Informasi yaitu Banyak komputer yang dimiliki, Kemampuan pengunnan teknologi dan Penggunaan internet ditingkatkan oleh pelaku usaha Sentra Produksi Kaos Muararajeun Bandung, maka Keunggulan Bersaing akan meningkat. Begitu pula dengan E-commerce, apabila indikator Pilihan dan nilai, Kinerja dan layanan, Tampilan dan nuansa, Periklanan dan insentif, Atensi pribadi, Hubungan komunitas dan Keamanan dan keandalan ditingkatkan maka akan Kenggulan Bersaing akan meningkat pula.

Hal ini sesuai pernyataan menurut Aleksandar Damnjanović et al

(2016:172) TI dan E-bisnis sangat digunakan dan diterapkan secara progresif, dan

itu merupakan dasar bagi daya saing UKM. TI dan E-bisnis UKM secara signifikan meningkatkan dan menciptakan keunggulan kompetitif.

4.3.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pembentukan model regresi, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi terlebih dahulu supaya model yang terbentuk memberikan estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimated). Pengujian asumsi ini terdiri atas tiga pengujian, yakni uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastistias.

4.3.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak.Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang

(29)

sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistic. Berikut hasil uji normalitas dengan menggunakan media program komputer, yaitu SPSS 17 for windows didapatkan hasil sebagai berikut:

Gambar 4.5

Grafik Normal Probability Plot

Berdasarkan grafik normal probability plot, dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal karena data atau titik-titik tersebar di sekeliling garis lurus dan penyebarannya mengikuti garis lurus.

(30)

4.3.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas berguna untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel tersebut tidak membentuk variabel ortogonal.. Model regresi yang baik yaitu tidak terdapatnya multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi yang kuat antar variabel independen. Untuk melihat nilai multikolinieritas dapat dilihat dengan nilai tolerance dan Variance Inflation

Factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi

multikolinieritas. Sebaliknya jika tolerance < 0,10 dan VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas. Dari pengolahan data yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji multikolinieritas sebagai berikut:

Tabel 4.21

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Teknologi Informasi .610 1.639 E-Commerce .610 1.639

a. Dependent Variable: Keunggulan Bersaing

Sumber : data olah kuisioner 2019

Tabel di atas menunjukan hasil pengujian multikolinieritas data. Dari data yang disajikan pada table di atas, terlihat bahwa nilai tolerance yang diperoleh kedua variabel bebas masing-masing sebesar 0,610 > 0,1 dan Variance Inflation

(31)

korelasi yang kuat diantara variabel bebas, sehingga asumsi multikolinieritas data terpenuhi.

Menurut Ghozali (2006: 95) dalam jurnal Nurul Yunita et al (2017:9) menyatakan bahwa, “Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent.”

4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan menggunakan grafik heteroskedastisitas antara nilai prediksi variabel dependen dengan variabel indepeden.Dari Gambar Scatterplots dibawah ini terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 dan sumbu Y, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk digunakan dalam melakukan pengujian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut

(32)

Gambar 4.6

Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastitas

Sumber : data olah kuisioner 2019

Gambar di atas menunjukan hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan metode grafik scatter plot. Dari gambar tersebut terlihat bahwa titik-titik yang diperoleh membentuk pola acak tidak beraturan serta menyebar diatas dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, sehingga dalam model regresi yang akan dibentuk tidak ditemukan adanya pelanggaran heteroskedastisitas, dengan kata varians residual bersifat homokedastisitas.

Menurut Ghozali (2006:125) dalam jurnal Nurul Yunita et al (2017:10) menyatakan bahwa, “Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas.”

(33)

4.3.3 Analisis Koefisien Korelasi

Analisis korelasi Pearson Product Moment adalah suatu analisis yang digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua atau lebih variabel bila data variabel berbentuk interval atau rasio dan sumber data dari masing-masing variabel adalah sama.

Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan yang terjadi antara varabel bebas dengan variabel terikat, dalam hal ini untuk melihat hubungan yang terjadi antara penggunaan teknologi informasi (X1) dan

e-commerce (X2) dengan keunggulan bersaing (Y) baik secara simultan maupu secara parsial. Teknik analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi pearson product moment.

