• Tidak ada hasil yang ditemukan

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

Yulita Hanifah

Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung.

Abstrak

Salah satu teknologi pada sektor AEC yang tengah berkembang di dunia pada saat ini adalah BIM(Building Information Modelling). Negara-negara di Asia Tenggara telah menggunakan BIM dalam praktik AEC, salah satunya Indonesia. Namun, dibandingkan dengan negara-negara lain, perkembangan BIM di Indonesia masih belum kuat (Gegana & Widjanarso, 2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat awareness, penggunaan dan kecenderungan pemanfaatan BIM, khususnya pada akademisi dan praktisi di bidang Arsitektur pada saat ini. Penelitian ini menggunakan metode mixed-method. Hasilnya, dapat disimpulkan bahwa tingkat awareness cukup tinggi dengan 70% responden yang mengenal BIM. Namun tingkat penggunaanya masih rendah dengan 38% yang menggunakan BIM. Responden dengan profesi sebagai praktisi cenderung menggunakan BIM karena memiliki manfaat dari segi efisiensi; antara lain waktu, pelaksanaan, biaya dan energi. Namun, responden dengan profesi sebagai akademisi cenderung menggunakan BIM karena memiliki manfaat dalam mempermudah proses modelling.

Kata-kunci : Awarness, Akademisi, , BIM, Pemanfaatan, Praktisi

Pengantar

Berdasarkan prediksi PwC (Pricewaterhouse-Coopers), Indonesia akan berada di urutan 5 besar pertumbuhan konstruksi di Asia Tenggara sampai dengan tahun 2025 (PwC, 2014). Hal tersebut tentu saja bukan hanya secara oto-matis akan berpengaruh ke sektor AEC ( Ar-chitecture, Engineering, and Construction), tetapi juga menjadi peluang bagi ketiga sektor tersebut.

Namun, setelah berjalannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), persaingan masyarakat Indo-nesia untuk terlibat di dalam pasar konstruksi dalam negeri menjadi semakin ketat. Sehingga akan semakin sulit mendapatkan peluang tersebut tanpa memiliki skill yang mumpuni untuk dapat bersaing dengan negara lain di Asia. Salah satu teknologi pada sektor AEC yang tengah berkembang di dunia pada saat ini adalah BIM(Building Information Modelling). BIM merupakan adalah salah satu perkembangan yang paling menjanjikan dalam sektor AEC

(Eastman dkk., 2011). BIM menyediakan sistem integritas dari keseluruhan desain serta kon-struksi dan mampu mengkoordinasi proses se-cara digital dari tahap pra konstruksi sampai dengan tahap konstruksi. (Garber, 2014). Se-hinga, dengan adanya BIM, ketiga sektor dapat berkolaborasi dalam satu sistem, yaitu BIM. Negara-negara di Asia Tenggara telah meng-gunakan BIM dalam praktik AEC, salah satunya Indonesia. Namun, Singapura merupakan nega-ra yang paling cepat dalam implementasi BIM di negaranya. Dibandingkan dengan negara-nega-ra lain, perkembangan BIM di Indonesia masih belum kuat (Gegana & Widjanarso, 2015). Dalam implementasi BIM, peran akademisi dan praktisi sangat dibutuhkan. Tanpa pengetahuan dan pemahaman tentang BIM dari praktisi, bukan tidak mungkin pasar konstruksi Indonesia pada masa depan akan dikuasai oleh negara lain.Sementara itu peran akademisi juga dibu-tuhkan untuk menghasilkan individu-individu yang memiliki skill dalam BIM.

(2)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat awareness, penggunaan dan kecen-derungan pemanfaatan BIM, khususnya pada akademisi dan praktisi di bidang Arsitektur pada saat ini.

Hal ini penting agar seluruh masyarakat yang terlibat di dalamnya, baik praktisi maupun aka-demisi, setidaknya mengetahui pemahaman apa itu BIM dan manfaatnya. Sehingga, aka-demisi dan praktisi di Indonesia dapat bersaing dengan negara lain di masa yang akan datang.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode mixed-method, dengan menggunakan gabungan me-tode kualitatif dan kuantitatif (Creswell, 2008). Selain itu, penelitian ini juga bersifat eksploratif, karena bertujuan untuk mengeksplor intreper-tasi responden (Groat & Wang, 2002).

MetodePengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah survei, dengan meng-gunakan instrumen penelitian yaitu kuisioner yang disebarkan secara online. Kuisioner terse-but disebarkan dengan menggunakan snowball sampling, yaitu proses pemilihan sampel dengan menggunakan jaringan individu, komunitas, atau organisasi (Kumar, 2005).

Penyebaran kuisioner dilakukan peneliti melalui individu dan komunitas, dalam kurun waktu sekitar 2 minggu. Dilakukan pembatasan sampel pada akademisi dan praktisi di bidang arsitektur. Selain itu juga dilakukan pembatasan pada tingkat pendidikan yaitu minimal lulusan SMA/SMK.

Dari hasil penyebaran kuisioner tersebut didapatkan data dari 88 responden yang kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Metode Analisis Data

Mengacu pada tujuan penelitian ini, metode yang akan digunakan untuk mengungkap tingkat awareness terhadap BIM dan

peng-gunaannya akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan diagram frekuensi distri-busi. Data diperoleh melalui pertanyaan “Apakah Anda menggunakan BIM?” dengan pilihan “Ya” atau “Tidak”. Setelah itu, responden yang memilih “Tidak” akan diberi pertanyaan kembali yaitu “Apakah Anda pernah mendengar tentang BIM?” dengan pilihan jawaban yang sama. Sedangkan untuk mengukur kecenderungan pe-manfaatan BIM, dilakukan analisis secara kua-litatif menggunakan grounded theory.Data dipe-roleh melalui pertanyaan terbuka (open-ended). Untuk pengguna BIM, diajukan per-tanyaan mengenai alasan penggunaan BIM. Pertanyaan tersebut bertujuan untuk mengetahui intreper-tasi dari manfaat BIM bagi pengguna.

Analisis dan Interpretasi

Sebanyak 88 responden yang mengisi kuisioner, terdapat 49% merupakan akademisi dan 51% merupakan praktisi. Sementara itu, responden yang paling banyak mengisi berasal dari kota Bandung dengan presentase sebesar 82%. Lalu, sebesar 10% responden berasal dari kota Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Sebesar 8% responden berasal dari kota lain seperti Bengkulu, Denpasar, Medan, dan Padang.

Gambar 1. Sebaran kota asal responden

Dari total 88responden yang mengisi kuisioner, pertanyaan “Apakah Anda menggunakan BIM?” dijawab “Ya” oleh 33 responden dan “Tidak” oleh 55 responden.Kemudian dari 55 responden yang menjawab “Tidak” terdapat 30 responden yang mengenal BIM dan 25 responden yang tidak mengenal BIM.

0% 20% 40% 60% 80% 100% Bandung Jabodetabek Kota Lainnya

(3)

Hasil tersebut kemudian diubah kedalam distribusi data dengan 3 kategori yaitu “Meng-gunakan”, “Tahu tetapi Tidak Meng“Meng-gunakan”, dan “Tidak Tahu”. Dari hasil distribusi, secaraumum diperoleh data 38% responden menggunakan BIM, 28% responden tahu tetapi tidak menggunakan BIM, dan 34% tidak tahu tentang BIM.

Gambar 2. Tingkat Awareness BIM

Dapat diintrepertasikan bahwa tingkat awa-reness cukup tinggi, dimana sekitar 70% dari responden mengenal BIM dan 30% tidak me-ngenal BIM. Namun, tingkat penggunaan BIM masih rendah, dimana kurang dari 50% respon-den yang menggunakan BIM.

Penggunaan BIM

Dari 33 responden yang menggunakan BIM, kemudian diperoleh bagaimana penggunaan BIM oleh responden. Melalui pertanyaan “Apli-kasi apa saja yang Anda gunakan pada BIM?” diperoleh data yang kemudian dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi.

Hasil analisis tersebut yaitu sebagian besar responden hanya memanfaatkan BIM untuk 3D Modelling dan Visualisasi, dengan presentase masing-masing 37% dan 29%. Sedangkan sisanya, 9% responden menggunakan Building Performance, 8% menggunakan Coordination Building System, 7% menggunakan Energy Modelling, 6% menggunakan aplikasi 4D, 3% menggunakan 5D, dan hanya 1% yang menggunakan aplikasi lainnya.

