• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA BIDAN DALAM DETEKSI DINI RISIKO BBLR PADA PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KINERJA BIDAN DALAM DETEKSI DINI RISIKO BBLR PADA PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS KINERJA BIDAN DALAM DETEKSI DINI RISIKO BBLR

PADA PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KABUPATEN KULON

PROGO TAHUN 2013

PERFORMANCE ANALYSIS OF MIDWIVES ON EARLY DETECTION

OF RISK FOR LOW BIRTH WEIGHT INFANTS IN ANTENATAL CARE

IN KULON PROGO DISTRICT IN 2013

Almira Gitta Novika

1

, Lucia Ratna Kartika Wulan

2

, Sri Achadi Nugraheni

2

ABSTRAK

Deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal sebagai upaya dalam menurunkan kejadian BBLR di wilayah Puskesmas Kabupaten Kulon Progo pelaksanaannya belum maksimal dibuktikan dengan adanya beberapa bidan yang belum melaksanakan upaya-upaya deteksi dini risiko BBLR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di Wilayah Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2013.

Jenis penelitian Explanatory Research dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan proportionate purposive sampling. Variabel penelitian yaitu motivasi, persepsi kepemimpinan, persepsi supervisi, persepsi imbalan dan persepsi beban kerja. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah chi-square dan analisis uji statistic multivariate regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan kinerja bidan tidak baik (47,5%), motivasi tinggi dan tidak tinggi masing-masing (50%), persepsi kepemimpinan tidak baik (49,2%) (50,8%), persepsi supervisi tidak baik (46,6%), persepsi imbalan tidak sesuai (44,9%), persepsi beban kerja berat (48,3%). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi kepemimpinan (p=0,044) dan persepsi supervisi (p=0,029) dengan kinerja bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja bidan yaitu persepsi supervisi (p=0,030).

Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dan pihak Puskesmas untuk membuat jadwal supervisi secara rinci sesuai program Kesehatan Ibu dan Anak serta mensosialisasikan kepada bidan Puskesmas mengenai bahan supervisi (dokumen yang harus disiapkan) dan jadwal supervisi tersebut.

Kata Kunci : Kinerja Bidan, Deteksi Dini Risiko BBLR, Pelayanan Antenatal

ABSTRACT

Implementation of early detection of risk for Low Birth Weight Infants at antenatal care as effort to reduce the incidence of Low Birth Weight Infants in Community Health Center in Kulon Progo District was not maximized. This can be seen in the presence of a midwife who did not carry out the efforts of early detection of risk for low birth weight infants. Purpose of this study was to analyze factors that affect the performance of the midwives in the early detection of risk for Low Birth Weight Infants at antenatal care in Kulon Progo District, Yogyakarta, in 2013 .

This was an explanatory study with cross sectional approach. Sample was taken using proportionate purposive sampling. Research variables were motivation, perceived leadership, perceived supervision, perceived reward and perceived workload. Data was taken using questionnaire, and analyzed using chi-square and multivariate logistic regression.

Result showed that there were 47,5% midwives with poor performance; 50% midwives with no high motivation; 49,2% midwives perceived poor leadership; 46,6% midwives perceived poor supervision; 44,9% midwives perceived poor reward; and 48,3% midwives perceived heavy workload. Results showed there were relationship between perceived leadership (p=0,044) and perceived supervision (p= 0,029) and performance of midwives in the early detection of the risk for low birth weight infants in antenatal care. The results also showed that the most influential factor on the performance of midwives was perceived supervision (p=0,030).

Result suggested Health Department of Kulon Progo District and Community Health Center need to schedule an appropriate supervision in detail for Maternal and Child Health program and disseminate material of the supervision (documents need to be prepared) and the supervision schedule to the midwives.