4.3.3.1 Analisis Korelasi Simultan

Dengan menggunakan software SPSS, diperoleh hasil analisis korelasi simultan antara penggunaan teknologi informasi (X1) dan e-commerce (X2) dengan keunggulan bersaing (Y) sebagai berikut:

Tabel 4.22

Hasil Analisis Korelasi Simultan

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .825a .681 .649 1.25224

a. Predictors: (Constant), E-Commerce, Teknologi Informasi b. Dependent Variable: Keunggulan Bersaing

(34)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai korelasi yang diperoleh antara penggunaan teknologi informasi dan e-commerce dengan keunggulan bersaing adalah sebesar 0,825. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, nilai korelasi sebesar 0,825 termasuk kedalam kategori hubungan korelasi tinggi, berada dalam kelas interval antara 0,81 - 1. Maka semakin baik penggunaan Teknologi Informasi dan E-commerce di Sentra Produksi Kaos Muararajeun maka Keunggulan Bersaing akan meningkat.

Menurut Aleksandar Damnjanović et al (2016:172) TI dan E-bisnis sangat digunakan dan diterapkan secara progresif, dan itu merupakan dasar bagi daya saing UKM. TI dan E-bisnis UKM secara signifikan meningkatkan dan menciptakan keunggulan kompetitif.

4.3.3.2 Analisis Korelasi Parsial

Dengan menggunakan software SPSS, diperoleh hasil analisis korelasi parsial antara penggunaan teknologi informasi (X1) dan e-commerce (X2) dengan keunggulan bersaing (Y) sebagai berikut:

Tabel 4.23

Hubungan Antara Teknologi Informasi dengan Keunggulan Bersaing

Correlations

Teknologi Informasi

Keunggulan Bersaing

Teknologi Informasi Pearson Correlation 1 .746**

Sig. (2-tailed) .000

N 23 23

Keunggulan Bersaing Pearson Correlation .746** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 23 23

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(35)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai korelasi yang diperoleh antara penggunaan teknologi informasi dengan keunggulan bersaing sebesar 0,746. Nilai korelasi bertanda positif, dimana semakin baik penggunaan teknologi informasi, akan diikuti oleh semakin tingginya keunggulan bersaing. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, nilai korelasi sebesar 0,746 termasuk kedalam kategori hubungan yang cukup tinggi, berada dalam kelas interval antara 0,61 – 0,800.

Menurut Fatmariani (2011) dalam Dahlia dkk (2015:88-89) Menyatakan bahwa UKM yang memiliki komputer atau sudah menggunakan peran teknologi dalam membantu sistem usahanya, berarti mereka telah memahami pentingnya peran teknologi informasi untuk meningkatkan produktivitas industri yang nantinya akan bermuara pada pembentukan industri yang berdaya saing. Sehingga teknologi informasi dapat memberikan pengaruh positif terhadap keunggulan bersaing pada UKM.

Tabel 4.24

Hubungan Antara E-Commerce dengan Keunggulan Bersaing

Correlations

E-Commerce

Keunggulan Bersaing

E-Commerce Pearson Correlation 1 .741**

Sig. (2-tailed) .000

N 23 23

Keunggulan Bersaing Pearson Correlation .741** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 23 23

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : data olah kuisioner 2019

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai korelasi yang diperoleh antara penggunaan e-commerce dengan keunggulan bersaing sebesar 0,741. Nilai

(36)

korelasi bertanda positif, dimana semakin baik penggunaan e-commerce, akan diikuti oleh semakin tingginya keunggulan bersaing. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, nilai korelasi sebesar 0,741 termasuk kedalam kategori hubungan yang cukup tinggi, berada dalam kelas interval antara 0,61 – 0,800.

Menurut Rose Rahmidani (2015:351) E-commerce perusahaan bisa mendapatkan manfaat yang dijadikan sebagai alternatif sumber keunggulan bersaing sehingga perusahaan mampu memberikan layanan yang terbaik dan tercepat bagi para pelanggannya.

4.3.4 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (KD) merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (R) atau disebut juga sebagai R-Square. Koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dalam bentuk persentase. Dengan menggunakan SPSS, diperoleh koefisien determinasi yang dapat dilihat pada tabel output berikut:

Tabel 4.25

Koefisien Determinasi Simultan

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .825a .681 .649 1.25224

a. Predictors: (Constant), E-Commerce, Teknologi Informasi b. Dependent Variable: Keunggulan Bersaing

(37)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa nilai koefisien korelasi atau (R) yang diperoleh sebesar 0,825. Dengan demikian koefisien determinasi dapat dihitung sebagai berikut:

Kd = x 100 % Kd = (0,825)2 x 100 % Kd = 68,1%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 68,1%. Hal ini menunjukan bahwa kedua variabel bebas yang terdiri dari penggunaan teknologi informasi dan e-commerce memberikan kontribusi terhadap keunggulan bersaing pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Kampung Wisata Sablon Bandung sebesar 68,1%, sedangkan 31,9% lainnya merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak diteliti. Berikut adalah variabel lain yang tidak diteliti diluar penelitian :

 Sukma Bakti dan Harniza Harun (2011:4) Orientasi pasar merupakan sesuatu yang penting bagi perusahaan sejalan dengan meningkatnya persaingan global dan perubahan dalam kebutuhan pelanggan dimana perusahaan menyadari bahwa mereka harus selalu dekat dengan pasarnya. Orientasi pasar merupakan budaya bisnis dimana organisasi mempunyai komitmen untuk terus berkreasi dalam menciptakan nilai unggul bagi pelanggan.