Gambar 3. Penggunaan BIM

Dari data tersebut dapat diintrepertasikan bahwa penggunaan BIM masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar peng-guna belum mengpeng-gunakan keseluruhan aplikasi yang ada pada BIM.

Pemanfaatan BIM

Untuk mengetahui kecenderungan pemanfaatan BIM oleh pengguna, peneliti membagi analisis menjadi tiga tahapan.Tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Alur Penelitian Pemanfaatan BIM

Pada tahap pertama, diperoleh sebanyak 66% yang merupakan praktisi dan 34% yang merupakan akademisi. Kelompok kategori praktisi antara lain Arsitek/Desainer, Konsultan, Kontraktor, Drafter, Freelance, dan Wirausaha. Sementara kelompok kategori Akademisi antara lain Mahasiswa, Guru, dan Asisten Dosen. 0% 10% 20% 30% 40% Menggunakan Tahu, Tidak Menggunakan Tidak Tahu 0% 20% 40% Visualisasi 3D Modelling 4D Modelling 5D Modelling Energy Modelling Building Performance Coordination Building System Lainnya

Membagi profesi pengguna BIM kedalam dua kategori yaitu akademisi dan praktisi. Kemudian kedua kategori dianalisis

menggunakan distribusi frekuensi.

Melakukan analisis kualitatif grounded theory mengenai alasan penggunan BIM.

Analisis korespondensi untuk menentukan kecenderungan pemanfaatan BIM oleh pengguna.

(4)

Gambar 5. Distribusi Data Kelompok Profesi

Kemudian pada tahap kedua, peneliti melakukan analisis data kualitatif yaitu grounded theory. Analisis dilakukan pada pertanyaan terbuka (open-ended) yaitu “Jelaskan mengapa Anda menggunakan aplikasi tersebut”.

Pada tahap ini, hal pertama yang dilakukan adalah analisis kata kunci dari jawaban res-ponden atau open coding. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasikan jawaban responden menjadi beberapa kata kunci. Berikut beberapa contoh jawaban responden mengenai alasan penggunaan BIM.

“Memudahkan dalam mendesign dan mempre-sentasikan design tersebut. Dan bisa mem-perjelas design yg dimaksud dalam bentuk 3D.” (Praktisi)

“Lebih efisien waktudan kelengkapan fitur yang memenuhi kebutuhan sehingga tidak perlukan lagi aplikasi lain,misal menggambar 2D dengan Autocad,modelling 3D dengan Sketchup atau 3D Max dan rendering masih gunakan plugin lagi misal V-ray, Max-well etc. Hanya saja menggunakan BIM masih membatasi kreatifitas. Karena sangat sulit membuat model jende-la/pintu dengan bentuk lokal khas daerah." (Praktisi)

“Karena dengan menggunakan aplikasi ini, mengerjakan tugas menjadi lebih cepat, mudah, dan akurat. Semua gambar terintegrasi sehing-ga ketika ada kesalahan pada satu sehing-gambar kita hanya perlu mengubah salah satu.” (Akademisi)

Berdasarkan deskripsi dari beberapa jawaban responden di atas diperoleh kata kunci terkait dengan alasan penggunaan BIM, yakni “Memu-dahkan dalam mendesain”, “Memu“Memu-dahkan pre-sentasi”, “Memperjelas bentuk 3D”, “Efisien waktu”, “Kelengkapan fitur”, “Tidak perlu aplikasi lain”, “Tugas menjadi lebih cepat”, “Tugas menjadi lebih mudah”, “Akurat”, dan “Semua gambar terintegrasi”.

Setelah proses open coding dilakukan proses axial coding yaitu pengelompokan kata kunci. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kata kunci yang berulang. Berikut contoh penge-lompokan kata kunci menjadi kategori melalui axial coding dalam bentuk tabel.