Keywords: Performance of Midwives, Early Detection of Risk for Low Birth Weight Infants, Antenatal Care

(2)

2

1

Universitas Respati, Yogyakarta

2Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan 2Minat Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak

3Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang

PENDAHULUAN

Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan kesepakatan global, pencapaian

Millenium Development Goals (MDG’s) pada tahun

2015, diharapkan AKI menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menurun 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.1

Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2011, kasus AKI mencapai 56 kasus. Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2010 yaitu sebanyak 43 kasus.2 Di Kabupaten Kulon Progo kasus AKI pada tahun 2010 mencapai 4 kasus. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 6 kasus, sedangkan pada tahun 2012 menurun menjadi 3 kasus.3

Pada tahun 2011, AKB secara nasional sebanyak 34/1000 KH, AKB di DIY 17/1000 KH dan AKB di Kabupaten Kulon Progo 12,8/1000 KH (73 kasus). Kematian bayi di Kabupaten Kulon Progo tersebut penyebabnya adalah asfiksia 31,51%, BBLR 26,03%, kelainan bawaan 15,07%, sepsis 6,85%,

pneumonia 5,48%, diare 4,11%, bronco pneumonia

4,11%, meningitis 2,74%, dysentri 1,37%, epilepsi 1,37%, perdarahan otak 1,37%.3

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kulon Progo, pada tahun 2012 AKB di DIY turun menjadi 8,7/1000KH (400 kasus), sementara di Kabupaten Kulon Progo lebih tinggi dari angka propinsi, yaitu 12,1/1000KH (69 kasus). Dari 69 kematian bayi, yang dibarengi dengan kondisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ada 30 kasus (43,47%).

Angka kejadian BBLR di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 20 juta bayi (15,5%) dari seluruh kelahiran.4 Menurut Mochtar (1998) rasio angka kejadian BBLR antara negara maju dan negara berkembang adalah 1:4. Selain itu, frekuensi kejadian BBLR di negara maju berkisar antara 3,6%-10,8% sedangkan frekuensi kejadian BBLR di negara berkembang berkisar antara 10%-43%, sedangkan angka kejadian BBLR di Asia adalah 22% dari seluruh kelahiran.5 Angka kejadian BBLR berbeda antara satu dengan daerah yang lain di Indonesia, angka tersebut berkisar antara 9%-30%.4 Sedangkan menurut Riskesdas (2007) angka kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,5%. Kejadian BBLR di Kabupaten Kulon Progo mengalami kenaikan yang cukup tinggi, yaitu dari 269 kasus di tahun 2011, menjadi 324 kasus (5,72%) di tahun 2012.5

Penyebab kejadian BBLR adalah persalinan prematur dan bayi lahir kecil untuk masa kehamilan. Sedangkan faktor predisposisi terjadinya BBLR, dari faktor ibu yaitu umur, jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang atau malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok dan kehamilan yang tidak diinginkan. Faktor predisposisi dari faktor plasenta yaitu penyakit vaskuler dan kehamilan ganda, sedangkan dari faktor janin yaitu kelainan bawaan dan infeksi.6 Berdasarkan data dari DKK Kulon Progo penyebab kejadian BBLR pada 324 kasus di tahun 2012 yaitu ibu hamil usia kurang dari 20 tahun sebanyak 24 kasus (7,7%), ibu hamil anemia 72 kasus (22,2%), jarak kelahiran kurang dari 2 tahun 48 kasus (31,0%), multigravida 59 kasus (19,0 %), ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) 90 kasus (40%), perokok pasif 185 kasus (57,1), ibu hamil dengan penyakit penyerta 27 kasus (8,33%).3

(3)

3

Peningkatan terhadap angka kejadian BBLR perlu mendapatkan sorotan perhatian yang serius. Hal ini perlu dilakukan karena adanya beberapa program yang telah dijalankan oleh pemerintah agar akses pelayanan kesehatan masyarakat tetap berjalan secara optimal khususnya pelayanan terhadap ibu saat hamil sampai melahirkan. Peningkatan pelayanan kesehatan, khususnya terhadap ibu diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat, sehingga anak yang dikandungnya terlahir dengan sehat.

Upaya pencegahan adalah hal yang sangat penting untuk mendapat perhatian. Hal ini perlu karena pencegahan merupakan momen yang paling efektif dalam mendeteksi kelainan pada ibu hamil maupun janin yang dikandungnya, termasuk deteksi terhadap BBLR. Upaya deteksi dini terhadap kelainan kandungan maupun kesehatan janin dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan kehamilan secara berkala atau rutin yang biasa dikenal dengan sebutan

antenatal care (ANC).7

Upaya yang telah dilakukan DKK Kulon Progo terhadap peningkatan kejadian BBLR pada tahun 2012 adalah dengan merekap kejadian BBLR pada tahun 2012 dan menelusuri faktor predisposisi yang melatarbelakangi kejadian BBLR tersebut. Selain itu, DKK juga membuat sebuah prosedur ANC berkualitas yang dapat diterapkan pada seluruh Puskesmas di Kabupaten Kulon Progo. Harapan dari DKK prosedur ANC berkualitas ini dapat diterapkan oleh seluruh bidan di Kabupaten Kulon Progo.

Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan deteksi dini terhadap risiko BBLR yaitu melakukan pengkajian terhadap usia ibu, jarak kehamilan ibu, riwayat merokok dan minum minuman beralkohol, melakukan pengkajian terhadap riwayat bayi ibu sebelumnya, masalah-masalah/kompilkasi yang dialami oleh ibu, menimbang berat badan dan menghitung kenaikan berat badan, mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas), mengukur tinggi fundus uteri serta menghitung TBJ (Taksiran Berat Janin), melakukan pemeriksaan hb

(haemoglobin) dan melakukan rujukan segera apabila ditemukan hal-hal yang tidak normal.8

Standar pelayanan antenatal dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya logistik dan keuangan yang terjadi di beberapa negara berkembang. Dahulu pelayanan antenatal care (ANC) ditekankan pada kuantitas bukan kualitas, akan tetapi seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi paradigma tersebut berubah pada penekanan pada kualitas layanan antenatal. Pendekatan pelayanan antenatal dilakukan atas dasar untuk mengetahui secara dini komplikasi yang terjadi atau mengurangi faktor risiko yang mungkin terjadi terhadap ibu hamil maupun janin.7

Modifikasi terhadap layanan ANC

diharapkan dapat memberikan hal yang berbeda dari pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dan janin sampai pada waktu saatnya kelahiran. Layanan modifikasi terhadap antenatal merupakan salah satu strategi yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan maternal maupun perinatal. Identifikasi kondisi kesehatan sebelumnya, deteksi dini dari komplikasi yang muncul selama kehamilan, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit serta persiapan kelahiran dan perencanaan kesiapan komplikasi adalah bagian pelayanan antenatal yang mendapatkan modifikasi.7

Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat antar berbagai tingkat sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang dimulai dari tingkat pelayanan primer, mencakup berbagai upaya pencegahan, deteksi dini komplikasi kehamilan, persalinan aman dan bersih serta rujukan ke fasilitas rujukan yang memadai. Untuk mewujudkan hal tersebut salah satunya upaya meningkatkan sumber daya manusia kesehatan khususnya bidan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas dan distribusi tenaga bidan yang merata. Keterampilan bidan merupakan penentu keselamatan ibu, ketersediaan tenaga terlatih dan fasilitas akan mampu meningkatkan kinerja pelayanan antenatal.

(4)

4

Pelayanan ANC merupakan perilaku individu dalam organisasi, dalam hal ini perilaku bidan dalam organisasi pelayanan kesehatan. Perilaku individu dipengaruhi oleh tiga variabel, yaitu variabel individu (kemampuan dan keterampilan, latar belakang, keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur, asal-usul dan jenis kelamin), variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, supervisi, desain pekerjaan, beban kerja), variabel psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi).9

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 10 bidan Puskesmas di Kabupaten Kulon Progo, didapatkan hasil diantaranya 1) Sebanyak 8 bidan menyatakan selalu mengkaji kenaikan berat badan dan melakukan penaksiran berat janin setiap ibu hamil melakukan periksa kehamilan, tetapi 2 bidan jarang melakukan hal tersebut. 2) Semua bidan sudah melakukan pengukuran LILA dan pemeriksaan hb. 3) Sebanyak 4 bidan menyatakan jarang melakukan pengkajian terhadap riwayat merokok ibu hamil dan memberikan penyuluhan mengenai bahaya merokok kepada ibu hamil. 4) Sebanyak 10 bidan menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi dan umpan balik belum berjalan terstruktur, pelaksanaannya belum terjadwal secara rutin tetapi masih bersifat insidental. 5) Sebanyak 4 bidan menyatakan bahwa banyak sekali tugas yang harus diselesaikan dan merasa kurang cukup waktu. 6) Sebanyak 10 bidan menyatakan belum ada penghargaan atau insentif yang diberikan terhadap kinerja bidan. Penetapan angka kredit bagi jabatan fungsional bidan tidak berdasarkan kinerja, sehingga bidan yang berprestasi dan bidan yang malas mempunyai angka kredit yang sama dan kenaikan pangkat juga sama. 7) Sebanyak 9 bidan mempunyai dorongan untuk melakukan upaya deteksi dini risiko BBLR walaupun waktu yang tersedia masih terbatas. 8) Sebanyak 8 bidan mengatakan bahwa kepala Puskesmas ikut berperan serta dalam kegiatan deteksi dini risiko BBLR. 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan data dan hasil studi pendahulan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “kinerja bidan dalam pelayanan antenatal di Kabupaten Kulon Progo belum berjalan seperti yang diharapkan”.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013?”