 Vivin Oblivia Yunal dan Ratih Indriyani (2013:4) Inovasi produk, merupakan implementasi ide kreatif terhadap suatu produk baru, yang

(38)

dapat dilakukan dengan melakukan pengembangan produk sehingga berbeda dari sebelumnya

Sedangkan untuk melihat besarnya kontribusi pengaruh yang diberikan oleh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.26

Koefisien Determinasi Parsial

Coefficientsa Model Standardized Coefficients Correlations Beta Zero-order 1 Teknologi Informasi .463 .746 E-Commerce .452 .741

a. Dependent Variable: Keunggulan Bersaing

Sumber : data olah kuisioner 2019

Berdasarkan output di atas dilakukan perhitungan sebagai berikut: Pengaruh X1 terhadap Y = 0,463 x 0,746 = 0,345 atau 34,5% Pengaruh X2 terhadap Y = 0,452 x 0,741 = 0,335 atau 33,5%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa penggunaan teknologi informasi (X1) memberikan kontribusi paling dominan terhadap keunggulan bersaing (Y) dengan kontribusi yang diberikan sebesar 34,5%, sedangkan 33,5% lainnya merupakan kontribusi dari penggunaan e-commerce (X2).

(39)

4.3.5 Pengujian Hipotesis

4.3.5.1 Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)

Menurut Ghozali (2006:88) dalam Nurul Yunita et al (2017:12) menyatakan bahwa, “Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara sendiri- sendiri atau masing-masing terhadap variabel dependen (Y).

1. Pengujian Hipotesis Parsial X1

H0 : β1= 0 Artinya, secara parsial penggunaan teknologi informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Kampung Wisata Sablon Bandung. H1 : β1 ≠ 0 Artinya, secara parsial penggunaan teknologi informasi

berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Kampung Wisata Sablon Bandung. Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X1 sebagai berikut:

Tabel 4.27

Pengujian Hipotesis Parsial X1

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .518 1.175 .441 .664 Teknologi Informasi .439 .153 .463 2.865 .010 E-Commerce .256 .091 .452 2.795 .011

a. Dependent Variable: Keunggulan Bersaing

(40)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t-hitung yang diperoleh penggunaan teknologi informasi (X1) adalah sebesar 4,129. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=23-2-1= 20, diperoleh nilai t-tabel untuk pengujian dua pihak sebesar ±2,085. Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai t-hitung yang diperoleh sebesar 2,865, berada diluar nilai t-tabel (-2,085 dan 2,085). Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara parsial penggunaan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Kampung Wisata Sablon Bandung.

Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Dahlia dkk (2015:89) Teknologi informasi dapt memberikan pengaruh positif terhadap keunggulan bersaing pada UKM. Jika disajikan dalam grafik, nilai hitung dan t-tabel tersebut dapat dilihat pada t-tabel berikut ini:

Gambar 4.7 Uji Hipotesis Parsial X1

Daerah Penerimaan H0 Daerah penolakan Ho t tabel= -2,085 0 t tabel=2,085 t hitung = 2,865 Daerah penolakan Ho

(41)

2. Pengujian Hipotesis Parsial X2

H0 : β2= 0 Artinya, secara parsial penggunaan e-commerce tidak berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Kampung Wisata Sablon Bandung.

H1 : β2 ≠ 0 Artinya, secara parsial penggunaan e-commerce berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Kampung Wisata Sablon Bandung.

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung > dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji hipotesis parsial X2 sebagai berikut:

Tabel 4.28

Pengujian Hipotesis Parsial X2

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .518 1.175 .441 .664 Teknologi Informasi .439 .153 .463 2.865 .010 E-Commerce .256 .091 .452 2.795 .011

a. Dependent Variable: Keunggulan Bersaing

Sumber : data olah kuisioner 2019

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t-hitung yang diperoleh penggunaan e-commerce (X2) adalah sebesar 2,795. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=23-2-1= 20, diperoleh nilai t-tabel untuk pengujian dua pihak sebesar ±2,085. Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai t-hitung yang diperoleh sebesar 2,795, berada diluar

(42)

nilai t-tabel (-2,085 dan 2,085). Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara parsial penggunaan e-commerce berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Kampung Wisata Sablon Bandung.