Tabel 1. Pengkategorian Kata Kunci

No Kategori Kata kunci 1 Mempermudah proses modelling Membantu dalam proses modelling Mempermudah desain bentukan bangunan 3D didapatkan secara sekaligus Menerapkan ide dalam bentuk 3D Tidak perlu aplikasi lain untuk 3D

Praktis dalam modelling 2D ke 3D 2 Efisien Mudah dan lebih

cepat

Pekerjaan menjadi lebih cepat

Lebih efisien waktu Efisien dari segi pelaksanaan, biaya, energi, waktu Pekerjaan bangunan lebih efisien

Pada proses ini, diperoleh 6 kategori yaitu “mempermudah proses modelling”, “memper-jelas visualisasi”, mempermudah pekerjaan”, 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Praktisi Akademisi

(5)

“efisien”, “terintegrasi”, dan “mempermudah manajemen konstruksi”. Dari hasil kategori tersebut kemudian dianalisis frekuensinya untuk mengetahui jawaban dominan dari responden.

Gambar 6. Alasan Penggunaan BIM

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi diketahui bahwa kategori yang paling berpengaruh dalam penggunaan BIM adalah “mempermudah peker-jaan” dengan presentase 24%. Alasan yang ter-masuk kedalamnya antara lain seperti memper-mudah pekerjaan, mempermemper-mudah dalam men-desain bangunan, mempermudah tugas dari institut/universitas, mempermudah pengerjaan sayembara, serta membantu proses peranca-ngan menjadi alasan paling dominan bagi pengguna dalam menggunakan BIM.

Kategori dominan yang kedua adalah kategori “terintegrasi” dengan 18.5%. Alasan yang ter-masuk kedalam kategori tersebut antara lain seperti terstruktur, fitur yang terkoneksi, memi-liki workflow yang terintegrasi, serta dapat mendapatkan keseluruhan data dalam satu software.

Kategori lainnya menyusul dengan presentase secara berurut yaitu, “efisien” dengan 17.1%, “mempermudah manajemen konstruksi” serta “memperjelas visualisasi” dengan 12.8% dan “mempermudah proses modelling” dengan 10%. Pada tahap terakhir, dilakukan analisis kores-pondensi dengan melakukan selective coding. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ke-cenderungan pengguna dalam menggunakan BIM berdasarkan dua kategori profesi. Analisis

korespondensi dilakukan dengan menggunakan ward hierarchical clustering, yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Korespondensi antara profesi dengan

alasan penggunaan BIM

Responden yang berprofesi sebagai Arsitek/ Desainer, Konsultan, Kontraktor, Drafter, Free-lance, dan Wirausahalebih cenderung meng-gunakan BIM karena memiliki manfaat dari segi efisiensi, antara lain waktu, pelaksanaan, biaya dan energi. Selain itu, profesi tersebut juga memperhatikan manfaat dari sistem integritas pada BIM, seperti terstruktur, fitur yang terko-neksi, memiliki workflow yang terintegrasi, serta dapat mendapatkan keseluruhan data dalam satu software. Mempermudah manajemen pada saat mendesain dan membangun juga menjadi manfaat yang dirasakan oleh praktisi, walaupun memiliki tingkat kecenderungan yang paling rendah.

Responden yang berprofesi sebagai Mahasiswa, Guru, dan Asisten Dosen lebih cenderung meng-gunakan BIM karena memiliki manfaat dalam mempermudah dalam proses modelling, seperti 3D dapat diperoleh sekaligus, mempermudah proses bentukan bangunan, dan mempermudah penerapan ide dalam 3D. Selain itu, profesi tersebut juga memperhatikan manfaat visua-lisasi dari BIM yang akan mempermudah peker-jaan mereka antara lain seperti tugas, sayem-bara, atau proyek.

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tingkat awareness, tingkat penggunaan dan kecenderungan pemanfaatan BIM oleh peng-guna. Untuk mengetahui tingkat awareness dan

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% terintegrasi mempermudah proses modelling mempermudah pekerjaan mempermudah manajemen konstruksi memperjelas visualisasi efisien Akademisi Praktisi ef isien mempermudah manajemen memperjelas visualisasi mempermudah pekerjaan mempermudah proses modelling

(6)

penggunaan dilakukan analisis distribusi. Se-dangkan untuk mengetahui tingkat kecen-derungan pemanfaatan BIM dilakukan analisis korespondensi.