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : a) Mengetahui gambaran motivasi bidan, persepsi kepemimpinan bidan, persepsi supervisi bidan, persepsi imbalan bidan dan persepsi beban kerja bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di wilayah Kabupaten Kulon Progo, b) Mengetahui gambaran kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di wilayah Kabupaten Kulon Progo, c) Menganalisis hubungan motivasi, persepsi kepemimpinan, persepsi supervisi, persepsi imbalan dan persepsi beban kerja terhadap kinerja bidan di wilayah Kabupaten Kulon Progo, e) Menganalisis pengaruh secara bersama-sama motivasi, persepsi kepemimpinan, persepsi supervisi, persepsi imbalan dan persepsi beban kerja terhadap kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di wilayah Kabupaten Kulon Progo.

METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Explanatory Research.10 Merupakan studi kuantitatif dengan pendekatan

cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan

dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap subyek studi

(5)

5

hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian.10

2. Subyek Penelitian, Teknik Sampling, Pengumpulan Data

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh bidan di wilayah Puskesmas Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 160 bidan. Jumlah sampel sebanyak 118 Bidan Puskesmas pada 21 Puskesmas di Kabupaten Kulon Progo diambil dengan menggunakan teknik proporsional

purposive sampling.11

Data primer berupa wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner, pertanyaan berisi tentang kinerja bidan, motivasi bidan, persepsi kepemimpinan, persepsi supervisi bidan, persepsi imbalan bidan dan persepsi beban kerja bidan. Data sekunder

berupa data kejadian BBLR di Kabupaten Kulon Progo.

3. Analisis Data

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran terhadap masing-masing variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji Chi-Square.12 Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji regresi logistic.13

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 1 Distribusi Karakteristik Bidan Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Masa Kerja di Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013

Tabel 1. menunjukkan bahwa umur responden termuda yaitu 24 tahun dan tertua yaitu 55 tahun, sedangkan rata-rata umur responden yaitu 34,89 tahun. Pendidikan responden mayoritas DIII Kebidanan, masa kerja terendah responden 3 tahun dan masa kerja tertinggi 30 tahun dengan rata-rata masa kerja 11,86 tahun, median 11,00 dan standar deviasi 7, 067 .

Menurut Nursalam umur 25-35 tahun merupakan umur yang cukup matang dalam perkembangan jiwa seseorang. Berdasarkan karakteristik responden diketahui sebagian besar responden berumur 25-35 tahun yang berarti responden cenderung mempunyai produktivitas kerja yang tinggi dan sudah cukup matang. Tingkat pendidikan adalah salah satu unsur karakteristik seseorang. Hasil penelitian

NO Karakteristik n % 1 Umur : a. < 25 tahun b. 25-35 tahun c. > 35 tahun Jumlah 3 59 56 118 2,54 50 47,46 100 2 Pendidikan : a. DIII Kebidanan

b. DIV Kebidanan/ S1 Kesehatan c. S2 Kesehatan Jumlah 106 11 1 118 89,83 9,32 0,85 100 3 Masa Kerja : a. < 3,9 tahun b. 3,9 - 18,1 tahun c. > 18,1 tahun Jumlah 8 88 22 118 6,78 74,58 18,64 100

(6)

6

sebagian besar responden berpendidikan DIII Kebidanan, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan responden sudah memenuhi standar profesi bidan.

Berdasarkan masa kerja, sebagian besar responden bekerja selama 3,9 – 18,1 tahun, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman yang dimiliki oleh responden dalam

melaksanakan tugas sebagai bidan dalam memberikan pelayanan sudah cukup banyak. Pegawai yang berpengalaman dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas, makin lama bekerja kecakapan seseorang akan lebih baik karena sudah dapat menyesuaikan dengan lingkungan bekerja.