Rose Rahmidani (2015:351) E-commerce perusahaan bisa mendapatkan manfaat yang dijadikan sebagai alternatif sumber keunggulan bersaing sehingga perusahaan mampu memberikan layanan yang terbaik dan tercepat bagi para pelanggannya.

Jika disajikan dalam grafik, nilai t-hitung dan t-tabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Gambar 4.8 Uji Hipotesis Parsial X2

Daerah Penerimaan H0 Daerah penolakan Ho t tabel= -2,085 0 t tabel=2,085 t hitung = 2,795 Daerah penolakan Ho

(43)

4.3.5.2 Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)

Untuk membuktikan apakah penggunaan teknologi informasi dan

e-commerce berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing pada Sentra

Produksi Kaos Muararajeun Kampung Wisata Sablon Bandung, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:

H0 :β1 , β2 = 0, artinya secara simultan, penggunaan teknologi informasi dan

e-commerce tidak berpengaruh signifikan terhadap keunggulan

bersaing pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Kampung Wisata Sablon Bandung.

H1 :β1 , β2 ≠ 0, artinya secara simultan, penggunaan teknologi informasi dan

e-commerce berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing

pada Sentra Produksi Kaos Muararajeun Kampung Wisata Sablon Bandung.

Taraf signifikansi (α) : 0,05

Kriteria uji : tolak H0 jika nilai F-hitung > F-tabel, H1 terima Nilai statistik uji F dapat diketahui dari tabel output berikut:

Tabel 4.29

Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 66.881 2 33.440 21.325 .000b

Residual 31.362 20 1.568

Total 98.243 22

a. Dependent Variable: Keunggulan Bersaing

b. Predictors: (Constant), E-Commerce, Teknologi Informasi

(44)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa nilai F-hitung yang diperoleh sebesar 21,325. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai F-tabel pada tabel distribusi F. Dengan α=0,05, db1=2 dan db2=20, diperoleh nilai F-tabel sebesar 3,490. Dari nilai-nilai di atas, terlihat bahwa nilai Fhitung (21,325) > Ftabel (3,490), sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara simultan penggunaan teknologi informasi dan

e-commerce berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing pada Sentra

Produksi Kaos Muararajeun Kampung Wisata Sablon Bandung.

Aleksandar Damnjanović et al (2016:172) TI dan E-bisnis sangat digunakan dan diterapkan secara progresif, dan itu merupakan dasar bagi daya saing UKM. TI dan E-bisnis UKM secara signifikan meningkatkan dan menciptakan keunggulan kompetitif.

Jika disajikan dalam gambar, nilai F-hitung dan F-tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Ftabel = 4,737 (α= 0,05 ; db1 =2; db2 = 7) 7,310 Daerah Penerimaan H0 Daerah Penolakan H0 Gambar 4.9

Kurva Uji Hipotesis Simultan X1 dan X2 terhadap Y

F hitung = 21,325 F tabel = 3,490

Gambar

Gambar 4.7  Uji Hipotesis Parsial X 1
Gambar 4.8  Uji Hipotesis Parsial X 2

Referensi

Dokumen terkait

Wafia Silvi Dhesinta, dalam jurnalnya berjudul “Calon Tunggal Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Konsep Demokrasi” pembahasan dalam jurnal ini, penulisnya

Padahal di DKI Jakarta Sendiri, terdapat 3(tiga) Instansi Badan Narkotika Nasional yaitu Badan Narkotika Nasional Pusat, Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta,

maupun leksikon; (2) memerikan daerah sebaran dari masing-masing variasi yang ditemukan; (3) mengelompokkan variasi-variasi tersebut atas kelompok dialek; (4) memperlihatkan

termasuk dalam salah satu jenis spesies yang mengalami peningkatan jumlah spesies baru yang ditemukan yaitu 4 sampai 9 spesies. fasciatus ) pada penelitian memiliki

Pelaksanaan pada tahap do telah sesuai dengan SAP yang dibentuk, hanya saja masih banyak mahasiswa yang membutuhkan pengarahan tentang teknik pembelajaran. Hal ini terjadi

Perlindungan secara khusus yang diberikan oleh hukum terhadap profesi guru secara jelas tecantum dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, dimana

Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai

Puji syukur penjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, anugerah dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga dapat menyusun skripsi yang berjudul “Pengaruh