Hasilnya, dapat disimpulkan bahwa tingkat awareness cukup tinggi dengan 70% responden yang mengenal BIM. Namun tingkat peng-gunaanya masih rendah dengan 38% yang menggunakan BIM. Dari 38% yang meng-gunakan BIM, penggunaan dengan frekuensi tertinggi adalah untuk 3D Modelling dan Visu-alisasi. Sementara itu, penggunaan BIM untuk 5D Modelling/Cost Estimate serta Doku-mentasi berada di frekuensi terendah.

Sementara itu, untuk mengetahui kecenderu-ngan pengguna dalam memanfaatkan BIM, pengguna dikategorikan menjadi akademisi dan praktisi. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa res-ponden dengan profesi sebagai praktisi cende-rung menggunakan BIM karena memiliki man-faat dari segi efisiensi; antara lain waktu, pelaksanaan, biaya dan energi. Namun, respon-den respon-dengan profesi sebagai akademisi cende-rung menggunakan BIM karena memiliki man-faat dalam mempermudah proses modelling. Kekurangan Penelitian

Hasil penelitian ini belum dapat diintrepretasikan secara general untuk seluruh akademisi dan praktisi pada bidang arsitektur di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pemilihan responden dengan teknik snowball sampling yang menunjukan bahwa asal kota responden belum dapat me-wakili kota-kota yang ada di Indonesia.

Namun, peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian untuk peneli-tian selanjutnya.

Rekomendasi

Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan teknik sampling yang lebih sesuai. Teknik Stratified random sampling atau Cluster sampling mungkin dapat digunakan untuk mem-bagi kota-kota di Indonesia. Hal ini dikarenakan kedua teknik ini membagi data responden terlebih dahulu berdasarkan kategori yang

ber-hubungan dengan tujuan penelitian (Kumar, 2005). Sehingga hasil penelitian mungkin akan lebih mewakili untuk seluruh akademisi dan praktisi pada bidang arsitektur di Indonesia.

Daftar Pustaka

Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc.

Eastman, Chuck, dkk. (2011). BIM Handbook: A Guide to Building Information Modeling for Owners, Managers, Designers, Engineers, and Contractors. New York: John Wiley & Sons. Inc.

Garber, Richard. (2014). Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. New York: John Wiley & Sons. Inc.

Gegana, Gregorius & Widjanarso, Tony H. (2015). BIM Course Development And Its Future Integration At University Of Indonesia And Institute Of Technology Bandung, Indonesia. 9th BIM Academic Symposium & Job Task Analysis Review, Washington, DC, 7-8 April 2015

Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Kumar, Ranjit. (2005). Research Methodology: A

Step-by-Step Guide for Beginners. California: Sage Publications, Inc.

PwC. (2014). A Summary of South East Asian Infrastructure Spending: Outlook to 2025. London: PwC, Inc.

Gambar

Gambar 1. Sebaran kota asal responden
Gambar 2. Tingkat Awareness BIM
Gambar 5. Distribusi Data Kelompok Profesi
Gambar 6. Alasan Penggunaan BIM

Referensi

Dokumen terkait

Graph adalah sebuah diagram yang memuat titik-titik disebut vertex, dan garis yang menghubungkan vertex-vertex disebut edge, didefinisikan G(V,E), dimana V adalah

Hak privasi itu memang seharusnya dilindungi, akan tetapi Hak privasi itu tidak bersifat absolut, negara dapat melakukan pembatasan khususnya berkaitan dengan proses

Hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika model kooperatif berbasis kontekstual daerah pesisir diperoleh (1) valid karena berdasarkan penilaian para

Penutup  Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi yang baru dilakukan.. Guru :

Menurut Priyono (34 tahun) yang merupakan peserta Dana Pensiun Gunung Madu berpendapat bahwa menjadi Peserta Dana Pensiun Pemberi Kerja PT Gunung Madu Plantation

Check board test menggunakan gelombang P pada irisan vertikal selatan utara berjarak 11 km (baris atas) dan 13 km (baris bawah) dari sumbu y atau masing-masing melalui garis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa pandemi COVID-19 terjadi perubahan pelaksanaan proses belajar mengajar dari semula secara tatap muka di kampus menjadi

188.45/HKM/SK/152/2014 tentang Penetapan Tahapan Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Kota Bitung antara lain telah menyusun peraturan walikota tentang