2. Deskripsi Kinerja Bidan

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Bidan Dalam Deteksi Dini Risiko BBLR pada Pelayanan Antenatal di Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013

Kinerja Bidan f %

Tidak Baik (Skor < 159) Baik (Skor ≥ 159) 56 62 47,5 52,5 Jumlah 118 100

Tabel 2. menunjukkan bahwa kinerja bidan di wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah baik (52,5%) lebih banyak daripada yang tidak baik (47,5%). Berdasarkan data tersebut diketahui masih banyak bidan yang kinerjanya tidak baik dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal.

3. Motivasi Bidan, Persepsi Kepemimpinan Bidan, Persepsi Supervisi Bidan, Persepsi Imbalan Bidan dan Persepsi Beban Kerja Bidan Dalam Deteksi Dini Risiko BBLR pada Pelayanan Antenatal

Motivasi bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal dengan kategori tidak tinggi dan tinggi, masing-masing sebesar 50%. Motivasi adalah dorongan-dorongan yang timbul pada atau di dalam seorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku.9

Persepsi kepemimpinan bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal dengan kategori baik (50,8%) lebih banyak daripada persepsi kepemimpinan yang tidak baik (49,2%). Kepemimpinan terjadi apabila seseorang mempengaruhi pengikutnya untuk menerima permintaannya tanpa tampak adanya penggunaan kekuatan.14 Persepsi

supervisi bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal dengan kategori baik (53,4%) lebih banyak daripada persepsi supervisi yang tidak baik (46,6%). Sasaran atau obyek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (sasaran langsung) serta bawahan yang melakukan pekerjaan (supervisi tidak langsung).

Persepsi imbalan bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal dengan kategori sesuai (55,1%) lebih banyak daripada persepsi imbalan yang tidak sesuai (44,9%). Sistem imbalan yang rasional membantu organisasi mempertahankan pekerja pada biaya yang wajar. Persepsi beban kerja bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal dengan kategori tidak berat (51,7%) lebih banyak daripada persepsi beban kerja yang berat (48,3%). Pekerjaan yang mempunyai beban kerja berlebih akan menurunkan kualitas hasil kerja dan memungkinkan adanya inferensiasi waktu. 4. Analisis Hubungan Motivasi, Persepsi

Kepemimpinan, Persepsi Supervisi, Persepsi Imbalan dan Persepsi Beban Kerja dengan Kinerja Bidan

(7)

7

Tabel 3. Motivasi, Persepsi Kepemimpinan, Persepsi Supervisi, Persepsi Imbalan dan Persepsi Beban Kerja dengan Kinerja Bidan

Terdapat hubungan antara variabel persepsi kepemimpinan dan persepsi supervisi, selanjutnya dilakukan analisis regresi sendiri-sendiri dan secara bersama-sama untuk

mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat.

5. Analisis Pengaruh Persepsi Kepemimpinan dan Persepsi Supervisi Terhadap Kinerja Bidan

Tabel 4. Hasil Analisis Pengaruh Bivariat

No Variabel B Sig. Exp(B) 95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper 1 Persepsi Kepemimpinan 0,753 0,045 2,123 1,018 4,431 2 Persepsi supervisi 0,816 0,030 2,261 1,080 4,732

Berdasarkan tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis regresi bivariat menunjukkan variabel persepsi kepemimpinan dan persepsi supervisi mempunyai nilai p < 0,25. Sebagai tindak lanjut untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara variabel bebas persepsi kepemimpinan bidan dan

persepsi supervisi bidan terhadap kinerja bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan

antenatal, maka dilakukan uji statistik regresi

logistik ganda metode forward yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 5. Hasil Analisis Uji Regresi Logistik Ganda Metode Forward

B S.E Wald df Sig. Exp(B) 95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Supervisi 0,816 0,377 4,685 1 0,030 2,261 1,080 4,732

Constant -1,146 0,605 3,586 1 0,058 0,318

Persepsi supervisi memiliki pengaruh dengan Exp(B) sebesar 2,261. Artinya bahwa responden dengan persepsi supervisi yang tidak baik akan menunjukkan kinerja tidak baik sebesar 2,261 kali lebih besar dibandingkan

dengan responden yang memiliki persepsi supervisi baik.

KESIMPULAN

1. Motivasi bidan dalam deteksi dini risiko BBLR dengan kategori tinggi dan tidak tinggi

masing-NO Variabel Kinerja Bidan p value Keterangan

Tidak Baik Baik

n % n % Motivasi 1 2 Tidak Tinggi Tinggi 27 29 45,8 49,2 32 30 54,2

50,8 0,712 Tidak ada hubungan Persepsi Kepemimpinan 1 2 Tidak Baik Baik 33 23 56,9 38,3 25 37 43,1 61,7 0,044 Ada hubungan Persepsi Supervisi 1 2 Tidak Baik Baik 32 24 58,2 38,1 23 39 41,8 61,9 0,029 Ada hubungan Persepsi Imbalan 1 2 Tidak Sesuai Sesuai 25 31 47,2 47,7 28 34 52,8

52,3 0,955 Tidak ada hubungan Persepsi Beban Kerja

1 2 Berat Tidak Berat 31 25 54,4 41,0 26 36 45,6

(8)

8

masing (50%), bidan mempunyai persepsi kepemimpinan dengan kategori tidak baik dalam deteksi dini risiko BBLR (49,2%), bidan mempunyai persepsi supervisi dengan kategori tidak baik dalam deteksi dini risiko BBLR (46,6%), bidan mempunyai persepsi imbalan dengan kategori tidak sesuai dalam deteksi dini risiko BBLR (44,9%) dan bidan mempunyai persepsi beban kerja dengan kategori berat dalam deteksi dini risiko BBLR (48,3%). 2. Masih terdapat (47,5%) kinerja bidan

Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal termasuk kategori tidak baik.

3. Tidak ada hubungan motivasi dengan kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di Wilayah Kabupaten Kulon Progo (p = 0,712).

4. Ada hubungan persepsi kepemimpinan dengan kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di Wilayah Kabupaten Kulon Progo (p = 0,044). 5. Ada hubungan persepsi supervisi dengan kinerja

bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di Wilayah Kabupaten Kulon Progo (p = 0,029).

6. Tidak ada hubungan persepsi imbalan dengan kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di Wilayah Kabupaten Kulon Progo (p = 0,955). 7. Tidak ada hubungan persepsi beban kerja

dengan kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di Wilayah Kabupaten Kulon Progo (p = 0,145). 8. Faktor yang paling berpengaruh terhadap

kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal adalah persepsi supervisi.

SARAN

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo

a. Perlu membuat jadwal supervisi koordinator bagian Kesga secara rinci sesuai program KIA.

b. Perlu melakukan penilaian kinerja secara berkala dan obyektif.

c. Selalu menggunakan checklist untuk setiap pelaksanaan kegiatan supervisi terhadap bidan Puskesmas.

d. Mensosialisasikan kepada bidan Puskesmas mengenai bahan supervisi (dokumen yang harus disiapkan) dan jadwal supervisi.

e. Perlu memberikan penghargaan bagi bidan yang melaksanakan deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal dengan baik.

f. Perlu adanya pembaharuan SOP dalam upaya deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal sebagai pegangan bidan Puskesmas.

g. Perlu adanya pelatihan tentang organization development (OD) dalam rangka meningkatkan pengetahuan Kepala Puskesmas mengenai supervisi efektif. 2. Bagi Puskesmas di Wilayah Kabupaten Kulon

Progo

a. Memperbaiki pola kepemimpinan yang diterapkan melalui beberapa cara :

1) Membuat jadwal pertemuan rutin antara Kepala Puskesmas dengan semua bidan di Puskesmas dalam rangka koordinasi mengenai program KIA yang sedang berjalan

2) Kepala Puskesmas bersikap terbuka kepada Bidan Puskesmas sehingga komunikasi terjalin dengan baik. b. Memperbaiki pola supervisi Kepala

Puskesmas yang diterapkan melalui beberapa cara :

1) Membuat jadwal supervisi Kepala Puskesmas secara rinci sesuai program yang ada di Puskesmas

(9)

9

koordinasi dengan bidan koordinator di masing-masing Puskesmas. 2) Selalu menggunakan cheklist yang

dapat dipergunakan sebagai pedoman setiap melakukan supervisi.

3) Mensosialisasikan kepada bidan Puskesmas mengenai bahan supervisi (dokumen yang harus disiapkan) dan jadwal supervisi.

4) Melakukan monitoring dan evaluasi. 3. Bagi Bidan Puskesmas di Wilayah Kabupaten

Kulon Progo

Memperbaiki kinerja dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal melalui beberapa cara :

a. Menjaring ibu hamil untuk datang ke tenaga kesehatan untuk periksa ANC secara dini sehingga dapat dilakukan deteksi dini risiko BBLR.

b. Melaksanakan pelayanan antenatal khususnya deteksi dini risiko BBLR sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan wewenang bidan.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Dapat meneliti secara lebih mendalam mengenai pengaruh persepsi supervisi bidan terhadap kinerja bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal.

KEPUSTAKAAN

1. Depkes RI. Panduan Pelaksanaan Strategi

Making Pregnancy Safer dan Child Survival,

Jakarta, 2008.

2. Dinas Kesehatan Provinsi DIY. Profil

Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2011,

Yogyakarta, 2011.

3. Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo.

Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012, Kulon Progo, 2012.

4. Rahayu, E. Masalah Berat Badan Lahir Rendah

di Indonesia, Available from

http://www.ekarahayupujilestari.co.cc/2009/05/ masalah-bblr-diindonesia.html (accessed 24 Agustus 2010).

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo,

Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011, Kulon Progo, 2011.

6. Depkes RI. Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar, Jaringan Nasional Pelatihan

Klinik Kesehatan Reproduksi, Jakarta, 2007. 7. Mufdillah. ANC Fokus, Nuha Medika,

Yogyakarta, 2009.

8. Depkes RI. Manajemen Bayi Berat Lahir

Rendah untuk Bidan Desa, Direktorat Jenderal

Bina kesehatan Masyarakat, 2006.

9. Gibson, J.L, Ivancevich, J.M, Donnelly, J.H.

Organisasi Perilaku Struktur Proses. 8 ed., Bina

Rupa Aksara, Jakarta, 2010, Jilid.1.

10. Machfoedz, I. Metodologi Penelitian Kuantitatif

dan Kualitatif, Fitramaya, Yogyakarta, 2010.

11. Martono, N. Metode Penelitian Kuantitatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011.

12. Sopiyudin, D. Statistika untuk Kedokteran dan

Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta, 2009.

13. Yasril, Kasjono, H.S. Analisis Multivariat untuk

Penelitian Kesehatan, Mitra Cendikia,

Yogyakarta, 2009.

14. Gibson, J.L, Ivancevich, J.M, Donnelly, J.H.

Organisasi Perilaku Struktur Proses. 8 ed., Bina

(10)

Gambar

Tabel 3.  Motivasi,  Persepsi  Kepemimpinan,  Persepsi  Supervisi,  Persepsi  Imbalan  dan  Persepsi  Beban  Kerja dengan Kinerja Bidan

Referensi

Dokumen terkait

Sitorus, E, 2011, Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaaan Alat Pelindung Diri Pada Bidan Desa Saat Melakuan Pertolongan Persalinan di Wilayah

[r]

4.4 Perbandingan Persentase Sikap Ilmiah Mahasiswa pada Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Berwawasan Lingkungan Lokal dan Kegiatan Laboratorium Tradisional

BANTUAN BEA SISWA / BAIK KEPADA ANAK- ANAK KOTA YANG BERSEKOLAH DI KOTA / MAUPUN UNTUK ANAK-ANAK KOTA NAMUN BERSEKOLAH DI LUAR KOTA YOGYAKARTA // HAL INI DIHARAPKAN BISA

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara pendidikan seks orang tua dengan perilaku seksual remaja (pengetahuan, sikap dan tindakan) di

Apakah kadar TGF-β1 pada ginjal mencit jantan dengan UUO yang diberi vitamin D lebih rendah dibandingkan dengan mencit jantan yang tidak diberi vitamin D.. Apakah fraksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Basrah dan Syamsul (2012) yang berusaha untuk mengetahui pengaruh variabel

Studi potensi bakteri saluran pencernaan ikan nila (Oreochromis niloticus) sebagai kandidat probiotik berbasis enzim bertujuan untuk memperoleh bakteri dari organ